analisis semiotika kostum the remix net. tv tema - E

advertisement
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ANALISIS SEMIOTIKA KOSTUM THE REMIX
NET. TV TEMA ETHNIC DAN FUTURISTIK
Rizky Iwan Maulana1, Titin Suhartini2, Veny Purba3
Universitas BSI Bandung
Email: [email protected]
ABSTRACT
The Remix is one of the Special Program who on aired by NET. TV. Electronic Music Dance
(EDM) as the point of this show. The compettion for Indonesian dj or remixer who paired
with the freatest singer in the country makes the show serve a hgreatest entertaiment and
never shown in the other televison program. The show has a lot of division inside, one of the
divison of this program who people talk about the most and outstanding are a Fashion Stylist
team. They’re the one who responsible for the Costume and all the wardrobe for al the talent
for this program and the look itself should be otstanding and have to combine the futuristic
side to all the costumes. One episode of The Remix is very interesting is The 11th Episode on
November 7th, 2015. This episode was themed "Ethnic Futuristic" in which all groups must
sang traditional songs packaged electronic music, of course, the costumes they must contain
elements must be visible Futuristic and Etnic. This study uses a qualitative methodology for
researchers consider the problems studied is complex and researchers use semiotics of
Roland Barthes analasis because he has discusses the realm of fashion.
Keywords: The Remix, Costumes, Fashion Stylist. Semiotic
Abstrak
The Remix adalah sebuah Program Event Special yang ditayangkan oleh NET.
MEDIATAMA TELEVISI yang mengangkat Electronic Dance Music (EDM) sebagai unsur
utama dalam acara ini. Kompetisi untuk para DJ atau remixer Indonesia yang dipairing
dengan penyanyi kelas atas Indonesia ini menjadi suguhan yang berbeda dari acara televisi
lainya. Didalam acara The Remix terdapat beberapa Divisi penting dimulai dari Divisi
Produksi hingga Services, salah satu divisi yang sangat menonjol adalah Divisi Fashion
Stylists, Karena divisi inilah yang bertanggung jawab atas outfit dan costume yang dikenakan
oleh semua pengisi acara dan looknya teresebut haruslah stand out dengan memadu padankan
unsur futuristik didalam tampilannya tersebut. Salah satu episode dari The Remix yang sangat
menarik perhatian adalah Episode 11 yang ditangkan di NET. TV pada tanggal 7 November
2015. episode ini bertemakan “Ethnic Futuristic” dimana semua group harus membawakan
lagu lagu daerah yang dikemas secara musik elektronik, tentunya kostum mereka pun harus
mengandung unsur Etnic tetepi haruslah terlihat Futuristik. Penelitian ini menggunakan
metodelogi kualitatif karena peneliti menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks
dan peneliti menggunakan analasis semiotika Roland Barthes dikarenakan beliau pernah
membahas ranah fashion.
Kata kunci : The Remix, Kostum, Fashion Stylist, Semiotika.
PENDAHULUAN
The Remix adalah sebuah Program Event
Special yang ditayangkan oleh NET.
MEDIATAMA
TELEVISI
yang
mengangkat Elektronic Dance Musik
(EDM) sebagai unsur utama dalam acara
ini. Kompetisi untuk para DJ atau remixer
Indonesia yang dipairing dengan penyanyi
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
136
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
kelas atasIndonesia ini menjadi suguhan
yang berbeda dari acara televisi lainya.
Setiap sabtu dan minggu acara ini
mengudara di NET. TV dari jam 7 hingga
jam 10 malam. Hanya dengan beberapa
episode saja acara ini sudah merebut
perhatian permirsa Indonesia, menjadikan
The Remix sebagai acara dengan rating
tertinggi di NET. TV.
Electronic music tidak begitu dikenal di
kalangan masyarakat banyak di Indonesia.
Di Indonesia, image dari electronic music
sempat dan masih menuai sikap antipati
dari banyak masyarakat. Mereka merasa
electronic music identik dengan dunia
gemerlap (dugem) dan mereka sering
menyebut musik ini dengan ‘ajep-ajep’
(mungkin begitu cara menulisnya).
Mereka juga menganggap bahwa musik
ini dimainkan di diskotik atau tempattempat hiburan yang juga identik dengan
prostitusi, alkohol dan narkoba. Tapi The
Remix membedah paradigma tersebut
dengan konsep kreatif yang disuguhkan.
Setiap episode The Remix mempunyai
tema tersendiri yang di gagas oleh team
Creative NET. Tv, dimana tema yang
diusung hars digabungkan dengan tema
futurisktik karena base line dari acara ini
adalah “The Future Sound of Indonesian
Music” jadi tema yang diusung harus
dipadu padankan dengan futuristik.
Didalam acara The Remix terdapat
beberapa Divisi penting dimulai dari
Divisi Produksi hingga Services, salah
satu divisi yang sangat menonjol adalah
Divisi Fashion Stylists, Karena divisi
inilah yang bertanggung jawab atas outfit
dan costume yang dikenakan oleh semua
pengisi acara dan looknya teresebut
haruslah stand out dengan memadu
padankan unsur futuristik didalam
tampilannya tersebut. Dan dari beberapa
review yang dilakukan oleh netizen,
costume yang dikenakan oleh para pengisi
acara The Remix menuai berbagai pujian
dan respond positive, walaupun juga ada
netizen yang kurang terlalu suka dan
memberikan kritik kepada costume yang
digunakan. Setelah melakukan riset
didalam divisi Fashion StylistsThe Remix
diketahui bahwa para stlyist melakukan
persiapan seminggu sebelum acara
berlangsung tepatnya pada hari rabu,
dengan basic menyesuaikan tema, lagu
dan Visual graphic yang telah di siapkan
sebelumnya, dari ketika unsur tersebutlah
para stylists melakukan sebuah pemikiran
konsep dan alur cerita yang akan
dituangkan kedalm kostum yang nantinya
akan diperlihatkan kepada masyarakat
Indonesia.
