BAB 1 - Bank Indonesia

advertisement
Laporan Perkembangan
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
BANK INDONESIA
Triwulan IV dan Tahun 2011
...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank
Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap
triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No.6 Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya
merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan
tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan kali ini selain melaporkan
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia selama triwulan IV 2011 juga
melaporkan untuk keseluruhan tahun 2011...
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada
triwulan IV 2011 dan keseluruhan tahun 2011.
Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sebagaimana
diatur pada pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009,
telah disusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan IV 2011 dan
tahun 2011. Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan
rencana kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk
tahun yang akan datang dengan memperhatikan laju inflasi dan kondisi ekonomi dan
keuangan. Laporan tersebut selanjutnya akan menjadi bahan bagi Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian tahunan terhadap kinerja Dewan
Gubernur dan Bank Indonesia.
Patut disyukuri, kondisi perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2011 terjaga pada
jalur yang diharapkan dan menujukkan hasil yang positif. Kondisi ekonomi dan
keuangan global yang masih terus melemah seiring berlarutnya krisis di Eropa tidak
menimbulkan dampak yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan
ekonomi diperkirakan mencapai 6,5% baik pada triwulan IV 2011 maupun pada
keseluruhan tahun 2011, dengan inflasi terkendali sebesar 0,79% (qtq) atau 3,79%
(yoy). Pengakuan terhadap solidnya kondisi fundamental Indonesia diafirmasikan
melalui kenaikan sovereign rating Indonesia hingga mencapai investment grade.
Kondisi perekonomian yang kuat tersebut tidak terlepas dari dukungan kondusifnya
sistem keuangan Indonesia. Industri perbankan mampu menunjukkan resiliensi
ditengah goncangan keuangan global. Industri perbankan juga masih berkinerja
optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai agen intermediasi. Berbagai aktivitas
perekonomian selama tahun 2011 juga didukung dengan kelancaran transaksi di
sistem pembayaran dan pengedaran uang.
Untuk mendukung pencapaian kinerja yang positif tersebut, berbagai kebijakan telah
dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, Bank
Indonesia juga berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah dan seluruh
stakeholders terkait. Bank Indonesia menyadari bahwa kondisi perekonomian ke
depan masih diwarnai dengan risiko global dan kompleksitas permasalahan domestik.
Untuk memantapkan hasil yang telah diraih, Bank Indonesia akan senantiasa
mencermati berbagai tantangan tersebut dan menyikapinya secara terukur. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan nilai-
Kata Pengantar  i
nilai tata kelola organisasi yang baik dan terbebas dari segala bentuk inefisiensi guna
menyongsong era globalisasi.
Jakarta, 1 Februari 2012
GUBERNUR BANK INDONESIA
Darmin Nasution
ii  BANK INDONESIA
Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................................
i
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
Daftar Tabel......................................................................................................... v
Daftar Grafik ....................................................................................................... vii
Bab 1. Ringkasan Eksekutif ................................................................................ 1
Kinerja Perekonomian ................................................................................ 1
Kebijakan yang Ditempuh .......................................................................... 3
Bab 2. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem
Pembayaran.............................................................................................. 7
1. Inflasi ...................................................................................................
2. Pertumbuhan Ekonomi.... .....................................................................
3. Neraca Pembayaran..............................................................................
4. Nilai Tukar Rupiah ................................................................................
5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB)......................................
6. Perkembangan Suku Bunga ..................................................................
7. Perkembangan Bank Umum .................................................................
8. Perkembangan Perbankan Syariah ........................................................
9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).......................................
10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) .........
11. Sistem Pembayaran ..............................................................................
11.1. Perkembangan Efisiensi dan Kehandalan Sistem Pembayaran .......
11.2. Pengedaran Uang........................................................................
7
11
13
14
17
19
20
22
24
25
26
26
27
Bab 3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia ................. 31
1. Stabilitas Moneter ................................................................................
1.1. Kebijakan Moneter ........................................................................
1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar ................................
1.3. Koordinasi dengan Pemerintah ......................................................
1.4. Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri (PLN).........................................
1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung
Perumusan Kebijakan ....................................................................
2. Stabilitas Sistem Perbankan...................................................................
2.1. Pengaturan Perbankan...................................................................
2.2. Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API).........................
2.3. Keuangan Inklusif (Financial Inclusion)............................................
2.4. Implementasi BASEL II dan Penyiapan BASEL III ..............................
2.5. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum........................................
2.6. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah...............................
2.7. Kebijakan dan Pengawasan BPR.....................................................
31
31
32
35
36
38
41
41
42
43
44
46
47
48
Daftar Isi  iii
2.8. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM.......................
2.9. Perizinan dan Informasi Perbankan.................................................
2.10. Investigasi dan Mediasi Perbankan ...............................................
3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang............................................
3.1. Kehandalan dan Efisiensi Sistem Pembayaran .................................
3.2. Pengedaran Uang..........................................................................
4. Kerjasama Internasional ........................................................................
5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan .......................................................
49
50
52
55
55
58
63
70
Bab 4. Manajemen Intern Bank Indonesia.........................................................
1. Akuntabilitas dan Transparansi .............................................................
2. Audit Intern..........................................................................................
3. Keuangan Intern...................................................................................
4. Teknologi Informasi ..............................................................................
5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) ........................................
6. Aspek Hukum ......................................................................................
7. Bank Indonesia Social Responsibility ......................................................
75
75
76
77
78
79
81
82
Bab 5. Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Tahun 2012 .................... 85
Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Selama Tahun 2011 ........................
1. Peraturan Bank Indonesia .....................................................................
2. Peraturan Dewan Gubernur .................................................................
3. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia.....................................................
4. Surat Edaran Intern Bank Indonesia.......................................................
93
93
95
95
97
Daftar Istilah........................................................................................................ 103
Daftar Singkatan................................................................................................. 109
iv  BANK INDONESIA
Daftar Tabel
2.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan................................................
2.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral ..........................................................
2.3. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan(%)..............................
2.4. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan .................................................
2.5. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah .....................................
2.6. Indikator Utama Kinerja BPR ............................................................................
2.7. Nilai Transaksi Pembayaran...............................................................................
2.8. Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Tahun 2011 ...................................
2.9. Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Tahun 2011...................................
11
12
21
22
23
24
27
27
29
3.1. Realisasi Penarikan Utang Luar Negeri Pemerintah ............................................
3.2. Realisasi Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah.........................................
3.3. Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2010-2011 ...........................................
3.4. Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank......................................................
3.5. Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank......................................................
