BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemampuan Mengajar Cooper (http

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kemampuan Mengajar
Cooper (http://www. scribd.com/doc/88101016/Pengertian-KemampuanMenurut-Para-Ahli) di akses pada Kamis, 11 April 2013. Mengemukakan guru
harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan
pengajaran, menyajikan bahan pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa,
mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan
mengevaluasi hasil belajar.
Rusmini mengemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan atau
kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya adalah
kemampuan guru dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari
(learning what to be learnt), guru dituntut mampu menciptakan dan menggunakan
keadaan positif untuk membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan kompetensinya (http://www.scribd.com/doc/88101016/Pengertia
n-Kemampuan-Menurut-Para-Ahli) di akses pada Kamis, 11 April 2013.
Aspek-aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar
dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa
perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses
belajarnya. Agar guru mampu berkompetensi harus memiliki jiwa inovatif,
kreatif dan kapabel, meninggalkan sikap konservatif, tidak bersifat defensif tetapi
mampu membuat anak lebih bersifat ofensif Sutadipura (http://www. scribd.
1
com/doc/88101016/Pengertian-Kemampuan-Menurut-Para-Ahli) di akses pada
Kamis, 11 April 2013.
Penguasaan
seperangkat
kompetensi
yang
meliputi
kompetensi
keterampilan proses dan kompetensi penguasaan pengetahuan merupakan unsur
yang dikolaborasikan dalam bentuk satu kesatuan yang utuh dan membentuk
struktur kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, sebab kompetensi
merupakan seperangkat kemampuan guru searah dengan kebutuhan pendidikan di
sekolah, tuntutan
masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan
teknologi.
Selanjutnya Rusmini menjelaskan Kompetensi Keterampilan proses
belajar mengajar adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan
proses pembelajaran. Kompetensi dimaksud meliputi kemampuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam
menganalisis,
program
menyusun program perbaikan dan pengayaan, serta menyusun
bimbingan
dan
konseling
sedangkan
Kompetensi
Penguasaan
Pengetahuan adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan
keluasan
dan
kedalaman
pengetahuan.
Kompetensi
dimaksud
meliputi
pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi,
pengembangan potensi peserta didik, dan penguasaan akademik. (http://www.
scribd. com/doc/88101016/Pengertian-Kemampuan-Menurut-Para-Ahli) di akses
pada Kamis, 11 April 2013.
2
Muhlisin menjelaskan dalam Naskah yang berjudul Profesionalisme
Kinerja Guru Menyongsong Masa Depan bahwa Kemampuan mengajar guru
yang sesuai dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif
bagi hasil yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa,
keterampilan siswa, dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat,
sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit akan
berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar siswa tetapi juga menurunkan
tingkat kinerja guru itu sendiri.
Untuk itu kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi
keharusan bagi guru untuk dimiliki dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa
kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin guru mampu melakukan
inovasi atau kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum yang pada gilirannya
memberikan rasa bosan bagi guru maupun siswa untuk menjalankan tugas dan
fungsi masing-masing.
2.2 Pemahaman Siswa
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia pemahaman adalah suatu hal
yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi menyatakan bahwa
pemahaman (comprehension)
adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan,
memperkirakan.
memberikan
Kemampuan
contoh,
dalam
menuliskan
memahami,
siswa
kembali,
diminta
dan
untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta
3
atau konsep. (http://www.masbied.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurutpara-ahli/) diakses pada Senin, 25 Februari 2013. Berdasarkan penjelasan diatas,
tentunya pemahaman siswa tidak hanya sebatas secara fakta dan konsep tetapi
terlebih pada realisasi dan iplementasi karena salah satu indikator adalah
penerapan tentang apa yang ia pahami.
Kegiatan belajar mengajar sejarah harus ditekankan pada pemahaman
siswa terhadap makna dari peristiwa atau fakta-fakta tersebut. Jelas memahami
jauh lebih penting, siswa akan menanamkan jiwa seolah-olah bersangkutan
terlibat langsung pada peristiwa tersebut. Pembelajaran yang telah dilaksanakan
lebih mengaktifkan siswa untuk telibat selama proses pembelajaran berlangsung.
