hubungan antara peran gender dengan prasangka kepemimpinan

advertisement
HUBUNGAN ANTARA PERAN GENDER DENGAN
PRASANGKA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
DALAM POLITIK DI YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
Noor Chotami
12081032
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN ANTARA PERAN GENDER DITINJAU DARI PRASANGKA
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DI YOGYAKARTA
Dosen : M. Wahyu Kuncoro, M.Si
Peneliti : Noor Chotami
Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran gender ditinjau
dari prasangka kepemimpinan perempuan dalam politik pada masyarakat usia 1840 tahun di Yogyakarta. Hipotesis dalalam penelitian ini adalah ada hubungan
antara peran gender dengan prasangka terhadap kepemimpinan perempuan.
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Yogyakarta 18-40 tahun subyek
(N=100). Analisis data menggunakan Pengumpulan data penelitian menggunakan
product moment dan karl pearson. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien
korelasi antara peran gender dengan prasangka kepemimpinan perempuan dalam
politik
pada feminin sebesar 0,045 (p > 0,05) dan maskulin
sebesar 0,422
(p > 0,05). Dari beberapa faktor berikut ini yang dapat ditunjukkan atau yang
dapat diprasangkai; usia, pekerjaan atau organisasi, gender, latar belakang etnis.
Faktor gender tidak memiliki korelasi signifikan dengan prasangka sosial,
dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi prasangka kepemimpinan
perempuan dalam politik, yaitu berdasarkan analisis tambahan adalah faktor
pekerjaan.
Kata kunci : Peran gender, prasangka kepemimpinan perempuan di Yogyakarta
THE RELATION BETWEEN GENDER ROLES AND PREJUDICE OF
FEMALE POLITICAL LEADERSHIP
Abstract
This research was purposed to find out the relation between gender roles and
prejudice of female political leadership in society aged 18-40 years old in
Yogyakarta. The hypothesis in this research is there is a relationship between
gender roles and prejudice of female political leadership. The subject in this
research are Yogyakarta socitety aged 18-40 years old, subject (N = 100). Data
analysis using data collecting research with product moment and karl pearson.
Analysis results show the correlation coefficient value between gender roles and
prejudice of female political leadership
in female political leadership
in
feminine amount 0,045 (p > 0,05) and masculine amount 0,422 (p > 0,05). The are
several factors bellow which can be prejudiced; age, job, and organization,
gender, ethnic background. The factors of gender are not have a significant
corellation with social prejudice, because there is another factor that influenc the
prejudice of female political leadership, that is based on additional analysis of a
job factors.
Keywords : Gender roles, prejudice of female political leadership in Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
kemajuan dan kualitas demokrasi
perkembangan jaman yang semakin
sebuah bangsa (Fakih, 2008). Akan
pesat dengan berbagai isu mengenai
tetapi,
kesetaraan gender bergema dimana-
perempuan selalu minoritas atau
mana meningkatkan kesadaran kaum
marjinal
perempuan untuk sejajar dengan
rendah, seolah dunia politik bukan
kaum laki-laki di berbagai sektor
dunianya
kehidupan, terutama di sektor publik
iklim yang berkembang memberikan
di satu sisi hadirnya perempuan
peluang.
untuk berpartisipasi dalam bidang
politik merupakan salah satu indikasi
dalam
dan
kenyataannya
keterwakilannya
perempuan,
meskipun
Hal ini dapat dilihat dari hasil
perolehan
kursi,
representasi
perolehan kursi di parlemen secara
59). Didukung oleh hasil wawancara
kuantitatif di era Konstituente (1955-
yang dilakukan pada tanggal 10 Mei
1959) perolehan kursi perempuan di
2016, wawancara dilakukan pada 10
parlemen sebanyak 5,1 % atau 25
orang
orang dari 488 orang. Di era Orde
perempuan, didapatkan hasil sebagai
Baru tahun (1971-1977) perempuan
berikut; Dari kesepuluh orang laki-
memperoleh kursi 7,8 % atau 36
laki
orang. Pemilu tahun 1977 perempuan
mengatakan
memperoleh kursi 6,3% atau 29
mampu menjadi pemimpin yang baik
kursi.
dan
Pemilu
1982
perempuan
laki-laki
dan
tersebut
5
10
diantaranya
bahwa
sekarang
orang
perempuan
juga
banyak
memperoleh kursi 8,5% atau 39 kursi
perempuan yang berkompeten untuk
dari 460 kursi pada tiga periode.
menjadi
Pemilu
dibidang politik dan 5 antaranya lagi
1987
perolehan
kursi
pemimpin
sekalipun
meningkat yaitu 13% atau 65 kursi
mengatakan
dari 500 kursi. Pemilu 1992-1997,
bagaimanapun kompetennya seorang
perolehan kursi perempuan 12, 5%
perempuan dirinya belum pantas
atau 62 kursi, 1997-1999 perolehan
untuk menjadi pemimpin karena,
kursi perempuan 10,8% atau 54 kursi
perempuan
,
perasaan.