Salah satu episode dari The Remix yang
sangat menarik perhatian adalah Episode
11 yang ditangkan di NET. TV pada
tanggal 7 November 2015.pisode ini
bertemakan “Ethnic Futuristic” dimana
semua group harus membawakan lagu
lagu daerah yang dikemas secara musik
elektronik, tentunya kostum mereka pun
harus mengandung unsur Etnic tetepi
haruslah terlihat Futuristik. Episode
tersebut menjadi salah satu episode The
Remix yang mendapatkan rating tertinggi
dari seluruh season. Review yang bagus
datang pula dari para musisi dan juga dari
para designer dan pemerhati fashion.
mereka beropini bahwa episode ini
mempunya nilai yang sangat tinggi untuk
para pemerhati visual, karena menyatukan
unsur etnis dan futuristik itu adalah
sesuatau yang sangat sulit dan Fashion
Stylistmelakukan tugasnya dengan baik.
Dilihat dari segi internalnya sendiri,
episode The Remix tersebut melibatkan
designer terbanyak sepanjang season dan
menggunakan
perhiasan
ataupun
aksessoris terbanyak pula, dari designer
baju, hingga accesoris designer ternama
ikut berpartisipasi dalam acara episode
kali ini. Menurut penulis pula episode ini
sangatlah luar biasa menarik dari segi
visual, karena kostum yang dikenakan
oleh para peserta sangatlah outstanding
dan sesuai dengan tema, sehingga penulis
sangat ingin membedah hal tersebut. Hal
tersebutlah yang menarik perhatian saya
sebagai penulis yang sangat ingin
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
137
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
membedah makna semiotika yang
dilakukan seorang Fashion Stylists dalam
menemukan konsep dan menuangkannya
kepada kostum dan apa makna kostum
tersebut jika di bedah secara mendalam.
Penelitian ini menggunakan metodelogi
kualitatif karena peneliti menganggap
permasalahan
yang
diteliti
cukup
kompleks dan dinamis sehingga data yang
diperoleh dari para narasumber tersebut
dijaring dengan metode yang lebih
alamiah yakni interview langsung dengan
para narasumber sehingga didapatkan
jawaban yang alamiah. Selain itu, peneliti
bermaksud untuk memahami maksud
pesan yang ada di dalam kostum yang
dikenakan oleh pengisi acara The
Remix.Penelitian kualitatif ini secara
spesifik lebih diarahkan pada penggunaan
metode Semiotika karena sang penulis
ingin membedah makna yang terdapat
pada kostum yang dikenakan para pengisi
acara The Remix dan bagaimana proses
Fashion Stylist menuangkan konsep
hingga bisa mejadikanya sebagai pesan
yang di tuangkan kepada visual kostum.
Setelah melakukan studi terhadap metode
semiotika, untuk penelitian ini semiotika
Roland Barthes yang sangat cocok untuk
membedah aspek penelitian, karena
Roland Barthes seringkali dikutip
pendapatnya
tentang
semiotika
(semiologi) terutama tentang konsep
pemaknaan konotatif atau yang lebih
dikenal istilah second order semiotic
system. Berdasarkan latar belakang diatas
maka peneliti berminat mengkaji “Analisis
Semiotika Kostum The Remix NET. TV
dengan Tema Ethnic dan Futuristik
“(Episode 11 07 November 2015)“ hingga
dapat dimengerti oleh penonton dan
masyarakat luas Indonesia.
KAJIAN LITERATUR
Komunikasi Visual
Menurut Burko (2008), komunikasi visual
mengkombinasikan
seni,
lambang,
tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi,
dan warna dalam penyampaiannya.
Komunikasi visual memiliki beberapa
fungsi, diantaranya sebagai sarana
informasi dan instruksi, bertujuan
menunjukkan hubungan antara suatu hal
dengan hal yang lain dalam petunjuk,
arah, posisi dan skala, contohnya peta,
diagram, simbol dan penunjuk arah.
Informasi
akanberguna
apabila
dikomunikasikan kepada orang yang tepat,
pada waktu dan tempat yang tepat, dalam
bentuk yang dapat dimengerti, dan
dipresentasikan secara logis dan konsisten.
Komunikasi visual merupakan sebuah
rangkaian proses penyampaian kehendak
atau maksud tertentu kepada pihak lain
dengan penggunaan media penggambaran
yang hanya terbaca oleh indera
penglihatan.
Komunikasi
visual
mengkombinasikan
seni,
lambang,
tifografi, gambar, desain grafis, ilustrasi,
dan warna dalam penyampaiannya.
Persepsi visual adalah kesimpulan yang
dibuat dengan menggabungkan semua
informasi dikumpulkan oleh organ
sensual. Sensasi adalah data mentah,
persepsi visual adalah kesimpulan makna
setelah visual yang diterima.
Sebagai sarana presentasi dan promosi
untuk menyampaikan pesan, mendapatkan
perhatian (atensi) dari mata (secara visual)
dan membuat pesan tersebut dapat diingat;
contohnya poster. Juga sebagai sarana
identifikasi. Identitas seseorang dapat
mengatakan tentang siapa orang itu, atau
dari mana asalnya. Demikian juga dengan
suatu benda, produk ataupun lembaga, jika
mempunyai
identitas
akan
dapat
mencerminkan kualitas produk atau jasa
itu dan mudah dikenali, baik oleh
produsennya maupun konsumennya. Jika
komunikasi visual digunakan untuk
identifikasi lembaga seperti sekolah,
misalnya. Maka orang akan lebih mudah
menentukan sekolah A atau B sebagai
favorit, karena sering berprestasi dalam
kancah nasional atau meraih peringkat
tertinggi di daerah itu. Komunikasi visual
memiliki beberapa teori dasar yang dapat
digunakan sebagai patokan dalam
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
138
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
menjalankan fungsinya, yaitu teori sensual
dan perseptual.
Televisi (TV)
Televisi adalah merupakan media
komunikasi yang berfungsi sebagai
penerima siaran gambar bergerak beserta
suara, baik itu yang monokrom (hitamputih)
maupun berwarna.
Menurut
Effendy (2002) yang dimaksud dengan
televise adalah televise siaran yang
merupakan
media
dari
jaringan
komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki
komunikasi massa, yitu berlangsung satu
arah,
komunikatornya
melembaga,
pesannya bersifat umum, sasarannya
menimbulkan
keserempakkan,
dan
komunikasinya bersifat heterogen.
Kata televisi merupakan gabungan dari
kata tele (τῆλε,
“jauh”)
dari bahasa
Yunani danvisio (penglihatan) dari bahasa
Latin, sehingga televisi dapat diartikan
sebagai alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.
Penggunaan kata Televisi sendiri juga
dapat merujuk kepada kotak televisi, acara
televisi, ataupun transmisi televisi.