Interaksi antara guru dengan siswa lebih akrab sehingga guru lebih mengenal
anak didiknya dengan baik.
Jika dikaitkan dengan belajar sejarah maka pemahaman terjadi karena
evaluasi yang dilakukan guru dalam mempelajari sejarah. Agar dapat menentukan
tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran maka perlu dilakukan usaha
dan tindakan atau kegiatan untuk menilai pemahaman siswanya.
1.3 Pengelolaan Kelas
2.3.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah
ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnnya.
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang
4
kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.
Penjelasan yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk
di ketahui oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia
pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas
dalam hal ini. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah ”kelola”, di tambah awal ”pe” dan
akhiran ”an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah ”manajemen”. Manajemen
adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain 2006:173-175).
Suharsimi Arikunto (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2006
: 175) di dalam dedikatif terkandung suatu pengertian umum yang mengenai
kelas, yaitu sekolompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama. Dengan batasan pengertian seperti tersebut, maka
ada tiga persyaratan untuk dapat terjadinya:
Pertama :sekolompok anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama
menerima pelajaran yang sama, dari guru yang sama, namanya bukan
kelas.
Kedua :sekolompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama, tetapi dari guru yang berbeda, namanya juga bukan kelas.
5
Ketiga :sekolompok anak yang sama, menerima pelajaran yang sama, dari guru
yang sama, tetapi pelajaran tersebut, diberikan secara bergantian,
namanya juga bukaan kelas.
Beberapa pendapat diatas telah menggambarkan pengelolaan kelas secara
terpisah. Gambaran yang mulai dari pengelolaan atau manajemen dan kelas dapat
dipahami bahwa manajemen kelas merupakan bagian terpenting dalam peroses
belajar mengajar yang tidak bisa dilewatkan.
Selanjutnya Suharsimi Arikunto (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain 2006:177) juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Suharsimi memahami pengelolaan kelas
ini dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa, dan pengelolaan fisik
(ruangan, perabotan dan alat pelajaran). Menurutnya membuka jendela agar udara
segar dapat masuk keruangan atau agar ruangan menjadi terang, menyalakan
lempu listerik, menggeser papan tulis, mengatur meja, merupakan pengelolaan
kelas fisik.
Dari penjelasan di atas bahwa pengelolaan Kelas adalah salah satu aspek
yang menjadi tugas paling mendasar bagi seorang guru. Dengan pengelolaan kelas
yang baik maka akan tercipta kondisi belajar yang optimal sehingga memudahkan
dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
6
2.3.2 Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan
pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermaca-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa Sudirman N, (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2006 :
178).
Berangkat dari penjelasan di atas bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
agar bisa menciptakan suasana belajar yang efektif. Dalam suasana kelas yang
efektif menjadi stabilitas siswa dalam hal pengembangan intektual, emosional,
dan sosial. Secara sederhana dapat di pahami bahwa tercapainya tujuan
pendidikan nasional merupakan bagian dari manejemen kelas.
Suharsimi Arikonto (Mardia Bin Smith 2012:107) berpendapat bahwa
tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat berkerja dengan
tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Menurutnya,
sebagai indikator dari sebuah kelas yang terbib adalah apabila:
1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti
karena tidak tau ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan kepadanya.
7
2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap
anak akan bekerja secapatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tau dan dapat
melaksanakan
tugasnya,
tetapi
mengerjakannya
kurang
bergairahdan
mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
Selanjutnya Mardia Bin Smith menjelaskan bahwa beda antara: (1) dan (2)
adalah, pada (1) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat melakukan tugas, dan
pada (2) anak tahu dan dapat, tetapi kurang bergairah bekerja.
2.4 Daya Serap Siswa
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Poerdarminta mengemukakan bahwa
“daya” berarti kekuatan, energi. Sedangkan “serap” berarti masuk kedalam liangliang kecil terutama tentang barang cair, menyerap dan membesi; memasuki,
berarti kiasan yaitu masuk benar-benar kedalam hati badan.