3.6. Sengketa Perbankan 2011 ...............................................................................
37
37
51
52
52
55
Daftar Tabel  v
Halaman ini sengaja dikosongkan.
vi  BANK INDONESIA
Daftar Grafik
2.1. Perkembangan Inflasi .....................................................................................
2.2. Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast..............................................................
2.3. Inflasi Inti, Nilai tukar & Harga Pangan Global .................................................
2.4. Kapasitas Utilisasi (SKDU) ...............................................................................
2.5. Peta Inflasi Daerah ........................................................................................
2.6. Investasi Langsung Asing (FDI) ........................................................................
2.7. Kinerja Ekspor & Impor...................................................................................
2.8. Volatilitas Mata Uang Asia Tahun 2012 (ytd %) .............................................
2.9. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2011 .........................................................
2.10. Uncovered Interest Parity (UIP)........................................................................
2.11. Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate.................................................................
2.12. Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR...................................................................
2.13. Volume PUAB ................................................................................................
2.14. Komposisi Tenor PUAB...................................................................................
2.15. Jumlah Pelaku PUAB ......................................................................................
2.16. Perkembangan Suku Bunga Perbankan...........................................................
2.17. Perkembangan Uang Rupiah yang Diedarkan..................................................
8
8
8
9
10
13
14
15
15
16
17
17
18
18
19
20
28
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
34
53
53
54
Komposisi Operasi Moneter............................................................................
Perkembangan Penanganan Kasus Tipibank ...................................................
Sebaran Tindak Pidana Perbankan ..................................................................
Sengketa Perbankan Berdasarkan Jenis Produk ...............................................
Daftar Grafik  vii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
viii  BANK INDONESIA
Bab 1
Ringkasan Eksekutif
Perekonomian Indonesia selama triwulan IV 2011 terus menunjukkan kinerja yang
baik. Inflasi masih terjaga di level yang rendah dengan dibarengi pertumbuhan
ekonomi yang tetap tinggi. Sementara itu, nilai tukar rupiah dapat dikelola tetap
terjaga, meskipun sedikit melemah sebagai pengaruh dampak ketidakpastian di Eropa
yang masih tinggi. Nilai tukar yang tetap terjaga tersebut berkontribusi pada stabilitas
sistem keuangan yang tetap terkendali yang pada gilirannya mendorong capaian
kinerja pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Perekonomian yang tetap solid selama triwulan IV 2011 mendukung capaian ekonomi
nasional keseluruhan tahun 2011 yang tetap kuat dan berdaya tahan. Kondisi
keuangan global yang masih terus melemah seiring berlarutnya krisis utang di Eropa
dan melemahnya perekonomian AS terlihat belum memberikan dampak yang
signifikan bagi perekonomian Indonesia. Inflasi tahun 2011 tercatat rendah di level
3,79% dan tetap dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dengan
perkiraan sekitar 6,5%. Demikian pula stabilitas sistem keuangan juga masih tetap
terkendali. Secara umum, capaian ini tidak terlepas dari pengaruh positif bauran
kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi koordinasi yang intensif
dengan Pemerintah sehingga dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan
memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi.
Kinerja Perekonomian
Inflasi IHK selama triwulan laporan masih berada pada level yang rendah. Inflasi IHK
triwulan IV 2011 tercatat 0,79% (qtq), lebih rendah dari triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Inflasi pada triwulan IV 2011 yang rendah ini terlihat menyumbang tetap
rendahnya inflasi tahun 2011 secara keseluruhan di level 3,79%, lebih rendah dari
sasaran inflasi sebesar 5%±1% (yoy). Perkembangan inflasi 2011 tersebut dipengaruhi
oleh stabilnya inflas inti, rendahnya inflasi bahan pangan dan minimnya inflasi
administered prices. Inflasi inti yang stabil didukung oleh kebijakan moneter dan nilai
tukar dalam mengendalikan permintaan, tekanan inflasi dari barang impor, serta
terjaganya ekspektasi inflasi. Rendahnya inflasi bahan pangan didukung oleh
kebijakan Pemerintah dalam menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi
serta stabilisasi harga pangan. Sementara itu, kebijakan fiskal terkait subsidi energi
berdampak pada minimnya inflasi administered prices. Ke depan, inflasi pada tahun
2012 diperkirakan tetap dapat dikendalikan pada kisaran sasarannya yaitu 4,5%±1%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2011 diperkirakan juga masih
tinggi didukung oleh inflasi yang rendah tersebut. Ekonomi pada triwulan IV 2011
Ringkasan Eksekutif  1
diperkirakan tumbuh sebesar 6,5% didukung dengan sumber pertumbuhan yang
semakin seimbang. Secara keseluruhan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan akan mencapai 6,5%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 6,1%.
Pertumbuhan 2011 ini merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun
terakhir. Selain konsumsi rumah tangga yang tetap tumbuh tinggi, pertumbuhan
ekonomi 2011 ditopang oleh investasi yang kuat serta terjaganya kinerja ekspor. Dari
sisi produksi, sektor-sektor yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
adalah sektor industri, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Ke depan, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup
kuat ditopang investasi dan konsumsi rumah tangga yang tetap kuat. Peningkatan
peringkat utang Indonesia menjadi investment grade diharapkan dapat mendorong
semakin kuatnya investasi. Sementara ekspor diperkirakan tetap tumbuh, meskipun
melambat sejalan dengan melemahnya ekonomi global. Secara keseluruhan tahun
2012, pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan pada kisaran 6,3%-6,7%.
Tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011 terindikasi
masih cukup besar, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Tekanan tersebut
terutama tercatat di transaksi modal dan finansial akibat aliran keluar dana asing jangka
pendek, sedangkan aliran Foreign Direct Investment (FDI) masih dalam tren meningkat.
Sementara itu, kinerja transaksi berjalan diperkirakan sedikit menurun dipengaruhi
kuatnya impor sejalan dengan tingginya kegiatan ekonomi domestik. Kendati terdapat
tekanan pada dua triwulan terakhir, untuk keseluruhan tahun 2011 NPI tahun 2011 masih
mencatat surplus yang cukup besar. Surplus ini berkontribusi pada posisi cadangan
devisa sampai dengan akhir Desember 2011 yang tercatat 110,1 miliar dolar AS, atau
setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Tekanan yang masih terjadi di NPI mempengaruhi nilai tukar rupiah yang masih dalam
tren melemah pada triwulan IV 2011. Meskipun secara umum masih dapat dikelola,
pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak akhir triwulan III 2011 dipengaruhi
oleh persepsi risiko yang memburuk akibat krisis utang Eropa dan sentimen negatif
krisis di AS. Selain itu, tekanan rupiah juga dipengaruhi tingginya permintaan valuta
asing untuk pembiayan impor dan pembayaran utang luar negeri. Untuk keseluruhan
tahun 2011, nilai tukar rupiah masih secara rata-rata menguat 3,56% (yoy)
dibandingkan tahun 2010.
