BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi SOHO SOHO adalah singkatan dari ‘Small Office, Home Office’, yaitu: tren bekerja di dalam rumah. (Imelda Akmal. 2010) Dari uraian di atas dapat disimpulkan definisi SOHO adalah sebuah hunian, yaitu rumah atau apartemen, yang menggabungkan fungsi tempat tinggal dengan kantor sehingga di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas penunjang kantor. Konsep SOHO ini memungkinkan para pemilik dan pengguna unit apartemen untuk menggunakan unit apartemennya sebagai unit hunian ataupun sebagai unit kantor dengan izin yang legal. Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide halaman 15), Semakin banyak profesi yang cocok dengan konsep SOHO, yaitu jenis profesi yang tidak terlalu menuntut jam kerja tetap dan berada di belakang meja setiap saat (fleksibel). Contohnya adalah profesi yang bergerak dibidang kreatif seperti arsitek, desainer, grafis, penulis, fotografer, koki, pemusik, dan masih ada segudang profesi kreatif lainnya yang tumbuh makin marak dalam kurun 5 tahun terakhir. Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan SOHO Plus Minus SOHO Kelebihan Kekuarangan Efisiensi waktu dan biaya (tak perlu sewa Harus siap mendisiplinkan diri karena tempat), tak butuh waktu lama untuk tidak ada aturan jam kerja yang mencapai tempat kerja) mengikat Harus siap dengan tambahan biaya Biasa dekat dengan keluarga listrik, air, dan jaringan komunikasi Fleksibel mengatur waktu istirahat Harus siap dengan area parkir (bahkan bisa tidur siang disela-sela jam tambahan, jika pegawai membawa istirahat) kendaraan Sumber: Buku SOHO Seri Rumah Ide Hlm 15 9 10 Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm 32 33), Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan Orientasi dan sirkulasi ruang dalam SOHO: • Hitung jumlah pengguna • Data kebutuhan furniture • Mengatur sirkulasi ruang • Memilih furniture yang sesuai dengan ukuran ruang • Mengatur tata letak furniture • Memilih pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan Yang terpenting dalam mendesain SOHO adalah pembatasan antara area kantor dengan area hunian, seperti diberi sekat antara kantor dengan ruangan lain. Pemberian batasan tersebut diharapkan bisa memunculkan aura profesionalisme yang tertuang dalam ketersediaan ruang sebagai sebuah kantor. Dengan begitu tidak akan memunculkan kesan bekerja dari rumah bisa dilakukan sesuka hati. Akibat positif SOHO adalah efisiensi ruang dan waktu, percepatan proses, peningkatan kinerja dan reduksi biaya. Akibat negatifnya adalah hilangnya sejumlah fungsi, struktur dan aktivitas serta ketergantungan terhadap teknologi. Lingkungan dan budaya kerja akan berubah secara drastis, apabila tidak disikapi dengan bijaksana oleh manajemen akan menimbulkan shock, friksi dan resistensi karena harus senantiasa beradaptasi. 2.1.2 Definisi Industri Kreatif Definisi industri kreatif, menurut Departemen Perdagangan pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008) adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Tabel 4. Pengelompokan Kebutuhan Ruang Aktivitas Industri Kreatif R. R. R. R. Principal Karyawan Rapat Tamu Advertising √ √ √ Arsitektur √ √ √ Pasar Brg Seni √ √ √ √ √ Kerajinan √ √ √ √ √ Desain √ √ Industri Kreatif √ √ √ R.Display Studio Sound Editing Gudang √ √ 11 Fesyen √ Video,Film,Fotografi √ Permainan Interaktif √ √ √ Musik √ √ √ Seni Pertunjukan √ Penerbitan √ √ √ Layanan Komputer √ √ √ Televisi & Radio √ √ Riset &Dev. √ √ √ 100% 86% 57% Total Persentase √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 