PERSEPSI PESERTA DIDIK DAN PENGARUH PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI KEBIJAKAN EKONOMI Nurul Mufidah Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang, Surabaya ABSTRACT The purpose of this study is to find out the effect of giving the assignment toward the learning outcomes on Economics lesson. The type of this study is descriptive with quantitative approach. This study employs the purposive sampling and use one class as the object. The data gathered trough the questionnaire and interview. Analytical technique used in this study is a simple linier regression. The data analysis and hypothesis test shows the significant effect of giving the assignment on the learning outcomes. Key words: Education, assignment, learning outcomes. PENDAHULUAN pembelajaran. Djamarah (2008:27) menyebutkan bahwasahnya belajar memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, teoritis, konsep, kaidah, berpikir, keterampilan motorik, dan estetis. Realisasi dari fakta yang terjadi tidak hanya didapatkan siswa selama pembelajaran di sekolah saja, akan tetapi juga di luar kelas sehingga dibutuhkan tugas yang memaksa siswa menilai keadaan sekitarnya maupun secara global. Kedua, tugas yang diberikan kepada siswa hanya dianggap beban bagi siswa, apalagi jika tugas-tugas tersebut jarang dikoreksi oleh guru yang bersangkutan, sehingga siswa sulit memahami konsep yang benar, apalagi harus mempertanggung jawabkan tugasnya. Menurut Hamalik (2004:220) mencontek merupakan gejala perilaku yang tidak matang dan dapat menghasilkan nilai yang tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sehubungan dengan masalah tersebut, Hamalik (2004) menyatakan bahwa antara lain guru harus membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik, meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah pemberian komentar terhadap tugas dapat mendorong siswa lebih giat. Dalam proses pembelajaran guru berusaha meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perilaku siswa merupakan hasil belajar. Perilaku tersebut data berupa perilaku yang dikehendaki diperkuat. Empat tugas penting dalam memotivasi murid yang dihadapi oleh guru adalah mengatur tugas-tugas (PR), membuat tugas-tugas yang sesuai, membuat/memelihara motivasi sepanjang tahun, membangun/mengubah kapasitas murid mengevaluasi diri. Dalam proses pembelajaran ekonomi khususnya, ada beberapa masalah yang harus dicermati. Pertama, Kurangnya pemahaman tentang pentingnya makna belajar ekonomi. Setiap pembelajaran, membutuhkan sumber belajar karena proses pembelajaran yang diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat pengalaman dapat berlangsung bila terdapat interaksi antara siswa dengan sumber Ketiga, ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh SMAN 22 Surabaya adalah sebesar 75. Tingginya nilai KKM tersebut mengharuskan 199 seorang guru memberikan pembelajaran yang lebih ekstra kepada siswanya agar pemahaman dan prestasi siswa dapat mencapai bahkan melebihi standart yang telah ditentukan yang tentunya membuat rentang keberhasilan belajar siswa semakin sempit. Dengan pemberian tugas kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa. Kenyataan tersebut menjadi tantangan bagi seorang guru. Ia harus mampu memberikan tugas yang sesuai dan tepat sasaran karena pengerjaan tugas oleh siswa tergantung pada cara dan esensi tugasnya. Guru juga harus bekerja ekstra keras untuk menjadikan anak didiknya tidak hanya memiliki nilai bagus, tapi juga menanamkan pesan moral untuk siswanya agar budaya nyontek hanya dilakukannya sebagai pilihan terakhir dengan rasa malu yang sangat memuncak. Winkel dalam Salam (2008) menjelaskan bahwa pemberian tugas dapat dipandang dari tiga sudut yaitu: (a). Menurut tujuan intruksional yang harus dicapai, lebih-lebih dalam segi jenis perilaku, apakah terutama termasuk ranah kognitif, ranah afektif, atau ranah psikomotorik. Tugas diranah kognitif bersifat tertutup, bila pemecahan atau jawaban yang harus ditemukan hanya satu yang tepat.Tugas ini menuntut berpikir konvergen.Tugas bersifat terbuka apabila pemecahan atau jawaban yang harus ditemukan ada beberapa kemungkinan yang semuanya tepat, tugas ini lebih menuntut berpikir divergen; (b). Menurut jumlah siswa yang harus mengerjakan tugas itu.Ada tugas yang harus dikerjakan sendiri-sendiri, dikerjakan bersama seorang teman atau dikerjakan bersama dalam kelompok kecil atau besar; (c). Menurut kadar tuntutan atau pendamping yang diberikan oleh guru.Siswa dapat diminta untuk bekerja sendiri 200 dan menemukan tanpa diberi petunjuk oleh guru (discoveri learning) atau dengan jelas-jelas dituntun oleh guru (expository teaching). Metode pemberian tugas adalah dimana murid diberi tugas