Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 ANALISIS SEMIOTIKA KOSTUM THE REMIX NET. TV TEMA ETHNIC DAN FUTURISTIK Rizky Iwan Maulana1, Titin Suhartini2, Veny Purba3 Universitas BSI Bandung Email: [email protected] ABSTRACT The Remix is one of the Special Program who on aired by NET. TV. Electronic Music Dance (EDM) as the point of this show. The compettion for Indonesian dj or remixer who paired with the freatest singer in the country makes the show serve a hgreatest entertaiment and never shown in the other televison program. The show has a lot of division inside, one of the divison of this program who people talk about the most and outstanding are a Fashion Stylist team. They’re the one who responsible for the Costume and all the wardrobe for al the talent for this program and the look itself should be otstanding and have to combine the futuristic side to all the costumes. One episode of The Remix is very interesting is The 11th Episode on November 7th, 2015. This episode was themed "Ethnic Futuristic" in which all groups must sang traditional songs packaged electronic music, of course, the costumes they must contain elements must be visible Futuristic and Etnic. This study uses a qualitative methodology for researchers consider the problems studied is complex and researchers use semiotics of Roland Barthes analasis because he has discusses the realm of fashion. Keywords: The Remix, Costumes, Fashion Stylist. Semiotic Abstrak The Remix adalah sebuah Program Event Special yang ditayangkan oleh NET. MEDIATAMA TELEVISI yang mengangkat Electronic Dance Music (EDM) sebagai unsur utama dalam acara ini. Kompetisi untuk para DJ atau remixer Indonesia yang dipairing dengan penyanyi kelas atas Indonesia ini menjadi suguhan yang berbeda dari acara televisi lainya. Didalam acara The Remix terdapat beberapa Divisi penting dimulai dari Divisi Produksi hingga Services, salah satu divisi yang sangat menonjol adalah Divisi Fashion Stylists, Karena divisi inilah yang bertanggung jawab atas outfit dan costume yang dikenakan oleh semua pengisi acara dan looknya teresebut haruslah stand out dengan memadu padankan unsur futuristik didalam tampilannya tersebut. Salah satu episode dari The Remix yang sangat menarik perhatian adalah Episode 11 yang ditangkan di NET. TV pada tanggal 7 November 2015. episode ini bertemakan “Ethnic Futuristic” dimana semua group harus membawakan lagu lagu daerah yang dikemas secara musik elektronik, tentunya kostum mereka pun harus mengandung unsur Etnic tetepi haruslah terlihat Futuristik. Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif karena peneliti menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan peneliti menggunakan analasis semiotika Roland Barthes dikarenakan beliau pernah membahas ranah fashion. Kata kunci : The Remix, Kostum, Fashion Stylist, Semiotika. PENDAHULUAN The Remix adalah sebuah Program Event Special yang ditayangkan oleh NET. MEDIATAMA TELEVISI yang mengangkat Elektronic Dance Musik (EDM) sebagai unsur utama dalam acara ini. Kompetisi untuk para DJ atau remixer Indonesia yang dipairing dengan penyanyi ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 136 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 kelas atasIndonesia ini menjadi suguhan yang berbeda dari acara televisi lainya. Setiap sabtu dan minggu acara ini mengudara di NET. TV dari jam 7 hingga jam 10 malam. Hanya dengan beberapa episode saja acara ini sudah merebut perhatian permirsa Indonesia, menjadikan The Remix sebagai acara dengan rating tertinggi di NET. TV. Electronic music tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat banyak di Indonesia. Di Indonesia, image dari electronic music sempat dan masih menuai sikap antipati dari banyak masyarakat. Mereka merasa electronic music identik dengan dunia gemerlap (dugem) dan mereka sering menyebut musik ini dengan ‘ajep-ajep’ (mungkin begitu cara menulisnya). Mereka juga menganggap bahwa musik ini dimainkan di diskotik atau tempattempat hiburan yang juga identik dengan prostitusi, alkohol dan narkoba. Tapi The Remix membedah paradigma tersebut dengan konsep kreatif yang disuguhkan. Setiap episode The Remix mempunyai tema tersendiri yang di gagas oleh team Creative NET. Tv, dimana tema yang diusung hars digabungkan dengan tema futurisktik karena base line dari acara ini adalah “The Future Sound of Indonesian Music” jadi tema yang diusung harus dipadu padankan dengan futuristik. Didalam acara The Remix terdapat beberapa Divisi penting dimulai dari Divisi Produksi hingga Services, salah satu divisi yang sangat menonjol adalah Divisi Fashion Stylists, Karena divisi inilah yang bertanggung jawab atas outfit dan costume yang dikenakan oleh semua pengisi acara dan looknya teresebut haruslah stand out dengan memadu padankan unsur futuristik didalam tampilannya tersebut. Dan dari beberapa review yang dilakukan oleh netizen, costume yang dikenakan oleh para pengisi acara The Remix menuai berbagai pujian dan respond positive, walaupun juga ada netizen yang kurang