BAB I

advertisement
1
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA
DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER
DI TIMUR TENGAH
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan
memperoleh gelar sarjana S1 Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Nofan Herawan
NIM:040200173
Departemen Hukum Internasional
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
2
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA
DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER
DI TIMUR TENGAH
Oleh;
Nofan Herawan
N I M: 040200173
Disetujui dan di sahkan oleh :
Ketua jurusan
Sutiarnoto MS,.SH.M.Hum
NIP : 131321616
Dosen pembimbing I
Prof.DR.Suhaidi.SH.MH
NIP.131762432
Dosen pembimbing II
Chairul Bariah.SH.MHum
NIP.131570464
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
3
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah – Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam tak lupa
penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan
dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh
Nur Iman dan Islam
Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami
kesulitan – kesulitan dan hambatan – hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta
petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kelemahan serta
kekurangan – kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan
serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik yang telah
memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
2. Bapak Sutiarnoto MS, SH, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
4
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I dan sebagai
Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.
4. Ibu Chairul Bariah, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II atas perhatian
dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi.
5. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM., sebagai Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum USU.
6. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum USU.
7. Bapak Arif, SH, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara.
8. Bapak Dr. Jelly L, SH, M.Hum, Ibu Rosmi Hasibuan, SH, Bapak Abdul
Rahman, SH, M.Hum, serta seluruh dosen mata kuliah Jurusan Hukum
Internasional.
9. Seluruh staf Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas
Sumatera Utara.
10. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik dan membina penulis selama masa perkuliahan.
11. Ayahanda H.Affan Mukti SH.MHum dan Ibunda Dra. Hj. Lisna Herawati.
tercinta, sembah sujud ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang
yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan
mendidik ananda hingga ananda dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi,
serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dorongan semangat kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
5
12. adiku semata wayang yang sering ngerepotin Kartika “Thice” Sari A
13. Sepupu-sepupuku : Alfareza “ebonk Cabul”Rosyadi Lubis SH. Terimakasi
atas bimbinganya bro luv uuu, Kak Windy “Mama Raffi”, Andri Utama
Siregar, Mona, S.KM, Gendhis DM, S.Ked, Roni, Niki Lioni, SE, Meilita
Jamilah “Dek Milah” dan seluruhnya yang tidak dapat Penulis sebutkan
satu persatu.
14. Teman – teman Angkatan 2004, Haris aka bie2r Fuad aka pudel chihuahua
hua, Dedi Bugsy, Ibam Kuda, Shandi “cabul”Izhandri SH Ilmi “Idol”,Desi
“Echie” Putri “PRS”, Citra Srg, Thyas, Erni, Dara Tur., Sabtia, Sri Azora
K, Taufik Umar Lbs, Shinta M, Rizky Marlina Lbs, Putri DTS, (Thanx 4
everything, Mbuls…)tanpa terkecuali, atas semuanya yang telah penulis dapatkan
selama masa perkuliahan.dan seluruh teman – teman di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara..
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan
bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat walaupun penulis menyadari
bahwa skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan.
Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya bagi kita semua.
Amin Ya Robbalalamin.
Medan, 27 November 2007
Penulis
(Nofan Herawan)
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
6
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA
DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER
DI TIMUR TENGAH
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................................i
ABSTRAKSI......................................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Perumusan masalah ............................................................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
E Keaslian Penelitian............................................................................................10
F Tinjauan kepustakaan........................................................................................11
G. Metode Penelitian.............................................................................................12
H. Sistematika penulisan........................................................................................13
BAB II: TINJAUAN HUKUM HUMANITER.................................................................16
A. Pengertian Hukum Humaniter.........................................................................16
B. Sejarah dan perkembanganya ..........................................................................23
C. Prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter........................................................29
D. Sumber-sumber Hukum Humaniter ................................................................31
E. Konvensi konvensi senjata konvensional tertentu...........................................36
BAB III: PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLlCT DI TIMUR
TENGAH...........................................................................................................................42
A. Defenisi bom cluster........................................................................................42
• Sejarah penggunaan Bom Cluster..........................................................42
• Jenis jenis Bom Cluster. ........................................................................44
• Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan
Bom Cluster….......................................................................................51
B. Penggunaan Bom Cluster dalam konflik bersenjata di Timur Tengah............53
• Penggunaan Bom Cluster oleh Israel.....................................................54
• Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk......................................56
BAB IV ; BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN
HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH...............................................................58
A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi
konvensi lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain
conventional weapon). ....................................................................................59
B. Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil.......................60
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
7
C. Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan,pembuatan dan
pengembangan Bom Cluster............................................................................63
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan Saran........................................................................................65
Daftar pustaka ....................................................................................................68
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
8
ABSTRAKSI
Manusia tidak akan pernah luput dari permasalahan dan konflik selama mnusia
tersebut masih berfikir dan terus berfikir maka konflik tersebut akan tetap ada dalam diri
manusia dan konflik tersebut berujung kepada peperangaan dan yang seperti kita ketahui
seiring dengan perkembangan umat manusia pasti selalu di iringi dengan peperangan.
Seiring dengan berkembangnya umat manusia maka semakin berkembang pula cara cara
merumuskan tata cara berperang dan alat alat yang di pergunakan.
Di mulai dari pada saat manusia berperang menggunakan batu sampai sekarang
yang menggunakan senjata senjata canggih yang kian mematikan. Di samping
perkembangan akan persenjataan yang makin moderen maka muncul pula peraturan
peratura yang menyeimbangi dari pernggunaan suatu alat persenjataan seperti halnya
penggunaan bom cluster di mana senjata ini di kliam sebagai salah satu senjata tercanggih
yang dapat memininalisir korban sipil dalam perang namun dalam kenyataanya malah
senjata ini yang menyebabkan banyaknya korban sipil dalam perang.. di lain pihak
peraturan mengenai bom tersebut secara khusus belumlah ada secara terperinci sehingga
banyak Negara di dunia yang masih menggunakannya sampai pada saat ini. Kita dapat
melihat contoh di daerah Irak, Lebanon selatan dan Afghanistan di mana daerah tersebut
di pakai sebagai ladang uji coba akan senjata tersebut.
Namun di satu sisi pengembangan akan senjata konvensional tersebut tidaklah
di barengi dengan perkembangan hukum humaniter yang memadai hal ini dapat kita lihat
dengan penggunaan bom cluster, dimana sampai sekarang masih kontroversial ada
berbagai pendapat yang beranggapan bahwa senjata tersebut bukanlah salah satu
inhumans weapon atau senjata yang tidak berprikemanusiaan namun faktanya di
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
9
lapangan penggunaan bom tersebut jauh lebih berbahya di bandingkan dengan
penggunaan ranjau darat.
Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa
penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait
dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar
biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk
dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan
sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak.
Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom
tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom
tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang
dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut
Di lain pihak, sanksi sanksi yang ada belumlah secara khusus membahas tentang
penggunaan akan bom cluster tersebut sehingga di perlukanlah suatu peraturan baru yang
khusus membahas tentang penggunaan bom tersebut karena dari fakta yang ada di
lapangan bahwa bom cluster tersebut sudah tergolong dalam senjata yang tidak
berprikemanusiaan atau Inhumans Weapon dan penggunaanya merupakan salah satu dari
pelanggaran terhadap kemanusiaan.dan sampai sekarang sanksi yang dapat di terapkan
ialah melalui pendekatan peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang dan konflik bersenjata dari zaman ke zaman sudah menjadi suatu hal
yang biasa bagi peradaban umat manusia karena selama masih adanya perbedaan
perbedaan diantara manusia maka perang tersebut akan tetap ada. Ini dapat di lihat dari
sejarah peradaban manusia dari awal sampai dengan sekarang.
Pada saat zaman yunani romawi perang merupakan suatu alasan untuk mencari
kemenangan, kehormatan dan kejayaan bagi negara yang juga merupakan cara untuk
menyebarkan pengaruh. Hal tersebut menjadi alasan orang untuk memulai peperangan.
Pada saat masuknya ajaran samawi ke umat manusia alasan manusia untuk berperang
kian bertambah dan serta merta menciptakan metode metode perang yang baru di mana
menyangkut aturan aturan yang sudah menjadi kebiasaan pada saat perang seperti Just
War 1 atau perang yang adil. Di dalam penerapannya dapat kita lihat di dalam peristiwa
perang salib I dan II dimana perlindungan terhadap tawanan perang sudah menjadi
kebiasaan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi manusia berusaha untuk
menciptakan dan mengembangkan alat-alat pembunuh. Bermula dari yang berupa kayu
dan batu sampai dengan menggunakan senjata api. manusia pun juga
mengembangkan senjata senjata yang mampu membunuh secara massal
berusaha
contoh
pembuatan trebuchet atau yang lebih di kenal dengan altileri kuno abad pertengahan
1
Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta 1999, hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
11
yang di gunakan untuk menghantam kota kota Negara yang berperang bahkan Negara
turki pada masa perang salib mampu membuat senjata penyembur api.
Dilain
pihak penggunaan senjata senjata tersebut juga di gunakan untuk
menjatuhkan moral tentara musuh hal tersebut terus berkembang pada sampai saat ini di
mana pelombaan senjata di gunakan untuk menjatuhkan moral musuh. Dibalik itu semua
adakah hukum yang mengatur tentang hukum perang dan tentang senjata senjata yang di
larang dalam perang.?
Hukum perang sudah di kenal pada saat zaman romawi yang sebut dengan
statuta roma. Statuta roma juga mnyebutkan aturan aturan tentang perlindungan rakyat
sipil di mana bahwa
apabila terjadinya suatu konflik maka para tentara tidak di
perbolehkan untuk menyerang warga sipil apabila ia bukan merupakan seorang partisan .
Dan di dalam ajaran Islam tepatnya lagi di dalam Al Quran juga menyebutkan
bahwa di mana apabila di dalam terjadinya keadaan perang maka orang tua ,wanita dan
anak - anak wajib di lindungi terlebih dahulu dan tidak boleh di sakiti dan kedua hal
tersebut telah menjadi pedoman bagi Negara Negara yang ada di dunia pada saat itu.
Namun pada masa itu belum ada suatu perangkat peraturan yang mengatur tentang
perang dan senjata senjata apa yang dilarang dalam perang.
Pengarturan pelarangan penggunaan senjata senjata tertentu sama sekali belum
pernah di buat secara terperinci sampai pada abad ke 19 Hal ini di karenakan perangkat
perangkat pendukung seperti lembaga Henry Dunant yang mencetuskan tentang Palang
merah Internasional belum terbentuk. Setelah terbentuknya lembaga ini dan juga di
dukung oleh metode metode peperangan yang baru maka barulah di buat peraturan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
12
tentang pelarangan penggunaan senjata tertentu.seperti Declaration of St. Petersburg
1868, Hague Convention dan konvensi konvensi lainnya .
Perkembangan Hukum Internasional juga semakin berkembang
seiring
perkembangan metode peperangan yang baru seperti azas peperangan di darat oleh Lieber
yang di kenal dengan Lieber Code dan teknologi senjata baru yang kian mematikan dan
berbahaya dimana banyak terdapat senjata senjata inhuman weapons atau senjata senjata
yang tidak berprikemanusiaan dan yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan
dan penghancuran yang berlabihan.
Perang sampai kapan pun akan terus menimbulkan penderitaan terutama bagi
rakyat sipil hal ini terus terjadi dari masa kemasa di mana collateral damage dalam
perang tidak dapat di hindari lagi . tetapi bagaimana caranya
untuk meminimalisir
korban sipil dalam perang itulah berbagai alasan mengapa perlunya pengaturan tentang
senjata senjata apa saja yang di perbolehkan dalam perang mengingat untuk
meminimalisir korban sipil dalam perang
Peperangan yang terjadi pada abad ke 20 dengan abad sebelumnya praktis
berbeda jauh, dimana perang di nilai merupakan menjadi sarana tunggangan politik
penguasa untuk mencapai keinginannya dan ambisi untuk menyebarkan pengaruh
keseluruh dunia. Hal ini dapat kita lihat
pada akhir perang dunia ke dua dimana para
adidaya ussr dan amerika serta sekutunya menanamkan pengaruh mereka di Negara
Negara yang mereka kalahkan.
Bukti akan hal tersebut ini dapat kita lihat dengan kekalahan Jerman pada
perang dunia ke II di mana Jerman terbagi akan dua dengan paham yang berbeda yaitu
Jerman Barat dengan liberalis yang di usung oleh Amerika dan Jerman Timur dengan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
13
paham sosialis komunis yang di usung oleh Rusia hal ini meyakinkan kita bahwa Negara
yang kalah mau tidak mau harus mengikuti alur politik dan paham yang di anut oleh
Negara penakluk.
Dan hal ini sejalan dengan pendapat “Karl Von clausewitz 2 yang menyebutkan
bahwa perang bukanlah semata mata merupakan suatu tindakan politik melainkan
merupakan suatu instrumen politik untuk pencapaian pencapaian tujuan tujuan
tertentu”. Seperti halnya akan kepentingan politik bahwa maksud tertentu dan agenda
tertentu dapat kita lihat pada invasi amerika ke irak pada tanggal 20 maret 2003 di mana
terdapat agenda agenda tersembunyi di dalam perang tersebut. Di mana dengan tanpa
mandat PBB Amerika menginvasi Irak yang merupakan pelanggaran piagam Nuremberg
dengan
dalih
pengembangan
senjata
pemusnah
massal
(Weapon
of
Mass
Destruction(WMD) ) yang tidak dapat di buktikan oleh AS. Ironis dengan apa yang
dilakukan AS terhadap sekutu dekatnya di daerah Timur Tengah yaitu Israel yang
terbukti memiliki ratusan bahkan ribuan senjata senjata yang berbahaya bagi
kemanusiaan dan lingkungan.
Seperti yang kita ketahui warisan dari perang dingin ialah munculnya senjata
senjata baru yang lebih mematikan dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup
manusia dimana pembuatan akan senjata senjata tersebut di buat tanpa adanya
pengawasan yang tegas oleh PBB seperti halnya bom bom gas, bakteriologi dan nuklir
serta senjata senjata konvensional lainya yang menyebabkan penderitaan yang
berkepanjangan. Walau pun telah ada peraturan peraturan tentang penggunaan senjata
2
.Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 Opcit. Hal 35
Hukum Internasional 2
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
14
tersebut seperti yang tercantum dalam konvensi konvensi dan traktat traktat yang telah
ada
Agresi AS ke iraq memang serta merta melanggar kaedah kaedah dan peraturan
peraturan hukum internasional dan mencoreng kredibilitas PBB karena perang tersebut
bukanlah merupakan untuk membela diri hal ini bertentang dengan prinsip keputusan
pengadilan Nuremberg dan Tokyo di mana bahwa tindakan tindakan perencaan persiapan
prakarsa dan penyulutan perang ataupun agresi yang melanggar Traktat Traktat
Internasional merupakan suatu kejahatan internasional dan melibatkan individu individu
yang menggerakan peperangan itu sesuai yang tercantum di dalam Briand Kellog pact
atau Paris Pact tahun 1928
Dan yang lebih parahnya lagi AS dalam invasinya ke Irak menggelar seluruh
aramada perangnya baik dari darat laut dan udara untuk menjadikan Irak tempat uji coba
senjata senjata canggihnya .Tak tanggung tanggung total biaya milyaran dollar di
curahkan untuk menggelar “Operation Iraqi Freedom 3”yang nota bene hanyalah sebagai
sarana ladang pembantaian AS setelah Vietnam.
Dalam operasi militer ini Amerika mengerahkan seluruh arsenal konvensional
mereka termasuk senjata pemusnah masal konvensional seperti bom pintar JDAM(joint
direct attack munition ),BLU-828 Daisy cutter, BGM 109 Tomahawk, MOAB(massive
ordinance air blast)dan BLU-97/B Cluster Bomb 4. Semua arsenal tadi merupakan
ancaman yang sangat serius apa bila terjadi salah sasaran dan mengenai rakyat sipil yang
3
4
Sontani, Roni, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII:’Perang Irak gelar senjata pemusnah AS”hal.18.
Aviantara, Dodi, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII’Sang Penebar Maut’.hal..20-21
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
15
tak berdosa dan hal yang di takutkan tersebut terjadi sampai saat detik ini di negeri 1001
malam tersebut.
Seperti yang kita ketahui dalam Protocol Tambahan dalam Konvensi Jenewa 19495
yaitu
1. protocol I tentang non-detectable fragments
2. protocol II tentang prohibition or restriction on use of mines bobby trap and other
device
3. protocol III tentang prohibition or restriction on the use of incendiary weapons.
Protkol ini menyatakan secara tegas menentang penggunaan senjata senjata
yang termasuk di dalam katagori protocol tersebut dan pada point III juga menambahkan
bahwa larangan penggunaan senjata dan metode peperangan atau armed conflict yang
menyebabkan kerusakan hebat dan yang tidak selayaknya dan menambahkan suatu
larangan tersebut penggunaan metode metode atau cara yang di maksudkan atau di
harapkan akan menimbulkan kerusakan luas berjangka waktu lama dan dahsyat terhadap
lingkungan alam (pasal 35)
Diantara jenis bom yang di gunakan oleh AS yang paling berbahaya BLU –
97/B Cluster munitions karena merupakan salah satu bom yang paling berbahaya.bagi
kemanuisiaan mengapa bom tersebut di katagorikan sebagai ancaman bagi kemanusiaan
.karena bom tersebut bersifat multi fungsi dan bentuknya yang tersamar samara sehingga
sulit di bedakan 6.
5
6
add protocol Geneva convention 1977
http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
16
Bom cluster ini apabila di jatuhkan maka pada ketinggian tertentu antara 300
sampai dengan 3000 kaki maka ia akan pecah menjadi beberapa bagian bagian bom yang
ukuranya sangat kecil namun memtikan. Secara teorinya bom tersebut akan meledak
apabila mencapai tanah namun di dalam kenyataanya hanya lima persen saja yang
meledak apabila menyentuh tanah dan bom bom kecil yang tidak meledak tadi akan
beralih fungsi menjadi ranjau. Hal tersebut merupakan manjadi ancaman yang sangat
serius bagi rakyat sipil .Ini terbukti dengan laporan bahwa kematian sipil dalam perang
Irak tahun 2003 salah satunya berasal dari Bom ini. Apalagi AS dan sekutunya
mengunakan bom ini untuk menghantam sasaran militer yang terletak di kota seperti
Baghdad yang padat penduduk.
Tak hanya Iraq, rakyat sipil Lebanon juga merasakan dampak dari penggunaan
bom tersebut dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hizzbullah tahun 2006 lalu.
Walaupun konflik antara Lebanon dan Hizzbullah telah usai untuk saat ini tetapi bahaya
yang di timbulkan dari konflik tersebut masih menghantui warga sipil Lebanon. Ini
karena sisa sisa dari bom cluster yang tidak meledak yang di jatuhkan oleh pesawat
tempur F-16 Israel beralih fungsi menjadi ranjau darat yang bentuknya tersamarkan
sehingga tidak dapat di deteksi secara nyata
Atas dasar inilah perlu adanya diadakan suatu regulasi baru yang mengikat
untuk melindungi rakyat sipil dari ancaman penggunaan senjata senjata berbahaya seperti
bom ini dengan di bentuknya lembaga Arms control. Arms control merujuk pada suatu
tindakan pengaturan yang di akui hanya dalam hal hal arahan arahan khusus mengenai
penyebaran , penghapusan, pengurangan atau pembatasan dan larangan pembuatan
beberapa jenis senjata tertentu berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari arms control ini
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
17
adalah unutk memulihkan keseimbangan .penagkalan atau untuk mengurangi resiko
resiko jatuhnya korban sipil dalam perang dengan jumlah yang sangat banyak.
Ini juga di perkuat dengan instrument Hukum Humaniter yaitu tiga Protocol
tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 yakni Protokol I, II dan III yang melarang
penggunaan penggunaan senjata senjata yang akibatnya mencelakai dengan pecahan
pecahan , ujung yang tidak dapat di deteksi dan juga masalah pengguaan dalam ranjau
dalam perang .
Namun di dalam konflik bersenjata hanya sebahagian saja yang efektif dari
peraturan ini.Seorang pakar bernama W.J Fenrick 7 dalam tulisanya “new developments
in the concerting the use of conventional weapons in armed conflict”menyebutkan bahwa
konvensi dan protocol tambahan tersebut memiliki sedikit dampak terhadap penggunaan
efektif senjata-senjata konvensional modern. Seperti halnya penggunaan bom cluster oleh
AS Israel dan negara negara lainya yang masih menggunakan bom tersebut, mengingat
dampak yang di timbulkan dari penggunaan tersebut dapat membahayakan rakyat sipil
B.Rumusan Masalah
Pandangan dari sumber sumber Hukum Humaniter dan hukum Internasional
tentang penggunaan senjata senjata berbahaya atau inhuman weapons ?
1. Apakah Bom Cluster dapat di katagorikan sebagai Inhumans Weapon ?
2. Apakah penggunaan bom cluster termasuk dalam kejahatan terhadap
kemanusiaan ?
Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta 2005.Opcit hal4
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
18
3. Sanksi sanksi apa saja yang dapat di jatuhkan kepada negara negara
yang memproduksi dan menggunakan bom cluster tersebut terkait
dengan pelanggaran konvensi konvensi tentang penggunaan senjata
konvensional tertentu?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian umum, latar belakang, serta sumber sumber
umum dari Hukum Humaniter dan hukum internasional tentang penggunaan bom cluster
sehingga bom cluster dapat di kategorikan sebagai senjata inhumans weapon atau tidak..
2.. Untuk mengetahui apakah penggunaan bom cluster dapat di katagorikan
sebagai pelanggaran atas kemanusiaan.
3. Untuk mengetahui sanksi-sanksi yang dapat di jauthkan kepada negara negara
produsen dan pengguna dari Bom Cluster serta penanggulannya pasca konflik.
D. Manfaat Penelitian
Dalam skripsi ini manfaatnya ialah membuat kita sadar akan berbagai jenis
pelanggaran yang di lakukan dengan menggunakan senjata konvensional dan tidak
terpaku hanya pelanggaran kemanusiaan dengan menggunakan senjata biologis. Di lain
pihak dengan seiring perkembangan zaman yang moderen diharapkan kita para
mahasiswa dapat lebih peka untuk menilai akan sesuatu hal yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap kemanusiaan tertutama tentang perkembangan senjata konvensional
yang sekarang ini perkembangannya daya hancur dan efeknya hampir sama dengan bom
nuklir atau senjata biologis lainnya
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
19
D1.Manfaat Teoritis
Di dalam penelitian ini manfaat teoritis yang dapat kita ambil ialah bahwa
pengguanaan akan bom cluster adalah suatu hal yang baru dan merupakan salah satu dari
penggunaan senjata konvensional yang berbahaya. Ini juga menjadi menambah wawasan
dan pengetahuan khususnya di bidang Hukum Internasional khususnya mengenai
Humaniter dimana perkembangan senjata konvensional saat ini sudah sangat
memprihatinkan sehingga perlu untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan
senjata konvensional. Penelitian ini juga berguna bagi para pakar Hukum Internasional
khususnya Hukum Humaniter dalam merumuskan suatu perangkat hukum baru di bidang
Humaniter
D.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai pedoman awal bagi para
pembaca dan ahli militer dalam menerapkan suatu peralatan persenjataan di mana
perkembangan akan senjata konvensional yang kian dinamis dan berkembang secara
pesat yang membutuhkan kepekaan atas permasalahan penggunaan bom cluster ini. Hal
ini di karenakan penggunaan akan bom ini dilapangan masih terbilang tergolong baru dan
merupakan senjata yang kontroversial dan juga menjadi satu tolak ukur awal di dalam
penerapannya terkait pelanggaran akan kemanusiaan yang di akibatkan oleh penggunaan
bom tersebut di lapangan..
E. Keaslian Penelitian
Dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul tersebut di karenakan
bahwa penggunaan bom cluster ialah merupakan salah satu alat persenjataan moderen
yang merupakan salah satu senjata konvensional yang sangat berbahaya terhadap
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
20
kemanusiaan. Adapun penulis mengambil juduk tersebut di karenakan penggunaan akan
bom cluster tersebut merupakan hal yang baru dan belum ada yang membahas akan hal
ini di Fakultas Hukum Universits Sumatera Utara. Dan di dalam penulisan skripsi ini
penulin menggambil pembahasan tentang bom Cluster di karenakan Bom tersebut
merupakan salah satu senjata yang anti kemanusiaan. Dan adapun skripsi ini di buat ialah
untuk menambah wawasan serta ilmu bagi semua pembacanya.
F. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian ini di lakukan atas dasar latar belakang bahwa Bom Cluster Tersebut
penggunaanya masih baru dan terbilang kontroversial. Bom tersebut menjadi
kontroversial di karenakan sisterm kerjanya yang bisa berubah ubah yakni dari bom biasa
lalu pecah menjadi beberapa anak bom dan yang menjadi perhatian serius ialah bahwa
tidak semua anak bom tersebut meledak jika menyentuh tanah dan anak bom tersebut
beralih fungsi menjadi ranjau darat 8.
Seperti yang kita ketahui penggunaan akan ranjau darat telah dilarang hal ini
dapat kita lihat di dalam beberapa konvensi seperti Konvensi Jenewa Protokol Tambahan
tahun 1977 serta Konvensi PBB mengenai Senjata Konvensional Tertentu(UNCCWUnited Nation Convention on Certain Conventional Weapon) dimana penggunaan bom
tersenbut secara terang-terangan telah melanggar poin poin penting yang ada didalam
Konfensi tersebut yakni tentang penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan
yang tidak perlu, non detectable fragement, dan perusakan yang secara berlebihan 9.
8
9
http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28,
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
21
Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa
penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait
dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar
biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk
dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan
sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak 10.
Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom
tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom
tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang
dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut.
Di dalam penelitian ini walupun belum ada yang secara khusus membahas
peraturan tentang penggunaan bom cluster, penulis mengambil beberpa perangkat
peraturan yang mendekati dengan pelanggaran yang di akibatkan oleh penggunaan bom
cluster yaitu ;
1. Protocol of St.Petersburg 1868
2. Hague Convention 1899-1907
3. Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977
4. Convention of Certain Conventional Weapons 1980
5. Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use,
Stockpiling Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on
Their Destruction
10
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
22
6. Statuta Roma 1998
Dan penelitian ini juga menggambil sampel dari status dampak yang terjadi di
daerah Timur Tengah di mana penggunaan akan bom tersebut sangat sering di gunakan
dalam pertikaian yang ada di daerah tersebut data data yang di peroleh dari penelitian ini
di dapat melalui media elektronik,media cetak buku dan beberapa referensi dari buku
terkait mengenai senjata konvensioanal tertentu yaitu ;
1. Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai
Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968
2. Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar
Kusumaatmaja, Hukum
Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di
Indonesia,Bancipta Bandung;1980
3. Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977
4. The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National
Public Radio, Washington, D.C.;2007
5. Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju.
Bandung ;2003
6. Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional
Committee of The Red Cross, Jakarta 1999,
7. Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant
Institute, Geneva;1993
8. Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian
Law.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
23
Dalam skripsi ini penulis juga mendapatkan informasi sekitar bom cluster ini
dari sumber yang ada di dalam Departemen Luar Negeri.
G. Metode Penelitian.
Dalam menyelesaikan suatu penulisan karya ilmiah di pakai suatu metode
dalam menyimpulkan fakta fakta sebagai sarana penunjang ataupun sebagai landasan
teori suatu tulisan ilmiah . Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan
penelitian kepustakaan
atau library research yaitu dengan menggumpulkan
dan
mengambil dan mengambil bahan bahan dari teori teori maupun intisari dari tulisantulisan para ahli yang berkompeten di bidangnya yang tertuang dalam buku –buku yang
berupa karangan ilmiah artikel artikel di majalah maupun surat kabar ataupun tabloidtabloid. Penulis juga banyak mengambil dan memakai beberapa artikel artikel
dari
internet yang berhubungan dengan skripsi ini serta penulis juga mengambil atau memakai
konvensi konvensi yang bersifat internasional.
