perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Merkantilisme
Penganut merkantilisme memiliki pendapat bahwa satu-satunya cara
bagi sebuah negara untuk menjadi makmur dan kuat adalah dengan
melakukan sebanyak mungkin ekspor dan seminal mungkin impor. Surplus
ekspor yang telah dihasilkan selanjutnya akan dibentuk menjadi logam
mulia, khususnya emas dan perak (Yosep Fernando, 2009 : 32).
Pemerintah
harus
mengeluarkan
seluruh
memaksimalkan ekspor, serta mengurangi atau
kekuatannya
untuk
membatasi impor
(khususnya produk barang mewah). Akan tetapi, dikarenakan setiap negara
tidak secara bersamaan dapat memperoleh surplus ekspor dan jumlah logam
mulia pada waktu
tertentu tetap, maka setiap negara hanya dapat
mendapatkan keuntungan dengan cara mengorbankan negara lain. Menurut
kaum merkantilisme, dengan memiliki banyak logam mulia dan kekuasaan
maka sebuah negara akan memiliki pertahanan dan keamanan yang kuat di
negaranya. Pertahanan dan keamanan yang kuat akan membuat sebuah
negara memiliki koloni yang semakin banyak. Kemudian, semakin banyak
logam mulia berarti semakin banyak uang yang berputar dan semakin sering
aktivitas bisnis suatu negara. Adanya ekspor yang semakin maju dan
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
mengurangi impor, pemerintah akan mampu menciptakan output dan
kesempatan kerja.
Pada masa sekarang merkantilisme dipraktekan dengan cara
kebijakan proteksi yang melindungi ekonomi nasional, antara lain
pemberlakuan kebijakan tarif maupun non-tarif. Kebiajakn tarif diberlakukan
dengan adanya kebijakan pengenaan bea masuk impor. Kenyataannya,
kebijakan proteksi yang ada sekarang lebih banyak dilakukan secara nontarif, seperti larangan, system kuota, ketentuan teknis, karantina dan yang
lainnya (Adrian Ramadhan, 2009 : 9).
2. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah transaksi jual beli antara suatu
negara dengan negara yang lain, berupa barang maupun jasa. Menurut
Jukriadi (2012 : 4) subjek ekonomi perdagangan internasional adalah
penduduk yang meliputi warga negara biasa, perusahaan pengekspor,
perusahaan pengimpor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun
departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan.
Alasan suatu negara melakukan perdagangan internasional adalah
negara tersebut memiliki keunggulan menghasilkan barang atau jasa yang
berbeda dari negara lain, dengan begitu dapat lebih menguntungkan jika
suatu
negara mengkhususkan pada keunggulannya dengan negara lain.
Kemudian alasan selanjutnya adalah untuk memperluas pasar, dengan
terpenuhinya seluruh permintaan di dalam negeri terhadap suatu produk,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
maka pemanfaatan pasar luar negeri adalah cara untuk mengatasi kelebihan
produksi dan memperoleh keuntungan yang lebih.
Beberapa perbedaan atau keunggulan suatu negara melakukan
perdagangan internasional dengan negara lain diantaranya perbedaan sumber
daya alam, spesifikasi tenaga kerja, teknologi, tingkat harga, sumber daya
manusia, struktur ekonomi dan perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut
berkaitan dengan perbedaan dalam tingkat kapasitas produksi secara
kuantitas, kualitas, dan jenis produksinya. (Hagi, 2012 : 5).
Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP di beberapa negara. Perdagangan internasional turut
mendorong industrialisasi, globalisasi, kemajuan teknologi, perkembangan
alat
transportasi,
dan
adanya
perusahaan-perusahaan
multinasional.
Perdagangan internasional juga tidak dapat lepas dari pengaruh hubungan
politik,sosial, budaya dan keamanan antar negara.
a. Teori Klasik
1) Teori Keunggulan Absolut
Adam Smith pada tahun 1776 dalam bukunya The Wealth of
Nation, menyatakan bahwa kebijakan negara-negara di dunia yang
paling baik dilakukan adalah perdagangan bebas. Suatu negara
dikatakan dapat menghasilkan dan mengekspor barang, apabila suatu
negara memiliki keunggulan absolut atas produknya dengan negara
lain. Ketika suatu negara mengimpor barang dari luar negeri, berarti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
negara tersebut memiliki kerugian absolut dalam memproduksi
barang-barangnya.
Menurut Prabowo Siswanto (2011 : 35), asumsi yang
dikemukakan oleh Adam Smith dalam analisanya adalah :
a) Terdapat teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) dalam
menentukan nilai suatu barang.
b) Tenaga kerja memiliki kulitas yang sama untuk setiap bidang
produksi. Bahwa hanya tenaga kerja yang merupakan faktor
produksi yang bersifat homogen.
c) Terdapat immobilitas faktor produksi antar negara. Bahwa biaya
transport diabaikan.