29% 36% √ 50% 14% 36% Sumber: Jurnal Laurensia Justina Tanudjaja, 2013 Tabel 5. Elemen Pendukung Aktivitas Industri Kreatif Cahaya Suara View Space Industri Kreatif Advertising √ √ Arsitektur √ √ Pasar Brg Seni √ √ Kerjainan √ √ Desain √ Fesyen √ Video,Film,Fotografi √ √ √ √ Permainan Interaktif √ Musik √ Seni Pertunjukan √ √ Penerbitan Layanan Komputer Televisi & Radio √ Riset & Pengembangan √ √ Sumber: Jurnal Laurensia Justina Tanudjaja, 2013 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Definisi Sustainable Design Sustainable design merupakan proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan pada generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian dipopulerkan melalui laporan WCED berjudul “Our Common Future” (Hari Depan 12 Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987. Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka sendiri. 2.2.2 Prinsip Sustainable Design Menurut Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning (Daniel E. Williams, 2007, 18-19) prinsip-prinsip dalam mendesain bangunan agar berkelanjutan antara lain: • Connectivity: untuk mempererat hubungan antara proyek, tapak, komunitas dan ekologi.Memberikan perubahan yang minial untuk system fungsi natural. Memperkuat dan menjaga karakteristik tempat yang sudah ada dari generasi sebelumnya. • Indigenous: Desain dengan yang sudah berpenghuni dan berkelanjutan pada tapak untuk waktu yang sudah lama. • Long life, loose fit: Desain untuk generasi masa depan dengan mengacu pada generasi sebelumnya. 2.2.3 Definisi Adaptive Building Semua arsitektur beradaptasi pada tingkat tertentu, karena bangunan selalu dapat disesuaikan 'secara manual' dalam beberapa cara. Penggunaan istilah 'Arsitektur Adaptif' harus dilihat dalam konteks keseluruhan antara beradaptasi dan adaptif : Arsitektur Adaptif berkaitan dengan bangunan yang secara khusus dirancang untuk beradaptasi (dengan lingkungan sekitar bangunan, untuk para penghuninya, dan objek di dalamnya) baik secara otomatis maupun secara manual dikendalikan oleh manusia. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dan seringkali melibatkan teknologi digital (sensor, aktuator, pengendali, teknologi komunikasi). 2.2.4 Definisi Penghawaan Alami Penghawaan Alami atau Ventilasi Alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka. Sirkulasi udara yang efektif di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan. Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat memberikan kesejukan bagi pengguna bangunan. Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang 13 timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia. Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding / lubang angin juga harus diperhatikan fungsinya Jika fungsinya untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar, maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi. Misalnya lubang berkipas angin di plafon kamar mandi (exhaust fan). Lubang angin demikian, efektif untuk mengalirkan udara panas akibat penggunaan air panas untuk mandi. Selain bukaan pada dinding, perlu diperhatikan adanya angin yang mengalir di bawah atap. Dengan demikian suhu udara di dalam ruangan menjadi lebih rendah. • “Jendela nako dapat menghasilkan sirkulasi udara yang optimal. Bilah-bilah pada jendela dapat diubah posisinya sehingga aliran udara dapat diarahkan sesuai keinginan. Pada saat kecepatan angin tinggi jendela nako dapat menjadi penahan angin sehingga kecepatan angin yang masuk dapat berkurang” • Selain bukaan pada dinding, penghawaan alami