H.Sistematika penulisan.
Dalam menyusun skripsi ini penulis membaginya dalam 5 bab dimana setiap
bab memiliki sub-sub bab yang akan menguraikan secara rinci isi dari tulisan bab perbab
tersebut. Adapun sistematika bab perbab tersebut adalah :
Bab I di buat dengan judul pendahuluan di mana di bab ini penulis akan membuka apa
yang mendasari dari isi skripsi ini, untuk mengurainya penulis membagi dalam beberapa
sub bab yaitu :
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
24
E Keaslian penulisan
F Tinjauan kepustakaan
G. Metode Penelitian
H. Sistematika penulisan
Bab II di buat dengan judul Tinjauan umum hukum humaniter yang terdiri dari
4 sub bab yaitu :
A. Pengertian hukum humaniter.
B. Sejarah dan perkembangan hukum humaniter
C. Sumber sumber hukum humaniter
D. Mekanisasi penegakan hukum humaniter internasional
Bab III di buat dengan judul tinjauan umum tentang penggunaan bom cluster
dalam konflik di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu:
A.. Defenisi Bom Cluster.
1. Sejarah penggunaan bom cluster.
2. Jenis – jenis bom cluster
3. Negara-negara yang memproduksi dan menggembangkan bom
clustrer.
B. Penggunaan Bom Cluster di Timur – Tengah.
1. Penggunaan Bom Cluster oleh Israel
2. Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk
Bab IV Dibuat dengan
judul Penggunaan Bom Cluster Dan hubungannya
dengan pelanggara humaniter di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu:
A. Peraturan tentang penggunaan senjata senjata dalam perang yang di akui
oleh dunia.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
25
B. Dampak yang di akibatkan oleh bom cluster bagi rakyat sipil
C. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa tentang
penggunaan senjata berbahaya oleh AS dan Israel dalam konflik Timur
Tengah
Upaya upaya yang di lakukan oleh beberapa negara dalam pencegahan dan
penghapusan bom Cluster
Bab V di buat dengan tulisan : kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub
bab yaitu kesimpulan dan saran penulis untuk menutup skripsi ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM HUKUM HUMANITER
A. Pengertian Hukum Humaniter
Peperangan merupakan suatu fenomena yang telah ada sepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus diterima sebagai
sesuatu dari bagian kehidupan manusia di dunia ini, perang juga menunjukkan bahwa
telah terjadi suatu interaksi atau hubungan antara manusia di bumi ini.
Jika dilihat dari kacamata Hukum Internasional, perang juga merupakan salah
satu cara penyelesaian sengketa-sengketa Internasional. Menurut Hukum Internasional
ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu penyelesaian sengketa secara
damai (Pepaceful settlement of disupute) dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan
(Settlement of dispute by coercive means). 11
11
Fdillah Agus, Bentuk-bentuk sengketa bersenjata, dalam buku (Hukum Humaniter suatu perspektif,
editor Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee
of The Red Cross, Jakarta 1997, Hal 1.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
26
Suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai suatu keadaan perang, menurut
Fadillah Agus adalah apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :12
1
Adanya konflik yang menggunakan kekuatan bersenjata di suatu
wilayah.
2
Intensitas penggunaan kekuatan bersenjata cukup tinggi dan
terorganisir.
Istilah
atau
penyebutan Hukum Humaniter
atau
lengkapnya
disebut
Internasional Humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah Hukum
perang (Laws of War), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata
(Laws of Armed Conflict), yang akhirnya pada saat ini baisa dikenal dengan istilah
Hukum Humaniter.
G.P.H Haryomataram membagi Hukum Humaniter menjadi dua aturanaturan pokok, yaitu : 13
1.
Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai
untuk berperang (Hukum Den Haag / The Hague Laws).
2.
Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan
penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa / The Geneva
Laws).
Sedangkan
menurut
pendapat
ahli
lainnya
yaitu
Muchtar
Kusumaatmaja, 14
12
Ibid, Hal 3.
Haryomataram, Sekelumit Tentang Hukum Humaniter, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 1994,
Hal 1.
14
Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta 1999, hal 1
13
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
27
Hukum Perang itu dapat dibagi sebagai berikut:
1) Jus ad bellum, yaitu Hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal
bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan
bersenjata.
2) Jus in bello,
yaitu Hukum yang berlaku dalam perang, dan ini dibagi lagi
menjadi dua bagian yaitu:
a. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang (Conduct of War).
Bagian ini biasanya disebut The Hague Laws.
b. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban
perang. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws.
Sedangkan defenisi Hukum Humaniter Internasional yang diberikan oleh
F. Sugeng Istanto adalah keseluruhan ketentuan hukum, yang merupakan bagian dari
hukum internasional publik yang mengatur tingkah laku manusia dalam pertikaian
bersenjata yang didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan dengan tujuan melindungi
manusia. 15
Semula istilah-istilah yang sering dipergunakan adalah Hukum Perang.
Akan tetapi karena istilah perang tidak terlalu disukai, yang mungkin disebabkan oleh
trauma yang berkepanjangan akan perang dunia ke II yang telah menelan banyak korban,
baik itu pihak sipil maupun pihak militer, maka dilakukan upaya-upaya untuk
menghindarkan dan bahkan meniadakan perang. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut
antara lain melalui:
15
F. Sugeng Istanto, Penerapan Hukum Humaniter Internasional pada orang sipil dan perlindungannya
dalam pertikaian bersenjata. Makalah pada seminar Nasional tentang palang merah internasional dalaml
peritkaian bersenjata non-internasional, Ujung Pandang, 12-13 Maret 1979.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
28
Pembentukan LBB (Liga Bangsa-Bangsa)
Karena para anggota organisasi yang terdiri dari bangsa-bangsa yang ada dunia
ini sepakat untuk menjamin perdamaian dan keamanan, maka para anggota menerima
kewajiban untuk tidak memilih jalan perang, apabila mereka terlibat dalam suatu
permusuhan.
Pembentukan Kellog-Briand pact
Kellog-Briand Pact disebut juga dengan Paris Act 1928. Anggota-anggota dari
perjanjian ini menolak atau tidak mengakui perang sebagai alat ppolitik nasional dan
mereka sepakat akan mengubah hubungan mereka hanya dengan jalan damai.
Pengertian
Internasional
Armed
Conflict
Commentatary Konvensi Jenewa 1949, sebagai berikut:
16
dapat
diketemukan
dalam
any difference arising between
two states and leading to the intervention of members of the armed confilct within the
meaning of article two (2), even if one of the parties denies the existence of state of war.
It makes no difference how long the conflict lasts, or how much slaughter takes place.
Jika di dalam Konvensi Jenewa yang dikategorikan sebagai sengketa bersenjata
internasional adalah sengketa bersenjata yang terjadi antar negara, maka dalam Potocol I
(I0 Thn 1977 terdapat perkembangan yang menarik dimana CAR conflict juga termasuk
dalam sengketa bersenjata internasional. Adapun yang dimaksud dengan CAR Conflict
atau yang lebih dikenal dengan nama War of national Liberation, ini adalah fighting
against colonial domiration; alien occupation; and against racist regime. 17
16
Jean S. Pictet et. Al, Commentary II Geneva Convention, ICRC, Geneva, 1960, P. 28, seperti dikutip
oleh Fadillah Agus , Op. Cit Hal 4.
17
Pasal 1 ayat (4) Protokol I 1977.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
29
Dapat dikatakan bahwa ketentuan ini merupakan suatu perubahan yang
mendasar, dimana didalamnya yang tercakup sengketa bersenjata tidak hanya melibatkan
antar negara saja, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh suatu bangsa (peoples) yang
belum mempunyai atau belum memenuhi syarat-syarat sebagai suatu Negara.
Sikap
untuk
menghindari
peperangan
berpengaruh
dalam
perubahan
penggunaan istilah, sehingga mengakibatkan istilah Hukum Perang berubah menjadi
Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed Conflict). Mengenai hal ini Edward
Kossoy18 Berpendapat :
“ The term of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal
formulation, the older nation of war. On purely legal consideration the replacement for
war by ‘ Armed Conflict’ seems more justified and logical”
Istilah hukum sengketa bersenjata (Law of Armed Conflict) dapat dikatakan
sekarang ini sebagai pengganti Hukum perang (Law of War) banyak dipakai dalam
konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan kedua protocol tambahannya. Dalam perkembangan
selanjutnya, yaitu pada awal permulaan abad ke-20, diusahakan untuk mengatur cara-cara
berperang, yang isi dari konsepsi-konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asa kemanusiaan
(Humanity Principle).
Dengan adanya perkembangan baru ini, maka istilah Hukum sengketa
bersenjata mengalami perubahan lagi, yaitu dalam hal ini diganti dengan istilah Hukum
Humaniter Internasional yang berlaku dalam sengketa bersenjata atau biasa disebut
(International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict) dan sering juga
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
30
disebut Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Walaupun
memiliki istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama.
Dalam kajian kepustakaan Hukum Internasional istilah Hukum Humaniter
merupakan suatu istilah yang dianggap masih relatif baru, istilah ini baru lahir sekitar
tahun 1970-an, ditandai dengan diadakannya Conference of Government Exper on the
Reaffimation and Development in Armed Conflict pada tahun 1971. Selanjutnya pada
tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 1974, 1975, 1976, dan seperti 1977 diadakanlah suatu
konfrensi yang bertajuk Diplomatic Conference on the Reaffirmation and Development
of International Humanitarian Law Applicate in Armed Conflict.
Sebagai bidang kajian baru dalam wacana Hukum Internasional, maka terdapat
berbagai macam rumusan-rumusan atau defenisi mengenai Hukum Humaniter ini yang
dibuat oleh para pakar yang berkompeten dengan ruang lingkup Humaniter itu sendiri.
Rumusan-rumusan yang diberikan pada dasarnya hampir
sama namun beda
penyampaiannya saja, diantaranya :
Jean Pictet menyatakan bahwa 19 “International Humanitarian Law in the wide
sense is Constitutional legal provison, whether written and customary, ensuring respect
for individual and his well being”.
Lain pula halnya dengan Geza 20 yang merumuskan Hukum Humaniter
Internasional dalam defenisinya sendiri yaitu: “Part of the rules of public international
law which serve as the protection of individuals in time of armed conflict. Its place is
19
20
Pictet, The Principles of International Humanitarian Low, dalam Arlina Permana Sari, Ibid Hal 9
Geja Herzegh, Recent Problem Of Interntional Humanitarian Law, dalam Ibid.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
31
beside the norm of warfare it is closely related to them but must be clearly distinguish
from these its purpose and spirit being different”.
Sedangkan Muchtar Kusumaatmaja 21
Humaniter itu adalah :
mengemukakan bahwa Hukum
“Bagian dari hokum yang mengatur ketentuan-ketentuan
perlindungan korban perang, berlainan dengan hokum perang yang mengatur perang itu
sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri.
Ebsjorn Rosenbland, 22 merumuskan bahwa Hukum Humaniter Internasional
dengan mengadakan pembedaan antara:
The Law Of Armed Conflict, berhubungan dengan :
Permulaan dan berakhirnya pertikaian
Penduduk wilayah lawan
Hubungan pihak bertikai dengan negara netral
Sedangkan Law of Warfare, ini antara lain mencakup :
1. Metoda dan sarana perang
2. Status kombatan
3. Perlindungan yang sakit, tawanan perang dan rang sipil.
Panitia tetap (Pantap) Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan Perundangundangan merumuskan sebagai berikut 23 :
“ Hukum Humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan ketentuanketentuan Internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup Hukum
21
Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di
Indonesia, 1980, dalam Ibid.
22
Ibid, Hal 10
23
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
32
Perang dan Hak Asasi Manusia, bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap
harkat dan martabat seseorang”.
Dengan melihat, memperhatikan serta mencermati pengertian dari kesemua
defenisi-defenisi yang telah diungkap oleh para ahli diatas, maka rung lingkup dari
Hukum Humaniter dapatlah kita dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok
aliran luas, kelompok aliran tengah dan kelompok aliran sempit. Jean Pictet misalnya, ia
pada dasarnya penganut pengertian Hukum Humaniter dalam arti pengertian yang luas,
yaitu bahwa Hukum Humaniter mencakup baik Hukum Jenewa, Hukum Den Haag dan
Hak Asasi Manusia.
Sebaliknya dengan Geza Herzegh yang menganut aliran sempit, dimana
menurut pendapatnya Hukum Humaniter hanya menyangkut Hukum Jenewa. Sedangkan
Starke dan Haryomatoram yang defenisinya tidak diurai disini menganut aliran tengah
dimana mereka menyatakan bahwa Hukum Humaniter terdiri atas Hukum Jenewa dan
Hukum Den Haag 24.
B. Sejarah dan perkembangan Hukum Humaniter
Hampir tidak mungkin bagi siapa pun juga untuk memberi bukti dokumenter
kapan dan dimana aturan-aturan mengenai Hukum Humaniter ini pertama kali timbul,
dan tentunya akan lebih sulit lagi untuk menyebutkan “Pencipta” atau “penggagas” dari
Hukum Humaniter tersebut. Sekalipun dalam bentuknya yang sekarng relatif baru,
Hukum Humaniter Internasional atau Hukum Sengketa bersenjata, atau juga Hukum
Perang, memiliki suatu sejarah yang sangat panjang. Bahkan Hukum ini sama tuanya
24
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 22
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
33
dengan perang peradapan manusia, dan perang sama tuanya dengan kehidupan manusia
di bumi. 25
Sampai kepada bentuknya yang sekarang, Hukum Humaniter Internasional telah
mengalami perkembangan-perkembangan yng sangat penjang, dalam rentang waktu yang
sangat panjangitu telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk memanusiawikan
perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk memberikan perlindungan
kepada orang-oarang dari kekejaman perang dayan perlakuan semena-mena dari pihakpihak yang terlibat perang.
Upaya-upaya tersebut, yang sering sekali mengalami pasang surut, juga
mengalami hambatan-hambatan yang cukup berarti serta kesulitan-kesulitan sebagaimana
akan tergambar dalam uraian-uraian berikut ini. Disini penulis akan membagi periode
perkembangan Hukum Humaniter ke dalam beberapa era sebagai berikut;
B.1. Perkembangan Pada Zaman Kuno
Pada zaman atau masa peradapan ini para pemimpin militer baisanya
memerintahkan pasukan mereka untuk menyelematkan musuh yang tertangkap,
memperlakukan mereka dengan baik, kemudian juga menyelamatkan penduduk sipil
musuh dan pada waktu penghentian permusuhan makan pihak-pihak yang berperang
biasanya
bersepakat untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik. Sebelum
peperangan dimulai, maka kedua belah pihak akan saling memberi tanda peringatan
terlebih dahulu. Lalu untuk menghindari luka yang berlebihan maka ujung panah tidak
akan diarahkan ke hati. Dengan segera setelah ada yang terbunuh atau terluka,
25
Ibid hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
34
pertempuran akan berhenti selama 15 hari. Gencatan senjata semacam ini sangat
dihormati, sehingga para prajurit dikedua pihak ditarik dari medan pertempuran.
Juga dalam berbagai peradapan besar dalam rentang tahun 3000 s/d 1500 SM
upaya-upaya seperti itu berjalan terus, hal ini dikemukakan oleh Pictet, antara lain
sebagai berikut
26
:
Didalam adab dan kebiasaan Bangsa-bangsa Sumeria, perang sudah menjadi
semacam lembaga yang telah teroganisir tentang segala sesuatunya. Ini ditandai dengan
adanya pernyataan perang bila ingin atau telah disepakati untuk berperang, juga
dilakukan arbitrasi dalam masalah yang berkaitan dengan perang, serta memperlakukan
kekebalan bagi utusan musuh dan mengadakan perjanjian-perjanjian perdamaian.
Demikian juga dengan kebudayaan Mesir Kuno, sebagaimana yang disebutkan
dalam “Seven Works of True Mercy”, bahwa pada peperangan dimasa itu ada perintah
dari pimpinan militer untuk memberikan makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan
kepada pihak musuh, juga perintah untuk merawat musuh yang sakit, dan menguburkan
yang mati. Perintah lain yang dianggap terlalu klise adalah pada masa itu ada perintah
yang menyatakan “anda juga harus memberikan makanan kepada musuh anda”. Seorang
tamu, bahkan musuh pun tak boleh diganggu, demikian kira-kira prinsip mereka pada
masa itu.
Hampir serupa juga dengan yang terjadi pada bangsa Hittite, dalam melakukan
peperangan mereka benar-benar menggungkan cara-cara yang sangat manusiawi. Hukum
yang mereka miliki didasarkan atas keadilan dan integritas mereka. Mereka biasanya
26
Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.Henry Dunant Institute 1985
hal 7
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
35
menandatangani pernyataan atau traktat pada saat akan memulai peperangan. Para
penduduk yang menyerah, yang berasal dari kota, tidak diganggu. Kota-kota dimana para
penduduknya melakukan perlawanan akan di tindak secara tegas. Namun ini merupakan
pengecualian terhadap kota-kota yang dirusak dan penduduknya dibantai atau dijadikan
budak. Kemurahan hati mereka sangat jauh berbeda dengan bangsa Assiria yang juga
memiliki kekuatan saat itu, dimana bangsa ini terkenal dengan kekejamannya dalam
merebut kemenangan.
Sedangkan sistem perang pada peradapan di India sebagaimana yang tercantum
dalam syair kepahlawanan Mahabatra dan Undang-Undang Manu, 27 bahwa para Satria
dilarang untuk membunuh musuh cacat, yang sudah menyerah, dan yang luka-luka
sehingga harus dipulangkan kerumah mereka setelah diobati. Selain itu ada larangan
untuk mengarahkan senjata dengan sasaran menusuk ke hati juga tidak boleh
menggunakan panah beracun dan panah api, telah adanya pengaturan mengenai penyitaan
hak milik musuh dan syarat-syarat bagi penahanan para tawanan, juga mengenai
dilarangnya pernyataan tidak menyediakan tempat tinggal.
Sedangkan dalam espos sejarah peperangan di Indonesia pada masa lampau
dapat kita lihat beberapa kebiasaan nenek moyang kita dalam melaksanakan hukum
perang itu. Kebiasaan dan Hukum perang itu terbagi dalam beberapa periode yaitu :
Periode pra-sejarah, periode Klasik, dan periode Islam. Praktek dari kebiasaan dan
hukum perang yang dilakukan mereka biasanya tentang adanya suatu pernyataan perang
diantara pihak-pihak yang berperang. Kemudian tentang perlakuan terhadap tawanan
27
Kitab Undang-undang Manu merupakan kitab undang-undang tertua yang ada di India yang dipakai
sebagai dasar untuk melaksanakan hubungan dengan negara-negara lain, serta berisi cerita tentang saksi
yang akan dijatuhkan kepada seseorang yang tidak memiliki perintah Raja.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
36
perang, larangan untuk menjadikan wanita anak-anak sebagai sasaran perang, dan juga
tentang pengaturan untuk mengakhiri perang. Dalam sebuah prasasti yang ditemukan di
Sumatera Selatan (Prasasti Talang Tuo) misalnya, berisikan berita Raja yang memuat
tentang kutukan dan Ultimatum. Jadi bagi mereka yang melawan perintah Raja, akan
diserang oleh Bala tentara Raja. Begitu pula pada masa kerajaan Gowa diketahui
adalanya perintah raja yang memerintahkah memperlakukan tawanan perang dengan
baik.
B.2.
Perkembangan Pada Zaman Abad Pertengahan
Perkembangan Hukum Humaniter pada zaman abad pertengahan ini banyak
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari berbagai Agama. Dari agama Kristen, agama Islam,
juga dari ajaran-ajaran filosofi kesatrian.
Dalam agama Kristen diajarkan system perang yang menyumbangkan banyak ide
bagi terciptanya konsep “Perang yang Adil” atau Just War. Sedangkan dalam Islam
ajaran perang tercantum dalam Kitab suci agama Islam “Al-Quran” dimana didalam
surah AL-Baqarah: 190, 191, Surah Al-Anfal: 39, Surah Al-Taubah: 5, Surah Al-Haj: 39,
dijelaskan secara gamplang apa dan bagaimana kedudukan perang dalam Islam, dimana
secara garis besar dijelaskan bahwa dalam Islam perang itu dianggap sebagai suatu sarana
untuk membela diri, bukan untuk mencari musuh apalagi untuk unjuk kekuatan, perang
dalam Islam digunakan untuk menghancurkan kemungkaran yang ada. Sedangkan kalau
melihat dari prinsip filosofi kesatriaan yang berkembang pada zaman abad pertenghan
saat itu, kita dapat melihat bahwa bagaimana mereka membuat pengumuman perang dan
pelarangan penggunaan beberapa senjata yang dianggap tidak perlu.
B.3.
Perkembangan di Era Modern
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
37
Kemajuan mengenai Hukum Humaniter yang signifikan mulai terlihat pada
abad ke-18, terutama sekali setelah berakhirnya perang Napoleon. Perubahan besar
terjadi diantara tahun 1850 sampai pecahnya perang dunia I. disini praktek-praktek
Negara kemudian menjadi hukum dan kebiasaan bagi negara tersebut dalam berperang
(Jus in Bello 28).
Salah satu tonggak penting dalam perkembangan Hukum Humaniter ini adalah
dengan berdirinya Organisasi Palang Merah dan di tanda tanganinya Konvensi bersama
di Jenewa yang dikenal dengan Konvensi Jenewa pada tahun 1864. Pada waktu yang
hampir bersamaan di Amerika Serikat Presiden Abraham Lincoln meminta Lieber, yaitu
seorang pakar Hukum imigran Jerman, untuk menyusun suatu aturan dalam perang.
Hasilnya, lahirlah Instructions for Government of Armies of the United States atau disebut
juga Lieber Code, dan dipublikasikan pada tahun 1863. Kode lieber ini memuat semua
aturan-aturan secara rinci pada semua keadaan dan tahapan dalam perang darat, tindakantindakan perang yang benar, perlakuan terhadap sipil, perlakuan terhadap kelompok
orang-orang tertentu seperti tawanan perang, bagaimana penanganan mereka yang cedera
dan sebagainya.
Konvensi 1864, yaitu Konvensi bagi perbaikan keadaan tentara yang luka
ataupun cedera di medan peperangan, terutama perang darat. Konvensi 1864 dipandang
sebagai konvensi yang mempelopori lahirnya konvensi-konvensi Jenewa berikutnya yang
berkaitan dengan perlindungan korban perang. Konvensi ini merupakan langkah pertama
dalam mengkodifikasikan ketentuan perang didarat. Berdasarkan konvensi ini maka unitunit dan personil kesehatan bersifat netral, tidak boleh diserang dan tidak boleh dihalangi28
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 6
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
38
halangi dalam menjalankan tugasnya. Begitu pula masalah penduduk setempat yang
membantu pekerjaan kemanusiaan bagi yang luka dan mati baik kawan ataupun lawan
tidak boleh dihukum. Konvensi ini juga memperkenalkan tanda palang merah di atas
dasar putih sebagai tanda pengenal bagi bangunan-bangunan yang digunakan sebagai
posko kesehatan juga tanda pengenal bagi personil-personil kesehatan. Tanda palang
Merah diatas dasar putih inilah yang kemudian menjadi lambang dari palang merah
internasional atau International Committee of the Red Cross yang sebelumnya bernama
International Committee For the Aid of the Wounded,International Committee For the
Aid of the Wounded, yang didirikan oleh beberapa warga Jenewa dan Henry Dunant pada
tahun 1863.
Dengan demikian, tidak seperti pada masa-masa zaman sebelum ini yang terjadi
melalui proses hukum kebiasaan, maka pada masa ini perkembangan-perkembangan yang
sangat penting bagi hukum Humaniter Internasional, dikembangkan lewat atau melalui
Traktat-traktat umum yang ditandatangani oleh mayoritas Negara-negara anggota setelah
tahun 1850.
Setelah tahun 1850 telah banyak dihasilkan konvensi-konvensi yang merupakan
perkembangan dari Hukum Humaniter Internasional. Konvensi-konvensi ini tentunya
melibatkan banyak negara dengan maksud dan tujuan untuk lebih memanusiawikan
keadaan perang. Diantara konvensi-konvensi yang dibuat yang paling terkenal tentunya
Konvensi Den Haag sebagai hasil dari konfensi perdamaian I dan II dan tentunya
Konvensi Jenewa sendiri selain Konvensi-konvensi lainnya dibidang Hukum Humaniter.
C. Prinsip – Prinsip Dalam Hukum Humaniter
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
39
Dalam Hukum Humaniter Internasional juga dikenal adanya prinsipprinsip dasar, prinsip-prinsio dasar ini dituangkan dalam tiga azas utama yaitu 29:
1. Asas Kepentingan Militer (Military Necessity): berdasarkan asas ini
maka bagi pihak-pihak yang bersengketa dibenarkan dan diperbolehkan
untuk
menggunakan cara-cara kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan
yaitu keberhasilan dalam perang.
Dalam keadaan perang ada suatu keadaan tertentu yang dianggap sebagai
hukum itu sendiri, yaitu bahwa pemenang perang pastilah pehlawan perang. Pikiran ini
bertitik tolak dari kenyataan bahwa pihak-pihak yang bertikai dan melanjutkan pertikaian
tersebut dengan perang selalu beranggapan bahwa mereka ikut berperang dengan tujuan
dan cita-cita yang luhur, serta untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Hal ini
dianggap sebagai hal yang luhur untuk menjalankan tugas bela negara.
2, Asas Perikemanusiaan (Humanity) : berdasarkan
pihak-pihak
yang
bersengketa
diharuskan
untuk
asas ini maka
memperhatikan
nilai-nilai
perikemanusiaan, diman mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat
menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.
Hal ini dapat kita lihat seperti yang terdapat dalam Konvensi Jenewa
Tahun 1949 tentang perbaikan anggota angkatan perang yang luka atau sakit di medan
pertempuran darat, bahwa anggota angkatan perang dan orang-orang lain yang luka atau
sakit wajib dihormati dan dilindungi dalam segala bentuk keadaan, dan kepada mereka
wajib diperlakukan secara perikemanusiaaan dan dirawat oleh pihak-pihak yang
bersengketa dalam kekuasaan siapa mereka munngkin berada, tanpa perbedaaan yang
29
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 11
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
40
merugikan yang didasari oleh kelamin, suku, kebangsaan, agama, pendapat-pendapat
politik atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Khusus dalam perlakuan kepada wanita
harus diperlakuakan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis
kelamin mereka, kemudian asas yang terakhir yang merupakan prinsip dari Hukum
Humaniter adalah:
3. Asas Kesatriaan (Chivalry) : asaz ini mengandung arti bahwa di
dalam setiap peperangan, kejujuran adalah harus kita utamakan. Penggunaan alat-alat
yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat
dilarang.
Prinsip kesatriaan ini sesuai dengan konsep perang yang adil (Just War),
sebagaimana disebutkan di sebelumnya bahwa sebelum perang harus dilakukkan tahaptahap tertentu seperti pengumuman pernyataan perang dan lain-lain, serta tidak boleh ada
penggunaan senjata-senjata perusak syaraf dan senjata biologis serta senjata yang
mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu dan senjata yang menyebabkan kerusakan
yang berlebihan lainnya. Hal ini bakal lebih banyak dibicarakan oleh penulis pada bab
bab berikut karena berkenaan
dengan studi kasus Penggunaan Bom Cluster dalam
konflik di Timur Tengah, dimana bom tersebut merupakan salah satu senjata-senjata yang
jauh dari asas-asas kesatriaan ini.
