VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 PENGUKURAN POTENSI SUMBER ENERGI DAN POLA PENYEBARAN FLUIDA GEOTHERMAL PANAS BUMI DI RIANIATE DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK Juliper Nainggolan ABSTRACT A study was conducted in order to determine the potential and distribution of the geothermal fluid in Rianiate using a geoelectric method equipped with Global Positioning System (GPS) devices and Automatic Resistivity System (ARES) G4 v4.7, SN: 0609135. By using a 1D modeling with the Resty program, the resistivity values were obtained from each layer, so that the layer thickness and rock types at each measurement point can be determined. Then using the data Res2Dinv program resistivity changed with the 2D cross-sectional model of the subsurface along the path and the resistivity values are distinguished by color. Measurements were performed on three tracks, the first path (crater 2) was at N: 020 31 '770'', E: 0980 44'091'', and it was at 600 from north to east with surface temperature of 700, the second track (crater 1) was at N: 020 31 '760'', E: 0980 44'058'', and it was at 710 from east to north with surface temperature at 550 and as a third path was at N: 020 31' 839'', E: 0980 44'070 '', the path was 600 from north to west,respectively. The results showed that the resistivity of the three paths were varied from 0.389 Ωm up to 181 Ωm with the depth was up to 23 meters. Resistivity values at the path 2 and 3 seems very high, which describes the high-temperature of the rock and it became used as the reference point for an evidence of potent geothermal. The magnitude of heat potential seems to be obvious since only a few paths were measured. The pattern of fluid distributions were equally spreaded on each path. Some hot water sources points were detected in the first path with the highest surface temperature of 700 C. --------------Keywords: geothermal, Res2Div, resistivity I. PENDAHULUAN Persediaan bahan bakar minyak yang merupakan sumber energi yang banyak digunakan di negara kita untuk beberapa tahun yang akan datang sudah pada taraf mengkuatirkan. Untuk itu telah banyak penelitian yang dilakukan mencari sumber energy alternatif diantaranya energy panas bumi, biofuel, dan sumber energy yang berasal dari tanaman. Panas bumi (Geothermal) sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh batuan beku panas merupakan sumber energi alternative yang murah dan ramah lingkungan. Dengan adanya UU no. 27 1248 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 Tahun 2003 tentang panas bumi diharapkan akan memberikan kepastian hukum dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. Untuk mempercepat investasi dibidang panas bumi, perlu disiapkan informasi tentang peta potensi panas bumi yang lengkap di seluruh Indonesia. Kepulauan Sumatera terletak pada pertemuan dua lempeng tektonik yakni Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia, menyebabkan di pulau Sumatera sering terjadi gempa bumi dan banyak dijumpai daerah potensi panas bumi. Potensi panas bumi di Sumatera mencapai 9562 MW (Amir 2005). Panas bumi Rianiate salah satunya yang belum banyak diteliti khususnya potensi energy yang dimilikinya serta pola penyebaran fluida geothermalnya. Secara harfiah, geothermal (yang dalam bahasa Indonesia “panas bumi”) berasal dari kata geo yang berarti bumi dan thermal yang berarti panas. Sehingga dapat diartikan sebagai panas yang terkandung secara alamiah di dalam bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) panas bumi adalah sumber energi, seperti air panas, uap panas, serta gas-gas lain yang terdapat di dalam perut bumi, sedangkan para ilmuwan mendefinisikan energi panas bumi sebagai sejumlah panas yang berasal dari bumi dan berada cukup dekat dengan permukaan bumi sehingga dapat digunakan secara ekonomi Miryani 1992). Terjadinya sumber energi panas bumi serta karakteristiknya dijelaskan oleh Hazuardi (1992) sebagai tumbukan yang antara lempeng pasifik, India-Australia dan Eurasia). Sistem panas bumi dialam mencakup system hidrotermal yang merupakan system tata air, proses pemanasan dan kondisi sistim dimana air yang terpanaskan terkumpul. Sistem panas bumi memiliki syarat sebagai berikut : 1. Adanya Peresapan air tanah dalam (air meteorik). 