khusus di dalam maupun maupun di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini, siswa mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, di labolatorium, dan lain sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas: Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru harus memberikan penjelasan mengenai: tujuan penugasan, bentuk pelaksanaan tugas, manfaat tugas, bentuk pekerjaan, tempat dan waktu penyelesaian tugas, memberikan bimbingan dan dorongan, memberikan penilaian Para murid cenderung lebih peduli pada nilai mereka, dan hal ini membuat mereka termotivasi untuk bertanya dan bernegosiasi dengan guruguru untuk meminimalisasi tingkat ambigu (tentang apa yang seharusnya mereka kerjakan) dan juga meminimalisasi resiko (kesalahan) dari mengerjakan suatu tugas. Disamping memperhatikan hal-hal di atas, metode pemberian tugas tepat dipergunakan apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima siswa lebih lengkap, untuk dapat mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri, dan mencoba mempraktikkan sendiri pengetahuannya, metode ini memotivasi anakanak untuk lebih aktif dan rajin. Jenis-jenis Tugas Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar adalah tugas membuat rangkuman, tugas membuat makalah, menyelesaikan soal, tugas mengadakan observasi, tugas mempraktekkan sesuatu, tugas mendemonstrasikan observasi Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Tugas adalah Metode 1) Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga dapat memupuk rasa percaya diri sendiri, 2) Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri, 3) Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan, 4) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin yang semuanya tepat, tugas ini lebih menuntut berpikir divergen, menurut jumlah siswa yang harus mengerjakan tugas itu. Ada tugas yang harus dikerjakan sendiri-sendiri, dikerjakan bersama seorang teman atau dikerjakan bersama dalam kelompok kecil atau besar. Menurut kadar tuntutan atau pendamping yang diberikan oleh guru. Siswa dapat diminta untuk bekerja sendiri dan menemukan tanpa diberi petunjuk oleh guru (discoveri learning) atau dengan jelas-jelas dituntun oleh guru (expository teaching). Masih berhubungan dengan definisi pemberian tugas, Djamarah dan Zain (2002) menyatakan bahwa metode tugas dan resitasi siswa, dan 5) Dapat mengembangkan kreativitas siswa, dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak. adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Adapun kelemahan metode pemberian tugas adalah di mana tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa, sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas, pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa, dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit, pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering, khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif. Metode pemberian tugas adalah dimana murid diberi tugas khusus di dalam maupun maupun di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini, siswa mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, di laboratorium, dan lain sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada guru. Winkel dalam Salam (2008) menjelaskan bahwa pemberian tugas dapat dipandang dari tiga sudut yaitu, menurut tujuan intruksional yang harus dicapai, lebih-lebih dalam segi jenis perilaku, apakah terutama termasuk ranah kognitif, ranah afektif, atau ranah psikomotorik.Tugas diranah kognitif bersifat tertutup, bila pemecahan atau jawaban yang harus ditemukan hanya satu yang tepat.Tugas ini menuntut berpikir konvergen.Tugas bersifat terbuka apabila pemecahan atau jawaban yang harus ditemukan ada beberapa kemungkinan Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intrakurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya. 201 Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor siswa, guru serta faktor lingkungan secara menyeluruh merupakan faktor-faktor yang berpengaruh. Menurut Chaplin (dalam Muhibbin Syah, 2006:65); Belajar umumnya didefinisikan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sejumlah ahli mempunyai pandangan tersendiri mengenai belajar. Meskipun diantara para ahli terdapat perbedaan mengenai pengertian belajar, namun secara eksplisit maupun implisit terdapat kesamaan maknanya.Menurut Syaiful Sagala (2008:37); “Definisi konsep belajar selalu menunjukkan proses perubahan perilaku atau pribadi sesesorang berdasarkan praktek atau pengalaman seseorang. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja.” Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung ataupun tidak langsung. Jenis-jenis belajar menurut Djamarah (2005:27) ada 9 antara lain: (1) belajar arti kata-kata, maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam katakata yang pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. (2) belajar kognitif, yaitu belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental, (3) belajar menghafal, Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali 202 secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. (4) belajar teoritis, bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah (5) belajar konsep. Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. (6) belajar kaidah. Belajar kaidah adalah apabila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan suatu keteraturan. (7) belajar berpikir. Berpikir adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. (8) belajar keterampilan motorik. Ciri khas dalam keterampilan motorik adalah “otomatisme”, yaitu rangkaian gerak- gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu. (9) Belajar estetis , Belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Menurut Slameto (2009:54) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain adalah faktor intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi rasa ingin tahu, ingin bekerja sama, dan ingin hasil. Faktor intern inilah yang perlu dimotivasi. Faktor intern dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Faktor fisiologis (jasmaniah), yang meliputi kondisi fisik secara keseluruhan, misalnya kesehatan dan cacat tubuh. (2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, minat, bakat, perhatian, kematangan, kesiapan dan motivasi. (3) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani yang dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kelelahan rohani yang dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Dan faktor ekstern yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri. Faktor ekstern dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. (2) Faktor sekolah, yaitu meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan belajar, metode belajar dan tugas rumah. (3) Faktor masyarakat, yaitu meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, tempat bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : a) Keterampilan dan kebiasaan; b) Pengetahuan dan pengarahan; c) Sikap dan cita-cita.(Sudjana, 2004:22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan hasil belajar biasanya ditunjukkan dalam penilaian yang salah satu fungsinya adalah untuk motivasi (reward) dan untuk dokumentasi kemajuan belajar, mengukur prestasi relatif terhadap standar mutlak atau harapan individu dan kualifikasi murid untuk kenaikan atau kelulusan Menurut Sudjana (2006), terdapat tiga macam ranah hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, antara lain: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ranah ini ada enam aspek, antara lain: gerakan reflek, kemapuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpetatif. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002: 39). Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). 203 Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Penelitian yang Relevan A.Salam (2008) melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh metode pemberian tugas secara resitasi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.” Masalah yang dihadapi di sini adalah Kurangnya sumber belajar erta sistem pembelajaran yang behavioristik dengan sampel 50 siswa yang dipilih secara random. Metode pemberian tugas dapat memotivasi belajar matematika siswa SMP kelas II sehingga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP kelas II, hasil penelitiannya metode pemberian tugas dapat memotivasi belajar matematika siswa SMP kelas II sehingga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP kelas II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian assosiatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 22 Surabaya. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif 204 yaitu di dalam pendekatan ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Rancangan Penelitian Alasan diambilnya kelas X.2 sebagai sampel adalah karena kelas tersebut adalah kelas yang aktif dalam bekerja sama, sehingga kemungkinan kerjasama dalam tugaspun demikian, baik itu tugas individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari rentangan hasil belajar yang relative rendah daripada kelas yang lain. HASIL PENELITIAN Hasil pengujian hipotesis Nilai thitung 6.889, dan nilai ttabel 2.042, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak, Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara variabel X (pemberian tugas) terhadap variabel Y (hasil belajar siswa) pada materi kebijakan ekonomi SMAN 22 Surabaya. PEMBAHASAN Pelaksanaan Metode Pemberian