EKSPLORASI BIJIH BESI (Fe) MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER STUDI KABUPATEN LUWU Wira Sunarya Program Studi Geofisika, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea, Makassar IRON ORE (Fe) EXPLORATION USING GEOELECTRIC METHOD CONFIGURATION RESISTIVITY WENNER SCHLUMBERGER LUWU REGENCY STUDY Wira Sunarya Program Studi Geofisika, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea, Makassar SARI BACAAN Besi di alam pada umumnya berbentuk oksida besi seperti hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan jenis batuan besi lainnya. Sifat dari logam ini mempunyai daya hantar listrik yang sangat baik dan daya hambat yang rendah. Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk menyelidiki kondisi bawah permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat listrik pada batuan di bawah permukaan bumi. Penelitian ini dilakukan di daerah Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, menggunakan metoda geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner-Schlumberger di daerah Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, dengan menggunakan 4 lintasan survei dengan spasi 10 meter/elektroda. Hasil survey resistivity berupa penampang 2D dan blok model 3D yang memberikan informasi mengenai sebaran bijih besi, dimana penyebaran terbesar berada di sebelah barat daerah penelitian dengan arah timur laut - barat daya. Data resistivitas dari penampang resistivitas 2-D yang diperoleh dari pengukuran lintasan 1 sampai dengan pengukuran lintasan 4 di lapangan yaitu zona lapisan bijih besi berada pada resistivitas ρ < 40 Ωm, zona pelapukan batuan andesit dengan resistivitas 40 Ωm < ρ < 250 Ωm dan zona batuan basalt dengan resistivitas tinggi ρ > 250 Ωm. Kata kunci : Bijih besi, Geolistrik, resistivitas, Wenner-Schlumberger ABSTRACK Nowdays, searcing of mine entrenchment material is raising infulfillment of industry necessity, including iron ore. Normally, iron in nature shape like hematite (Fe 2O3) magnetite (Fe3O4) and other iron rocks sort. This metal has a very good ability to distribute electricity and low blocked capacity. Geolistrik method is one of geophysics method to do research underground condition, that is by studying electric characteristic in rocks above the earth surface. This research is done in Walenreng Subdistrict, Luwu Regency, and South Sulawesi, using geolistrik method resistance type Wenner- Schlumberger configuration with 4 survey tracks and 10 metre /electrode. The resistivity survey result IS 2D longitudinal section and 3D model block the provide information about iron ore spread, where the largest spread is in the west area of the research territory with direction to the northeast – southwest. Resistivity data from 2D resistivity longitudinal section is achieved from measurement of track 1 to track 4 on the field which is iron ore be in resistivity p < 40 Omegam, andesit rock corrosion zone with 40 Omegam resistivity < p < 250 Omegam and basalt rock zone with resistivity level p > 250 Omegam. Keyword: Iron Ore, Geoelectrical, resistivity, Wenner-Schlumberger. I PENDAHULUAN Pencarian bahan galian tambang saat ini mengalami peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan indusri, ada berbagai macam jenis barang tambang yang sering dicari dan salah satunya adalah bijih besi. Besi, termasuk unsur yang melimpah di permukaan bumi bahkan sampai ke inti bumi dan berbagai benda langit yang jatuh ke bumi. Sebagai logam yang paling murah dan penggunaannya sangat luas, besi menjadi logam terbesar yang diproduksi di dunia. Endapan bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun sekunder pembentukan bijih besi primer dapat terjadi oleh proses magmatik, metasomatik kontak, dan hidrotermal. Sedangkan endapan bijih sekunder terbentuk oleh proses sedimenter, residual, dan oksidasi. Besi pada umumnya berbentuk oksida besi seperti hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan jenis batuan besi lainnya. (Jensen dan Batemen, 1981). Geofisika eksplorasi merupakan bagian dari bidang ilmu fisika (kebumian) yang mempelajari sifat-sifat fisik lapisan bumi dengan memanfaatkan parameter-parameter fisik yang dimiliki bumi itu sendiri. Pada dasarnya pengamatan geofisika dilakukan terhadap gejala-gejala gangguan yang terjadi pada keadaan normal (anomali), baik secara statik maupun dinamik. Hal ini menyebabkan berkembangnya berbagai macam metoda pengamatan dalam geofisika eksplorasi. Salah satu metoda yang berkembang tersebut adalah dengan memanfaatkan sifat kelistrikan dari lapisan bumi yang dikenal dengan sebutan metoda geolistrik. Metoda geolistrik terdiri dari beberapa jenis, diantaranya