1999-2004,
perolehan
kursi
bahwa
itu
Dari
lemah
biar
mainnya
kesepuluh
orang
menurun 9% atau 46 kursi dari 500
perempuan tersebut rata-rata memilih
kursi.
pemimpin laki-laki
Pemilu
2009
perempuan
dengan alasan
memperoleh kursi 17,68% atau 99
pemimpin
laki-laki
lebih
kursi dari 560 kursi (Subono, 2009:
berkompeten, lebih tangguh dari
pada perempuan serta mengingat
erat
perempuan sangat jarang aktif dalam
gender, peran gender, dan prasangka
berorganisasi selain itu perempuan
telah
lemah-lembut,
ketidakadilan dan ketidaksetaraan
cantik,
emosional,
ikatannya
menciptakan
atau keibuan; sementara laki-laki itu
perempuan.
kuat, rasional, jantan dan perkasa.
Dari
Hal
seperti
ini
memunculkan
pada
akhirnya
prasangka
yang
dengan
secara
fenomena
sejumlah
karakteristik
yang
sosial
konsep
sifat-sifat/
dikonstruksi
serta
pola-pola
mendomestikasi
perempuan,
kekuasaan kaum pria yang otoriter
akibatnya
mengalami
pada
subordinasi
mengakibatkan
perempuan
marginalisasi,
dan
semua
bidang
terbatasnya
dengan kaum laki-laki. Indonesia
partisipasi
kaum
memiliki
aktivitas
kehidupan
budaya
patriarki
yang
kehidupan
wanita
di
luar
mengatakan bahwa perempuan itu
lingkungan
seharusnya tidak bekerja di sektor
menimbulkan
publik tapi hanya di sektor domestik
terhadap kepemimpinan perempuan
(Budiman, 1985). Selain itu menurut
dalam politik. Lebih lanjut Wirawan
Napsiah (Sastriyani, 2009) sebagian
(2014) mengatakan bahwa seorang
masyarakat
masih
pemimpin indentik dengan laki-laki.
mengharapkan pekerjaan laki–laki
Hal ini didukung hasil penelitian dari
dan perempuan dapat sesuai dengan
Ismatulloh (2014) yang menyatakan
peran seksnya selain itu adanya
sebagian
terminologi publik dan privat yang
cenderung setuju sebanyak 64,87%
cenderung
keluarga
dalam
sebuah
besar
dan
prasangka
masyarakat
dengan ungkapan yang menyatakan
berdasarkan
bahwa pemimpin haruslah seorang
dalam kelompok tersebut.
laki-laki, dari 64,87% yang setuju
mengatakan
dilihat
perempuan
dari
laki-laki
keanggotaan
mereka
Menurut W.J.Thomas (Ahmadi,
2009)
berpendapat
prasangka
segi
fisik
dan
merupakan bentuk dari sikap dan
kejiwaannya
lebih
kuat
dari
tiap-tiap sikap biasanya mempunyai
perempuan,
sehingga
mampu
menahan semua cobaan selain itu
laki-laki lebih berwibawa dari pada
3
macam
aspek
yakni,
aspek
kognitif, aspek afektif, aspek konatif.
Kepemimpinan
dapat
perempuan, baik dalam menghadapi
didefinisikan
masalah,
dan
Pemimpin adalah tokoh atau elit
Pandangan-
anggota sistem sosial yang dikenal
berbicara,
berfikir
berpenampilan.
sebagai
pandangan seperti ini berdampak
oleh
terhadap kaum perempuan hanya
memengaruhi
digambarkan sebagai objek yang
secara langsung atau tidak langsung
pasif dari pada sebagai manusia yang
(Wirawan,
bertindak sebagai subjek di berbagai
menurut Bass dan Avolio (1998)
negara selain itu dapat memunculkan
mendefinisikan
sebuah
sebagai
kriminalitas,
kebencian
masyarakat
pemimpin.
dan
para
2014).
suatu
berupaya
pengikutnya
Lebih
lanjut
kepemimpinan
usaha
(Baron dan Bryne, 2004). Baron dan
mempengaruhi
Byrne
mendefinisikan
berada dalam suatu kelompok atau
sebuah
organisasi untuk mencapai sasaran
prasangka
(2004)
sebagai
sikap
terhadap anggota kelompok tertentu,
tertentu
yang
orang
telah
lain
untuk
yang
ditetapkan
sebelumnya. Adapun kepemimpinan
memahami diri sendiri, kecerdasan
perempuan dalam politik adalah
intelektual, kecerdasan emosional,
keterlibatan
kecerdasan
atau
terwakilnya
spiritual,
kecerdasan
perempuan dalam politik Agustina
sosial. Dalam penelitian ini, peneliti
(Sastriyani, 2009). Menurut Asfar
akan mengabungkan dua aspek yakni
(dalam Hadiz, 2004) kepemimpinan
aspek
perempuan dalam politik adalah
kepemimpinan.
seorang
yang
dalam penelitian yang dipilih yakni
memperjuangkan kepentingan umum
aspek dari W.J. Thomas (Ahmadi,
maupun
2009)
dalam
perempuan
kepentingan
politik
kelompok
baik
dibidang
DPR/MPR maupun DPD. Kemudian,
menurut
Wirawan
(2014)
untuk
dari
prasangka
Aspek
dan
prasangka
sedangkan
aspek
kepemimpinan adalah dari wirawan.
