ber-islam-lah secara kaffah

advertisement
BER-ISLAM-LAH SECARA KAFFAH
Oleh : Shabarun
Muqaddimah
Artinya: Hai orang-orang yang beriman! masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhan; dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya
la musuh kamu yang nyata (Q.S. al-Baqarah/2: 208),
Ayat tersebut turun sehubungan dengan kedatangan sekelompok kaum Yahudi antara
lain; Abdullah bin Salam, Tsa'labah, lbnu Yamin, Asad, Usaid bin Ka’ab dan lain-lain
menghadap Rasulullah.
Mereka hendak beriman dan meminta agar dibiarkan merayakan hari Sabtu, dan
mengamalkan Taurat pada malam harinya. Kemudian turunlah ayat tersebut agar
orang-orang yang beriman memasuki al-lslam secara kaffah (keseluruhan), tidak
mencampurbaurkan agama dan tidak mengikuti langkah-langkah setan.
Al-Qur' an telah memberikan basyirah kepada kita bahwa al-lslam merupakan agama
samawi terakhir di alam semesta ini, dan ad-Dien bagi seluruh pembawa risalah
dakwah, sejak dari Nabi Adam as., Nuh as., Musa as., lbrahitn as.,lsa as., sampai Nabi
yang penghabisan, Rasulullah saw.. Karena itu risalah dakwah yang disampaikan Nabi
Muhammad saw. kepada sekalian umat manusia merupakan mata rantai dari risalahrisalah dakwah yang dibawa nabi-nabi dan rasul terdahulu.
Seluruh agama samawi ini pada hakekatnya satu; yaitu menyuruh umat manusia untuk
bertauhid hanya kepada Allah semata; dan menghindari penyembahan manusia atas
manusia dan penyelewengan-penyelewengan ke-tuhanan yang lain. Karena itulah
Rasulullah saw. diutus menyampaikan risalah dakwahnya kepada sekalian umat
manusia sebagai rasul pamungkas, sebagaimana firman Allah:
Artinya: Tetapi ia (Muhammad) sebagai utusan Allah dan penutup sebagai nabi (Q.S.
al-Ahzab/33: 40).
Adapun kedudukan Islam terhadap agama samawi sebelumnya, merupakan
penyempurna dari risalah-risalah dakwah yang dibawa para nabi dan rasul. Baik
konsepsi syari’at, muamalah maupun sistem peribadatan. Sehubungan dengan itu
Rasulullah bersabda:
Artinya: Perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang
membangun sebuah rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali
letak batu-batu dari satu sisi bangunan dari beberapa sisi lainnya. Kemudiaan manusia
mengelilingi rumah dan mengaguminya dan berkata, langkah indahnya bangunan ini;
dan aku adalah bangunan itu. Aku adalah penutup para nabi. (HR. Bukhaari dan
Muslim).
Dengan kelengkapan dan kesempurnaan (syamil) ajaran inilah, menjadikan seluruh
umat manusia harus memerlukan al-Islam sebagai pandangan hidupnya, dan
pembimbing kehidupan mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam
hal ini Allah berfirman:
Artinya: Dan aku )Muhammaad) tidak diutus kecuali untuk seluruh manusia sebagai
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. (QS. As-Saba’/34: 28).
Pada ayat lain disebutkan:
Artinya: Dan tidaklah Kami mengutusmu, kecuali sebagai pembawa rahmad bagi
seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya’/21: 107).
Menuju Totalitas Islam
Apakah Islam itu? Bagaimanakah fondasi al-Islam itu tersusun, merupakan pertanyaan
mendasar menyangkut risalah samawi terakhir ini.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:
Artinya: Sesungguhnya Islam itu dibangun atas lima dasar: bersaksi sesungguhnya
tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu hamba dan utusan-Nya, mendirikan
shalat menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan.