metoda polarisasi imbas (induce polarization, ip), metoda potensial diri (self potential, sp) dan metoda geolistrik tahanan jenis (resistivity). Pada metoda geolistrik tahanan jenis atau dikenal sebagai metoda resistivitas merupakan metoda yang bersifat dinamik (aktif), karena menggunakan gangguan aktif berupa injeksi arus yang dipancarkan ke bawah permukaan bumi yang dapat diperuntukkan dalam pencarian mineralmineral tambang dan air tanah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Yudhi Prawira (2014) tentang “Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger dalam Menganalisis Jalur Vein Kromit Di Bawah Permukaan Bumi” bahwa nilai resistivitas batuan dasar (peridotite) yang didapatkan dari survei geolistrik dapat mengidentifikasikan penyebaran vein kromit di bawah permukaan. Konfigurasi ini merupakan gabungan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi WennerSclumberger mempuyai penetrasi maksimum kedalaman 15% lebih baik dari konfigurasi Wenner. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger adalah : K = π n (n + 1) a (2.24) Gambar 1.1. Pengaturan elektroda konfigurasi WennerSchlumberger (Loke,2004) Keunggulan dari konfigurasi Wenner Schlumberger dibanding dengan konfigurasi lainnya antara lain : Karena elektroda arus dan elektroda potensial selalu berubah-rubah maka konfigurasi ini sensitif terhadap adanya ketidakhomogenan lokal, seperti lensalensa dan gawir-gawir. Karena jarak elektoda potensial cukup besar maka beda potensial yang terukur di antaranya juga cukup besar sehingga pengukuran yang dilakukan cukup sensitif. Cocok untuk memetakan batuan bawah permukaan dengan cakupan yang dalam. II METODOLOGI PENELITIAN II.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini terletak di daerah Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan menghasilkan 98 datum poin. Penetrasi kedalaman dari hasil inversi adalah 31.9 m yang dipengaruhi oleh panjang lintasan yang digunakan. Rentang resistivitas yang didapatkan mulai dari 2.96 sampai 485 Ωm. Gambar 2.1 Peta lokasi penelitian. (Digitasi dari peta administrasi kabupaten luwu,2010) II. Metoda pengukuran Pada kegiatan ini dilakukan pengambilan data secara langsung menggunakan metode Wenner–Sclhumberger dengan panjang lintasan 150 m dan spasi 10 m. Dimana 2 lintasan dibuat sejajar kemudian 1 lintasan Memotong lintasan lainnya. Data yang diperoleh dari lapangan berupa data nilai arus (I) dan nilai beda potensial (V). Nilai faktor geometri (K) untuk konfigurasi wenner – sclhumberger ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.24 Nilai resistivitas semu (ρsemu) menggunakan persamaan untuk setiap datum. ∆𝑉 𝜌𝑎 = 𝐾 𝐼 dimana ρa adalah tahanan jenis semu, K adalah faktor geometri, ΔV adalah beda potensial antara kedua elektroda potensial dan I adalah kuat arus yang diinjeksikan. Data tersebut diubah kedalam format .dat agar dapat diolah kedalam Software Res2Dinv. Kemudian inverse data tersebut menggunakan Res2dinv untuk memperoleh penampang 2-D. Semua penampang 2D digabung menjadi pseudo 3D sehingga penyebaran bijih besi dapt do Interpretasikn secara lateral. III HASIL DAN PEMBAHASAN III.1. Hasil Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan data berupa datum point, spasi, jumlah lapisan, dan nilai resistivitas, kemudian data tersebut diolah menggunakan softwere RES2DINV maka diperoleh: Lintasan 1 : panjang lintasan pengukuran 280 m, dengan menggunakan spasi 10 m, sehingga Gambar 3.1 Penampang 2D lintasan 1 III.2 Pembahasan Lintasan 1 Pada pengukuran resistivitas lintasan 1 ini, data inversi 2-D dengan iterasi data sebanyak 5 kali dengan spasi terkecil antar elektroda adalah 10 meter dan panjang bentangan lintasannya 280 meter dengan penetrasi kedalaman mencapai 31,9 meter. Untuk memudahkan dalam menginterpretasi penampang 2D maka dilakukan pembagian 3 skala warna yaitu warna biru dengan nilai ρ < 40 Ωm, warna hijau 40 Ωm < ρ < 250 Ωm, warna merah ρ > 250 Ωm. Gambar 3.2 cross-section Lintasan 1 Nilai resistivitas ρ < 40 Ωm ditafsirkan sebagai lapisan endapan besi sebagaimana yang diketahui mineral-mineral bijih besi merupakan pengantar listrik yang baik (bersifat konduktif) atau nilai tahan jenisnya sangat rendah yang diwakili oleh warna biru. Zona batuan basalt (ρ > 250 Ωm) pada variasi warna jingga sampai ungu tua hal tersebut bias diartikan sebagai batuan dasar, pada posisi elektroda 60 dengan kedalaman 10 - 20 m, posisi elektroda 160 dengan kedalaman 5 - 10 m, dan posisi elektroda 200 dengan kedalaman 5 - 15 m merupakan boulder – boulder batuan basal yang belum mengalami pemampatan dan sedimentasi. Zona pelapukan (40 Ωm < ρ < 250 Ωm) memiliki fragmen-fragmen