halaman identifikasi

advertisement
1
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN
BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN
Oleh:
I Kade Suardana, S.Pd, M.Si (NIP.196812071994031002)
Dr. A.A.I.A Rai Sudiatmika, M.Pd (NIP.196006221986032001)
Dewi Oktofa R., S.Si, M.Si (NIP.197012101995012001)
Drs. Rai Sujanem, M.Si (NIP.196410311992031002)
Dibiayai dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK
No: 0795/023.04.2.01/20/2012 revisi I, tanggal 27 Februari 2012
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA/FMIPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2012
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Judul
OSN
: Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis
Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan
2. Bidang Penerapan Ipteks
3. Ketua Pelaksana :
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. NIP.
d. Disiplin Ilmu
e. Pangkat/Golongan
f. Jabatan
g. Fakultas
h. Alamat
i. Telp/Faks
j. Alamat rumah
: Pendidikan
: I Kade Suardana, S.Pd, M.Si
:L
: 196812071994031002
: Pendidikan Fisika dan Fisika Murni
: Pembina / IV a
: Lektor Kepala
: MIPA
: Jalan Udayana Singaraja-Bali
: (0362) 25072 / (0362) 25735
: BTN. Asri Agung Persada A-9 Singaraja
4. Jumlah Anggota Pelaksana
a. Nama Anggota I
b. Nama Anggota II
c. Nama Anggota III
: 3 orang
: Dr. A.A.I.A. Rai Sudiatmika, M.Pd
: Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si
: Drs. Rai Sujanem, M.Si
5. Lokasi Kegiatan
: SMP N di Kota Tabanan
(dipusatkan di SMP N 2 Tabanan)
6. Jumlah biaya:
: Rp. 5.000.000
(lima juta rupiah).
7. Waktu Pelaksanaan Program
: 6 bulan (2 Mei – 31 Oktober 2012)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------Singaraja, 31 Oktober 2012
Mengetahui,
Dekan FMIPA Undiksha,
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. I B Putu Arnyana, M.Si
NIP. 195812311986011005
I Kade Suardana, S.Pd, M.Si
NIP. 196812071994031002
Mengetahui,
Ketua LPM Undiksha,
Prof. Dr. Ketut Suma, M.Si
NIP.195901011984031003
3
Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis OSN Bagi Guru SMP
Negeri Di Kota Tabanan
Oleh:
I Kade Suardana, AAIA. Rai Sudiatmika, Dewi Oktofa. R, Rai Sujanem
Universitas Pendidikan Ganesha
Abstrak
Tujuan utama kegiatan P2M ini adalah 1) meningkatkan kemampuan guru
pendamping pembina olimpiade OSN fisika di SMP di kota Tabanan dalam
menyusun dan mengembangkan asesmen fisika berbasis olimpiade, dan 2)
meningkatkan respon para peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pendampingan
penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN. Untuk mencapai
tujuan di atas, telah dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
pendampingan yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2012 bertempat di
SMP N 2 Tabanan. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang guru (sains- fisika) SMP N
Kota Tabana. Data yang telah dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, teknik
angket dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis data
dapat disimpulkan bahwa 1) kemampuan guru pendamping pembina OSN fisika di
SMP N di kota Tabanan kecamatan Mengwi dalam menyusun dan mengembangkan
asesmen fisika berbasis olimpiade meningkat setelah kegiatan pendampingan, dan 2)
para guru pendamping pembina OSN fisika di SMP N di kota Tabanan sebagai
peserta pelatihan menunjukan respon positif terhadap pelaksanaan kegiatan
pendampingan ini. Beberapa hal positif yang diperoleh setelah kegiatan
pendampingan ini adalah 1) para guru pendamping pembina olimpiade fisika
memperoleh pendalaman materi-materi fisika dalam tataran OSN, 2) para guru
peserta pelatihan mengetahui teknik penyusunan dan pengembangan asesmen fisika
berbasis OSN yang secara langsung dapat diterapkannya dalam membina kegiatan
olimpiade, dan 3) tersedianya asesmen fisika SMP berbasis OSN yang akan dapat
digunakan oleh para guru pembina dan para siswa sebagai salah satu acuan sumber
belajar dalam persiapan menghadapi OSN.
Kata-kata kunci: asesmen, fisika, pendampingan, OSN
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya-lah laporan pengabdian kepada masyarakat 2012 dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Dengan segenap tenaga dan usaha telah dicurahkan sepenuhnya untuk
pelaksanaan kegiatan ini, namun demikian disadari bahwa hasil kegiatan ini tentu
masih jauh dari sempurna. Dengan sangat terbuka, kritik dan saran yang konstruktif
dari berbagai pihak kami harapkan demi kesempurnaan hasil yang diperoleh ini dan
perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan berikutnya.
Terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ditlitabmas Dikti melalui DIPA Universitas Pendidikan Ganesha tahun anggaran
2012 yang telah memberikan pendanaan kegiatan pengabdian ini
2. Ketua beserta staf Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha, sebagai
mediator sampai terlaksananya kegiatan ini
3. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Fisika yang telah membantu sehingga
pelaksanaan kegiatan ini dapat terlaksana.
4. MGMP Fisika kabupaten Tabanan atas kerjasamanya
5. Para guru mata pelajaran fisika SMP di kota Tabanan atas partispasintya dalam
kegiatan ini.