terlalu suka dan memberikan kritik kepada costume yang digunakan. Setelah melakukan riset didalam divisi Fashion StylistsThe Remix diketahui bahwa para stlyist melakukan persiapan seminggu sebelum acara berlangsung tepatnya pada hari rabu, dengan basic menyesuaikan tema, lagu dan Visual graphic yang telah di siapkan sebelumnya, dari ketika unsur tersebutlah para stylists melakukan sebuah pemikiran konsep dan alur cerita yang akan dituangkan kedalm kostum yang nantinya akan diperlihatkan kepada masyarakat Indonesia. Salah satu episode dari The Remix yang sangat menarik perhatian adalah Episode 11 yang ditangkan di NET. TV pada tanggal 7 November 2015.pisode ini bertemakan “Ethnic Futuristic” dimana semua group harus membawakan lagu lagu daerah yang dikemas secara musik elektronik, tentunya kostum mereka pun harus mengandung unsur Etnic tetepi haruslah terlihat Futuristik. Episode tersebut menjadi salah satu episode The Remix yang mendapatkan rating tertinggi dari seluruh season. Review yang bagus datang pula dari para musisi dan juga dari para designer dan pemerhati fashion. mereka beropini bahwa episode ini mempunya nilai yang sangat tinggi untuk para pemerhati visual, karena menyatukan unsur etnis dan futuristik itu adalah sesuatau yang sangat sulit dan Fashion Stylistmelakukan tugasnya dengan baik. Dilihat dari segi internalnya sendiri, episode The Remix tersebut melibatkan designer terbanyak sepanjang season dan menggunakan perhiasan ataupun aksessoris terbanyak pula, dari designer baju, hingga accesoris designer ternama ikut berpartisipasi dalam acara episode kali ini. Menurut penulis pula episode ini sangatlah luar biasa menarik dari segi visual, karena kostum yang dikenakan oleh para peserta sangatlah outstanding dan sesuai dengan tema, sehingga penulis sangat ingin membedah hal tersebut. Hal tersebutlah yang menarik perhatian saya sebagai penulis yang sangat ingin ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 137 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 membedah makna semiotika yang dilakukan seorang Fashion Stylists dalam menemukan konsep dan menuangkannya kepada kostum dan apa makna kostum tersebut jika di bedah secara mendalam. Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif karena peneliti menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan dinamis sehingga data yang diperoleh dari para narasumber tersebut dijaring dengan metode yang lebih alamiah yakni interview langsung dengan para narasumber sehingga didapatkan jawaban yang alamiah. Selain itu, peneliti bermaksud untuk memahami maksud pesan yang ada di dalam kostum yang dikenakan oleh pengisi acara The Remix.Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode Semiotika karena sang penulis ingin membedah makna yang terdapat pada kostum yang dikenakan para pengisi acara The Remix dan bagaimana proses Fashion Stylist menuangkan konsep hingga bisa mejadikanya sebagai pesan yang di tuangkan kepada visual kostum. Setelah melakukan studi terhadap metode semiotika, untuk penelitian ini semiotika Roland Barthes yang sangat cocok untuk membedah aspek penelitian, karena Roland Barthes seringkali dikutip pendapatnya tentang semiotika (semiologi) terutama tentang konsep pemaknaan konotatif atau yang lebih dikenal istilah second order semiotic system. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti berminat mengkaji “Analisis Semiotika Kostum The Remix NET. TV dengan Tema Ethnic dan Futuristik “(Episode 11 07 November 2015)“ hingga dapat dimengerti oleh penonton dan masyarakat luas Indonesia. KAJIAN LITERATUR Komunikasi Visual Menurut Burko (2008), komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya. Komunikasi visual memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sarana informasi dan instruksi, bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala, contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akanberguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tifografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya. Persepsi visual adalah kesimpulan yang dibuat dengan menggabungkan semua informasi dikumpulkan oleh organ sensual. Sensasi adalah data mentah, persepsi visual adalah kesimpulan makna setelah visual yang diterima. Sebagai sarana presentasi dan promosi untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster. Juga sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda, produk ataupun lembaga, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk atau jasa itu dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Jika komunikasi visual digunakan untuk identifikasi lembaga seperti sekolah, misalnya. Maka orang akan lebih mudah menentukan sekolah A atau B sebagai favorit, karena sering berprestasi dalam kancah nasional atau meraih peringkat tertinggi di daerah itu. Komunikasi visual memiliki beberapa teori dasar yang dapat digunakan sebagai patokan dalam ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 138 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 menjalankan fungsinya, yaitu teori sensual dan perseptual. Televisi (TV) Televisi adalah merupakan media komunikasi yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitamputih) maupun berwarna. Menurut Effendy (2002) yang dimaksud dengan televise adalah televise siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakkan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Kata televisi merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, “jauh”) dari bahasa Yunani danvisio (penglihatan) dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan. Penggunaan kata Televisi sendiri juga dapat merujuk kepada kotak televisi, acara televisi, ataupun transmisi televisi. