Yusraini, Mendongkrak … MENDONGKRAK KUALITAS PEMBELAJARAN Yusraini Abstraksi Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 yang menetapkan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sehingga setiap warga negara mampu meningkatkan kualitas hidup, produktivitas dan daya saing terhadap bangsa lain di era global. Oleh karena itu, pendidikan dituntut untuk menyiapkan SDM agar memiliki kemampuan bersaing secara global. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini, karena proses pembelajaran yang terjadi di kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru. Dalam hal ini, perlu ditingkatkan kualitas pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. Adapun yang menjadi indikator pembelajaran yang kualitas adalah a) Penguasaan guru pada mata pelajaran, b). Ketuntasan dalam belajar terlaksana, c). Daya serap siswa meningkat. Kata Kunci : Kualitas Pembelajaran A. 64 Pendahuluan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 dan negara. Dan berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 yang menetapkan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sehingga setiap warga negara mampu meningkatkan kualitas hidup, produktivitas dan daya saing terhadap bangsa lain di era global.1 Oleh karena itu, pendidikan dituntut untuk menyiapkan SDM agar memiliki kemampuan bersaing secara global. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini, karena proses pembelajaran yang terjadi dikelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru. Dalam hal ini, perlu ditingkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas diartikan sebagai mutu, tingkat atau nilai sedangkan pembelajaran menurut konsep komunikasi adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, peranperan tersebut bisa berubah, yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa. Guru kreatif dan professional harus memiliki berbagai konsep dan cara mendongkrak kualitas pembelajaran. B. 1 Mendongkrak kualitas Pembelajaran 1. Kualitas Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu, untuk memperoleh mutu Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta h.1 65 Yusraini, Mendongkrak … pendidikan yang baik, diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas pula.2 Gambar 1. Sistem Pembelajaran dan Keterkaitannya dengan Berbagai Standar Pendidikan.3 Dalam gambar sistem pembelajaran tersebut dapat dilihat arti penting proses pembelajaran. Karena betapa baiknya masukan berupa peserta didik serta masukan instrumental berupa isi, tenaga, sarana dan prasarana, biaya dan pengelolaan, tergantung pada proses pembelajaran untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang bermutu, serta berdampak positif terhadap lingkungan. Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.4 2 3 4 66 Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. H. 41 http://sambasalim.com/uploads/2009/10 Nana Syaodih S., dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah. Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen) Bandung Rafika Aditama. H.7 Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.5 Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: “(1) kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi dan (5) produktivitas pembelajaran.” 6 Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan/atau nilai baru dalam pendidikan. Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.7 Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pernbelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk 5 6 7 Ibid. Ibid Nana Sudjana. 1989. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bandar Maju h. 31 67 Yusraini, Mendongkrak … mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah). Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan. Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah. Istilah kualitas atau mutu mengandung banyak pengertian dan rujukan, ada yang berpendapat bahwa mutu atau kualitas adalah sesuatu yang baik, dan ada yang berpendapat bahwa mutu dalah sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa mutu atau kualitas adalah kesesuaian dengan standar. Sedangkan pengertian standar sendiri dapat dibedakan dalam satu rentangan dengan ambang atau standar minimal pada ujung yang satu, dan baku mutu (benchmark) pada ujung rentangan yang lain. Konsep tentang mutu juga diartikan berbeda-beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa mutu ditandai dengan kesesuain dengan kondisi dan 68 Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 kebutuhan, daya tarik, pendidikan yang besar, efektivitas program serta efisiensi dan produktivitas kegiatan. Sementara masyarakat umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarnya lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi. Terkadang masyarakat juga berpendapat bahwa mutu selalu dberkaitan dengan biaya yang tinggi. Padahal biaya yang tinggi tidak selalu menjamin kualitas yang baik, apalagi sekarang ini sering terjadi gejala komersialisasi pendidikan yang berorientasi pada sekolah yang menjual citra atau ijazah. a. Ruang Lingkup Proses Pembelajaran Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005, standar proses pembelajaran yang sedang dikembangkan, maka lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien meliputi: “(1) perencanaan proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) penilaian hasil pembelajaran, dan (4) pengawasan proses pembelajaran”. Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut, terarah dan terukur dari jenjang kemampuan rendah hingga tinggi secara berkesinambungan. Sistematik berarti mempertimbang kan berbagai faktor yang berkaitan, yaitu tujuan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, karakteristik peserta didik, karakteristik materi ajar yang mencakup fakta, konsep, prosedur, dan prinsip, kondisi lingkungan dan hal-hal lain yang menghambat atau mendukung terlaksananya proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Standar pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip intensitas interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik dan antara peserta didik dengan aneka sumber belajar. Untuk itu perlu diperhatikan jumlah maksimal peserta didik dalam setiap kelas, beban pembelajaran maksimal pendidik, dan ketersediaan buku teks pelajaran bagi peserta didik. Di samping itu perlu dipertimbangkan bahwa proses pembelajaran bukan sekedar menyampaikan ajaran, melainkan juga pembentukan pribadi peserta didik yang memerlukan perhatian penuh dari pendidik, maka juga perlu ditentukan tentang rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik. Perihal kemampuan pengelolaan kegiatan belajar dan pembelajaran pendidik, juga sesuatu yang harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 69 Yusraini, Mendongkrak … Standar penilaian basil pembelajaran ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Teknik yang dimaksud dapat berupa tes tertulis. observasi, uji praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk memantau proses dan kemajuan belajar serta memperbaiki basil belajar peserta didik dapat digunakan teknik penilaian portofolio atau kolokium. Secara umum penilaian dilakukan untuk mengukur semua aspek perkembangan peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan mengacu dan sesuai dengan standar penilaian. Standar pengawasan proses pembelajaran adalah upaya penjaminan mutu pembelajaran bagi terwujudnya proses pembelajaran efektif dan efisien ke arah tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu didasarkan pada prinsipprinsip tanggungjawab dan kewenangan, dilakukan secara periodik, demokratis, terbuka, berkelanjutan. Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut. Upaya pengawasan terhadap proses pembelajaran pada hakikatnya adalah tanggung jawab bersama antara kepala sekolah, pengawas, dan sejawat atau pihak lain yang ditugasi untuk melaksanakan pengawasan secara internal. b. 70 Guru Professional Pendidikan yang berkualitas secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan, untuk itu seorang guru harus memenuhi persyaratan sebagai guru professional. Guru yang professional merupakan kunci keberhasilan bagi pembelajaran, ciri-ciri guru yang melakukan pembelajaran secara efektif ada empat: 1. Memiliki kemampuan yang berhubungan dengan iklim belajar di kelas. Kemampuan ini termasuk kemampuan interpersonal guru. 2. Memiliki kemampuan strategi manajemen pembelajaran, meliputi kemampuan menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian dan suka mencela. 3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan umpan balik (feed back) dan penguatan (reinforcement) meliputi: (a) mampu memberikan umpan balik yang positif (b) mampu Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 memberikan respon terhadap siswa yang sifatnnya tidak baik (c) membantu siswa yang lamban belajar. 4. Memiliki kemampuan yang berhubungan dengan peningkatan diri meliputi: (a) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif (b) mampu memperluas pengetahuan mengenai metode-metode.8 Adapun ciri-ciri guru yang professional berikut ini: 1. Mempunyai komitmen pada proses belajar siswa. 2. Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkannya. 3. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya dan 4. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesi yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalismenya.9 Sedangkan kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdiri dari tiga yaitu : 1. Kompetensi pribadi Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk Tuhan ia wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik secara benar dan bertanggung jawab. Ia harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisifisiologis, psikologis dan peadagogis dari peserta didik yang dihadapnya. 2. Kompetensi sosial Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis, ia harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik. Ia harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani mereka sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut 8 9 Ahmad Sanusi. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung. h Udin Syaefudin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-1 h. 97 71 Yusraini, Mendongkrak … kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman). 3. Kompetensi profesional mengajar Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan: a) Merencanakan sistem pembelajaran. b) Melaksanakan sistem pembelajaran. c) Mengevaluasi sistem pembelajaran. d) Mengembangkan sistem pembelajaran.10 Adapun kompetensi guru yang sudah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999) sebagai berikut: 1. Mengembangkan kepribadian. 2. Menguasai landasan kependidikan. 3. Menguasai bahan pelajaran. 4. Menyusun program pengajaran. 5. Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan. 6. Menyelenggarakan penelitian sederhanauntuk keperluan pengajaran. 7. Menyelenggarakan program bimbingan. 8. Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat. 9. Menyelenggarakan administrasi sekolah.11 2. 