Penemuan televisi disejajarkan dengan
penemuan roda, karena penemuan ini
mampu mengubah peradaban dunia. Di
Indonesia televisi secara tidak formal
sering
disebut
dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi)
Kotak televisi pertama kali dijual secara
komersial sejak tahun 1920an, dan sejak
saat itu televisi telah menjadi barang biasa
di rumah, kantor bisnis, maupun institusi,
khususnya sebagai sumber kebutuhan
akan hiburan dan berita serta
menjadi
media
periklanan.
Sejak
1970an,
kemunculan kaset
video, cakram
laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga
menjadikan kotak televisi sebagai alat
untuk untuk melihat materi siaran serta
hasil rekaman. Dalam tahun-tahun
terakhir, siaran televisi telah dapat diakses
melalui Internet, misalnya melalui iPlayer
dan Hulu.
Fashion
Fashion merupakan kata yang lebih
populer dan lebih akrab bagi kebanyakan
masyarakat Indonesia dibandingkan kata
serapannya: fesyen, meskipun menurut
Wikipedia padanan fashion dalam bahasa
Indonesia adalah mode, banyak orang
yang cenderung mengasosiasikannya
dengan pakaian atau perangkat yang
melengkapi pakaian. Secara etimologis
Fashion berasal dari bahasa Latin, factio,
yang
berarti
“melakukan”.
Arti
sesungguhnya dari kata “fashion” adalah
sesuatu yang mengacu pada hal-hal yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang. Hal-hal yang dilakukan tersebut
tidak sebatas orang yang memakai
pakaian, melainkan mencakup arti yang
lebih luas.
Polhemus
dan
Procter
(1978)
mendefinisikan fashion sebagai sesuatu
bentuk dan jenis tata cara atau cara
bertindak. Dalam masyarakat kontemporer
barat, istilah fashion cenderung diartikan
sebagai dandanan, gaya, dan busana.
Media barat mempertajam anggapan
tersebut dengan memberi predikat pusat
fashion dunia pada kota-kota dimana para
disainer
terkenal
menyelenggarakan
fashion show seperti New York, Milan,
Paris, dan London. Terkait dengan definisi
dan pengertian fashion, Thomas Carlyle
berpendapat
bahwa
pakaian
melambangkan jiwa pemakainya. Mode
pakaian tak bisa dipisahkan dari
perkembangan sejarah kehidupan dan
budaya manusia. Karena itu Carlyle
menekankan
bahwa
fashion
bisa
diibaratkan sebagai “kulit sosial” yang
mencerminkan
gaya
hidup
suatu
komunitas dan mengekspresikan identitas
tertentu yang merupakan bagian dari
kehidupan sosial.
Berdasarkan berbagai definisi dan uraian
tentang pengertian fashion tersebut, secara
sederhana fashion bisa disimpulkan
sebagai kecenderungan untuk mengikuti
gaya tertentu yang sedang digemari pada
saat tertentu dan akan berlaku dalam
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
139
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
jangka
waktu
tertentu.
Fashion
dicerminkan
oleh
pakaian
dan
kelengkapannya yang memiliki desain
tertentu yang disukai sebagian besar
masyarakat.
Ethnic / Etnis
Menurut Ensiklopedi Indonesia Etnis
berarti kelompok sosial dalam sistem
sosial atau kebudayaan yang mempunyai
arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa, dan
sebagainya.
Anggota-anggota
suatu
kelompok etnik memiliki kesamaan dalam
hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang
digunakan ataupun tidak), sistem nilai,
serta adat-istiadat dan tradisi.
Menurut Perspektif Teori Situasional,
Etnis merupakan hasil dari adanya
pengaruh yang berasal dari luar kelompok.
Menurut Simatupang (2003) salah satu
faktor luar yang sangat berpengaruh
terhadap etnisitas adalah kolonialisme,
yang demi kepentingan administratif
pemerintah kolonial telah mengkotakkotakkan warga jajahan ke kelompokkelompok etnik dan ras. Untuk seterusnya
sisa warisan kolonial itu terus dipakai
sampai sekarang. Futuristik menurut
kamus besar bahasa Indonesia adalah
Futuristis yang
berarti tentang masa
depan, segala sesuatu hal yang
digambarkan sebagai masa depan.
Semiotika
Menurut
Sobur
(2006)
semiotika
merupakan ilmu tentang tanda-tanda.
Semiotika berkaitan erat dengan bidang
linguistik,
yang
untuk
sebagian,
mempelajari struktur dan makna bahasa
yang lebih spesifik. Namun, berbeda dari
linguistik, semiotika juga mempelajari
sistem-sistem
tanda
non-linguistik.
Semiotika sering dibagi menjadi tiga
cabang:
a. Semantik hubungan antara tanda dan
hal-hal yang mereka lihat; denotata
mereka, atau makna
b. Sintatis hubungan antara tanda-tanda
dalam struktur formal
c. Pragmantik hubungan antara tanda dan
tanda-menggunakan agen
Semiotika sering dipandang memiliki
dimensi antropologis penting;
misalnya, Umberto
Eco mengusulkan
bahwa setiap fenomena budaya dapat
dipelajari sebagai komunikasi. Namun,
beberapa ahli semiotik fokus pada dimensi
logis dari ilmu pengetahuan. Mereka juga
menguji area untuk ilmu kehidupan seperti
bagaimana membuat prediksi tentang
organisme, dan beradaptasi, semiotic
relung mereka di dunia (lihat semiosis).
Secara umum, teori-teori semiotik
mengambil
tanda-tanda
atau sistem
tandasebagai
objek
studi
mereka:
komunikasi informasi dalam organisme
hidup
tercakup
dalambiosemiotik
(termasuk zoosemiotik).
Semiotika Roland Barthes
Dalam buku The Fashion System, Barthes
membicarakan panjang lebar mengenai
dunia mode. Sebagaimana bukunya yang
terdahulu, dalam buku ini Barthes juga
membicarakan operasi struktur penanda
(signifier) mode, struktur petanda
(signified)-nya, dan struktur sign atau
signifikansinya. Memang kajian mode
atau fashion Barthes tidak terlepas dari
bidang semiotika yang selama ini
dikembangkannya.