Kuatnya fundamental makroekonomi sejalan dengan terjaganya stabilitas sistem
keuangan. Pada akhir triwulan IV 2011, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial
Stability Index/FSI) berada pada level 1,63. Stabilitas sistem keuangan didukung oleh
membaiknya kinerja sektor perbankan sebagai industri yang mendominasi sistem
keuangan Indonesia. Kinerja perbankan yang semakin solid tercermin pada tingginya
rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) sebesar 16,6% pada November
2011, jauh di atas CAR minimum 8%. Permodalan bank yang tinggi tersebut dicapai
melalui peningkatan profitabilitas, diikuti dengan peningkatan efisiensi perbankan.
Sementara itu, intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari
2  BANK INDONESIA
pertumbuhan kredit yang hingga akhir November 2011 mencapai 25,81% (yoy), yang
lebih ditujukan pada sektor-sektor produktif. Peningkatan intermediasi perbankan
disertai membaiknya kualitas kredit yang tercermin pada rasio kredit bermasalah
(NPL/Non Performing Loan) gross sebesar 2,5%, lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya.
Kinerja perekonomian Indonesia tidak terlepas dari dukungan keandalan sistem
pembayaran dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat. Kinerja sistem
pembayaran sebagai bagian dari sistem keuangan selama triwulan IV 2011 tetap
terjaga. Ketersediaan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
sebagai sistem setelmen dana transaksi antar bank dan Bank Indonesia-Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS) sebagai sistem setelmen surat berharga, serta
transaksi pembayaran ritel melalui Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) selama
triwulan laporan mencapai 100%, sementara secara keseluruhan tahun mencapai
99,99%. Selain itu, keandalan sistem pemrosesan Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) dan Uang Elektronik yang diselenggarakan oleh pihak di luar Bank
Indonesia juga terjaga. Tidak terdapat kejadian yang mempengaruhi operasional
sistem secara signifikan. Dari sisi pengedaran uang, kebutuhan uang kartal dalam
kondisi layak edar yang meningkat menjelang Natal dan tahun baru serta pemenuhan
kebutuhan tutup tahun anggaran instansi Pemerintah dan swasta dapat dipenuhi.
Secara keseluruhan tahun, Bank Indonesia juga dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal layak edar di masyarakat yang meningkat signifikan sepanjang tahun 2011.
Kebijakan Yang Ditempuh
Kondisi perekonomian yang kondusif pada triwulan IV 2011 dan juga keseluruhan
tahun 2011 tidak terlepas dari pengaruh positif bauran kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia serta koordinasi intensif dengan Pemerintah. Meskipun pada semester II
2011 terdapat ketidakpastian pasar keuangan dan ekonomi global, respons kebijakan
yang dtempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dapat tetap menjaga stabilitas
makroekonomi sekaligus memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi. Dalam
kaitan ini, bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia diterapkan melalui
kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, serta kebijakan makroprudensial dalam
rangka pengelolaan aliran modal asing dan likuiditas perbankan.
Kebijakan suku bunga Bank Indonesia selama tahun 2011 diarahkan agar tetap
konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Pada triwulan I
2011 Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,75% dan tetap
bertahan hingga September 2011 sebagai respons ekspektasi inflasi yang cukup
tinggi. Bank Indonesia pada Oktober dan November 2011 kemudian menurunkan BI
Rate masing-masing sebesar 25 bps dan 50 bps sehingga BI Rate pada akhir 2011
menjadi 6,0%. Penurunan BI Rate tersebut dilakukan dengan memperhatikan tekanan
inflasi ke depan yang semakin rendah, sekaligus untuk mengurangi dampak
Ringkasan Eksekutif  3
memburuknya prospek ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia. Stance
kebijakan moneter yang memasuki fase longgar melalui penurunan BI Rate tersebut,
diperkuat dengan adanya penurunan batas bawah koridor suku bunga Pasar Uang
Antar Bank overnight (PUAB O/N) dari 100 bps menjadi 150 bps dari BI Rate.
Kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia tetap ditujukan untuk menjaga
stabilitas nilai tukar rupiah, namun tetap dalam kerangka sistem nilai tukar
mengambang bebas. Upaya tersebut dilakukan melalui monitoring dan komunikasi
yang intensif dengan pelaku pasar, serta melakukan intervensi secara terukur untuk
menjaga keseimbangan di pasar valas domestik. Untuk memperkuat ketersediaan
pasokan valas guna mendukung terciptanya stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia
menerbitkan peraturan yang mewajibkan eksportir dan debitur utang luar negeri
menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) dan devisa utang luar negeri (DULN) di bank
devisa dalam negeri. Peraturan tersebut akan diberlakukan pada Januari 2012.
Bank Indonesia pada 2011 juga menempuh kebijakan makroprudensial dalam rangka
pengelolaan aliran modal asing. Kebijakan tersebut antara lain dengan
memperpanjang masa wajib memegang kepemilikan SBI dari 1 bulan menjadi 6 bulan,
membatasi pinjaman luar negeri jangka pendek Bank menjadi maksimal 30% modal
bank dan meningkatkan Giro Wajib Moneter (GWM) valas secara bertahap dari 1%
menjadi 5% dan selanjutnya menjadi 8%. Sebagai langkah antisipasi dampak gejolak
di pasar keuangan global terhadap stabilitas sistem keuangan domestik, Bank
Indonesia juga mempersiapkan Protokol Manajemen Krisis (Crisis Management
Protocol/CMP). CMP ini selanjutnya akan disinergikan dengan CMP di tingkat
nasional.
Bank Indonesia juga melalukan beberapa kerjasama baik dengan Pemerintah maupun
kerjasama internasional. Bank Indonesia tetap memperkuat koordinasi dengan
Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) sejalan dengan kondisi bahwa inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh sisi
permintaan. Koordinasi juga dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan
domestik. Selain itu, Bank Indonesia juga aktif melakukan kerjasama dengan bank
sentral dan lembaga keuangan lainnya, baik di tataran bilateral, regional maupun
internasional.
Di bidang perbankan, Bank Indonesia senantiasa memperkuat daya tahan perbankan
guna meminimalisir dampak dari ketidakpastian pasar keuangan dan ekonomi global.