Menurut Baron dan Bryne (2004)
ada beberapa
faktor yang dapat
menjadi seorang pemimpin haruslah
ditunjukkan
memiliki
3
harus
diprasangkai yaitu antara lain: usia;
dipenuhi
yakni;
Elit
masyarakat
asal geografis; pekerjaan; kelebihan
mempunyai
kualitas
seperti
aspek
yang
berat
badan;
atau
ras;
yang
gender;
dapat
latar
pendidikan, ekonomi, status sosial
belakang etnis. Dari beberapa faktor
yang relatif lebih tinggi dari pada
diatas, salah satu faktor yang dapat
para anggota sistem sosial lainnya.;
menimbulkan prasangka atau yang
Kualitas fisik, kesehatan fisik yang
dapat membentuk terjadinya sebuah
prima secara fisik tidak cacat dan
prasangka adalah faktor gender.
jiwanya.;
Kualitas
pskiologis,
Awal mula peran gender dapat
menimbulkan
sebuah
prasangka
Nontradisonal. Salah satu aspek dari
peran
gender
merupakan
model
yakni adanya pembagian peran laki -
tradisionallah merupakan suatu set
laki dan perempuan berdasarkan seks
yang
dan hal ini telah berlangsung selama
seharusnya perempuan dan laki –
ribuan tahun bermula sejak zaman
laki berpikir, bertingkah laku dan
dulu (Beauvoir, 1989). Pemilihan
berperasaan (Santrock, 2002). Sifat
faktor tersebut berdasarkan pendapat
yang diyakini dalam masyarakat
dari Sriewijono, dkk (2006) (Lestari,
lama seperti maskulin (berani, kasar,
2016)
tegas), aktivitas maskulin (gemar
yang
mengatakan
secara
menetapkan
bagaimana
tradisional perempuan diharapkan
olahraga),
dan
peran
maskulin
berada
(mencari
nafkah
bagi
keluarga)
di
rumah
mengerjakan
pekerjaan domestik seperti memasak,
dianggap khas milik laki - laki,
merawat anak, membersihkan dan
sedangkan
mengurus
lembut, penurut), aktivitas feminin
serta
menata
rumah.
sifat
feminin
Sementara laki-laki bekerja mencari
(menari,
nafkah.
perempuan
feminin (melakukan kerja rumah
dalam bekerjasama dengan kaum
tangga, mengasuh anak) dianggap
laki-laki menimbulkan peran ganda
khas sebagai milik perempuan.
Keikutsertaan
wanita.
memasak),
(takut,
dan
Pemikiran-pemikiran
Menurut Bem (Baron dan Byrne,
berupa
bahwa
dunia
peran
tersebut
politik
2004) terdapat dua aspek yakni;
merupakan wilayah yang tidak boleh
Model
dimasuki dan disentuh perempuan,
tradisional;
Model
dunia politik adalah dunia milik laki-
juga
laki yang cara pandangannya selalu
biologisnya secara evolutif. Proses
maskulin
tersebut
(Manurung
Sastriani,
2009).
Dari
dalam
sanalah
mempengaruhi
fisik
akhirnya
dan
melibatkan
perempuan lebih lemah secara fisik
prasangka terhadap kepemimpinan
dari
perempuan dalam politik seringkali
prasangka
disangkutpautkan
menimbulkan kerugian, salah satu
dengan
peran
pada
laki-laki,
tidak
itu
selain
jarang
gender atau peran jenis kelamin.
kerugian
berupa
Prasangka tersebut berupa suatu
intimidasi (Mose,2004).
itu
dapat
tindakan
pada
Berdasarkan uraian diatas dapat
pemikiran-pemikiran kuno. Adapun
disimpulkan bahwa kepemimpinan
bentuk
yang kuat adalah seseorang yang
keyakinan
ini,
dari
berakar
prasangka
terhadap
perempuan yakni; keterlibatannya
mampu
perempuan dalam ranah publik atau
pemerintahan, sistem manajemendan
terjunnya
sistem kepemimpinan yang mampu
perempuan
sebagai
membangun
pemimpin dalam politik dikaitkan
menciptakan
dengan peran gender hal ini dapat
menghasilkan kinerja tinggi yang
terjadi karena berawal dari persepsi
stabil seperti dinegara-negara maju.
gender.