Dunia mode merupakan proyek model
kaum aristokrat sebagai salah satu bentuk
atau wujud prestise. Pada perkembangan
berikutnya, model pakaian seseorang juga
harus disesuaikan dengan fungsinya
sebagai tanda, yang membedakan antara
pakaian untuk kantoran, olah raga, liburan,
berburu, upacara-upacara tertentu, bahkan
untuk musim-musim tertentu seperti
pakaian musim dingin, musim semi,
musim panas ataupun musim gugur.
Manusia
pengguna
pakaian
yang
mengikuti trend akan mengejar apa yang
tengah menjadi simbol status kelas
menengah atas. Yang tidak mengikuti arus
dunia mode akan dikatakan manusia yang
tidak fashionable alias ketinggalan mode.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
140
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
Tata busana tidak lagi menjadi sekedar
pakaian tetapi juga telah menjadi mode,
menjadi peragaan busana, menjadi sebuah
tontonan yang memiliki prestisenya
tersendiri,
menjadi
simbol
status
kehidupan. Hal ini tidak hanya terjadi di
dunia Barat saja, tetapi juga tengah
melanda Indonesia. Barthes tidak salah
membidik salah satu aspek ini, yakni
mode, sebagai salah satu kajiannya,
mengingat Paris merupakan kiblat mode
dunia. Begitulah, salah satu topik
pembicaraan Barthes tentang aspek
kebudayaan massa yakni tentang dunia
mode. Dunia yang kini penuh dengan
kemewahan
para
model
yang
memperagakannya di sejumlah catwalk
pusat-pusat peragaan busana di berbagai
kota metropolis. Status seseorang dalam
masyarakat seringkali dicitrakan melalui
merk dan rancangan siapa pakaian yang
dikenakannya. Padahal kalau ditelusuri,
dunia mode adalah salah satu pelegitimasi
ideologi gender yang selama ini sering
dikonter oleh para feminis.
Selain bicara tentang mode, Barthes juga
berbicara tentang foto, khususnya tentang
foto-foto dalam media massa dan iklan.
Hal ini diungkapkannya dalam dua
artikelnya, “The Photographic Message”
pada 1961 dan “Rethoric of the Image”
juga pada 1961. Lewat dua artikelnya ini,
Barthes
menguraikan
makna-makna
konotatif yang terdapat dalam sejumlah
foto dalam media massa dan iklan. Foto
sebagai salah satu sarana yang sanggup
menghadirkan pesan secara langsung
(sebagai analogon atau denotasi) dapat
meyakinkan seseorang (pembaca berita
atau iklan) bahwa peristiwa tersebut sudah
dilihat oleh seseorang, yakni fotografer.
Akan tetapi, di balik peristiwa tersebut,
ternyata foto juga mengandung pesan
simbolik (coded-iconicmessage) yang
menuntut
pembacanya
untuk
menghubungkannya dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.
Di sejumlah media massa Indonesia pada
tahun 1998, ketika Presiden Soeharto
menandatangani LoI dengan IMF, tampak
Camdesus
tengah
memperhatikan
Soeharto yang tengah membubuhkan
tanda tangan. Wakil IMF itu berdiri
mengawasi
dengan
posisi
tangan
bersedekap. Sebagai analogon atau makna
denotasi, foto ini hanya menyatakan telah
terjadi penandatangan nota persetujuan
antara RI yang diwakili Soeharto dengan
IMF yang diwakili Camdesus. Akan
tetapi, posisi tangan Camdesus dan
caranya
memandang
Soeharto
membubuhkan tanda tangan secara
konotatif
memaknakan
dia
telah
menaklukkan seorang pemimpin yang
telah 32 tahun berkuasa. Contoh-contoh
analisis
semacam
inilah
yang
dikemukakan Barthes dalam analisisnya
tentang sejumlah foto. Salah satunya
tentang seorang tentara berkulit hitam
yang mengenakan seragam militer Prancis
yang tengah memberikan penghormatan
militer, matanya terpancang pada bendera
nasional. Foto ini menjadi sampul dari
majalah Paris-Match. Dalam analisisnya,
Barthes menyatakan bahwa foto itu ingin
menyatakan Prancis sebagai sebuah
negara besar, tempat para putranya, tanpa
diskriminasi warna kulit, dengan penuh
setia, melayani bangsa di bawah kibaran
benderanya. Foto itu merupakan konter
atas para pencela kolonialisme (Culler,
2003).
Seorang fotografer dalam memotret
meringkali memperhatikan pose, objek
yang dipilihnya, logo-teknik, dan juga
sejumlah manipulasi demi tercapainya apa
yang hendak “ditulisnya”. Hal ini
seringkali ditemukan dalam sejumlah
media cetak, terlebih lagi pada iklan yang
lebih menekankan kekuatan foto pada
aspek-aspek daya tariknya sebagai sarana
persuasif yang seringkali memanfaatkan
tema-tema keintiman, seks, kekhawatiran,
dan idola (St. Sunardi, 2004). Hanya
dalam buku Camera Lucida, Barthes tidak
memfokuskan pada foto-foto dalam media
massa dan iklan tetapi memfokuskan
kajiannya
pada
koleksi
foto-foto
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
141
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
pribadinya.
Berbeda
dengan
pendekatannya pada dua artikelnya pada
1961 yang lebih memusatkan analisisnya
pada semiotik atas foto sebagai produk
budaya, dalam Camera Lucida, Barthes
menyebutnya
dengan
pendekatan
fenomenologi sinis. Dalam memandang
sebuah
foto,
dibutuhkan
sebuah
pengalaman, tapi bukan sembarang
pengalaman,
melainkan
pengalaman
seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk membahasakan secara indah.
Memadang foto merupakan ziarah menuju
jati dirinya yang melewati tahap
eksplorasi,
animasi,
dan
afeksi.
Pengalaman-pengalaman inilah yang
menjadi ukuran Barthes untuk menilai
kualitas foto, karena tidak setiap foto
membuat kita terpaku pada satu titik (St.
Sunardi, 2004).
METODE PENELITIAN
Pendekatan kualitatif menekankan pada
makna, penalaran, definisi suatu situasi
tertentu (dalam konteks tertentu), lebih
banyak meneliti hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu
secara utuh. Peneliti menggunakan
pendekatan ini karena dianggap tepat
dalam menjelaskan kasus yang diangkat
dalam penelitian ini yang memberikan
kebebasan dalam menjelaskan Analisis
Semiotika Kostum The Remix NET. TV
dengan Tema Ethnic dan Futuristik
“(Episode 11 07 November 2015)
Paradigma yang digunakan di dalam
penelitian
ini
adalah
paradigma
konstruktivis. Paradigma ini adalah
paradigma yang hampir merupakan
anitesis dari paham yang meletakkan
pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu
pengetahuan. Paradigma ini memandang
ilmu social sebagai analisis sistematis
terhadap socially meaningful action
melalui pengamatan langsung dan
terperinci terhadap pelaku social yang
bersangkutan
menciptakan
dan
memelihara atau mengelola dunia sosial
mereka.