Dengan asumsi-asumsi tersebut negara-negara akan terdorong
untuk melakukan spesialisasi produk, sehingga terdapat pertambahan
produksi dunia yang digunakan bersama-sama di dalam perdagangan
internasional. Sehingga suatu negara tidak memperoleh kebutuhannya
dari pengorbanan negara lain, akan tetapi semua negara dapat
memperolehnya secara bersamaan (Salvatore, 1990 dalam Prabowo
Siswanto, 2011).
2) Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif dikemukakan pertama kali oleh
David Ricardo (1917), yang menyatakan bahwa jika terdapat dua
negara saling melakukan perdagangan dan masing-masing negara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
memfokuskan negaranya untuk mengekspor barang yang jadi bagi
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, maka kedua negara
tersebut akan beruntung. Teori keunggulan komperatif ini menjawab
permasalahan dari teori keunggulan absolut, yaitu
jika terdapat
negara yang tidak memiliki keunggulan absolut yang bisa melakukan
perdagangan. Sehingga Ricardo menambahkan, bahwa keunggulan
dari tiap-tiap negara yang melakukan perdagangan memiliki sifat
yang relatif, sehingga negara tidak memiliki keunggulan absolut
seperti dalam teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam
Smith.
Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar
mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang
memiliki keunggulan komparatif. Namun mekanisme pasar seringkali
bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah.
Untuk itu informasi tentang keunggulan komparatif suatu daerah
apabila sudah diketahui lebih dahulu, pembangunan dapat dilakukan
tanpa menunggu mekanisme pasar (Achmad Soleh, 2012 : 23).
3) Teori Biaya Relatif
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional
adalah teorinya tentang nilai. Menurut Ricardo, nilai suatu barang
tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk
memproduksi barang tersebut (labor cost value theory). Perdagangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki
comparative cost yang terkecil (Nopirin, 1995).
Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative
advantage memiliki pengertian yang sama, hanya saja comparative
advantage memiliki output yang berbeda dalam beberapa tenaga
kerja di masing-masing negara. Sedangkan comparative cost,
memiliki beberapa output yang membutuhkan waktu yang berbedabeda antara negara satu dengan negara lain.
Perdagangan
internasional
tidak
hanya
mendatangkan
keuntungan yang statik, tetapi juga dapat bersifat dinamik. Artinya
perdagangan internasional dapat menambah jumlah faktor produksi
yang tersedia, seperti adanya transfer teknologi serta keahlian. Di
samping itu perdagangan internasional dapat memperluas pasar
sehingga suatu negara dapat menikmati adanya skala produksi yang
ekonomis. Keuntungan perdagangan yang ditimbulkan karena adanya
transfer teknologi, keahlian dan skala produksi yang dinamis ini
disebut keuntungan yang dinamis (Nopirin, 1995).
b. Teori Modern
1) Teori Faktor Pendukung (Hecksher-Ohlin)
Ekonom yang berasal dari Swedia yaitu Eli Hecksher (1919)
dan Bertil Ohlin (1933) menyampaikan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum dapat dijelaskan dalam teori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
keunggulan komparatif. Di dalam teori klasik keunggulan komparatif,
bahwa perdagangan internasional didasari oleh adanya perbedaan
dalam faktor-faktor produksi antar negara (Salvatore, 2004 dalam
Prabowo Siswanto, 2011). Akan tetapi teori ini tidak dapat
menjelaskan tentang penyebab adanya perbedaan produktivitas
tersebut. Teori perdagangan internasional yang dijelaskan oleh
Hecksher dan Ohlin ini adalah merupakan pengembangan dari teori
keunggulan mutlak dan teori keunggulan komparatif.
Di dalam teori Hecksher-Ohlin ditekankan bahwa faktor
utama terjadinya perdagangan internasional ditentukan adanya
perbedaan relatif dari karunia alam (factor endowment) dan adanya
harga-harga faktor produksi antar negara. Skema perdagangan
diawali dengan penjelasan secara khusus mengenai perbedaan harga
antar negara. Perbedaan harga antar negara terjadi karena adanya
perbedaan proporsi penggunaan faktor-faktor produksi. Menurut
Soelistyo (1986) dalam Prabowo Siswanto (2011), bahwa perbedaan
faktor produksi disebabkan oleh beberapa faktor spesifik di masingmasing industri atau perusahaan, seperti kemampuan manajerial yang
tinggi, teknologi, ilmu pengetahuan, hak paten, dan faktor-faktor
lainnya.
Konsep utama yang dapat disimpulkan dari penjelasan teori
perdagangan internasional oleh Hecksher-Ohlin adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
a) Tidak banyak perbedaan di dalam perdagangan internasional,
hanya berupa kelanjutan dari perdagangan antar daerah. Inti
perbedaan yang ada hanya terletak pada jarak antar wilayah.
Sehingga Hecksher dan Ohlin menepis anggapan teori klasik
bahwa perdagangan internasional dapat mengabaikan ongkos
transport.
b) Produk-produk
yang
diperdagangkan
antar
negara
tidak
berdasarkan atas keuntungan alamiah atau keuntungan yang
dikembangkan, akan tetapi berdasarkan proposi serta intensitas
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
menghasilkan
produk-produk tersebut.