Penjelasan diatas dapat kita benarkan namun tidak sekedar kekuatan untuk
menangkap atau menyerap, tetapi daya serap dikatakan bisa bila siswa dapat
menjelaskan kembali dengan gaya yang berbeda dengan sumbernya, namun
makna dari pesan awal dengan yang ia lakukan itu tertap pada rel yang sama.
Daya serap tidak hanya terfokus pada sejauhmana siswa memahami tetapi terlebih
pada iplementasi dalam lingkungannya.
Pada tulisan Poerdarminta yang lain dalam bukunya Problematika
Pendidikan, dikemukakan bahwa “daya serap belajar adalah kekuatan tenaga
memasukkan pelajaran kedalam hati badan. Daya serap adalah out put dari
8
kegiatan belajar mengajar dikelas. Bila siswa mampu memahami apa yang
menjadi tujuan dari kegiatan belajar mengajar maka tujuan pembelajaran tercapai.
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa daya
serap belajar adalah suatu kekuatan untuk dapat memaukkan pelajaran kedalam
hati, sihingga pelajaran tersebut dapat membekas dan berkesan. Dengan demikian
pelajaran tersebut dapat lebih bermakna dan tinggal lebih lama dalam memori.
Dalam proses daya serap belajar tersebut, dibutuhkan tenaga dan kesehatan
jasmani dan rohani sebagai aspek pendukung agar pelajaran tersebut benar-benar
dapat menyerap. Oleh karena itu, ketika pelajaran tersebut dievaluasikan, siswa
dapat dengan mudah mengingatnya kembali.
2.4.1 Jenis-jenis Daya Serap Belajar Siswa
Jenis-jenis daya serap yang terdapat pada siswa, ada yang memiliki daya
serap belajar tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Piet A. Sahertian dalam
(http://id.shvoong.com/education/2230402-daya-serap-belajar-siswa/)
diakses
pada 13-05-2013. Mengatakan bahwa ukuran daya serap belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga hal yaitu sebagai berikut:
a. Siswa yang maju
Siswa yang termasuk dalam kategori maju adalah siswa yang memiliki
kemampuan yang baik dalam menerima setiap materi yang dipelajarinya. Siswa
yang maju lebih cepat memahami materi pelajaran dan memiliki daya analisis
9
yang cukup baik. Siswa yang maju dapat dilihat dari kecepatan memberikan
jawaban atau tanggapan pada setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.
b. Siswa yang cukup
Yang termasuk dalam kategori siswa yang cukup merupakan siswa yang
memiliki kemampuan rata-rata dari siswa lainnya. Mereka tidak memiliki
kemampuan yang begitu menonjol tetapi memiliki daya serap dan responbilitas
yang baik terhadap materi yang dipelajarinya.
c. Siswa yang kurang
Seorang siswa termasuk dianggap kurang apabila sangat lemah dalam
menerima materi yang diajarkan atau yang dipelajarinya. Bagi siswa seperti ini,
materi harus diajarkan berulang ulang agar mereka memahaminya dengan baik.
2.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daya Serap Belajar Siswa
Daya serap belajar yang dicapai seorng inidividu merupakan hasil
interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor
intern) maupun dari luar diri (fator ekstern) individu. Pengenalan terhadap factorfaktor yang mempengaruhi daya serap belajar penting sekali artinya dalam rangka
membentuk murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dalam
belajar banyak factor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak factor yang
mempengaruhinya, dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
10
1. Faktor Stimuli Belajar
Yang dimaksud factor stimuli belajar dalam penelitian ini adalah segala hal
diluar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi dalam
perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini cukup mencakup materi penguasaan
serta suasana eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh sipelajar.
2. Faktor Metode Belajar
Metode belajar yang di pakai oleh guru sangat mempengaruhi proses
penyerapan suatu informasi terhadap siswa. Dengan kata lain, metode yang
dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
3. Faktor Individual
Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung
membuat sipelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam
batas-batas yang diperlukan oleh individu. Hal yang penting yaitu perlunya
pembinaan modal kecakapan pada individu sehingga yang bersangkutan
dapat melakasanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan sedikit saja
bantuan dari pihak lain.