2. Adanya sumber panas berupa “kantong magma, baik sisa dari gunung api maupun terobosan magma dikedalaman(stock). 3. Adanya susunan batuan, yang terdiri dari batuan tudung kedap air uap, batuan sarang yang tembus air uap dan batuan kedap sebagai penghantar panas. 4. Adanya gejala struktur, umumnya patahan yang menjebak bagi tersebarnya manifestasi panas bumi dipermukaan. Keseluruhan parameter di atas bekerja saling terkait membentuk system panas bumi. Batuan panas akan berfungsi sebagai sumber pemanas air yang menerobos batuan. Pada umumnya sumber panas bumi terdapat di jalur gunung api, maka sebagai sumber panas adalah magma atau batuan yang telah mengalami radiasi panas dari magma. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Petrucci Ralph H(1985) membedakan sistim panas bumi menjadi tiga yaitu rendah (< 1250C), sedang (1250C – 2250C) dan tinggi (> 2250C) Geolistrik merupakan alat yang dapat diterapkan untuk beberapa metode geofisika, di mana prinsip kerja metode tersebut adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (buatan). Metode geofisika 1249 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 tersebut di antaranya adalah metode potensial diri, metode arus telurik, magnetotelurik, elektromagnetik, Induced Polarization (IP), dan resistivitas (tahanan jenis). Dari sekian banyak metode geofisika yang diterapkan dalam geolistrik, metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering di gunakan. Metode ini pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial. Dan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan dibawah titik ukur (sounding point). Metode ini lebih efektif dan cocok di gunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak di gunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman basement (batuan dasar), pencarian reservoir (tandon) air, dan eksplorasi geothermal (panas bumi). Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain metode Schlumberger, metode Wenner dan metode Dipole Sounding. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Rianiate, kecamatan Pangururan yang administratife pemerintahan wilayah Kabupaten Samosir, secara geografis berada pada posisi 98042’ - 98047’ BT dan 2032’ - 2045’ LU, Wilayah ini mempunyai luas 121,43 km2. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara adalah Kecamatan Simanindo, sebelah Selatan adalah Kecamatan Palipi, sebelah Barat adalah Kecamatan Sianjur Mulamula, sebelah Timur adalah Kecamatan RonggurNihuta.(http://sumut.bps.go.id/samosir/publikasi/kedapangururan.pdf). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah : 1. Menentukan 3 lintasan pengambilan data dan sekaligus menentukan posisi daerah survei dengan menggunakan GPS. 2. Melakukan pengukuran jarak antara elektroda ( 5 meter) pada lintasan yang ditentukan. 3. Pengambilan data menggunakan Geolistrik ( Resistivity meter) ARES-G4 v4.7, SN: 0609135 ( Autematic Resistivity System) metode schlumberger pada lintasan yang ditentukan. 4. Mengolah data yang di peroleh dari tabel Geolistrik ( Resistivity meter) ARES-G4 v4.7, SN: 0609135 ( Autematic Resistivity System) data menggunakan software Res2Dinv sehingga diperoleh model penampang 2D sepanjang lintasan. 1250 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 5. Data yang diperoleh dianalisis dan interpretasi data. 6. Membedakan nilai tahanan jenis berdasarkan warna untuk melihat nilai resistivitas pada setiap lapisan dari model penampang 2D sepanjang lintasan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat geolistrik (resistivity meter) , ARES G4 v4. 