Salah satu studi empirik tentang model Hecksher-Ohlin yang
cukup populer adalah yang dilakukan oleh Leontief tahun 1947 yang
kemudian dikenal dengan sebutan Leontief paradox. Dikatakan
paradox karena hasilnya tidak sesuai dengan model Hecksher-Ohlin,
yakni Amerika justru mengekspor barang padat tenaga dan
mengimpor barang padat modal. Menurut Leontief, tenaga kerja
Amerika itu lebih produktif dibandingkan tenaga kerja negara
lainnya. Sehingga barang impor Amerika yang dalam catatan statistik
sebagai barang padat modal, jika diproduksi di negara lain menjadi
barang padat tenaga kerja. Tingginya produktivitas kerja dikarenakan
manajemen dan training yang lebih baik serta tingginya motivasi
kerja (Nopirin, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
2) Kesamaan Harga Faktor Produksi
Inti dari teori ini adalah bahwa perdagangan bebas cenderung
mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara.
Dari teori faktor proporsi Hecksher-Ohlin, selama beberapa negara A
memperbanyak
produksi
barang
X
akan
bertambahnya
permintaan
tenaga
kerja,
mengakibatkan
sebaliknya
makin
berkurangnya produksi barang Y berarti makin sedikitnya permintaan
akan kapital. Hal ini akan cenderung menurunkan upah (harga dari
tenaga kerja) dan menaikkan harga dari kapital (rate of return)
(Nopirin, 1995)
3) Teori Permintaan dan Penawaran
Menurut Nopirin (1995), pada prinsipnya perdagangan antara 2
negara itu timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan
maupun penawaran. Permintaan yang berbeda ini misalnya karena
perbedaan pendapatan dan selera, sedangkan perbedaan penawaran
misalnya dikarenakan perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktorfaktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas. Anggapan yang
digunakan dalam analisa ini adalah :
a) persaingan sempurna,
b) faktor produksi tetap,
c) tidak ada ongkos angkut,
d) kesempatan kerja penuh,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
e) tidak ada perubahan teknologi,
f) produksi dengan ongkos yang menaik (increasing cost of
production),
g) tidak ada pemindahan kapital.
4) Teori Keunggulan Kompetitif
Menurut Hady (2001) dalam Adrian Ramadhan (2009), teori
keunggulan kompetitif pertama kali dikemukakan oleh Porter, suatu
negara dikatakan memiliki keunggulan kompetitif di pasar global jika
memiliki faktor-faktor utama, yaitu kondisi permintaan (demand
condition), kondisi faktor (factor condition), industri terkait dan
industri pendukung yang kompetitif (releated and supporting
industri) dan kondisi strategi, struktur serta persaingan industri
(strategy, structure dan rivalry). Selain empat faktor utama tersebut,
terdapat dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara faktor-faktor
utama tersebut, yaitu faktor kesempatan (chance factor) dan faktor
pemerintah (government). Secara bersamaan faktor-faktor tersebut
akan
membentuk sistem dalam
meningkatkan keunggulan daya
saing yang disebut porter’s diamond (Porter, 1998 dalam Adrian
Ramadhan, 2009).
a) Kondisi Permintaan
Besarnya daya saing suatu komoditi sangat dipengaruhi oleh
kondisi permintaan. Kondisi permintaan dapat berasal dari pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
domestik dan pasar internasional. Ketika permintaan akan suatu
komoditi semakin besar, maka akan semakin besar juga usaha
produsen mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen
tersebut. Kondisi permintaan masyarakat yang semakin maju juga
akan membuat industri-industri untuk terus meningkatkan mutu
produk-produknya. Produsen juga terus berupaya melakukan
inovasi-inovasi untuk memenuhi permintaan konsumen.
b) Kondisi Faktor
Sumber daya adalah faktor produksi yang penting bagi suatu
negara untuk bersaing dengan negara lain. Menurut Adrian
Ramadhan (2009), beberapa faktor sumber daya tersebut, antara
lain :
1) Sumber daya manusia, meliputi tenaga kerja yang tersedia,
kemampuan manajerial dan keterampilan tenaga kerja.
2) Sumber daya alam, meliputi ketersediaan air, mineral,
energi, pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan dan
bahan baku lainnya yang dibutuhkan dalam industri.
3) Sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
meliputi
pengetahuan
pasar,
pengetahuan
teknis,
pengetahuan ilmiah yang menujang dalam kegiatan
produksi.
4) Sumber daya modal, meliputi jenis pembiayaan atau
sumber modal, jumlah dan biaya yang tersedia, aksesbilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
terhadap pembiayaan serta kondisi lembaga keuangan dan
perbankan.