Mengkaji pemaknaan visual merupakan
kajian yang tidak hanya membahas
kontekstual saja, melainkan sebuah
pemaknaan yang terlihat maupun tidak
terlihat. Dengan semiotika ini mampu
menggali hal-hal yang bersifat subtansial
dari penggunaan bahasa maupun visual
tentang seperangkat nilai atau bahkan
ideology yang tersembunyi. Metode
semiotika
ini
bersifat
kualitatifinterpretatif, yaitu sebuah metode yang
memfokuskan pada tanda dan teks sebagai
objek kajiannya serta bagaimana peneliti
menfsirkan dan memahami kode dibalik
tanda dan teks tersebut (Piliang, 2003).
Makna-makna yang terdapat di dalam
fashion
sebuah
program
televisi
mendorong
peneliti
menggunakan
semiotika Roland Barthes untuk membaca
dan menganalisa Analisis Semiotika
Kostum The Remix NET. TV dengan
Tema Ethnic dan Futuristik “(Episode 11
07 November 2015)
Penelitian dengan teori semiotika Roland
Barthes, terdapat denotatif sebagai sistem
tanda pada tataran pertama, konotatif
sebagai sistem tanda tataran kedua dan
mitos atau ideologi yang berfungsi untuk
mengungkapkan
serta
memberikan
pembenaran nilai-nilai dominan yang
berlaku dalam periode atau masa-masa
tertentu. Dalam mitos atau ideologi sendiri
terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu
penanda (signifer), pertanda, dan tanda.
(Barthes, 2007)
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya
untuk menggambarkan dan memaknai
pesan yang disampaikan oleh para
Fashion Stylists The Remix Net TV.
Peneliti akan berfokus pada pesan
semiotika oleh Fashion Stylists sebagai
objek yang diteliti memiliki beberapa
tanda atau simbol-simbol yang dibentuk
maupun dilekatkan serta digunakan
dengan tujuan tertentu dalam gambar
visual.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
142
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
Subyek dari penelitian ini adalah pihakpihak
yang
disebut
dengan
informan.Penulis akan mewawancarai
informan utama yaitu Fashion Stylists
NET. TV Kemudian ada informan
pendukung yang berfungsi menambah
informasi pada saat proses wawancara,
diantara informan pendukung ialah
Designer yang kompeten dan telah
mempunyai track record yang bagus.
Tujuan dilakukan wawancara dan
observasi ialah untuk melengkapi data
yang peneliti butuhkan. Objek penelitian
dalam penelitian ini adalah Kostum para
Kontestan The Remix NET. TV pada
Episode 11 (7 November 2015). Begitu
pula dengan teknik pengumpulan data
wawancara, observasi dan mengkaji
beberapa dokumentasi yang dimiliki The
Remix.
PEMBAHASAN
Analisis Denotasi Kostum The Remix
dengan tema Ethnic&Futuristic
Makna denotasi merupakan makna kata
yang sesuai dengan makna yang
sebenarnya atau sesuai dengan makna
kamus. Di dalam penelitian ini makana
semiotika Denotasi berarti makna yang
terlihat pada kostum sesuai dengan jenis
pakaian apa yang dikenakan dan
disuguhkan kepada Penonton yang ada di
rumah maupun yang ada di studio.
Kontestan pertama yang tampil adalah
NSG dan Meicha Munos yang tergabung
dalam Rarasurya Terlihat jelas NSG
menggunakan Sweater dengan corak daun
dan bunga berwna hijau dan pink dengan
gambar nanas ditengah menggunakan
kacamata dengan kumis. Sedangkan
Meichan menggunakan Dress berwarna
merah muda dan terdapat beberapa
ornamen nanas pula berwarna gold.
Sangat terlihat jelas kostum Rarasurya ini
lebih Casual. Peniliti menyimpulkan
bahwa makna Denotasi dari Rarasurya
(NSG dan Meichan) adalah Casual
Kostum.
Penampilan berikutnya adalah Melly
Mono dan Osvaldorio yang bernama
Monostereo. Untuk kostum Monostereo
sangatlah berbeda dengan Rarasurya,
kostum Monostereo lebih terlihat megah.
Melly mono menggunakan Kebaya
Modern sedangkan Osvaldo menggunakan
jas hitam dan turtle neck, dengan
perpaduan warna silver biru dan hitam
memperlihatkan
Monostereo
sangat
menawan. Makna Denotasi kostum dari
Monostereo adalah Megah dan Ellegan
dengan perpaduan warna yang memikat
mata.
Kontestan selnjutnya adalah Wildones
yang tergabung dari Denada dan Jesse
Wilde. Hampir sama dengan Monostereo,
kostum Wildones pun terlihat lebih megah
dan juga lebih menarik dengan balutan
kain khas indonesia yaitu kain Ulos. Jesse
Wilde menggunakan jaket dengan motif
kain Ulos dan Denada menggunakan dress
dengan
atasan
kain
Ulos
pula.
Disimpulkan bahwa kostum Wildeones
mempunyai makana Denotasi yang sama
dengan Monostereo yaitu bermaknakan
megah.
Kontestan terakhir ayng tampil di The
Remix episode 11 yaitu Soundwave Rinni
Wulandari dan Jevin Julian. Kostum
Soundwave terlihat lebih Sporty dan
Energetic, Rinni menggunakan jaket putih
dengan corak gambar dan Headpiece
seperti
bulu.
Sedangkan
Jevin
menggunakan Big Jacket berwarna dasar
hitam dengan corak yang sama dengan
Rinni. Makna Denotasi dari kostum
Soundwave adalah Sporty Edgy dengan
menggunakan jaket yang berwana Match
antara Jevin dan Rinni.
Dari penyataan diatas yang peneliti
dapatkan dari hasil riset dan wawancara
dengan informan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa makna Denotasi
dari Kostum The Remix Episode 11 (07
November 2015) persis dengan jenis
kostum yang terlihat.