7 SN: 0609135 (Automatic Resistivity System), GPS (Global Position System) dan kompas pada tiga lintasan. Hasil Pengukuran dan pengolahan data pada ketiga lintasan adalah sebagai berikut: 1. Lintasan Pertama (kawah 2) Lintasan ini berjarak 160 meter dengan jarak antar 5 meter dan posisi yang ditentukan oleh GPS adalah N: 020 31’ 770’’ , E : 0980 44’091’’, arah lintasan 600 dari utara ke timur dan suhu permukaan 700. Dari pengukuran ARES didapatkan nilai resistivitas semu (ρs) sangat bervariasi antara 1,62 Ωm sampai dengan 444 Ωm. Ini membuktikan struktur bawah tanah sangat bervariasi. 2. Lintasan Kedua (kawah 1) Lintasan ini berjarak 160 meter dengan jarak antar 5 meter dan posisi yang ditentukan oleh GPS adalah N: 020 31’ 760’’ , E : 0980 44’058’’, arah lintasan 710 ke utara dari timur dan suhu permukaan 550. Dari pengukuran ARES didapatkan nilai resistivitas semu (ρs) sangat bervariasi antara 2,02 Ωm sampai dengan 144,66 Ωm. Ini membuktikan struktur bawah tanah sangat bervariasi. 3. Lintasan ketiga (samping sepanjang jalan raya) Lintasan ini berjarak 160 meter dengan jarak antar 5 meter dan posisi yang ditentukan oleh GPS adalah N: 020 31’ 839’’ , E : 0980 44’070’’, arah lintasan 600 dari utara ke barat . Dari pengukuran ARES didapatkan nilai resistivitas semu (ρs) sangat bervariasi antara 3,48 Ωm sampai dengan 94,81 Ωm. Ini membuktikan struktur bawah tanah sangat bervariasi. Tampilan 2 D hasil dari pengolahan data dengan Res2div dan melalui proses pemodelan inverse (Inverse model resistivity section) terdapat tiga kontur. Penampang pertama menunjukkan kontur resistivitas semu pengukuran (measured apparent reisitivity), yaitu data resistivitas semu yang diperoleh dari pengukuran di lapangan. Penampang yang kedua menunjukkan kontur resistivitas hasil perhitungan (calculated apparent resistivity), dan penampang yang ketiga adalah kontur reistivitas sebenarnya. Nilai tahanan jenis dibedakan dengan warna utnk melihat pada setiap lapisan dan dicoockkan dengan nilai pada table tahanaan material yang sudah baku (Santoso2002). 3.1. Lintasan Pertama (Kawah 2) Panjang lintasan pertama adalah 160 meter dengan jarak antar elektroda 5 meter. Data yang diperoleh dari alat geolistrik adalah resistiviats semu, setelah itu di inversikan dengan software Res2div sehingga didapatkan gambar penampang seperti pada Gambar 1. 1251 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 Berdasarkan kontur reistivitas pada lintasan I dapat kita lihat reistivitas yang bervariasi dari setiap lapisan yang ditandai dengan warna . 1. Nilai reistivitas berkisar antara 0,89 – 1,49 Ω.m, dengan warna biru ditafsirkan tanah lempungan basah lembek hanya terdapat pada kedalaman 110-115 meter dengan kedalaman 1,25 meter sampai dengan 6 meter. 2. Nilai resistivitas 4,16 - 11.6 Ω.m dengan warna hijau muda, hijau tua hingga coklat berada dibeberapa titik dan lapisan dari kedalaman 1,25 meter sampai 23,5 meter. Ditafsirkan sebagai material lempung lanauan dan tanah lanauan basah. 3. Nilai reistivitas 19,4 – 32,5 Ω.m dengan warna merah hingga biru ditafsirkan tanah lanauan pasiran berada dibeberapa titik yaitu kedalaman 1,25 hingga 12 meter dan kedalaman 12,4 meter hingga 23,5 meter. Pada titik ini ada aliran fluida/air panas atau sumur air panas dengan suhu permukanan 70 0C . Gambar 1. Penampang kontur reistivitas pada lintasan I 3.2. Lintasan dua (Kawah 1) Panjang lintasan kedua juga 160 meter dengan jarak antar elektroda 5 meter. Data yang diperoleh dari alat geolistrik adalah resistiviats semu, setelah itu di inversikan dengan software Res2div sehingga didapatkan gambar penampang seperti pada Gambar 2. 1252 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 Berdasarkan kontur resistivitas pada lintasan 2 dapat kita lihat resistivitas yang bervariasi dari setiap lapisan yang ditandai dengan warna . 1. Nilai resistivitas 0.389 – 2,16 Ω.m, dengan warna biru tua sampai biru muda ditafsirkan sebagai lapisan tanah lempungan basah lembek berda di beberapa titik sampai kedalaman 12,4 meter. 2. Nilai reistivitas 5,24 – 12,7 Ω.m dengan warna hijau sampai hijau tua ditafsirkan lempung lanauan dan tanah lanauan basah terdapat dibeberapa titik juga tersebar dari kedalaman 1,25 meter sampai 23,5 meter. 