5) Sumber
daya
infrastruktur,
meliputi
transportasi,
komunikasi, pos dan giro, sistem pembayaran, air bersih,
listrik dan lainnya.
c) Industri Terkait dan Industri Pendukung yang Kompetitif
Industri pendukung terkait berperan menciptakan efisiensi dan
sinergi dalam perkembangan industri lebih baik lagi. Industri
pendukung terkait ada dua jenis, yaitu industri pendukung dalam
penyediaan pasar faktor produksi dan industri pendukung pasca
produksi. Industri pendukung dan industri terkait memiliki
pengaruh terhadap daya saing secara global, antara lain dengan
pengadaan industri bahan baku atau industri hulu yang menjamin
input industri utama menjadi lebih murah, kualitas atau mutu
komoditi yang lebih baik, pelayanan yang baik dan cepat,
pengiriman yang cepat dan jumlah yang sesuai kebutuhan industri.
Sedangkan industri hilir berperan sebagai pendistribusi produk dari
industri utama ke konsumen. Dengan adanya industri hulu, industri
utama dan industri hilir yang terintegrasi, maka efisiensi dapat
tercapai dengan adanya biaya transaksi dan transportasi yang dapat
ditekan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
d) Kondisi Strategi, Struktur dan Persaingan Industri
Persaingan
membuat
produsen
termotivasi
untuk
meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan dan membuat
inovasi-inovasi terhadap produknya. Persaingan juga senantiasa
membuat produsen untuk memperbaiki produk, mengembangkan
produk, mengembangkan teknologi, memperbaiki mutu pelayanan
serta menurunkan harga dan biaya. Selanjutnya produsen akan
dapat menentukan strategi baru untuk selalu meningkatkan
efisiensi dengan adanya persaingan sehat itu sendiri.
e) Faktor Kesempatan
Terciptanya lingkungan yang bersaing adalah yang menjadi
faktor
kesempatan.
persaingan,
yaitu
Beberapa
adanya
faktor
perubahan
kesempatan
harga
minyak
dalam
yang
mempengaruhi biaya perusahaan, pergeseran biaya faktor produksi
dan kondisi politik yang mempengaruhi daya saing.
f) Faktor Pemerintah
Pemerintah berperan terhadap faktor-faktor penentu daya
saing. Kebijakan yang dibuat pemerintah baik moneter maupun
fiskal berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing.
Pemerintah melakukan kebijakan untuk mengatur sumber daya
yang tersedia dengan kebijakan ketenagakerjaan, pendidikan,
pembentukan modal, penyediaan sumber daya alam, pembatasan
standar mutu produk atau di Indonesia disebut SNI. Pemerintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
juga berperan penting dalam kemudahan akses birokrasi dan
perbaikan kualitas infrastruktur yang ada.
c. Alternatif Teori Perdagangan Internasional
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan struktur barang
yang diperdagangkan, diantaranya (Nopirin, 1995) :
1) Keterampilan (Human Skills)
Salah satu indikator untuk membedakan negara maju dengan
negara berkembang adalah dalam hal keterampilan dan keahlian
tenaga kerja. Secara umum keterampilan tenaga kerja di negara maju
lebih tinggi baik dalam jumlah, jenis dan kualitasnya. Oleh karena itu
negara maju cenderung mengekspor barang yang padat tenaga ahli.
Sebaliknya, negara berkembang akan mengekspor barang yang padat
tenaga tidak ahli.
Untuk menguji hipotesis tersebut diperlukan data tentang
kandungan tenaga ahli atau tidak terdidik untuk setiap barang yang
diperdagangkan, dihubungkan dengan rasio tenaga ahli atau dengan
menggunakan data upah. Korelasi antara dua variabel tersebut
menggambarkan apakah keahlian dapat dipakai untuk menjelaskan
arah perdagangan internasional suatu negara.
2) Skala Ekonomis (Economics of Scale)
Suatu negara yang memiliki pasar luas di dalam negerinya
cenderung mengekspor barang yang dapat dihasilkan dengan biaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
rata-rata menurun dengan makin besarnya skala perusahaan.
Sebaliknya suatu negara kecil dimana pasar dalam negerinya sempit
dan cenderung mengekspor barang yang tidak memenuhi syarat skala
perusahaan yang ekonomis.
Untuk membuktikan hipotesis ini perlu dicari hubungan antara
luas pasar dengan jenis barang yang diperdagangkan yang
diklasifikasikan menurut tingkatan proses produksi, yakni apakah
sedang dalam kondisi skala ekonomis atau tidak.
3) Kemajuan Teknologi
Suatu negara yang industrinya telah maju biasanya dapat
menciptakan barang baru, sehingga dapat menikmati pasar luar negeri
untuk produk barunya. Namun lama-kelamaan negara lain meniru
dan kemudian mengekspornya. Biasanya negara yang meniru ini
mendasarkan pada adanya biaya tenaga kerja yang murah.
4) Product Cycle
Teori ini menekankan pada standardisasi produk. Untuk
produk baru biasanya masih belum distandarisasi. Dengan makin
luasnya pasar serta makin berkembangnya teknologi proses produksi
maka produk maupun proses produksi semakin distandarisasi, bahkan
mungkin nantinya secara internasional ditentukan standarnya.