Dalam hadits tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam dibangun di atas lima dasar
yaitu: syahadah; shalat; zakat; puasa Ramadhan dan haji. Kelima dasar inilah yang
merupakan inti al-lslam; namun demikian tidak/belum dapat dikatakan sebagai totalitas
Islam.
lbarat orang berkata; "Rumah ini dibangun dengan lima tiang". Maka jika orang lain
memahami bahwa lima tiang itu, bangunan keseluruhan rumah, menandai pemahaman
yang belum tepat. Karena di atas tiang itu ada atap, genting, jendela, pintu-pintu dan
komponen-komponen yang memadai sebuah bangunan rumah.
Begitu pula al-lslam. Orang akan keliru besar jika memahami al-Islam secara
keseluruhan hanya sebatas kelima dasar tersebut. Atau dengan kata lain, pemahaman
yang masih juz'iyah (sepotong-sepotong). Karena di atas kelima pondasi al-lslam
tersebut tersusun bangunan al-lslam yang menjanjikan kepada umat manusia
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Karena dalam al-lslam terdapat masalahmasalah yang menyangkut moral, etika, ekonomi, sosial, perang, damai, politik dan
permasalahan lain yang menyangkut falsafah hidup manusia. Selain itu Islam juga
mengatur hubungan yang paling asasi, yaitu hubungan manusia dengan ar-Rabb,
sesama manusia maupun alam sekitarnya. Disitulah Islam memberikan solusi yang
tepat dan benar bagi semua problema kehidupan manusia dari kurun waktu ke kurun
waktu, generasi ke generasi sepanjang masa.
Sebagai misal, dalam kitab-kitab fiqh terkandung pembahasan mengenai ibadah,
mu'amalah, peradilan, jihad, hukum-hukum perkawinan dan lain-lain. Di samping di sisi
lain, Islam juga membahas masalah-masalah politik, sosial, kemasyarakatan dan lainlain. Ringkasnya, tidak ada satu sisi kehidupan pun dari kehidupan manusia yang luput
dari hukum Islam.
Dengan demikian, lima rukun tersebut merupakan lima dasar Islam yang di atasnya
dibangun seluruh struktur bangunan Islam, yang keseluruhannya merupakan totalitas
Islam. Allah berfirman:
Artinya: Dan Kami turunkan kitab kepadamu sebagai penjelas segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat, dan kabar gembira bagi muslimin. (Q.S. an-Nahl/16: 89)
Penutup
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa al-lslam terdiri atas Aqidah, yang
tercermin dalam syahadah dan rukun iman; lbadah yang tercermin dengan shalat,
zakat, puasa dan haji; dan sistem yang ditegakkan di atas rukun-rukun tersebut yang
tercermin-dalam sistem Islam yang meliputi sistem sosial, ekonomi, nilai-nilai moral,
budaya maupun estetika, dan lain-lain.
Pemahaman dan pengetrapan al-Islam secara juz'iyah akan mengakibatkan kefatalan
bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Karena selain bersifat syamil, Islam juga
bersifat universal. Artinya Islam tidak terikat dengan teritorial suatu bangsa, ras maupun
warna kulit. Islam yang dipahami orang Arab, Eropa, maupun Amerika tidak berbeda
dengan Islam yang dipahami orang Indonesia.
Karena itulah al-Qur'an menyuruh kita, sekalian umat Islam untuk menerima al-lslam
secara kaffah. Kalau begitu sudah sejauh manakah kekaffahan kita dalam ber-lslam?
Selain itu Allah membebani umat manusia agar Islam ditegakkan di muka bumi ini.
Mengeluarkan umat manusia dari alam kejahiliyahan kepada cahaya al-lslam,
"minadlulumati ilan-nur". Yaitu menyembah hanya kepada Allah semata dan
menghindari/menjauhi penyembahan kepada thaghut.
Firman Allah:
Artinya: Adalah kamu sebaik-baik umat yang diadakan untuk manusia; kamu menyuruh
berbuat kebaikan, dan kamu melarang kejahatan; dan kamu beriman kepada Allah
(Q.S.al-lmran/3: 110).
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 16 2004
Download