dapat ditambah dengan cara membuat daun pintu yang tidak massif. Daun pintu dibuat dengan desain semi terbuka, bagian atasnya berbentuk jeruji yang ditutup dengan kawat nyamuk. Dengan demikian, dalam keadaan pintu tertutup dan terkunci pun aliran angin tetap masuk ke dalam ruangan. Apabila diperlukan lebih banyak privasi, cukup ditambahkan gorden, dan aliran udara tetap masuk. • Bukaan pada sopi-sopi mengalirkan udara dari ruang atap keluar. • Ventilasi pada plafon di dapur mengalirkan udara panas ruangan ke ruang di bawah atap. 2.2.5 Penghawaan Alami Untuk Daerah Iklim Tropis • Suhu antara 28º-38º C musim kemarau, 25º-29º C musim hujan. Bukaan lebar diperlukan untuk sirkulasi udara (panas, kotor, lembab ke luar) dalam ruang. Jika kanan kiri belakang bangunan terhalang bangunan tetangga, bisa digunakan menara angin, tekanan udara panas akan tertarik keluar dari menara ini digantikan udara segar. Sebaiknya bhangunan memiliki beranda beratap yang cukup lebar sebagai penahan, penyaring udara panas antara 14 ruang luar dan ruang dalam, selain sebagai penegas pintu masuk dan tempat penerima tamu. Sebaiknya di sekeliling bangunan ditanami pepohonan, perdu dan semak untuk menyaring udara, debu dan polusi. • Kelembaban udara 40-70 % di musim hujan, 80-100 % di musim hujan. • Curah hujan mencapai 3000 mm/ tahun (tinggi). Atap bersudut besar (35º atau lebih / kemiringan curam adalah solusinya, agar air hujan cepat mengalir ke bawah. • Kecepatan angin 5 m/detik (lemah). Makin lembab makin lemah anginnya. • Di iklim tropis lembab mampu beradaptasi pada suhu antara 24º-30º C, merasa kurang nyaman di ruangan bersuhu di atas 28º C. • Sinar matahari menyinari alam tropis/ khatulistiwa sekitar 12 jam perharinya. 2.2.6 Definisi Penghawaan/Ventilasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penghawaan berasal dari kata hawa yang artinya udara, sehingga penghawaan memiliki pengudaraan. Dimana memiliki arti yang sama dengan ventilasi. Ventilasi merupakan pertukaran udara; perputaran udara secara bebas di dalam ruangan.Namun ventilasi juga dapat diartikan sebagai lubang/tempat udara dapat keluar masuk secara bebas. 2.2.7 Fungsi Penghawaan/Ventilasi Prinsip utama dari penghawaan/ventilasi adalah menggerakan udara kotor dalam ruang, kemudian menggantikannya dengan udara bersih.Sistem ventilasi menjadi fasilitas penting dalam upaya penyehatan udara pada suatu lingkungan kerja. Beberapa fungsi penghawaan/ventilasi adalah untuk: 1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum untuk pernafasan. 2. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal. 2.2.8 Jenis – Jenis Penghawaan/Ventilasi Jenis-jenis penghawaan/ventilasi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Natural Ventilation Penghawaan alami adalah proses pergantian udara ruangan oleh udara segar dari luar ruangan tanpa bantuan/peralatan mekanik.Menggunakan cara alami untuk mendorong aliran udara melalui suatu gedung. Cara alami adalah 15 tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara udara di dalam dan di luar gedung. 2. Artificial Ventilation Penghawaan buatan adalah proses pergantian udara ruangan oleh udara segar dari luar ruangan dengan bantuan/peralatan mekanik.Menggunakan kipas untuk mendorong aliran udara melalui suatu gedung. 3. Hybrid Ventilation Penghawaan Hybrid adalah penghawaan yang memadukan penggunaan ventilasi alami dan buatan dan memberikan peluang untuk memilih sistem ventilasi yang paling sesuai berdasarkan kondisi sekitar. 