Dalam penerapannya, ketiga asas tersebut dilaksanakan secara seimbang,
sebagaimana dikatakan oleh KUNZ:
“ Law of War, to be accepted and to be applied in practise must strike the
correct balance between, on the one hand the principle of humanity and chivalry, and on
the other hand, military interest”
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
41
Secara garis besar konvensi ini memberikan gambaran bagaimana pengaturan
tentang hak dan kewajiban Negara-negara netral dalam perang di laut. Dalam Konvensi
ini ditegaskan bahwa kedaulatan dari negara netral tidak hanya berlaku di wilayah
teritorial (wilayah darat) saja, namun juga berlaku bagi wilayah perairan negara-negar
netral. Para pihak yang bersenngketa tidak boleh (atau dilarang) melakukan tindakantindakan di dalam wilayah perairan negara netral yang dapat dikategorikan sebagai
tindakan yang melanggar kenetralan negara tersebut. 30
tindakan-tindakan itu dapat kita misalkan setiap tindakan permusuhan, termasuk
tindakan penangkapan dan pencarian yang dilakukan oleh kapal-kapal perang negara
yang bersenngketa diperairan negar netral, 31 maupun penggunaan pelabuhan dan perairan
netral oleh pihak yang berperang. 32
D. Sumber-sumber Hukum Humaniter.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Hukum Humaniter terdiri
dari Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag. Hukum Jenewa adalah hukum yang mengatur
masalah perlindungan terhadap korban perang, sedangkan Hukum Den Haag mengatur
mengenai cara dan alat-alat yang digunakan dalam berperang. Kedua ketentuan hukum
tersebut merupakan sumber Hukum Humaniter yang utama selain Konvensi-konvensi
lain yang telah disebutkan terdahulu.
D.1. Berdasarkan Konvensi Den Haag
Hukum Den Haag adalah merupakan suatu ketentuan Hukum Humaniter yang
mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan untuk berperang. Membicarakan
30
Pasal 1 Konvensi IV Den Haag 1907
Pasal 2 Konvensi IV Den Haag 1907
32
Pasal 5 Konvensi IV Den Haag 1907
31
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
42
Hukum Den Haag berarti kita akan membicarakan hasil-hasil Konferensi Perdamaian I
yang diadakan pada tahun 1899 dan Knferensi Perdamaian II yang diadakan pada tahun
1907.
D.1.a Konvensi Den Haag Tahun 1899
Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 adalah merupakan suatu hasil
Konferensi Perdamaian I di Den Haag (18 Mei – 29 Juli 1899). Konferensi ini adalah
merupakan prakarsa Tsar Alexander I, dimana sebelumnya Tsar Alexander I ini menemui
kegagalan dalam mewujudkan suatu konferensi Internasional di Brusel, Belgia pada
tahun 1874. Ide fundamental untuk menghidupkan lagi Konferensi Internasional yang
gagal itu adalah rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy Alliance tanggal 26 September
1815 antara Rusia, Austria dan Prussia).
Untuk melaksanakan kehendak Tsar Nicolas II itu maka pada tahun 1898
Menteri Luar Negri Rusia Count Mouravieff mengedarkan surat kepada semua Kepala
Perwakilan Negara-negara yang diakreditir di St.Petersburg berupa ajaran Tsar untuk
berusaha tetap mempertahankan perdamaian di dunia dan mengupayakan pengurangan
senjata.
Konferensi yang dimulai pada tanggal 20 Mei 1899 itu berlangsung selama 2
Bulan dan menghasilkan tiga Konvensi dan tiga Deklarasi tepatnya pada tanggal 29 Juli
1899.
Adapun ketiga Konvensi yang dihasilkan adalah :
1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional.
2. Konvensi II tentang Hukum dan kebiasaan Perang di darat.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
43
3. Konvensi III tentang Adaptasi Azas-azas Konvensi Jenewa tanggal 22
Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut.
Sedangkan ketiga Deklarasi yang dihasilkan adalah :
a. Melarang penggunaan Peluru-peluru dum-dum atau peluru-peluru yang
bungkusnya
tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat
pecah dan membesar dalam tubuh manusia.
b. Peluncuran Proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon,
selama jangka waktu lima tahun yang berakhir ditahun 1905 juga
dilarang.
c. Penggunaan Proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan
beracun juga dilarang.
D.1.b Konvensi Den Haag Tahun 1907
Konvensi-konvensi ini adalah merupakan hasil dari Konferensi Perdamaian ke
II sebagai kelanjutan dari Konferensi Perdamaian I pada tahun 1889 di Den Haag.
Konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh Konferensi oleh Perdamaian II di Den
Haag menghasilkan sejumlah Konvensi sebagai berikut :
1. Konvensi
I
tentang
Penyelesaian
Damai
dan
Persengketaan
Internasional;
2. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menurut
Pembayaran Hutang yang berasal dari perjanjian Perdata;
3. Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan;
4. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat dilengkapi
dengan peraturan Den Haag;
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
44
5. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Netral dalam Perang di darat;
6. Konvensi VI tentang status Kapal Dagang Musuh pada saat permulaan
peperangan;
7. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang;
8. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau otomatis didalam Laut;
9. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu Perang;
10. Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang
perang di laut;
11. Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan Hak
Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut;
12. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang sitaan;
13. Konvensi XIII tentang hak dan kewajiban negara netral dalam suat
peperangan di laut.
Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1907 mempunyai beberapa konvensi yang
penting untuk dipahami karena mempunyai korelasi dengan judul skripsi yang penulis
buat, ada beberapa konvensi yang kiranya perlu untuk penulis beberkan disini.
Dan konvensi yang di jadikan suatu bahasan dalam skripsi saya kali ini adalah,
Konvensi IV Den Haag 1907 yang berisi mengenai Hukum dan Kebiasaan perang di
darat yang judul asli Konvensinya adalah “Convention Respecting to the Laws and
Customs of War n Land” isi dari konvensi adalah merupakan penyempurnaan dari
Konvensi Den Haag 1899, yaitu Konvensi II Den Haag 1899 mengenai Hukum dan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
45
Kebiasaan perang didarat. Konvensi IV Den Haag 1907 ini, hanya terdiri dari 9 Pasal,
yang dilengkapi dengan lampiran yang disebut dengan Haque Regulation.
Beberapa pasal yang penting dari Konvensi IV tersebut adalah mengenai
Klausula Siomnes, dimana klausula ini terdapat dalam pasal 2 dari konvensi IV Den
Haag 1907, yang berbunyi bahwa konvensi hanya berlaku apabila kedua pihak yang
bertikai adalah pihak dalam konvensi, apabila salah satu pihak bukan peserta konvensi,
maka perturan dalam konvensi tidak dapat dikenakan kepadanya atau tidak dapat
diberlakukan padanya.
Satu lagi Konvensi yang dapat penulis urai disini adalah Konvensi XIII Den
Haag 1907, yang berjudul “Neutral Rights and Duties in Maritime War” Geneve
Convention Relative to the Protection Of the Civilian Person in Time of War;
Keempat Konvensi Jenewa tahun 1949 tersebut dalam tahun 1977 ditambahkan
lagi dengan protokol tambahan 1977, yakni yang disebut dengan:
Protocol Additional tio the Geneve Convention of 12 August 1949,and Relating
To the Protections of Vicrims of International Armed Conflict (Protocol I): dan Protocol
Additional to the Geneve Convention Of 12
August 1949, And Relating To the
Protections of Victims of Non International Armed Conflict (Protocol).
Protokol I maupun Protokol II tersebut di atas adalah merupakan tambahan dari
Konvensi- konvensi Jenewa 1949. Penambahan ini juga dimaksudkan sebagai
penyesuaian terhadap perkembangan pengertian sengketa bersenjata, juga mengenai
pentingnya perlindungan yang lebih lengkap bagi mereka yang menjadi korban luka,
sakit, maupu meninggal dan juga korban karam dalam suatu peperangan di laut, serta
antipasi terhadap perkembangan-perkembangan mengenai alat dan cara-cara berperang..
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
46
Protokol I tahun 1977 mengatur mengenai perlindungan-perlindungan korban
pertikaian bersenjata internasional, sedangakan protokol II mengatur mengenai korban
pertikaian bersenjata Non Internasional.
D.2
Berdasarkan Konvensi Jenewa
Konvensi Jenewa mengatur mengenai perlindungan-perlindungan terhadap
korban perang, yang terdiri atas beberapa perjanjian pokok. Perjanjian pokok itu adalah
terangkum dalam empat Konvensi Jenewa, yang masing- masing adalah:
1. Geneve Convention for the Amelioration of the Wounded And Sick in
Armed Forces in the field.
2. Geneve Convention For the Amelioration of the Condition of the
wounded and Sick and shipwrecked Members of Armed Forces At Sea.
3. Geneve Convention Relative to The Treatment of Prisoners of War;
E. Konvensi konvensi Senjata konvensional tertentu
Di samping peraturan yang ada di atas yang menjadi point penting tentang
skripsi ini ialah tentang peraturan senjata konvensional tertentu yang merupakan
pengembangan dari konvensi konvensi yang telah ada sebelumnya ini adalah beberapa
diantaranya
(United Nations Conference on the Prohibitions or Restriction of Use of Certain
Conventional Weapons Convention which may be deemed to be excessivelly injurious
or to have indiscriminate effects
Di dalam konvensi ini atau dengan singkatan CCW(certain conventional weapon)
convention ini mempunyai beberapa poin penting yakni ;
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
47
1.
Convention on Prohibitions or Restriction on the Use of Certain
Conventional Weapons Convention which may be deemed to be:
Excessivelly injurious or to have indiscriminate effects.
2.
Protocol on Non-Detecable Fragments (Protocol I).
3.
Protocol on Prohibitions or Restriction on the use of Mines, boobytraps and other devices (Protocol II).
4.
Protocol on Prohibitions or Restriction of Use of Icendiary Weapons
(Protocol III).
Selain itu pula konferensi tersebut menghasilkan sebuah Resolusi yakni,Resolution on
Small-Calibre Weapons Systems. Konvensi ini terdiri dari suatu preambul dan 11 buah
pasal dengan perincian sebagai berikut :
a.
Protokol I tentang "Pecahan yang tidak dapat dilihat" terdiri dari satu
pasal;
b.
Protokol II tentang "Ranjau, Booby-traps dan Alat lain" terdiri dari 9
pasal, dengan satu "Technical Annex".
c.
Protokol III tentang "Senjata Penyembur Api", terdiri dari dua pasal.
Dalam kaitannya dengan prinsip pemakaian senjata khususnya dalam Preambule
dapat kita jumpai beberapa butir ketentuan, antara lain:
a. Butir 3 tentang hak para pihak dalam konflik untuk memilih cara dan alat
berperang adalah tidak terbatas;
b. Butir 4 tentang dilarang menggunakan alat atau cara berperang yang dimaksudkan
untuk menimbulkan kerusakan luas untuk jangka waktu yang panjang.
Konvensi ini mempunyai ruang lingkup seperti yang tersebut dalam pasal 1, yaitu ;
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
48
a. dalam situasi seperti yang ditentukan dalam pasal 2 Konvensi Geneva 1949, Pasal
2 mengenai berlakunya konvensi-konvensi, dalam paragraf 1 menyatakan bahwa,
"Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diumumkan atau
setiap pertikaian bersenjata ("Armed Conflict") lainnya yang mungkin timbul
antara dua atau lebih pihak penandatangan, sekalipun keadaan perang tidak diakui
oleh salah satu di antara mereka" (AK, 1985 : 86).
b. dalam situasi yang ditentukan dalam pasal 1 ayat 4 Protokol tambahan I-1977,
Pasal ini menentukan kapan berlakunya pasal Protokol tersebut.
Protokol ini berlaku dalam setiap pertikaian senjata lainnya yang mungkin timbul
antara dua atau lebih Pihak Peserta Agung, sekalipun pendudukan tersebut tidak
menemui perlawanan bersenjata.
Protokol ini juga berlaku dalam keadaan yang
dinamakan War of National Liberation atau CAR Conflicts di mana suatu bangsa
(people) berjuang melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing, atau rejim rasialis,
dalam usaha mereka untuk mencapai kemerdekaan. Pasal 96 ayat 3 menentukan
bagaimana caranya agar perjuangan semacam itu dapat digolongkan sebagai War of
National Liberation maka "penguasa" (authority) dari bangsa itu harus mengeluarkan
suatu deklarasi yang bersifat unilateral, yang ditujukan kepada Pemerintah Federal
Switserland sebagai depositori, yang berisi pernyataan bahwa bangsa tersebut dalam
perjuangan itu akan tunduk/mengindahkan isi Protokol tersebut.
Khusus mengenai masalah pemakaian Bom Cluster pengaturannya melalui
pendekatan didalam Protokol ini yaitu dengan beberapa pasal yang mengaturnya. Sebagai
ruang lingkup berlakunya Protokol ini dapat dapat kita lihat dalam pasal 1 di mana
Protokol ini tidak berlaku bagi ranjau laut. Pada pasal 2 diatur beberapa pengertian
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
49
penting antara lain, ranjau boobytraps, alat-alat (devices) lain, obyek militer, obyek sipil
dan recording. Ranjau dirumuskan sebagai setiap munisi yang ditempatkan di bawah, di
atas tanah dan dibuat supaya, dapat diledakkan/meledak apabila didekati atau disentuh
oleh manusia atau kendaraan. Booby-traps adalah setiap alat atau material yang
dirancang, dibangun atau disesuaikan untuk membunuh atau melukai dan yang
bekerjanya secara tidak terduga apabila seseorang mengganggu (disturbs) atau
mendekati obyek yang tampaknya tidak berbahaya atau melaksanakan suatu perbuatan
yang tampaknya tidak membahayakan (apparently safe act)33.
Selain itu Protokol tersebut juga mengatur I tentang penggunaan ranjau yang
dipasang dari tempat jauh (remotely delivered mines). Penggunaan ranjau semacam itu
dilarang kecuali apabila ranjau semacam itu hanya dipakai di dalam wilayah yang
memang merupakan sasaran militer atau wilayah t yang berisi sasaran militer, dan:
a. lokasi dari ranjau tersebut dapat dicatat dengan teliti, atau
b. apabila dipakai suatu alat yang dapat mengamankan ranjau tersebut , yaitu suatu
alat yang dapat bekerja sendiri untuk menjinakkan senjata tersebut apabila senjata itu
sudah tidak berguna lagi dipandang dari kepentingan militer 34.
Selanjutnya terhadap pemakaian ranjau darat yang dlpasang dalam suatu lokasi harus
diadakan pencatatan (recording). Pencatatan ini diatur dalam pasal 7. Pencatatan ini
penting agar diketahui di mana terdapat medan ranjau supaya apabila perang telah usai
dan ranjau tersebut telah kehilangan arti militernya, ranjau dapat dijinakkan/diledakkan.
33
34
Haryomataram, 1994 : 122-123
ibid.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
50
Dengan demikian diharapkan tidak akan ada penduduk sipil yang tidak berdosa menjadi
korban meledaknya ranjau
Oleh karena itu, peranan komandan dalam memberikan suatu perintah sangat
penting. Antara yang diperintah dengan pemberi perintah (komandan) harus saling
memahami perintah yang diberikan terutama perintah yang berkaitan dengan pemasangan
ranjau darat di suatu lokasi tertentu agar tidak terjadi kerugian yang menimpa penduduk
sipil ataupun mengurangi efek ledakan ranjau tersebut. Hal ini terkait pula dengan
Protokol I dari Protokol Tambahan 1977.
Protokol I ini mengatur Konflik bersifat lnternasional Konflik Bersenjata yang
tidak Bersifat lnternasional (Non-International Armed Conflict). Untuk meningkatkan
perlindungan terhadap penduduk sipil Protokol I memuat beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan
oleh
para
Komandan/Perencana
Serangan
yang
bertujuan
untuk
memperkecil / membatasi korban di kalangan dalam konflik dan harus mengambil
tindakan yang seperlunya untuk mengurangi efek suatu serangan. Pada pasal 58
diatur tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi suatu efek serangan.
Dalam hal ini pihak-pihak dalam konflik harus berusaha sedapat mungkin:
a. Memindahkan penduduk sipil atau obyek sipil yang berada di sekitar obyek militer.
b. Mencegah penempatan obyek militer di antara/dekat dengan wilayah berpenduduk
padat .
Protokol II ini juga memuat aturan tentang kerjasama internasional dalam
memindahkanl menjinakkan medan ranjau-ranjau dan booby-traps. Hal ini diatur dalam
pasal 9 yang menyatakan bahwa, "Setelah permusuhan berakhir maka pihak-pihak dalam
konflik harus mengadakan perjanjian, apabila perlu dengan Negara Negara lain atau
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
51
organisasi internasional untuk mengatur usaha memindahkan/ menjinakkan medan
ranjau, ranjau atau booby-traps". Kerjasama dengan negaranegara lain dan organisasi
internasional ini perlu karena ada kemungkinan bahwa Pihak-pihak dalam konflik tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukan pembersihan itu.
BAB III
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLICT
DI TIMUR-TENGAH
A. DEFENISI BOM CLUSTER
Bom Cluster ialah sejenis bom yang di jatuhkan dari udara yang kenerjanya
mempunyai bebrapa bagian bagian kecil atau pecah menjadi bebrapa bagian apabila telah
di tembakan dari udara atau yang lebih di kenal dengan Bom Curah. Penggunaanya
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
52
sendiri bertujuan untuk membunuh pasukan musuh dan menghancurkan kendaraan
musuh.Bagian bagian kecil bom cluster yang telah di tembakan di udara biasanya di
gunakan untuk menghancurkan landasan udara ,menghancurkan sarana transmisi
elektronik, sebagai pengantar atau wadah dari senjata biologis dan kimia atau di gunakan
untuk menyebarkan ranjau darat.dan dari semua jenis jenis bom cluster tersebut telah di
produksi oleh beberapa Negara yang ada di dunia. Dalam pengembanganya bom ini
merupakan salah satu alat senjata konvensional yang di gunakan untuk meminimalisir
korban sipil 35.
A.1 Sejarah penggunaan Bom Cluster.
Bom cluster pertama sekali di gunakan dan di operasikan oleh pasukan tentara
Jerman pada perang dunia ke dua yaitu bom SD-2 Sprengbombe Dickwandig 2 kg, atau
yang lebih di kenal dengan butterfly bomb atau bom kupu-kupu. Sering di gunakan pada
masa perang dunia ke dua,untuk menyerang target militer dan target sipil. Dan pada saat
sekarang
teknologi
tersebut
di
kembangkan
oleh
pemerintah
Amerika
serikat,Russia,China,Itali dan India. Dan sekarang saat ini Bom cluster tersebut telah
menjadi bom standar militer bagi negara yang menggunakanya yang ada di seluruh dunia,
dengan jenis jenis yang berbeda 36.
Pada dasarnya bom cluster tersebut merupakan sebuah tabung (biasanya
bentuknya kecil apabila bom tersebut di bawa oleh pesawat yang berkecepatan tinggi)
dan tabung tabung tersebut di isi oleh beberapa bahan peledak yang kecil kecil sekitar
2000 buah.
35
Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007,
http://hrw.org/backgrounder/arms/cluster0207/3.htm
36
www.wikipedia.com/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
53
Beberapa tipe dari bom ini ada yang biasanya di desain agar tetap menempel di
pesawat setelah melepaskan beberapa bahan peledak yang terkandung dalam bom
tersebut.Bahan bahan peledak yang kecil tersebut biasanya di pasangkan oleh parasut
parasut kecil agar dapat memperlambat laju jatuh bom tersebut kesasaran. Hal ini
dilakukan apabila dalam pemboman pada ketinggian rendah pesawat dapat selamat dari
ledakan yang di timbulkan oleh bom tersebut Mesin dari bom cluster moderen dan bahan
peledaknya sekarang menjadi senjata multifungsi yaitu mengandung bahan campuran
untuk untuk menghancurkan kendaraan lapis baja, anti personnel dan untuk penghacuran
bahan meterial seperti gedung dan bunker.
Trend yang berkembang dalam desain Bom Cluster moderen ialah penggunaan
bahan peledak yang pintar yaitu dengan menggunakan sirkuit penuntun untuk mencari
lokasi dan menyerang target tertentu, biasanya di gunakan untuk menyerang kendaraan
lapis baja. Tipe dari senjata ini adalah CBU- 97 yang di produksi oleh Amerika Serikat
yang mempunyai kelebihan dengan adanya sensor pemicu. Penggunaanya untuk pertama
kali di gunakan dalam invasi AS ke Irak tahun 2003 lalu. Peledak-peledak yang ada di
dalam bom tersebut di fungsikan untuk menyerang kendaraan lapis baja dan di set untuk
meledak sendiri apabila telah menyentuh permukaan tanah tanpa mencari lokasi dari
target. Secara teori bom ini di gunakan dan di set untuk mengurangi apa yang disebut
Collateral damage atau korban sipil dan bukan target militer. Dan yang menjadi
pembatasan dalam pembuatan bom cluster pintar ini ialah masalah biaya karena bom
cluster terbaru ini lebih mahal dari pada bom cluster standar dan pembuatanya lebih
murah dan lebih simpel dari dari pada bom cluster moderen.
A.2 Jenis jenis Bom Cluster
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
54
Penyebar api
Bom cluster jenis ini di gunakan untuk memicu api, atau juga bom api
konvensional.spesifikasinya di desain untuk penggunaan ini ,yaitu dengan bahn peledak
zat fosfor putih atau napalm.di gunakan untuk menahan laju gerak pasukan musuh yang
di tujukan untuk pasukan darat dan kendaraan lapis baja. Ketika di gunakan dalam perang
kota bom ini biasanya menggunakan bahan konvensional biasa untuk menghancurkan
atap atap dan dinding dari bangunan dan seterusnya memicu kebakaran hebat. Awalnya
bom ini di gunakan oleh uni soviet yang di sebut bom keranjang molotov pada perang
musim dingin tahun 1939-40. tipe dari bahan ini sering di gunakan oleh kedua belah
pihak yang bertikai pada saat perang. Bom tipe ini di gunakan biasanya untuk
mencipatakan badai api seperti yang terjadi pada saat pemboman di kota Dresden waktu
perang dunia ke dua dan pemboman Tokyo dengan api. 37
Anti Personel
Bom cluster jenis ini menggunakan bahan peledak yang memecah mencadi
beberapa kepingan untuk membunuh prajurit musuh dan kendaraan ringan . Sejalan
dengan bom cluster jenis penyebar api, bom jenis ini juga merupakan bentuk pertama dari
bom cluster tersebut. Yang pada waktu itu di produksi oleh oleh Jerman dan di gunakan
pada perang dunia ke dua. Bom ini mulai di kenal pada waktu serangan kilat Jerman
kepada polandia tahun 1939 dengan kombinasi pemicu pengukur waktu dan pemicu
jebakan apabila di sentuh. Bom tersebut juga menggunakan pemicu kontak apabila di
gunakan untuk menyerang pertahanan musuh 38.
37
38
Ibid
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
55
Anti Tank
Kebanyakan bom cluster jenis ini berisi bahan peledak dan pemicu yang telah
di padatkan agar dapat menembus lapisan baja dari sebuah tank dan kendaraan tempur.
Dari beberapa kasus penuntun di gunakan untuk meningkatkan kemampuan unutk
menghantam sebuah kendaraan. Subminisi modern yang berpenuntun dari bom cluster
seperti yang di temukan di dalam bom CBU-97 dapat juga menggunakan bahan peledak
dan pemicu yang sudah di padatkan sebagai alat penetrasi. Bom cluster berisi bahan
peledak dan pemicu yang telah di padatkan namun yang tidak berpenuntun di disain
untuk melawan/menghancurkan pos pertahanan . ini di gunakan untuk menyokong dan
meningkatkan efektifitas peperangan dengan menggunakan sebuah tipe dari bom ini
untuk menyerang target yang dekat, submunisi yang mempunyai pecahan dan peledak
yang telah di padatkan di produksi oleh AB Amerika Serikat dan altileri lapangan korps
marinir AS dan biasanya di gunakan dalam peperangan darat 39.
Penghancur Landasan Udara
Bom jenis ini di rancang untuk melakukan penetrasi kedalam lapisan landasan
sebelum meledak, yang menyebebkan bom tersebut dapat mengoyak dan memecah
permukaan landasan pacu. Dalam kasus bom Cluster Inggris JP233 pengahncuran lapisan
aspal pada landasan pacu menggunakan dua tahap penghancuran yaitu dengan kombinasi
dari peledak yang di padatkan dengan peledak konvensional biasa. Bahan peledak yang
sudah dipadatkan dan di pertajam akan membuat ledakan awal dan membuat celah di di
dalam lapisan aspal landasan pacu dan kemudian peledak konvensional di gunakan untuk
memperbesar celah atau kawah yang di akibatkan peledak sebelumnya.
39
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
56
berikut ini adalah beberapa contoh dari bom cluster;
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster yang di kembangkan pada tahun 1950an
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster BLU – 3 merupakan bom cluster moderen generasi pertama dan di gunakan
AS dalam perang Vetnam
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
57
CBU-105 merupakan bom cluster generasi terakhir
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Pesawat yang dapat menggangkut bom cluster
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
58
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster akan pecah menjadi bagian-bagian bom kecil beberapa saat sebelum
menyentuh tanah secara teorinya namun fakta di lapangan hanya kurang dari 30% yang
langsung meledak
berikut ini adalah taktik pengeboman menggunakan bom cluster moderen..
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
59
detail dari bomblet bom cluster
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
kinerja bom cluster BLU-105
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Spesifikasi Bom Cluster AS
Contractor
Weight:
927 pounds
Length:
92 inches
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
60
Diameter:
16 inches
Guidance:
None
Control:
none
Autopilot:
None
Propulsion:
None
SUU-66/B tactical munitions dispenser
Warhead:
10 BLU-108/B submunitions [@ 4 projectiles]
Integral part of dispenser
Fuse:
FZU-39/B proximity sensor
12 F-15E
4 F-16
10 A-10
Aircraft
30 B-1
34 B-2
16 B-52
Limitations
200 feet20,000 feet (above ground level)
Delivery Envelope
250 knots650 knots
$360,000 – baseline
Unit Cost
$260,000 – PEP $39,963 [$ FY90]
Inventory
500 in USAF inventory as of 01/01/1998
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
61
Current USAF objective is 5,000
[17,000 originally planned ]
A.3 Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom
Cluster
Sampai saaat ini dan sejak penggembangan dan penggunaan bom cluster masih
di sering di pakai pada konflik konflik yang bersifat internasional maupun non
intrernasional. Ini dapat kita lihat fakta di lapangan yakni dengan di temukanya sisa sisa
dari bom tersebut yang tidak meledak dalam beberapa konflik yang ada di seluruh dunia
dan lebih parahnya lagi sisa sisa dari bom tersebut yang tidak meledak atau yang di sebut
dengan UXO atau Unexploded Ordinance masih dapat mengancam jiwa rakyat sipil
walaupun peperangan telah usai. Kita dapat mengambil contoh perang Vietnam dimana
pertama kali bom cluster moderen digunakan. Efek dari penggunaan bom cluster saat ini
masih membahayakan penduduk sipil. 40 Dan kasus paling baru ialah penggunaan bom
Cluster oleh israel dalam konflik dengan Hizbullah di Lebanon pertengahan 2006 lalu.
Apakah maksud dari penggunaan bom tersebut? Memang senjata senjata di buat
untuk melumpuhkan musuh tetapi bagaimana dengan rakyat sipil yang tidak berdosa?
Sampai sekarang penggaturan tentang penggunaan senjata konvensional tertentu tidak
memberikan sanksi yang tegas terhadap penggunanya. Berikut ini adalah negara yang
memproduksi bom cluter tersebut.