Hipotesis teori ini mengatakan bahwa negara maju cenderung
mengekspor barang yang belum distandarisasi, sedangkan negara
berkembang spesialisasi pada barang yang sudah distandarisasi. Uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
hipotesis ini dapat dilakukan dengan menghubungkan antara tingkat
spesialisasi produk ekspor dengan tingkat industrialisasi.
d. Keuntungan Perdagangan Internasional
Menurut Deliarnov (1995) dalam Adityama Nugroho (2011),
Banyak keuntungan yang dapat di peroleh dari aktivitas perdaganagan luar
negeri diantaranya :
1) Apa saja yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri, dengan adanya
perdagangan luar negeri dapat dinikmati dengan jalan mengimpornya
dari negara lain. Termasuk didalamnya barang konsumsi, barangbarang modal, bahan mentah dan sebagainya.
2) Perdagangan luar negeri memungkinkan dilakukannya spesialisasi
sehingga barang-barang bisa dihasilkan secara lebih murah karena
lebih cocok dengan kondisi negara tersebut, baik dari segi bahan
mentah maupun cara berproduksi. Hal hal seperti ini jelas sangat
mendukung efisiensi pemanfaatan sumber daya ke arah yang lebih
tinggi.
3) Negara yang melukukan perdagangan luar negeri dapat memproduksi
yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan pasar dalam negeri.
Dengan demikian kapasitas produksi lebih optimal hal ini juga
menyebabkan perluasan pasar produksi dan tenaga kerja sekaligus
pendapatan nasional bisa di tingkatkan dan angka pengangguran bisa
ditekan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Menurut Nopirin (1999) dalam Adityama Nugroho (2011), para
ahli ekonomi klasik memandang perdagangan internasional dapat
memberikan kontribusi di dalam mempercepat proses pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, antara lain :
1) Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Negaranegara yang melakukan spesialisasi dan pedagangan luar negeri akan
dapat mempertinggi kegiatan produksinya dan dapat juga menikmati
lebih
banyak
barang
daripada
sebelum
adanya
perdaganagn
internasional.
2) Memperluas pasar produksi dalam negeri. Dalam suatu perekonomian
terjadi keadaan beberapa industri kapasitas produksi sebagian
menganggur atau tidak terpakai, sehingga dengan adanya perdagangan
luar negeri memungkinkan perluasan pasar untuk hasil-hasil kegiatan
produksinya.
3) Mempertinggi produktivitas kegiatan ekonomi. Dengan adanya
perdagangan luar negeri suatu negara dapat: mempelajari teknik
produksi yang lebih baik, mengimpor barang-barang modal yang baru
dan lebih tinggi produktivitasnya dan mempelajari pandanganpandangan baru yang akan memperbaiki cara kerja dan cara
memimpin perusahaan yang sedang dijalankan negara lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
e. Kebijakan Perdagangan Internasional
Kebijakan
ekonomi
internasional
adalah
tindakan
atau
kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan internasional.
Instrument kebijaksanaan ekonomi internasional, antara lain (Nopirin,
1995) :
1) Kebijakan perdagangan internasional
Mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (current account) dari neraca pembayaran internasional,
khususnya tentang ekspor dan barang atau jasa. Misalnya adalah tarif
terhadap impor, bilateral trade agreement dan lainnya.
2) Kebijakan Pembayaran Internasional
Mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening modal
(capital account) dalam neraca pembayaran internasional. Kebijakan
tersebut adalah dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa
(exchange control) atau pengaturan lalu intas jangka panjang.
3) Kebijakan bantuan luar negeri
Tindakan atau kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
bantuan (grants), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk
membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer negara
lain.
Menurut Nopirin (1999) dalam Adityama Nugroho (2011),
kebijaksanaan ekonomi internasional dalam arti luas adalah tindakan atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak
langsung
mempengaruhi
komposisi,
arah
serta
bentuk
daripada
perdagangan dan pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya
berupa tarif, quota dan sebagaimnya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan
pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung mempunyai
pengaruh terhadap perdagangan serta pembayaran internasional seperti
misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih
sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan atau
kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
perdaganan dan pembayaran internasional.
1) Kebijakan Peningkatan Ekspor
Kebijakan ini antara lain dilakukan dengan menjaga kestabilan
harga atau dengan kata lain menjaga kestabilan inflasi pada tingkat
yang rendah. Hal ini dilakukan agar komoditi ekspor tidak kehilangan
daya saing dengan produk dari negara lain. selain itu yang perlu
dilakukan adalah menjaga stabilisasi mata uang pada kondisi mata
uang yang realistis, yaitu sesuai dengan perbandingan daya beli mata
uang luar negeri. Kebijakan ini juga perlu dibarengi dengan system
lalu lintas devisa yang bebas. Kemudian juga diperlukan beberapa
kebijakan khusus dengan memberikan insentif khusus pada produsesn
dan eksportir seperti system perkreditan dan pajak yang mendorong
ekspor. Serta adanya sistem informasi mengenai potensi pasar luar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
negeri, pelatihan para ekportir di bidang penguasaan teknologi,
administrasi keuangan, pemasaran dan lain-lain.