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia televisi secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi) Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu. Fashion Fashion merupakan kata yang lebih populer dan lebih akrab bagi kebanyakan masyarakat Indonesia dibandingkan kata serapannya: fesyen, meskipun menurut Wikipedia padanan fashion dalam bahasa Indonesia adalah mode, banyak orang yang cenderung mengasosiasikannya dengan pakaian atau perangkat yang melengkapi pakaian. Secara etimologis Fashion berasal dari bahasa Latin, factio, yang berarti “melakukan”. Arti sesungguhnya dari kata “fashion” adalah sesuatu yang mengacu pada hal-hal yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Hal-hal yang dilakukan tersebut tidak sebatas orang yang memakai pakaian, melainkan mencakup arti yang lebih luas. Polhemus dan Procter (1978) mendefinisikan fashion sebagai sesuatu bentuk dan jenis tata cara atau cara bertindak. Dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion cenderung diartikan sebagai dandanan, gaya, dan busana. Media barat mempertajam anggapan tersebut dengan memberi predikat pusat fashion dunia pada kota-kota dimana para disainer terkenal menyelenggarakan fashion show seperti New York, Milan, Paris, dan London. Terkait dengan definisi dan pengertian fashion, Thomas Carlyle berpendapat bahwa pakaian melambangkan jiwa pemakainya. Mode pakaian tak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Karena itu Carlyle menekankan bahwa fashion bisa diibaratkan sebagai “kulit sosial” yang mencerminkan gaya hidup suatu komunitas dan mengekspresikan identitas tertentu yang merupakan bagian dari kehidupan sosial. Berdasarkan berbagai definisi dan uraian tentang pengertian fashion tersebut, secara sederhana fashion bisa disimpulkan sebagai kecenderungan untuk mengikuti gaya tertentu yang sedang digemari pada saat tertentu dan akan berlaku dalam ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 139 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 jangka waktu tertentu. Fashion dicerminkan oleh pakaian dan kelengkapannya yang memiliki desain tertentu yang disukai sebagian besar masyarakat. Ethnic / Etnis Menurut Ensiklopedi Indonesia Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. Menurut Perspektif Teori Situasional, Etnis merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar kelompok. Menurut Simatupang (2003) salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap etnisitas adalah kolonialisme, yang demi kepentingan administratif pemerintah kolonial telah mengkotakkotakkan warga jajahan ke kelompokkelompok etnik dan ras. Untuk seterusnya sisa warisan kolonial itu terus dipakai sampai sekarang. Futuristik menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah Futuristis yang berarti tentang masa depan, segala sesuatu hal yang digambarkan sebagai masa depan. Semiotika Menurut Sobur (2006) semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang untuk sebagian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, berbeda dari linguistik, semiotika juga mempelajari sistem-sistem tanda non-linguistik. Semiotika sering dibagi menjadi tiga cabang: a. Semantik hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; denotata mereka, atau makna b. Sintatis hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal c. Pragmantik hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen Semiotika sering dipandang memiliki dimensi antropologis penting; misalnya, Umberto Eco mengusulkan bahwa setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi. Namun, beberapa ahli semiotik fokus pada dimensi logis dari ilmu pengetahuan. Mereka juga menguji area untuk ilmu kehidupan seperti bagaimana membuat prediksi tentang organisme, dan beradaptasi, semiotic relung mereka di dunia (lihat semiosis). Secara umum, teori-teori semiotik mengambil tanda-tanda atau sistem tandasebagai objek studi mereka: komunikasi informasi dalam organisme hidup tercakup dalambiosemiotik (termasuk zoosemiotik). Semiotika Roland Barthes Dalam buku The Fashion System, Barthes membicarakan panjang lebar mengenai dunia mode. Sebagaimana bukunya yang terdahulu, dalam buku ini Barthes juga membicarakan operasi struktur penanda (signifier) mode, struktur petanda (signified)-nya, dan struktur sign atau signifikansinya. Memang kajian mode atau fashion Barthes tidak terlepas dari bidang semiotika yang selama ini dikembangkannya. Dunia mode merupakan proyek model kaum aristokrat sebagai salah satu bentuk atau wujud prestise. Pada perkembangan berikutnya, model pakaian seseorang juga harus disesuaikan dengan fungsinya sebagai tanda, yang membedakan antara pakaian untuk kantoran, olah raga, liburan, berburu, upacara-upacara tertentu, bahkan untuk musim-musim tertentu seperti pakaian musim dingin, musim semi, musim panas ataupun musim gugur. Manusia pengguna pakaian yang mengikuti trend akan mengejar apa yang tengah menjadi simbol status kelas menengah atas. Yang tidak mengikuti arus dunia mode akan dikatakan manusia yang tidak fashionable alias ketinggalan mode. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 140 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 Tata busana tidak lagi menjadi sekedar pakaian tetapi juga telah menjadi mode, menjadi peragaan busana, menjadi sebuah tontonan yang memiliki prestisenya tersendiri, menjadi simbol status kehidupan. Hal ini tidak hanya terjadi di dunia Barat saja, tetapi juga tengah melanda Indonesia. Barthes tidak salah membidik salah satu aspek ini, yakni mode, sebagai salah satu kajiannya, mengingat Paris merupakan kiblat mode dunia. Begitulah, salah satu topik pembicaraan Barthes tentang aspek kebudayaan massa yakni tentang dunia mode. Dunia yang kini penuh dengan kemewahan para model yang memperagakannya di sejumlah catwalk pusat-pusat peragaan busana di berbagai kota metropolis. Status seseorang dalam masyarakat seringkali dicitrakan melalui merk dan rancangan siapa pakaian yang dikenakannya. Padahal kalau ditelusuri, dunia mode adalah salah satu pelegitimasi ideologi gender yang selama ini sering dikonter oleh para feminis. Selain bicara tentang mode, Barthes juga berbicara tentang foto, khususnya tentang foto-foto dalam media massa dan iklan. Hal ini diungkapkannya dalam dua artikelnya, “The Photographic Message” pada 1961 dan “Rethoric of the Image” juga pada 1961. Lewat dua artikelnya ini, Barthes menguraikan makna-makna konotatif yang terdapat dalam sejumlah foto dalam media massa dan iklan. Foto sebagai salah satu sarana yang sanggup menghadirkan pesan secara langsung (sebagai analogon atau denotasi) dapat meyakinkan seseorang (pembaca berita atau iklan) bahwa peristiwa tersebut sudah dilihat oleh seseorang, yakni fotografer. Akan tetapi, di balik peristiwa tersebut, ternyata foto juga mengandung pesan simbolik (coded-iconicmessage) yang menuntut pembacanya untuk menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Di sejumlah media massa Indonesia pada tahun 1998, ketika Presiden Soeharto menandatangani LoI dengan IMF, tampak Camdesus tengah memperhatikan Soeharto yang tengah membubuhkan tanda tangan. Wakil IMF itu berdiri mengawasi dengan posisi tangan bersedekap. Sebagai analogon atau makna denotasi, foto ini hanya menyatakan telah terjadi penandatangan nota persetujuan antara RI yang diwakili Soeharto dengan IMF yang diwakili Camdesus. Akan tetapi, posisi tangan Camdesus dan caranya memandang Soeharto membubuhkan tanda tangan secara konotatif memaknakan dia telah menaklukkan seorang pemimpin yang telah 32 tahun berkuasa. Contoh-contoh analisis semacam inilah yang dikemukakan Barthes dalam analisisnya tentang sejumlah foto. Salah satunya tentang seorang tentara berkulit hitam yang mengenakan seragam militer Prancis yang tengah memberikan penghormatan militer, matanya terpancang pada bendera nasional. Foto ini menjadi sampul dari majalah Paris-Match. Dalam analisisnya, Barthes menyatakan bahwa foto itu ingin menyatakan Prancis sebagai sebuah negara besar, tempat para putranya, tanpa diskriminasi warna kulit, dengan penuh setia, melayani bangsa di bawah kibaran benderanya. Foto itu merupakan konter atas para pencela kolonialisme (Culler, 2003). Seorang fotografer dalam memotret meringkali memperhatikan pose, objek yang dipilihnya, logo-teknik, dan juga sejumlah manipulasi demi tercapainya apa yang hendak “ditulisnya”. Hal ini seringkali ditemukan dalam sejumlah media cetak, terlebih lagi pada iklan yang lebih menekankan kekuatan foto pada aspek-aspek daya tariknya sebagai sarana persuasif yang seringkali memanfaatkan tema-tema keintiman, seks, kekhawatiran, dan idola (St. Sunardi, 2004). Hanya dalam buku Camera Lucida, Barthes tidak memfokuskan pada foto-foto dalam media massa dan iklan tetapi memfokuskan kajiannya pada koleksi foto-foto ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 141 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 pribadinya. Berbeda dengan pendekatannya pada dua artikelnya pada 1961 yang lebih memusatkan analisisnya pada semiotik atas foto sebagai produk budaya, dalam Camera Lucida, Barthes menyebutnya dengan pendekatan fenomenologi sinis. Dalam memandang sebuah foto, dibutuhkan sebuah pengalaman, tapi bukan sembarang pengalaman, melainkan pengalaman seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membahasakan secara indah. Memadang foto merupakan ziarah menuju jati dirinya yang melewati tahap eksplorasi, animasi, dan