3. Nilai resistivitas 30,8 – 181 Ω.m berwarna kuning sampai ungu ditafsirkan sebagai tanah lanauan, pasirian dan sebagian berupa batuan dasar berkekar terisi tanah lembab berada dalam kedalaman 1,25 meter sampai 6,38 meter. Penyebaran Fluida/air panas hanya terdapat pada daerah ini. Gambar 2. Penampang kontur reistivitas pada lintasan 2 3.3. Lintasan 3 ( jalan) Panjang lintasan ketiga juga 160 meter dengan jarak antar elektroda 5 meter. Data yang diperoleh dari alat geolistrik adalah resistivitas semu, setelah itu di inversikan dengan software Res2div sehingga didapatkan gambar penampang seperti pada Gambar 3. Berdasarkan kontur resistivitas pada lintasan 3 dapat kita lihat resistivitas yang bervariasi dari setiap lapisan yang ditandai dengan warna . 1253 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 1. Nilai resistivitas 2,23 – 12,1 dari warna biru hingga hijau ditafsirkan sebagai Lempung lanauan dan tanah lanauan basah berada dibeberapa tempat dari kedalaman 1,25 m hingga 23,5 meter. 2. Nilai resistivitas 21,3- 116 Ω.m dari warna hijau tua sampai biru ditafsirkan tanah lanauan, pasiran berada di tiga tempat dan sangat dangkal dari kedalaman 1,25 m sampai 6,38 meter. Penyebaran fluida geothermal ada ditempat tersebut. Berdasarkan analisa di atas dapat kita lihat penyebaran fluida geothermal lebih terlihat pada lintasan 1 yaitu pada kawah 2 sehingga muncul sumur air panas seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 3. Penampang kontur reistivitas pada lintasan 3 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil pengolahan data, analisis dan interpretasi data pada penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Lapisan batuan yang berpotensi mengandung fluida geothermal adalah lapisan Tanah lanauan atau pasiran yang mimiliki harga reistivitas antara 19,4 – 181Ωm dan ada pada ketiga lintasan dengan kedalaman yang bervariasi. 2. Pola penyebaran fluida geothermal pada daerah penelitian tersebar secara menyeluruh, dan berupa sumur yang terlihat dipermukaan banyak terdapat di kawah 2 dengan suhu permukaan 700 C. 1254 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 3. Potensi panas bumi dilihat resistivitasnya yang juga menggambarkan tinggi suhu batuan sebenarnya terdapat di lintasan 2 dan lintasan 3 namun hanya dibeberapa titik saja dan tidak terlalu besar. 5.2. Saran Untuk melengkapi data tentang potensi panas bumi Rianiate ini perlu lagi dilakukan penyelidikan lanjutan secara geokimia. Ucapan Terima Kasih 1. Ditlitabnas Ditjen Dikti yang telah menediakan dana untuk penelitiaan ini. 2. Laboratorium Geofisika UNIMED yang telah menyediakaan alat geolistrik untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Amir, F., (2005), The Role of Pertamina in Geothermal Development in Indonesia. Publication of Pertamina Geothermal Division. Badan Pengawas Statistik, (2010), Pangururan, http://sumut.bps.go.id/ samosir/ publikasi/pangururan.2 Hazuardi.,(1992), Pengantar Eksplorasi Panas Bumi, PPT MIGAS(Pusat Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi),Cepu. Miryani, S. N, (1992), Teknik Panas Bumi: http://www.dim.esdm.go.id/ Diakses Tanggal 2 Juni 2010, Jam 09.39 WIB Ralph, P.H., (1985), Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Suminar Achmadi, Ph.D.(Penerjemah), Edisi keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta. Santoso, D.(2002), Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Depertemen Teknik Geofisika ITB Undang A- undang nomor 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi 1255 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 Lampiran 1. Penampang kontur reistivitas pada lintasan I 1256 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 2. Penampang kontur reistivitas pada lintasan 2 1257 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 3. Penampang kontur reistivitas pada lintasan 3 1258 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1248-1255 MEASUREMENT OF POTENTIAL SOURCE OF ENERGY AND DISTRIBUTION PATTERNS OF GEOTHERMAL FLUID IN RIANIATE USING GEOELECTRIC METHOD 1259 _____________ ISSN 0853-0203