2.2.9 Lubang Ventilasi Agar sistem penghawaan pada bangunan mempunyai kualitas yang baik, maka diperlukan diperhatikan aspek-aspek penting untuk mendesain lubang ventilasi, yaitu: 1. Orientasi lubang ventilasi Lubang ventilasi sebaiknya ditempatkan/diorientasikan untuk menghadap arah dimana arah angin utama menuju bangunan. 2. Posisi lubang ventilasi Lubang ventilasi yang berfungsi untuk memasukkan udara (inlet) sebaiknya ditempatkan dengan ketinggian manusia beraktifitas. Sementara lubang ventilasi yang berfungsi mengeluarkan udara (outlet) sebaiknya diletakkan sedikit lebih tinggi (di atas ketinggian aktivitas manusia) agar udara panas dapat dikeluarkan dengan mudah tanpa tercampur lagi dengan udara segar yang masuk melalui inlet. Ketinggian aktivitas manusia di dalam ruangan adalah lebih kurang 60-80 cm (aktivitas duduk) dan 100-150 cm (aktivitas berdiri). 16 Gambar 6. Posisi Inlet dan Outlet Berpengaruh Terhadap Arah Angin di Dalam Ruangan/Bangunan Sumber: Mediastika, hal.5 3. Dimensi lubang ventilasi Semakin besar ukuran lubang ventilasi dan semakin banyak jumlahnya, maka semakin besar tingkat ventilasi yang terjadi dalam ruang atau bangunan tersebut. Rasio dimensi antara inlet dan outletakan sangat berpengaruh dalam proses ventilasi. Luas bukaan inlet yang baik yaitu sekitar 20% dari luas lantai bangunan (Tantasavasdi, Natural Ventilation Design for House in Thailand). Untuk mencapai secara umum dimensi inlet dan outlet yang baik memiliki luas yang sama sehingga total luas bukaan adalah 40% dari luas lantai. Namun apabila tidak memungkinkan menempatkan inlet dan outlet dengan dimensi yang sama, maka lubang outlet lah yang memiliki dimensi lebih kecil. Dengan perbedaan dimensi ini, kecepatan angin pada inlet dapat lebih tinggi daripada kecepatan angin didalam ruang/bangunan dan kecepatan angin tersebut menurun ketika angin mencapai tengah dan outlet. Gambar 7. Perbedaan Dimensi Inlet dan Outlet Mempengaruhi Kecepatan Angin Pada Bangunan Sumber:Mediastika, hal.11 17 4. Tipe lubang ventilasi Gambar 8. Tipe Jendela dan Prosentase Angin Mengalir Melaluinya Sumber:Mediastika, hal.10 2.3 Studi Literatur 2.3.1 Air Flow(er) – Lift Architects Gambar 9. Air Flow(er) pada Fasade Bangunan (Interior) Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015 18 Air Flow(er) merupakan alat ventilasi aktif yang bekerja seperti bunga, dimana kelopak bunga terbuka lebar ketika menerima temperatur hangat. Alat ini bertujuan untuk mengatur air flow dan temperatur pada interior bangunan tanpa menggunakan listrik. Studi menunjukkan bahwa kelopak tersebut mengalami pergerakan kinetik yang merespon terhadap temperatur. Alat itu sendiri dibuat dengan material kustomisasi Shape Memory Alloy Wire, yang dianggap sebagai material pintar karena respon yang unik terhadap perubahan temperatur. Ketika material tersebut menerima suhu rendah, material tersebut dengan mudah dapat berubah menjadi bentuk baru. Hal tersebut bisa disebabkan oleh penekukan, penarikan, pelintiran dari bentuk orisinilnya. Ketika suhu memanas, material tersebut kembali ke bentuk biasa. Proses tersebut disebut Shape Memory. Gambar 10. Air Flow(er) Respon Terhadap Temperatur Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015 Gambar 11. Opsi Bentuk Air Flow(er) 1 Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015 19 Gambar 12. Opsi Bentuk Air Flow(er) 2 Sumber : http://www.liftarchitects.com/air-flower. Diakses 7 Januari 2015 2.3.2 Adaptive Solar Skin Gambar 13. Interior Kantor Dengan Aplikasi Adaptive Solar Skin Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015 Adaptive Solar Skin merupakan salah satu karya dari Daniel Raznick dari Minneapolis, Amerika. Pada studi yang dilakukan oleh Daniel, 30 persen dari pemakaian energi di Amerika adalah bangunan bertingkat. 