Semoga hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Singaraja, 31 Oktober 2012
Pelaksana
5
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I
II
III
i
ii
iii
iv
v
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Kegiatan
1.4 Manfaat Kegiatan
1
4
5
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karateristik Pelajaran Fisika dan Peranan Guru dalam Pembelajaran
2.2 Hubungan Pengetahuan Bidang Studi dengan Berpikir
2.3 Strategi Pemecahan Masalah dan Kompetensi Dasar Fisika
6
7
9
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
3.2 Metode Pelaksanaan
3.3 Keterkaitan
3.4 Khalayak Sasaran
3.5 Teknik Evaluasi dan Analisis Data
11
12
12
13
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan
4.2 Pembahasan
16
19
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran-saran
21
21
DAFTAR PUSTAKA
22
IV
V
LAMPIRAN
Lampiran 01. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan P2M DIPA TA. 2012 ke LPM
dan Susunan Acara Pelaksanaan P2M
Lampiran 02. Dokumentasi Pelaksanaan P2M
Lampiran 03. Lembar Hasil Monev LPM dan
Surat Keterangan Kepala SMPN 2 Tabanan
Lampiran 04. Daftar hadir peserta kegiatan P2M
23-
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Kegiatan ini dirancang merupakan hasil tindak lanjut dari pelaksanaan
kegiatan P2M yang dilaksanakan Rai Sudiatmika, dkk (2011) dimana berdasarkan
hasil refleksi dan rekomendasi pelaksanaan pembinaan olimpiade di SMP N di
Kabupaten Tabanan disarankan kepada para guru pembina agar menyediakan
asesmen fisika yang berbasis olimpiade sehingga pelaksanaan pembinaan dapat lebih
terarah sesuai dengan tuntutan Silabus Olimpiade Sains Nasional (OSN). Saran yang
direkomendasikan ini diperkuat oleh temuan peneliti, selaku pelaksana P2M ( baik
pada saat menjadi nara sumber diklat guru pendamping OSN se-provinsi Bali yang
dilaksanakan Disdikpora Provinsi Bali maupun nara sumber di beberapa kabupaten
di provinsi Bali sehubungan dengan pembinaan siswa menjelang pelaksanaan OSN),
menunjukan sampai saat ini para guru pendamping dalam pelaksanaan pembinaan
OSN di lapangan belum dapat menyediakan asesmen yang terdiri dari soal-soal dan
pemecahannya yang relevan dengan tuntutan Silabus OSN
yang memiliki
karateristik berbeda dengan soal ujian sekolah: 1) memiliki tingkat kesukaran yang
relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari
tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan
pemecahan masalah dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem
evaluasi menggunakan passing grade.
Di bidang pendidikan, kabupaten Tabanan yang terletak di Bali Selatan memiliki
cukup potensi dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia ditinjau dari
segi input siswa, dukungan sarana dan prasarana pembelajaran, dan guru (jumlah
guru berlatar belakang Pendidikan Fisika 7 orang dari 16 orang guru sains di tiga
SMP N di kota Tabanan, yaitu SMP N 1 Tabanan, SMP N 2 Tabanan, dan SMP N 3
Tabanan). Namun kenyataannya di bandingkan dengan kodya Denpasar, kabupaten
Gianyar dan kabupaten Buleleng,
perolehan tiket OSN Fisika yang mewakili
Provinsi Bali dari kabupaten Tabanan sekaligus sebagai duta kabupaten Tabanan
untuk 2 tahun terakhir adalah 1 orang (dari 6 orang pada OSN 2010 dan 5 orang pada
OSN 2011) (Dikdispora, 2010: 2011).
7
Salah satu ditengarai sebagai penyebabnya, siswa SMP di kabupaten Tabanan
belum terbiasa mengerjakan soal-soal fisika berbasis olimpiade yang memiliki
tingkat kesukaran soal yang relatif lebih tinggi, bahkan lebih mengacu pada
pendalaman materi pada tingkat lebih lanjut, seperti materi-materi fisika tingkat
SMA dan materi perguruan tinggi. Sedangkan penyajian materi dalam pembinaan
olimpiade fisika SMP kurang mengkaji lebih mendalam terhadap materi-materi teori
maupun paktek yang harus diberikan untuk menghadapi OSN.
Hasil temuan
Suardana, dkk (2009) dan Rai Sudiatmika, dkk (2011) dalam pembinaan siswa untuk
menghadapi olimpiade, guru pendamping masih mengandalkan tipe-tipe soal yang
ada di buku-buku SMP, kurang bersifat aplikatif kearah pemecahan masalah.
Masih kurangnya sumber belajar terutama materi fisika yang berorientasi
OSN yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya kemungkinan disebabkan oleh
masih kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan asesmen tersebut.
Sebagai dampaknya guru dan siswa hanya mengandalkan buku-buku yang mereka
miliki yang tak jauh beda dengan buku regular mereka di sekolah, tanpa pendalaman
materi berorientasi OSN dan strategi pemecahan masalah.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembinaan adalah faktor
pendidikan dan spesialisasi bidang studi guru pembina. Seperti di tiga SMP N di kota
Tabanan kualifikasi pendidikan guru berlatar belakang fisika (Pendidikan Fisika atau
Fisika murni) adalah 37,5% (6 orang dari 16 orang guru sains) juga sangat
menentukan tingkat keberhasilan guru dalam pemahaman materi seminar ini. Banyak
guru yang tidak berlatar belakang pendidikan fisika atau ilmu fisika membina
kegiatan olimpiade fisika, dan sebaliknya. Ungkapan-ungkapan ini sangat relevan
dengan hasil perolehan data kemapuan peserta pelatihan dalam penerapan strategi
pemecahan masalah terutama dalam tahap membuat penyelesaian soal-soal dan
tahap pengembangannya. Rata- rata baru 55% (Rai Sudiatmika, dkk, 2011; Suardana,
dkk,
2009)
peserta
yang
mampu
menyelesaikan
soal-soal
dan
mampu
mengembangkan soal-soal yang telah dibuat dengan cukup baik setelah mengetahui
teknik ini diberikan.
Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di SMP di kabupaten Tabanan,
khususnya dalam pembinaan olimpiade fisika terdapat berbagai permasalahan yang
berhasil diidentifikasi dan perlu dicermati, sebagai berikut.
8
1)
Pihak sekolah (guru pembina) belum dapat menyediakan materi ajar, latihan
soal-soal dan pemecahannnya yang relevan dengan tuntutan OSN. Siswa masih
mengandalkan buku-buku SMP yang telah digunakannya untuk memperdalam
materi, latihan soal, padahal karakteristik soal olimpiade berbeda dengan soal
ujian sekolah, 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara
dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3)
soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan
masalah dan menuntut kemampuan
berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem
evaluasi menggunakan passing grade.
2) Penyajian materi dalam pembinaan olimpiade sains kurang mengkaji lebih
mendalam terhadap materi teori maupun praktek yang harus diberikan untuk
menghadapi tahapan pelaksanaan OSN. Hal ini disebabkan padatnya materi
fisika yang harus diselesaikan di sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Dampaknya adalah para
siswa akan merasa kewalahan pada saat mereka
berhadapan dengan sosl-soal tipe olimpiade yang mempunyai tingkat kesukaran
yang relatif lebih tinggi, bahkan lebih mengacu pada pendalaman materi pada
tingkat lebih lanjut, seperti materi-materi fisika tingkat SMA dan PT. Di
samping itu masih kurangnya kemampuan akademik sebagian besar guru
pendamping dalam menyelesaikan dan mengembangkan soal-soal OSN tahuntahun sebelumnya juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman
siswa dalam menyelesaikan soal-soal OSN. Mengingat guru adalah salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran maka mereka harus
mampu sebagai seorang fasilitator dan mediator pembelajaran.