Analisis Konotasi Kostum The Remix
dengan tema Ethnic&Futuristic
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
143
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
Semiotika konotasi adlah ilmu yang
mempelajari makna konotasi dari tanda.
Dalam hubungan antarmanusia, sering
terjadi tanda yang diberikan seseorang
dipahami
secara
berbeda
oleh
penerimanya. Semiotika konotatif sangat
berkembang dalam pengkajian karya
sastra. Tokoh utamanya adalah Roland
Barthes, yang menekuni makna kedua di
balik bentuk tertentu. Dalam penelitian
ini, semiotika konotasi akan menganalisis
makana lain dari kostum kontestan The
Remix. Peneliti akan memaknai kostum
tersebut dan informan disini akan
menguraikan kebenaran adanya makna
lain dari kostum kostum kontestan The
Remix.
a. Rarasurya (NSG dan Meichan)
Tema The Remix Episode ini adalah
Ethnic Futuristik dan Rarasurya
membawakan lagu Poco-poco dari
daerah Manado dan di Mix dengan
lagu Rasa Sayange berasal dari
Maluku,
sehingga
menciptakan
suasana liburan musim panas di daerah
perpantaian, tidak heran karena kedua
lagu tersebut berasal dari daerah yang
dikelilingi oleh pantai indah. Kostum
Meichan dan NSG terlihat seperti
kostum Summer HolidayBeach atau
kostum benuansakan musim panas di
pantai. Sangat jelas terlihat dengan
adanya motif buah Nanas, buah nanas
atau Pineapple dalam bahasa Inggris
adalah buah Musim panas. Sedangkan
warna Merah muda dress yang dipakai
Meichan menggambarkan simbol kasih
sayang dan cinta, persahabatan,
feminin, kepercayaan, niat baik,
pengobatan emosi, damai, perasaan
yang halus, perasaan yang manis dan
indah sesuai dengan kepribadian
Meichan.
Warna
jaket
NSG
memperjelas nuansa musim panas
topicana, dengan motif bergambar
daun kelapa dan bunga bunga, dengan
perpaduan warna dari NSG dan
Meichan sangat menjelaskan suasana
ceria liburan musim panas di
pantai.“Summer Feel, thats what im
trying to communicate with the
costume, pineapple its so holiday you
know” (Hasil Wawancara dengan
Informan A1). Dengan demikian bisa
dipastikan makna Konotasi dari
kostum Rara Surya adalah “Liburan
Musim Panas”.
b. Monostereo
(Melly Mono
dan
Osvaldorio)
Monostereo membawakan lagu Bubuy
Bulan dari daerah Jawa Barat, lagu ini
memang mengandung makna yang luar
biasa dikalangan masyarakat Jawa
Barat. Kostum Melly Mono adalah
kebaya modern yang telah di
modifikasi oleh sang designer yang
memang Fashion Stylist yang menjadi
informan didalam penelitian ini. Dari
warna
biru
yang
digunakan
Memberikan
kesan
komunikasi,
peruntungan yang baik, kebijakan,
perlindungan,
inspirasi
spiritual,
tenang, kelembutan, dinamis, air, laut,
kreativitas,
cinta,
kedamaian,
kepercayaan, loyalitas, kepandaian,
panutan,
kekuatan
dari
dalam,
kesedihan, kestabilan, kepercayaan
diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi,
idealisme, persahabatan dan harmoni,
kasih sayang.
Warna ini memberi kesan tenang dan
menekankan keinginan. Biru tidak
meminta mata untuk memperhatikan.
Obyek dan gambar biru pada dasarnya
dapat menciptakan perasaan yang dingin
dan tenang. Warna Biru juga dapat
menampilkan
kekuatan
teknologi,
kebersihan, udara, air dan kedalaman laut.
Selain itu, jika digabungkan dengan warna
merah dan kuning dapat memberikan
kesan kepercayaan dan kesehatan.
Motif Mega Mendung juga sangat
mendominasi di kotum Monostereo
terlihat digunakan untuk bagian Rok dan
blazzer. Arti dari motif Mega Mendung
ialah awan yang muncul ketika cuaca
sedang mendung. Selain arti, motif Mega
Mendung juga memiliki makna atau
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
144
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
filosofi bahwa setiap manusia harus
mampu meredam amarah/emosinya dalam
situasi dan kondisi apapun, dengan kata
lain, hati manusia diharapkan bisa tetap
‘adem’ meskipun dalam keadaan marah,
seperti halnya awan yang muncul saat
cuaca mendung yang dapat menyejukkan
suasana di sekitarnya. Kemudian makna
dari warna batik Mega Mendung ini
merupakan
lambang
dari
seorang
pemimpin dan awan biru sebagai sifat
seorang pemimpin yang harus bisa
mengayomi seluruh masyarakat yang
dipimpinnya.
Terlihat pula Melly menggunakan sebuah
headpiece seperti mahkota berupa pecahan
pecahan kaca dan adapula beberpa bagian
yang seperti kristal pada bahu kebaya dan
blazzer, peneliti menganalisa bahwa
pecahan kaca dan bentuk bentuk kristal
adalah simbol untuk keteguhan dan
kekuatan menghadapi masa depan, dan
kedua unsur tersebut sangatlah bersifat
futuristik. Dari data wawancara yang ada
Makna Konotasi dari kostum adalah
seorang pemimpin kompetisi sang selalu
tenang dan baik hati tetapi sangat kuat
menghadapi setiap minggu kompetisi.
c. Wildones (Jesse Wilde dan Denada)
Wildones membawakan lagu medley
dari daerah Sumatera Utara atau suku
Batak. Mereka juga mendatangkan
beberapa pemain alat musik tradisional
batak. Kain Ulos khas batak menjadi
bahan utama dari kostum ini, baik
denada dan juga jesse. Ulos adalah
kain tenun khas Batak berbentuk
selendang. Benda sakral ini merupakan
simbol restu, kasih sayang dan
persatuan, sesuai dengan pepatah Batak
yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni
hodong, Ulos pangihot ni holong",
yang artinya kira-kira "Jika ijuk adalah
pengikat pelepah pada batangnya,
maka Ulos adalah pengikat kasih
sayang antara sesama." Ada berbagai
macam Ulos batak yang masingmasing mempunyai nilai tertentu dan
dipergunakan untuk maksud dan
kesempatan tertentu pula. Nenek
moyang
suku
bangsa
batak
mempergunakan Ulos yang ditenun
sendiri sebagai pakaian sehari-hari,
sebelum datang peradaban Barat yang
memperkenalkan kain tekstil. Iklim
daerah Tapanuli pada umumnya adalah
berhawa sejuk, oleh karena itu Ulos
juga
merupakan
penjaga
dan
penghangat tubuh untuk kepentingan
kesehatan,
melindungi
terhadap
kencangnya angin, dinginya udara,
hujan dan lain sebagainya.