(2004)
Selain kulitas fisik untuk menjadi
prasangka terhadap gender tersebut
seorang pemimpin harus memiliki
telah terjadi sejak usia dini tidak
kualitas dari segi kejiwaan.
Menurut
Fakih
sinergi
sistem
yang
hanya mempengaruhi aspek emosi,
Adapun hipotesis yang peneliti
kognitif suatu individu, melainkan
ajukan ialah Ada hubungan antara
persepsi
peran
gender
dengan
Subjek
dalam
penelitian
ini
prasangka terhadap kepemimpinan
berjumlah 195 orang siswa dengan
perempuan.
keterangan 95 orang yang digunakan
dalam try out dan 100 orang yang
digunakan dalam penelitian.
METODE
Subjek dalam penelitian ini yang
Metode
pengumpulan
data
memiliki kisaran usia 18 sampai 40
dalam penelitian ini menggunakan
tahun,
penulis
metode skala, yaitu skala prasangka
masyarakat
terhadap kepemimpinan perempuan
adapun
alasan
memilih
subjek
yogyakarta
dikarenakan
peneliti
dalam penelitian ini disusun sendiri
berdomisili dikota jogjakarta selain
oleh
itu alasan peneliti memilih subjek
prasangka berdasarkan teori dari
dengan kategori usia 18 tahun yakni,
W.J.Thomas
pada
kepemimpinan
usia
mendapatkan
ini
seseorang
hak-haknya
telah
penulis
berdasarkan
dan
aspek
aspek
dari
berdasarkan
dari
sebagai
Wirawan, dan skala persepsi peran
memiliki
gender yang diadaptasi dari skala
kewajiban-kewajiban tertentu untuk
milik Bem yaitu Bem Scale Role
menggunakan hak pilih serta pada
Inventory (BSRI).
warganegara
dan
titik ini mereka masih mengkesplor
Metode skala pada penelitian ini
identitas pada jalur karir, masih
menggunakan skala model Likert
belum memiliki kestabilan dalam hal
dengan 4 alternatif jawaban, yaitu:
relasi, pekerjaan dan pendidikan
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
(Arnett
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai
dalam
Santrock,
2012).
(STS). Modifikasi dengan 4 alternatif
diterima
jawaban yang dilakukan peneliti
penelitian (Azwar, 2012). Sedangkan
adalah
aitem
untuk
kategori
menghilangkan
belum
memutuskan
(undecided) yang mempunyai arti
untuk
yang
dipakai
memiliki
dalam
koefisien
validitas kurang dari angka tersebut
dianggap gugur.
belum dapat memutuskan. Jawaban
Berdasarkan analisa uji coba
netral pada pernyataan skala tidak
prasangka kepemimpinan perempuan
digunakan karena jawaban netral
dalam politik dari 45 aitem yang
akan berpengaruh pada baik tidaknya
diuji cobakan tidak terdapat 1 aitem
suatu pernyataan mengungkap aspek-
tidak valid dan 44 aitem valid.
aspek tertentu (Azwar, 2012).
Koefisien validitas aitem bergerak
Sebelum
digunakan
dalam
dari -0,140 sampai 0,756. Koefisien
penelitian, alat ukur terlebih dahulu
reabilitas alpha (α) sebesar 0,963.
dilakukan uji coba untuk mengetahui
Menurut Azwar (2012) koefisien
kualitas skala yang meliputi uji
reliabilitas berkisar antara 0 sampai
validitas (daya beda aitem) dan uji
dengan 1,00. Hal
reliabilitas skala prasangka terhadap
menunjukkan bahwa skala prasangka
kepemimpinan
kepemimpinan
perempuan.
Nilai
tersebut
perempuan
dalam
koefisien korelasi yang tinggi akan
politik memiliki tingkat keajegan dan
menunjukkan
keandalan
kesesuaian
antara
sebesar
96,4%
dan
fungsi-fungsi aitem dan fungsi alat
menampakan variansi eror sebesar
ukur
Batas
3,6%. Adapun skala Hasil uji skala
dapat
persepsi peran gender dari 60 aitem
secara
koefisien

keseluruhan.
0,200
sudah
yang diuji cobakan terdapat 2 aitem
mana
gugur dari skala feminin, 2 aitem
standar dari standar alat ukur dari
gugur dari skala maskulin, 1 aitem
Bem yakni angka 0,195 sedangkan
gugur dari skala netral dan terdapat
dalam penelitian ini memakai 2,00.
