SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -15 Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Representasi Matematis Siswa Anniya Mutiara Tsani Universitas Lampung e-mail : [email protected] Abstrak- Tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: (1) komunikasi matematika (mathematical communication); (2) penalaran matematika (mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematika (mathematical problem solving); (4) mengaitkan ide-ide matematika (mathematical connections); (5) representasi matematika (mathematical representation). Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), khususnya kemampuan komunikasi dan representasi matematis. Hal ini disebabkan karena dalam PBM siswa dilatih untuk mampu berpikir dengan kritis dalam menyelesaikan masalah yang diajukan/diberikan dalam pembelajarannnya. Siswa dituntut baik secara individu maupun kelompok dapat mengemukakan solusisolusi masalah yang diajukan/diberikan melalui representasi yang mungkin dengan PBM. Mereka juga dituntut untuk dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan mereka dengan baik melalui representasi yang mereka buat. Pada makalah ini akan dipaparkan bagaimana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan representasi matematis siswa. Kata kunci : Komunikasi matematis, PBM, Representasi matematis I. PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: (1) komunikasi matematika (mathematical communication); (2) penalaran matematika (mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematika (mathematical problem solving); (4) mengaitkan ide-ide matematika (mathematical connections); (5) representasi matematika (mathematical representation) [1]. Keterlampilan matematika yang penting untuk dikuasai siswa adalah kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication). Melalui komunikasi matematis, Siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan yang akhirnya dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah dipelajari. Keterlampilan matematika lainnya yang juga perlu dikuasai siswa adalah kemampuan representasi matematis. Untuk dapat mengkomunikasikan ide-idenya seseorang perlu merepresentasikan agar ide yang ia sampaikan dapat dengan mudah dan jelas dipahami orang lain. Representasi diwujudkan bisa melalui gambar, grafik, tabel, kata-kata, benda nyata maupun simbol matematika. Dari beberapa bentuk representasi tersebut, siswa dapat memilih bentuk representasi yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan atau dihadapi. Kedua kemampuan ini ibarat dua sisi mata uang yang saling bersinergi. Kemampuan yang satu mendukung kemampuan yang lain dan begitu sebaliknya. Namun yang terjadi di lapangan, kedua kemampuan tersebut masih belum optimal tampak dalam proses pembelajaran matematika. Menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi dan representasi matematis di samping kemampuan matematis lainnya, maka dalam pembelajaran matematika perlu diupayakan untuk menggunakan pendekatan atau metode yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan-kemampuan tersebut. Komunikasi dan representasi dalam pembelajaran matematika akan lebih mudah terjadi apabila pembelajaran matematika disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik sehingga dapat merangsang siswa menjadi komunikatif dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ditawarkan sebagai alternatif. PBM adalah 99 ISBN. 978-602-73403-0-5 seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterlampilan dan bekerja dalam kelompok [2][3] Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan dalam makalah ini adalah bagaimana model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan representasi matematis siswa. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Manfaat dari makalah ini diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui bagaimana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komuniksai matematis siswa serta dapat sebagai salah satu referensi model pembelajaran yang dapat dipraktekan kepada peserta didik guna menggali lebih maksimal lagi kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. II. PEMBAHASAN A. Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan [4]. PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari [5]. PBM bermula dari suatu program inovatif yang dikembangkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada [6]. Program ini dikembangkan berdasar kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa ini PBM telah menyebar ke banyak bidang seperti hukum, ekonomi, arsitektur, teknik, dan kurikulum sekolah. Refrensi [7] menyatakan bahwa “Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. definisi PBL [8] adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru [9]. Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Fase-fase dalam PBM meliputi: Fase 1: memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti, fase 3: membantu investigasi mandiri dan kelompok, fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan artefak atau exhibit, fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Tabel 1[10] Masalah yang disajikan dalam PBM harus memiliki ciri-ciri berikut: (1) Masalah yang disajikan sedapat mungkn merupakan cerminan masalah yang ditemui di dunia nyata, (2) Masalah yang dirancang harus membangun kembali pemahaman siswa atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya, (3) Masalah dalam PBM harus dapat membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif siswa, (4) Masalah harus dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran [11]. Ciri-Ciri masalah dalam PBM diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan representasi matematis mereka, karena siswa biasanya siswa akan lebih aktif dalam berkomunikasi jika membahas masalah –masalah yang dapat ditemuinya di dunia nyata. B. Komunikasi matematis Matematika bukan hanya sekedar alat bagi ilmu, tetapi lebih dari itu matematika adalah bahasa. Sejalan dengan itu [12] mengatakan, matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. 