2) Kebijakan Menstabilkan Perkembangan Ekspor
a) Perluasan dan penganekaragaman komoditi ekspor atau lebih
dikenal dengan deversivikasi ekspor. Kebijakan ini dilakukan
agar kita tidak tergantung pada satu atau beberapa komoditi saja,
sebagai upaya untuk mencegah kemacetan apabila komoditas
tersebut menurun permintaannya.
b) Pemrosesan lebih lanjut untuk barang-barang komoditi ekspor
yang berupa barang mentah atau barang primer. Dengan adanya
pemrosesan ini diharapkan nilai tambahnya meningkat disamping
dapat membuka lapangan pekerjaan.
c) Perluasan pasar tidak tergantung pada satu atau beberapa negara
saja. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih mengintensifikasikan
hubungan dengan negara lain serta kerja sama dalam organisasi
regional dan organisasi internasional seperti NAFTA, Uni Eropa
dan lain-lain.
3) Kebijakan Memaksimalkan Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan ini dilakukan agar sektor perdagangan luar negeri
dapat dirasakan manfaatnya di dalam negeri yaitu dengan mendorong
tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lain. Untuk mencapai hal
ini antara lain dilakukan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
khususnya pengusaha kecil dan menengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
f. Hambatan Perdagangan Internasional (Hambatan Impor)
Hambatan impor atau import barriers adalah peraturan-peraturan
impor yang mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri, antara lain :
1) Tarif
Menurut Salvatore (1997), tarif adalah pembebanan pajak atau
custom duties terhadap barang-barang yang melewati batas suatu
negara. Beberapa tarif tersebut, antara lain :
a) Tarif impor, yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi
yang di impor dari negara lain.
b) Tarif ekspor, yakni pajak untuk komoditi yang di ekspor.
c) Tarif Ad Valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan
angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang di impor.
d) Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang di
impor.
e) Tarif campuran adalah gabungan antara tarif ad valorem dengan
tarif spesifik.
2) Hambantan non-tarif
Dalam Adityama Nugroho (2011) dijelaskan, salah satu bentuk
hambatan impor bukan tarif adalah kuota. Kuota adalah pembatasan
secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota
impor) dan keluar (kuota ekspor). Pemberlakuan kuota impor
memberikan beberapa dampak terhadap konsumsi dan produksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
seperti yang di timbulkan oleh penerapan tarif impor yang setara.
Penyesuaian terhadap setiap pergesaran dalam kurva permintaan atau
kurva penawaran sehubungan dengan adanya kuota impor akan
terjadi pada harga-harga domestik. Sedangkan jika diberlakukan
adalah tarif impor , maka penyesuaian tersebut akan terjadi pada
kuantitas impor. Secara umum, kuota impor itu lebih menghambat
dari tarif impor yang setara. Kuota impor biasanya dikenakan
terhadap bahan mentah sebagai barang perdagangan penting serta di
bawah suatu pengawasan badan internasional. Berbagai macam
restreksi atau bahan hambatan nontarif itu telah menggantikan
peranan tarif di masa sebelumnya, ini merupakan ancaman bagi
keberlangsungan dan perkembangan perdagangan internasional yang
bebas.
3. Teori Ekspor
Pengertian
Ekspor
barang
pada
umumnya
adalah
kegiatan
mengeluarkan atau mengirim barang ke luar negeri, biasanya dalam jumlah
besar untuk tujuan perdagangan, dan melibatkan Custom (Bea Cukai) baik di
negara asal maupun negara tujuan. Bea Cukai bertugas sebagai pengawas
keluar masuknya atau sebagai lalu lintas barang dalam suatu negara. Orang
atau badan hukum yang melakukan kegiatan ekspor dinamakan eksportir.
Tujuan dilakukan ekspor bagi perseorangan adalah untuk memperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
keuntungan. Tujuan dilakukan ekspor bagi negara adalah untuk memperoleh
devisa negara dalam bentuk mata uang asing.
Menurut Soekartini dalam Ati Suprati (2004), ekspor adalah salah satu
aspek dari perdagangan internasional yang disebabkan oleh beberapa
kondisi, antara lain :
a. Adanya produksi di dalam negeri yang berlebih, sehingga produksi yang
berlebih tersebut dijual ke luar negeri.
b. Adanya permintaan produk dalam negeri oleh konsumen luar negeri,
walaupun produksi di dalam negeri tidak berlebih.
c. Mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan adanya penjualan ke
luar negeri, di mana harga untuk di luar negeri lebih tinggi daripada
harga di nasional.
d. Adanya barter antara produk dalam negeri dan luar negeri terhadap
produk-produk tertentu.
e. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politik.