Berkaitan dengan materi olimpiade fisika sesuai silabus OSN
dititikberatkan pada pengoptimalan kapabalitas
lebih
keterampilan intektual siswa,
terutama keterampilan pemecahan masalah yang bertujuan untuk melatih siswa untuk
berpikir tingkat tinggi mencakup
(1) critical thinking
meliputi (kemampuan
menguji, menghubungkan, mengevaluasi aspek-aspek situasi atau memfokuskan
masalah pada bagian-bagian masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan
informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, menentukan jawaban yang
rasional, menentukan simpulan yang valid, dan menganalisis serta mengadakan
refleksi), dan (2) creative thinking meliputi (kemampuan menghasilkan produk yang
9
original, efektif, dan kompleks; mensintesis; menggeneralisasi; dan mengaplikasikan
ide-ide). Keterampilan berpikir ini akan berkembang dan bisa dimiliki oleh siswa
apabila dalam kegiatan pembelajaran mereka dilatih belajar dalam kegiatan
pemecahan masalah. Berpikir kreatif merupakan kelanjutan dari proses berpikir
kritis. menggambarkan tingkatan keterampilan berpikir sebagai berikut.
Siswa hendaknya melatih keterampilan memecahkan masalah, untuk
mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan analisis,
keterampilan mengevaluasi dan keterampilan memetakan konsep adalah sebagian
dari kemampuan berpikir yang atributnya dapat ditanamkan dalam pembelajaran.
Sasaran hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi menetapkan pencapaian siswa yang
memerlukan informasi aplikasi, analisa, sintesis, dan evaluasi.
Terdapat berbagai strategi pemecahan masalah dalam fisika yang diusulkan
oleh para ahli tetapi pada prinsipnya strategi yang diusulkan oleh para ahli tersebut
terdiri dari empat tahapan yaitu: analisis masalah, merencanakan solusi,
menyelesaiakan rencana solusi, dan mencek dan mengevaluasi solusi (Tao, 2001).
Berdasarkan uraian di atas diharapkan seorang guru pembina olimpiade dapat
menyediakan siswanya soal-soal yang mampu melibatkan siswa menggunakan
metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, proses-proses berpikir,
keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan pengetahuan isi dengan berpikir
untuk memahami fenomena dunia nyata.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di
atas, maka rumusan masalah dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah
sebagai berikut.
1. Kompetensi para guru pembina OSN fisika SMP di kota Tabanan dalam
menyusun dan mengembangkan materi ajar berorientasi OSN yang dilengkapi
soal-soal dan pemecahannya dapat ditingkatkan melalui kegiatan pendampingan
ini.
2. Para guru Pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan peserta pelatihan
memberikan respon postif terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan ini.
10
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini sebagai berikut.
1)
Meningkatkan kompetensi guru pembina olimpiade OSN fisika SMP di kota
Tabanan untuk menyusun materi fisika yang berorientasi OSN yang dilengkapi
soal-soal serta pemecahannya..
2)
Meningkatkan
respon
para
peserta
pelatihan
terhadap
pelaksanaan
pendampingan penyusunan asesmen OSN fisika
1.4 Manfaat Kegiatan
Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi
positif terhadap usaha peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan fisika
di jenjang SMP. Secara eksplisit kontribusi hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Para guru pembina OSN fisika memperoleh pendalaman materi-materi fisika
dalam tataran OSN sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademiknya
dalam membina siswanya dalam persiapan menghadapi OSN fisika.
2) Tersedianya materi ajar yang dilengkapi soal-soal dan pemecahannya yang akan
dapat digunakan oleh para guru pembina melatih siswanya dalam persiapan
menghadapi OSN.Fisika
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Pelajaran Fisika dan Peranan Guru dalam Pembelajaran
Mata pelajaran fisika yang termasuk salah satu pelajaran sains (IPA)
memiliki karakteristik sangat kompleks. Belajar fisika melibatkan kemampuan dan
keterampilan interpretasi fisis, tranformasi besaran dan satuan, logika matematis, dan
kemampuan numerasi yang akurat. Karakteristik pelajaran semacam itu mestinya
secara tidak langsung menggiring para praktisi untuk kreatif dan antisifatif terhadap
keefektifan akan pembelajarannya di sekolah. Oleh karena itu, para guru perlu
memperhatikan tiga wawasan berpikir tentang belajar dan mengajar fisika yaitu: (1)
to present subject matter is not teaching, (2) to store stuff away in the memory is not
learning, and (3) to memorize what is stored away is not proof of understanding.
Guru fisika diharapkan dapat mengubah pandangan dan metode mengajarnya
dalam mengajar, sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar
fisika. Tujuan pembelajaran fisika bukan hanya menyediakan peluang kepada siswa
untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori yang mapan, tetapi juga mengembangkan
kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan memperbaharui kembali praktek
dan kemampuan penalarannya dalam rangka mengkonstruksi pemahaman. Untuk
mencapai tujuan tersebut, guru dianjurkan untuk kreatif dalam mengembangkan
aktivitas yang dapat mendorong para siswa
membangun pengetahuan dan
pemahaman mereka.
Guru hendaknya menyediakan prosedur pembelajaran yang dapat membantu
para siswa untuk memformulasikan kembali informasi baru atau merestrukturisasi
pengetahuan
awal
mereka
melalui
penyediaan
inferensi
informasi
baru,
mengelaborasi informasi tersebut secara mendetail, dan membangkitkan hubungan
antara informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal siswa. Hal ini dapat
dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik sub pokok bahasan, pengemasan rancangan pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik materi fisika dan karakteristik pebelajar, dan
pemilihan strategi yang tepat dalam pembelajaran fisika di kelas. Strategi
pembelajaran fisika berbasis keterampilan berpikir siswa sangat tepat untuk
12
pembelajaran fisika yang memiliki karakterstik yang sangat kompleks.
Peranan guru dalam pembelajaran berbasis keterampilan berpikir adalah
sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator dalam pemerosesan
kognitif siswa.
Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam
tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa,
menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan
pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha
mencapai tujuan kognitif dan metakognitif.
Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan
masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan
interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan
tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan
mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan
awal dan pengelompokan siswa.
Sebagai mediator proses-proses kognitif siswa, guru memandu mengetengahi
antar
siswa,
membantu
para
siswa
memformulasikan
pertanyaan
atau
mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa
mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan
gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada
siswa ikut berpikir keras.