2.5 Pengajaran Sejarah
Pengajaran terdiri dari proses belajar dan mengajar. Belajar mengajar
sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai
seperangkat komponen yang saling bergantung satu dengan lainnya dalam
mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen
seperti: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Tujuan tersebut
11
dapat tercapai jika semua komponen diorganisasikan sehingga terjadi kerja sama
antar-komponen (Syaiful B. Djamarah & Aswan Zain, 1996:10).
Secara sederhana, pengajaran sejarah diartikan sebagai suatu sistem belajar
mengajar sejarah. Pengajaran sejarah berkaitan dengan teori-teori kesejarahan.
Berbeda dengan ilmu sejarah, pembelajaran sejarah atau mata pelajaran sejarah
dalam kurikulum sekolah memang tidak secara khusus bertujuan untuk
memajukan ilmu atau untuk menelorkan calon ahli sejarah, karena penekanannya
dalam pengajaran sejarah tetap terkait dengan tujuan pendidikan pada umumnya
yaitu ikut membangun kepribadian dan sikap mental siswa.
Sutrisno
Kuntoyo
(http://asosiasiwipknips.wordpress.com/2011/09/26
/artikel-sejarah/) di akses pada hari rabu 13 februari 2013. menyatakan bahwa
kesadaran sejarah paling efektif diajarkan melalui pendidikan formal. Hamid
Hasan berpendapat, terdapat beberapa pemaknaan terhadap pendidikan sejarah.
Pertama, secara tradisional pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya untuk
mentransfer kemegahan bangsa di masa lampau kepada generasi muda. Dengan
posisi yang demikian maka pendidikan sejarah adalah wahana bagi pewarisan
nilai-nilai keunggulan bangsa. Melalui posisi ini pendidikan sejarah ditujukan
untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan tersebut.
Kedua, pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan peserta
didik terhadap disiplin ilmu sejarah.
Pada Seminar Sejarah Nasional di Yogyakarta tahun 1957, Padmopuspito
berpendapat bahwa pertama, penyusunan pelajaran sejarah harus bersifat ilmiah.
12
Kedua, siswa perlu bimbangan dalam berfikir tetapi tafsiran dan penilaian tidak
boleh dipaksakan, karena dapat mematikan daya pikir siswa (http://asosiasiwip
knips.wordpress.com/2011/09/26/artikel-sejarah/) di akses pada hari rabu 13
februari 2013.
2.5.1. Tujuan Mata pelajaran Sejarah SMA
Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 (dalam Aman, 2011 : 58) standar
isi untuk satuan pendidikan dan menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran di
SMA secara rinci memiliki 5 tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa
depan.
2. Melatih daya kritis daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara bernar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi
ilmuan.
3. Menumbuhkan apresiasasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia dimasa
lampau.
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya
bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses
hingga masa kini dan masa yang akan datang.
13
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang
dapat diiplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional
maupun Internasional.
Kelima tujuan tersebut pada prinsipnya memiliki tujuan penting untuk
membentuk dan mengembangkan 3 kecakapan peserta didik, yaitu kemampuan
akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme. Kemampuan akademik
dijabarakan secara rinci dalam tujuan kedua dan ke empat yakni: melatih daya
kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkanj pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; menumbuhkan
pemahaman perserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui
sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan
datang. Kesadaran sejarah diuraikan lebih lanjut pada tujuan kesatu, ketiga dan
kelima yakni: membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa
depan; menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau;
dan penumbuhan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di
iplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik Nasional maupun
Internasional. Sedangkan Nasionalisme diuraikan lebih rinci dalam tujuan kelima
yakni: menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di
14
iplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun
Internasional.