Bagi sebuah negara, ekspor menjadi penopang perekonomian dan
sumber devisa. Sedangkan bagi sebuah perusahaan, ekspor adalah cara
mengembangkan usahanya lebih pesat lagi, dengan menjual produknya di
luar negeri. Jadi perdagangan luar negeri melalui ekspor memiliki peranan
yang sama-sama penting bagi negara dan perusahaan-perusahaan.
Menurut Putong (2003) dalam Adiyatma Nugroho (2011), ada
beberapa faktor yang menyebabkan adanya perdagangan luar negeri, antara
lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
a. Untuk mendapatkan barang atau sumber daya yang tidak dapat
diproduksi di dalam negeri.
b. Untuk mendapatkan barang yang kualitasnya lebih baik dari barang yang
diproduksi di dalam negeri.
c. Untuk
mendapatkan
teknologi
yang
lebih
maju,
agar
dapat
memberdayakan sumber daya alam yang ada di dalam negeri.
d. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari spesialisai produk.
e. Untuk memperluas produk yang dihasilkan dalam negeri ke pasar luar
negeri.
Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
terakhir tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor No. jo SK
Memperindag No. 519/MPP/Kep/8/2003, pemerintah membagi komoditi
ekspor Indonesia menjadi 3 kelompok sebagai berikut (Depperindag, 2003) :
a. Barang yang Diatur Ekspornya
Karena pembatasan jumlah yang diekspor. Ekspor barang ini
hanya dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar yaitu eksportir yang sudah
mendapat pengakuan dari Depperindag untuk mengekspor barang
tertentu.
b. Barang yang Diawasi Ekspornya
Berdasarkan SK Menperindag No. 519/MPP/Kep/8/2003, tanggal
28 Agustus 2003, ada 11 jenis barang yang diawasi ekspornya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
c. Barang yang Dilarang Ekspornya
Barang ini tidak boleh diekspor dengan pertimbangan agar
komoditas tersebut diproses menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi untuk meningkatkan nilai tambah, menjaga pengadaan bahan baku,
melindungi kelestarian alam/hutan, jenis tanaman dan binatang langka.
4. Definisi Daya Saing
Suatu produk dikatakan memiliki daya saing, jika suatu produk
memiliki kemampuan untuk memasarkan produknya ke luar negeri dan
mampu untuk bertahan di dalam pasar tersebut. Komoditi yang memiliki
daya saing berarti memiliki banyak konsumen di luar negeri yang minat akan
produknya. Daya saing ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Langsung
1) Mutu komoditi yang diekspor, bahwa komposisi antara nilai artistik,
nilai teknis, serta selera konsumen menentukan dasar mutu komoditi
tersebut.
2) Biaya produksi dan penentuan harga jual.
3) Ketepatan waktu penyerahan barang.
4) Tingkat intensitas dalam melakukan promosi.
5) Penentuan saluran pemasaran.
6) Layanan purna jual, seperti pemberian garansi pada suatu produk
menentukan kualitas produk yang dijual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
b. Faktor Tidak Langsung
1) Kondisi alat dan sarana pendukung ekspor, seperti bea cukai, fasilitas
perbankan, alat transportasi, fasilitas birokrasi pemerintah, dan lainlain.
2) Kendala tarif dan non-tarif.
3) Tingkat efisiensi dan disiplin nasional.
4) Subsidi dan promosi produk dari pemerintah.
5) Kondisi perekonomian dunia, seperti resesi global, kerja sama global,
dan kebijakan proteksi suatu negara.
Menurut Astuty (2000) dalam Adrian Ramadhan (2009), kemampuan
sebuah negara untuk memasarkan produknya yang dihasilkan dalam negeri
tersebut relatif terhadap kemampuan negara lain. Cara yang sering digunakan
dalam pengukuran daya saing komoditi dapat diketahui melalui keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif komoditi tersebut.
5. Definisi Komoditi Mebel
Dalam terjemahan bahasa inggris, mebel diterjemahkan menjadi
furniture. Kata mebel digunakan
karena sifatnya yang bergerak atau
mobilitasnya sebagai barang lepas di dalam ruang arsitektur. Di dalam
Bahasa Perancis kata mebel disebut meubel, dan di dalam Bahasa Jerman
disebut mobel. Secara umum mebel diartikan sebagai benda pakai yang dapat
dipindahkan, bermanfaat bagi kegiatan hidup sehari-hari manusia, ketika
duduk, tidur, bekerja, makan, bermain, dan melakukan aktifitas lainnya, agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
membuat nyaman dan keindahan bagi penggunanya. (Taufiq Primananda,
2010 : 14).
Mebel adalah salah satu produk kayu olahan yang pertumbuhannya
sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini. Diawali dari pekerjaan
rumah tangga, produk mebel sekarang menjadi industri besar yang mampu
menyerap tenaga kerja terdidik yang tidak sedikit. Produk mebel secara
prinsip dibagi menjadi dua jenis, yaitu mebel untuk taman dan mebel untuk
interior di dalam rumah (Manullang, 1991 dalam Taufiq Primananda, 2010).