10 11 72 Cara Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menurut Mulyasa (2002: 101) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta Hamzah B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan : Problem, solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. h. 18-19 Direktorat P2TK dan KPT, Dirjen Dikti, Depdiknas RI. 2004 Standar Kompetensi Guru Pemula. Jakarta: PGSMK Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Menurut Lovitt dan Clarke (Suherman, 2007: 79) menambahkan bahwa kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam lingkungan belajar; mulai dari mana siswa ini berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda, melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar, meminta siswa untuk memvisualkan yang imajiner. Menurut Mulyasa (2002: 105) dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. Upaya yang pertama adalah mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, yang dilakukan melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanannya seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembalajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Upaya yang kedua peningkatan disiplin sekolah yang bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya dan mengatasi, serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Upaya yang ketiga peningkatan motivasi belajar yang merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran, merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran meliputi kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditandai oleh keterlibatan siswa secara aktif mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas hasil ditandai dengan ketercapaian hasil belajar yang optimal. Adapun yang menjadi indicator pembelajaran yang kualitas adalah sebagai berikut: 73 Yusraini, Mendongkrak … a. Penguasaan guru pada mata pelajaran Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi yang akan diajrakan. Penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan akan membuat pengajaran lebih terfokus, selain itu guru bukan hanya sebatas menguasai materi namun juga harus mampu merancang strategi penyajiannya secara sistematis. b. Ketuntasan dalam belajar terlaksana Dengan modal penguasaan materi pelajaran serta tersedianya waktu yang cukup bagi seorang guru, akan membuat proses pembelajaran menjadi nyaman. Siswa akan lebih mudah memahami dengan penyampaian materi yang jelas dan terfokus, dengan demikian ketuntasan belajar akan tercapai. c. Daya serap siswa meningkat Guru dapat melangkah ke materi selanjutnya apabila materi sebelumnya dianggap tuntas dan juga persentase daya serap siswa hamper merata. Kualitas pembelajaran tidak hanya dinilai dari tingginya nilai sebagian kecil siswa, karena hal ini menunjukkan bahwa daya serap siswa tidak merata. Guru harus berusaha menata proses pembelajaran dengan baik untuk meminimalkan ketidak merataan daya serap siswa di dalam kelas. Sedangkan Agung (2006: 5), memberikan tiga standar kualitas pembelajaran yang saling mempengaruhi, dalam urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: 1. Interaksi yang kontinu antara siswa dan guru Guru perlu mangukur apakah cara mereka mengajar sudah benar-benar efektif sesuai dengan siswa yang dihadapinya pada saat tertentu, sehingga guru memiliki hak untuk memodifikasi cara mengajar, bereksperimen dengan alat bantu mengajar yang baru atau juga dalam memperluas kurikulum yang ada. 2. Cara pembelajaran (learning) dan cara penilaian (assesment) yang digunakan dalam kelas Guru harus memahami dengan benar mengenai hal-hal mendasar yang dihadapi siswa dalam pembalajaran. Pemahaman ini bukan hanya berdasar pada pengajaran satu arah ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman pembelajaran di kelas dan pengetahuan yang telah dimiliki sebalumnya. Dan cara penilaiannya selaras dengan konsep dengan “pembelajaran individual” misalnya dengan memvariasikan jenis soal. 74 Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 3. Sumber Ilmu Pengetahuan (academic resource) Sumber keilmuan berupa prasarana dalam kegiatan pengajaran, yaitu buku,alat peraga dan teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksplorasi dengan baik untuk mendukung setiap proses pengajaran agar wawasan seorang guru menjadi lebih luas. Beberapa langkah efektif guna meningkatkan kualitas pembelajaran12, yaitu pembelajaran harus mampu: 1. Mengembangkan kecerdasan emosi (emotional quotient) Pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengembangkan kecerdasan emosi (Emotional Quotient), karena ternyata melalui pengembangan intelengensi saja tidak mampu menghasilkan manusia yang utuh, seperti yang diharapkan oleh pendidikan Nasional. Berbagai hasil kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa dalam pembelajaran komponen emosional lebih penting dari intelektual. Melalui kecerdasan emosi dapat menjadikan peserta didik : 1) jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri, membangun kekuatan dan kesadaran diri, mendengar suara hati, hormat dan tanggung jawab; 2) mememntapkan diri, maju terus, ulet dan membangun inspirasi secara berkesinambungan; 3) membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi, dan dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam tujuan hidupnya, 4) memanfaatkan peluang dan menciptkan masa depan yang lebih cerah. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Menyediakan lingkungan yang kondusif. b. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis. c. Mengembangkan sikap empati dan merasakan apa yang sedangdirasakan siswa. d. Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yangdihadapinya. e. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baiksecara fisik, sosial, maupun emosional. f. Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif dan menghindarirespon yang negatif. g. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran. 12 E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. H. 161-177 75 Yusraini, Mendongkrak … 2. Mengembangkan kreativitas (creativity quotient) Menurut Gibbs dalam buku Menjadi Guru Professional bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Dalam hal ini anak didik akan menjadi kreatif jika : a. dikembangkan rasa percaya diri peserta didik dan tidak ada perasaan takut. b. diberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah. c. dilibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan dan evaluasi pembelajaran. d. Diberi pengawasan yang longgar dan tidak otoriter. e. dilibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. 3. Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu , guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik oleh karena itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik terutama pada jam-jam sekolah agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan indisiplin. Dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan kasih sayang dan harus ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri, mengatasi, mencengah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaransehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Beberapa cara yang harus dilakukan guru untuk mendisiplinkan peserta didik: a. Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk dirinya. b. Membantu peserta didik untuk meningkatkan standar prilakunya c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkkan disisplin. 4. Membangkitkan gairah belajar Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didikakan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas 76 Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 pembelajaranguru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran Beberapa cara membangkitkan gairah belajar peserta didik: a. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya; b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasisaikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dilibatka dalam penyusunan tujuan; c. Peserta didik harus diberitahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya; d. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan; e. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu dan ambisi peserta didik; f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik; g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi pisik, memberi rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka.13 5. Mendayagunakan sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.14 Manfaat dari setiap sumber belajar bergantung pada kemauan dan kemampuan guru dan peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pesan-pesan yang terkandung dalam sumber belajar yang didayagunakan. Adapun sumber belajar meliputi : a. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. b. Pesan adalah informasi pembelajaran yang akan disampaikan yang dapat berupa ide, fakta, fakta, ajaran, nilai dan data. Dalam sistem persekolahan, pesan adalah seluruh materi ajar yang disampaikan kepada pesrta didik. c. Bahan (material) adalah merupakan perangkat lunak atau software yang mengandung pesamn-pesan pembelajaran yang 13 14 Ibid. H. Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran : Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. H. 77 Yusraini, Mendongkrak … biasa disajikan melalui peralatan tertentu atau oleh diri sendiri. Contohnya, buku teks, modul, kaset program video, program slide dll. d. Lingkungan (Setting) situasi disekitar terjadinya proses pembelajaran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran. Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan fisik, conthnya gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula dll. Sedangkan lingkungan non fisik, contohnya tata ruang belajar, ventilasi udara suasana lingkungan belajar dll. e. Alat dan Peralatan (Tool dan Equipment) adalah perangkat keras atau hardware yang digunakan untuk meyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya, OHP, tape recorder, video/cd player dll. f. Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya demontrasi, diskusi, pratikum dll.15 Berdasarkan aneka sumber belajar di atas, sumber belajar yang tersedia disekolah antara lain adalah : a. Perpustakaan b. Media Massa c. Sumber-sumber yang ada di masyarakat Adapun kegunaan sumber belajar adalah sebagai berikut: a. Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang ditempuh. b. Sebagai pemandu materi pelajaran yang dipelajari. c. Memberi berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar. d. Memberi petunjuk dan deskripsi tentang hubungan antara apa yang sedang dikembang dalam pembelajaran, dengan ilmu pengetahuan yang lain. e. Menginformasikan sejumlah penemua baru yang pernah diperoleh orang lain sehubungan dengan pembelajaran yang sedang dikembangkan. f. Menunjukkan berbagai permasalahan yang timbul sebagai kosekuensi logis dari pembelajaran yang dikembangkan yang 15 78 Ibid.,H. 209 Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012 menuntut adanya kemampuan pemecahan dari para guru dan peserta didik.16 C. Kesimpulan Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. Adapun yang menjadi indicator pembelajaran yang berkualitas adalah a). Penguasaan guru pada mata pelajaran, b). Ketuntasan dalam belajar terlaksana, c). Daya serap siswa meningkat. Ada beberapa langkah efektif guna meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu pembelajaran harus mampu:1). Mengembangkan kecerdasan emosi (emotional quotient) 2). Mengembangkan kreativitas (creativity quotient). 3). Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang. 4). Membangkitkan gairah belajar. 5). Mendayagunakan sumber belajar. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Sanusi. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung. Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran : Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta Direktorat P2TK dan KPT, Dirjen Dikti, Depdiknas RI. 2004. Standar Kompetensi Guru Pemula. Jakarta: PGSMK E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 16 Ibid. H..... 79 Yusraini, Mendongkrak … Hamzah B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan : Problem, solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Nana Sudjana. 1989. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bandar Maju Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. Udin Syaefudin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-1 80