Amerika Serikat
Negara ini merupakan negara produsen terbesar atas bom cluster. Data yang
saya peroleh dari inventori angkatan udara Amerika sangat mencengangkan yakni bahwa
40
www.Handicapinternational.be
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
62
AS memiliki lebih dari 5000 unit bom cluster dan perencanaanya USAF akan menambah
sekitar mencapai 17000 unit dengan harga 1 unit 360.000 USD. Maka untuk itu pihak
angkatan udara AS harus menyediakan dana sekitar 61,2 milyard USD 41 untuk memenuhi
kebutuhan akan bom tersebut. Data tersebut belum termasuk dalam inventaris yang ada di
bagian angkatan darat dan korps marinir AS. Dengan 17.000 unit bom cluster maka itu
saja telah mnecakup lebih dari sejuta bahkan mungkin puluhan juta bagian kecil bom
tersebut atau yang di sebut dengan submunition. Dengan berlarut larutnya perang Irak
maka penggunaan akan bom tersebut pun semakin sering di gunakan oleh angkatan
perang AS.
Russia
Negara bekas Uni Soviet ini juga salah satu produsen dan pengguna dari bom
cluster dengan data inventoris lebih dari 70.000 unit yang masih di simpan di
penyimpanan persenjataan yang ada di russia. Rusia pada waktu itu masih menjadi uni
soviet sering menggunakan bom cluster tersebut dalam invasinya di Afghanistan. Dan
setelah runtuhnya Uni Soviet produksi akan persenjataan ini tidak di hentikan namun
tetap di produksi oleh militer Rusia. Data terakhir yang penulis dapatkan ialah bahwa
Rusia menggunakan bom bom Cluster dalam operasi militernya di Chechnya. Sampai
sekarang pun Rusia belum ada keinginan untuk meratifikasi Konvensi Oslo tentang
pelarangan penggunaan bom cluster 42.
Israel
41
42
, http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
63
Negara yahudi ini memang di akui sebagai ahli dalam membuat dan meracik
persenjataan sejak merdeka dari tangan Inggris tahun 1947 dan memulai konfrontasi
dengan Arab sampai sekarang ini negara zionis ini telah tumbuh sebagai kekuatan baru
yang ada di timur tengah selain Iran. Israel pun merupakan salah satu negara yang paling
aktif dalam menggunakan bom cluster dalam konflik bersenjatanya. Tercatat bahwa israel
telah menggunakan Bom Cluster sejak pecahnya perang Yom Kippur 1979 43. Inventori
dari produlsi bom jenis ini pada angkatan perang Israel sendiri mencapai 50.000an unit
bom cluster.
China
China merupakan salah satu negara Asia pertama yang sukses mengembangkan
dan memproduksi Bom Cluster yaitu dengan menjiplak rangkaina bom cluster yang
berasal dari Rusia. Memang sampai saat ini Cina belum pernah menggunakan bom
cluster tersebut namun ini membuktikan bahwa Cina juga mampu membuat bom ini.
B.Penggunaan Bom Cluster dalam Konflik bersenjata di Timur
Tengah
Timur Tengah di sanalah tempatnya, apabila kita mendengar kata Timur Tengah
maka yang akan terlintas pertama kali dalam benak kita ialah salah satu tempat terpanas
yang pernah ada dalam sejarah umat manusia. Sampai saat ini juga masih seperti itu
keadaannya. Dari zaman ke zaman daerah Timur Tengah selalu mendapatkan perhatian
Dunia hal ini di karenakan daerah tersebut tidak lepas dari konflik dan permasalahan.
Konflik yang berkepanjangan ini terjadi di karenakan adanya banyak kepentingan dari
dua belah pihak yaitu Timur dan Barat.
43
The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
64
Dengan adanya kepentingan akan penguasaan regional atas Timur Tengah baik itu
penguasaan teritorial atau pengguasaan idiologi kepada suatu negara, maka semua hal itu
haruslah di bayar dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan mengorbankan darah.
Hal itu semakin rasional semenjak merdekanya Israel pada tahun 1947 dimana
kemerdekaan tersebut mendapat pertentangan dari bangsa-bangsa Arab yang telah
menduduki daerah Timur Tengah selama berabad abad. Hal ini di tandai dengan
pecahnya perang enam hari 1967 atau The Six Day War 1967 yaitu pecahnya perang
antara pihak negara negara Arab dengan Israel. Dalam perang ini Israel keluar sebagai
pemenang dari perang tersebut.
Pada awal perang enam hari Amerika belum menunjukan kedekatannya dengan
pihak Israel. Namun setelah perang usai AS melihat Israel merupakan salah satu sekutu
yang paling penting di regional Timur Tengah. Pada saat itu juga kekhawatiran AS
mengenai harga minyak belumlah ada. Namun setelah pecahnya perang Yom Kippur
1979 antara Israel dan negara negara Arab membuat AS kelabakan mangenai hal ini
karena Mesir menggunakan strategi embargo minyak uintuk menekan AS agar
memberhentikan bantuan militernya kepada Israel dan memaksa negara Yahudi itu ke
meja perundingan dan dengen adanya embargo minyak yang di lakukan oleh Mesir
membuat Amerika setidaknya harus dapat mempengaruhi dan menguasai kawasan kaya
minyak tersebut hal ini terbukti dengan kuatnya pengsaruh AS di kerajaan Saudi
Arabia.dan penguasaan atas semenanjung Persia yang pada saat ini hanya berhasil
mengasai Irak
B.1 Penggunaan Bom Cluster oleh Israel
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
65
Dalam penggunaanya di lihat dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah, dari
perang Yom Kippur dapat kita lihat dan tercatat bahwa Israel pertama kali menggunakan
bom cluster tersebut untuk menyerang situs situs pertahanan udara dan situs radar Mesir.
Dalam perang tersebut tercatat bahwa Israel menyebar lebih dari ratusan ribu bomlet dari
bom cluster di sepanjang lembah bekaa dan di dekat smenanjung Sinai. Dalam perang
tersebut Israel belum menggunakan bom bom tersebut untuk menyerang target militer di
tengah kota yang padat penduduk.
Oleh karena itu daerah semenanjung Sinai perbatasan Israel dengan Mesir,
dataran tinggi Golan perbatasan antara Israel dengan Suriah serta Yordania dan lembah
Bekaa yang merupakan perbatasan antara Israel dan Lebanon masih rawan untuk di
lewati karena daerah tersebut masih banyak tertanam ranjau ranjau dan sisa dari bom
cluster yang belum meledak. Dari kesimpulan di atas dapat di simpulakan bahwa setelah
penggunaan bom tersebut dalam perang Yom Kippur, sisa dari bom cluster yang di
tembakan oleh Israel masih berserakan dan belum meledak di sepanjang dataran tinggi
Golan, semenanjung Sinai dan Lembah Bekaa dapat membahayakan orang yang akan
melintas di daerah tersebut sehingga daerah tersebut sebahagian besar di tutup untuk
umum.dan di jadikan daerah zona dimiliterisasi.
Dari data yang ada di atas penggunaan bom cluster yang di gunakan setelah
berpuluh puluh tahun status dampaknya dapat di rasakan sampai pada saat ini. Namun
Israel memang di bilang salah satu negara yang sama sekali tidak mementingkan pri
kemanusiaan. Hal ini dapat penulis katakan karena pada pertengahan 2006 enam dengan
alasan penculikan atas tiga serdadu yang di lakukan Geriliyawan Hizbullah, mereka
negara Zionis itu menyerang rakyat sipil Libanon dengan senjata mematikan tersebut.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
66
Kita dapat mengetahui bahwa bom Cluster yang belum meledak dapat sangat berbahaya
apabila tersentuh oleh sesuatu atau tidak sengaja bila di sentuh oleh anak anak karena
apabila bom yang belum meledak ini di sentuh atau di mainkan oleh anak anak maka bom
ini sewaktu waktu akan meledak.
Dan faktanya setelah konflik antara Israel dan gerilyawan Hizbullah mereda status
dampak dari konflik tersebut masih terasa sampai saat ini. Tercatat dari data yang penulis
dapatkan dari data UNIFIL dan data dari lembaga Human Right watch terungkap bahwa
setidaknya ada sekitar 1 juta bomblet dari bom cluster yang tersebar di seluruh kota yang
menjadi target serangan negara zionis tersebut 44.
Yang menjadi perhatian yang sangat serius ialah bahwa lebih dari setengah dari
bomlet bon cluster atau bagian bagian kecil dari bom cluster tersebut yang belum
meledak dan beralih fungsi menjadi ranjau darat yang dapat membahayakan rakyat sipil
Lebanon. PBB juga meminta Israel agar bertanggung jawab atas pembersihan sisa – sisa
dari bom cluster yang belum meledak. Kecaman pun datang kepada pemerintahan Fuad
Sinior yang di nilai tidak serius untuk mengatasi pembersihan sisa bom cluster tersebut.
B.2 penggunaan Bom Cluster dalam perang Teluk
Amerika salah satu negara produsen dan sekaligus pengguna dari arsenal ini juga
sering menggunakan bom cluster tersebut dalam setiap konklik yang melibatkan negara
ini di seluruh penjuru dunia. Tercatat bahwa AS telah menggunakan bom cluster ini
sejak perang Vietnam. Dalam perang Vietnam AS menggunakan versi awal dari bom
cluster moderan yakni BLU-3. sistem dari bom cluster ini tidak hanya di pakai dalam
44
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
67
bentuk bom saja. Pihak pertahanan AS juga mengembangkan proyektil peluru Altileri
yang juga berfungsi sama dengan bom cluster.
Dalam perang Teluk yang terjadi pada tahun 1991 penggunaan akan bom ini
masih lebih sedikit. Namun AS lebih banyak menggunakan rudal rudal jelajahnya untuk
menyerang kota kota di Irak status dampaknya pada perang teluk berdampak sedikit
kepada rakyat sipil karena bom tersebut di gunakan untuk menyerang pasukan pasukan
Irak yang berada di perbatasan Irak dengan Kuwait.
Pada perang Teluk tahun 2003 keadaan menjadi berubah, penyerangan AS ke Irak
dengan tanpa mandat dari PBB di lakukan dengan bertubi tubi, bom cluster pun di
gunakan sebagai salah satu ujung tombak persenjataan AS untuk menyerang Irak. Sampai
sekarang menurut data dari Human Right Watch dan Handicap Internasional
menyebutkan bahwa setidaknya ada sekitar 1,9 juta sisa dari bom cluster atau bomlet
bom cluster yang belum meledak.
Kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang di alami oleh Lebanon
membuat beberapa kota seperti Baghdad di Irak sangat berbahaya. Dan menurut laporan
dari USA Today setidaknya AS telah menggunakan sekitar 10,800 unit bom cluster dan
sekutunya Inggris setidaknya menggunakan 2000 unit. 45 Dari jumlah di atas hanya 30
persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah selabihnya tak terbayangkan lagi
berapa jumlah bom cluster yang masih belum meledak.
45
Paul Wiseman, USA TODAY
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
68
BAB IV
BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN
HUMANITER DI TIMUR TENGAH
Pelanggaran akan kemanusiaan atau crimes of humanity sangatlah banyak kita
jumpai di daerah timur tengah, seakan-akan daerah tersebut tetap jauh dari angin
perdamaian. Pelanggaran atas kemanusiaan ini pun sangat beragam jenis yang dapat di
teliti. Salah satu dari pelanggaran itu sesuai dengan skripi ini ialah tentang penggunaan
senjata konvensional bom cluster yang merupakan salah satu senjata yang di katagorikan
sebagai senjata inhumans weapon. Hal ini dapat penulis utarakan sehubungan dengan dari
kinerja bom tersebut yang bisa beralih fungsi. Ini dapat di kategorikan sebagai Inhumans
weapon kaena bom tersebut dapat berubah fungsi menjadi ranjau darat dan seperti yang
kita ketauhi bahwa penggunaan dari ranjau darat saat ini sudah di larang. Penggunaan
akan arsenal tersebut pun banyak mendapat pertentangan dari berbagai negara.
A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi
konvensi
lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain
conventional weapon).
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
69
Penggunaan akan bom cluster merupakan penggunaan akan senjata yang
berbahaya terhadap kemanusiaan hal ini melihat dari kinerja bom tersebut yang terjadi di
lapangan. Bom cluster yang di jatuhkan dari udara atau yang di tembakan melalui meriam
altireli akan pecah beberapa saat akan menyentuh tanah menjadi beberapa bagian yang
kecil kecil dan bagian yang kecil kecil tersebut atau bomblet, tidak langung meledak
apabila menyentuh tanah. Padahal secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila
menyentuh tanah.
Maka dari itulah timbul polemik dan permasalahan dimana bom tersebut telah
berfungsi menjadi ranjau seperti kita ketahui penggunaan akan ranjau telah di larang dan
bom tersebut juga telah melanggar ketetapan dari isi pasal pasal yang ada di dalam
konvensi Jenewa yakni pelanggaran atas protokol III dan protokol tambahan V konvensi
Jenewa. Di dalam protokol tambahan III di sebutkan secara tegas tentang penggunaan
senjata yang menyebabkan penderitaan yang berlebihan dan memnyebabkan luka yang
berkepanjangan. Dan di dalam protokol V appendix II dimana mengatur tentang bahan
peledak sisa perang (explosive remants war)..
Dalam pelarangan penggunaan bom tersebut perinciannya sampai pada tahun
2006 belum ada satu pun aturan yang khusus yang mengatur tentang pelarangan bom
Cluster. Akibat dari hal tersebut produsen dan pengguna dari bom tersebut dapat bebas
dari tuntutan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan penggunaan akan bom cluster
tersebut pun juga terang terangan melanggar konvensi PBB tentang penggunaan senjata
konvensional tertentu 1980 yaitu mengenai : 46
46
Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta 1999 hal 228
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
70
1.
penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak
perlu.dan bahan bahan peledak yang tidak dapat di deteksi
2.
pelarangan penggunaan ranjau perangkap peledak dan alat sejenis
lainya
3.
pelarangan penggunaan senjata penyebar api
Hampir dari isi pokok yang ada di dalam konvensi CCW 1980 meruipakan salah
satu kriteria yang ada dalam bom cluster seperti halnya di dalam point 1, 2 dan 3 di mana
fakta di lapangan hampir dari korban bom cluster sebahagian besar adalah rakyat sipil.
Di lain pihak penggunaan bom cluster ini sudah menyalahi aturan tentang
penggunaan akan senjata konvensional dan melanggar dua ketentuan dari statuta Roma
yaitu kejahatan perang kejahatan terhadap kemanusiaan 47. Di mana di dlam
penggunaannya di lapangan terlihat secara jelas mengakibatkan benyaknya korban tewas
di kalangan rakyat sipil.
B.Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil
Bom cluster merupakan salah satu arsenal moderen yang banyak di gunakan
oleh militer di beberapa negara yang ada di seluruh Dunia. Namun penggunaan akan bom
cluster dalam konflik bersenjata hanya di lakukan oleh sedikit negara saja. Seperti yang
kita ketahui negara negara seperti AS dan Israel merupakan negara yang intens
menggunakan bom tersebut.48
98% dari 11,044 korban cluster munisi yang tercatat oleh Handicap
International adalah kalangan sipil. Munisi cluster ditentang oleh berbagai kalangan
47
48
lihat statute Roms pasal 8 ayat 2 b point xx dan pasal 7 ayat 1 point k
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
71
termasuk pihak Palang Merah Internasional, untuk digunakan dalam pertempuran,
dikarenakan sebagian besar korbannya dalah kalangan sipil. Sejak bulan Februari 2005
handicap International yang didukung oleh berbagai kalangan telah mengajukan petisi
agar penggunaan munisi cluster dilarang. Bom Cluster sangat mengancam kalangan sipil,
dengan dua alasan :
A. efek arealnya sangat luas, dan akan meninggalkan banyaknya bomlet yang
tidak meledak sehingga sangat membahayakan jiwa manusia.
B. Areal bahaya yang dapat diakibatkan oleh satu munisi cluster, atau disebut
sebagai jejak-kaki/footprint, dapat mencapai dua atau tiga kali lapangan
sepak bola. Senjata ini akan memiliki efek area yang luas, maka wilayah
sasaran tembak bom cluster pasti akan berakibat pada jatuhnya korban
non-militer.
Problema serius lainnya adalah efek dari bomlet yang tidak meledak (UXO
unexploded ordnance), bomlet yang bentuknya unik dan berwarna cerah seperti CBU-87
dapat menarik perhatian anak-anak karena dikira mainnan, hal ini dapat mengakibatkan
jatuhnya korban yang tidak berdosa. Di Lebanon seperti yang pernah ditayangkan di
televisi, terjadi korban anak-anak akibat mengira bomlet sebagai mainan. Walaupun bom
cluster telah dirancang agar semua submunisi yang dibawanya akan meledak, namun
kenyataannya banyak bomlet yang tidak meledak (UXO) dan bomlet semacam ini akan
lebih berbahaya dari ranjau darat. Senjata peluncur roket multi laras (MLRS) buatan
Amerika dengan hulu ledak M26 dan submunisi M77 diperkirakan memiliki tingkat ratarata sub munisi yang tidak meledak (dud-rate) sebesar 5 persen, namun kenyataan
dilapangan dud-rate ini mencapai 16 persen. Tingkat dud-rate pada masa perang teluk
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
72
bahkan mencapai 23 persen. Bahkan untuk bom cluster yang ditembakan dari senjata
artileri memiliki dud-rate sebesar 14 persen.
Bom cluster bersisikan ratusan sampai ribuan bomlet, walaupun titik jatuhnya
diperkirakan tepat sasaran, namun akan meninggalkan ribuan UXO yang menyebar di
areal target pengeboman. Contohnya, setelah konflik Israel-Lebanon, tenaga ahli
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan banyak sekali UXO yang ditinggalkan
diwilayah target-target pengeboman Israel di Lebanon. Pihak militer Amerika mengklaim
bahwa bom cluster yang dikembangkan dewasa ini memiliki tingkat dud-rate kurang dari
satu persen. Namun hal ini dapat dikatakan sebagai suatu spekulasi, bukti dari kebenaran
klaim tersebut baru akan diketahui setelah dioperasikan dan jatuhnya korban sipil lagi.
Korban Sipil (meninggal) akibat bomlet cluster yang tidak meledak Di Lebanon
akibat bom tersebut diperkirakan 40% dari bomlet yang dijatuhkan tidak meledak sejak
pengeboman dengan cluster bom oleh Israel pada musim panas 2006. Selama ofensif ke
Lebanon, Israel menembakan tidak kurang dari 1.800 cluster bom, bermuatan lebih dari
1,2 juta bomlet. Menurut berita, pihak Israel telah memberikan peta penjatuhan
bom/roket yang berisikan bomlet bom Cluster kepada pihak Perserikatan bangsa-bangsa
(UNIFIL). Areal yang signifikan bermasalah dengan Cluster Bomb yang tidak meledak
(UXO-Unexploded Ordnance) 49.
Namun itu saja tidak cukup karena luasnya daerah yang di indikasikan
tersebarnya bom tersebut sangatlah luas. Seperti yang kita ketahui jarak dari bom ini
mempuyai radius yang sangat luas dan mempunyai efek yang berkepanjangaan. Seperti
49
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
73
berita terakhir yang penulis kutip dari associated press dan kantor berita antara
menyebutkan bahwa cuaca buruk di Lebanon selatan telah memicu beberapa bom cluster
tersebut dan melukai beberapa orang tak berdosa. Hal ini juga menyadarkan kita mengapa
bom cluster tersebut sangat berbahaya bila terkena oleh rakyat sipil.
C.Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan, pembuatan dan
pengembangan Bom Cluster.
Dalam upaya mengurangi produksi dan penggunaan akan bom cluster beberapa
negara di dunia telah sepakat untuk tidak membuat dan menggunakan bom cluster
tersebut. Norwaigia juga menyatakan komitmennya dalam melarang penggunaan bom
cluster untuk dunia. Ini di tandai dengan penendatanganan moratorium akan senjata
tersebut. Austria juga menyatakan komitmennya kepada dunia internasional dimana
instrumen hukum ini mengikat untuk semua belah pihak, setelah parlemen Austria
meluluskan sebuah resolusi mengenai bom cluster pada tanggal 5 Desember 2006.
Senjata lainya seperti ranjau darat telah di larang di banyak negara yang ada di
dunia di bawah instrumen hukum yang spesifik untuk beberapa tahun ini. Perjanjian
perjanjian internasional itu seperti traktat Ottawa
dan konvensi tentang senjata
konvensional tertentu. Bom Cluster, seperti yang kita ketahui belum sepenuhnya di
ratifikasi oleh beberapa negara dan menjadi bahan konsideren beberapa negara dan
menganggap bom cluster tersebut merupakan senjata yang legal untuk di pergunakan
Para pemerintah yang ada di dunia menganggap bahwa konvensi akan senjata
konvensional tertentu hanya membahas permaslahan tentang bahan peledak sisa perang
yang pokok pembahasannya lebih luas sehingga terdapat kelemahan kelemahan. Melihat
dampak yang di timbulkan dari penggunaan bom cluster tersebut. Dan menggingat akan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
74
panggilan atas nama kemanusiaan, setidaknya di perkirakan kurang lebih 30 negara akan
bernkumpul dan bernegosiasi dan merumuskan hal hal apa yang berkaitan tentang
kemanusian berkaitan dengan penggunaan bom cluster dimana
hal tersebut sampai
sekarang belum banyak di bahas di forum internasional
Di balik ini semua, suatu proses yang baru seperti halnya peraturan seperti
peraturan tentang pelarangan penggunaan ranjau 1997, akan segera di mulai. Hal ini di
tandai dengan pengumumnan
pada November 2006 di Jenewa dan disaat yang
bersamaan pula pemerintahan Norweigia akan mengumpulkan pertemuan internasional di
awal tahun 2007 di Oslo untuk membahas kedepan tentang suatu perjanjian yang baru
untuk menentang penggunaan bom cluster.
Pernyataan ini didasari oleh keinginan Belgia untuk melarang senjata ini pada
Februari 2006, kehendak Austria untuk membuat suatu kerangka kerja untuk instrumen
internasional tentang senjata tersebut dan kontroversi dunia tentang penggunaan dan
dampak yang di akibatakn oleh bom cluster pada masa peperangan antara militer Israel
dengan Gerilyawan Hizbullah pada bulan juli sampai dengan agustus 2006 lalu. 49
negara
menghadiri pertemuan di Oslo pada tanggal 22-23 Februari 2007 untuk
menyepakati komitmen mereka dalam suatu peraturan baru dalam pelarangan bom
cluster.di dalam pertemuan itu Austria menyatakan akan menghimbau negara negara lain
di dunia untuk melarang penggunaan bom cluster.
Pertemuan berikutnya akan di adakan di kota Lima pada bulan Mei atau Juni, di
Wina pada bulan Nopember dan di kota Dublin pada awal 2008, dan di harapkan
perangkat peraturan baru tersebut telah selesai pada tauhn 2008 sebelumnya palang
merah internasional atau ICRC telah mengadakan rapat khusus tentang bom cluster pada
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
75
April 2007 untuk mengklarifikasikan aspek teknis, hukum, militer dan kemanusiaan dari
bom tersebut dan melihat respon masyarakat dunia yang sedang berkembang mengenai
bom tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan bab bab sebelumnya tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan
yang dapat dikemukakan, yaitu :
1. Dari segi penggunaannya bom cluster sangat efektif untuk menghancurkan
kekuatan musuh. Daya ledaknya sangat ampuh untuk melumpuhkan sarana sarana yang
dipandang sangat penting bagi kepentingan musuh tapi di balik itu semua penggunaanya
sangatlah merugikan bagi siapa saja, karena efek dari bom ini menyebar secara luas pada
suatu daerah dan tidak cocok untuk menyerang target militer yang berada di tengah kota.
Di lain pihak senjata ini dapat di katagorikan sebagai senjata Inhumans weapons karena
telah melanggar prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter internasional yakni protokol
tambahan yang ada pada konvensi Jenewa.
2. Penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai senjata yang tidak
berprikemanusiaan.dan merupakan salah satu pelanggaran dan kejahatan terhadap
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
76
kemanusiaan. Karena penggunaan akan bom ini di lakukan dengan penyebaran secara
acak oleh negara-negara pengguna bom cluster hal ini menunjukkan bahwa penghargaan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan diabaikan. Meskipun untuk ini telah ada Deklarasi
Sedunia tentang Hak-hak Azasi Manusia 1948 dan Deklarasi Hak Azasi Anak 1959 yang
mutlak dijunjung tinggi serta dilaksanakan oleh Negara Negara di dunia..
Selain itu penyebaran bom cluster mempunyai efek yang sangat luas dan sangat
berbahaya jika di gunakan di daerah perkotaan dan apabila hal itu terjadi maka ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian negara-negara tersebut untuk mentaati
ketentuan hukum perang, hanya akan menimbulkan korban jiwa ataupun setidak-tidaknya
cacat tubuh bagi semua orang yang melintasi medan yang telah di jatuhi oleh bom cluster
pandang bulu.
3. Sanksi yang di terapkan dalam masalah penggunaan bom cluster ini belum ada
yang secara khusus memberikan sanksi terhadap penggunaan akan bom ini hanya
perangkat peratuaran seperti International Tribunal yang dapat memberikan putusan.
Namun dari sisi regulasi penjatuhan hukuman atas penggunaan bom cluster ini di lkukan
dengan cara melakukan pendekatan dengan regulasi tentang penggunaan senjata
konvensional tertentu dan juga Statuta Roma. Hal ini demikian adanya di karenakan
belum adanya suatu peratuaran khusus mengenai penggunaan bom cluster jadi
pendekatan regulasinya hanyalah kepada peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.
B. Saran
Negara-negara produsen bom cluster hendaknya bersikap bijaksana dalam
membatasi bahkan menghentikan produksi. Ada beberapa negara produsen bom cluster
yang dipandang memiliki andil besar tidak hanya dari segi kekuatan militer, politik, tetapi
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
77
juga dari segi ekonomi seperti Amerika Serikat, Israel, Cina, dan Rusia. Keempat negara
ini dipandang dari segi ekonomi sudah baik sekali sehingga bilamana mereka
menghentikan produksi atau setidak-tidaknya membatasinya tidak akan berpengaruh
besar terhadap perekonomian mereka. Andil mereka di bidang politik internasional turut
pula mempengaruhi keberhasilan kebijakan internasional dalam menghapuskan atau
membatasi pemakaian bom cluster tersebut. Selain itu pula negara-negara di dunia
terutama yang sedang mengalami konflik hendaknya lebih memperhatikan keberadaan
hukum perang serta melaksanakannya.
Hal, ini terutama berkaitan erat dengan perlindungan penduduk sipil yang selalu
diabaikan. Penggunaan bom cluster ini juga memiliki dampak yang tidak hanya berhenti
bila perang telah usai tetapi juga memiliki dampak saat situasi damai. Sisa-sisa
peninggalan bom cluster yang masih tergeletak dan masih aktif yang belum dimusnahkan
akan menimbulkan bencana bagi penduduk sipil yang melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Hal ini membutuhkan perhatian secara lebih khusus lagi bagi dunia internasional.
Dan juga di perlukannnya suatu perangkat hukum yang baru yang dapat mengikat
semua Negara yang ada di seluruh dunia agar melarang penggunaan bom cluster ini.
Dimana Negara Negara produsen dari senjata tersebut harus ikut dalam meratifikasi
perjanjian tersebut. Semoga saja dengan di bentuknya suatu perangkat baru di bidan
hukum humaniter terlebih lagi khususnya mengenai pelaranggan penggunaan bom cluster
dapat membawa angina segar perdamaian dan perlindungan bagi kemanusiaan.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
78
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah – Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam tak lupa
penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan
dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh
Nur Iman dan Islam
Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami
kesulitan – kesulitan dan hambatan – hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta
petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kelemahan serta
kekurangan – kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan
serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
79
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
15. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik yang telah
memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.
16. Bapak Sutiarnoto MS, SH, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
17. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I dan sebagai
Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.
18. Ibu Chairul Bariah, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II atas perhatian
dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi.
19. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM., sebagai Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum USU.
20. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum USU.