magnetit berukuran kerikir dibandingkan dengan zona batuan basalt berasal dari batuan andesit yang mengalami pelapukan. III.3 Analisis Sebaran Bijih Besi Data dari penampang 2-D lintasan 1 sampai lintasan 4 dilakukan penggabungan dari pengabungan data tersebut kemudian diolah pada software Encom PA, untuk menampilkan model scatter plot seperti pada gambar 4.9. Seperti halnya pada penampang 2-D untuk model pseudo 3-D dalam menentukan zona resistivitas rendah (ρ < 40 Ωm), ditandai dengan warna biru sampai biru pekat yang menandakan bahwa zona tersebut merupakan lapisan terdapatnya endapan bijih besi dan zona resistivitas dengan nilai 40 Ωm < ρ < 250 Ωm yang ditandai dengan warna hijau muda sampai warna jingga yang menandakan bahwa zona tersebut merupakan zona pelapukan batuan andesit sedangkan zona batuan basalt ditandai dengan warna merah. Gambar 3.5 Sebaran bijih besi dalam bentuk 3-D Gambar 3.3 Profil 2-D hasil inverse data geolistrik lintasan 1-4 Hasil Penggabungan dari ke empat lintasan ini dimaksudkan untuk memperoleh model pseudo 3-D dengan prinsip ektrapolasi, dengan membuat pseudo 3-D dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sebaran bijih besi dan batas antara jenis tanah atau batuan mana yang memiliki resistivitas rendah dan jenis tanah atau batuan yang memiliki nilai resistivitas tinggi. Hasil 3-D dibuat penyesuaian terhadap elevasi tertinggi datum point setiap lintasan seperti pada gambar 4.10. Gambar 4.11 merupakan profil 3-D yang di identifikasikan sebagai zona sebaran bijih besi, dimana nilai resistivitasnya rendah yaitu ρ < 40 Ωm dengan variasi warna biru muda hingga biru tua. Pada gambar diatas terlihat penyebaran bijih besi terbesar berada di sebelah barat daerah penelitian dengan arah timur laut - barat daya. Gambar 3.6 Gabungan Penampang 2D Lintasan 1- 4 Gambar 3.4 Profil pseudo 3-D untuk Lintasan 1-4 IV.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan interpretasi data yang sudah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :. 1. Block model pseudo 3-D dapat memetakan penyebaran bijih besi, dimana penyebaran terbesar berada di sebelah barat daerah penelitian dengan arah timur laut - barat daya. 2. Data resistivitas dari penampang resistivitas 2-D yang diperoleh dari pengukuran lintasan 1 sampai dengan pengukuran lintasan 4 di lapangan yaitu zona lapisan bijih besi berada pada resistivitas ρ < 40 Ωm, zona pelapukan batuan andesit dengan resistivitas 40 Ωm < ρ < 250 Ωm dan zona batuan basalt dengan resistivitas tinggi ρ > 250 Ωm REFERENSI 1. Akhasyah, M.S.2011. Pencitraan Resistivitas Untuk Memetakan zona crack di dump “XY”. Skripsi. Program Studi Geofisika. Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar 2. Bhattacharya.H.P dan P.K. Patra. 1968.Direct Current Geoelectrik sounding.Principles and Interpretation. (http://www.journal.cambridge.org/) diakses tanggal 22 april 2014 3. Djuri, Sudjatmiko, 1998. Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. 4. Hendrajaya, L.dan Arif, I. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Monograf metoda Eksplorasi. Laboratorium Fisika Bumi. ITB. Bandung 5. Jensen, M., & Bateman, A.M., 1981. Economic Mineral Deposits. Canada : Jhon Wiley and Sons Inc. 6. Luhansa, R. 2009. Penentuan Kecepatan Perambatan Zona Rekahan Dengan Menggunakan Metoda Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-Dipole di Ramp A X/Cut 6 Tambang Bawah Tanah DOZ PT.XYZ. Skripsi. ITB. Bandung. 7. Loke, M.H. 2004. 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys. Tutorial. email: [email protected] 8. Prawira, Y.2014.Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi WennerSchlumberger dalam Menganalisis Alur Vein Kromit Di Bawah Permukaan Bumi. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. 9. Pusat sumber daya geologi, Tinjauan mineralogy endapan placer pasir besi,2008, (http://www.dim.esdm.go.id/), diakses pada tanggal 17 april 2014 10. Syamsuddin. 2007. Penentuan Struktur Bawah Permukaan Bumi Dangkal Dengan Menggunakan Metoda Geolistrik Tahanan Jenis 2DStudi Kasus Potensi Tanah Longsor di Panawangan, Ciamis. Tesis. Program Studi Geofisika Terapan. Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral. ITB. Bandung. 11. Sutarto.2001. Endapan Mineral .Laboratorium Endapan Mineral.UPN. Yogyakarta 12. Telford, W.M. Geldart, L.P. Sheriff, R.E. Keys, D.A. 1976. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge. 13. Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff R. E. 1990. Applied Geophysics (2nd ed). New York : Cambridge University Press 14. Virgo, F. 2002. Pemodelan Fisis Metoda Tahanan Jenis Untuk Benda Berongga Di Bawah Lapisan Mendatar. Tesis. ITB. Bandung.