afeksi. Pengalaman-pengalaman inilah yang menjadi ukuran Barthes untuk menilai kualitas foto, karena tidak setiap foto membuat kita terpaku pada satu titik (St. Sunardi, 2004). METODE PENELITIAN Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Peneliti menggunakan pendekatan ini karena dianggap tepat dalam menjelaskan kasus yang diangkat dalam penelitian ini yang memberikan kebebasan dalam menjelaskan Analisis Semiotika Kostum The Remix NET. TV dengan Tema Ethnic dan Futuristik “(Episode 11 07 November 2015) Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma ini adalah paradigma yang hampir merupakan anitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu social sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku social yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka. Mengkaji pemaknaan visual merupakan kajian yang tidak hanya membahas kontekstual saja, melainkan sebuah pemaknaan yang terlihat maupun tidak terlihat. Dengan semiotika ini mampu menggali hal-hal yang bersifat subtansial dari penggunaan bahasa maupun visual tentang seperangkat nilai atau bahkan ideology yang tersembunyi. Metode semiotika ini bersifat kualitatifinterpretatif, yaitu sebuah metode yang memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya serta bagaimana peneliti menfsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Piliang, 2003). Makna-makna yang terdapat di dalam fashion sebuah program televisi mendorong peneliti menggunakan semiotika Roland Barthes untuk membaca dan menganalisa Analisis Semiotika Kostum The Remix NET. TV dengan Tema Ethnic dan Futuristik “(Episode 11 07 November 2015) Penelitian dengan teori semiotika Roland Barthes, terdapat denotatif sebagai sistem tanda pada tataran pertama, konotatif sebagai sistem tanda tataran kedua dan mitos atau ideologi yang berfungsi untuk mengungkapkan serta memberikan pembenaran nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode atau masa-masa tertentu. Dalam mitos atau ideologi sendiri terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu penanda (signifer), pertanda, dan tanda. (Barthes, 2007) Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk menggambarkan dan memaknai pesan yang disampaikan oleh para Fashion Stylists The Remix Net TV. Peneliti akan berfokus pada pesan semiotika oleh Fashion Stylists sebagai objek yang diteliti memiliki beberapa tanda atau simbol-simbol yang dibentuk maupun dilekatkan serta digunakan dengan tujuan tertentu dalam gambar visual. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 142 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 Subyek dari penelitian ini adalah pihakpihak yang disebut dengan informan.Penulis akan mewawancarai informan utama yaitu Fashion Stylists NET. TV Kemudian ada informan pendukung yang berfungsi menambah informasi pada saat proses wawancara, diantara informan pendukung ialah Designer yang kompeten dan telah mempunyai track record yang bagus. Tujuan dilakukan wawancara dan observasi ialah untuk melengkapi data yang peneliti butuhkan. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kostum para Kontestan The Remix NET. TV pada Episode 11 (7 November 2015). Begitu pula dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan mengkaji beberapa dokumentasi yang dimiliki The Remix. PEMBAHASAN Analisis Denotasi Kostum The Remix dengan tema Ethnic&Futuristic Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus. Di dalam penelitian ini makana semiotika Denotasi berarti makna yang terlihat pada kostum sesuai dengan jenis pakaian apa yang dikenakan dan disuguhkan kepada Penonton yang ada di rumah maupun yang ada di studio. Kontestan pertama yang tampil adalah NSG dan Meicha Munos yang tergabung dalam Rarasurya Terlihat jelas NSG menggunakan Sweater dengan corak daun dan bunga berwna hijau dan pink dengan gambar nanas ditengah menggunakan kacamata dengan kumis. Sedangkan Meichan menggunakan Dress berwarna merah muda dan terdapat beberapa ornamen nanas pula berwarna gold. Sangat terlihat jelas kostum Rarasurya ini lebih Casual. Peniliti menyimpulkan bahwa makna Denotasi dari Rarasurya (NSG dan Meichan) adalah Casual Kostum. Penampilan berikutnya adalah Melly Mono dan Osvaldorio yang bernama Monostereo. Untuk kostum Monostereo sangatlah berbeda dengan Rarasurya, kostum Monostereo lebih terlihat megah. Melly mono menggunakan Kebaya Modern sedangkan Osvaldo menggunakan jas hitam dan turtle neck, dengan perpaduan warna silver biru dan hitam memperlihatkan Monostereo sangat menawan. Makna Denotasi kostum dari Monostereo adalah Megah dan Ellegan dengan perpaduan warna yang memikat mata. Kontestan selnjutnya adalah Wildones yang tergabung dari Denada dan Jesse Wilde. Hampir sama dengan Monostereo, kostum Wildones pun terlihat lebih megah dan juga lebih menarik dengan balutan kain khas indonesia yaitu kain Ulos. Jesse Wilde menggunakan jaket dengan motif kain Ulos dan Denada menggunakan dress dengan atasan kain Ulos pula. Disimpulkan bahwa kostum Wildeones mempunyai makana Denotasi yang sama dengan Monostereo yaitu