Dengan terciptanya perbankan yang sehat dan kuat, perbankan dapat semakin
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari. Untuk itu, dalam rangka
meningkatkan ketahanan perbankan, Bank Indonesia menyempurnakan perhitungan
permodalan dengan memperhatikan risiko serta mewajibkan bank menerapkan
strategi anti fraud, prinsip kehati-hatian dalam melakukan alih daya dan manajemen
risiko dalam melakukan layanan nasabah prima. Adapun upaya Bank Indonesia untuk
mendorong intermediasi perbankan dilakukan antara lain melalui penerapan kebijakan
4  BANK INDONESIA
Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) serta program financial
inclusion.
Selain kebijakan untuk meningkatkan ketahanan perbankan dan
mendorong peran intermediasi perbankan, Bank Indonesia juga memperkuat fungsi
pengawasan melalui penyempurnaan ketentuan mengenai pelaporan bank kepada
Bank Indonesia. Berbagai penyempurnaan program pengawasan secara komprehensif
juga terus dilakukan, antara lain berupa penyempurnaan infrastruktur pengawasan,
penyempurnaan pendekatan pengawasan (risk based supervision) dan
penyempurnaan perlindungan hukum bagi pengawas. Berbagai kebijakan perbankan
tersebut menjadi bagian dari penyempurnaan Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
serta dalam rangka persiapan implementasi Basel II dan Basel III.
Di bidang sistem pembayaran, kebijakan yang ditempuh tetap ditujukan untuk
memastikan agar sistem pembayaran Indonesia dapat berjalan dengan lancar, aman
dan efisien, dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian dan perlindungan
konsumen. Untuk itu, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan mengenai penggunaan
teknologi chip dan Personal Identification Number (PIN) pada kartu ATM dan kartu
debet. Dengan berlakunya ketentuan ini, penerbit kartu ATM/ Debet di Indonesia
diwajibkan untuk mengoperasikan kartu ATM/Debet dengan sistem chip paling lama
tanggal 31 Desember 2015. Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan
kebijakan mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu, terutama mengenai kerjasama penyelenggara APMK dengan
pihak lain, khususnya dalam pelaksanaan penagihan kartu kredit, serta pengetatan
persyaratan untuk memperoleh kartu kredit. Selain itu, pengembangan Sistem Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia-Scripless Security
Settlement System (BI-SSSS) Generasi II, peningkatan efisiensi pengelolaan rekening
Pemerintah, dan upaya pembentukan National Payment Gateway (NPG) juga terus
dilakukan. Sementara kebijakan pengedaran uang tetap ditujukan untuk mendukung
ketersediaan uang rupiah dalam nominal yang cukup serta layak edar, serta
meningkatkan layanan kas sehingga dapat menjangkau wilayah perbatasan dan
daerah terpencil.
Bank Indonesia juga menempuh berbagai kebijakan di bidang manajemen internal
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas pokok di bidang moneter,
perbankan dan sistem pembayaran. Di bidang perencanaan strategis, Bank Indonesia
menyusun arah strategis Bank Indonesia 2012 sebagai pedoman kegiatan dan
pencapaian target yang jelas di tahun mendatang. Di bidang keuangan, fokus dari
pelaksanaan manajemen keuangan Bank Indonesia adalah mendorong transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Bank Indonesia. Hal ini tercermin dari
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia tahun 2010 yang memperoleh opini
’Unqualified Opinion’ (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Selain itu, untuk
meningkatkan akuntabilitas anggaran, Bank Indonesia juga memperkuat sistem
anggaran dengan menyusun konsep anggaran berbasis kinerja (performance based
culture). Sementara di bidang sumber daya manusia, kebijakan diarahkan untuk
Ringkasan Eksekutif  5
meningkatkan kompetensi dan kepemimpinan serta penyelarasan organisasi yang
sejalan dengan arah strategi ke depan.
Memperhatikan prospek perekonomian ke depan yang masih dibayangi dengan
ketidakpastikan ekonomi global, Bank Indonesia mengarahkan kebijakan tahun 2012
untuk i). mengoptimalkan peran kebijakan moneter dalam mendorong kapasitas
perekonomian sekaligus memitigasi risiko perlambatan ekonomi global, ii).
Meningkatkan efisiensi perbankan untuk mengoptimalkan kontribusinya dalam
perekonomian dengan tetap memperkuat ketahanan perbankan, iii). Meningkatkan
efisiensi, keandalan dan keamanan sistem pembayaran, baik dalam sistem
pembayaran nasional maupun hubungan sistem pembayaran dengan luar negeri; vi).
Memperkuat ketahanan makro dengan memantapkan koordinasi dalam manajemen
pencegahan dan penanganan krisis, dan v). Mendukung pemberdayaan sektor riil
termasuk melanjutkan upaya perluasan akses perbankan (financial inclusion) kepada
masyarakat. Berbagai langkah kebijakan tersebut yang disertai dengan koordinasi
yang erat dengan instansi terkait, diharapkan dapat membawa perekonomian
Indonesia ke level yang lebih tinggi dengan tetap menjaga pencapaian inflasi pada
kisaran sasaran yang ditetapkan.
6  BANK INDONESIA
Bab 2
Perkembangan Kondisi Makro ekonomi,
Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
Perekonomian Indonesia selama triwulan IV 2011 masih menunjukkan kinerja yang
baik, meskipun ketidakpastian ekonomi global terkait krisis di Eropa masih berlanjut.
Inflasi masih terjaga di level yang rendah dengan dibarengi pertumbuhan ekonomi
yang tetap tinggi, perbankan yang tetap kuat dan sistem pembayaran yang tetap
terkendali. Perekonomian yang tetap solid selama triwulan IV 2011 mendukung
capaian ekonomi nasional keseluruhan tahun 2011 yang tetap kuat dan berdaya
tahan. Untuk tahun 2012, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat
ditopang investasi dan konsumsi rumah tangga, meskipun pengaruh perlambatan
ekonomi global tetap dicermati. Inflasi juga diharapkan juga masih terkendali dalam
sasaran 4,5% + 1%.