2.2 Hubungan Pengetahuan Bidang Studi dengan Berpikir
Teori-teori kognitif (Marzano et al, 1988) meyakini bahwa keterampilan
berpikir merupakan satu kesatuan dengan bidang studi (content), karena bidang studi
sangat
terkait
dengan
kognisi. Karenanya,
penting adanya
upaya
untuk
mengintegrasikan pembelajaran keterampilan berpikir dengan pembelajaran bidang
studi. Dalam hal ini, bidang studi dapat dianggap sebagai pendekatan alternatif untuk
penyelidikan.
Pembelajaran menghubungkan pengetahuan bidang studi dengan berpikir
ditujukan untuk perbaikan miskonsepsi dan pemahaman konsep. Hendaknya
13
dibedakan antara penguasaan konsep dan pemahaman konsep. Penguasaan konsep
tidak menjamin terjadinya transfer belajar dan pemahaman untuk diterapankan di
dunia nyata (Bransford dalam Santyasa, 2004). Sedangkan pemahaman konsep
diyakini dapat menjamin transfer belajar dan pemahaman tersebut di dunia nyata.
Pemahaman dicirikan oleh kemampuan seseorang untuk mengemukakan gagasan,
perspektif, solusi, dan produk mereka yang siap direnungkan, ditinjau, dikritik, dan
digunakan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya lebih
mengutamakan proses dan keterampilan berpikir, seperti: mendefinisikan dan
menganalisis masalah, memformulasikan prinsip, mengamati, mengklasifikasi dan
memverifikasi.
Terdapat perbedaan yang tajam cara belajar antara ahli dan siswa. Para ahli
memperoleh pengetahuan melalui proses mental dan pendekatan penyelidikan. Para
ahli mengoranisasikan pengetahuannya di sekitar konsep-konsep kunci yang
menghasilkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip dasar. Berbeda dengan
para siswa, mereka membutuhkan pembelajaran mengaitkan bidang studi dalam
berpikir dan pembelajaran melalui strategi-strategi kognitif untuk menuju
pemahaman konseptual. Hal ini sekaligus untuk melakukan perbaikan miskonsepsi
yang mungkin dialami siswa. Pengetahuan awal yang berlabel miskonsepsi
merupakan penghalang siswa mengembangkan skemata. Roth dan Roychoudhury
(1994) menemukan bahwa para siswa kesulitan merubah miskonsepsi mereka karena
kesalahan pemerosesan informasi, antara lain: terlalu yakin dengan pengetahuan
awalnya, terlalu yakin dengan kata-kata dalam teks, tidak mengaitkan fakta-fakta
dalam teks, memisahkan pengetahuan bidang studi dengan pengetahuan dunia nyata.
Roth dan Roychoudhury (1994, dalam Suardana, 2002) juga menyatakan
bahwa para siswa yang lebih siap mengalami perubahan konseptual adalah mereka
yang: sadar akan pernyataan-pernyataan kunci dalam teks yang tidak koheren dengan
pengetahuan awal mereka, mengenal konsep-konsep utama dalam teks, menyadari
konflik antara penjelasan teks dan miskonsepsinya sendiri serta rela menghapus
miskonsepsinya untuk memecahkan konflik tersebut, menyadari bahwa teks
mengarahkan perubahan dalam berpikir mereka sendiri mengenai pengetahuan dunia
nyata, menyadari penjelasan tertentu dalam teks yang membingungkan sebagai
akibat konflik dengan keyakinan mereka sebelumnya, dapat menggunakan ide-ide
14
teks untuk menjelaskan fenomena dunia nyata.
2.3 Strategi Pemecahan Masalah dan Kompetensi Dasar Fisika
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu alat utama
dalam pengajaran fisika (Heller, et al,1992). Sebagai suatu alat, pemecahan masalah
digunakan untuk memperdalam pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip
utama, dan membantu pebelajar untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsipprinsip itu pada berbagai persoalan. Tujuan utama pengajarn fisika
adalah
membantu siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dan
bagaimana menerapkannya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian
pemecahan masalah merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran
fisika ( Tao, 2001).
Dalam praktek, pembelajaran fisika selalu dimulai dengan penjelasan materi
pelajaran dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, kemudian
disertai dengan contoh-contoh pemecahan masalah, dan diakhiri dengan latihan
memecahkan masalah baik di kelas maupun di rumah. Permasalahan-permasalahan
itu biasanya dalam bentuk kualitatatif, atau kuantitatif, atau gabungan dari keduanya.
Terdapat berbagai strategi pemecahan masalah dalam fisika yang diusulkan
oleh para ahli seperti Tao (2001). Pada prinsipnya strategi yang diusulkan oleh para
ahli tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu: analisis masalah, merencanakan solusi,
menyelesaiakan rencana solusi, dan mencek dan mengevaluasi solusi.
Depdiknas (2003) menyatakan kompetensi adalah kemampuan secara umum
yang harus dimiliki seorang lulusan atau merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, bertindak secara
konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih
kompeten, atau memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melaksanakan tugas. Dalam pembelajaran, definisi tersebut secara tidak langsung
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar haruslah memenuhi kompetensi dan
standar tertentu.
Kompetensi dasar merupakan pengetahuan minimal tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
15
bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran
tertentu, sedangkan kompetensi dasar mata pelajaran fisika dalam KTSP adalah
mengandung pengetahuan dalam materi, sejumlah kemampuan atau keterampilan,
sikap atau nilai ilmiah Siswa diharapkan dengan kompetensi dasar memiliki
kemampuan seperti apa yang harus dipahami, merencanakan atau melaksanakan
percobaan, memilih, mengkomunikasikan, menyempurnakan pertemuan, serta
kemampuan mengapresiasikan atau menghargai sesuatu. Kompetensi dasar fisika
mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif) membahas tujuan pembelajaran
berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi, keterampilan (psikomotor) berkaitan dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik, serta sikap (afektif) berkaitan
dengan sikap, nilai-nilai interes, dan apresiasi (penghargaan).
Penilaian kognitif semata-mata menilai sejauh mana siswa memiliki
pengetahuan fakta, konsep, dan teori. Penilaian afektif adalah penilaian yang
mengukur sejauh mana sikap dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian psikomotor
adalah mengukur kemampuan keterampilan siswa dalam bekerja ilmiah, mengikuti
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan seperti kegiatan
praktikum. Penilaian terhadap kompetensi perlu dilakukan secara obyektif,
berdasarkan kinerja siswa, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap sebagai hasil belajar. Penilaiannya dapat berbentuk tes
tulis, kinerja, dan portofolio. Dengan demikian dalam pembelajaran yang dirancang
berdasarkan kompetensi, penilaiannya tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan
yang bersifat subyektif.