21. Bapak Arif, SH, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara.
22. Bapak Dr. Jelly L, SH, M.Hum, Ibu Rosmi Hasibuan, SH, Bapak Abdul
Rahman, SH, M.Hum, serta seluruh dosen mata kuliah Jurusan Hukum
Internasional.
23. Seluruh staf Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas
Sumatera Utara.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
80
24. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik dan membina penulis selama masa perkuliahan.
25. Ayahanda H.Affan Mukti SH.MHum dan Ibunda Dra. Hj. Lisna Herawati.
tercinta, sembah sujud ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang
yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan
mendidik ananda hingga ananda dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi,
serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dorongan semangat kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
26. adiku semata wayang yang sering ngerepotin Kartika “Thice” Sari A
27. Sepupu-sepupuku : Alfareza “ebonk Cabul”Rosyadi Lubis SH. Terimakasi
atas bimbinganya bro luv uuu, Kak Windy “Mama Raffi”, Andri Utama
Siregar, Mona, S.KM, Gendhis DM, S.Ked, Roni, Niki Lioni, SE, Meilita
Jamilah “Dek Milah” dan seluruhnya yang tidak dapat Penulis sebutkan
satu persatu.
28. Teman – teman Angkatan 2004, Haris aka bie2r Fuad aka pudel chihuahua
hua, Dedi Bugsy, Ibam Kuda, Shandi “cabul”Izhandri SH Ilmi “Idol”,Desi
“Echie” Putri “PRS”, Citra Srg, Thyas, Erni, Dara Tur., Sabtia, Sri Azora
K, Taufik Umar Lbs, Shinta M, Rizky Marlina Lbs, Putri DTS, (Thanx 4
everything, Mbuls…)tanpa terkecuali, atas semuanya yang telah penulis dapatkan
selama masa perkuliahan.dan seluruh teman – teman di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara..
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
81
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan
bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat walaupun penulis menyadari
bahwa skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan.
Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya bagi kita semua.
Amin Ya Robbalalamin.
Medan, 27 November 2007
Penulis
(Nofan Herawan)
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA
DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER
DI TIMUR TENGAH
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................................i
ABSTRAKSI......................................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Perumusan masalah ............................................................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
E Keaslian Penelitian............................................................................................10
F Tinjauan kepustakaan........................................................................................11
G. Metode Penelitian.............................................................................................12
H. Sistematika penulisan........................................................................................13
BAB II: TINJAUAN HUKUM HUMANITER.................................................................16
F. Pengertian Hukum Humaniter.........................................................................16
G. Sejarah dan perkembanganya ..........................................................................23
H. Prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter........................................................29
I. Sumber-sumber Hukum Humaniter ................................................................31
J. Konvensi konvensi senjata konvensional tertentu...........................................36
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
82
BAB III: PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLlCT DI TIMUR
TENGAH...........................................................................................................................42
C. Defenisi bom cluster........................................................................................42
• Sejarah penggunaan Bom Cluster..........................................................42
• Jenis jenis Bom Cluster. ........................................................................44
• Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan
Bom Cluster….......................................................................................51
D. Penggunaan Bom Cluster dalam konflik bersenjata di Timur Tengah............53
• Penggunaan Bom Cluster oleh Israel.....................................................54
• Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk......................................56
BAB IV ; BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN
HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH...............................................................58
D. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi
konvensi lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain
conventional weapon). ....................................................................................59
E. Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil.......................60
F. Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan,pembuatan dan
pengembangan Bom Cluster............................................................................63
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan Saran........................................................................................65
Daftar pustaka ....................................................................................................68
ABSTRAKSI
Manusia tidak akan pernah luput dari permasalahan dan konflik selama mnusia
tersebut masih berfikir dan terus berfikir maka konflik tersebut akan tetap ada dalam diri
manusia dan konflik tersebut berujung kepada peperangaan dan yang seperti kita ketahui
seiring dengan perkembangan umat manusia pasti selalu di iringi dengan peperangan.
Seiring dengan berkembangnya umat manusia maka semakin berkembang pula cara cara
merumuskan tata cara berperang dan alat alat yang di pergunakan.
Di mulai dari pada saat manusia berperang menggunakan batu sampai sekarang
yang menggunakan senjata senjata canggih yang kian mematikan. Di samping
perkembangan akan persenjataan yang makin moderen maka muncul pula peraturan
peratura yang menyeimbangi dari pernggunaan suatu alat persenjataan seperti halnya
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
83
penggunaan bom cluster di mana senjata ini di kliam sebagai salah satu senjata tercanggih
yang dapat memininalisir korban sipil dalam perang namun dalam kenyataanya malah
senjata ini yang menyebabkan banyaknya korban sipil dalam perang.. di lain pihak
peraturan mengenai bom tersebut secara khusus belumlah ada secara terperinci sehingga
banyak Negara di dunia yang masih menggunakannya sampai pada saat ini. Kita dapat
melihat contoh di daerah Irak, Lebanon selatan dan Afghanistan di mana daerah tersebut
di pakai sebagai ladang uji coba akan senjata tersebut.
Namun di satu sisi pengembangan akan senjata konvensional tersebut tidaklah
di barengi dengan perkembangan hukum humaniter yang memadai hal ini dapat kita lihat
dengan penggunaan bom cluster, dimana sampai sekarang masih kontroversial ada
berbagai pendapat yang beranggapan bahwa senjata tersebut bukanlah salah satu
inhumans weapon atau senjata yang tidak berprikemanusiaan namun faktanya di
lapangan penggunaan bom tersebut jauh lebih berbahya di bandingkan dengan
penggunaan ranjau darat.
Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa
penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait
dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar
biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk
dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan
sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak.
Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom
tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
84
tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang
dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut
Di lain pihak, sanksi sanksi yang ada belumlah secara khusus membahas tentang
penggunaan akan bom cluster tersebut sehingga di perlukanlah suatu peraturan baru yang
khusus membahas tentang penggunaan bom tersebut karena dari fakta yang ada di
lapangan bahwa bom cluster tersebut sudah tergolong dalam senjata yang tidak
berprikemanusiaan atau Inhumans Weapon dan penggunaanya merupakan salah satu dari
pelanggaran terhadap kemanusiaan.dan sampai sekarang sanksi yang dapat di terapkan
ialah melalui pendekatan peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang dan konflik bersenjata dari zaman ke zaman sudah menjadi suatu hal
yang biasa bagi peradaban umat manusia karena selama masih adanya perbedaan
perbedaan diantara manusia maka perang tersebut akan tetap ada. Ini dapat di lihat dari
sejarah peradaban manusia dari awal sampai dengan sekarang.
Pada saat zaman yunani romawi perang merupakan suatu alasan untuk mencari
kemenangan, kehormatan dan kejayaan bagi negara yang juga merupakan cara untuk
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
85
menyebarkan pengaruh. Hal tersebut menjadi alasan orang untuk memulai peperangan.
Pada saat masuknya ajaran samawi ke umat manusia alasan manusia untuk berperang
kian bertambah dan serta merta menciptakan metode metode perang yang baru di mana
menyangkut aturan aturan yang sudah menjadi kebiasaan pada saat perang seperti Just
War 50 atau perang yang adil. Di dalam penerapannya dapat kita lihat di dalam peristiwa
perang salib I dan II dimana perlindungan terhadap tawanan perang sudah menjadi
kebiasaan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi manusia berusaha untuk
menciptakan dan mengembangkan alat-alat pembunuh. Bermula dari yang berupa kayu
dan batu sampai dengan menggunakan senjata api. manusia pun juga
berusaha
mengembangkan senjata senjata yang mampu membunuh secara massal
contoh
pembuatan trebuchet atau yang lebih di kenal dengan altileri kuno abad pertengahan
yang di gunakan untuk menghantam kota kota Negara yang berperang bahkan Negara
turki pada masa perang salib mampu membuat senjata penyembur api.
Dilain
pihak penggunaan senjata senjata tersebut juga di gunakan untuk
menjatuhkan moral tentara musuh hal tersebut terus berkembang pada sampai saat ini di
mana pelombaan senjata di gunakan untuk menjatuhkan moral musuh. Dibalik itu semua
adakah hukum yang mengatur tentang hukum perang dan tentang senjata senjata yang di
larang dalam perang.?
Hukum perang sudah di kenal pada saat zaman romawi yang sebut dengan
statuta roma. Statuta roma juga mnyebutkan aturan aturan tentang perlindungan rakyat
50
Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta 1999, hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
86
sipil di mana bahwa
apabila terjadinya suatu konflik maka para tentara tidak di
perbolehkan untuk menyerang warga sipil apabila ia bukan merupakan seorang partisan .
Dan di dalam ajaran Islam tepatnya lagi di dalam Al Quran juga menyebutkan
bahwa di mana apabila di dalam terjadinya keadaan perang maka orang tua ,wanita dan
anak - anak wajib di lindungi terlebih dahulu dan tidak boleh di sakiti dan kedua hal
tersebut telah menjadi pedoman bagi Negara Negara yang ada di dunia pada saat itu.
Namun pada masa itu belum ada suatu perangkat peraturan yang mengatur tentang
perang dan senjata senjata apa yang dilarang dalam perang.
Pengarturan pelarangan penggunaan senjata senjata tertentu sama sekali belum
pernah di buat secara terperinci sampai pada abad ke 19 Hal ini di karenakan perangkat
perangkat pendukung seperti lembaga Henry Dunant yang mencetuskan tentang Palang
merah Internasional belum terbentuk. Setelah terbentuknya lembaga ini dan juga di
dukung oleh metode metode peperangan yang baru maka barulah di buat peraturan
tentang pelarangan penggunaan senjata tertentu.seperti Declaration of St. Petersburg
1868, Hague Convention dan konvensi konvensi lainnya .
Perkembangan Hukum Internasional juga semakin berkembang
seiring
perkembangan metode peperangan yang baru seperti azas peperangan di darat oleh Lieber
yang di kenal dengan Lieber Code dan teknologi senjata baru yang kian mematikan dan
berbahaya dimana banyak terdapat senjata senjata inhuman weapons atau senjata senjata
yang tidak berprikemanusiaan dan yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan
dan penghancuran yang berlabihan.
Perang sampai kapan pun akan terus menimbulkan penderitaan terutama bagi
rakyat sipil hal ini terus terjadi dari masa kemasa di mana collateral damage dalam
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
87
perang tidak dapat di hindari lagi . tetapi bagaimana caranya
untuk meminimalisir
korban sipil dalam perang itulah berbagai alasan mengapa perlunya pengaturan tentang
senjata senjata apa saja yang di perbolehkan dalam perang mengingat untuk
meminimalisir korban sipil dalam perang
Peperangan yang terjadi pada abad ke 20 dengan abad sebelumnya praktis
berbeda jauh, dimana perang di nilai merupakan menjadi sarana tunggangan politik
penguasa untuk mencapai keinginannya dan ambisi untuk menyebarkan pengaruh
keseluruh dunia. Hal ini dapat kita lihat
pada akhir perang dunia ke dua dimana para
adidaya ussr dan amerika serta sekutunya menanamkan pengaruh mereka di Negara
Negara yang mereka kalahkan.
Bukti akan hal tersebut ini dapat kita lihat dengan kekalahan Jerman pada
perang dunia ke II di mana Jerman terbagi akan dua dengan paham yang berbeda yaitu
Jerman Barat dengan liberalis yang di usung oleh Amerika dan Jerman Timur dengan
paham sosialis komunis yang di usung oleh Rusia hal ini meyakinkan kita bahwa Negara
yang kalah mau tidak mau harus mengikuti alur politik dan paham yang di anut oleh
Negara penakluk.
Dan hal ini sejalan dengan pendapat “Karl Von clausewitz 51 yang menyebutkan
bahwa perang bukanlah semata mata merupakan suatu tindakan politik melainkan
merupakan suatu instrumen politik untuk pencapaian pencapaian tujuan tujuan
tertentu”. Seperti halnya akan kepentingan politik bahwa maksud tertentu dan agenda
tertentu dapat kita lihat pada invasi amerika ke irak pada tanggal 20 maret 2003 di mana
51
.Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 Opcit. Hal 35
Hukum Internasional 2
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
88
terdapat agenda agenda tersembunyi di dalam perang tersebut. Di mana dengan tanpa
mandat PBB Amerika menginvasi Irak yang merupakan pelanggaran piagam Nuremberg
dengan
dalih
pengembangan
senjata
pemusnah
massal
(Weapon
of
Mass
Destruction(WMD) ) yang tidak dapat di buktikan oleh AS. Ironis dengan apa yang
dilakukan AS terhadap sekutu dekatnya di daerah Timur Tengah yaitu Israel yang
terbukti memiliki ratusan bahkan ribuan senjata senjata yang berbahaya bagi
kemanusiaan dan lingkungan.
Seperti yang kita ketahui warisan dari perang dingin ialah munculnya senjata
senjata baru yang lebih mematikan dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup
manusia dimana pembuatan akan senjata senjata tersebut di buat tanpa adanya
pengawasan yang tegas oleh PBB seperti halnya bom bom gas, bakteriologi dan nuklir
serta senjata senjata konvensional lainya yang menyebabkan penderitaan yang
berkepanjangan. Walau pun telah ada peraturan peraturan tentang penggunaan senjata
tersebut seperti yang tercantum dalam konvensi konvensi dan traktat traktat yang telah
ada
Agresi AS ke iraq memang serta merta melanggar kaedah kaedah dan peraturan
peraturan hukum internasional dan mencoreng kredibilitas PBB karena perang tersebut
bukanlah merupakan untuk membela diri hal ini bertentang dengan prinsip keputusan
pengadilan Nuremberg dan Tokyo di mana bahwa tindakan tindakan perencaan persiapan
prakarsa dan penyulutan perang ataupun agresi yang melanggar Traktat Traktat
Internasional merupakan suatu kejahatan internasional dan melibatkan individu individu
yang menggerakan peperangan itu sesuai yang tercantum di dalam Briand Kellog pact
atau Paris Pact tahun 1928
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
89
Dan yang lebih parahnya lagi AS dalam invasinya ke Irak menggelar seluruh
aramada perangnya baik dari darat laut dan udara untuk menjadikan Irak tempat uji coba
senjata senjata canggihnya .Tak tanggung tanggung total biaya milyaran dollar di
curahkan untuk menggelar “Operation Iraqi Freedom 52”yang nota bene hanyalah sebagai
sarana ladang pembantaian AS setelah Vietnam.
Dalam operasi militer ini Amerika mengerahkan seluruh arsenal konvensional
mereka termasuk senjata pemusnah masal konvensional seperti bom pintar JDAM(joint
direct attack munition ),BLU-828 Daisy cutter, BGM 109 Tomahawk, MOAB(massive
ordinance air blast)dan BLU-97/B Cluster Bomb 53. Semua arsenal tadi merupakan
ancaman yang sangat serius apa bila terjadi salah sasaran dan mengenai rakyat sipil yang
tak berdosa dan hal yang di takutkan tersebut terjadi sampai saat detik ini di negeri 1001
malam tersebut.
Seperti yang kita ketahui dalam Protocol Tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 54
yaitu
4. protocol I tentang non-detectable fragments
5. protocol II tentang prohibition or restriction on use of mines bobby trap and other
device
6. protocol III tentang prohibition or restriction on the use of incendiary weapons.
Protkol ini menyatakan secara tegas menentang penggunaan senjata senjata
yang termasuk di dalam katagori protocol tersebut dan pada point III juga menambahkan
bahwa larangan penggunaan senjata dan metode peperangan atau armed conflict yang
52
Sontani, Roni, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII:’Perang Irak gelar senjata pemusnah AS”hal.18.
Aviantara, Dodi, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII’Sang Penebar Maut’.hal..20-21
54
add protocol Geneva convention 1977
53
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
90
menyebabkan kerusakan hebat dan yang tidak selayaknya dan menambahkan suatu
larangan tersebut penggunaan metode metode atau cara yang di maksudkan atau di
harapkan akan menimbulkan kerusakan luas berjangka waktu lama dan dahsyat terhadap
lingkungan alam (pasal 35)
Diantara jenis bom yang di gunakan oleh AS yang paling berbahaya BLU –
97/B Cluster munitions karena merupakan salah satu bom yang paling berbahaya.bagi
kemanuisiaan mengapa bom tersebut di katagorikan sebagai ancaman bagi kemanusiaan
.karena bom tersebut bersifat multi fungsi dan bentuknya yang tersamar samara sehingga
sulit di bedakan 55.
Bom cluster ini apabila di jatuhkan maka pada ketinggian tertentu antara 300
sampai dengan 3000 kaki maka ia akan pecah menjadi beberapa bagian bagian bom yang
ukuranya sangat kecil namun memtikan. Secara teorinya bom tersebut akan meledak
apabila mencapai tanah namun di dalam kenyataanya hanya lima persen saja yang
meledak apabila menyentuh tanah dan bom bom kecil yang tidak meledak tadi akan
beralih fungsi menjadi ranjau. Hal tersebut merupakan manjadi ancaman yang sangat
serius bagi rakyat sipil .Ini terbukti dengan laporan bahwa kematian sipil dalam perang
Irak tahun 2003 salah satunya berasal dari Bom ini. Apalagi AS dan sekutunya
mengunakan bom ini untuk menghantam sasaran militer yang terletak di kota seperti
Baghdad yang padat penduduk.
Tak hanya Iraq, rakyat sipil Lebanon juga merasakan dampak dari penggunaan
bom tersebut dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hizzbullah tahun 2006 lalu.
55
http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
91
Walaupun konflik antara Lebanon dan Hizzbullah telah usai untuk saat ini tetapi bahaya
yang di timbulkan dari konflik tersebut masih menghantui warga sipil Lebanon. Ini
karena sisa sisa dari bom cluster yang tidak meledak yang di jatuhkan oleh pesawat
tempur F-16 Israel beralih fungsi menjadi ranjau darat yang bentuknya tersamarkan
sehingga tidak dapat di deteksi secara nyata
Atas dasar inilah perlu adanya diadakan suatu regulasi baru yang mengikat
untuk melindungi rakyat sipil dari ancaman penggunaan senjata senjata berbahaya seperti
bom ini dengan di bentuknya lembaga Arms control. Arms control merujuk pada suatu
tindakan pengaturan yang di akui hanya dalam hal hal arahan arahan khusus mengenai
penyebaran , penghapusan, pengurangan atau pembatasan dan larangan pembuatan
beberapa jenis senjata tertentu berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari arms control ini
adalah unutk memulihkan keseimbangan .penagkalan atau untuk mengurangi resiko
resiko jatuhnya korban sipil dalam perang dengan jumlah yang sangat banyak.
Ini juga di perkuat dengan instrument Hukum Humaniter yaitu tiga Protocol
tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 yakni Protokol I, II dan III yang melarang
penggunaan penggunaan senjata senjata yang akibatnya mencelakai dengan pecahan
pecahan , ujung yang tidak dapat di deteksi dan juga masalah pengguaan dalam ranjau
dalam perang .
Namun di dalam konflik bersenjata hanya sebahagian saja yang efektif dari
peraturan ini.Seorang pakar bernama W.J Fenrick 56 dalam tulisanya “new developments
in the concerting the use of conventional weapons in armed conflict”menyebutkan bahwa
Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta 2005.Opcit hal4
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
92
konvensi dan protocol tambahan tersebut memiliki sedikit dampak terhadap penggunaan
efektif senjata-senjata konvensional modern. Seperti halnya penggunaan bom cluster oleh
AS Israel dan negara negara lainya yang masih menggunakan bom tersebut, mengingat
dampak yang di timbulkan dari penggunaan tersebut dapat membahayakan rakyat sipil
B.Rumusan Masalah
Pandangan dari sumber sumber Hukum Humaniter dan hukum Internasional
tentang penggunaan senjata senjata berbahaya atau inhuman weapons ?
4. Apakah Bom Cluster dapat di katagorikan sebagai Inhumans Weapon ?
5. Apakah penggunaan bom cluster termasuk dalam kejahatan terhadap
kemanusiaan ?
6. Sanksi sanksi apa saja yang dapat di jatuhkan kepada negara negara
yang memproduksi dan menggunakan bom cluster tersebut terkait
dengan pelanggaran konvensi konvensi tentang penggunaan senjata
konvensional tertentu?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian umum, latar belakang, serta sumber sumber
umum dari Hukum Humaniter dan hukum internasional tentang penggunaan bom cluster
sehingga bom cluster dapat di kategorikan sebagai senjata inhumans weapon atau tidak..
2.. Untuk mengetahui apakah penggunaan bom cluster dapat di katagorikan
sebagai pelanggaran atas kemanusiaan.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
93
3. Untuk mengetahui sanksi-sanksi yang dapat di jauthkan kepada negara negara
produsen dan pengguna dari Bom Cluster serta penanggulannya pasca konflik.
D. Manfaat Penelitian
Dalam skripsi ini manfaatnya ialah membuat kita sadar akan berbagai jenis
pelanggaran yang di lakukan dengan menggunakan senjata konvensional dan tidak
terpaku hanya pelanggaran kemanusiaan dengan menggunakan senjata biologis. Di lain
pihak dengan seiring perkembangan zaman yang moderen diharapkan kita para
mahasiswa dapat lebih peka untuk menilai akan sesuatu hal yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap kemanusiaan tertutama tentang perkembangan senjata konvensional
yang sekarang ini perkembangannya daya hancur dan efeknya hampir sama dengan bom
nuklir atau senjata biologis lainnya
D1.Manfaat Teoritis
Di dalam penelitian ini manfaat teoritis yang dapat kita ambil ialah bahwa
pengguanaan akan bom cluster adalah suatu hal yang baru dan merupakan salah satu dari
penggunaan senjata konvensional yang berbahaya. Ini juga menjadi menambah wawasan
dan pengetahuan khususnya di bidang Hukum Internasional khususnya mengenai
Humaniter dimana perkembangan senjata konvensional saat ini sudah sangat
memprihatinkan sehingga perlu untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan
senjata konvensional. Penelitian ini juga berguna bagi para pakar Hukum Internasional
khususnya Hukum Humaniter dalam merumuskan suatu perangkat hukum baru di bidang
Humaniter
D.2 Manfaat Praktis
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
94
Manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai pedoman awal bagi para
pembaca dan ahli militer dalam menerapkan suatu peralatan persenjataan di mana
perkembangan akan senjata konvensional yang kian dinamis dan berkembang secara
pesat yang membutuhkan kepekaan atas permasalahan penggunaan bom cluster ini. Hal
ini di karenakan penggunaan akan bom ini dilapangan masih terbilang tergolong baru dan
merupakan senjata yang kontroversial dan juga menjadi satu tolak ukur awal di dalam
penerapannya terkait pelanggaran akan kemanusiaan yang di akibatkan oleh penggunaan
bom tersebut di lapangan..
E. Keaslian Penelitian
Dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul tersebut di karenakan
bahwa penggunaan bom cluster ialah merupakan salah satu alat persenjataan moderen
yang merupakan salah satu senjata konvensional yang sangat berbahaya terhadap
kemanusiaan. Adapun penulis mengambil juduk tersebut di karenakan penggunaan akan
bom cluster tersebut merupakan hal yang baru dan belum ada yang membahas akan hal
ini di Fakultas Hukum Universits Sumatera Utara. Dan di dalam penulisan skripsi ini
penulin menggambil pembahasan tentang bom Cluster di karenakan Bom tersebut
merupakan salah satu senjata yang anti kemanusiaan. Dan adapun skripsi ini di buat ialah
untuk menambah wawasan serta ilmu bagi semua pembacanya.
F. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian ini di lakukan atas dasar latar belakang bahwa Bom Cluster Tersebut
penggunaanya masih baru dan terbilang kontroversial. Bom tersebut menjadi
kontroversial di karenakan sisterm kerjanya yang bisa berubah ubah yakni dari bom biasa
lalu pecah menjadi beberapa anak bom dan yang menjadi perhatian serius ialah bahwa
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
95
tidak semua anak bom tersebut meledak jika menyentuh tanah dan anak bom tersebut
beralih fungsi menjadi ranjau darat 57.
Seperti yang kita ketahui penggunaan akan ranjau darat telah dilarang hal ini
dapat kita lihat di dalam beberapa konvensi seperti Konvensi Jenewa Protokol Tambahan
tahun 1977 serta Konvensi PBB mengenai Senjata Konvensional Tertentu(UNCCWUnited Nation Convention on Certain Conventional Weapon) dimana penggunaan bom
tersenbut secara terang-terangan telah melanggar poin poin penting yang ada didalam
Konfensi tersebut yakni tentang penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan
yang tidak perlu, non detectable fragement, dan perusakan yang secara berlebihan 58.
Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa
penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait
dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar
biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk
dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan
sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak 59.
Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom
tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom
tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang
dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut.
57
58
http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28,
Ibid
59
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
96
Di dalam penelitian ini walupun belum ada yang secara khusus membahas
peraturan tentang penggunaan bom cluster, penulis mengambil beberpa perangkat
peraturan yang mendekati dengan pelanggaran yang di akibatkan oleh penggunaan bom
cluster yaitu ;
7. Protocol of St.Petersburg 1868
8. Hague Convention 1899-1907
9. Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977
10. Convention of Certain Conventional Weapons 1980
11. Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use,
Stockpiling Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on
Their Destruction
12. Statuta Roma 1998
Dan penelitian ini juga menggambil sampel dari status dampak yang terjadi di
daerah Timur Tengah di mana penggunaan akan bom tersebut sangat sering di gunakan
dalam pertikaian yang ada di daerah tersebut data data yang di peroleh dari penelitian ini
di dapat melalui media elektronik,media cetak buku dan beberapa referensi dari buku
terkait mengenai senjata konvensioanal tertentu yaitu ;
9. Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai
Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968
10. Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar
Kusumaatmaja, Hukum
Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di
Indonesia,Bancipta Bandung;1980
11. Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
97
12. The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National
Public Radio, Washington, D.C.;2007
13. Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju.
Bandung ;2003
14. Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional
Committee of The Red Cross, Jakarta 1999,
15. Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant
Institute, Geneva;1993
16. Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian
Law.
Dalam skripsi ini penulis juga mendapatkan informasi sekitar bom cluster ini
dari sumber yang ada di dalam Departemen Luar Negeri.
G. Metode Penelitian.
Dalam menyelesaikan suatu penulisan karya ilmiah di pakai suatu metode
dalam menyimpulkan fakta fakta sebagai sarana penunjang ataupun sebagai landasan
teori suatu tulisan ilmiah . Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan
penelitian kepustakaan
atau library research yaitu dengan menggumpulkan
dan
mengambil dan mengambil bahan bahan dari teori teori maupun intisari dari tulisantulisan para ahli yang berkompeten di bidangnya yang tertuang dalam buku –buku yang
berupa karangan ilmiah artikel artikel di majalah maupun surat kabar ataupun tabloidtabloid. Penulis juga banyak mengambil dan memakai beberapa artikel artikel
dari
internet yang berhubungan dengan skripsi ini serta penulis juga mengambil atau memakai
konvensi konvensi yang bersifat internasional.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
98
H.Sistematika penulisan.
Dalam menyusun skripsi ini penulis membaginya dalam 5 bab dimana setiap
bab memiliki sub-sub bab yang akan menguraikan secara rinci isi dari tulisan bab perbab
tersebut. Adapun sistematika bab perbab tersebut adalah :
Bab I di buat dengan judul pendahuluan di mana di bab ini penulis akan membuka apa
yang mendasari dari isi skripsi ini, untuk mengurainya penulis membagi dalam beberapa
sub bab yaitu :
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
E Keaslian penulisan
F Tinjauan kepustakaan
G. Metode Penelitian
H. Sistematika penulisan
Bab II di buat dengan judul Tinjauan umum hukum humaniter yang terdiri dari
4 sub bab yaitu :
E. Pengertian hukum humaniter.
F. Sejarah dan perkembangan hukum humaniter
G. Sumber sumber hukum humaniter
H. Mekanisasi penegakan hukum humaniter internasional
Bab III di buat dengan judul tinjauan umum tentang penggunaan bom cluster
dalam konflik di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu:
A.. Defenisi Bom Cluster.