Kelima tujuan tersebut apabila dihubungan dengan pencapaian standar
kompetensi kelulusan (SKL) untuk satuan pendidikan SMA, mata pelajaran
sejarah memiliki sejarah posisi yang cukup strategis. Posisi strategis tersebut
mengindikasikan beta pentingnya pembelajaran sejarah untuk membutuk karakter
dan kemampuan peserta didik, hingga menjadi generasi yang cerdas yang selalu
berpijak pada pengalaman sejarah untuk menjadikan kehidupan mandatang yang
lebih gemilang. Dengan mencakup pada tujuan tersebut, maka aplikasi
pembelajaran sejarah normatif sebagai sarana pendidikan bangsa akan tercapi
dengan baik, dan tujuan pendidikan secara subtansial juga akan terpai (Aman
2011: 58-60)
2.6 Kreativitas Guru
Utami Munandar (dalam B. Suryosubroto 2009 : 221) mengemukakan
bahwa kreativitas (berfikir kreatif dan divergen) adalah kemampuan berdasarkan
data-data informasi yang tersedia menentukan banyak kemungkinan jawan
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kualitas, ketetapgunaan dan
keragaman jawaban. Berdasarkan penjelasan diatas maka kreatifitas merupakan
kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru yang korelasi dengan
unsur-unsur sebelumnya.
Imam Musbikin (http://faradila-ishara.blogspot.com/2011/02/teori-teorikreativitas.html) diakses pada senin, 18 Februari 2013. kreativitas adalah kemampuan
15
memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya,
kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan
jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang
perlu di jawab.
Berdasarkan kedua pendapat di atas kreativitas merupakan kemampuan
seseorang dalam menciptakan sesuatu yang sama namun dengan cara berbeda.
Kreativitas dalam prespektif seorang guru adalah bagaimana harus memiliki skill
sediri dalam menciptakan suasana belajar sehingga tidak membosankan siswa.
Artinya bahwa cara mengajar atau metode mengajar tidak monoton.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi
dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diverensiasi,
dan integrasi antara setiap tahap perkembangan Supriyadi (http://faradilaishara.blogspot.com/ 2011/02/teori-teori-kreativitas.html) diakses pada senin, 18
Februari 2013.
2.7 Srategi Pembelajaran
Strategi adalah rencana atau kebijakan yang dirancang untuk mencapai
suatu tujuan, sehingga keputusan yang dibuat dalam rangka pengembangan
strategi pembelajaran memerlukan pertimbangan-pertimbangan guru menyangkut
fokus kurikulum, pengetahuan dan pengalaman yang akan diberikan kepada
16
siswa, minat siswa, gaya belajar siswa, dan tingkat perkembangan siswa, yang
secara keseluruhan menyangkut model pembelajaran yang dipilih oleh guru.
Didalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, dijelaskan terdapat beberapa
prinsip yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa prinsip yang
berkenaan dengan pemilihan strategi pembelajaran antara lain :
1. Keragaman pendekatan Siswa akan belajar jika mereka diberi kesempatan
untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar.
Pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks tetapi juga dapat
dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama dan
atau penelitian/pengujian.
2. Mengembangkan beragam kemampuan Siswa akan belajar secara optimal jika
pengalaman
belajar
yang disajikan dapat
mengembangkan
berbagai
kemampuan seperti kemampuan logis matematis, bahasa, musik, kinestetik,
dan kemampuan inter atau intra personal. Tiap siswa memiliki lebih dari satu
kecerdasan yang meliputi kecerdasan musik, gerak badan (kinestetik), logika
matematika, bahasa, ruang, intra pribadi, dan antar pribadi. Sekolah perlu
menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan
itu berkembang; sehingga dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat
terlayani secara optimal.
3. Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar Siswa akan lebih menguasai
materi pembelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga
siswa mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi penghayatan,
mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajarinya. Pengalaman
17
belajar hendaknya juga menyediakan proporsi yang seimbang antara
pemberian informasi dan penyajian terapannya. Memikirkan ulang (refleksi)
apa yang sedang dipikirkan atau apa yang sedang dikerjakan merupakan
kegiatan penting dalam memantapkan pemahaman. Proses refleksi wujud
interaksi (diskusi). Refleksi dapat juga terjadi bila guru sering mengajukan
pertanyaan seperti “Mengapa kamu berpendapat seperti itu?” “Apakah
pendapatmu tepat bila….?”. Mengingat belajar adalah proses membangun
pemahaman oleh siswa, maka mereka perlu diberi waktu yang memadai untuk
melakukan proses itu. Artinya, berikan waktu yang cukup untuk berpikir
ketika siswa menghadapi masalah. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar artinya memberi kesempatan untuk membangun sendiri
gagasannya.