18 aitem valid dari skala feminin,
Berarti dapat disimpulkan bahwa
terdapat 18 aitem valid dari skala
sebagai alatukur Bem Sex Role
maskulin serta terdapat 9 aitem valid
Inventory (walau telah melewati
dari skala netral.
proses
Koefisien
didapatkan
adalah
reabilitas
untuk
0.005
ketiganya
adaptasi)
telah
tetap
melewati
memiliki
yang
kekonsistenan dan keterpercayaan
skala
feminin
hasil ukur yang baik dan cukup
sampai
0,582.
memadai untuk tujuan dari penelitian
Koefisien reabilitas yang didapatkan
untuk skala maskulin adalah 0,196
ini.
Metode
analisis
data
yang
sampai 0,553 dan koefisien reabilitas
digunakan dalam penelitian
yang didapatkan untuk skala netral
adalah melalui uji korelasi product
adalah -0,066 sampai 0,436.
moment dari Pearson, karena jenis
Dari
reliabilitas
hasil
dalam
pengukuran
penelitian
ini
diperoleh koefisien reabilitas yang
ini
data pada kedua variabel ini ialah
data interval atau skala pengukuran
yang berjarak sama (Azwar, 2012).
dianggap cukup memuaskan (skala
feminin α = 0,808 dari 18 aitem,
skala maskulin α = 0,828 dari 19
aitem , skala netral α = 0,547) yang
HASIL DAN DISKUSI
Uji
normalitas
dilakukan
menggunakan teknik (Kolmogorv-
Smirnov).
Hasil
normalitas
penelitian ini (peran gender dengan
sebaran data peran gender pada aitem
prasangka kepemimpinan perempuan
feminin menunjukkan nilai KS-Z
dalam politik). Data tiap variabel di
sebesar
taraf
uji linieritas dengan menggunakan
signifikansi sebesar 0,200 (p > 0.05),
teknik tes of linierity. Data dapat
sedangkan
maskulin
dikatan linier apabila p < 0,05 (Hadi,
menunjukkan nilai KS-Z sebesar
2001). Hasil uji linieritas variabel
0,84
signifikansi
peran gender pada feminin dan
sebesar 0,076 (p > 0.05). Kemudian
prasangka kepemimpinan perempuan
hasil uji coba normalitas sebaran data
dalam politik menunjukkan nilai
prasangka kepemimpinan perempuan
signifikansi sebesar 0,050
menunjukkan nilai KS-Z sebesar
disimpulkan bahwa tidak memiliki
0,69
hubungan yang linier antara peran
0,59
dengan
pada
dengan
dengan
uji
aitem
taraf
taraf
signifikansi
sebesar 0,200 (p > 0,05). Dengan
gender
demikian hasil uji normalitas pada
prasangka kepemimpinan perempuan
skala peran gender dan prasangka
dalam
kepemimpinan
politik
yang
pada
politik.
feminin
dapat
dengan
Sedangkan
untuk
perempuan
dalam
peran gender pada maskulin dan
terkumpul
telah
prasangka kepemimpinan perempuan
terdistribusi mengikuti bentuk kurve
dalam
politik
menunjukkan
normal.
signifikansi 0,400 dapat disimpulkan
Uji linieritas dilakukan untuk
bahwa tidak ada hubungan yang
mengetahui linier tidaknya hubungan
linier antara peran gender pada
antara
maskulin
kedua
variabel
dalam
dengan
prasangka
kepemimpinan
perempuan
dalam
politik.
0,05), kelompok yang bekerja pada
aitem maskulin memiliki koefisien --
Peneliti melakukan uji korelasi
terhadap peran gender dan prasangka
kepemimpinan
pada aitem maskulin.
dalam
Berdasarkan hasil analisis dari
status
SPSS yang dilakukan terhadap data
pekerjaan. Berdasarkan hasil analisis
peran gender pada variabel feminin
dari SPSS yang dilakukan terhadap
dengan
data
perempuan
politik
perempuan
0,070 dengan taraf 0,646 (p > 0,05)
berdasarkan
peran
kecenderungan
pada
gender
feminin
pada
dengan
korelasi
prasangka
kepemimpinan
memiliki
0,201
koefisien
dengan
taraf
prasangka kepemimpinan perempuan
signifikansi 0,045 (p > 0,05), untuk
dalam politik, kelompok yang tidak
data peran gender pada variabel
bekerja memiliki koefisien 0,293
maskulin
pada aitem feminin dengan taraf
kepemimpinan perempuan memiliki
0,030 (p < 0,05), untuk data peran
memiliki koefisien korelasi -0,081
gender pada aitem maskulin dengan
dengan taraf signifikansi 0,422 (p
prasangka
>0,05).
kepemimpinan
dengan
Dengan
prasangka
demikian
dapat
perempuan, kelompok yang tidak
disimpulkan
bahwa
bekerja memiliki koefisien -0,090
korelasi atau
tidak ada hubungan
dengan taraf 0,514 (p > 0,05). Untuk
antara
kelompok yang bekerja memiliki
maupun maskulin dan prasangka.
koefisien sebesar 0,104 pada aitem
feminin dengan taraf 0,499 (p >
feminin
Dengan
tidak
dan
demikian
ada
prasangka
dapat
disimpulkan bahwa korelasi tidak
teruji hipotesis peran gender dengan
kesetaraan
prasangka kepemimpinan perempuan
Wahyuni dan Esti (Sastriyani, 2009)
dalam
mengemukakan
politik.