100 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Menurut [13] sedikitnya ada dua alasan yang menjadikan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika menjadi penting yaitu: (1) matematika sebagai bahasa, dan (2) pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas dan tepat. Matematika sebagai aktivitas sosial dapat dilihat dari adanya interaksi antar siswa, siswa dengan guru, dan lain-lain. [1] komunikasi diberi makna sebagai cara untuk berbagi (sharing) gagasan dan mengklarifikasi pemahaman. Melalui komunikasi gagasan-gagasan menjadi objek-objek refleksi, penghalusan, diskusi, dan perombakan. Keterlampilan matematika lainnya yang juga perlu dikuasai siswa adalah kemampuan representasi matematis. Untuk dapat mengkomunikasikan ide-idenya seseorang perlu merepresentasikan agar ide yang ia sampaikan dapat dengan mudah dan jelas dipahami orang lain. Selanjutnya, [14] mengemukakan bahwa manfaat dari sebuah komunikasi dalam pembelajaran matematika dapat mendorong siswa belajar konsep baru dalam matematika, karena dalam belajar matematika siswa dapat mengunakan alat atau benda, menggambar, memberikan penjelasan atau pertimbangan, menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan symbol matematika. Kemampuan komunikasi matematis meliputi 2 bentuk yakni tertulis dan lisan. Namun, hal yang sering dibahas dalam penelitian – penelitian adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menggambar (drawing), menulis (written texts), dan ekspresi matematika (mathematical expression) dengan indikator sebagai berikut menurut [15] : a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar. b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan. c. Menggunakan bahasa matematika secara tepat C. Representasi matematis Representasi matematis merupakan salah satu dari proses matematis, Menurut [1] menyatakan bahwa representasi merupakan salah satu kunci keterampilan komunikasi matematis. Secara tidak langsung, hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang menekankan pada kemampuan representasi akan melatih siswa dalam komunikasi matematis. Kemudian [1] mendefinisikan sebagai berikut, “Representation is central to the study of mathematics. Students can develop and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships as they create, compare, and use various representations. Representations such as physical object, drawing, chart, graphs, and symbols also help students communicate their thinking”. Menurut [16] representasi matematis mencakup simbol, persamaan, kata-kata, gambar, tabel, bendabenda manipulative (alat peraga), tindakan dan mental, serta cara berpikir internal tentang ide matematis tertentu. Dari cakupan ini, dapat dikatakan bahwa representasi merupakan alat yang dapat membantu berpikir dalam proses pembelajaran matematika. Namun demikian, untuk kebanyakan siswa, alat bantu berpikir ini tidak akan dapat dicapai tanpa adanya bimbingan yang memadai oleh guru. Selain yang diuraikan sebelumnya, menurut [1] pentingnya penggunaan representasi bagi siswa adalah bahwa representasi dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematis, argumen, dan pemahaman matematis pada siswa lain. Representasi juga memungkinkan siswa untuk mengetahui kaitan antar berbagai konsep dan menerapkannya dalam menyelesaiakn masalah-masalah realistik. Sebagai contoh, untuk memahami konsep pecahan, siswa perlu mengetahui berbagai bentuk representasi dari pecahan, seperti rasio, persentase, pembagian, pecahan dari suatu bilangan, dan titik pada garis bilangan. Beberapa bentuk representasi—seperti diagram, grafik, dan ekspresi simbolik—sudah sejak lama merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Sayangnya, bentuk-bentuk representasi ini diajarkan secara langsung, seolah-olah merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pendekatan ini membatasi kekuatan dan kegunaan representasi sebagai alat belajar, bekerja, dan berpikir matematis. 101 ISBN. 978-602-73403-0-5 Melihat begitu pentingnya representasi dalam pembelajaran matematika, maka adalah penting untuk mendorong siswa untuk merepresentasikan ide-ide matematis mereka dalam cara yang mereka pahami, bahkan walau representasi itu tidak umum, tidak konvensional (berbeda dari yang lain). Pada saat yang sama, siswa juga perlu belajar bentuk representasi yang sudah umum (konvensional) untuk dapat memfasilitasi mereka dalam belajar matematika dan komunikasi mereka dengan siswa lain dalam ide-ide matematis, mereka pun perlu belajar menggunakan bentuk-bentuk representasi yang konvensional. Selain itu, untuk jaman sekarang, pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran matematika lebih lanjut dapat meningkatkan perlunya siswa beradaptasi secara nyaman dalam menggunakan representasi-representasi matematis yang baru. D. Kelebihan dan Kekurangan PBL Kelebihan Problem Based Learning Kelebihan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain a. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalahmasalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing, dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kitapakai dalam pembelajaran. b. pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills). c. peserta didik dilatih untuk mengem-bangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengung-kapkan (articulating), menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) memper-timbangkan atau membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision-making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah, siang mengandung masalah. Kelemahan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain: a. Pembelajaran model Problem Based Learning memnbutuhksn waktu yang lama. b. Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal E. Temuan yang Berkaitan Dengan PBL Hasil penelitian yang berkaitan dengan PBL telah banyak ditemukan, [17] melakukan penelitian mengenai problem-based learning di kelas pendidikan psikologi dan menemukan fakta bahwa tiga instrumen penelitian digunakan di dalamnya mengakibatkan interpretasi data yang sesuai, menjamin kredibilitas untuk temuannya. Hasil ini tampaknya sangat konsisten dengan temuan penelitian yang mengkonfirmasi banyak manfaat dari pembelajaran berbasis masalah, tidak hanya di tingkat perguruan tinggi tetapi pada berbagai tingkat pendidikan, di antaranya SMA, sekolah menengah, dan bahkan sekolah dasar. Misalnya, [18] PBM memberikan peningkatan skor kemampuan komunikasi dan representasi matematis pada semua tingkat kemampuan. Pada siswa kemampuan tingkat atas terjadi peningkatan skor sebesar 3, pada siswa tingkat kemampuan menengah terjadi peningkatan skor sebesar 3,7, dan pada siswa tingkat kemampuan bawah terjadi peningkatan sebesar 3,6. Ini berarti pembelajaran PBM memberikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis terbesar pada siswa tingkat kemampuan menengah. III. SIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan matematika, khususnya kemampuan komunikasi dan representasi matematis. Hal ini disebabkan karena dalam PBM siswa dilatih untuk mampu berpikir dengan kritis dalam menyelesaikan masalah yang diajukan/diberikan dalam pembelajarannnya. Siswa dituntut baik secara individu maupun kelompok dapat mengemukakan solusi-solusi masalah yang diajukan/diberikan melalui representasi yang mungkin dengan PBM. Mereka juga dituntut untuk dapat mengkomunikasikan gagasangagasan mereka dengan baik melalui representasi yang mereka buat. Ciri-Ciri masalah dalam PBM diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan representasi matematis mereka, karena siswa biasanya siswa akan lebih aktif dalam berkomunikasi jika membahas masalah –masalah yang dapat ditemuinya di dunia nyata. 102 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 A. Gambar dan Tabel Tabel 1 Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah Fase 1 Indikator Orientasi siswa pada masalah 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 4 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Perilaku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] National Council of Teachers of Mathematics, Principles and Standarts for School Mathematics, Reston, VA: NCTM. 2000 Paul Eggen dan Don Kauchak. Strategi model pembelajaran mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpiki (edisi keenam). Jakarta: PT Indeks. 2012 Silver Hmelo, Cindy E, Problem-Based Learning: What ang How Do Students Learn?, Education Psychology Review. Vol: 16, 2010 J. Cheaney, Problem-based Learning in an Online Course: A case study, USA: The International Review Of Research In Open And Distributed Learning, Tersedia [online] http://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article-/view/267/433. 2005 [5] C. Kreger, Problem-Based Learning Goals & Objectives, USA: Wheeling Jesuit University, Tersedia [online] http://www.cotf.edu/ete/teacher/teach-erout.html, 2011 [6] Karim Nasr, Adaptation and implementation of problem-based learning, Balamand: University of Balamand, Tersedia [online] http://www.balamand.edu.lb/Academics/Research/Seminars/Pages/KarimNasr14-04-05.aspx# 2010 Peter Tymms, The Project on The effectiveness of Problem Based Learning (PEPBL): A Field trial in Continuing Professional Education, Durham: Third International, inter-disciplinary Evidence-Based Policies and Indicator System Conference, Tersedia [online] www.cem.org/attachments/ebe/P220-230%20Mark%20Newman.pdf, 2001 ANNE SHEPHERD, PROBLEM-BASED LEARNING: A BRIDGE BETWEEN PLANNING EDUCATION AND PLANNING PRACTICE, GEORGIA: JOURNAL OF PLANNING EDUCATION AND RESEARCH, TERSEDIA [ONLINE] HTTP://JPE.SAGEPUB.COM/CONTENT/17/4/348.ABSTRACT,2007 SHR. Suradijono, Problem-based learning: Apa dan bagaimana? Makalah Seminar Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem Based Learning berbasis ICT (Information and Communication Technology), 15/5/2004, Yogyakarta. 2004 Richard I. Arends, Learning To Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 M. Taufik Amir. Inovasi pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pusataka Sinar Harapan. 2007 CS. Lim, Mathematical Communication in Malaysian Bilingual Classrooms, Tokyo: APEC-Tsukuba International Conference: Innovation of classroom teaching and learning through lesson study- focusing on mathematical communication. Tersedia [online] http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/papers/PDF/11.LimChapSam_Malaysia.pdf. 2007 Amalia, Li, Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa. Skripsi. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu. [18 September 2015], 2013 Latifah, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Terdapat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. [Online]. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/183/1/101119- LATIFAH-FITK.PDF [30 September 2015 ] 2011 [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] 103 ISBN. 978-602-73403-0-5 [16] Anne Berg, Teacher Profesional Development, [Online]. Tersedia, https://www.learner.org/, 2012 [17] Abdul Razzak, N.,. Problem-Based Learning in the Educational Psychology Classroom: Bahraini Teacher Candidates’ Experience, Bahrain : International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, Tersedia [online] http://www.isetl.org/ijtlhe/. 2012 [18] Yovita, Bambang, Halimi, Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Himpunan Kelas VII. Un [online] Tersedia http://download.portalgaruda.org/article.php?article=130252&val=2338&title=PENGARUH%20PROBLEM%20BASED%20LEARNING%20TERHADAP%20KEMAMPUAN%20KOMUNIKASI %20MATEMATIS%20SISWA%20PADA%20MATERI%20HIMPUNAN%20KELAS%20VII 2012 104