Produk furnitur tediri atas berbagai bahan baku, yaitu furnitur dari
kayu olahan yang disebut mebel dan furnitur dari bahan lainnya (plastik
maupun besi). Komoditi mebel di dalam kode HS 2012 seperti yang terdapat
di UN Comtrade dan BPS adalah 9403.30; 9403.40; 9403.50; 9403.60.
Komoditi tersebut adalah semua barang ekspor furnitur yang bahan bakunya
berasal dari kayu olahan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Rohayati Suprihatini (2005) mengenai daya saing ekspor
teh Indonesia di pasar dunia, menggunakan pendekatan Constant Market Share
(CMS). Penelitian ini menggunakan data statistik ekspor teh Indonesia dan ekspor
teh dunia tahun 1997-2001. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh dunia, bahkan
mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi tersebut disebabkan karena komposisi
produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar, negara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
tujuan ekpor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara yang memiliki
pertumbuhan impor teh yang tinggi, daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia
masih lemah. Pada aspek daya saing , ekspor teh Indonesia lebih lemah dari
negara-negara produsen teh kecuali Bangladesh.
Pada penelitian Achmad Soleh (2012) mengenai kontribusi dan daya saing
ekspor sektor unggulan dalam perekonomian Jawa tengah, menggunakan
pendekatan analisis RCA (revealed komparatif advantage) digunakan untuk
melihat daya saing ekspor sektor unggulan. Berdasarkan analisis daya saing
ekspor (Revealed Comparative Advantage) menunjukan sektor unggulan di Jawa
Tengah yang memiliki daya saing ekspor adalah industri kayu dan bahan
bangunan dari kayu, industri barang mineral bukan logam, industri permintalan,
industri semen, dan industri kapur. Nilai RCA tersebut menunjukan bahwa sektorsektor unggulan tersebut memiliki daya saing ekspor.
Pada penelitian Adrian Ramadhan (2009) mengenai analisis daya saing
industri rotan Indonesia, menggunakan pendekatan analisis RCA (Revealed
Comparative Advantage) untuk melihat tingkat daya saing produk, OLS
(Ordinary Least Squared) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
daya saing secara kuantitatif dan Porter’s Diamond secara deskritif. Hasil
penelitian meninjukkan daya saing furniture rotan Indonesia cukup tinggi di pasar
dunia. Pada masa krisis ekonomi mengalami penurunan nilai RCA, namun pada
tahun 1999 kembali bangkit. Adanya kebijakan pemerintah tahun 2005, justru
membuat komoditi furniture rotan kembali melemah. Hasil penelitian
menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa tingkat daya saing furniture
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
rotan dipengaruhi oleh nilai produksi, nilai ekspor dan kebijakan pemerintah.
Seangkan yang tidak berpengaruh adalah tingkat produktivitas dan volume ekspor
bahan baku. Hasil penelitian menggunakan Porter’s Diamond menunjukkan
bahwa industri furniture rotan nasional kurang kompetitif. Kendala yang dihadapi
adalah infrastruktur, penyedia layanan transportasi, akses pasar yang minim dan
kebijakan pemerintah memperbolehkan ekspor rotan mentah.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa industri mebel Indonesia memiliki
potensi untuk terus tumbuh nilai ekspornya dari tahun ke tahun. Industri mebel
menjadi sangat potensial bagi ekspor kita. Komoditi mebel Indonesia sangat
diminati oleh konsumen luar negeri. Komoditi mebel sendiri dapat menjadi
penyokong perekonomian Indonesia, dengan menempati ekspor komoditi yang
nilainya tertinggi ke dua di bawah tekstil dan produk tekstil.
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kuantitatif,
untuk melihat keunggulan komparatif industri mebel Jawa Tengah di Indonesia.
Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis
kinerja ekspor komoditi mebel di Jawa Tengah terhadap daya saingnya di
Indonesia. Variabel yang diukur adalah nilai ekspor komoditi mebel Jawa Tengah
yang dibandingkan nilainya dalam perdagangan di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Tingkat daya saing
Revealed Comparative Advantage
(RCA)
upaya-upaya strategis
peningkatan daya saing
Ekspor mebel Jawa Tengah
(2007-2011)
Ekspor mebel Indonesia
(2007-2011)
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2013.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
D. Hipotesis
Berdasarkan pada permasalahan yang tercantum dalam latar belakang
masalah dan sebagai kerangka pokok penelitian yaitu untuk mengetahui daya
saing ekspor mebel Jawa Tengah di Indonesia tahun 2007-2011, maka
dikemukakan hipotesis :
1. Kekuatan daya saing ekspor mebel Jawa Tengah terhadap ekspor mebel
Indonesia memiliki nilai yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
2. Terdapat upaya-upaya strategis yang dilakukan pemerintah dan eksportir
untuk peningkatan daya saing ekspor mebel Provinsi Jawa Tengah terhadap
ekspor mebel Indonesia.
commit to user
Download