Sehingga
dapat
gender.
bahwa
partipasi
disimpulkan bahwa ada faktor lain
perempuan
yang
peran
semakin meningkat dan ditunjukkan
gender dan prasangka kepemimpinan
oleh, hasil pemilu tahun 2004 data
yakni faktor pekerjaan.
yang menunjukkan ada peningkatan
ikut
mempengaruhi
Hasil penelitian menunjukkan
jumlah
dalam
Menurut
wakil
ranah
politik
perempuan
tidak ada hubungan antara peran
berpartisipasi
gender
sebanyak 30% dibandingkan pemilu
dengan
kepemimpinan
prasangka
perempuan
di
dalam
bidang
politik
dalam
sebelumnya (Caleg Wanita, 2008).
politik atau dapat dikatakan tidak
Hal tersebut menunjukkan bahwa
memiliki korelasi. Hasil tersebut
sosialisasi kesetaraan gender dapat
ditunjukkan
diterima
dengan
koefisien
oleh
masyarakat
tidak
korelasi (rxy) pada feminin sebesar
terlepas dari kepedulian masyarakat
0,045 (p > 0,05) dan maskulin
baik
dengan
(rxy)
perempuan dalam memberikan hak-
sebesar 0,422 (p > 0,05). Ditolaknya
hak perempuan untuk berpartisipasi
hipotesis dikarenakan, tatanan dalam
dalam politik (Rawls, 20011).
koefisien
masyarakat
korelasi
tentang
kaum
laki-laki
maupun
sosialisasi
Hal ini didukung oleh hasil
kesetaraan gender telah berjalan. Hal
penelitian Setyaningsih (2009) yang
ini tidak terlepas dari kesadaran
menyatakan sebagian besar individu
masyarakat
telah memadukan sifat–sifat dan
itu
sendiri,
tentang
perilaku
maskulin
feminin
kepada kepemimpinan perempuan
(androgini), sehingga terbebas dari
dalam politik seperti antipati, suka
pembatasan gender mengenai jenis
tidak
kelamin.
kecenderungan
Individu
sifat–sifat
dan
dapat
(konatif)
(W.J.Thomas
dan kemampuan untuk menentukan
Ahmadi, 2009).
Kemampuan
ini
dilakukan.
didukung
oleh
konflik
memberi
pertolongan, menjauhkan diri dari
memiliki kemampuan untuk berpikir
mesti
karena,
tidak
yang
yang
perilaku
kebencian,
kelompok
apa
dan
memadukan
suka,
Dengan
diprasangkainya
dalam
demikian,
dapat
disimpulkan bahwa gender bukanlah
pengetahuan, pengalaman nyata dan
satu-satunya
kongkret sebagai hasil dari proses
mempengaruhi prasangka terhadap
berpikir
terutama
pengetahuan
kepemimpinan
tentang
alternatif
berperilaku
poltik terbentuk. Adapun faktor lain
sehingga individu dapat menentukan
yang turut mempengaruhi prasangka
bagaimana seharusnya berperilaku
kepemimpinan
sesuai
politik, salah satunya yakni faktor
dengan
jenis
kelaminnya
sehingga tidak menimbulkan rasa
marah, kesal, ketakutan (afektif)
faktor
yang
perempuan
perempuan
dalam
dalam
pekerjaan atau organisasi.
Berdasarkan
hasil
penelitian
ketika individu bertingkah laku tidak
maupun berdasarkan hasil analisis
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
tambahan dapat diambil kesimpulan
oleh
bahwa tidak ada hubungan antara
masyarakat
menimbulkan
sehingga
sebuah
dapat
prasangka
persepsi
peran
gender
dengan
prasangka kepemimpinan perempuan
Koefisien
determinasi
sebesar
dalam politik di Yogyakarta. Akan
0,040% pada feminin dan 0,07%
tetapi terdapat faktor lain yang turut
pada maskulin. Hal ini menunjukkan
mempengaruhi
bahwa
variabel
gender
memberikan
prasangka
kepemimpinan
perempuan
dalam
persepsi
peran
sumbangan
politik di Yogyakarta. Selain itu
sebesar 0,46% terhadap prasangka
menurut Baron dan Bryne (2004)
kepemimpinan
menyatakan bahwa ada beberapa
politik
faktor
dikarenakan adanya faktor lain yang
yang
dapat
diprasangkai
di
Yogyakarta.
yakni; usia, asal geografis, pekerjaan
mempengaruhi
atau
kepemimpinan
organisasi,
kelebihan
berat
perempuan
dalam
Hal
ini
prasangka
perempuan
dalam
badan, ras, latar belakang etnis.
politik, yaitu berdasarkan analisis
PENUTUP
tambahan adalah faktor pekerjaan.
