9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1
Definisi SOHO
SOHO adalah singkatan dari ‘Small Office, Home Office’, yaitu: tren bekerja
di dalam rumah. (Imelda Akmal. 2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan definisi SOHO adalah sebuah hunian,
yaitu rumah atau apartemen, yang menggabungkan fungsi tempat tinggal dengan
kantor sehingga di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas penunjang kantor. Konsep
SOHO ini memungkinkan para pemilik dan pengguna unit apartemen untuk
menggunakan unit apartemennya sebagai unit hunian ataupun sebagai unit kantor
dengan izin yang legal.
Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide halaman
15), Semakin banyak profesi yang cocok dengan konsep SOHO, yaitu jenis profesi
yang tidak terlalu menuntut jam kerja tetap dan berada di belakang meja setiap saat
(fleksibel). Contohnya adalah profesi yang bergerak dibidang kreatif seperti arsitek,
desainer, grafis, penulis, fotografer, koki, pemusik, dan masih ada segudang profesi
kreatif lainnya yang tumbuh makin marak dalam kurun 5 tahun terakhir.
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan SOHO
Plus Minus SOHO
Kelebihan
Kekuarangan
Efisiensi waktu dan biaya (tak perlu sewa
Harus siap mendisiplinkan diri karena
tempat), tak butuh waktu lama untuk
tidak ada aturan jam kerja yang
mencapai tempat kerja)
mengikat
Harus siap dengan tambahan biaya
Biasa dekat dengan keluarga
listrik, air, dan jaringan komunikasi
Fleksibel mengatur waktu istirahat
Harus siap dengan area parkir
(bahkan bisa tidur siang disela-sela jam
tambahan, jika pegawai membawa
istirahat)
kendaraan
Sumber: Buku SOHO Seri Rumah Ide Hlm 15
9
10
Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm 32 33), Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan Orientasi dan sirkulasi ruang
dalam SOHO:
• Hitung jumlah pengguna
• Data kebutuhan furniture
• Mengatur sirkulasi ruang
• Memilih furniture yang sesuai dengan ukuran ruang
• Mengatur tata letak furniture
• Memilih pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan
Yang terpenting dalam mendesain SOHO adalah pembatasan antara area kantor
dengan area hunian, seperti diberi sekat antara kantor dengan ruangan lain.
Pemberian batasan tersebut diharapkan bisa memunculkan aura profesionalisme yang
tertuang dalam ketersediaan ruang sebagai sebuah kantor. Dengan begitu tidak akan
memunculkan kesan bekerja dari rumah bisa dilakukan sesuka hati. Akibat positif
SOHO adalah efisiensi ruang dan waktu, percepatan proses, peningkatan kinerja dan
reduksi biaya. Akibat negatifnya adalah hilangnya sejumlah fungsi, struktur dan
aktivitas serta ketergantungan terhadap teknologi. Lingkungan dan budaya kerja akan
berubah secara drastis, apabila tidak disikapi dengan bijaksana oleh manajemen akan
menimbulkan shock, friksi dan resistensi karena harus senantiasa beradaptasi.
2.1.2
Definisi Industri Kreatif
Definisi industri kreatif, menurut Departemen Perdagangan pada studi
pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025 (2008) adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut.
Tabel 4. Pengelompokan Kebutuhan Ruang Aktivitas Industri Kreatif
R.
R.
R.
R.
Principal
Karyawan
Rapat
Tamu
Advertising
√
√
√
Arsitektur
√
√
√
Pasar Brg Seni
√
√
√
√
√
Kerajinan
√
√
√
√
√
Desain
√
√
Industri Kreatif
√
√
√
R.Display
Studio
Sound
Editing
Gudang
√
√
11
Fesyen
√
Video,Film,Fotografi
√
Permainan Interaktif
√
√
√
Musik
√
√
√
Seni Pertunjukan
√
Penerbitan
√
√
√
Layanan Komputer
√
√
√
Televisi & Radio
√
√
Riset &Dev.