16
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah dari kegiatan P2M ini, disajikan pada bagan
Gambar 01.
ANALISIS
KEBUTUHAN
 Mengidentifikasi tipe-tipe
soal olimpiade
fisika untuk 5
tahun terakhir
 Mengkaji silabus
OSN Fisika
PELATIHAN
 Penyegaran
materi fisika
tingkat lanjut
 Menyusun
kisi-kisi soal
berdasarkan
indikator hasil
belajar dalam
silabus
 Menyusun
draf materi
ajar OSN
fisika dan
soal-soal dan
pemecahannya
IMPLEMENTASI
 Menyusun dan
mendokumentasikan hasil
pelatihan berupa
draf materi ajar
OSN fisika dan
soal-soal dan
pemecahan-nya
EVALUASI
PROGRAM
 Melakukan uji
(tentang
kelayakan soal)
oleh teman
sejawat yang
dipandu oleh
narasumber
 Membuat solusi
dari soal yang
telah teruji
 Mendokumentasikan soal dan
solusinya
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemecahan Masalah Kegiatan P2M
Berdasarkan bagan pada Gambar 01, kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pendampingan penyusunan asesmen
fisika berbasis OSN ditempuh dengan langkah-langkah, sebagai berikut.
1) Mengidentifikasikan soal-soal OSN Fisika untuk lima tahun terakhir, sebagai
bahan dan acuan penyusunan asesmen
2) Mengkaji silabus OSN
3) Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian
hasil belajar yang lebih ditekankan pada penggunaan konsep, teori, hukum
untuk memecahkan masalah
4) Membuat kisi-kisi dan kartu soal berdasarkan cakupan materi dalam silabus
OSN
17
5) Melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat dan nara sumber.
6) Memilih soal yang telah teruji
7) Membuat solusi dari soal yang telah teruji
8) Mendokumentasi soal dan solusinya
3.2 Metode Pelaksanaan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk
pendampingan, dengan tahapan sebagai berikut.
a. Informasi, tanya jawab, dan diskusi
Metode ini dimaksudkan untuk memperdalaman dan pemahaman wawasan
guru
pembina tentang tipe-tipe soal-soal fisika berbasis OSN dan cara
pemecahannya dengan strategi pemecahan masalah. Pemberian informasi melalui
diberikan oleh nara sumber dari tim pembina olimpiade fisika provinsi Bali dan
melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha
b. Latihan dan Praktek
Metode ini dimaksudkan untuk merealisasikan teori yang diperoleh melalui
infomasi, tanya jawab dan diskusi, sehingga keterampilan guru pembina dapat
ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, peserta secara bersama-sama dalam bentuk
kerja kelompok menyusun soal-soal tipe olimpiade fisika dan solusinya. Dalam
kegiatan pendampingan ini secara langsung dibimbing oleh nara sumber sumber dari
tim prmbina olimpiade fisika provinsi Bali dan melibatkan dosen Jurusan Pendidikan
Fisika FMIPA Undiksha.
3.3 Keterkaitan
Instansi-instansi yang terkait dengan kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. . Disdikpora kabupaten Tabanan yang bertanggung jawab langsung terhadap
segala kegiatan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di kabupaten Tabanan.
Secara tak langsung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
akan
merasakan
manfaat kegiatan ini, karena kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran fisika.
2. Universitas Pendidikan Ganesha yang merupakan instansi dari tim pengabdian
18
sebagai penghasil tenaga pendidik.
3. Sekolah-sekolah SMP N
di kota Tabanan, dimana
para gurunya mendapat
pelatihan langsung dalam kegiatan P2M ini.. Kegiatan ini akan bermanfaat
langsung
bagi sekolah-sekolah yang bersangkutan, karena setelah mengikuti
kegiatan ini para guru akan langsung menerapkan pengetahuan, keterampilan serta
pengalamannya di sekolah tersebut.
3.4 Khalayak Sasaran
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa muara dari kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika menuju olimpiade fisika. Terkait
dengan hal ini, khalayak sasaran yang strategis dan tepat untuk dilibatkan dalam
kegiatan ini adalah semua guru pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan (SMP
N 1, SMP N 2, dan SMP N 3), yang berjumlah 21 orang.
3.5 Teknik Evaluasi dan Analisis Data
3.5.1 Prosedur dan Alat Evaluasi
Data yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah kompetensi pengembangan
produk-asesmen
fisik. Data dikumpulkan teknik observasi, teknik pencatatan
dokumen, dan teknik angket dan wawancara.
3.5.2 Analisis Data
Semua data dalam kegiatan ini dianalisis secara deskriptif dan interpretatif.
Penyimpulan didasarkan pada kriteria keberhasilan yang diacu sebagai dasar
mengambil keputusan dalam kegiatan ini didasari oleh standar penilaian yang
digunakan untuk masing-masing data yang akan dikumpulkan.
1)
Data kompetensi guru Pembina OSN fisika dalam mengembangkan materi
ajar soal-soal dan pemecahannya menyelesaiakan soal-soal olimpiade fisika serta
pengembangannya dianalisis secara deskriptif dengan jenjang kualifikasi yang
dikategorikan berdasarkan rerata skor ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi
ideal (SDI) dengan lima kategori : Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB),
19
Kurang Baik (KB) dan Sangat Kurang Baik (SKB) (Nurkancana & Sunartana,
1992) ; dengan rubrik penilaiannya ditunjukan pada Tabel 01.
Tabel 1. Rubrik Penilaian Pengembangan Asesmen Fisika
Skor
Kriteria
5
Lengkap, referensis, ilmiah, menekankan pemecahan masalah
4
Lengkap, referensis, ilmiah, kurang menekankan pemecahan masalah
3
Lengkap, referensis, tidak ilmiah, kurang menekankan pemecahan masalah
2
Lengkap, tidak referensis, tidak ilmiah, tidak menekankan pemecahan masalah
1
Tidak lengkap, tidak referensis, tidak ilmiah, tidak menekankan pemecahan
masalah
2) Data respon peserta pelatihan dianalisis secara deskriptif dengan jenjang
kualifikasi berdasarkan rerata skor ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi
ideal (SDI) dengan lima kategori: Sangat Positif (SP), Positif (P), Cukup Positif
(CP), Kurang Positif (KP) dan Sangat Kurang Positif (SKP) (Nurkancana &
Sunartana, 1992), seperti ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penggolongan Respon Para Peserta Pelatihan.