bermaknakan megah. Kontestan terakhir ayng tampil di The Remix episode 11 yaitu Soundwave Rinni Wulandari dan Jevin Julian. Kostum Soundwave terlihat lebih Sporty dan Energetic, Rinni menggunakan jaket putih dengan corak gambar dan Headpiece seperti bulu. Sedangkan Jevin menggunakan Big Jacket berwarna dasar hitam dengan corak yang sama dengan Rinni. Makna Denotasi dari kostum Soundwave adalah Sporty Edgy dengan menggunakan jaket yang berwana Match antara Jevin dan Rinni. Dari penyataan diatas yang peneliti dapatkan dari hasil riset dan wawancara dengan informan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna Denotasi dari Kostum The Remix Episode 11 (07 November 2015) persis dengan jenis kostum yang terlihat. Analisis Konotasi Kostum The Remix dengan tema Ethnic&Futuristic ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 143 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 Semiotika konotasi adlah ilmu yang mempelajari makna konotasi dari tanda. Dalam hubungan antarmanusia, sering terjadi tanda yang diberikan seseorang dipahami secara berbeda oleh penerimanya. Semiotika konotatif sangat berkembang dalam pengkajian karya sastra. Tokoh utamanya adalah Roland Barthes, yang menekuni makna kedua di balik bentuk tertentu. Dalam penelitian ini, semiotika konotasi akan menganalisis makana lain dari kostum kontestan The Remix. Peneliti akan memaknai kostum tersebut dan informan disini akan menguraikan kebenaran adanya makna lain dari kostum kostum kontestan The Remix. a. Rarasurya (NSG dan Meichan) Tema The Remix Episode ini adalah Ethnic Futuristik dan Rarasurya membawakan lagu Poco-poco dari daerah Manado dan di Mix dengan lagu Rasa Sayange berasal dari Maluku, sehingga menciptakan suasana liburan musim panas di daerah perpantaian, tidak heran karena kedua lagu tersebut berasal dari daerah yang dikelilingi oleh pantai indah. Kostum Meichan dan NSG terlihat seperti kostum Summer HolidayBeach atau kostum benuansakan musim panas di pantai. Sangat jelas terlihat dengan adanya motif buah Nanas, buah nanas atau Pineapple dalam bahasa Inggris adalah buah Musim panas. Sedangkan warna Merah muda dress yang dipakai Meichan menggambarkan simbol kasih sayang dan cinta, persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah sesuai dengan kepribadian Meichan. Warna jaket NSG memperjelas nuansa musim panas topicana, dengan motif bergambar daun kelapa dan bunga bunga, dengan perpaduan warna dari NSG dan Meichan sangat menjelaskan suasana ceria liburan musim panas di pantai.“Summer Feel, thats what im trying to communicate with the costume, pineapple its so holiday you know” (Hasil Wawancara dengan Informan A1). Dengan demikian bisa dipastikan makna Konotasi dari kostum Rara Surya adalah “Liburan Musim Panas”. b. Monostereo (Melly Mono dan Osvaldorio) Monostereo membawakan lagu Bubuy Bulan dari daerah Jawa Barat, lagu ini memang mengandung makna yang luar biasa dikalangan masyarakat Jawa Barat. Kostum Melly Mono adalah kebaya modern yang telah di modifikasi oleh sang designer yang memang Fashion Stylist yang menjadi informan didalam penelitian ini. Dari warna biru yang digunakan Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Biru tidak meminta mata untuk memperhatikan. Obyek dan gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang. Warna Biru juga dapat menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara, air dan kedalaman laut. Selain itu, jika digabungkan dengan warna merah dan kuning dapat memberikan kesan kepercayaan dan kesehatan. Motif Mega Mendung juga sangat mendominasi di kotum Monostereo terlihat digunakan untuk bagian Rok dan blazzer. Arti dari motif Mega Mendung ialah awan yang muncul ketika cuaca sedang mendung. Selain arti, motif Mega Mendung juga memiliki makna atau ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 144 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 filosofi bahwa setiap manusia harus mampu meredam amarah/emosinya dalam situasi dan kondisi apapun, dengan kata lain, hati manusia diharapkan bisa tetap ‘adem’ meskipun dalam keadaan marah, seperti halnya awan yang muncul saat cuaca mendung yang dapat menyejukkan suasana di sekitarnya. Kemudian makna dari warna batik Mega Mendung ini merupakan lambang dari seorang pemimpin dan awan biru sebagai sifat seorang pemimpin yang harus bisa mengayomi seluruh masyarakat yang dipimpinnya. Terlihat pula Melly menggunakan sebuah headpiece seperti mahkota berupa pecahan pecahan kaca dan adapula beberpa bagian yang seperti kristal pada bahu kebaya dan blazzer, peneliti menganalisa bahwa pecahan kaca dan bentuk bentuk kristal adalah simbol untuk keteguhan dan kekuatan menghadapi masa depan, dan kedua unsur tersebut sangatlah bersifat futuristik. Dari data wawancara yang ada Makna Konotasi dari kostum adalah seorang pemimpin kompetisi sang selalu tenang dan baik hati tetapi sangat kuat menghadapi setiap minggu kompetisi. c. Wildones (Jesse Wilde dan Denada) Wildones membawakan lagu medley dari daerah Sumatera Utara atau suku Batak. Mereka juga mendatangkan beberapa pemain alat musik tradisional batak. Kain Ulos khas batak menjadi bahan utama dari kostum ini, baik denada dan juga jesse. Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang dan persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong", yang artinya kira-kira "Jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama." Ada berbagai macam Ulos batak yang masingmasing mempunyai nilai tertentu dan dipergunakan untuk maksud dan kesempatan tertentu pula. Nenek moyang suku bangsa batak mempergunakan Ulos yang ditenun sendiri sebagai pakaian sehari-hari, sebelum datang peradaban Barat yang memperkenalkan kain tekstil. Iklim daerah Tapanuli pada umumnya adalah berhawa sejuk, oleh karena itu Ulos juga merupakan penjaga dan penghangat tubuh untuk kepentingan kesehatan, melindungi terhadap kencangnya angin, dinginya udara, hujan dan lain sebagainya. Jadi makna dan filsafah pemberian Ulos oleh pihak Hula-hula kepada pihak Borunya adalah, bahwa Hula-hula selalu mengayomi Borunya, memberikan perlindungan demi menjaga kesehatan dan keselamatan badaniah (sebelum menganut agama juga disebut rohaniah). Dengan memberikan sebagai suatu satu pertanda yang dapat dilihat, disertai ungkapan pepatah-pepatah maka pihak hula-hula memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga memberikan Rahmat dan Ridho Nya kepada boru yang menerima Ulos, memberikan kebahagiaan dan keselamatan, kesehatan dan umur yang panjang serta rejeki yang murah, dilindungi terhadap mara-bahaya, disamping itu yang paling penting dan pokok adalah agar diberi hagabeon, yaitu lahirnya anak lelaki sebagai penyambung keturunan dan anak perempuan yang diharapkan agar mampu memberikan kebahagian kepada orang tuanya. Demikianlah falsafah pemberian Ulos itu, dan untuk setiap macam acara adat atau keperluan ada pedoman-pedoman tertentu tentang macam dan tingkat Ulos yang akan diberikan. Makna konotasi Wildones berarti salam perkenalan kepada masyarakat dan juga pengharapan untuk memenagkan The Remix d. Soundwave (Rinni Wulandari dan Jevin Julian) Kostum edgysoundwave ini berjenis jaket dan celana, jika kita liat detailnya disana ada gambar sebuah kerbau, ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 145 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 kerbau tersebut adalah kerbau suku dayak yang berada di daerah Kalimantan, dan pada bagian kepala Rinni juga terdapat headpice yang berbulu dan terbuat dari bulu burung Cendrawasih, burung yang terdapat diderah papua dan disebut juga dengan burung surga, secara keselurahan Soundwave menggunakan baju daerah Kalimantan dan Papua karena mereka membawakan dua lagu khas dari derah tersebut, yaitu lagu Sajojo dan Ampar Ampar Pisang. Detail kostum tersebut telah menunjukan sebuah ethnic yang luar biasa kuat dari daerah terebut, dengan demikian Kostum Soundawave bermakna konotasi tentang sebuah kekuatan dan keindahan. Secara Keseluruhan Semua Kostum Kontestan The Remix mempunyai makna lain, pemaknaan dilakukan oleh para Fashion Stylist yang sekaligus menjadi informan dalam penelitian ini. Analisis Mitos Kostum The Remix dengan tema Ethnic& Futuristic Mitos Rolan Barthes muncul dikarenakan adanya persepsi dari Roland sendiri bahawa dibalik tanda-tanda tersebut terdapat makna yang misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos. Jadi intinya bahwa mitos-mitos yang dimaksud oleh Roland Barthes tersebut muncul dari balik tanda-tanda dalam komunikasi sehari kita, baik tertulis maupun melalui media cetak. Untuk mendapat pemahaman secara detail berikut sedikit diuraiakan konsep semiotik dari Roland Barthes, yakni bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes. Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman, 1999). Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Dalam hal ini sang peneliti melihat segala aspek kostum The Remix dan lagu dari kontestan tersebut, karena untuk melihat Mitos, Roland Barthes pun berpendapat bahwa hal tersebut tidak bisa dilihat dari satu sudut saja, harus ada faktor pendukung. Peneliti dan Informan yaitu Fashion Stylist itu sendiri setuju bahwa faktor pendukung dari kostum The Remix adalah Lagu dari Kontestannya sendiri. Untuk hal itu pada penelitian kali ini, peneliti akan membahas sedikit tentang lagu sebagai faktor pendukung dan akan di kombinasikan dengan makna kostum tersebut. a) Rarasurya (NSG dan Meichan) Rarasurya membawakan lagu Pocopoco dan Rasa Sayange, lagu poco- ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 146 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 poco adalah lagu dansa yang maknanya ajakan untuk berdansa sedangkan Lagu Rasa Sayange adalah salah lagu dari daerah Ambon, Maluku. Lagu ini termasuk dalam kategori lagu anakanak yang paling populer secara turun temurun di Maluku. Isinya yang singkat dan berbentuk pantun nasihat, menjadikan lagu ini terdengar merdu dan enak untuk diperdengarkan seorang ibu pada anaknya. Seperti telah dijelaskan oleh peneliti bahwa makna lain dari kostum Rarasurya adalah tentang liburan musim