4. Sejarah penggunaan bom cluster.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
99
5. Jenis – jenis bom cluster
6. Negara-negara yang memproduksi dan menggembangkan bom
clustrer.
B. Penggunaan Bom Cluster di Timur – Tengah.
3. Penggunaan Bom Cluster oleh Israel
4. Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk
Bab IV Dibuat dengan
judul Penggunaan Bom Cluster Dan hubungannya
dengan pelanggara humaniter di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu:
D. Peraturan tentang penggunaan senjata senjata dalam perang yang di akui
oleh dunia.
E. Dampak yang di akibatkan oleh bom cluster bagi rakyat sipil
F. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa tentang
penggunaan senjata berbahaya oleh AS dan Israel dalam konflik Timur
Tengah
Upaya upaya yang di lakukan oleh beberapa negara dalam pencegahan dan
penghapusan bom Cluster
Bab V di buat dengan tulisan : kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub
bab yaitu kesimpulan dan saran penulis untuk menutup skripsi ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM HUKUM HUMANITER
A. Pengertian Hukum Humaniter
Peperangan merupakan suatu fenomena yang telah ada sepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus diterima sebagai
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
100
sesuatu dari bagian kehidupan manusia di dunia ini, perang juga menunjukkan bahwa
telah terjadi suatu interaksi atau hubungan antara manusia di bumi ini.
Jika dilihat dari kacamata Hukum Internasional, perang juga merupakan salah
satu cara penyelesaian sengketa-sengketa Internasional. Menurut Hukum Internasional
ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu penyelesaian sengketa secara
damai (Pepaceful settlement of disupute) dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan
(Settlement of dispute by coercive means). 60
Suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai suatu keadaan perang, menurut
Fadillah Agus adalah apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :61
3
Adanya konflik yang menggunakan kekuatan bersenjata di suatu
wilayah.
4
Intensitas penggunaan kekuatan bersenjata cukup tinggi dan
terorganisir.
Istilah
atau
penyebutan Hukum Humaniter
atau
lengkapnya
disebut
Internasional Humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah Hukum
perang (Laws of War), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata
(Laws of Armed Conflict), yang akhirnya pada saat ini baisa dikenal dengan istilah
Hukum Humaniter.
G.P.H Haryomataram membagi Hukum Humaniter menjadi dua aturanaturan pokok, yaitu : 62
60
Fdillah Agus, Bentuk-bentuk sengketa bersenjata, dalam buku (Hukum Humaniter suatu perspektif,
editor Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee
of The Red Cross, Jakarta 1997, Hal 1.
61
Ibid, Hal 3.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
101
3.
Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai
untuk berperang (Hukum Den Haag / The Hague Laws).
4.
Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan
penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa / The Geneva
Laws).
Sedangkan
menurut
pendapat
ahli
lainnya
yaitu
Muchtar
Kusumaatmaja, 63
Hukum Perang itu dapat dibagi sebagai berikut:
3) Jus ad bellum, yaitu Hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal
bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan
bersenjata.
4) Jus in bello,
yaitu Hukum yang berlaku dalam perang, dan ini dibagi lagi
menjadi dua bagian yaitu:
a. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang (Conduct of War).
Bagian ini biasanya disebut The Hague Laws.
b. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban
perang. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws.
Sedangkan defenisi Hukum Humaniter Internasional yang diberikan oleh
F. Sugeng Istanto adalah keseluruhan ketentuan hukum, yang merupakan bagian dari
hukum internasional publik yang mengatur tingkah laku manusia dalam pertikaian
62
Haryomataram, Sekelumit Tentang Hukum Humaniter, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 1994,
Hal 1.
63
Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta 1999, hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
102
bersenjata yang didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan dengan tujuan melindungi
manusia. 64
Semula istilah-istilah yang sering dipergunakan adalah Hukum Perang.
Akan tetapi karena istilah perang tidak terlalu disukai, yang mungkin disebabkan oleh
trauma yang berkepanjangan akan perang dunia ke II yang telah menelan banyak korban,
baik itu pihak sipil maupun pihak militer, maka dilakukan upaya-upaya untuk
menghindarkan dan bahkan meniadakan perang. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut
antara lain melalui:
Pembentukan LBB (Liga Bangsa-Bangsa)
Karena para anggota organisasi yang terdiri dari bangsa-bangsa yang ada dunia
ini sepakat untuk menjamin perdamaian dan keamanan, maka para anggota menerima
kewajiban untuk tidak memilih jalan perang, apabila mereka terlibat dalam suatu
permusuhan.
Pembentukan Kellog-Briand pact
Kellog-Briand Pact disebut juga dengan Paris Act 1928. Anggota-anggota dari
perjanjian ini menolak atau tidak mengakui perang sebagai alat ppolitik nasional dan
mereka sepakat akan mengubah hubungan mereka hanya dengan jalan damai.
Pengertian
Internasional
Armed
Conflict
Commentatary Konvensi Jenewa 1949, sebagai berikut:
65
dapat
diketemukan
dalam
any difference arising between
two states and leading to the intervention of members of the armed confilct within the
64
F. Sugeng Istanto, Penerapan Hukum Humaniter Internasional pada orang sipil dan perlindungannya
dalam pertikaian bersenjata. Makalah pada seminar Nasional tentang palang merah internasional dalaml
peritkaian bersenjata non-internasional, Ujung Pandang, 12-13 Maret 1979.
65
Jean S. Pictet et. Al, Commentary II Geneva Convention, ICRC, Geneva, 1960, P. 28, seperti dikutip
oleh Fadillah Agus , Op. Cit Hal 4.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
103
meaning of article two (2), even if one of the parties denies the existence of state of war.
It makes no difference how long the conflict lasts, or how much slaughter takes place.
Jika di dalam Konvensi Jenewa yang dikategorikan sebagai sengketa bersenjata
internasional adalah sengketa bersenjata yang terjadi antar negara, maka dalam Potocol I
(I0 Thn 1977 terdapat perkembangan yang menarik dimana CAR conflict juga termasuk
dalam sengketa bersenjata internasional. Adapun yang dimaksud dengan CAR Conflict
atau yang lebih dikenal dengan nama War of national Liberation, ini adalah fighting
against colonial domiration; alien occupation; and against racist regime. 66
Dapat dikatakan bahwa ketentuan ini merupakan suatu perubahan yang
mendasar, dimana didalamnya yang tercakup sengketa bersenjata tidak hanya melibatkan
antar negara saja, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh suatu bangsa (peoples) yang
belum mempunyai atau belum memenuhi syarat-syarat sebagai suatu Negara.
Sikap
untuk
menghindari
peperangan
berpengaruh
dalam
perubahan
penggunaan istilah, sehingga mengakibatkan istilah Hukum Perang berubah menjadi
Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed Conflict). Mengenai hal ini Edward
Kossoy67 Berpendapat :
“ The term of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal
formulation, the older nation of war. On purely legal consideration the replacement for
war by ‘ Armed Conflict’ seems more justified and logical”
Istilah hukum sengketa bersenjata (Law of Armed Conflict) dapat dikatakan
sekarang ini sebagai pengganti Hukum perang (Law of War) banyak dipakai dalam
66
Pasal 1 ayat (4) Protokol I 1977.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
104
konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan kedua protocol tambahannya. Dalam perkembangan
selanjutnya, yaitu pada awal permulaan abad ke-20, diusahakan untuk mengatur cara-cara
berperang, yang isi dari konsepsi-konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asa kemanusiaan
(Humanity Principle).
Dengan adanya perkembangan baru ini, maka istilah Hukum sengketa
bersenjata mengalami perubahan lagi, yaitu dalam hal ini diganti dengan istilah Hukum
Humaniter Internasional yang berlaku dalam sengketa bersenjata atau biasa disebut
(International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict) dan sering juga
disebut Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Walaupun
memiliki istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama.
Dalam kajian kepustakaan Hukum Internasional istilah Hukum Humaniter
merupakan suatu istilah yang dianggap masih relatif baru, istilah ini baru lahir sekitar
tahun 1970-an, ditandai dengan diadakannya Conference of Government Exper on the
Reaffimation and Development in Armed Conflict pada tahun 1971. Selanjutnya pada
tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 1974, 1975, 1976, dan seperti 1977 diadakanlah suatu
konfrensi yang bertajuk Diplomatic Conference on the Reaffirmation and Development
of International Humanitarian Law Applicate in Armed Conflict.
Sebagai bidang kajian baru dalam wacana Hukum Internasional, maka terdapat
berbagai macam rumusan-rumusan atau defenisi mengenai Hukum Humaniter ini yang
dibuat oleh para pakar yang berkompeten dengan ruang lingkup Humaniter itu sendiri.
Rumusan-rumusan yang diberikan pada dasarnya hampir
sama namun beda
penyampaiannya saja, diantaranya :
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
105
Jean Pictet menyatakan bahwa 68 “International Humanitarian Law in the wide
sense is Constitutional legal provison, whether written and customary, ensuring respect
for individual and his well being”.
Lain pula halnya dengan Geza 69 yang merumuskan Hukum Humaniter
Internasional dalam defenisinya sendiri yaitu: “Part of the rules of public international
law which serve as the protection of individuals in time of armed conflict. Its place is
beside the norm of warfare it is closely related to them but must be clearly distinguish
from these its purpose and spirit being different”.
Sedangkan Muchtar Kusumaatmaja 70
Humaniter itu adalah :
mengemukakan bahwa Hukum
“Bagian dari hokum yang mengatur ketentuan-ketentuan
perlindungan korban perang, berlainan dengan hokum perang yang mengatur perang itu
sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri.
Ebsjorn Rosenbland, 71 merumuskan bahwa Hukum Humaniter Internasional
dengan mengadakan pembedaan antara:
The Law Of Armed Conflict, berhubungan dengan :
Permulaan dan berakhirnya pertikaian
Penduduk wilayah lawan
Hubungan pihak bertikai dengan negara netral
Sedangkan Law of Warfare, ini antara lain mencakup :
4. Metoda dan sarana perang
68
Pictet, The Principles of International Humanitarian Low, dalam Arlina Permana Sari, Ibid Hal 9
Geja Herzegh, Recent Problem Of Interntional Humanitarian Law, dalam Ibid.
70
Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di
Indonesia, 1980, dalam Ibid.
71
Ibid, Hal 10
69
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
106
5. Status kombatan
6. Perlindungan yang sakit, tawanan perang dan rang sipil.
Panitia tetap (Pantap) Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan Perundangundangan merumuskan sebagai berikut 72 :
“ Hukum Humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan ketentuanketentuan Internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup Hukum
Perang dan Hak Asasi Manusia, bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap
harkat dan martabat seseorang”.
Dengan melihat, memperhatikan serta mencermati pengertian dari kesemua
defenisi-defenisi yang telah diungkap oleh para ahli diatas, maka rung lingkup dari
Hukum Humaniter dapatlah kita dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok
aliran luas, kelompok aliran tengah dan kelompok aliran sempit. Jean Pictet misalnya, ia
pada dasarnya penganut pengertian Hukum Humaniter dalam arti pengertian yang luas,
yaitu bahwa Hukum Humaniter mencakup baik Hukum Jenewa, Hukum Den Haag dan
Hak Asasi Manusia.
Sebaliknya dengan Geza Herzegh yang menganut aliran sempit, dimana
menurut pendapatnya Hukum Humaniter hanya menyangkut Hukum Jenewa. Sedangkan
Starke dan Haryomatoram yang defenisinya tidak diurai disini menganut aliran tengah
dimana mereka menyatakan bahwa Hukum Humaniter terdiri atas Hukum Jenewa dan
Hukum Den Haag 73.
B. Sejarah dan perkembangan Hukum Humaniter
72
73
Ibid
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 22
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
107
Hampir tidak mungkin bagi siapa pun juga untuk memberi bukti dokumenter
kapan dan dimana aturan-aturan mengenai Hukum Humaniter ini pertama kali timbul,
dan tentunya akan lebih sulit lagi untuk menyebutkan “Pencipta” atau “penggagas” dari
Hukum Humaniter tersebut. Sekalipun dalam bentuknya yang sekarng relatif baru,
Hukum Humaniter Internasional atau Hukum Sengketa bersenjata, atau juga Hukum
Perang, memiliki suatu sejarah yang sangat panjang. Bahkan Hukum ini sama tuanya
dengan perang peradapan manusia, dan perang sama tuanya dengan kehidupan manusia
di bumi. 74
Sampai kepada bentuknya yang sekarang, Hukum Humaniter Internasional telah
mengalami perkembangan-perkembangan yng sangat penjang, dalam rentang waktu yang
sangat panjangitu telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk memanusiawikan
perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk memberikan perlindungan
kepada orang-oarang dari kekejaman perang dayan perlakuan semena-mena dari pihakpihak yang terlibat perang.
Upaya-upaya tersebut, yang sering sekali mengalami pasang surut, juga
mengalami hambatan-hambatan yang cukup berarti serta kesulitan-kesulitan sebagaimana
akan tergambar dalam uraian-uraian berikut ini. Disini penulis akan membagi periode
perkembangan Hukum Humaniter ke dalam beberapa era sebagai berikut;
B.1. Perkembangan Pada Zaman Kuno
Pada zaman atau masa peradapan ini para pemimpin militer baisanya
memerintahkan pasukan mereka untuk menyelematkan musuh yang tertangkap,
74
Ibid hal 1
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
108
memperlakukan mereka dengan baik, kemudian juga menyelamatkan penduduk sipil
musuh dan pada waktu penghentian permusuhan makan pihak-pihak yang berperang
biasanya
bersepakat untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik. Sebelum
peperangan dimulai, maka kedua belah pihak akan saling memberi tanda peringatan
terlebih dahulu. Lalu untuk menghindari luka yang berlebihan maka ujung panah tidak
akan diarahkan ke hati. Dengan segera setelah ada yang terbunuh atau terluka,
pertempuran akan berhenti selama 15 hari. Gencatan senjata semacam ini sangat
dihormati, sehingga para prajurit dikedua pihak ditarik dari medan pertempuran.
Juga dalam berbagai peradapan besar dalam rentang tahun 3000 s/d 1500 SM
upaya-upaya seperti itu berjalan terus, hal ini dikemukakan oleh Pictet, antara lain
sebagai berikut
75
:
Didalam adab dan kebiasaan Bangsa-bangsa Sumeria, perang sudah menjadi
semacam lembaga yang telah teroganisir tentang segala sesuatunya. Ini ditandai dengan
adanya pernyataan perang bila ingin atau telah disepakati untuk berperang, juga
dilakukan arbitrasi dalam masalah yang berkaitan dengan perang, serta memperlakukan
kekebalan bagi utusan musuh dan mengadakan perjanjian-perjanjian perdamaian.
Demikian juga dengan kebudayaan Mesir Kuno, sebagaimana yang disebutkan
dalam “Seven Works of True Mercy”, bahwa pada peperangan dimasa itu ada perintah
dari pimpinan militer untuk memberikan makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan
kepada pihak musuh, juga perintah untuk merawat musuh yang sakit, dan menguburkan
yang mati. Perintah lain yang dianggap terlalu klise adalah pada masa itu ada perintah
75
Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.Henry Dunant Institute 1985
hal 7
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
109
yang menyatakan “anda juga harus memberikan makanan kepada musuh anda”. Seorang
tamu, bahkan musuh pun tak boleh diganggu, demikian kira-kira prinsip mereka pada
masa itu.
Hampir serupa juga dengan yang terjadi pada bangsa Hittite, dalam melakukan
peperangan mereka benar-benar menggungkan cara-cara yang sangat manusiawi. Hukum
yang mereka miliki didasarkan atas keadilan dan integritas mereka. Mereka biasanya
menandatangani pernyataan atau traktat pada saat akan memulai peperangan. Para
penduduk yang menyerah, yang berasal dari kota, tidak diganggu. Kota-kota dimana para
penduduknya melakukan perlawanan akan di tindak secara tegas. Namun ini merupakan
pengecualian terhadap kota-kota yang dirusak dan penduduknya dibantai atau dijadikan
budak. Kemurahan hati mereka sangat jauh berbeda dengan bangsa Assiria yang juga
memiliki kekuatan saat itu, dimana bangsa ini terkenal dengan kekejamannya dalam
merebut kemenangan.
Sedangkan sistem perang pada peradapan di India sebagaimana yang tercantum
dalam syair kepahlawanan Mahabatra dan Undang-Undang Manu, 76 bahwa para Satria
dilarang untuk membunuh musuh cacat, yang sudah menyerah, dan yang luka-luka
sehingga harus dipulangkan kerumah mereka setelah diobati. Selain itu ada larangan
untuk mengarahkan senjata dengan sasaran menusuk ke hati juga tidak boleh
menggunakan panah beracun dan panah api, telah adanya pengaturan mengenai penyitaan
hak milik musuh dan syarat-syarat bagi penahanan para tawanan, juga mengenai
dilarangnya pernyataan tidak menyediakan tempat tinggal.
76
Kitab Undang-undang Manu merupakan kitab undang-undang tertua yang ada di India yang dipakai
sebagai dasar untuk melaksanakan hubungan dengan negara-negara lain, serta berisi cerita tentang saksi
yang akan dijatuhkan kepada seseorang yang tidak memiliki perintah Raja.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
110
Sedangkan dalam espos sejarah peperangan di Indonesia pada masa lampau
dapat kita lihat beberapa kebiasaan nenek moyang kita dalam melaksanakan hukum
perang itu. Kebiasaan dan Hukum perang itu terbagi dalam beberapa periode yaitu :
Periode pra-sejarah, periode Klasik, dan periode Islam. Praktek dari kebiasaan dan
hukum perang yang dilakukan mereka biasanya tentang adanya suatu pernyataan perang
diantara pihak-pihak yang berperang. Kemudian tentang perlakuan terhadap tawanan
perang, larangan untuk menjadikan wanita anak-anak sebagai sasaran perang, dan juga
tentang pengaturan untuk mengakhiri perang. Dalam sebuah prasasti yang ditemukan di
Sumatera Selatan (Prasasti Talang Tuo) misalnya, berisikan berita Raja yang memuat
tentang kutukan dan Ultimatum. Jadi bagi mereka yang melawan perintah Raja, akan
diserang oleh Bala tentara Raja. Begitu pula pada masa kerajaan Gowa diketahui
adalanya perintah raja yang memerintahkah memperlakukan tawanan perang dengan
baik.
B.2.
Perkembangan Pada Zaman Abad Pertengahan
Perkembangan Hukum Humaniter pada zaman abad pertengahan ini banyak
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari berbagai Agama. Dari agama Kristen, agama Islam,
juga dari ajaran-ajaran filosofi kesatrian.
Dalam agama Kristen diajarkan system perang yang menyumbangkan banyak ide
bagi terciptanya konsep “Perang yang Adil” atau Just War. Sedangkan dalam Islam
ajaran perang tercantum dalam Kitab suci agama Islam “Al-Quran” dimana didalam
surah AL-Baqarah: 190, 191, Surah Al-Anfal: 39, Surah Al-Taubah: 5, Surah Al-Haj: 39,
dijelaskan secara gamplang apa dan bagaimana kedudukan perang dalam Islam, dimana
secara garis besar dijelaskan bahwa dalam Islam perang itu dianggap sebagai suatu sarana
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
111
untuk membela diri, bukan untuk mencari musuh apalagi untuk unjuk kekuatan, perang
dalam Islam digunakan untuk menghancurkan kemungkaran yang ada. Sedangkan kalau
melihat dari prinsip filosofi kesatriaan yang berkembang pada zaman abad pertenghan
saat itu, kita dapat melihat bahwa bagaimana mereka membuat pengumuman perang dan
pelarangan penggunaan beberapa senjata yang dianggap tidak perlu.
B.3.
Perkembangan di Era Modern
Kemajuan mengenai Hukum Humaniter yang signifikan mulai terlihat pada
abad ke-18, terutama sekali setelah berakhirnya perang Napoleon. Perubahan besar
terjadi diantara tahun 1850 sampai pecahnya perang dunia I. disini praktek-praktek
Negara kemudian menjadi hukum dan kebiasaan bagi negara tersebut dalam berperang
(Jus in Bello 77).
Salah satu tonggak penting dalam perkembangan Hukum Humaniter ini adalah
dengan berdirinya Organisasi Palang Merah dan di tanda tanganinya Konvensi bersama
di Jenewa yang dikenal dengan Konvensi Jenewa pada tahun 1864. Pada waktu yang
hampir bersamaan di Amerika Serikat Presiden Abraham Lincoln meminta Lieber, yaitu
seorang pakar Hukum imigran Jerman, untuk menyusun suatu aturan dalam perang.
Hasilnya, lahirlah Instructions for Government of Armies of the United States atau disebut
juga Lieber Code, dan dipublikasikan pada tahun 1863. Kode lieber ini memuat semua
aturan-aturan secara rinci pada semua keadaan dan tahapan dalam perang darat, tindakantindakan perang yang benar, perlakuan terhadap sipil, perlakuan terhadap kelompok
orang-orang tertentu seperti tawanan perang, bagaimana penanganan mereka yang cedera
dan sebagainya.
77
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 6
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
112
Konvensi 1864, yaitu Konvensi bagi perbaikan keadaan tentara yang luka
ataupun cedera di medan peperangan, terutama perang darat. Konvensi 1864 dipandang
sebagai konvensi yang mempelopori lahirnya konvensi-konvensi Jenewa berikutnya yang
berkaitan dengan perlindungan korban perang. Konvensi ini merupakan langkah pertama
dalam mengkodifikasikan ketentuan perang didarat. Berdasarkan konvensi ini maka unitunit dan personil kesehatan bersifat netral, tidak boleh diserang dan tidak boleh dihalangihalangi dalam menjalankan tugasnya. Begitu pula masalah penduduk setempat yang
membantu pekerjaan kemanusiaan bagi yang luka dan mati baik kawan ataupun lawan
tidak boleh dihukum. Konvensi ini juga memperkenalkan tanda palang merah di atas
dasar putih sebagai tanda pengenal bagi bangunan-bangunan yang digunakan sebagai
posko kesehatan juga tanda pengenal bagi personil-personil kesehatan. Tanda palang
Merah diatas dasar putih inilah yang kemudian menjadi lambang dari palang merah
internasional atau International Committee of the Red Cross yang sebelumnya bernama
International Committee For the Aid of the Wounded,International Committee For the
Aid of the Wounded, yang didirikan oleh beberapa warga Jenewa dan Henry Dunant pada
tahun 1863.
Dengan demikian, tidak seperti pada masa-masa zaman sebelum ini yang terjadi
melalui proses hukum kebiasaan, maka pada masa ini perkembangan-perkembangan yang
sangat penting bagi hukum Humaniter Internasional, dikembangkan lewat atau melalui
Traktat-traktat umum yang ditandatangani oleh mayoritas Negara-negara anggota setelah
tahun 1850.
Setelah tahun 1850 telah banyak dihasilkan konvensi-konvensi yang merupakan
perkembangan dari Hukum Humaniter Internasional. Konvensi-konvensi ini tentunya
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
113
melibatkan banyak negara dengan maksud dan tujuan untuk lebih memanusiawikan
keadaan perang. Diantara konvensi-konvensi yang dibuat yang paling terkenal tentunya
Konvensi Den Haag sebagai hasil dari konfensi perdamaian I dan II dan tentunya
Konvensi Jenewa sendiri selain Konvensi-konvensi lainnya dibidang Hukum Humaniter.
C. Prinsip – Prinsip Dalam Hukum Humaniter
Dalam Hukum Humaniter Internasional juga dikenal adanya prinsipprinsip dasar, prinsip-prinsio dasar ini dituangkan dalam tiga azas utama yaitu 78:
1. Asas Kepentingan Militer (Military Necessity): berdasarkan asas ini
maka bagi pihak-pihak yang bersengketa dibenarkan dan diperbolehkan
untuk
menggunakan cara-cara kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan
yaitu keberhasilan dalam perang.
Dalam keadaan perang ada suatu keadaan tertentu yang dianggap sebagai
hukum itu sendiri, yaitu bahwa pemenang perang pastilah pehlawan perang. Pikiran ini
bertitik tolak dari kenyataan bahwa pihak-pihak yang bertikai dan melanjutkan pertikaian
tersebut dengan perang selalu beranggapan bahwa mereka ikut berperang dengan tujuan
dan cita-cita yang luhur, serta untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Hal ini
dianggap sebagai hal yang luhur untuk menjalankan tugas bela negara.
2, Asas Perikemanusiaan (Humanity) : berdasarkan
pihak-pihak
yang
bersengketa
diharuskan
untuk
asas ini maka
memperhatikan
nilai-nilai
perikemanusiaan, diman mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat
menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.
78
Permanasari. Arlina.pengantar Hukum Humaniter”.ICRC. Jakarta 1999 hal 11
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
114
Hal ini dapat kita lihat seperti yang terdapat dalam Konvensi Jenewa
Tahun 1949 tentang perbaikan anggota angkatan perang yang luka atau sakit di medan
pertempuran darat, bahwa anggota angkatan perang dan orang-orang lain yang luka atau
sakit wajib dihormati dan dilindungi dalam segala bentuk keadaan, dan kepada mereka
wajib diperlakukan secara perikemanusiaaan dan dirawat oleh pihak-pihak yang
bersengketa dalam kekuasaan siapa mereka munngkin berada, tanpa perbedaaan yang
merugikan yang didasari oleh kelamin, suku, kebangsaan, agama, pendapat-pendapat
politik atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Khusus dalam perlakuan kepada wanita
harus diperlakuakan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis
kelamin mereka, kemudian asas yang terakhir yang merupakan prinsip dari Hukum
Humaniter adalah:
3. Asas Kesatriaan (Chivalry) : asaz ini mengandung arti bahwa di
dalam setiap peperangan, kejujuran adalah harus kita utamakan. Penggunaan alat-alat
yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat
dilarang.
Prinsip kesatriaan ini sesuai dengan konsep perang yang adil (Just War),
sebagaimana disebutkan di sebelumnya bahwa sebelum perang harus dilakukkan tahaptahap tertentu seperti pengumuman pernyataan perang dan lain-lain, serta tidak boleh ada
penggunaan senjata-senjata perusak syaraf dan senjata biologis serta senjata yang
mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu dan senjata yang menyebabkan kerusakan
yang berlebihan lainnya. Hal ini bakal lebih banyak dibicarakan oleh penulis pada bab
bab berikut karena berkenaan
dengan studi kasus Penggunaan Bom Cluster dalam
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
115
konflik di Timur Tengah, dimana bom tersebut merupakan salah satu senjata-senjata yang
jauh dari asas-asas kesatriaan ini.
Dalam penerapannya, ketiga asas tersebut dilaksanakan secara seimbang,
sebagaimana dikatakan oleh KUNZ:
“ Law of War, to be accepted and to be applied in practise must strike the
correct balance between, on the one hand the principle of humanity and chivalry, and on
the other hand, military interest”
Secara garis besar konvensi ini memberikan gambaran bagaimana pengaturan
tentang hak dan kewajiban Negara-negara netral dalam perang di laut. Dalam Konvensi
ini ditegaskan bahwa kedaulatan dari negara netral tidak hanya berlaku di wilayah
teritorial (wilayah darat) saja, namun juga berlaku bagi wilayah perairan negara-negar
netral. Para pihak yang bersenngketa tidak boleh (atau dilarang) melakukan tindakantindakan di dalam wilayah perairan negara netral yang dapat dikategorikan sebagai
tindakan yang melanggar kenetralan negara tersebut. 79
tindakan-tindakan itu dapat kita misalkan setiap tindakan permusuhan, termasuk
tindakan penangkapan dan pencarian yang dilakukan oleh kapal-kapal perang negara
yang bersenngketa diperairan negar netral, 80 maupun penggunaan pelabuhan dan perairan
netral oleh pihak yang berperang. 81
D. Sumber-sumber Hukum Humaniter.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Hukum Humaniter terdiri
dari Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag. Hukum Jenewa adalah hukum yang mengatur
79
Pasal 1 Konvensi IV Den Haag 1907
Pasal 2 Konvensi IV Den Haag 1907
81
Pasal 5 Konvensi IV Den Haag 1907
80
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
116
masalah perlindungan terhadap korban perang, sedangkan Hukum Den Haag mengatur
mengenai cara dan alat-alat yang digunakan dalam berperang. Kedua ketentuan hukum
tersebut merupakan sumber Hukum Humaniter yang utama selain Konvensi-konvensi
lain yang telah disebutkan terdahulu.