20 Gambar 14. Potongan 3D Sirkulasi Angin Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015 Gambar 15. Isometri Adaptive Solar Skin Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015 21 Pada panel untuk building skin digunakan solar panel sebagai energi utama untuk penggerak building skin tersebut dimana secara keseluruhan penggunaan energi listrik 40% lebih efisien. Ketika cuaca sedang panas, panel tersebut deprogram untuk terbuka sehingga menciptakan sun shading dan juga berfungsi sebagai ventilasi udara yang masuk ke dalam bangunan tersebut sehingga suhu ruangan di dalam lebih rendah. Gambar 16. Prototipe Adaptive Solar Skin Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015 Gambar 17. Perspektif Adaptive Solar Skin Sumber : http://danielraznick.com/about/adaptive-solar-skin. Diakses 7 Juli 2015 2.4 Studi Banding Pada penelitian diambil 3 bangunan SOHO pada daerah Jabodetabek yaitu Cityloft Sudirman, SOHO Central Park dan Roseville Suite & SOHO.Dari ketiga bangunan tersebut dibuat studi banding sesuai kriteia yang ditentukan seperti block 22 plan, akses, batasan tapak, spatial quality, building form.Dari kriteria tersebut diambil kesimpulan bagaimana ketiga bangunan tersebut dapat dibandingkan agar mendapatkan suatu kriteria perancangan. Tabel 6. Studi Banding Kriteria Block Plan Cityloft Sudirman SOHO Central Park Roseville Suite & SOHO Akses utama melalui Jl. K.H Mas Mansyur Akses melalui Jl. Letjen. S. Parman dan juga Jl. Tj. Duren Raya Utara : Jl. Letjen. S. Parman Timur : Jl. Letjen. S. Parman Selatan : Central Park Mall Barat : Mediteranea Apartment Akses utama melalui Jl. Pahlawan Seribu lalu masuk ke jalan sekunder. Utara : Tanah Kosong Timur : BSD Square Selatan : Tanah Kosong, J Co Café Barat : Perumahan Bentuk Bangunan Tower ‘I’ untuk SOHO dan Tower Office beserta lantai podium. Bentuk Bangunan Tower antara ‘I’ dan ‘T’ dengan lantai podium. Akses Batasan Tapak Utara : Pavilion Apartment Timur : Perkampungan Selatan : Sahid Sahirman Memorial Hospital Barat : Tanah Kosong Spatial Quality Building Form Bentuk Bangunan Tower ‘I’ dengan lantai podium. Sumber: Data Olahan Pribadi, 2015 23 Kesimpulan yang didapat dari studi banding diatas yaitu akses menuju bangunan selalu dari jalan utama namun bisa juga masuk ke jalan sekunder terlebih dahulu. Untuk zoning ketiganya memiliki podium yang berfungsi sebagai lobby atau mall. Untuk unit ruangan yang ditawarkan dapat disesuaikan dengan keinginan penghuni apakah unit berfungsi sebagai hunian, hunian + kantor atau kantor sepenuhnya. Layout ruangan sudah ditentukan oleh perancang. Untuk bentuk bangunan, ketiga bangunan tersebut berbentuk tower ‘I’ atau memanjang. Hal ini dapat juga disesuaikan dengan tapak yang ada karena ketiga bangunan tersebut memiliki tapak memanjang. 2.5 Studi Kasus Dalam studi kasus, diketahui 6 SOHO yang akan dipelajari untuk menemukan masalah pada SOHO yang sudah berdiri maupun dalam tahap pembangunan, yaitu 2 SOHO yang sudah terbangun (Cityloft Sudirman, SOHO Menteng Square) dan 4 SOHO yang masih dalam tahap konseptual dan pembangunan (SOHO Central Park, SOHO Pancoran, Roseville SOHO & Suite dan Sky Suites SOHO). Permasalahan dilihat dari bukaan pada unit untuk memungkinkan terjadinya penghawaan alami. Tabel 7. Studi Kasus Bukaan Angin pada Jendela SOHO Fasade Jendela Penilaian Cityloft Sudirman Bukaan Angin = - SOHO Central Park