panas, setelah melihat makna lagunya tersendiri dan dengan dikombinasikan dengan kostum tersebut, sangatlah jelas lagu dan kostum Rarasurya membuat sebuah mitos tersendiri yaitu mereka membangun sebuah ajakan untuk menari. Baik untuk penonton maupun untuk pendengar. b) Monostereo (Melly Mono dan Osvaldorio) Monostereo membawakan lagu Bubuy Bulan dari Jawa Barat, untuk monostereo pemiihan lagu bubuy bulan tidak terjadi secara kebetulan, tetapi lagu ini adalah lagu pilihan dari Melly Mono yang menuturkan bahwa dia mempunya keterikatan sendiri dengan lagu ini, lagu bubuy bulan adalah lagu pengantar tidurnya melly semenjak kecil hingga dewasa, bahkan setelah melly memiliki menikah dan telah meiliki anak, ia pun masih mendengarkan lagu bubuy bulan untuk menemaninya tidur. “iyuh lagu teh” tutur Melly. Maka dari itu informan A2 memilih motif mega mendung untuk kostum Monostereo karena memiliki mitos Keteduhan bagi siapapun yang melihatnya. c) Wildones (Jesse Wilde dan Denada) Wildones membawakan lagu daerah Batak Horas adalah salam khas Batak. Kata "Horas" adalah ungkapan rasa gembira dan syukur dan juga pengharapan atas keselamatan dan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.Horas diucapkan pada saat berjumpa maupun saat akan berpisah. Horas juga digunakan sebagai salam pembuka dan penutup dalam setiap acara Batak. Jika seseorang mengucapkan salam "Horas" kepada anda sahutlah dengan mengucapkan "Horas" juga. Ini akan membantu menciptakan suasana yang bersahabat dan bersemangat., yang bermakna Horas dan salam perkenalan. Kostum Wildones pun bercerita tentang sebuah perkenalan ataupun Horas. Begitupula kain Ulos yang dipakai oleh Wildones adalah Kain Ulos yang selalu dipakai menyambut seorang tamu. Dengan demikian mitos yang berada pada Kostum Wildones adalah Salam Perkenalan ataupun Horas. d) Soundwave (Rinni Wulandari dan Jevin Julian) Soundwave membawakan lagu Sajojo dan lagu Ampar ampar pisang. Lagu Sajojo adalah lagu yang berkisah tentang perempuan cantik dari desa. Perempuan yang dicintai ayah dan ibunya dan sangat di puja oleh para lelaki di desanya itu. dia menjadi dambaan bagi para pria untuk bisa berjalan-jalan bersamanya. Lagu ini merupakan lagu daerah Papua yang juga digunakan untuk mengiringi senam di tanah Papua bahkan di seluruh tanah air Indonesia. Sedangkan lagu Ampar ampar pisang adalah lagu yang berceritakan tentang kegiatan menjemur pisang di depan rumah. Secara garis besar lagu lagu tersebut menggambarkan keindahan dan tradisi. Kostum Sounwave pun bercerita tentang sebuah keindahan dengan ditambahkannya aksesoris diatas kepala yang terbuat dari bulu bulu burung Cendrawasih yang bermitos burung Keindahan atau burung Surga. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 147 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015 PENUTUP kesimpulan Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Makna Semiotika Denotasi dari Kostum The Remix Episode 11 (07 November 2015) adalah makna sesungguhnya yang telah terlihat dari kostum yang digunakan oleh para kontestannya sendiri, dilihat dari jenis kostum dan warna kostum tersebut. a) Makna Semiotika Denotasi Kostum Rarasurya adalah Casual Kostum b) Makna Semiotika Denotasi Kostum Monostereo adalah Kebaya Edgy c) Makna Semiotika Denotasi Kostum Wildones adalah Mewah dan Megah d) Makna Semiotika Denotasi Kostum Soundwave adalah Sporty Edgy 2. Makna Semiotika Konotasi dari Kostum The Remix Episode 11 (07 November 2015) adalah makna lain yang terdapat dari bagian bagian kostum yang terlihat secara jelas, tetapi tidak semua orang bisa mengetahui makna tersebut, perlu kajian yang lebih dalam untuk membedah makna kostum tersebut. a) Makna Semiotika Konotasi Kostum Rarasurya adalah Summer Holiday b) Makna Semiotika Konotasi Kostum Monostereo adalah Pemimpin Kompetisi yang agung tetapi tetap Rendah Hati c) Makna Semiotika Konotasi Kostum Wildones adalah Pengharapan Untuk Menang d) Makna Semiotika Konotasi Kostum Soundwave adalah Kekuatan dana Keindahan 3. Mitos dari Kostum The Remix Episode 11 (07 November 2016) adalah perpaduan Kostum dengan faktor pendukung yang dalam penelitian ini adalah kostum dan lagu yang dibawakan kontestannya. a) Mitos dari Kostum Rarasurya adalah Berdansa (membuat orang bergoyang) b) Mitos dari Kostum Monostereo adalah Ketenangan c) Mitos dari Kostum Wildones adalah Salam Perkenalan (Horas) d) Mitos dari Kostum Soundwave adalah Keindahan Tradisi Indonesia REFERENSI Alex Sobur. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Effendi, Onong Uchajana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu http://www.budaya-indonesia.org Kriyantono, Rahmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Lexy, J. Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Net. Mediatama Televisi Indonesia Polhemus, Ted &&Iyan Procter. 1978. Fashion & Anti Fashion: An Anthropology of Clothing and Andornment. London: Thames & Hudson. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tinar, Burko. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 148