Kesimpulan dan Saran
2.
1.
Saran
Kepada subjek penelitian dapat
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
menurunkan
prasangka
pembahasan yang telah dilakukan,
kepemimpinan
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
politik agar tidak terjadi perpecahan.
ada hubungan antara peran gender
dengan
prasangka
kepemimpinan
perempuan
politik di Yogyakarta.
terhadap
dalam
perempuan
dalam
Bagi peneliti selanjutnya yang
berminat
ingin
meneliti
tentang
prasangka kepemimpinan perempuan
dalam
politik
memperhatikan
hendaknya
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi
kepemimpinan
prasangka
perempuan
dalam
politik misalnya; usia, asal geografis,
pekerjaan atau organisasi, kelebihan
kelompok. Mahasiswa pribumi
dan cina dari empat perguruan
tinggi
di
bandung.Tesis.
Yogyakarta: Fakultas psikologi
universitas gadjah mada
Ahmadi, H. Abu (2009). Psikologi
sosial. Jakarta: Rineka cipta.
berat badan, ras, latar belakang etnis.
Selain itu bagi peneliti selanjutnya
Azwar, S (2003). Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
yang berminat meneliti dengan judul
yang sama, diharapkan untuk lebih
memperhatikan
subjek
penelitian
yang lebih signifikan dan
lebih
berhati-hati dalam menganalisis data
atau tidak tergesa-gesa.
Adapun Hambatan selama proses
penyusunan
hingga
Azwar, S (2005). Penyusunan skla
psikologis.
Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
penelitian
Azwar, S (2007). Metode Pnilitin.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Azwar, S (2012). Reabilitas dan
Validitas.Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Baron.R.A.,
Byrne.D
(2003).Psikologi Sosial Jilid 1
Edisi 10, Jakarta: Penerbit
Erlangga
berlangsung antara lain, sulitnya
menemukan referensi penelitian yang
serupa
mengenai
kepemimpinan
prasangka
perempuan
dalam
politik terutama tentang aspek/aspek
dari
prasangka
Bass, B.M. and Avolio, B.J. (1994).
Improving organizational
effectiveness through
transformational leadership,
Sage: Thousand Oaks.
kepemimpinan
Basow, S. A. 1980. Sex-Role
Stereotypes . Traditions and
Alternatives.
Monterey,
California
:
Brooks/Cole
Publishing Company.
perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z (1999). Prasangka rasial
dan persepsi agresi pada
Basow, S.A. (1992). Gender:
Stereotypes And Rroles (3rd
ed). California:
Brooks/Cole Publishing
Company.
York: Harcout Brace Jonavich
Publisher
Beauvouir, S. (1989). The Second
Sex:Fakta dan mitos.
Surabaya: Pustaka Promethea
Benard, I, Chaster. 1992. Organisasi
dan Manajemen Struktur,
Perilaku dan Proses. Jakarta:
Gramedia
Fitria. M (2011).Naskah publikasi
keadilaan gender dan hak-hak
reproduksi
di
pesantren,
Universitas
gajah
mada
yogyakarta
Beauvouir, S. (1989). The Second
Sex: Fakta dan mitos.
Surabaya: Pustaka Promethea.
Fakih, M (2008). Analisis gender &
transformasi
sosial,
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Budiman, Arief. 1985.Pembagian
kerja secara seksual jakarta:
PT. Gramedia.
Fakih, M. (1996). Analisis Gender
dan
Transformasi
Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brown, Robert (2005). Menangani
prasangka dari perspektif
psikologi sosial. Jogjakarta:
Pustaka pelajar offset.
Goleman Daniel, 2006.
Kepemimpinan Berdasarkan
Kecerdasan Emosi. Bandung:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Cahyadi Takariawan (2002). Fikih
Politik Kaum Perempuan.
Yogyakarta:Debeta
Hadi,
Caleg wanita di nomor 1, PDIP,PKS
paling sedikit, Jawapos, 1
november 2008
Chaplin, J.P (2004). Kamus lengkap
psikologi. Jakarta: PT Raja
grafindo persada.
Dipl.Psych.Dr.W.A.:
PsychologiSosial,
Suatu
ringkasan,
Jakarta-Bandung
1978,
Cetakan ke- V, P.T.Eresco
Echols, John M. & Hassan Shadily,
Kamus Inggris–Indonesia, Cet.
XXI,
(Jakarta:
Gramedia,
1995)
Elm, A.C (2000). Personality In
Psychology, San Diego New
S
(2001).
Methodolgy
Research. Yogyakarta: Andi
Offist
Hadiz, L (2004). Perempuan dalam
wacana politik orde baru.
