BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari berbagai data yang didapatkan selama penelitian beserta hasil dan pembahasannya, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan Era demokrasi dan ketidakadilan regulasi saat ini telah melahirkan kelompokkelompok masyarakat yang berani bersuara melalui pergerakan advokasi. Rezim perdagangan bebas membuat regulasi negara terlihat tidak imbang. Peraturan Pemerintah 109/2012 menjadi salah satu regulasi teknik yang sangat ditentang oleh kelompok masyarakat penegak kedaulatan, yaitu Komunitas Kretek. Regulasi ini dinilai memiliki keberpihakan terhadap asing dan tidak menghiraukan kepentingan petani tembakau, pedagang asongan, buruh pabrik, konsumen rokok, seniman dan budayawanbahkan masyarakat luas terkena dampak buruknya. Sebagai upaya membela hak kelompok masyarakat yang menjadi korban, Komunitas Kretek melakukan gerakan advokasi terhadap kebijakan PP 109/2012 dengan tujuan mencabut PP tersebut. Tujuan dari sebuah advokasi akan tercapai jika kelompok penggeraknya melakukan strategi komunikasi yang tepat meliputi rencana dan proses managemen yang strategis. Langkah perencanaan yang dilakukan Komunitas Kretek pertama kali adalah mengangkat isu yang strategis. Dalam advokasi terhadap kebijakan PP 109/2012 ini, ada tiga isu strategis yang diangkat oleh Komunitas Kretek, yaitu isu kesehatan, isu budaya dan isu ekonomi. Isu kesehatan disasar kepada masyarakat umum dengan tujuan mengubah persepsi mereka tentang dampak rokok bagi kesehatan. Begitu juga dengan isu budaya, isu ini juga ditujukan kepada masyarakat umum. Akan tetapi, tujuannya adalah untuk mengubah perilaku masyarakat agar memiliki jiwa nasionalisme terhadap kretek sebagai aset budaya serta ikut melestarikannya. Sedangkan, isu ekonomi diperuntukkan bagi pemerintah dan kelompok masyarakat yang terkena dampak 111 regulasi secara langsung, yaitu petani tembakau, pedagang asongan, seniman, dan buruh pabrik. Tujuannya, dengan isu ini kelompok masyarakat tersebut dapat ikut serta melakukan berbagai aksi bersama Komunitas Kretek agar dapat mendorong pemerintah mencabut PP 109/2012. Komunitas Kretek sudah tepat mengangkat ketiga isu tersebut, karena ketiganya sangat dekat dengan konteks sosial yang ada di masyarakat saat ini. Perwujudan visi dan misi Komunitas Kretek dalam melakukan advokasi terhadap kebijakan PP 109/2012 juga tidak akan terwujud tanpa adanya implementasi atau pelaksanaan strategi komunikasi yang tepat. Dalam kasus ini, Komunitas Kretek telah melakukan empat strategi tindakan komunikasi dalam upaya advokasi, yaitu strategi kerjasama, persuasi, perlawanan dan strategi litigasi. Strategi kerjasama dilakukan melalui pendekatan dengan para petani, tokoh masyarakat, organisasi dan akademisi. Strategi persuasi diimplementasikan melalui kampanye media, diskusi, seminar, talkshow dan temu bareng. Strategi perlawanan dilakukan dengan cara aksi demonstrasi yang diikuti oleh para petani, pedagang, buruh beserta organisasi pendukung dan Komunitas Kretek. Sedangkan, strategi litigasi belum sepenuhnya diterapkan oleh Komunitas Kretek. Taktik yang dilakukan hanya tiga, audiensi, lobbying politik dan pengajuan RUU pertembakauan, sedangkan Komunitas Kretek belum melakukan executive review dan legislative review yang mana keduanya merupakan kunci untuk mencabut sebuah regulasi. Sebagai upaya yang lain, Komunitas Kretek mengajukan RUU pertembakauan kepada DPR-RI yang dipersepsikan sebagai sebuah taktik yang cerdas, karena dengan disahkannya RUU tersebut secara otomatis akan meruntuhkan PP 109/2012 dan pasal dalam UU kesehatan tentang tembakau sekaligus. Akan tetapi, pengajuan regulasi tertinggi ini kurang tepat dilakukan karena sulit untuk disahkan mengingat Komunitas Kretek belum mendapat suara mayoritas di legislatif. Secara keseluruhan, melalui berbagai strategi dan taktik komunikasi, Komunitas Kretek telah berhasil mengubah persepsi masyarakat tentang rokok, kretek dan regulasi yang mengekang banyak kelompok masyarakat. Meskipun Komunitas Kretek belum berhasil mendapatkan suara mayoritas, paling tidak kini 112 masyarakat tidak hanya menilai rokok dari satu sudut pandang saja, tetapi masyarakat telah mendapatkan alternatif pilihan untuk dapat berpikir kritis. B. Saran Strategi advokasi dalam kajian komunikasi ini masih menyisakan ranah telaah yang luas. Penelitian ini telah memberikan penekanan pada ranah medium advokasi dalam implementasi strategi komunikasi. Perkembangan isu kebijakan PP 109/2012 dalam ranah kajian strategi advokasi masih menarik untuk diteliti dengan perspektif dan perhatian ranah komunikasi yang berbeda. Ranah kajian pesan advokasi terhadap PP 109/2012, misalnya, dapat saya sarankan bagi penelitian selanjutnya. Hal ini tidak hanya membedah pesan-pesan advokasi dalam memperkaya pemahaman mengenai strategi advokasi namun juga membongkar isu dan konteks ekonomi politik dibalik pergerakan ini. Artinya, gerakan advokasi terhadap PP 109/2012 yang dilakukan oleh Komunitas Kretek tidak semata-mata menjunjung tinggi isu kedaulatan, tetapi ada kepentingan lain yang menaunginya.Komunitas Kretek menempatkan diri mereka sebagai kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi sikap nasionalis dan berkomitmen berjuang membela kedaulatan rakyat. Jika nasionalisme dipahami sebagai aliran yang mengedepankan pembelaan terhadap kepentingan bangsa atau rakyat, advokasi terhadap kebijakan ini justru terlihat memberi keuntungan kepada pihak lain, yaitu industri rokok. Dalam prakteknya, komunitas ini membela rakyat kecil, tetapi justru memberikan buah manis bagi pemodal. Selanjutnya, peneliti menyarankan untuk penelitian dalam ranah pesan tersebut dapat menggunakan metode studi kasus yang bersifat multiple case. Hal ini dikarenakan, advokasi terhadap PP 109/2012 sebenarnya sangat rancu karena tidak jelas korbannya. Isu budaya, isu kesehatan dan isu ekonomi yang diangkat komunitas kretek memiliki target sasaran yang menjadi korban PP 109/2012, tidak hanya petani tembakau tetapi juga pedagang asongan, seniman, budayawan, buruh pabrik, konsumen rokok bahkan masyarakat secara luas yang mana setiap target sasaran tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula. 113