Bukaan Angin = - 24 Roseville Suite & SOHO Bukaan Angin = - Fasade SOHO Pancoran Bukaan Angin = - Sky Suites SOHO Bukaan Angin = -- SOHO Menteng Square Bukaan Angin = - Sumber: Data Olahan Pribadi, 2015 Dari keenam SOHO tersebut, dapat diperhatikan bahwa pada fasade bangunan menggunakan kaca mati sehingga tidak adanya bukaan untuk sirkulasi angin karena ruangan digunakan full AC. Perlu diketahui juga bahwa ketika unit sedang digunakan sebagai Home/Home atau Home/Office atau Office/Office, ruangan tetap menggunakan AC. Karena semuanya menggunakan AC, maka penggunaan listrik menjadi lebih boros dimana 25 seharusnya dapat dihemat ketika unit SOHO sedang digunakan sebagai Home/Home atau Home/Office. Dapat dipahami bahwa salah satu alasan kenapa jendela dibuat mati bertujuan untuk menghindari kecepatan angin yang berlebih pada lantai atas, namun akibatnya bangunan tersebut menjadi tidak memiliki potensial untuk diterapkannya penghawaan alami karena dengan adanya jendela mati dan tidak adanya ventilasi udara. 2.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan sebelumnya telah ada yang menguatkan penelitian ini untuk tetap diteruskan. Beberapa pembahasan sebelumnya mengenai penelitian tentang adaptive building skin terutama fokus pada analisa CFD akan dikaji disini: Tabel 8. State of The Art No. 1. Judul Penulis Tahun Kesimpulan Wind Field Analysis for a High-rise Residential Building Layout in Danhai, Taiwan An-Shik Yang, Chih-Yung Wen, Yu-Chou Wu, Yu-Hsuan Juan, Ying-Ming Su 2013 Menerapkan simulasi CFD pada konsep desain di Danhai New Town membantu untuk mengetahui air flow yang dipengaruhi oleh bangunan sekitar sehingga dengan dilakukannya simulasi tersebut maka semakin mudah untuk merancang ulang atau memperbaiki urban landscape pada Danhai New Town. Berikut simpulan dari analisa tersebut : • respon pada kurangnya aliran angin langsung di area depan pada ruang komunitas terbuka, desain ventilasi yang ditingkatkan pada kecepatan angin normal terindikasi percepatan dari 1 m/s menjadi 2.5 m/s. • ruang antara bangunan merupakan faktor penting untuk mengontrol angina untuk perencanaan layout. Ventilasi urban banyak dipengaruhi dari bentuk kepadatan dan ruang pada bangunan tinggi. Walaupun desain Danhai New Town tidak sempurna dari segi aliran angin, namun dapat disimpulkan bahwa untuk menerapkan pendekatan analisa CFD merupakan langkah yang cukup menjanjikan untuk mendesain kota yang baik di 26 masa depan. 2. Shape Morphing WindResponsive Façade Systems Realized With Smart Materials Lorenzo Lignarolo, Charlotte Lelieveld, Patrick Teuffel 2012 Jurnal ini menjelaskan pengeksplorasi terhadap adaptasi kinetik pada fasade untuk memaksimalkan karakteristik air flow pada high-rise buildings. Studi ini berangkat dari model 3D yang simpel lalu dianalisa dengan CFD untuk menunjukkan bagaimana pengaruh air flow pada bangunan terkait. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa percobaan analisa CFD terhadap fasade bangunan memiliki efek yang cukup kuat pada pergerakan angin. Tidak seperti bangunan rendah, kecepatan angin pada bangunan tinggi lebih dipengaruhi oleh elemen fasade. Perlu diketahui bahwa sistem adaptive pada bangunan sangat dipengaruhi oleh gaya tekananan angin pada ketinggian yang lebih tinggi. Pada penelitian hanya dilakukan dengan satu arah angin walaupun hasil akan lebih optimal jika digunakan dua arah angin yang berbeda dengan waktu yang berbeda. 