4. Latihan yang tepat dan aktif Siswa akan dapat mengusai materi pembelajaran
dengan efektif jika KBM memberikan kegiatan latihan yang sesuai
kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan.
5. Keaslian dan tugas yang menantang Siswa akan termotivasi untuk belajar jika
mereka disediakan materi, kegiatan baru atau gagasan murni/asli (novelty) dan
berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi siswa
pada pelajaran. Hal ini berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Konsentrasi
juga dapat bertambah bila siswa menghadapi tugas yang menantang dan
sedikit melebihi kemampuannya. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh dari
18
kemampuan, akan terjadi kecemasan, dan bila tugas kurang dari kemampuan
akan terjadi kebosanan.
6. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan Siswa akan belajar dan terus
belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman dan jauh dari
perilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Belajar melibatkan perasaan.
Suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tidak akan
bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang
biasanya akan muncul bila belajar diwujudkan dalam bentuk permainan
khususnya
pada
pendidikan
usia
dini.
Selanjutnya
bermain
dapat
dikembangkan menjadi eksperimen yang lebih tinggi. Berdasarkan prinsipprinsip yang dikemukakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka guru
perlu memikirkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelasnya.
Berikut disajikan kategori-kategori strategi pembelajaran yang dapat dipilih
oleh guru. Meskipun strategi pembelajaran dapat dikategorikan, tetapi
pengelompokan tersebut tidak kaku. Sebagai contoh, guru dapat memperluas
informasi melalui metode ceramah (yang termasuk ke dalam kategori strategi
pembelajaran langsung), dan guru juga dapat mengkombinasikannya dengan
metode inkuiri (yang termasuk ke dalam kategori strategi pembelajaran tidak
langsung) melalui kegiatan mencari informasi-informasi yang signifikan
dengan informasi yang telah disampaikan terdahulu oleh guru. Kelima
kategori strategi pembelajaran dan hubungan antara dan di dalam masingmasing strategi dapat dilihat melalui gambar 2 di bawah disertai dengan
penjelasan dari masing-masing kategori.
19
Pengertian Strategi Belajar Mengajar Di dalam sejarah dunia pendidikan
guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa yang harus memiliki strategi dan
teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem
intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen
lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan
efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran
itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di dalam
kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru
untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda dengan
cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar
ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek komponen
pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu.
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap
guru mulai memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi antara guru dgn ank didik. Interaksi yg bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru
20
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn
memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga bahan
pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan
tuntas.
2.8 Model pembelajaran
2.8.1 Konsep Model Pembelajaran
Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan,
tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan
tertentu, artinya seorang pengajar harus mempunyai tujuan dalam kegiatan
pengajarannya. karena itu, setiap pengajar menginginkan pengajarannya dapat di
terima sejelas-jelasnya oleh para peserta didiknya. Untuk mengerti hal dalam diri
seorang terjadi suatu proses yang di sebut sebagai proses belajar yang melalui
model-model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan proses belajar itu.
Melalui model pembelajaran ini pengajar mempunyai tugas untuk merangsang
serta meningkatkan jalannya proses belajar sehingga dapat melaksanakan tugas itu
dengan baik, pengajar harus mengetahui bagaimana model dan proses
pembelajaran itu berlangsung.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang di gunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajar
dalam tutorial. Model pembelajaran mengacuh pada pendekatan pembelajaran
yang akan di gunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-
21
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas, di pertegas oleh Joyce (Trianto, 2007:5), bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
didik
sedemikian
rupa
sehingga
tujuan
pembelajaran
tercapai.
Model
pembelajaran juga merupakan model yang dapat membantu siswa untuk
mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide dari diri sendiri.
Selanjutnya Soekanto, dkk (dalam Triyatno, 2007 : 5) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar”. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikator daya serap siswa apabila
semuanya diawali dengan perencanaan yang matang dan dilakukan sesuai dengan
kerangka konseptual maka arah dan tujuan bagi seorang guru akan terlihat lebih
jelas.
22
Download