Tugas Pada Materi Kebijakan Ekonomi Kelas X SMA Negeri 22 Surabaya Pemberian tugas pada materi kebijakan ekonomi kelas X SMA Negeri 22 Surabaya yaitu dengan cara guru memberikan tugas atau latihan soal individu ke siswa yang dapat dikerjakan di rumah (tugas diberikan setiap minggu setelah akhir pelajaran) dan di sekolah (tugas diberikan dengan alokasi waktu satu jam atau 60 menit), dan sebelum memberikan tugas, guru memberikan pengarahan terlebih dahulu bagaimana cara mengerjakannya dan kadangkadang mengawasi serta mengecek pemahaman siswa apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Djamarah (2010) yang menyatakan bahwa metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan tugas belajar. Pemberian tugas ini diberikan satu kali dalam waktu satu kali pertemuan, tugas berupa mengerjakan LKS baik dalam bentuk langsung maupun tugas rumah yang diberikan guru sebagai tugas pribadi / individu yang wajib dikerjakan oleh setiap siswa, dan tugas kelompok yang berupa makalah yang kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok secara bergiliran. Sedangakan untuk mengetahui seberapa besar bentuk dan frekuensi pemberian tugas pada materi kebijakan ekonomi, maka digunakan metode pengumpulan data berupa angket yang disebarkan kepada siswa kelas X.2 SMA Negeri 22 Surabaya yang berjumlah 36 siswa. Jumlah butir soal angket bentuk dan frekuensi pemberian tugas yang diberikan kepada siswa yaitu 18 pertanyaan dengan rincian bahwa Hasil belajar siswa kelas X SMAN 22 Surabaya Penerapan hasil belajar biasanya ditunjukkan dalam penilaian yang salah satu fungsinya adalah untuk motivasi (reward) dan untuk dokumentasi kemajuan belajar, mengukur prestasi relatif terhadap standar mutlak atau harapan individu dan kualifikasi siswa untuk kenaikan atau kelulusan. Seperti halnya penyajian data yang telah disebutkan, maka dapat diketahui bahwasannya hasil belajar siswa kelas X pada materi kebijakan ekonomi yang diambil dari kelas X.2 adalah keseluruhan siswa memiliki nilai diatas KKM (Kurikulum Ketuntasan Minimal) dengan ratarata 81.11 yang pada Mata Pelajaran Ekonomi ditentukan sebesar 75. Dari hasil perhitungan prosentase peningkatan hasil belajar, ditemukan bahwa hasil belajar meningkat sebesar 8%. Hal ini membuktikan bahwasannya kegiatan belajar mengajar guru selama ini dinyatakan berhasil oleh karena anak didiknya memiliki nilai diatas rata-rata. meskipun demikian, nilai ekonomi yang diberikan guru juga tidaklah tinggi, karena memang pada materi kali ini siswa dituntut untuk lebih banyak pertanyaan-pertayaan analisa yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pemahaman siswa harus mengikuti kondisi yang terjadi di lapangan secara dinamis (kebijakan pemerintah). Pengaruh Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Pelaksanaan metode pemberian tugas pada materi kebijakan ekonomi kelas X SMA Negeri 22 Surabaya. Pemberian tugas pada materi kebijakan ekonomi kelas X SMA Negeri 22 Surabaya yaitu dengan cara guru memberikan tugas atau latihan soal individu ke siswa yang dapat dikerjakan di rumah (tugas diberikan setiap minggu setelah akhir pelajaran) dan di sekolah (tugas diberikan dengan alokasi waktu satu jam atau 60 menit), dan sebelum memberikan tugas, guru memberikan pengarahan terlebih dahulu bagaimana cara mengerjakannya dan kadangkadang mengaw asi serta mengecek pemahaman siswa apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Djamarah (2010) yang menyatakan bahwa metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan tugas belajar. Sedangkan menurut Roestiyah (2002), teknik pemberian tugas biasanya digunakan guru dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap. Kusumah (2009), juga memperkuat bahwa dalam berlangsungnya proses belajar mengajar guru dapat memberikan tugas berupa tugas membuat rangkuman, tugas membuat makalah, menyelesaikan soal, tugas mengadakan observasi, tugas mempraktekkan sesuatu, dan tugas mendemonstrasikan observasi. Pemberian tugas ini diberikan satu kali dalam waktu satu kali pertemuan, tugas berupa mengerjakan LKS baik dalam bentuk langsung maupun tugas rumah yang diberikan guru sebagai tugas pribadi / individu yang wajib dikerjakan 205 oleh setiap siswa, dan tugas kelompok yang berupa makalah yang kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok secara bergiliran. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar bentuk dan frekuensi pemberian tugas pada materi kebijakan ekonomi, maka digunakan metode pengumpulan data berupa angket yang disebarkan kepada siswa kelas X.2 SMA Negeri 22 Surabaya yang berjumlah 36 siswa. Jumlah butir soal angket bentuk dan frekuensi pemberian tugas yang diberikan kepada siswa yaitu 18 pertanyaan dengan rincian bahwa: Penerapan hasil belajar biasanya ditunjukkan dalam penilaian yang salah satu fungsinya adalah untuk motivasi (reward) dan untuk dokumentasi kemajuan belajar, mengukur prestasi relatif terhadap standar mutlak atau harapan individu dan kualifikasi murid untuk kenaikan atau kelulusan. Seperti halnya penyajian data yang telah disebutkan, maka dapat diketahui bahwasannya hasil belajar siswa kelas X pada materi kebijakan ekonomi yang diambil dari kelas X.2 adalah keseluruhan siswa memiliki nilai diatas KKM (Kurikulum Ketuntasan Minimal) dengan ratarata 81.11 yang pada mata pelajaran ekonomi ditentukan sebesar 75. Dari hasil perhitungan prosentase peningkatan hasil belajar, ditemukan bahwa hasil belajar meningkat sebesar 8%. Hal ini membuktikan bahwasannya kegiatan belajar mengajar guru selama ini dinyatakan berhasil oleh karena anak didiknya memiliki nilai diatas rata-rata. meskipun demikian, nilai ekonomi yang diberikan guru juga tidaklah tinggi, karena memang pada materi kali ini siswa dituntut untuk lebih banyak pertanyaan-pertayaan analisa yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pemahaman siswa harus mengikuti kondisi yang terjadi di lapangan secara dinamis (kebijakan pemerintah) Hasil dari analisis data dapat diketahui bahwa 206 pemberian tugas mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tugas berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Pemberian tugas mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena dengan adanya pemberian tugas siswa akan lebih termotivasi dan mampu menguasai materi yang telah diajarkan khusunya pada materi kebijakan ekonomi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tentunya hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat Slameto (2010) yang mengemukakan bahwa agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaikbaiknya. Jika siswa banyak melakukan atau mengerjakan tugas, maka siswa akan dengan mudah menguasai dan memahami materi yang telah diajarkan guru, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat materi kebijakan ekonomi adalah materi yang lebih banyak menelaah antara teori-teori ekonomi dengan kebijakan pemerintah yang diambil saat ini sehingga sangat efektif apabila dalam proses belajar mengajar guru selalu memberikan tugas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan : (1) Pemberian tugas pada materi kebijakan ekonomi kelas X SMA Negeri 22 Surabaya yaitu dengan cara guru memberikan tugas atau latihan soal individu ke siswa yang tetap diambil dari LKS (Lembar Kerja Siswa), namun disertai soal analisa kebijakan ekonomi, dan pembuatan papper kebijakan ekonomi sebagai tugas kelompok yang dapat dikerjakan di rumah (tugas diberikan setiap minggu setelah akhir pelajaran) dan atau di sekolah (tugas diberikan dengan alokasi waktu satu jam pelajaran atau 45 menit). Dan sebelum memberikan tugas, guru memberikan pengarahan terlebih dahulu bagaimana cara mengerjakannya dan kadang- kadang mengawasi serta mengecek pemahaman siswa apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan, (2) Hasil belajar siswa kelas X pada materi kebijakan ekonomi adalah seluruh siswa memiliki nilai diatas KKM (Kurikulum Ketuntasan Minimal) yaitu di atas nilai 75 dengan rata-rata 81.11 sehingga ditemukan prosentase hasil belajar meningkat sebesar 8%, (3) Ada pengaruh yang signifikan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar siswa, jadi apabila pemberian tugas sesuai dan nilainya meningkat, maka hasil belajar siswa akan naik. Sudjana, Nana. 2005.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar baru Algasindo Slameto.2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:Rieneka Cipta Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas, saran yang diajukan adalah: (1) Metode pemberian tugas memang dapat menjadi salah satu cara yang dilakukan guru untuk memperbaiki anak didik, akan tetapi frekuensi tugas juga harus lebih diperhatikan karena kadang justru dengan banyaknya tugas, siswa akan merasa terbebani dan tidak bersungguh-sungguh dalam pengerjaannya sehingga pemberian tugas hanya sia-sia, (2) Guru sebaiknya melakukan inovasi-inovasi lain di setiap pengajarannya, seperti melakukan game dan kuis yang berhubungan dengan materi yang diajarkan agar murid tidak terlalu monoton dan memiliki gairah yang positif dalam belajar. DAFTAR RUJUKAN Djamarah,Syaiful Bachri. 2006. Rahasia sukses belajar. Jakarta:Rieneka Cipta. Djamarah,Syaiful Bachri. 2008. Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Psikologi Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar Bandung: Sinar Baru Algensindo. Salam, A.2008. Jurnal Ilmiah “Kreatif” Volume 5 No.2 (diakses 30 November 2011). Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo 207