Skor
Kualifikasi
MI + 1,5 SDI  X
Sangat positif (SP)
MI + 0,5 SDI  X < MI + 1,5 SDI
Positif (P)
MI - 0,5 SDI  X < MI + 0,5 SDI
Cukup positif (CP)
MI - 1,5 SDI  X < MI – 0,5 SDI
Kurang positif (KP)
X < MI- 1,5 SDI
Sangat kurang positif (SKP)
3.5.3 Indikator Keberhasilan Program
Indikator lain sebagai keberhasilan pelaksanaan kegiatan P2M yang
disesuaikan dengan rumusan masalah di atas, sebagai berikut.
1) Kemampuan guru pembina OSN Fisika SMP di kota Tabanan untuk
20
mengembangkan materi ajar OSN Fisika yang dilengkapi soal-soal serta
pemecahannya minimal berkategori Cukup Baik (CB) sebesar 70%.
2) Respon guru pendamping peserta pelatihan yang memiliki respon minimal
berkategori positif (P) terhadap pelaksanaan kegiatan sebesar 70%.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan terprogram, seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rincian Kegiatan P2M tahun 2012
No
1
Kegiatan

Sosialisasi program 2012 dengan menyampaikan dan menindaklanjuti
hasil yang dicapai pada pelaksanaan P2M 2011

Pemberian informasi, diskusi dan tanya jawab seputar soal-soal fisika
berorientasi OSN
2
3

Pemberian pre-tes pada peserta

Pendampingan penelahan silabus fisika OSN 2012

Pemetaan soal-soal OSN dari tahun 2008 s.d 2012

Seminar dan lokakarya teknik penyusunan dan pengembangan
asesmen fisika yang berorientasi OSN

Latihan dan praktek penyusunan asesmen fisika beorientasi OSN
untuk beberapa pokok bahasan dan pengembangan

Evaluasi, pemberian post-tes, dan pemberian angket serta wawancara
Sebelum kegiatan inti dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan sosialisasi
program 2012, dengan menyampaikan hasil yang refleksi kegiatan P2M 2011 di
Kabupaten Tabanan (Rai Sudiatmika, dkk, 2011) serta informasi, diskusi dan tanya
jawab seputar soal-soal fisika berorientasi OSN, serta penelahan silabus fisika OSN
2012, memetakan soal-soal OSN dari tahun 2008 s.d 2012 dan pemberian pre-tes.
Kegiatan inti dilaksanakan dalam bentuk pendampingan melalui kegiatan
seminar dan lokakarya yang diselenggarakan selama satu hari penuh pada hari Sabtu
pada tanggal 27 Oktober 2012 dari pukul 08.00 – 17.00 WITA. Kegiatan ini
22
melibatkan 21 orang guru fisika SMP N di kabupaten Tabanan (17 orang guru sains
di kota Tabanan dan 4 orang guru sains berasal dari luar kota Tabanan). Kegiatan ini
dipusatkan di SMP N 2 Tabanan.
Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Kepala SMP N 2 Tabanan, atas seijin Tim
Monev Internal LPM sebagai wakil Ketua LPM Undiksha. Pelaksanaan kegiatan ini
merupakan momen yang sangat penting
bagi para guru untuk meningkatakan
kemampuannya sebagai calon pembina olimpiade fisika SMP agar dapat dihasilkan
siswa yang cerdas dan kompetitif yang mampu bersaing baik di tingkat nasional dan
intenasional, mengingat propinsi Bali adalah salah satu propinsi yang sangat
diperhitungkan mutu lulusannnya di tingkat nasional. Momen melalui seminarlokakrya seperti ini sangat jarang dilakukan, sehingga para guru dapat mengikuti
kegitan ini dengan baik, dan natinya pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan
untuk mengembangkan diri mereka tentunya sebagai calon-calon pembina fisika
SMP di sekolah mereka masing-masing.
Tepat pukul 09.00 WITA, Ibu Dr. A.A.I.A Rai Sudiatmika (didampingi tim
pelaksana P2M) dari Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha mempresentasikan
makalahnya dengan judul “ Teknik penyusunan asesmen fisika berorientasi OSN”.
Presentasinya diawali dengan menyampaikan teori dan praktek asesmen sains,
kemudian dilanjutkan model asesmen yang dikembangkan khususnya untuk mata
ajar fisika yang berorientasi OSN yang menitik beratkan karaketeristik soal-soal
OSN: 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal
ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak
bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut
kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem evaluasi menggunakan passing
grade.
Dalam penyampaian makalahnya, nara sumber menekankan langkahlangkah yang ditempuh dalam penyusunan asesmen fisika berbasis OSN, sebagai
berikut.
1) Mengkaji silabus OSN
2) Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian
hasil belajar yang lebih ditekankan pada penggunaan konsep, teori, hukum
untuk memecahkan masalah
23
3) Membuat kisi-kisi dan kartu soal berdasarkan cakupan materi silabus OSN
4) Melalui diskusi pleno, melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman
sejawat dan nara sumber
5) Memilih soal yang telah teruji
6) Membuat solusi dari soal yang telah teruji
7) Mendokumentasi soal dan solusinya
Diakhir presentasinya, diberikan cara mengembangkan soal-soal OSN dengan
cara pemetaan soal OSN dari tahun ke tahun agar para guru tahu bagaiamana cara
mengembangkan berdasrkan soal-soal yang telah ada.
Satu jam ke depan diisi dengan seison tanya jawab seputar materi seminar.