√
√
√
100%
86%
57%
Total Persentase
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
29%
36%
√
50%
14%
36%
Sumber: Jurnal Laurensia Justina Tanudjaja, 2013
Tabel 5. Elemen Pendukung Aktivitas Industri Kreatif
Cahaya
Suara
View
Space
Industri Kreatif
Advertising
√
√
Arsitektur
√
√
Pasar Brg Seni
√
√
Kerjainan
√
√
Desain
√
Fesyen
√
Video,Film,Fotografi
√
√
√
√
Permainan Interaktif
√
Musik
√
Seni Pertunjukan
√
√
Penerbitan
Layanan Komputer
Televisi & Radio
√
Riset & Pengembangan
√
√
Sumber: Jurnal Laurensia Justina Tanudjaja, 2013
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Definisi Sustainable Design
Sustainable design merupakan proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat,
dsb)
yang
berprinsip
“memenuhi
kebutuhan
sekarang
tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan pada generasi masa depan”. Salah satu faktor
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan
ekonomi dan keadilan sosial.Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian
dipopulerkan melalui laporan WCED berjudul “Our Common Future” (Hari Depan
12
Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987. Laporan ini mendefinisikan
Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
kebutuhan mereka sendiri.
2.2.2
Prinsip Sustainable Design
Menurut Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning (Daniel E.
Williams,
2007,
18-19)
prinsip-prinsip
dalam
mendesain
bangunan
agar
berkelanjutan antara lain:
• Connectivity: untuk mempererat hubungan antara proyek, tapak, komunitas
dan ekologi.Memberikan perubahan yang minial untuk system fungsi natural.
Memperkuat dan menjaga karakteristik tempat yang sudah ada dari generasi
sebelumnya.
• Indigenous: Desain dengan yang sudah berpenghuni dan berkelanjutan pada
tapak untuk waktu yang sudah lama.
• Long life, loose fit: Desain untuk generasi masa depan dengan mengacu pada
generasi sebelumnya.
2.2.3
Definisi Adaptive Building
Semua arsitektur beradaptasi pada tingkat tertentu, karena bangunan selalu
dapat disesuaikan 'secara manual' dalam beberapa cara. Penggunaan istilah
'Arsitektur Adaptif' harus dilihat dalam konteks keseluruhan antara beradaptasi dan
adaptif : Arsitektur Adaptif berkaitan dengan bangunan yang secara khusus
dirancang untuk beradaptasi (dengan lingkungan sekitar bangunan, untuk para
penghuninya, dan objek di dalamnya) baik secara otomatis maupun secara manual
dikendalikan oleh manusia. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dan seringkali
melibatkan teknologi digital (sensor, aktuator, pengendali, teknologi komunikasi).
2.2.4
Definisi Penghawaan Alami
Penghawaan Alami atau Ventilasi Alami adalah proses pertukaran udara di
dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.
Sirkulasi udara yang efektif di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan.
Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit
sehingga dapat memberikan kesejukan bagi pengguna bangunan.
Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di
dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti
memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan.
Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang
13
timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut
dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat kimia
tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia.
Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke
tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding / lubang angin juga
harus diperhatikan fungsinya
Jika fungsinya untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar,
maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi. Misalnya lubang berkipas angin di
plafon kamar mandi (exhaust fan). Lubang angin demikian, efektif untuk
mengalirkan udara panas akibat penggunaan air panas untuk mandi. Selain bukaan
pada dinding, perlu diperhatikan adanya angin yang mengalir di bawah atap. Dengan
demikian suhu udara di dalam ruangan menjadi lebih rendah.
• “Jendela nako dapat menghasilkan sirkulasi udara yang optimal. Bilah-bilah
pada jendela dapat diubah posisinya sehingga aliran udara dapat diarahkan
sesuai keinginan. Pada saat kecepatan angin tinggi jendela nako dapat
menjadi penahan angin sehingga kecepatan angin yang masuk dapat
berkurang”
• Selain bukaan pada dinding, penghawaan alami dapat ditambah dengan cara
membuat daun pintu yang tidak massif. Daun pintu dibuat dengan desain
semi terbuka, bagian atasnya berbentuk jeruji yang ditutup dengan kawat
nyamuk. Dengan demikian, dalam keadaan pintu tertutup dan terkunci pun
aliran angin tetap masuk ke dalam ruangan. Apabila diperlukan lebih banyak
privasi, cukup ditambahkan gorden, dan aliran udara tetap masuk.