1. Inflasi
Inflasi IHK pada triwulan IV 2011 masih menurun disumbang pada hampir seluruh
komponen. Inflasi IHK pada triwulan laporan tercatat 0,79% (qtq), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya sebesar 1,89% (qtq). Perkembangan inflasi IHK tersebut
disumbang disumbang oleh inflasi inti yang juga menurun menjadi 0,47% (qtq), lebih
rendah dari inflasi triwulan sebelumnya 1,90% (qtq). Rendahnya inflasi inti tersebut
terutama dipengaruhi menurunnya harga komoditas bahan pangan pada kelompok
inflasi inti seiring dengan tren penurunan harga komoditas global. Inflasi volatile food
juga menurun tercatat sebesar 2,27 % (qtq), lebih rendah dari periode triwulan
sebelumnya 2,86% (qtq). Rendahnya inflasi volatile foods triwulan IV 2011 antara lain
disebabkan oleh besarnya impor bahan pangan, termasuk produk hortikultura, di
tengah meningkatnya produksi hortikultura dalam negeri. Sejalan dengan kondisi
tersebut, inflasi administered prices juga menurun dari 0,83 (qtq) menjadi 0,45% (qtq)
disebabkan karena terbatasnya kebijakan Pemerintah di bidang harga. Kenaikan tarif
13 ruas jalan tol antara 11% sampai dengan 13% pada triwulan IV 2011, hanya
memberikan dampak minimal mengingat bobotnya yang kecil dalam perhitungan IHK.
Inflasi pada triwulan IV 2011 yang rendah menyumbang tetap rendahnya inflasi tahun
2011. Inflasi IHK untuk keseluruhan tahun 2011 tercatat 3,79% (yoy), lebih rendah
dari inflasi 2010 sebesar 6,96% dan juga sasaran inflasi 2011 sebesar 5%±1%. Dari
dinamika waktu bulanan, inflasi yang tinggi sempat terjadi pada triwulan awal (Grafik
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  7
2.1). Tekanan inflasi yang tinggi pada triwulan I 2011 dipicu oleh kenaikan harga
barang-barang pangan yang bergejolak (volatile food), faktor eksternal seperti harga
pangan dan energi global yang masih tinggi, krisis utang di Eropa, pelemahan
ekonomi di AS, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Selatan serta ekspektasi inflasi
yang meningkat. Namun dalam perkembangan triwulan berikutnya, tekanan inflasi
mulai mereda seiring dengan koreksi harga pangan dan mulai terjaganya pasokan
bahan makanan. Perbaikan di sisi bahan pangan ini bahkan dapat membawa
perekonomian mengalami deflasi pada triwulan II 2011. Terjaganya faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi di kelompok volatile food pada periode-periode berikutnya
berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi nasional hingga akhir tahun 2011.
%, yoy
%, yoy
CPI
Core
20
Volatile Food
Administered Prices
14
8
4.34
2
3.79
3.37
2.78
-4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-10
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi
Berdasarkan komponennya, inflasi IHK 2011 yang rendah disumbang inflasi inti yang
berhasil dikendalikan pada tingkat yang moderat, yakni 4,34% (yoy). Pencapaian
inflasi inti tersebut dipengaruhi penurunan ekspektasi inflasi (Grafik 2.2), sejalan
dengan konsistensi kebijakan moneter yang ditempuh BI dalam mengendalikan inflasi
dan perkembangan nilai tukar yang secara rata-rata menguat. Inflasi inti yang
terkendali juga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan harga
pangan komoditas global (imported inflation) sejak semester kedua (Grafik 2.3).
Inflation Expectation
7.0
6.8 6.8
6.7
6.8
6.5
6.6
6.4
6.4
6.2
6.2
6.1
6.1 6.1
6.2
5.9
6.0 5.8 5.9 5.9 5.8 5.9 5.9 5.9
5.7
5.7
5.8
5.6
5.5
5.6
5.4
5.3
5.4
5.2
5.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010
2011
source : Consensus Forecast
Grafik 2.2
Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
8  BANK INDONESIA
Grafik 2.3
Inflasi Inti, Nilai tukar & Harga Pangan Global
Faktor lain yang mempengaruhi inflasi inti yang tetap terkendali tersebut yakni
terjaganya kemampuan sisi penawaran dalam merespons meningkatnya permintaan.
Kondisi ini tergambar pada kondisi output gap yang relatif minimal. Output gap yang
minimal tersebut tercermin pada peningkatan indeks produksi dalam Survei Produksi
(SP) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan
peningkatan kapasitas terpakai dari tahun sebelumnya, namun masih berada di
bawah level 80% (Grafik 2.4). Hasil survei ini menggambarkan bahwa sebagian besar
industri masih mempunyai ruang untuk meningkatkan produksi untuk mengimbangi
peningkatan permintaan.
80
%
Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan
(SKDU)
75
70
65
60
TwTw
I Tw
II Tw
III IV
TwTw
I Tw
II Tw
III IV
TwTw
I Tw
II Tw
III IV
TwTw
I Tw
II Tw
III Tw
I Tw
II Tw
III IV
TwTw
I Tw
II Tw
III IV
TwTw
I Tw
II Tw
III IV
TwTw
I Tw
II III
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 2.4
Kapasitas Utilisasi (SKDU)
Komponen lain yang mempengaruhi inflasi IHK 2011 yang rendah ialah inflasi volatile
foods yang menurun menjadi sebesar 3,37% (yoy), signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya 17,74% (yoy). Pasokan pangan yang
memadai baik dari produksi dalam negeri maupun dari impor terutama untuk jenis
hortikultura, mendorong rendahnya inflasi volatile food di tahun 2011. Selain itu,
kebijakan impor yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya untuk beras dan daging
sapi mampu menjaga stabilitas harga domestik. Upaya stabilisasi harga beras
dilakukan secara intensif antara lain melalui operasi pasar oleh Pemerintah Daerah
setempat serta penyaluran Raskin hingga 13 kali pada tahun 2011. Operasi pasar
tahun ini dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Jumlah beras yang disalurkan melalui operasi pasar pada tahun 2011
mencapai 397.739 ton, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
sekitar 40.000 ton (kecuali tahun 2007 yang mencapai 396.000 ton).
Inflasi administered prices juga tercatat menurun menjadi 2,78% dari 5,4% pada
tahun 2010. Rendahnya inflasi administered prices tersebut disebabkan terbatasnya
kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang strategis oleh Pemerintah.
Sementara, inflasi administered prices yang terjadi pada tahun 2011 terutama
disumbang oleh komoditas rokok sejalan dengan penetapan kenaikan cukai rokok di
tahun 2011. Komoditas lainnya yang memberikan sumbangan terhadap inflasi
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  9
administered prices adalah bahan bakar rumah tangga dengan berlanjutnya program
konversi minyak tanah ke LPG.