Ada beberapa pertanyaan terungkap dari peserta pelatihan yang pada intinya
mengungkapkan kesulitan dalam menyusun dan mengembangkan soal-soal fisika
berorientasi OSN karena beberapa alasanmasih antara lain: 1) masih sulitnya para
guru memperoleh/mengakses informasi seputar soal-soal fisika,
2) sulitnya
mempredeksi soal-soal olimpiade yang memang memiliki karaketeristik berbeda dan
tingkat kesukaran yang lebih dibandingkan dengan soal-soal fiiska umumnya, dan 3)
keterbatasan kemampuan guru dalam pemahaman materi aplikasi. Beberapa saran
dan kritik juga terungkap dalam sesion tanya jawab ini adalah 1) kegiatan model ini
dapat dijadikan program rutin bagi jurusan Pendidikan Fisika, tidak semata diadakan
bila ada proyek penelitian/pengabdian, karena kegiatan model ini dapat dijadikan
ajang bagi para guru dan dosen untuk bersama-sama melakukan kajian lebih
mendalam tentang prediksi dan pemecahan soal-soal olimpiade yang secara langsung
dapat membantu kesulitan guru dalam pembinaan olimpiade, 2) mengharapkan
jurusan Pendidikan Fisika sebagai fasilitator untuk melaksanakan kegiatan model ini
dengan mendatangkan nara sumber dari pusat, seperti Prof. Yohanes Surya, Ph.D
selaku Ketua TOFI Indonesia, dengan harapan diperolehnya strategi yang lebih jitu
dalam menghadapi seleksi olimpiade baik tingkat kabupaten-kota, propinsi, nasional
dan internasional. Terhadap pertanyaan, saran dan kritik di atas, nara sumber
memberikan tanggapan sebagai berikut. Khusus untuk pembinaan menuju olimpiade
fisika, sebaiknya dibentuk club-club fisika yang keanggotaannya terdiri dari siswasiswa yang memang berminat dan mencintai fisika, karena jika minat fisika siswa
24
dapat ditumbuhkan maka fisika akan merupakan “kebutuhan” bagi siswa bukan
sekedar “kewajiban” untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kegiatan ini jangan
dijadikan ajang bisnis, dengan kata lain keanggotaan club ini tidak mesti banyak
orang. Peningkatan kemampuan akademik guru juga perlu ditingkatkan sebagai
pembina di sekolah mereka masing-masing, dengan harapan melalui peningkatan
kemampuan akademik ini guru akan lebih mampu mempredikasi dan mampu
melakukan pengembangan soal-soal olimpiade dan dapat menggunakan strategi
pemecahan masalah dengan baik. Terhadap kritik dan saran, akan diupayakan bahwa
jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Undiksha menjadikan model kegiatan ini sebagai
program
rutin
jurusan,
termasuk
fasilitator
bagi
guru
pembina
dalam
mengembangkan diri dan membantu guru dalam kendala pemecahan masalah fisika.
Setelah makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan sesion mengidentifikasi
soal-soal fisika OSN, teknik penyusunan dan tahap pengembangannya dan diakhiri
dengan penyampaian hasil dari wakil peserta.
Sebagai akhir dari kegiatan ini adalah acara penutupan, yang ditutup oleh
Ketua Pelaksana P2M dari kegiatan ini atas seijin Tim Monev Internal LPM
Undiksha.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan ini menunjukan
secara umum kemampuan peserta pelatihan dalam menyusun asesmen fisika
berorientasi OSN mengalami peningkatan yang cukup berarti jika dibandingkan
dengan sebelum mereka mendapat pelatihan model ini. Hal ini terlihat dari hasil
diskusi selama penyajian makalah, di mana hampir sebagian besar peserta pelatihan
mengungkapkan mereka sangat senang diberikan teknik dalam menyusun asesmen
fisika berorientasi OSN. Di samping itu juga terungkap masih kurangnya
kemampuan guru dalam menerapkan strategi pemecahan masalah karena tidak
tahunya guru tentang startegi pemecahan masalah model ini. Dalam menyelesaikan
soal-soal yang diajarkan pada siswa, guru masih menerapkan model penyelesaian
soal secara konvensional, dengan menuliskan : diketahui, ditanya, dan jawab, tanpa
pernah mengajak siswa untuk memaknai soal lebih lanjut, apalagi menggolongkan
25
soal-soal tersebut ke dalam masalah akademik dan masalah dunia nyata. Seorang
guru pembina olimpiade seharusnya dapat menyediakan siswanya soal-soal yang
mampu melibatkan siswa menggunakan metakognisi, keterampilan berpikir kritis
dan kreatif, proses-proses berpikir, keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan
pengetahuan isi dengan berpikir untuk memahami fenomena dunia nyata.
Hal lain yang terungkap adalah faktor pendidikan dan spesialisasi bidang
studi guru juga sangat menentukan tingkat keberhasilan guru dalam pemahaman
materi seminar ini. Banyak guru yang tidak berlatar belakang pendidikan fisika atau
ilmu fisika membina kegiatan olimpiade fisika, dan sebaliknya. Ungkapan-ungkapan
ini sangat relevan dengan hasil perolehan data kemapuan peserta pelatihan dalam
teknik dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN, terutama dalam tahap
membuat penyelesaian soal-soal dan tahap pengembangannya. Rata- rata baru 55%
peserta yang mampu menyelesaikan soal-soal dan mampu mengembangkan soal-soal
yang telah dibuat dengan cukup baik setelah mengetahui teknik ini diberikan.
Hasil pelaksanaan kegiatan ini diharapkan memberikan imbas positif
terhadap pelaksanaan pembinaan olimpiade fisika di sekolah mereka masing-masing
sehingga diharapkan wakil Bali dalam bidang fisika makin banyak kuantitas dan
kualitasnya yang mampu berperan baik di tingkat nasional dan internasional.
Respon para guru Pembina OSN sangat positif terhadap model kegiatan ini
sangat positif, apalagi para guru yang jauh dari Perguruan Tinggi yang terlibat dalam
kegiatan pembinaan OSN tingkat provinsi Bali. Ini terbukti dari keikutsertaan para
guru Pembina OSN dalam kegiatan P2M. Berdasarkan undangan yang telah
diedarkan dengan cakupan guru-guru sains di kota Tabanan (SMP N 1, SMP N 2,
dan SMP N 3 Tabanan) yang direncanakan hanya 12 orang guru sains ternyata
setelah dilaksanakan kegiatan ini P2M ini dikuti oleh 21 orang guru sains dengan 4
orang guru sains berasala dari luar kota Tabanan , yaitu 2 orang guru sains dari SMP
N 2 Kediri, 1 orang guru sains dari SMP N 5 Baturiti, dan 1 orang guru sains dari
SMP 1 Baturiti (lampiran daftar hadir). Mereka berharap model kegiatan P2M ini
agar dilaksanakan secara regular sehingga pola pembinaan yang dilakukan guru-guru
di sekolahnya dapat ditingkatkan kualitas karena para guru secara regular
memperoleh penyegaran, apalagi kegiatan model yang telah dilakukan ini hanya
mengkontribusikan pikiran dana tenaga, tanpa dipungut dana.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan P2M ini
adalah sebagai berikut.