Jadi makna dan filsafah pemberian Ulos
oleh pihak Hula-hula kepada pihak
Borunya adalah, bahwa Hula-hula selalu
mengayomi
Borunya,
memberikan
perlindungan demi menjaga kesehatan dan
keselamatan badaniah (sebelum menganut
agama juga disebut rohaniah). Dengan
memberikan sebagai suatu satu pertanda
yang dapat dilihat, disertai ungkapan
pepatah-pepatah maka pihak hula-hula
memanjatkan doa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, semoga memberikan Rahmat
dan Ridho Nya kepada boru yang
menerima Ulos, memberikan kebahagiaan
dan keselamatan, kesehatan dan umur
yang panjang serta rejeki yang murah,
dilindungi
terhadap
mara-bahaya,
disamping itu yang paling penting dan
pokok adalah agar diberi hagabeon, yaitu
lahirnya anak lelaki sebagai penyambung
keturunan dan anak perempuan yang
diharapkan agar mampu memberikan
kebahagian
kepada
orang
tuanya.
Demikianlah falsafah pemberian Ulos itu,
dan untuk setiap macam acara adat atau
keperluan ada pedoman-pedoman tertentu
tentang macam dan tingkat Ulos yang
akan diberikan. Makna konotasi Wildones
berarti
salam
perkenalan
kepada
masyarakat dan juga pengharapan untuk
memenagkan The Remix
d. Soundwave (Rinni Wulandari dan
Jevin Julian)
Kostum edgysoundwave ini berjenis
jaket dan celana, jika kita liat detailnya
disana ada gambar sebuah kerbau,
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
145
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
kerbau tersebut adalah kerbau suku
dayak yang berada di daerah
Kalimantan, dan pada bagian kepala
Rinni juga terdapat headpice yang
berbulu dan terbuat dari bulu burung
Cendrawasih, burung yang terdapat
diderah papua dan disebut juga dengan
burung surga, secara keselurahan
Soundwave menggunakan baju daerah
Kalimantan dan Papua karena mereka
membawakan dua lagu khas dari derah
tersebut, yaitu lagu Sajojo dan Ampar
Ampar Pisang.
Detail kostum tersebut telah menunjukan
sebuah ethnic yang luar biasa kuat dari
daerah terebut, dengan demikian Kostum
Soundawave bermakna konotasi tentang
sebuah kekuatan dan keindahan. Secara
Keseluruhan Semua Kostum Kontestan
The Remix mempunyai makna lain,
pemaknaan dilakukan oleh para Fashion
Stylist yang sekaligus menjadi informan
dalam penelitian ini.
Analisis Mitos Kostum The Remix
dengan tema Ethnic& Futuristic
Mitos Rolan Barthes muncul dikarenakan
adanya persepsi dari Roland sendiri
bahawa dibalik tanda-tanda tersebut
terdapat makna yang misterius yang
akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos.
Jadi intinya bahwa mitos-mitos yang
dimaksud oleh Roland Barthes tersebut
muncul dari balik tanda-tanda dalam
komunikasi sehari kita, baik tertulis
maupun melalui media cetak.
Untuk mendapat pemahaman secara detail
berikut sedikit diuraiakan konsep semiotik
dari Roland Barthes, yakni bahwa tanda
denotatif terdiri atas penanda dan petanda.
Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif.
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda
konotatif tidak sekadar memiliki makna
tambahan namun juga mengandung kedua
bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya. Pada dasarnya, ada
perbedaan antara denotasi dan konotasi
dalam pengertian secara umum serta
denotasi dan konotasi yang dipahami oleh
Barthes.
Di dalam semiologi Barthes dan para
pengikutnya, denotasi merupakan sistem
signifikasi tingkat pertama, sementara
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam
hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan
dengan ketertutupan makna. Sebagai
reaksi untuk melawan keharfiahan
denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes
mencoba menyingkirkan dan menolaknya.
Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia
lebih lanjut mengatakan bahwa makna
“harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat
alamiah (Budiman,
1999). Dalam
kerangka Barthes, konotasi identik dengan
operasi ideologi, yang disebutnya sebagai
‘mitos’
dan
berfungsi
untuk
mengungkapkan
dan
memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang
berlaku dalam suatu periode tertentu. Di
dalam mitos juga terdapat pola tiga
dimensi penanda, petanda, dan tanda.
Namun sebagai suatu sistem yang unik,
mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya
atau dengan kata lain, mitos adalah juga
suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di
dalam mitos pula sebuah petanda dapat
memiliki beberapa penanda.
Dalam hal ini sang peneliti melihat segala
aspek kostum The Remix dan lagu dari
kontestan tersebut, karena untuk melihat
Mitos, Roland Barthes pun berpendapat
bahwa hal tersebut tidak bisa dilihat dari
satu sudut saja, harus ada faktor
pendukung.
Peneliti dan Informan yaitu Fashion
Stylist itu sendiri setuju bahwa faktor
pendukung dari kostum The Remix adalah
Lagu dari Kontestannya sendiri. Untuk
hal itu pada penelitian kali ini, peneliti
akan membahas sedikit tentang lagu
sebagai faktor pendukung dan akan di
kombinasikan dengan makna kostum
tersebut.
a) Rarasurya (NSG dan Meichan)
Rarasurya membawakan lagu Pocopoco dan Rasa Sayange, lagu poco-
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
146
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
poco adalah lagu dansa yang maknanya
ajakan untuk berdansa sedangkan Lagu
Rasa Sayange adalah salah lagu dari
daerah Ambon, Maluku. Lagu ini
termasuk dalam kategori lagu anakanak yang paling populer secara turun
temurun di Maluku. Isinya yang
singkat dan berbentuk pantun nasihat,
menjadikan lagu ini terdengar merdu
dan enak untuk diperdengarkan
seorang ibu pada anaknya.