• Bukaan pada sopi-sopi mengalirkan udara dari ruang atap keluar.
• Ventilasi pada plafon di dapur mengalirkan udara panas ruangan ke ruang di
bawah atap.
2.2.5
Penghawaan Alami Untuk Daerah Iklim Tropis
• Suhu antara 28º-38º C musim kemarau, 25º-29º C musim hujan. Bukaan lebar
diperlukan untuk sirkulasi udara (panas, kotor, lembab ke luar) dalam ruang.
Jika kanan kiri belakang bangunan terhalang bangunan tetangga, bisa
digunakan menara angin, tekanan udara panas akan tertarik keluar dari
menara ini digantikan udara segar. Sebaiknya bhangunan memiliki beranda
beratap yang cukup lebar sebagai penahan, penyaring udara panas antara
14
ruang luar dan ruang dalam, selain sebagai penegas pintu masuk dan tempat
penerima tamu. Sebaiknya di sekeliling bangunan ditanami pepohonan, perdu
dan semak untuk menyaring udara, debu dan polusi.
• Kelembaban udara 40-70 % di musim hujan, 80-100 % di musim hujan.
• Curah hujan mencapai 3000 mm/ tahun (tinggi). Atap bersudut besar (35º
atau lebih / kemiringan curam adalah solusinya, agar air hujan cepat mengalir
ke bawah.
• Kecepatan angin 5 m/detik (lemah). Makin lembab makin lemah anginnya.
• Di iklim tropis lembab mampu beradaptasi pada suhu antara 24º-30º C,
merasa kurang nyaman di ruangan bersuhu di atas 28º C.
• Sinar matahari menyinari alam tropis/ khatulistiwa sekitar 12 jam perharinya.
2.2.6
Definisi Penghawaan/Ventilasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penghawaan berasal dari kata
hawa yang artinya udara, sehingga penghawaan memiliki pengudaraan. Dimana
memiliki arti yang sama dengan ventilasi. Ventilasi merupakan pertukaran udara;
perputaran udara secara bebas di dalam ruangan.Namun ventilasi juga dapat diartikan
sebagai lubang/tempat udara dapat keluar masuk secara bebas.
2.2.7
Fungsi Penghawaan/Ventilasi
Prinsip utama dari penghawaan/ventilasi adalah menggerakan udara kotor
dalam ruang, kemudian menggantikannya dengan udara bersih.Sistem ventilasi
menjadi fasilitas penting dalam upaya penyehatan udara pada suatu lingkungan kerja.
Beberapa fungsi penghawaan/ventilasi adalah untuk:
1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen
yang optimum untuk pernafasan.
2. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi tubuh,
kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
2.2.8
Jenis – Jenis Penghawaan/Ventilasi
Jenis-jenis penghawaan/ventilasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Natural Ventilation
Penghawaan alami adalah proses pergantian udara ruangan oleh udara segar
dari luar ruangan tanpa bantuan/peralatan mekanik.Menggunakan cara alami
untuk mendorong aliran udara melalui suatu gedung. Cara alami adalah
15
tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara
udara di dalam dan di luar gedung.
2. Artificial Ventilation
Penghawaan buatan adalah proses pergantian udara ruangan oleh udara segar
dari luar ruangan dengan bantuan/peralatan mekanik.Menggunakan kipas
untuk mendorong aliran udara melalui suatu gedung.
3. Hybrid Ventilation
Penghawaan Hybrid adalah penghawaan yang memadukan penggunaan
ventilasi alami dan buatan dan memberikan peluang untuk memilih sistem
ventilasi yang paling sesuai berdasarkan kondisi sekitar.
2.2.9
Lubang Ventilasi
Agar sistem penghawaan pada bangunan mempunyai kualitas yang baik,
maka diperlukan diperhatikan aspek-aspek penting untuk mendesain lubang ventilasi,
yaitu:
1. Orientasi lubang ventilasi
Lubang ventilasi sebaiknya ditempatkan/diorientasikan untuk menghadap
arah dimana arah angin utama menuju bangunan.