Inflasi yang cukup rendah secara nasional juga tercermin pada perkembangan inflasi
daerah. Dari semua daerah di Indonesia1, tercatat 64 kota dengan pencapaian tingkat
inflasi pada tahun 2011 yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Grafik 2.5).
Penurunan tingkat inflasi terbesar terjadi di kawasan Jawa dan Sumatera masingmasing dari 6,71% (yoy) dan 7,83% (yoy) pada tahun 2010 menjadi 3,43% (yoy) dan
3,98% (yoy) pada tahun 2011. Kesenjangan inflasi antar daerah juga relatif
berkurang, tercermin dari penurunan nilai standar deviasi inflasi tahunan dari 1,7 pada
tahun 2010 menjadi 1,2 pada tahun 2011. Menyempitnya angka kesenjangan inflasi
tersebut mengindikasikan sebagian besar inflasi IHK di daerah cenderung berada di
sekitar inflasi IHK nasional.
Sumber: Kalkulasi Bank Indonesia berdasarkan Berita Resmi Statistik Inflasi BPS
Grafik 2.5
Peta Inflasi Daerah
Untuk 2012, inflasi diperkirakan masih akan terjaga. Sumber inflasi dari sisi eksternal
diperkirakan mereda seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan turunnya hargaharga komoditas internasional, termasuk harga minyak. Di sisi domestik, tekanan
inflasi dari sisi permintaan diperkirakan relatif moderat seiring dengan tetap terjaganya
pasokan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi. Dari sisi volatile foods,
kecukupan pasokan baik melalui produksi maupun impor akan membawa inflasi pada
level yang cukup rendah di tahun 2012. Namun inflasi administered prices
diperkirakan akan meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sejalan dengan
rencana Pemerintah menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 10% pada bulan April
2012. Secara keseluruhan, inflasi tahun 2012 diharapkan akan berada pada target
inflasi sebesar 4,5% ±1,0%, meskipun rencana pembatasan penggunaan BBM
bersubsidi oleh Pemerintah tetap perlu dicermati.
1
BPS melakukan Survei Biaya Hidup tahun 2007 di 66 kota untuk menghitung inflasi.
10  BANK INDONESIA
2. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2011 diperkirakan tumbuh tetap tinggi
mencapai 6,5% (yoy) (Tabel 2.1). Motor penggerak utama pertumbuhan berasal dari
konsumsi rumah tangga dan ekspor. Penguatan keyakinan konsumen yang disertai
peningkatan konsumsi pada akhir tahun mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, kuatnya permintaan dari China
dan India menjadi pendukung utama tingginya pertumbuhan ekspor, meskipun sedikit
melambat dibandingkan dengan triwulan III 2011. selain kedua faktor tersebut,
ekspansi pengeluaran Pemerintah yang cukup besar pada triwulan terakhir juga
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan
Di sisi sektoral pertumbuhan ekonomi terutama didukung oleh sektor industri
pengolahan yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Pertumbuhan
yang tinggi tersebut terutama berasal dari kegiatan di subsektor alat angkut, makanan
dan minuman serta tekstil yang merupakan 3 subsektor terbesar dalam industri
pengolahan. Sumber pertumbuhan lain berasal dari sektor perdagangan hotel dan
restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kuatnya pertumbuhan di kedua
sektor tersebut sejalan dengan tingginya aktivitas perekonomian dan kuatnya
konsumsi rumah tangga.
Untuk keseluruhan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,5%.
Pertumbuhan tersebutg terlihat lebih seimbang tercermin dari tingginya pertumbuhan
investasi dan ekspor, selain masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Investasi untuk keseluruhan tahun 2011 diperkirakan mencapai 7,7% (yoy). Sumber
pertumbuhan investasi masih didominasi investasi bangunan, seiring dengan
maraknya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Selain investasi bangunan,
investasi lain yang cukup menonjol yaitu investasi pada mesin dan alat angkut. Kedua
investasi tersebut erat kaitannya dengan peningkatan kinerja di sektor industri
pengolahan dan pengangangkutan. Sementara itu, ekspor diperkirakan tumbuh
sebesar 16,5% (yoy). Tingginya pertumbuhan ekspor ditopang oleh tingginya harga
komoditas ekspor, kuatnya permintaan komoditas primer dan diversifikasi pasar
ekspor ke negara-negara emerging markets. Kenaikan ekspor terjadi pada ekspor
nonmigas, terutama komoditas minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan makanan
olahan.
Tabel 2.1
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  11
Dari sisi sektoral, sektor-sektor utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi 2011
masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran
(PHR) serta pengangkutan dan komunikasi (Tabel 2.2). Dominasi peran ketiga sektor
tersebut dalam perekonomian mencapai lebih dari 50%. Geliat ekonomi yang masih
tinggi serta kuatnya permintaan domestik yang didukung daya beli yang memadai,
memungkinkan sektor-sektor tersebut tumbuh cukup tinggi.
Kegiatan perekonomian domestik yang cukup tinggi dan permintaan ekspor yang
relatif terjaga dengan masih terbatasnya dampak perlambatan perekonomian AS dan
Eropa mendukung kinerja sektor industri pengolahan. Meskipun menghadapi kendala,
beberapa subsektor dalam sektor ini masih mampu menjaga kinerjanya. Subsektor alat
angkut masih mampu berkinerja baik meskipun sempat mengalami gangguan
pasokan akibat gempa di Jepang pada triwulan II 2011 dan banjir di Thailand di
penghujung tahun 2011. Selain itu, kinerja subsektor tekstil juga membaik didukung
oleh program revitalisasi mesin tekstil, meskipun pada triwulan IV 2011 mengalami
penurunan akibat dampak pelemahan ekonomi AS dan Eropa yang merupakan pasar
utama tekstil Indonesia.
Sektor PHR pada tahun 2011 tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Tingginya
pertumbuhan disektor PHR tersebut didukung oleh impor barang yang tumbuh cukup
tinggi sehingga menambah pasokan barang yang diperdagangkan di pasar domestik.
Selain impor, pasar yang luas serta daya beli masyarakat yang cukup kuat merupakan
faktor lain yang ikut yang berperan dalam meningkatkan kinerja sektor PHR.
Sektor pengangkutan dan komunikasi tetap mencatat pertumbuhan tinggi, meskipun
melambat. Pada tahun 2011 pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
diperkirakan mencapai 10,9% (yoy). Peran subsektor pengangkutan terus
menunjukkan peningkatan, terutama pengangkutan udara yang masih tumbuh tinggi.