Jakarta:
Pustaka
LP3ES
indonesia, anggota ikapi
Hamka,
Husain
(2012).
Kepemimpinan
perempuan
dalam era modern. Naskah
(dipublikasikan oleh Husain
amka - 2016). Makassar:
Universitas hasanuddin
Hanurrawan, Fattah (2012).Psikologi
sosial
suatu
pengantar.
Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya; Universitas Negri
Malang
Howitt & Cramer (2005). First Steps
in Research & Statistics A
Practical
Workbook
for
Psychology
Students.
Philadelphia: Taylor & Francis.
Kahar, Mubha. 2008. Perempuan,
Politik dan Kepemimpinan.
Jakarta:
Yayasan
Pena
Indonesia
Laporan KPU Kabupaten Solok
Penyelenggaraan
Pemilu
Tahun 2014.
Lestari, Y.I (2016). Sikap Terhadap
Pengembangan Karir Ditinjau
dari Gender. Volume 11
Nomor
2.Riau:
Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim.
Akses2017
Martha, A.E & Hastuti, D (2013).
Gender
dan
Korupsi
(Pengaruh Kesetaraan Gender
DPRD dalam Pemberantasan
Korupsi di Kota Yogyakarta).
Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM NO. 4 VOL. 20
OKTOBER 2013. Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas
Islam
Indonesia.
Diakses
Maret2017.
Myers, D.G. (2002). Social
psychology.7th edition. North
america: McGraw-Hill, Inc.
Munandar,A.N.S (2001). Psikologi
industri
dan
organisasi.
Jakarta: Universitas indonesia
press
Mose, JC. 2004. Perdarahan
Antepartum dalamIlmu
Kesehatan Reproduksi:
Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC.
Nauly, M (2003). Konfilik
gender dan seksisme:
banding laki-laki,
minangkabau
&
Yokyakarta: ARTI.
peran
Studi
batak,
jawa.
Nugroho, R (2011). Gender dan
Administrasi
Publik.Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Rawls, John (2011). Teori Keadilan.
Dasar-Dasar Filsafat Politik
Untuk
Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial Dalam
Negara: Pustaka pelajar
Robbins,S
(2003).
Perilaku
Organisasi, Jilid I. Jakarta: PT.
Indeks Gramedia Group.
Santrock, J. W. (2002). Life – Span
Development: Perkembangan
masa hidup.Edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Santrock , J. W (2003).Adolescence:
Perkembangan Remaja. Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga
Santrock,J. W (2012). Live-span
development.
Bahasa
Indonesia. Erlangga. All right
reserved
Sastriani Siti H (2009). Gender and
politics. Yogyakarta: Penerbit
tiara wacana
Turner, S.B (2012). Teori Sosial
Dari Klasik Sampai Post
Modern. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Etyaningsih, D. N. R (2009). Studi
Deskriptif
Tentang
Androgenitas Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta
:file:///F:/skala/019114101_full
.pdf
Subono (2009). Menuju Representasi
Politik Perempuan Yang Lebih
Bermakna,
Jurnal
sosial
demokrasi,Edisi.6, th.2.
Surbakti, R. (2010). Memahami Ilmu
Politik. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugihastuti., Itsna. Hadi.S (2010):
Gender & Inferioritas
Perempuan, Yogyakrta.
Pustaka Pelajar
Suwarno, B. (2004). Jender,
Androgini, dan Transeksual,
Jangan Tercampur Aduk.
Kompas News. Retrieved Juni
18,
2016,
from
http://www.kompas.com/komp
as
cetak/0503/21/swara/1630434.
htm
Stevenson, M. R (1994). Gender
Roles Through the Life Span. A
Multidisciplinary Perspective.
Muncie, Indiana: Ball State
University.
Thoha Miftah (2015). Kepemimpinan
dalam manajemen. Jakarta: PT.
Raja grafindo persada
Vries Dede Wiliam-de (2006):
Gender bukan tabu catatan
perjalanan fasilitasi kelompok
perempuan di jambi. Bogor
barat: Center for international
forestry research (cifor)
Wahyono,T (2001). Modul psikologi
industri & organisasi(tidak
diterbitkan).
Yogyakarta:
Fakultas psikologi universitas
manggala.
Wahyono, A (2001). Pemberdayaan
masyarakat nelayan. Media
pressindo, Yogyakarta.
Wathani, F. (2009). Perbedaan
kecenderungan
pembelian
impulsif produk
pakaian
ditinjau
dari
peran
gender.Skripsi
universitas
sumatera
utara.
Tidak
ditebitkan.
Wirawan (20014). Kepemimpinan.
Teori,
psikologi,
perilaku
organisasi,
aplikasi
dan
penelitian.
Jakarta:
PT.
Rajagrafindo persada.
Yusuf,
S
(2004).
Psikologi
Perekembangan
Anak
&
Remaja. PT remaja rosdakarya,
Bandung.
Download