2. Posisi lubang ventilasi
Lubang ventilasi yang berfungsi untuk memasukkan udara (inlet) sebaiknya
ditempatkan dengan ketinggian manusia beraktifitas. Sementara lubang
ventilasi yang berfungsi mengeluarkan udara (outlet) sebaiknya diletakkan
sedikit lebih tinggi (di atas ketinggian aktivitas manusia) agar udara panas
dapat dikeluarkan dengan mudah tanpa tercampur lagi dengan udara segar
yang masuk melalui inlet. Ketinggian aktivitas manusia di dalam ruangan
adalah lebih kurang 60-80 cm (aktivitas duduk) dan 100-150 cm (aktivitas
berdiri).
16
Gambar 6. Posisi Inlet dan Outlet Berpengaruh Terhadap Arah
Angin di Dalam Ruangan/Bangunan
Sumber: Mediastika, hal.5
3. Dimensi lubang ventilasi
Semakin besar ukuran lubang ventilasi dan semakin banyak jumlahnya, maka
semakin besar tingkat ventilasi yang terjadi dalam ruang atau bangunan
tersebut. Rasio dimensi antara inlet dan outletakan sangat berpengaruh dalam
proses ventilasi. Luas bukaan inlet yang baik yaitu sekitar 20% dari luas
lantai bangunan (Tantasavasdi, Natural Ventilation Design for House in
Thailand). Untuk mencapai secara umum dimensi inlet dan outlet yang baik
memiliki luas yang sama sehingga total luas bukaan adalah 40% dari luas
lantai. Namun apabila tidak memungkinkan menempatkan inlet dan outlet
dengan dimensi yang sama, maka lubang outlet lah yang memiliki dimensi
lebih kecil. Dengan perbedaan dimensi ini, kecepatan angin pada inlet dapat
lebih tinggi daripada kecepatan angin didalam ruang/bangunan dan kecepatan
angin tersebut menurun ketika angin mencapai tengah dan outlet.
Gambar 7. Perbedaan Dimensi Inlet dan Outlet Mempengaruhi
Kecepatan Angin Pada Bangunan
Sumber:Mediastika, hal.11
17
4. Tipe lubang ventilasi
Gambar 8. Tipe Jendela dan Prosentase Angin Mengalir
Melaluinya
Sumber:Mediastika, hal.10
2.3
Studi Literatur
2.3.1
Air Flow(er) – Lift Architects
Gambar 9. Air Flow(er) pada Fasade Bangunan (Interior)
Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015
18
Air Flow(er) merupakan alat ventilasi aktif yang bekerja seperti bunga,
dimana kelopak bunga terbuka lebar ketika menerima temperatur hangat. Alat ini
bertujuan untuk mengatur air flow dan temperatur pada interior bangunan tanpa
menggunakan listrik. Studi menunjukkan bahwa kelopak tersebut mengalami
pergerakan kinetik yang merespon terhadap temperatur.
Alat itu sendiri dibuat dengan material kustomisasi Shape Memory Alloy
Wire, yang dianggap sebagai material pintar karena respon yang unik terhadap
perubahan temperatur. Ketika material tersebut menerima suhu rendah, material
tersebut dengan mudah dapat berubah menjadi bentuk baru. Hal tersebut bisa
disebabkan oleh penekukan, penarikan, pelintiran dari bentuk orisinilnya. Ketika
suhu memanas, material tersebut kembali ke bentuk biasa. Proses tersebut disebut
Shape Memory.
Gambar 10. Air Flow(er) Respon Terhadap Temperatur
Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015
Gambar 11. Opsi Bentuk Air Flow(er) 1
Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015
19
Gambar 12. Opsi Bentuk Air Flow(er) 2
Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015
2.3.2
Adaptive Solar Skin
Gambar 13. Interior Kantor Dengan Aplikasi Adaptive Solar Skin
Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015
Adaptive Solar Skin merupakan salah satu karya dari Daniel Raznick dari
Minneapolis, Amerika. Pada studi yang dilakukan oleh Daniel, 30 persen dari
pemakaian energi di Amerika adalah bangunan bertingkat.
20
Gambar 14. Potongan 3D Sirkulasi Angin
Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015
Gambar 15. Isometri Adaptive Solar Skin
Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015
21
Pada panel untuk building skin digunakan solar panel sebagai energi utama
untuk penggerak building skin tersebut dimana secara keseluruhan penggunaan
energi listrik 40% lebih efisien. Ketika cuaca sedang panas, panel tersebut deprogram
untuk terbuka sehingga menciptakan sun shading dan juga berfungsi sebagai
ventilasi udara yang masuk ke dalam bangunan tersebut sehingga suhu ruangan di
dalam lebih rendah.