Pertumbuhan pangangkutan udara yang tinggi tercermin pada jumlah penumpang
yang terus meningkat. Pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada subsektor
komunikasi yang saat ini terfokus pada pelayanan komunikasi data dan internet
dibandingkan layanan suara dan pesan singkat.
Tabel 2.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
12  BANK INDONESIA
Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih tinggi pada kisaran
6,3%-6,7%. Namun demikian beberapa risiko perlu mendapat perhatian. Dari sisi
eksternal, perekonomian global yang melemah diperkirakan akan mempengaruhi
kinerja ekonomi domestik, terutama ekspor. Dari sisi domestik, rencana kebijakan
Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang strategis seperti BBM dan listrik
dapat mempengaruhi daya beli masyarakat.
3. Neraca Pembayaran
Tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011
terindikasi masih cukup besar, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
Tekanan tersebut terutama tercatat di transaksi modal dan finansial akibat aliran
keluar dana asing jangka pendek, sedangkan aliran Foreign Direct Investment (FDI)
masih dalam tren meningkat (Grafik 2.6).
USD M illion
Eq. Capital & RE (Oil & Gas)
7,000
Eq. Capital & RE (Non Oil & Gas)
6,000
Other Capital Drawings (Non Oil & Gas)
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
I
II
III
IV
2011*
Grafik 2.6
Investasi Langsung Asing (FDI)
Sementara itu, kinerja transaksi berjalan diperkirakan sedikit menurun dipengaruhi
kuatnya impor sejalan dengan tingginya kegiatan ekonomi domestik (Grafik 2.7).
Tekanan transaksi berjalan pada triwulan IV 2011 bersumber dari neraca jasa dan
pendapatan. Peningkatan pembayaran jasa terkait dengan jasa angkutan (freight)
sejalan dengan peningkatan impor serta banyaknya wisatawan domestik yang
melakukan perjalanan ke luar negeri. Dari sisi pendapatan, tekanan transaksi berjalan
disebabkan meningkatnya transfer pendapatan dan imbal hasil investasi. Sementara
itu neraca perdagangan masih mencatat surplus, meski lebih kecil dibandingkan
dengan surplus pada triwulan III 2011, seiring meningkatnya impor di tengah
melambatnya pertumbuhan ekspor. Surplus bersumber dari neraca perdagangan
nonmigas dan gas. Untuk transaksi perdagangan minyak tetap mencatat defisit.
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  13
%yoy
80
Ekspor
70
Impor
60
50
40
30
20
10
0
Jan-10
Apr-10
Jul-10
Oct-10
Jan-11
Apr-11
Jul-11
Oct-11
Grafik 2.7
Kinerja Ekspor & Impor
Untuk keseluruhan tahun 2011, NPI masih tetap positif. Kendati terdapat tekanan
pada dua triwulan terakhir, untuk keseluruhan tahun 2011 NPI tahun 2011 masih
mencatat surplus yang cukup besar. Surplus ini berkontribusi pada posisi cadangan
devisa sampai dengan akhir Desember 2011 yang tercatat 110,1 miliar dolar AS, atau
setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Pada
tahun 2012, NPI diharapkan kembali mencatat surplus. Persepsi positif terhadap utang
fundamental ekonomi Indonesia, termasuk dampak positif terhadap kenaikan
peringkat utang Indonesia menjadi ”Investment Grade”, diharapkan akan
berkontribusi pada NPI 2012.
4. Nilai Tukar Rupiah
Tekanan yang masih terjadi di NPI mendorong nilai tukar rupiah masih dalam tren
melemah pada triwulan IV 2011. Meskipun secara umum masih dapat dikelola,
pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak akhir triwulan III 2011 dipengaruhi
oleh persepsi risiko yang memburuk akibat krisis utang Eropa dan sentimen negatif
krisis di AS. Selain itu, tekanan rupiah juga dipengaruhi tingginya permintaan valuta
asing untuk pembiayan impor dan pembayaran utang luar negeri. Secara rata-rata
nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 4,3% dari nilai rata-rata triwulan sebelumnya
menjadi Rp 8.972 per dolar AS. Pelemahan ini masih sejalan dengan pergerakan mata
uang kawasan yang secara rata-rata juga melemah.
Pelemahan rupiah pada triwulan IV 2011 tidak diikuti oleh peningkatan volatilitas
rupiah. Pada triwulan tersebut volatilitas nilai tukar rupiah tercatat sebesar 6,06%,
relatif sama dengan volatilitas rupiah pada triwulan III 2011 sebesar 6,04% (Grafik
2.8). Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan Bank Indonesia, meskipun
intensitasnya menurun, cukup mampu meredam gejolak pergerakan rupiah.
Dibandingkan dengan negara kawasan, volatilitas rupiah dalam periode ini relatif lebih
rendah.
14  BANK INDONESIA
Grafik 2.8
Grafik Volatilitas Mata Uang Asia Tahun 2012 (ytd %)
Untuk keseluruhan tahun 2011, nilai tukar rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi
meskipun diwarnai dengan adanya pelemahan pada semester II 2011 (Grafik 2.9).
Nilai tukar rupiah tahun 2011 secara rata-rata menguat 3,56% (yoy) ke level Rp8.768
per dolar AS dari Rp9.080 per dolar AS pada tahun 2010. Namun, secara point to
point, rupiah terkoreksi 0,64% dari Rp9.010 per dolar AS pada akhir tahun 2010
menjadi Rp9.068 per dolar AS di tahun 2011.
Grafik 2.9
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2011
Pergerakan nilai tukar rupiah diwarnai oleh gejolak eksternal. Pasang surut sentimen
mengenai langkah penanganan krisis utang di kawasan Eropa membawa dampak
tidak langsung pada pasar keuangan domestik, yang pada gilirannya mempengaruhi
pergerakan rupiah. Kemungkinan penurunan sovereign credit rating Jerman dan
Perancis, tidak adanya kebijakan baru yang diluncurkan The Fed dalam Federal Open
Market Committee (FOMC) untuk memacu laju perekonomian, serta sentimen negatif
terhadap rilis neraca European Central Bank (ECB), menambah tekanan pada pasar
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  15
keuangan global. Selanjutnya, tekanan tersebut mempengaruhi pergerakan nilai tukar
rupiah terutama melalui bursa saham dan pasar spot valas domestik.
Meskipun demikian, ekses likuiditas global pasca-quantitative easing pada masa krisis
tahun 2008, berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa bank sentral, serta
kebijakan baru penurunan suku bunga dan pembelian surat-surat berharga jangka
waktu 3 tahun oleh ECB tetap menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang.