3. Adaptive Building Envelope System using Parametric Camshaft Mechanism for Sustainable Building. Firza Utama S. 2012 Permasalahan utama dari bangunan yang adaptif adalah biaya untuk mekanismenya yang mahal. Namun dengan adanya sistem camshaft pada selimut bangunan ternyata mudah diterapkan dan rendah biayanya. Sistem camshaft dalam penelitian yang sudah dilakukan merupakan prototipe mekanisme penggerak kinetik dari selimut bangunan sehingga dapat beradaptasi terhadap radiasi matahari. 4. CFD Analysis of Wind Comfort on High-Rise Building Balconies: Validation and Application H. Montazeri, B. Blocken, W.D. Janssen, T. van Hooff. 2012 Dalam jurnal ini menjelaskan tentang sebuah bangunan high rise residential dengan balkon pada sisi-sisi fasade bagaimana air flow sekitar bangunan tersebut dan bagaimana bentuk balkon mempengaruhi hasil simulasi air flow tersebut. Penelitian fokus pada analisa CFD. Kesimpulan yang didapat adalah 27 simulasi CFD digunakan dengan berdasarkan pada standar tingkat kecepatan angin untuk mengevaluasi hasil dari konsep fasade tersebut. Konsep tersebut dinilai bahwa balkon sebagian dapat sebagai perisai terhadap angin. Terdapat perbandingan konsep fasade dalam penelitian ini. Disimpulkan bahwa konsep fasade yang baru dinilai lebih efektif. 5. CFD Simulation in Township Planning – A Case Study Nilesh S. Varkute, R.S. Maurya 2013 Pada perencanaan ruang publik urban, angin merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi kenyamanan dan keamanan pedestrian. Semakin banyaknya gedung-gedung yang tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan karena aliran angin yang kurang baik yang disebabkan oleh perencanaan tata kota yang tidak beraturan. Dalam kesimpulannya model 3D yang digunakan dikembangkan untuk menganalisa aliran angin sekitar bangunan. a. CFD merupakan alat analisa yang kuat untuk mengetahui aplikasi air flow pada bangunan dengan mengetahui kecepatan angin disekitar bangunan. b. Perbedaan antara kedua bangunan cukup signifikan dan perlu diteliti sebelum direncanakan c. Berkat studi yang mendalam terhadap aliran angin sekitar bangunan, perencana dapat meletakkan sistem pendingin dan pemanas udara secara tepat d. Penghawaan alami yang baik sekitar bangunan dapat diketahui dengan mudah dengan alat bantu CFD. Sumber: E-journal, Berbagai Sumber Dari beberapa jurnal yang sudah ada, dapat disimpulkan bahwa penggunaan simulasi CFD dengan bantuan software dapat membantu dalam merencanakan sebuah konsep bangunan seperti pengaruh air flow pada tapak dimana dapat 28 mempengaruhi bentuk dan orientasi bangunan sekitar. Penggunaan komputer dalam menganalisa sesuatu merupakan suatu keunggulan dimana hasil analisa yang akan didapat lebih akurat. Selain itu, penerapan adaptive pada bangunan merupakan suatu langkah yang baik dalam merespon kondisi sekitar tapak pada bangunan yang akan dibangun. 2.7 Kerangka Berpikir JUDUL PENELITIAN PENERAPAN ADAPTIVE BUILDING SKIN PADA BANGUNAN SOHO DI JAKARTA TUJUAN Merancang bangunan SOHO dengan mengembangkan sistem adaptive building skin yang dapat mengendalikan standar kecepatan angin pada tiap lantai sehingga memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alam RUMUSAN MASALAH Bagaimana merancang bangunan SOHO bertingkat tinggi yang dapat menyelesaikan masalah pada kecepatan angin yang semakin tinggi pada lantai atas sehingga dapat digunakannya penghawaan alami pada bangunan. Bagaimana merancang SOHO dengan penghawaan yang baik dengan penerapan adaptive building skin yang menyesuaikan dengan jenis aktivitas dari 3 opsi unit Home/Home, Home/Office dan Office/Office METODE PENELITIAN PENGUMPULAN DATA ANALISA KESIMPULAN PERANCANGAN 29