Gambar 16. Prototipe Adaptive Solar Skin
Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015
Gambar 17. Perspektif Adaptive Solar Skin
Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015
2.4
Studi Banding
Pada penelitian diambil 3 bangunan SOHO pada daerah Jabodetabek yaitu
Cityloft Sudirman, SOHO Central Park dan Roseville Suite & SOHO.Dari ketiga
bangunan tersebut dibuat studi banding sesuai kriteia yang ditentukan seperti block
22
plan, akses, batasan tapak, spatial quality, building form.Dari kriteria tersebut
diambil kesimpulan bagaimana ketiga bangunan tersebut dapat dibandingkan agar
mendapatkan suatu kriteria perancangan.
Tabel 6. Studi Banding
Kriteria
Block
Plan
Cityloft Sudirman
SOHO Central Park
Roseville Suite & SOHO
Akses utama melalui Jl.
K.H Mas Mansyur
Akses melalui Jl. Letjen. S.
Parman dan juga Jl. Tj. Duren
Raya
Utara :
Jl. Letjen. S. Parman
Timur :
Jl. Letjen. S. Parman
Selatan :
Central Park Mall
Barat :
Mediteranea Apartment
Akses utama melalui Jl.
Pahlawan Seribu lalu masuk
ke jalan sekunder.
Utara :
Tanah Kosong
Timur :
BSD Square
Selatan :
Tanah Kosong, J Co Café
Barat :
Perumahan
Bentuk Bangunan Tower ‘I’
untuk SOHO dan Tower
Office beserta lantai podium.
Bentuk Bangunan Tower
antara ‘I’ dan ‘T’ dengan
lantai podium.
Akses
Batasan
Tapak
Utara :
Pavilion Apartment
Timur :
Perkampungan
Selatan :
Sahid
Sahirman
Memorial Hospital
Barat :
Tanah Kosong
Spatial
Quality
Building
Form
Bentuk Bangunan Tower
‘I’ dengan lantai podium.
Sumber: Data Olahan Pribadi, 2015
23
Kesimpulan yang didapat dari studi banding diatas yaitu akses menuju
bangunan selalu dari jalan utama namun bisa juga masuk ke jalan sekunder terlebih
dahulu. Untuk zoning ketiganya memiliki podium yang berfungsi sebagai lobby atau
mall. Untuk unit ruangan yang ditawarkan dapat disesuaikan dengan keinginan
penghuni apakah unit berfungsi sebagai hunian, hunian + kantor atau kantor
sepenuhnya. Layout ruangan sudah ditentukan oleh perancang. Untuk bentuk
bangunan, ketiga bangunan tersebut berbentuk tower ‘I’ atau memanjang. Hal ini
dapat juga disesuaikan dengan tapak yang ada karena ketiga bangunan tersebut
memiliki tapak memanjang.
2.5
Studi Kasus
Dalam studi kasus, diketahui 6 SOHO yang akan dipelajari untuk menemukan
masalah pada SOHO yang sudah berdiri maupun dalam tahap pembangunan, yaitu 2
SOHO yang sudah terbangun (Cityloft Sudirman, SOHO Menteng Square) dan 4
SOHO yang masih dalam tahap konseptual dan pembangunan (SOHO Central Park,
SOHO Pancoran, Roseville SOHO & Suite dan Sky Suites SOHO). Permasalahan
dilihat dari bukaan pada unit untuk memungkinkan terjadinya penghawaan alami.