D.1. Berdasarkan Konvensi Den Haag
Hukum Den Haag adalah merupakan suatu ketentuan Hukum Humaniter yang
mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan untuk berperang. Membicarakan
Hukum Den Haag berarti kita akan membicarakan hasil-hasil Konferensi Perdamaian I
yang diadakan pada tahun 1899 dan Knferensi Perdamaian II yang diadakan pada tahun
1907.
D.1.a Konvensi Den Haag Tahun 1899
Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 adalah merupakan suatu hasil
Konferensi Perdamaian I di Den Haag (18 Mei – 29 Juli 1899). Konferensi ini adalah
merupakan prakarsa Tsar Alexander I, dimana sebelumnya Tsar Alexander I ini menemui
kegagalan dalam mewujudkan suatu konferensi Internasional di Brusel, Belgia pada
tahun 1874. Ide fundamental untuk menghidupkan lagi Konferensi Internasional yang
gagal itu adalah rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy Alliance tanggal 26 September
1815 antara Rusia, Austria dan Prussia).
Untuk melaksanakan kehendak Tsar Nicolas II itu maka pada tahun 1898
Menteri Luar Negri Rusia Count Mouravieff mengedarkan surat kepada semua Kepala
Perwakilan Negara-negara yang diakreditir di St.Petersburg berupa ajaran Tsar untuk
berusaha tetap mempertahankan perdamaian di dunia dan mengupayakan pengurangan
senjata.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
117
Konferensi yang dimulai pada tanggal 20 Mei 1899 itu berlangsung selama 2
Bulan dan menghasilkan tiga Konvensi dan tiga Deklarasi tepatnya pada tanggal 29 Juli
1899.
Adapun ketiga Konvensi yang dihasilkan adalah :
4. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional.
5. Konvensi II tentang Hukum dan kebiasaan Perang di darat.
6. Konvensi III tentang Adaptasi Azas-azas Konvensi Jenewa tanggal 22
Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut.
Sedangkan ketiga Deklarasi yang dihasilkan adalah :
d. Melarang penggunaan Peluru-peluru dum-dum atau peluru-peluru yang
bungkusnya
tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat
pecah dan membesar dalam tubuh manusia.
e. Peluncuran Proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon,
selama jangka waktu lima tahun yang berakhir ditahun 1905 juga
dilarang.
f. Penggunaan Proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan
beracun juga dilarang.
D.1.b Konvensi Den Haag Tahun 1907
Konvensi-konvensi ini adalah merupakan hasil dari Konferensi Perdamaian ke
II sebagai kelanjutan dari Konferensi Perdamaian I pada tahun 1889 di Den Haag.
Konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh Konferensi oleh Perdamaian II di Den
Haag menghasilkan sejumlah Konvensi sebagai berikut :
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
118
14. Konvensi
I
tentang
Penyelesaian
Damai
dan
Persengketaan
Internasional;
15. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menurut
Pembayaran Hutang yang berasal dari perjanjian Perdata;
16. Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan;
17. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat dilengkapi
dengan peraturan Den Haag;
18. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Netral dalam Perang di darat;
19. Konvensi VI tentang status Kapal Dagang Musuh pada saat permulaan
peperangan;
20. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang;
21. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau otomatis didalam Laut;
22. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu Perang;
23. Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang
perang di laut;
24. Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan Hak
Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut;
25. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang sitaan;
26. Konvensi XIII tentang hak dan kewajiban negara netral dalam suat
peperangan di laut.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
119
Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1907 mempunyai beberapa konvensi yang
penting untuk dipahami karena mempunyai korelasi dengan judul skripsi yang penulis
buat, ada beberapa konvensi yang kiranya perlu untuk penulis beberkan disini.
Dan konvensi yang di jadikan suatu bahasan dalam skripsi saya kali ini adalah,
Konvensi IV Den Haag 1907 yang berisi mengenai Hukum dan Kebiasaan perang di
darat yang judul asli Konvensinya adalah “Convention Respecting to the Laws and
Customs of War n Land” isi dari konvensi adalah merupakan penyempurnaan dari
Konvensi Den Haag 1899, yaitu Konvensi II Den Haag 1899 mengenai Hukum dan
Kebiasaan perang didarat. Konvensi IV Den Haag 1907 ini, hanya terdiri dari 9 Pasal,
yang dilengkapi dengan lampiran yang disebut dengan Haque Regulation.
Beberapa pasal yang penting dari Konvensi IV tersebut adalah mengenai
Klausula Siomnes, dimana klausula ini terdapat dalam pasal 2 dari konvensi IV Den
Haag 1907, yang berbunyi bahwa konvensi hanya berlaku apabila kedua pihak yang
bertikai adalah pihak dalam konvensi, apabila salah satu pihak bukan peserta konvensi,
maka perturan dalam konvensi tidak dapat dikenakan kepadanya atau tidak dapat
diberlakukan padanya.
Satu lagi Konvensi yang dapat penulis urai disini adalah Konvensi XIII Den
Haag 1907, yang berjudul “Neutral Rights and Duties in Maritime War” Geneve
Convention Relative to the Protection Of the Civilian Person in Time of War;
Keempat Konvensi Jenewa tahun 1949 tersebut dalam tahun 1977 ditambahkan
lagi dengan protokol tambahan 1977, yakni yang disebut dengan:
Protocol Additional tio the Geneve Convention of 12 August 1949,and Relating
To the Protections of Vicrims of International Armed Conflict (Protocol I): dan Protocol
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
120
Additional to the Geneve Convention Of 12
August 1949, And Relating To the
Protections of Victims of Non International Armed Conflict (Protocol).
Protokol I maupun Protokol II tersebut di atas adalah merupakan tambahan dari
Konvensi- konvensi Jenewa 1949. Penambahan ini juga dimaksudkan sebagai
penyesuaian terhadap perkembangan pengertian sengketa bersenjata, juga mengenai
pentingnya perlindungan yang lebih lengkap bagi mereka yang menjadi korban luka,
sakit, maupu meninggal dan juga korban karam dalam suatu peperangan di laut, serta
antipasi terhadap perkembangan-perkembangan mengenai alat dan cara-cara berperang..
Protokol I tahun 1977 mengatur mengenai perlindungan-perlindungan korban
pertikaian bersenjata internasional, sedangakan protokol II mengatur mengenai korban
pertikaian bersenjata Non Internasional.
D.2
Berdasarkan Konvensi Jenewa
Konvensi Jenewa mengatur mengenai perlindungan-perlindungan terhadap
korban perang, yang terdiri atas beberapa perjanjian pokok. Perjanjian pokok itu adalah
terangkum dalam empat Konvensi Jenewa, yang masing- masing adalah:
4. Geneve Convention for the Amelioration of the Wounded And Sick in
Armed Forces in the field.
5. Geneve Convention For the Amelioration of the Condition of the
wounded and Sick and shipwrecked Members of Armed Forces At Sea.
6. Geneve Convention Relative to The Treatment of Prisoners of War;
E. Konvensi konvensi Senjata konvensional tertentu
Di samping peraturan yang ada di atas yang menjadi point penting tentang
skripsi ini ialah tentang peraturan senjata konvensional tertentu yang merupakan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
121
pengembangan dari konvensi konvensi yang telah ada sebelumnya ini adalah beberapa
diantaranya
(United Nations Conference on the Prohibitions or Restriction of Use of Certain
Conventional Weapons Convention which may be deemed to be excessivelly injurious
or to have indiscriminate effects
Di dalam konvensi ini atau dengan singkatan CCW(certain conventional weapon)
convention ini mempunyai beberapa poin penting yakni ;
1.
Convention on Prohibitions or Restriction on the Use of Certain
Conventional Weapons Convention which may be deemed to be:
Excessivelly injurious or to have indiscriminate effects.
2.
Protocol on Non-Detecable Fragments (Protocol I).
3.
Protocol on Prohibitions or Restriction on the use of Mines, boobytraps and other devices (Protocol II).
4.
Protocol on Prohibitions or Restriction of Use of Icendiary Weapons
(Protocol III).
Selain itu pula konferensi tersebut menghasilkan sebuah Resolusi yakni,Resolution on
Small-Calibre Weapons Systems. Konvensi ini terdiri dari suatu preambul dan 11 buah
pasal dengan perincian sebagai berikut :
a.
Protokol I tentang "Pecahan yang tidak dapat dilihat" terdiri dari satu
pasal;
b.
Protokol II tentang "Ranjau, Booby-traps dan Alat lain" terdiri dari 9
pasal, dengan satu "Technical Annex".
c.
Protokol III tentang "Senjata Penyembur Api", terdiri dari dua pasal.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
122
Dalam kaitannya dengan prinsip pemakaian senjata khususnya dalam Preambule
dapat kita jumpai beberapa butir ketentuan, antara lain:
c. Butir 3 tentang hak para pihak dalam konflik untuk memilih cara dan alat
berperang adalah tidak terbatas;
d. Butir 4 tentang dilarang menggunakan alat atau cara berperang yang dimaksudkan
untuk menimbulkan kerusakan luas untuk jangka waktu yang panjang.
Konvensi ini mempunyai ruang lingkup seperti yang tersebut dalam pasal 1, yaitu ;
c. dalam situasi seperti yang ditentukan dalam pasal 2 Konvensi Geneva 1949, Pasal
2 mengenai berlakunya konvensi-konvensi, dalam paragraf 1 menyatakan bahwa,
"Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diumumkan atau
setiap pertikaian bersenjata ("Armed Conflict") lainnya yang mungkin timbul
antara dua atau lebih pihak penandatangan, sekalipun keadaan perang tidak diakui
oleh salah satu di antara mereka" (AK, 1985 : 86).
d. dalam situasi yang ditentukan dalam pasal 1 ayat 4 Protokol tambahan I-1977,
Pasal ini menentukan kapan berlakunya pasal Protokol tersebut.
Protokol ini berlaku dalam setiap pertikaian senjata lainnya yang mungkin timbul
antara dua atau lebih Pihak Peserta Agung, sekalipun pendudukan tersebut tidak
menemui perlawanan bersenjata.
Protokol ini juga berlaku dalam keadaan yang
dinamakan War of National Liberation atau CAR Conflicts di mana suatu bangsa
(people) berjuang melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing, atau rejim rasialis,
dalam usaha mereka untuk mencapai kemerdekaan. Pasal 96 ayat 3 menentukan
bagaimana caranya agar perjuangan semacam itu dapat digolongkan sebagai War of
National Liberation maka "penguasa" (authority) dari bangsa itu harus mengeluarkan
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
123
suatu deklarasi yang bersifat unilateral, yang ditujukan kepada Pemerintah Federal
Switserland sebagai depositori, yang berisi pernyataan bahwa bangsa tersebut dalam
perjuangan itu akan tunduk/mengindahkan isi Protokol tersebut.
Khusus mengenai masalah pemakaian Bom Cluster pengaturannya melalui
pendekatan didalam Protokol ini yaitu dengan beberapa pasal yang mengaturnya. Sebagai
ruang lingkup berlakunya Protokol ini dapat dapat kita lihat dalam pasal 1 di mana
Protokol ini tidak berlaku bagi ranjau laut. Pada pasal 2 diatur beberapa pengertian
penting antara lain, ranjau boobytraps, alat-alat (devices) lain, obyek militer, obyek sipil
dan recording. Ranjau dirumuskan sebagai setiap munisi yang ditempatkan di bawah, di
atas tanah dan dibuat supaya, dapat diledakkan/meledak apabila didekati atau disentuh
oleh manusia atau kendaraan. Booby-traps adalah setiap alat atau material yang
dirancang, dibangun atau disesuaikan untuk membunuh atau melukai dan yang
bekerjanya secara tidak terduga apabila seseorang mengganggu (disturbs) atau
mendekati obyek yang tampaknya tidak berbahaya atau melaksanakan suatu perbuatan
yang tampaknya tidak membahayakan (apparently safe act)82.
Selain itu Protokol tersebut juga mengatur I tentang penggunaan ranjau yang
dipasang dari tempat jauh (remotely delivered mines). Penggunaan ranjau semacam itu
dilarang kecuali apabila ranjau semacam itu hanya dipakai di dalam wilayah yang
memang merupakan sasaran militer atau wilayah t yang berisi sasaran militer, dan:
b. lokasi dari ranjau tersebut dapat dicatat dengan teliti, atau
82
Haryomataram, 1994 : 122-123
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
124
b. apabila dipakai suatu alat yang dapat mengamankan ranjau tersebut , yaitu suatu
alat yang dapat bekerja sendiri untuk menjinakkan senjata tersebut apabila senjata itu
sudah tidak berguna lagi dipandang dari kepentingan militer 83.
Selanjutnya terhadap pemakaian ranjau darat yang dlpasang dalam suatu lokasi harus
diadakan pencatatan (recording). Pencatatan ini diatur dalam pasal 7. Pencatatan ini
penting agar diketahui di mana terdapat medan ranjau supaya apabila perang telah usai
dan ranjau tersebut telah kehilangan arti militernya, ranjau dapat dijinakkan/diledakkan.
Dengan demikian diharapkan tidak akan ada penduduk sipil yang tidak berdosa menjadi
korban meledaknya ranjau
Oleh karena itu, peranan komandan dalam memberikan suatu perintah sangat
penting. Antara yang diperintah dengan pemberi perintah (komandan) harus saling
memahami perintah yang diberikan terutama perintah yang berkaitan dengan pemasangan
ranjau darat di suatu lokasi tertentu agar tidak terjadi kerugian yang menimpa penduduk
sipil ataupun mengurangi efek ledakan ranjau tersebut. Hal ini terkait pula dengan
Protokol I dari Protokol Tambahan 1977.
Protokol I ini mengatur Konflik bersifat lnternasional Konflik Bersenjata yang
tidak Bersifat lnternasional (Non-International Armed Conflict). Untuk meningkatkan
perlindungan terhadap penduduk sipil Protokol I memuat beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan
oleh
para
Komandan/Perencana
Serangan
yang
bertujuan
untuk
memperkecil / membatasi korban di kalangan dalam konflik dan harus mengambil
tindakan yang seperlunya untuk mengurangi efek suatu serangan. Pada pasal 58
83
ibid.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
125
diatur tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi suatu efek serangan.
Dalam hal ini pihak-pihak dalam konflik harus berusaha sedapat mungkin:
c. Memindahkan penduduk sipil atau obyek sipil yang berada di sekitar obyek militer.
d. Mencegah penempatan obyek militer di antara/dekat dengan wilayah berpenduduk
padat .
Protokol II ini juga memuat aturan tentang kerjasama internasional dalam
memindahkanl menjinakkan medan ranjau-ranjau dan booby-traps. Hal ini diatur dalam
pasal 9 yang menyatakan bahwa, "Setelah permusuhan berakhir maka pihak-pihak dalam
konflik harus mengadakan perjanjian, apabila perlu dengan Negara Negara lain atau
organisasi internasional untuk mengatur usaha memindahkan/ menjinakkan medan
ranjau, ranjau atau booby-traps". Kerjasama dengan negaranegara lain dan organisasi
internasional ini perlu karena ada kemungkinan bahwa Pihak-pihak dalam konflik tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukan pembersihan itu.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
126
BAB III
PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLICT
DI TIMUR-TENGAH
A. DEFENISI BOM CLUSTER
Bom Cluster ialah sejenis bom yang di jatuhkan dari udara yang kenerjanya
mempunyai bebrapa bagian bagian kecil atau pecah menjadi bebrapa bagian apabila telah
di tembakan dari udara atau yang lebih di kenal dengan Bom Curah. Penggunaanya
sendiri bertujuan untuk membunuh pasukan musuh dan menghancurkan kendaraan
musuh.Bagian bagian kecil bom cluster yang telah di tembakan di udara biasanya di
gunakan untuk menghancurkan landasan udara ,menghancurkan sarana transmisi
elektronik, sebagai pengantar atau wadah dari senjata biologis dan kimia atau di gunakan
untuk menyebarkan ranjau darat.dan dari semua jenis jenis bom cluster tersebut telah di
produksi oleh beberapa Negara yang ada di dunia. Dalam pengembanganya bom ini
merupakan salah satu alat senjata konvensional yang di gunakan untuk meminimalisir
korban sipil 84.
A.1 Sejarah penggunaan Bom Cluster.
Bom cluster pertama sekali di gunakan dan di operasikan oleh pasukan tentara
Jerman pada perang dunia ke dua yaitu bom SD-2 Sprengbombe Dickwandig 2 kg, atau
yang lebih di kenal dengan butterfly bomb atau bom kupu-kupu. Sering di gunakan pada
84
Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007,
http://hrw.org/backgrounder/arms/cluster0207/3.htm
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
127
masa perang dunia ke dua,untuk menyerang target militer dan target sipil. Dan pada saat
sekarang
teknologi
tersebut
di
kembangkan
oleh
pemerintah
Amerika
serikat,Russia,China,Itali dan India. Dan sekarang saat ini Bom cluster tersebut telah
menjadi bom standar militer bagi negara yang menggunakanya yang ada di seluruh dunia,
dengan jenis jenis yang berbeda 85.
Pada dasarnya bom cluster tersebut merupakan sebuah tabung (biasanya
bentuknya kecil apabila bom tersebut di bawa oleh pesawat yang berkecepatan tinggi)
dan tabung tabung tersebut di isi oleh beberapa bahan peledak yang kecil kecil sekitar
2000 buah.
Beberapa tipe dari bom ini ada yang biasanya di desain agar tetap menempel di
pesawat setelah melepaskan beberapa bahan peledak yang terkandung dalam bom
tersebut.Bahan bahan peledak yang kecil tersebut biasanya di pasangkan oleh parasut
parasut kecil agar dapat memperlambat laju jatuh bom tersebut kesasaran. Hal ini
dilakukan apabila dalam pemboman pada ketinggian rendah pesawat dapat selamat dari
ledakan yang di timbulkan oleh bom tersebut Mesin dari bom cluster moderen dan bahan
peledaknya sekarang menjadi senjata multifungsi yaitu mengandung bahan campuran
untuk untuk menghancurkan kendaraan lapis baja, anti personnel dan untuk penghacuran
bahan meterial seperti gedung dan bunker.
Trend yang berkembang dalam desain Bom Cluster moderen ialah penggunaan
bahan peledak yang pintar yaitu dengan menggunakan sirkuit penuntun untuk mencari
lokasi dan menyerang target tertentu, biasanya di gunakan untuk menyerang kendaraan
lapis baja. Tipe dari senjata ini adalah CBU- 97 yang di produksi oleh Amerika Serikat
85
www.wikipedia.com/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
128
yang mempunyai kelebihan dengan adanya sensor pemicu. Penggunaanya untuk pertama
kali di gunakan dalam invasi AS ke Irak tahun 2003 lalu. Peledak-peledak yang ada di
dalam bom tersebut di fungsikan untuk menyerang kendaraan lapis baja dan di set untuk
meledak sendiri apabila telah menyentuh permukaan tanah tanpa mencari lokasi dari
target. Secara teori bom ini di gunakan dan di set untuk mengurangi apa yang disebut
Collateral damage atau korban sipil dan bukan target militer. Dan yang menjadi
pembatasan dalam pembuatan bom cluster pintar ini ialah masalah biaya karena bom
cluster terbaru ini lebih mahal dari pada bom cluster standar dan pembuatanya lebih
murah dan lebih simpel dari dari pada bom cluster moderen.
A.2 Jenis jenis Bom Cluster
Penyebar api
Bom cluster jenis ini di gunakan untuk memicu api, atau juga bom api
konvensional.spesifikasinya di desain untuk penggunaan ini ,yaitu dengan bahn peledak
zat fosfor putih atau napalm.di gunakan untuk menahan laju gerak pasukan musuh yang
di tujukan untuk pasukan darat dan kendaraan lapis baja. Ketika di gunakan dalam perang
kota bom ini biasanya menggunakan bahan konvensional biasa untuk menghancurkan
atap atap dan dinding dari bangunan dan seterusnya memicu kebakaran hebat. Awalnya
bom ini di gunakan oleh uni soviet yang di sebut bom keranjang molotov pada perang
musim dingin tahun 1939-40. tipe dari bahan ini sering di gunakan oleh kedua belah
pihak yang bertikai pada saat perang. Bom tipe ini di gunakan biasanya untuk
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
129
mencipatakan badai api seperti yang terjadi pada saat pemboman di kota Dresden waktu
perang dunia ke dua dan pemboman Tokyo dengan api. 86
Anti Personel
Bom cluster jenis ini menggunakan bahan peledak yang memecah mencadi
beberapa kepingan untuk membunuh prajurit musuh dan kendaraan ringan . Sejalan
dengan bom cluster jenis penyebar api, bom jenis ini juga merupakan bentuk pertama dari
bom cluster tersebut. Yang pada waktu itu di produksi oleh oleh Jerman dan di gunakan
pada perang dunia ke dua. Bom ini mulai di kenal pada waktu serangan kilat Jerman
kepada polandia tahun 1939 dengan kombinasi pemicu pengukur waktu dan pemicu
jebakan apabila di sentuh. Bom tersebut juga menggunakan pemicu kontak apabila di
gunakan untuk menyerang pertahanan musuh 87.
Anti Tank
Kebanyakan bom cluster jenis ini berisi bahan peledak dan pemicu yang telah
di padatkan agar dapat menembus lapisan baja dari sebuah tank dan kendaraan tempur.
Dari beberapa kasus penuntun di gunakan untuk meningkatkan kemampuan unutk
menghantam sebuah kendaraan. Subminisi modern yang berpenuntun dari bom cluster
seperti yang di temukan di dalam bom CBU-97 dapat juga menggunakan bahan peledak
dan pemicu yang sudah di padatkan sebagai alat penetrasi. Bom cluster berisi bahan
peledak dan pemicu yang telah di padatkan namun yang tidak berpenuntun di disain
untuk melawan/menghancurkan pos pertahanan . ini di gunakan untuk menyokong dan
meningkatkan efektifitas peperangan dengan menggunakan sebuah tipe dari bom ini
86
87
Ibid
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
130
untuk menyerang target yang dekat, submunisi yang mempunyai pecahan dan peledak
yang telah di padatkan di produksi oleh AB Amerika Serikat dan altileri lapangan korps
marinir AS dan biasanya di gunakan dalam peperangan darat 88.
Penghancur Landasan Udara
Bom jenis ini di rancang untuk melakukan penetrasi kedalam lapisan landasan
sebelum meledak, yang menyebebkan bom tersebut dapat mengoyak dan memecah
permukaan landasan pacu. Dalam kasus bom Cluster Inggris JP233 pengahncuran lapisan
aspal pada landasan pacu menggunakan dua tahap penghancuran yaitu dengan kombinasi
dari peledak yang di padatkan dengan peledak konvensional biasa. Bahan peledak yang
sudah dipadatkan dan di pertajam akan membuat ledakan awal dan membuat celah di di
dalam lapisan aspal landasan pacu dan kemudian peledak konvensional di gunakan untuk
memperbesar celah atau kawah yang di akibatkan peledak sebelumnya.
berikut ini adalah beberapa contoh dari bom cluster;
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster yang di kembangkan pada tahun 1950an
88
Ibid
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
131
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster BLU – 3 merupakan bom cluster moderen generasi pertama dan di gunakan
AS dalam perang Vetnam
CBU-105 merupakan bom cluster generasi terakhir
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
132
Pesawat yang dapat menggangkut bom cluster
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
bom cluster akan pecah menjadi bagian-bagian bom kecil beberapa saat sebelum
menyentuh tanah secara teorinya namun fakta di lapangan hanya kurang dari 30% yang
langsung meledak
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
133
berikut ini adalah taktik pengeboman menggunakan bom cluster moderen..
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
134
detail dari bomblet bom cluster
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
kinerja bom cluster BLU-105
sumber wikipedia.com/cluster_bomb
Spesifikasi Bom Cluster AS
Contractor
Weight:
927 pounds
Length:
92 inches
Diameter:
16 inches
Guidance:
None
Control:
none
Autopilot:
None
Propulsion:
None
SUU-66/B tactical munitions dispenser
Warhead:
10 BLU-108/B submunitions [@ 4 projectiles]
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
135
Integral part of dispenser
Fuse:
FZU-39/B proximity sensor
12 F-15E
4 F-16
10 A-10
Aircraft
30 B-1
34 B-2
16 B-52
Limitations
200 feet20,000 feet (above ground level)
Delivery Envelope
250 knots650 knots
$360,000 – baseline
Unit Cost
$260,000 – PEP $39,963 [$ FY90]
500 in USAF inventory as of 01/01/1998
Inventory
Current USAF objective is 5,000
[17,000 originally planned ]
A.3 Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom
Cluster
Sampai saaat ini dan sejak penggembangan dan penggunaan bom cluster masih
di sering di pakai pada konflik konflik yang bersifat internasional maupun non
intrernasional. Ini dapat kita lihat fakta di lapangan yakni dengan di temukanya sisa sisa
dari bom tersebut yang tidak meledak dalam beberapa konflik yang ada di seluruh dunia
dan lebih parahnya lagi sisa sisa dari bom tersebut yang tidak meledak atau yang di sebut
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
136
dengan UXO atau Unexploded Ordinance masih dapat mengancam jiwa rakyat sipil
walaupun peperangan telah usai. Kita dapat mengambil contoh perang Vietnam dimana
pertama kali bom cluster moderen digunakan. Efek dari penggunaan bom cluster saat ini
masih membahayakan penduduk sipil. 89 Dan kasus paling baru ialah penggunaan bom
Cluster oleh israel dalam konflik dengan Hizbullah di Lebanon pertengahan 2006 lalu.
Apakah maksud dari penggunaan bom tersebut? Memang senjata senjata di buat
untuk melumpuhkan musuh tetapi bagaimana dengan rakyat sipil yang tidak berdosa?
Sampai sekarang penggaturan tentang penggunaan senjata konvensional tertentu tidak
memberikan sanksi yang tegas terhadap penggunanya. Berikut ini adalah negara yang
memproduksi bom cluter tersebut.
Amerika Serikat
Negara ini merupakan negara produsen terbesar atas bom cluster. Data yang
saya peroleh dari inventori angkatan udara Amerika sangat mencengangkan yakni bahwa
AS memiliki lebih dari 5000 unit bom cluster dan perencanaanya USAF akan menambah
sekitar mencapai 17000 unit dengan harga 1 unit 360.000 USD. Maka untuk itu pihak
angkatan udara AS harus menyediakan dana sekitar 61,2 milyard USD 90 untuk memenuhi
kebutuhan akan bom tersebut. Data tersebut belum termasuk dalam inventaris yang ada di
bagian angkatan darat dan korps marinir AS. Dengan 17.000 unit bom cluster maka itu
saja telah mnecakup lebih dari sejuta bahkan mungkin puluhan juta bagian kecil bom
tersebut atau yang di sebut dengan submunition. Dengan berlarut larutnya perang Irak
89
90
www.Handicapinternational.be
, http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
137
maka penggunaan akan bom tersebut pun semakin sering di gunakan oleh angkatan
perang AS.
Russia
Negara bekas Uni Soviet ini juga salah satu produsen dan pengguna dari bom
cluster dengan data inventoris lebih dari 70.000 unit yang masih di simpan di
penyimpanan persenjataan yang ada di russia. Rusia pada waktu itu masih menjadi uni
soviet sering menggunakan bom cluster tersebut dalam invasinya di Afghanistan. Dan
setelah runtuhnya Uni Soviet produksi akan persenjataan ini tidak di hentikan namun
tetap di produksi oleh militer Rusia. Data terakhir yang penulis dapatkan ialah bahwa
Rusia menggunakan bom bom Cluster dalam operasi militernya di Chechnya. Sampai
sekarang pun Rusia belum ada keinginan untuk meratifikasi Konvensi Oslo tentang
pelarangan penggunaan bom cluster 91.