1) Kompetensi para guru pendamping pembina OSN fisika SMP N di kota
Tabanan dalam penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN
dapat ditingkatkan setelah kegiatan pendampingan ini dilaksanakan.
2) Respon guru-guru pendamping pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan
sangat positif terhadap pelaksaaan kegiatan ini.
5.2 Saran-saran.
Beberapa hal yang disarankan dari hasil kegiatan ini, sebagai berikut.
1) Guru-guru
pendamping
pembina
olimpiade
fisika
hendaknya
lebih
memantapakan pemahamannya tentang pemahamn materi fisika berorientasi
dan lebih mengajarkan strartegi pemecahan masalah dalam pembinaan
olimpiade fisika anak didiknya.
2) Melihat antusias keikutsertaan para peserta perlu diupayakan langkah yang
lebih konkrit terutama oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan dengan
bekerja sama dengan jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Undiksha untuk
melakukan kegiatan pelatihan model ini secara terprogram dalam upaya
meningkatakan kualitas dan kuantitas siswa-siswa SMP meraih tiket sebagai
peserta olimpiade tingkat nasional dan internasional
27
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Penilaian Hasil Belajar: Jakarta: Depdiknas
Disdikpora. 2008. Laporan Pelaksanaan OSN 2008. Denpasar: Provinsi Bali
Disdikpora. 2009. Laporan Pelaksanaan OSN 2009. Denpasar: Provinsi Bali
Disdikpora. 2010. Laporan Pelaksanaan OSN 2009. Denpasar: Provinsi Bali
Finegold, M & Mass, R. (1985). Diffrences in Processes of Solving Physics
Problems Between Good Physics Problem Solver and Poor Physics
Problem Solver. Research in Science and Technological Education. Vol. 3.
Garrett, R.M. Satterly, D. Gill Perez, D. & Marttinez Torregosa, J. 1990. Turning
Exercises into Problem: An Experimental Studi With Teachers in Training.
International Journal of Science Education Vol. 12, No. 2.
Kibbel, 1999. How do you approach a physics problem? Physics Education Vol 34
(2).
Nurkancana, W. dan Sunartana, PPN. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Reif, F. 1995. Milikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important
Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. Vol 63, No.1,
January, 1995.
Suardana, I.K., dkk. 2006. Pelatihan Strategi Pemecahan Masalah Menuju
Olimpiade Fisika Bagi Guru-guru SMA di kota Singaraja. Laporan P2M.
Undiksha
Suardana, I.K. ,dkk. 2009. Pendampingan Penyusunan Materi Ajar Fisika Berbasis
Olimpiade Bagi Guru SMP di Kecamatan Mengwi Laporan P2M.
Undiksha
Suardana, I.K. 2010. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah Dengan Setting GI
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Fisika
Dasar 4. Laporan Penelitian. Undiksha
Rai Sudiatmika. dkk. 2011. Pelatihan Penerapan Strategi Pemecahan Masalah dan
Penyegaran Materi Menuju Olimpiade Fisika Bagi Guru-guru SMP di
Kabupaten Tabanan. Laporan P2M. Undiksha
Tao. Ping-Kee. (2001). Confronting Student Wiyh Multiple Solutions to Qualitative
Physics Problem. Physics Education Vol 37, No.2, March. 2001
28
Lampiran 01.
Nomor : 02/Pan-FIS.P2M/2012
2012
Lamp : Perihal : Pemberitahuan Pelaksanaan
P2M DIPA TA. 2012
Singaraja, 23 Oktober
Kepada
Yth. Bapak Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha
diSingaraja
Dengan hormat,
Melalui surat ini kami tim pelaksana P2M DIPA Tahun Anggaran 2012
Judul
: Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis
OSN Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan
Ketua Pelaksana : I Kade Suardana, S.Pd,M.Si (Pend.Fisika/FMIPA)
akan menyelenggarakan kegiatan P2M pada
Hari, tanggal
Pukul
Tempat
Acara
:
:
:
:
Sabtu, 27 Oktober 2012
09.00 WITA - selesai
SMP Negeri 2 Tabanan
Terlampir
Melalui pemberitahuan ini kami mengharapakan Bapak Ketua LPM Undiksha dan
staf dapat memantau dan memonitoring pelaksanaan kegiatan yang kami
selenggarakan ini.
Atas perhatiannya Bapak kami ucapkan terimakasih
Ketua Pelaksana
I Kade Suardana, S.Pd, M.Si
NIP.196812071994031002
29
Susunan Acara Pelaksanaan P2M
pada tanggal 27 Oktober 2012 di SMP N 2 Tabanan
No
Waktu
Acara/Kegiatan
1.
08.00-08.30 WITA
Persensi
2.
08.30-09.00 WITA
Pembukaan
3.
09.00-09.30 WITA
Snack
4.
09.30-12.30 WITA
Penyajian makalah, diskusi
5.
12.30-13.00 WITA
Rehat
6.
13.00-16.30 WITA
Lokakarya
7.
16.30-17.00 WITA
Penutupan
30
Lampiran 02. Dokumentasi
Gambar 01. Lab IPA SMPN 2 Tabanan, Tempat Berlangsung Kegiatan P2M
Gambar 02. Pemakalah Dr. A.A.I.A. Rai Sudiatmika M.Pd
dari Jurusan Pendidkan Fisika FMIPA Undiksha
31
Gambar 03. Materi Yang Disampaiakan Pemakalah dalam Kegiatan P2M
32
33
Gambar. 05. Para peserta pelatiahan kegiatan P2M
34
Lampiran 03. Lembar hasil monev LPM Undiksha dan
Surat Keterangan SMP N 2 Tabanan
LEMBAR MONITORING
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Judul
: ……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….
2.
3.
4.
5.
6.
: ……………………………………………………….
: ………………………………………………………
: ……………………………………………………….
: ……………………………………………………….
: ………………………………………………………
Bentuk Kegiatan
Sasaran/Subjek
Penanggung Jawab
Lokasi Kegiatan
Tgl, Bln, Th Pelaksanaan
Sumber Dana dan besarnya
………………………………
Tahu Pelaksanaan
……………………..
Kerjasama dengan instansi lain
……………………………….
Nama Instansi
……………………
Hasil monitoring (uraiakan dengan menggunakan kreteria, indicator dan tolak
ukur yang digunakan sesuai dengan proposalnya)
Saran Komentar/Catatan
Singaraja, ………………………..
Petugas Monitoring
…………………………………..
NIP.
Download