Tabel 7. Studi Kasus Bukaan Angin pada Jendela
SOHO
Fasade
Jendela
Penilaian
Cityloft
Sudirman
Bukaan
Angin =
-
SOHO
Central
Park
Bukaan
Angin =
-
24
Roseville
Suite
&
SOHO
Bukaan
Angin =
-
Fasade
SOHO
Pancoran
Bukaan
Angin =
-
Sky Suites
SOHO
Bukaan
Angin =
--
SOHO
Menteng
Square
Bukaan
Angin =
-
Sumber: Data Olahan Pribadi, 2015
Dari keenam SOHO tersebut, dapat diperhatikan bahwa pada fasade
bangunan menggunakan kaca mati sehingga tidak adanya bukaan untuk
sirkulasi angin karena ruangan digunakan full AC. Perlu diketahui juga
bahwa ketika unit sedang digunakan sebagai Home/Home atau Home/Office
atau Office/Office, ruangan tetap menggunakan AC. Karena semuanya
menggunakan AC, maka penggunaan listrik menjadi lebih boros dimana
25
seharusnya dapat dihemat ketika unit SOHO sedang digunakan sebagai
Home/Home atau Home/Office.
Dapat dipahami bahwa salah satu alasan kenapa jendela dibuat mati
bertujuan untuk menghindari kecepatan angin yang berlebih pada lantai atas,
namun akibatnya bangunan tersebut menjadi tidak memiliki potensial untuk
diterapkannya penghawaan alami karena dengan adanya jendela mati dan
tidak adanya ventilasi udara.
2.6
Tinjauan Pustaka
Tinjauan sebelumnya telah ada yang menguatkan penelitian ini untuk tetap
diteruskan. Beberapa pembahasan sebelumnya mengenai penelitian tentang adaptive
building skin terutama fokus pada analisa CFD akan dikaji disini:
Tabel 8. State of The Art
No.
1.
Judul
Penulis
Tahun
Kesimpulan
Wind Field Analysis for
a High-rise Residential
Building Layout in
Danhai, Taiwan
An-Shik Yang,
Chih-Yung Wen,
Yu-Chou Wu,
Yu-Hsuan Juan,
Ying-Ming Su
2013
Menerapkan simulasi CFD pada
konsep desain di Danhai New
Town
membantu
untuk
mengetahui air flow yang
dipengaruhi
oleh
bangunan
sekitar
sehingga
dengan
dilakukannya simulasi tersebut
maka semakin mudah untuk
merancang
ulang
atau
memperbaiki urban landscape
pada Danhai New Town. Berikut
simpulan dari analisa tersebut :
• respon pada kurangnya aliran
angin langsung di area depan
pada ruang komunitas terbuka,
desain ventilasi yang ditingkatkan
pada kecepatan angin normal
terindikasi percepatan dari 1 m/s
menjadi 2.5 m/s.
•
ruang
antara
bangunan
merupakan faktor penting untuk
mengontrol
angina
untuk
perencanaan layout. Ventilasi
urban banyak dipengaruhi dari
bentuk kepadatan dan ruang pada
bangunan
tinggi.
Walaupun
desain Danhai New Town tidak
sempurna dari segi aliran angin,
namun dapat disimpulkan bahwa
untuk menerapkan pendekatan
analisa CFD merupakan langkah
yang cukup menjanjikan untuk
mendesain kota yang baik di
26
masa depan.
2.
Shape Morphing WindResponsive Façade
Systems Realized With
Smart Materials
Lorenzo
Lignarolo,
Charlotte
Lelieveld, Patrick
Teuffel
2012
Jurnal
ini
menjelaskan
pengeksplorasi terhadap adaptasi
kinetik pada fasade untuk
memaksimalkan karakteristik air
flow pada high-rise buildings.
Studi ini berangkat dari model 3D
yang simpel lalu dianalisa dengan
CFD
untuk
menunjukkan
bagaimana pengaruh air flow
pada bangunan terkait.
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa percobaan
analisa CFD terhadap fasade
bangunan memiliki efek yang
cukup kuat pada pergerakan
angin. Tidak seperti bangunan
rendah, kecepatan angin pada
bangunan
tinggi
lebih
dipengaruhi oleh elemen fasade.
Perlu diketahui bahwa sistem
adaptive pada bangunan sangat
dipengaruhi oleh gaya tekananan
angin pada ketinggian yang lebih
tinggi.
Pada penelitian hanya dilakukan
dengan satu arah angin walaupun
hasil akan lebih optimal jika
digunakan dua arah angin yang
berbeda dengan waktu yang
berbeda.
3.
Adaptive Building
Envelope System using
Parametric Camshaft
Mechanism for
Sustainable Building.
Firza Utama S.