Israel
Negara yahudi ini memang di akui sebagai ahli dalam membuat dan meracik
persenjataan sejak merdeka dari tangan Inggris tahun 1947 dan memulai konfrontasi
dengan Arab sampai sekarang ini negara zionis ini telah tumbuh sebagai kekuatan baru
yang ada di timur tengah selain Iran. Israel pun merupakan salah satu negara yang paling
aktif dalam menggunakan bom cluster dalam konflik bersenjatanya. Tercatat bahwa israel
telah menggunakan Bom Cluster sejak pecahnya perang Yom Kippur 1979 92. Inventori
dari produlsi bom jenis ini pada angkatan perang Israel sendiri mencapai 50.000an unit
bom cluster.
91
92
Ibid
The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
138
China
China merupakan salah satu negara Asia pertama yang sukses mengembangkan
dan memproduksi Bom Cluster yaitu dengan menjiplak rangkaina bom cluster yang
berasal dari Rusia. Memang sampai saat ini Cina belum pernah menggunakan bom
cluster tersebut namun ini membukt ikan bahwa Cina juga mampu membuat bom ini.
B.Penggunaan Bom Cluster dalam Konflik bersenjata di Timur
Tengah
Timur Tengah di sanalah tempatnya, apabila kita mendengar kata Timur Tengah
maka yang akan terlintas pertama kali dalam benak kita ialah salah satu tempat terpanas
yang pernah ada dalam sejarah umat manusia. Sampai saat ini juga masih seperti itu
keadaannya. Dari zaman ke zaman daerah Timur Tengah selalu mendapatkan perhatian
Dunia hal ini di karenakan daerah tersebut tidak lepas dari konflik dan permasalahan.
Konflik yang berkepanjangan ini terjadi di karenakan adanya banyak kepentingan dari
dua belah pihak yaitu Timur dan Barat.
Dengan adanya kepentingan akan penguasaan regional atas Timur Tengah baik itu
penguasaan teritorial atau pengguasaan idiologi kepada suatu negara, maka semua hal itu
haruslah di bayar dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan mengorbankan darah.
Hal itu semakin rasional semenjak merdekanya Israel pada tahun 1947 dimana
kemerdekaan tersebut mendapat pertentangan dari bangsa-bangsa Arab yang telah
menduduki daerah Timur Tengah selama berabad abad. Hal ini di tandai dengan
pecahnya perang enam hari 1967 atau The Six Day War 1967 yaitu pecahnya perang
antara pihak negara negara Arab dengan Israel. Dalam perang ini Israel keluar sebagai
pemenang dari perang tersebut.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
139
Pada awal perang enam hari Amerika belum menunjukan kedekatannya dengan
pihak Israel. Namun setelah perang usai AS melihat Israel merupakan salah satu sekutu
yang paling penting di regional Timur Tengah. Pada saat itu juga kekhawatiran AS
mengenai harga minyak belumlah ada. Namun setelah pecahnya perang Yom Kippur
1979 antara Israel dan negara negara Arab membuat AS kelabakan mangenai hal ini
karena Mesir menggunakan strategi embargo minyak uintuk menekan AS agar
memberhentikan bantuan militernya kepada Israel dan memaksa negara Yahudi itu ke
meja perundingan dan dengen adanya embargo minyak yang di lakukan oleh Mesir
membuat Amerika setidaknya harus dapat mempengaruhi dan menguasai kawasan kaya
minyak tersebut hal ini terbukti dengan kuatnya pengsaruh AS di kerajaan Saudi
Arabia.dan penguasaan atas semenanjung Persia yang pada saat ini hanya berhasil
mengasai Irak
B.1 Penggunaan Bom Cluster oleh Israel
Dalam penggunaanya di lihat dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah, dari
perang Yom Kippur dapat kita lihat dan tercatat bahwa Israel pertama kali menggunakan
bom cluster tersebut untuk menyerang situs situs pertahanan udara dan situs radar Mesir.
Dalam perang tersebut tercatat bahwa Israel menyebar lebih dari ratusan ribu bomlet dari
bom cluster di sepanjang lembah bekaa dan di dekat smenanjung Sinai. Dalam perang
tersebut Israel belum menggunakan bom bom tersebut untuk menyerang target militer di
tengah kota yang padat penduduk.
Oleh karena itu daerah semenanjung Sinai perbatasan Israel dengan Mesir,
dataran tinggi Golan perbatasan antara Israel dengan Suriah serta Yordania dan lembah
Bekaa yang merupakan perbatasan antara Israel dan Lebanon masih rawan untuk di
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
140
lewati karena daerah tersebut masih banyak tertanam ranjau ranjau dan sisa dari bom
cluster yang belum meledak. Dari kesimpulan di atas dapat di simpulakan bahwa setelah
penggunaan bom tersebut dalam perang Yom Kippur, sisa dari bom cluster yang di
tembakan oleh Israel masih berserakan dan belum meledak di sepanjang dataran tinggi
Golan, semenanjung Sinai dan Lembah Bekaa dapat membahayakan orang yang akan
melintas di daerah tersebut sehingga daerah tersebut sebahagian besar di tutup untuk
umum.dan di jadikan daerah zona dimiliterisasi.
Dari data yang ada di atas penggunaan bom cluster yang di gunakan setelah
berpuluh puluh tahun status dampaknya dapat di rasakan sampai pada saat ini. Namun
Israel memang di bilang salah satu negara yang sama sekali tidak mementingkan pri
kemanusiaan. Hal ini dapat penulis katakan karena pada pertengahan 2006 enam dengan
alasan penculikan atas tiga serdadu yang di lakukan Geriliyawan Hizbullah, mereka
negara Zionis itu menyerang rakyat sipil Libanon dengan senjata mematikan tersebut.
Kita dapat mengetahui bahwa bom Cluster yang belum meledak dapat sangat berbahaya
apabila tersentuh oleh sesuatu atau tidak sengaja bila di sentuh oleh anak anak karena
apabila bom yang belum meledak ini di sentuh atau di mainkan oleh anak anak maka bom
ini sewaktu waktu akan meledak.
Dan faktanya setelah konflik antara Israel dan gerilyawan Hizbullah mereda status
dampak dari konflik tersebut masih terasa sampai saat ini. Tercatat dari data yang penulis
dapatkan dari data UNIFIL dan data dari lembaga Human Right watch terungkap bahwa
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
141
setidaknya ada sekitar 1 juta bomblet dari bom cluster yang tersebar di seluruh kota yang
menjadi target serangan negara zionis tersebut 93.
Yang menjadi perhatian yang sangat serius ialah bahwa lebih dari setengah dari
bomlet bon cluster atau bagian bagian kecil dari bom cluster tersebut yang belum
meledak dan beralih fungsi menjadi ranjau darat yang dapat membahayakan rakyat sipil
Lebanon. PBB juga meminta Israel agar bertanggung jawab atas pembersihan sisa – sisa
dari bom cluster yang belum meledak. Kecaman pun datang kepada pemerintahan Fuad
Sinior yang di nilai tidak serius untuk mengatasi pembersihan sisa bom cluster tersebut.
B.2 penggunaan Bom Cluster dalam perang Teluk
Amerika salah satu negara produsen dan sekaligus pengguna dari arsenal ini juga
sering menggunakan bom cluster tersebut dalam setiap konklik yang melibatkan negara
ini di seluruh penjuru dunia. Tercatat bahwa AS telah menggunakan bom cluster ini
sejak perang Vietnam. Dalam perang Vietnam AS menggunakan versi awal dari bom
cluster moderan yakni BLU-3. sistem dari bom cluster ini tidak hanya di pakai dalam
bentuk bom saja. Pihak pertahanan AS juga mengembangkan proyektil peluru Altileri
yang juga berfungsi sama dengan bom cluster.
Dalam perang Teluk yang terjadi pada tahun 1991 penggunaan akan bom ini
masih lebih sedikit. Namun AS lebih banyak menggunakan rudal rudal jelajahnya untuk
menyerang kota kota di Irak status dampaknya pada perang teluk berdampak sedikit
kepada rakyat sipil karena bom tersebut di gunakan untuk menyerang pasukan pasukan
Irak yang berada di perbatasan Irak dengan Kuwait.
93
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
142
Pada perang Teluk tahun 2003 keadaan menjadi berubah, penyerangan AS ke Irak
dengan tanpa mandat dari PBB di lakukan dengan bertubi tubi, bom cluster pun di
gunakan sebagai salah satu ujung tombak persenjataan AS untuk menyerang Irak. Sampai
sekarang menurut data dari Human Right Watch dan Handicap Internasional
menyebutkan bahwa setidaknya ada sekitar 1,9 juta sisa dari bom cluster atau bomlet
bom cluster yang belum meledak.
Kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang di alami oleh Lebanon
membuat beberapa kota seperti Baghdad di Irak sangat berbahaya. Dan menurut laporan
dari USA Today setidaknya AS telah menggunakan sekitar 10,800 unit bom cluster dan
sekutunya Inggris setidaknya menggunakan 2000 unit. 94 Dari jumlah di atas hanya 30
persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah selabihnya tak terbayangkan lagi
berapa jumlah bom cluster yang masih belum meledak.
BAB IV
94
Paul Wiseman, USA TODAY
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
143
BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN
HUMANITER DI TIMUR TENGAH
Pelanggaran akan kemanusiaan atau crimes of humanity sangatlah banyak kita
jumpai di daerah timur tengah, seakan-akan daerah tersebut tetap jauh dari angin
perdamaian. Pelanggaran atas kemanusiaan ini pun sangat beragam jenis yang dapat di
teliti. Salah satu dari pelanggaran itu sesuai dengan skripi ini ialah tentang penggunaan
senjata konvensional bom cluster yang merupakan salah satu senjata yang di katagorikan
sebagai senjata inhumans weapon. Hal ini dapat penulis utarakan sehubungan dengan dari
kinerja bom tersebut yang bisa beralih fungsi. Ini dapat di kategorikan sebagai Inhumans
weapon kaena bom tersebut dapat berubah fungsi menjadi ranjau darat dan seperti yang
kita ketauhi bahwa penggunaan dari ranjau darat saat ini sudah di larang. Penggunaan
akan arsenal tersebut pun banyak mendapat pertentangan dari berbagai negara.
A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi
konvensi
lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain
conventional weapon).
Penggunaan akan bom cluster merupakan penggunaan akan senjata yang
berbahaya terhadap kemanusiaan hal ini melihat dari kinerja bom tersebut yang terjadi di
lapangan. Bom cluster yang di jatuhkan dari udara atau yang di tembakan melalui meriam
altireli akan pecah beberapa saat akan menyentuh tanah menjadi beberapa bagian yang
kecil kecil dan bagian yang kecil kecil tersebut atau bomblet, tidak langung meledak
apabila menyentuh tanah. Padahal secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila
menyentuh tanah.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
144
Maka dari itulah timbul polemik dan permasalahan dimana bom tersebut telah
berfungsi menjadi ranjau seperti kita ketahui penggunaan akan ranjau telah di larang dan
bom tersebut juga telah melanggar ketetapan dari isi pasal pasal yang ada di dalam
konvensi Jenewa yakni pelanggaran atas protokol III dan protokol tambahan V konvensi
Jenewa. Di dalam protokol tambahan III di sebutkan secara tegas tentang penggunaan
senjata yang menyebabkan penderitaan yang berlebihan dan memnyebabkan luka yang
berkepanjangan. Dan di dalam protokol V appendix II dimana mengatur tentang bahan
peledak sisa perang (explosive remants war)..
Dalam pelarangan penggunaan bom tersebut perinciannya sampai pada tahun
2006 belum ada satu pun aturan yang khusus yang mengatur tentang pelarangan bom
Cluster. Akibat dari hal tersebut produsen dan pengguna dari bom tersebut dapat bebas
dari tuntutan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan penggunaan akan bom cluster
tersebut pun juga terang terangan melanggar konvensi PBB tentang penggunaan senjata
konvensional tertentu 1980 yaitu mengenai : 95
1.
penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak
perlu.dan bahan bahan peledak yang tidak dapat di deteksi
2.
pelarangan penggunaan ranjau perangkap peledak dan alat sejenis
lainya
3.
pelarangan penggunaan senjata penyebar api
95
Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta 1999 hal 228
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
145
Hampir dari isi pokok yang ada di dalam konvensi CCW 1980 meruipakan salah
satu kriteria yang ada dalam bom cluster seperti halnya di dalam point 1, 2 dan 3 di mana
fakta di lapangan hampir dari korban bom cluster sebahagian besar adalah rakyat sipil.
Di lain pihak penggunaan bom cluster ini sudah menyalahi aturan tentang
penggunaan akan senjata konvensional dan melanggar dua ketentuan dari statuta Roma
yaitu kejahatan perang kejahatan terhadap kemanusiaan 96. Di mana di dlam
penggunaannya di lapangan terlihat secara jelas mengakibatkan benyaknya korban tewas
di kalangan rakyat sipil.
B.Dampak yang di akibatkan oleh Bom Cluster bagi rakyat sipil
Bom cluster merupakan salah satu arsenal moderen yang banyak di gunakan
oleh militer di beberapa negara yang ada di seluruh Dunia. Namun penggunaan akan bom
cluster dalam konflik bersenjata hanya di lakukan oleh sedikit negara saja. Seperti yang
kita ketahui negara negara seperti AS dan Israel merupakan negara yang intens
menggunakan bom tersebut.97
98% dari 11,044 korban cluster munisi yang tercatat oleh Handicap
International adalah kalangan sipil. Munisi cluster ditentang oleh berbagai kalangan
termasuk pihak Palang Merah Internasional, untuk digunakan dalam pertempuran,
dikarenakan sebagian besar korbannya dalah kalangan sipil. Sejak bulan Februari 2005
handicap International yang didukung oleh berbagai kalangan telah mengajukan petisi
agar penggunaan munisi cluster dilarang. Bom Cluster sangat mengancam kalangan sipil,
dengan dua alasan :
96
97
lihat statute Roms pasal 8 ayat 2 b point xx dan pasal 7 ayat 1 point k
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
146
C. efek arealnya sangat luas, dan akan meninggalkan banyaknya bomlet yang
tidak meledak sehingga sangat membahayakan jiwa manusia.
D. Areal bahaya yang dapat diakibatkan oleh satu munisi cluster, atau disebut
sebagai jejak-kaki/footprint, dapat mencapai dua atau tiga kali lapangan
sepak bola. Senjata ini akan memiliki efek area yang luas, maka wilayah
sasaran tembak bom cluster pasti akan berakibat pada jatuhnya korban
non-militer.
Problema serius lainnya adalah efek dari bomlet yang tidak meledak (UXO
unexploded ordnance), bomlet yang bentuknya unik dan berwarna cerah seperti CBU-87
dapat menarik perhatian anak-anak karena dikira mainnan, hal ini dapat mengakibatkan
jatuhnya korban yang tidak berdosa. Di Lebanon seperti yang pernah ditayangkan di
televisi, terjadi korban anak-anak akibat mengira bomlet sebagai mainan. Walaupun bom
cluster telah dirancang agar semua submunisi yang dibawanya akan meledak, namun
kenyataannya banyak bomlet yang tidak meledak (UXO) dan bomlet semacam ini akan
lebih berbahaya dari ranjau darat. Senjata peluncur roket multi laras (MLRS) buatan
Amerika dengan hulu ledak M26 dan submunisi M77 diperkirakan memiliki tingkat ratarata sub munisi yang tidak meledak (dud-rate) sebesar 5 persen, namun kenyataan
dilapangan dud-rate ini mencapai 16 persen. Tingkat dud-rate pada masa perang teluk
bahkan mencapai 23 persen. Bahkan untuk bom cluster yang ditembakan dari senjata
artileri memiliki dud-rate sebesar 14 persen.
Bom cluster bersisikan ratusan sampai ribuan bomlet, walaupun titik jatuhnya
diperkirakan tepat sasaran, namun akan meninggalkan ribuan UXO yang menyebar di
areal target pengeboman. Contohnya, setelah konflik Israel-Lebanon, tenaga ahli
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
147
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan banyak sekali UXO yang ditinggalkan
diwilayah target-target pengeboman Israel di Lebanon. Pihak militer Amerika mengklaim
bahwa bom cluster yang dikembangkan dewasa ini memiliki tingkat dud-rate kurang dari
satu persen. Namun hal ini dapat dikatakan sebagai suatu spekulasi, bukti dari kebenaran
klaim tersebut baru akan diketahui setelah dioperasikan dan jatuhnya korban sipil lagi.
Korban Sipil (meninggal) akibat bomlet cluster yang tidak meledak Di Lebanon
akibat bom tersebut diperkirakan 40% dari bomlet yang dijatuhkan tidak meledak sejak
pengeboman dengan cluster bom oleh Israel pada musim panas 2006. Selama ofensif ke
Lebanon, Israel menembakan tidak kurang dari 1.800 cluster bom, bermuatan lebih dari
1,2 juta bomlet. Menurut berita, pihak Israel telah memberikan peta penjatuhan
bom/roket yang berisikan bomlet bom Cluster kepada pihak Perserikatan bangsa-bangsa
(UNIFIL). Areal yang signifikan bermasalah dengan Cluster Bomb yang tidak meledak
(UXO-Unexploded Ordnance) 98.
Namun itu saja tidak cukup karena luasnya daerah yang di indikasikan
tersebarnya bom tersebut sangatlah luas. Seperti yang kita ketahui jarak dari bom ini
mempuyai radius yang sangat luas dan mempunyai efek yang berkepanjangaan. Seperti
berita terakhir yang penulis kutip dari associated press dan kantor berita antara
menyebutkan bahwa cuaca buruk di Lebanon selatan telah memicu beberapa bom cluster
tersebut dan melukai beberapa orang tak berdosa. Hal ini juga menyadarkan kita mengapa
bom cluster tersebut sangat berbahaya bila terkena oleh rakyat sipil.
98
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%20munitions.pdf
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
148
C.Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan, pembuatan dan
pengembangan Bom Cluster.
Dalam upaya mengurangi produksi dan penggunaan akan bom cluster beberapa
negara di dunia telah sepakat untuk tidak membuat dan menggunakan bom cluster
tersebut. Norwaigia juga menyatakan komitmennya dalam melarang penggunaan bom
cluster untuk dunia. Ini di tandai dengan penendatanganan moratorium akan senjata
tersebut. Austria juga menyatakan komitmennya kepada dunia internasional dimana
instrumen hukum ini mengikat untuk semua belah pihak, setelah parlemen Austria
meluluskan sebuah resolusi mengenai bom cluster pada tanggal 5 Desember 2006.
Senjata lainya seperti ranjau darat telah di larang di banyak negara yang ada di
dunia di bawah instrumen hukum yang spesifik untuk beberapa tahun ini. Perjanjian
perjanjian internasional itu seperti traktat Ottawa
dan konvensi tentang senjata
konvensional tertentu. Bom Cluster, seperti yang kita ketahui belum sepenuhnya di
ratifikasi oleh beberapa negara dan menjadi bahan konsideren beberapa negara dan
menganggap bom cluster tersebut merupakan senjata yang legal untuk di pergunakan
Para pemerintah yang ada di dunia menganggap bahwa konvensi akan senjata
konvensional tertentu hanya membahas permaslahan tentang bahan peledak sisa perang
yang pokok pembahasannya lebih luas sehingga terdapat kelemahan kelemahan. Melihat
dampak yang di timbulkan dari penggunaan bom cluster tersebut. Dan menggingat akan
panggilan atas nama kemanusiaan, setidaknya di perkirakan kurang lebih 30 negara akan
bernkumpul dan bernegosiasi dan merumuskan hal hal apa yang berkaitan tentang
kemanusian berkaitan dengan penggunaan bom cluster dimana
hal tersebut sampai
sekarang belum banyak di bahas di forum internasional
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
149
Di balik ini semua, suatu proses yang baru seperti halnya peraturan seperti
peraturan tentang pelarangan penggunaan ranjau 1997, akan segera di mulai. Hal ini di
tandai dengan pengumumnan
pada November 2006 di Jenewa dan disaat yang
bersamaan pula pemerintahan Norweigia akan mengumpulkan pertemuan internasional di
awal tahun 2007 di Oslo untuk membahas kedepan tentang suatu perjanjian yang baru
untuk menentang penggunaan bom cluster.
Pernyataan ini didasari oleh keinginan Belgia untuk melarang senjata ini pada
Februari 2006, kehendak Austria untuk membuat suatu kerangka kerja untuk instrumen
internasional tentang senjata tersebut dan kontroversi dunia tentang penggunaan dan
dampak yang di akibatakn oleh bom cluster pada masa peperangan antara militer Israel
dengan Gerilyawan Hizbullah pada bulan juli sampai dengan agustus 2006 lalu. 49
negara
menghadiri pertemuan di Oslo pada tanggal 22-23 Februari 2007 untuk
menyepakati komitmen mereka dalam suatu peraturan baru dalam pelarangan bom
cluster.di dalam pertemuan itu Austria menyatakan akan menghimbau negara negara lain
di dunia untuk melarang penggunaan bom cluster.
Pertemuan berikutnya akan di adakan di kota Lima pada bulan Mei atau Juni, di
Wina pada bulan Nopember dan di kota Dublin pada awal 2008, dan di harapkan
perangkat peraturan baru tersebut telah selesai pada tauhn 2008 sebelumnya palang
merah internasional atau ICRC telah mengadakan rapat khusus tentang bom cluster pada
April 2007 untuk mengklarifikasikan aspek teknis, hukum, militer dan kemanusiaan dari
bom tersebut dan melihat respon masyarakat dunia yang sedang berkembang mengenai
bom tersebut.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
150
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan bab bab sebelumnya tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan
yang dapat dikemukakan, yaitu :
1. Dari segi penggunaannya bom cluster sangat efektif untuk menghancurkan
kekuatan musuh. Daya ledaknya sangat ampuh untuk melumpuhkan sarana sarana yang
dipandang sangat penting bagi kepentingan musuh tapi di balik itu semua penggunaanya
sangatlah merugikan bagi siapa saja, karena efek dari bom ini menyebar secara luas pada
suatu daerah dan tidak cocok untuk menyerang target militer yang berada di tengah kota.
Di lain pihak senjata ini dapat di katagorikan sebagai senjata Inhumans weapons karena
telah melanggar prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter internasional yakni protokol
tambahan yang ada pada konvensi Jenewa.
2. Penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai senjata yang tidak
berprikemanusiaan.dan merupakan salah satu pelanggaran dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Karena penggunaan akan bom ini di lakukan dengan penyebaran secara
acak oleh negara-negara pengguna bom cluster hal ini menunjukkan bahwa penghargaan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan diabaikan. Meskipun untuk ini telah ada Deklarasi
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
151
Sedunia tentang Hak-hak Azasi Manusia 1948 dan Deklarasi Hak Azasi Anak 1959 yang
mutlak dijunjung tinggi serta dilaksanakan oleh Negara Negara di dunia..
Selain itu penyebaran bom cluster mempunyai efek yang sangat luas dan sangat
berbahaya jika di gunakan di daerah perkotaan dan apabila hal itu terjadi maka ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian negara-negara tersebut untuk mentaati
ketentuan hukum perang, hanya akan menimbulkan korban jiwa ataupun setidak-tidaknya
cacat tubuh bagi semua orang yang melintasi medan yang telah di jatuhi oleh bom cluster
pandang bulu.
3. Sanksi yang di terapkan dalam masalah penggunaan bom cluster ini belum ada
yang secara khusus memberikan sanksi terhadap penggunaan akan bom ini hanya
perangkat peratuaran seperti International Tribunal yang dapat memberikan putusan.
Namun dari sisi regulasi penjatuhan hukuman atas penggunaan bom cluster ini di lkukan
dengan cara melakukan pendekatan dengan regulasi tentang penggunaan senjata
konvensional tertentu dan juga Statuta Roma. Hal ini demikian adanya di karenakan
belum adanya suatu peratuaran khusus mengenai penggunaan bom cluster jadi
pendekatan regulasinya hanyalah kepada peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.
B. Saran
Negara-negara produsen bom cluster hendaknya bersikap bijaksana dalam
membatasi bahkan menghentikan produksi. Ada beberapa negara produsen bom cluster
yang dipandang memiliki andil besar tidak hanya dari segi kekuatan militer, politik, tetapi
juga dari segi ekonomi seperti Amerika Serikat, Israel, Cina, dan Rusia. Keempat negara
ini dipandang dari segi ekonomi sudah baik sekali sehingga bilamana mereka
menghentikan produksi atau setidak-tidaknya membatasinya tidak akan berpengaruh
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
152
besar terhadap perekonomian mereka. Andil mereka di bidang politik internasional turut
pula mempengaruhi keberhasilan kebijakan internasional dalam menghapuskan atau
membatasi pemakaian bom cluster tersebut. Selain itu pula negara-negara di dunia
terutama yang sedang mengalami konflik hendaknya lebih memperhatikan keberadaan
hukum perang serta melaksanakannya.
Hal, ini terutama berkaitan erat dengan perlindungan penduduk sipil yang selalu
diabaikan. Penggunaan bom cluster ini juga memiliki dampak yang tidak hanya berhenti
bila perang telah usai tetapi juga memiliki dampak saat situasi damai. Sisa-sisa
peninggalan bom cluster yang masih tergeletak dan masih aktif yang belum dimusnahkan
akan menimbulkan bencana bagi penduduk sipil yang melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Hal ini membutuhkan perhatian secara lebih khusus lagi bagi dunia internasional.
Dan juga di perlukannnya suatu perangkat hukum yang baru yang dapat mengikat
semua Negara yang ada di seluruh dunia agar melarang penggunaan bom cluster ini.
Dimana Negara Negara produsen dari senjata tersebut harus ikut dalam meratifikasi
perjanjian tersebut. Semoga saja dengan di bentuknya suatu perangkat baru di bidan
hukum humaniter terlebih lagi khususnya mengenai pelaranggan penggunaan bom cluster
dapat membawa angina segar perdamaian dan perlindungan bagi kemanusiaan.
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
153
DAFTAR PUSTAKA
Brownlie, Ian. Principles of Public International Law, second edition, Clarendon
Press, Oxford ;1973
Carnegie Endowment for International Peace. The Hague Convention and
Declarations of 1899 and 1907. New York, 1915, Oxford University Press
Fadillah, Agus. Hukum Humaniter suatu perspektif, Pusat Studi Hukum
Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee of The Red Cross,
Jakarta ;1997.
Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta
: 2005
Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai Perlindungan
Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968
Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional
Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia,Bancipta Bandung;1980
Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977
The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National Public
Radio, Washington, D.C.;2007
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
154
Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju. Bandung
;2003
Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee
of The Red Cross, Jakarta 1999,
Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant Institute,
Geneva;1993
Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.
Protocol of St.Petersburg 1868
Hague Convention 1899-1907
Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977
Convention of Certain Conventional Weapons 1980
Ottawa Treaty 1997 Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The
Use, Stockpiling
Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on Their
Destruction
Statuta Roma 1998
Media elektronik
Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007,
http://hrw.org/backgrounder/arms/cluster0207/3.htm,
http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%2
0munitions.pdf
http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28,
http://en.wikipedia.org/wiki/cluster_bomb
http://handicapinternational.org/
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
155
http://www.nolandmines.com/
www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb
http://www.landmineaction.org/resources/ERW_global_survey.pdf
Media cetak
Angkasa no.7 april 2003 th.XIII:’Perang Irak Gelar Senjata Pemusnah AS’
The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007
USA Today reported by Paul Wiseman
Harian Analisa/ Associated Press
Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah,
2008.
USU Repository © 2009
Download