Seperti telah dijelaskan oleh peneliti
bahwa makna lain dari kostum Rarasurya
adalah tentang liburan musim panas,
setelah melihat makna lagunya tersendiri
dan dengan dikombinasikan dengan
kostum tersebut, sangatlah jelas lagu dan
kostum Rarasurya membuat sebuah mitos
tersendiri yaitu mereka membangun
sebuah ajakan untuk menari. Baik untuk
penonton maupun untuk pendengar.
b) Monostereo
(Melly Mono
dan
Osvaldorio)
Monostereo membawakan lagu Bubuy
Bulan dari Jawa Barat, untuk
monostereo pemiihan lagu bubuy bulan
tidak terjadi secara kebetulan, tetapi
lagu ini adalah lagu pilihan dari Melly
Mono yang menuturkan bahwa dia
mempunya keterikatan sendiri dengan
lagu ini, lagu bubuy bulan adalah lagu
pengantar tidurnya melly semenjak
kecil hingga dewasa, bahkan setelah
melly memiliki menikah dan telah
meiliki
anak,
ia
pun
masih
mendengarkan lagu bubuy bulan untuk
menemaninya tidur. “iyuh lagu teh”
tutur Melly. Maka dari itu informan A2
memilih motif mega mendung untuk
kostum Monostereo karena memiliki
mitos Keteduhan bagi siapapun yang
melihatnya.
c) Wildones (Jesse Wilde dan Denada)
Wildones membawakan lagu daerah
Batak Horas adalah salam khas Batak.
Kata "Horas" adalah ungkapan rasa
gembira dan syukur dan juga
pengharapan atas keselamatan dan
berkat dari Tuhan Yang Maha
Esa.Horas diucapkan pada saat
berjumpa maupun saat akan berpisah.
Horas juga digunakan sebagai salam
pembuka dan penutup dalam setiap
acara
Batak.
Jika
seseorang
mengucapkan salam "Horas" kepada
anda sahutlah dengan mengucapkan
"Horas" juga. Ini akan membantu
menciptakan suasana yang bersahabat
dan bersemangat., yang bermakna
Horas dan salam perkenalan. Kostum
Wildones pun bercerita tentang sebuah
perkenalan ataupun Horas. Begitupula
kain Ulos yang dipakai oleh Wildones
adalah Kain Ulos yang selalu dipakai
menyambut seorang tamu. Dengan
demikian mitos yang berada pada
Kostum Wildones adalah Salam
Perkenalan ataupun Horas.
d) Soundwave (Rinni Wulandari dan
Jevin Julian)
Soundwave membawakan lagu Sajojo
dan lagu Ampar ampar pisang. Lagu
Sajojo adalah lagu yang berkisah
tentang perempuan cantik dari desa.
Perempuan yang dicintai ayah dan
ibunya dan sangat di puja oleh para
lelaki di desanya itu. dia menjadi
dambaan bagi para pria untuk bisa
berjalan-jalan bersamanya. Lagu ini
merupakan lagu daerah Papua yang
juga digunakan untuk mengiringi
senam di tanah Papua bahkan di
seluruh tanah air Indonesia. Sedangkan
lagu Ampar ampar pisang adalah lagu
yang berceritakan tentang kegiatan
menjemur pisang di depan rumah.
Secara garis besar lagu lagu tersebut
menggambarkan keindahan dan tradisi.
Kostum Sounwave pun bercerita tentang
sebuah keindahan dengan ditambahkannya
aksesoris diatas kepala yang terbuat dari
bulu bulu burung Cendrawasih yang
bermitos burung Keindahan atau burung
Surga.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
147
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
PENUTUP
kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa pada bab
sebelumnya, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Makna Semiotika Denotasi dari
Kostum The Remix Episode 11 (07
November 2015) adalah makna
sesungguhnya yang telah terlihat dari
kostum yang digunakan oleh para
kontestannya sendiri, dilihat dari jenis
kostum dan warna kostum tersebut.
a) Makna Semiotika Denotasi Kostum
Rarasurya adalah Casual Kostum
b) Makna Semiotika Denotasi Kostum
Monostereo adalah Kebaya Edgy
c) Makna Semiotika Denotasi Kostum
Wildones adalah Mewah dan Megah
d) Makna Semiotika Denotasi Kostum
Soundwave adalah Sporty Edgy
2. Makna Semiotika Konotasi dari
Kostum The Remix Episode 11 (07
November 2015) adalah makna lain
yang terdapat dari bagian bagian
kostum yang terlihat secara jelas, tetapi
tidak semua orang bisa mengetahui
makna tersebut, perlu kajian yang lebih
dalam untuk membedah makna kostum
tersebut.
a) Makna Semiotika Konotasi Kostum
Rarasurya adalah Summer Holiday
b) Makna Semiotika Konotasi Kostum
Monostereo
adalah
Pemimpin
Kompetisi yang agung tetapi tetap
Rendah Hati
c) Makna Semiotika Konotasi Kostum
Wildones
adalah
Pengharapan
Untuk Menang
d) Makna Semiotika Konotasi Kostum
Soundwave adalah Kekuatan dana
Keindahan
3. Mitos dari Kostum The Remix Episode
11 (07 November 2016) adalah
perpaduan Kostum dengan faktor
pendukung yang dalam penelitian ini
adalah kostum dan lagu yang
dibawakan kontestannya.
a) Mitos dari Kostum Rarasurya
adalah Berdansa (membuat orang
bergoyang)
b) Mitos dari Kostum Monostereo
adalah Ketenangan
c) Mitos dari Kostum Wildones adalah
Salam Perkenalan (Horas)
d) Mitos dari Kostum Soundwave
adalah Keindahan Tradisi Indonesia
REFERENSI
Alex Sobur. 2006. Analisis Teks Media:
Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendi,
Onong
Uchajana.
2002.
Hubungan Masyarakat Suatu Studi
Komunikologis.
Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi
Antarpribadi
dan
Medianya.
Yogyakarta: Graha Ilmu
http://www.budaya-indonesia.org
Kriyantono, Rahmat. 2012. Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Lexy,
J. Moleong. 2010. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya.
Net. Mediatama Televisi Indonesia
Polhemus, Ted &&Iyan Procter. 1978.
Fashion & Anti Fashion: An
Anthropology of Clothing and
Andornment. London: Thames &
Hudson.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tinar, Burko. 2008. Semiotika Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
ISSN: 2355-0287
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom
148
Download