2012
Permasalahan
utama
dari
bangunan yang adaptif adalah
biaya untuk mekanismenya yang
mahal. Namun dengan adanya
sistem camshaft pada selimut
bangunan
ternyata
mudah
diterapkan dan rendah biayanya.
Sistem camshaft dalam penelitian
yang sudah dilakukan merupakan
prototipe mekanisme penggerak
kinetik dari selimut bangunan
sehingga
dapat
beradaptasi
terhadap radiasi matahari.
4.
CFD Analysis of Wind
Comfort on High-Rise
Building Balconies:
Validation and
Application
H. Montazeri, B.
Blocken, W.D.
Janssen, T. van
Hooff.
2012
Dalam jurnal ini menjelaskan
tentang sebuah bangunan high
rise residential dengan balkon
pada sisi-sisi fasade bagaimana
air flow sekitar bangunan tersebut
dan bagaimana bentuk balkon
mempengaruhi hasil simulasi air
flow tersebut. Penelitian fokus
pada analisa CFD.
Kesimpulan yang didapat adalah
27
simulasi CFD digunakan dengan
berdasarkan pada standar tingkat
kecepatan
angin
untuk
mengevaluasi hasil dari konsep
fasade tersebut. Konsep tersebut
dinilai bahwa balkon sebagian
dapat sebagai perisai terhadap
angin. Terdapat perbandingan
konsep fasade dalam penelitian
ini. Disimpulkan bahwa konsep
fasade yang baru dinilai lebih
efektif.
5.
CFD Simulation in
Township Planning – A
Case Study
Nilesh S.
Varkute, R.S.
Maurya
2013
Pada perencanaan ruang publik
urban, angin merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi
kenyamanan
dan
keamanan
pedestrian. Semakin banyaknya
gedung-gedung yang tinggi dapat
menyebabkan ketidaknyamanan
karena aliran angin yang kurang
baik yang disebabkan oleh
perencanaan tata kota yang tidak
beraturan.
Dalam kesimpulannya model 3D
yang digunakan dikembangkan
untuk menganalisa aliran angin
sekitar bangunan.
a. CFD merupakan alat analisa
yang kuat untuk mengetahui
aplikasi air flow pada bangunan
dengan mengetahui kecepatan
angin disekitar bangunan.
b. Perbedaan antara kedua
bangunan cukup signifikan dan
perlu
diteliti
sebelum
direncanakan
c. Berkat studi yang mendalam
terhadap aliran angin sekitar
bangunan,
perencana
dapat
meletakkan sistem pendingin dan
pemanas udara secara tepat
d. Penghawaan alami yang baik
sekitar bangunan dapat diketahui
dengan mudah dengan alat bantu
CFD.
Sumber: E-journal, Berbagai Sumber
Dari beberapa jurnal yang sudah ada, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
simulasi CFD dengan bantuan software dapat membantu dalam merencanakan
sebuah konsep bangunan seperti pengaruh air flow pada tapak dimana dapat
28
mempengaruhi bentuk dan orientasi bangunan sekitar. Penggunaan komputer dalam
menganalisa sesuatu merupakan suatu keunggulan dimana hasil analisa yang akan
didapat lebih akurat. Selain itu, penerapan adaptive pada bangunan merupakan suatu
langkah yang baik dalam merespon kondisi sekitar tapak pada bangunan yang akan
dibangun.
2.7
Kerangka Berpikir
JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN ADAPTIVE BUILDING SKIN PADA BANGUNAN SOHO DI
JAKARTA
TUJUAN
Merancang bangunan SOHO dengan mengembangkan sistem adaptive building
skin yang dapat mengendalikan standar kecepatan angin pada tiap lantai sehingga
memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alam
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana merancang bangunan SOHO bertingkat tinggi yang dapat
menyelesaikan masalah pada kecepatan angin yang semakin tinggi pada lantai
atas sehingga dapat digunakannya penghawaan alami pada bangunan.
Bagaimana merancang SOHO dengan penghawaan yang baik dengan penerapan
adaptive building skin yang menyesuaikan dengan jenis aktivitas dari 3 opsi unit
Home/Home, Home/Office dan Office/Office
METODE PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISA
KESIMPULAN
PERANCANGAN
29
Download