Selain itu, kebijakan suku bunga rendah di negara maju menyebabkan investor
menempatkan dana pada negara yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Negaranegera emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan utama
penempatan dana global tersebut, termasuk Indonesia. Indikator imbal hasil investasi
di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP
– Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara
di kawasan regional Asia. Bahkan dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik
investasi dalam rupiah masih menarik (Grafik 2.10)
Grafik 2.10
Uncovered Interest Parity (UIP)
Ke depan, pergerakan rupiah masih akan dibayangi oleh beberapa risiko yang
bersumber dari kondisi ekonomi global. Pergerakan rupiah masih sangat bergantung
pada perkembangan penyelesaian krisis utang di Eropa dan pemulihan ekonomi AS.
Meskipun peringkat utang Indonesia menunjukkan perbaikan, berkebalikan dengan
kedua kawasan tersebut yang justru mengalami penurunan peringkat, sebagai negara
small open economy rambatan kerentanan kondisi global dapat dirasakan juga pada
ekonomi domestik. Kondisi tersebut pada gilirannya memberikan tekanan pada
volatilitas aliran dana nonresiden dan nilai tukar rupiah.
16  BANK INDONESIA
5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
Pola musiman ekspansi keuangan Pemerintah pada triwulan IV 2011 telah mendorong
suku bunga PUAB dalam tren menurun. Rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat
turun dari 5,71% menjadi 4,80%. Suku bunga PUAB ini bergerak di bawah BI Rate
dan mendekati batas bawah koridor suku bunga (suku bunga deposit facility) (Grafik
2.11). Perkembangan yang baik untuk dicatat adalah suku bunga PUAB O/N secara
efisien juga tertransmisikan ke suku bunga PUAB tenor lebih panjang. Hal ini sejalan
dengan pergerakan suku bunga JIBOR yang searah dengan pergerakan suku bunga
PUAB O/N (Grafik 2.12)
Grafik 2.11
Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate
Grafik 2.12
Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR
Dari sisi volume, transaksi PUAB pada triwulan IV 2011 relatif tidak mengalami
perubahan yang signifikan dari triwulan sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
tetap rendahnya permintaan di PUAB meskipun terdapat tambahan likuiditas dari
ekspansi rekening pemerintah tersebut. Rata-rata harian volume transaksi PUAB O/N
tercatat sebesar Rp11,05 triliun, relatif sama dengan rata-rata transaksi triwulan
sebelumnya sebesar Rp11,06 triliun (Grafik 2.13) Secara tahunan, volume transaksi
harian PUAB O/N mengalami peningkatan dari sisi volume yaitu dari rata-rata nominal
Rp9,10 triliun per hari pada tahun 2010 menjadi Rp10,73 triliun pada tahun 2011.
Meningkatnya volume transaksi PUAB tersebut salah satunya disebabkan semakin
terbatasnya pilihan tenor instrumen moneter yang ditawarkan oleh Bank Indonesia
seiring dengan strategi perpanjangan maturity profile instrumen operasi moneter.
Strategi Bank Indonesia ini dimaksudkan untuk mendorong bank agar menyalurkan
kelebihan dananya ke kredit atau melakukan transaksi antar bank terlebih dahulu
sebelum menempatkan kelebihan dananya di instrumen moneter.
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  17
Grafik 2.13
Volume PUAB
Dengan semakin efisiennya suku bunga PUAB memungkinkan berkembangnya
transaksi PUAB dengan jangka waktu tenor yang lebih panjang. Hal tersebut sejalan
dengan strategi operasi moneter Bank Indonesia yang mengarahkan paradigma
manajemen likuiditas perbankan ke tenor yang lebih panjang.
Peningkatan terbesar terjadi pada PUAB bertenor 2-4 hari, dengan rata-rata harian
nominal transaksi yang meningkat dari Rp1,14 triliun pada triwulan III 2011 menjadi
Rp1,38 triliun pada triwulan IV 2011 (grafik 2.15). Secara tahunan, rata-rata volume
harian transaksi PUAB non-overnight meningkat dari tahun 2010 yang tercatat
sebesar Rp2,92 triliun per hari menjadi Rp3,55 triliun pada tahun 2011 (Grafik 2.14).
Grafik 2.14
Komposisi Tenor PUAB
Dari sisi pelaku, jumlah bank yang melakukan transaksi PUAB pada triwulan IV 2011
relatif sama dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.15).
18  BANK INDONESIA
Grafik 2.15
Jumlah Pelaku PUAB
6. Perkembangan Suku Bunga
Suku bunga deposito dan kredit menunjukkan kecenderungan menurun, hal ini
merupakan respon dari berbagai kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan suku
bunga perbankan (Grafik 2.16). Pada triwulan IV 2011 rata-rata suku bunga deposito
1 bulan tercatat sebesar 6,34%, turun 17 bps dari triwulan sebelumnya. Secara
tahunan rata-rata suku bunga deposito pada tahun 2011 (6,47%) lebih rendah 10 bps
dibandingkan dengan tahun 2010 (6,57%).
Sejalan dengan turunnya suku bunga deposito, penurunan suku bunga kredit terjadi
pada seluruh jenis kredit. Berturut-turut suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit
Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) pada akhir triwulan IV 2011 tercatat sebesar
13,88%, 14,27% dan 14,62%, turun dibandingkan akhir triwulan III 2011 yang
tercatat sebesar 14,01%, 14,38% dan 14,90%. Secara umum suku bunga kredit
tersebut turun sebesar 18 bps dari triwulan sebelumnya. Adapun secara tahunan,
penurunan suku bunga kredit tercatat rata-rata sebesar 43 bps, dimana penurunan
terbesar terjadi pada KK yaitu sebesar 93 bps, diikuti oleh KMK sebesar 27 bps dan KI
sebesar 9 bps.
Kebijakan yang mewajibkan bank mengumumkan suku bunga dasar kredit (SBDK)
mendorong transparansi kebijakan penetapan suku bunga perbankan. Hal tersebut
secara tidak langsung ikut berperan dalam penurunan suku bunga kredit yang dapat
menurunkan biaya kredit sektor riil.
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  19
Grafik 2.16
Perkembangan Suku Bunga Perbankan
7. Perkembangan Bank Umum
Perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan IV 2001
(s.d. November 2011), meskipun perekonomian global mengalami pelambatan akibat
krisis utang Eropa dan pelemahan ekonomi AS. Jumlah aset perbankan Indonesia
pada triwulan IV 2011 tumbuh sebesar 6,7% menjadi Rp3.471,5 triliun, sehingga
selama tahun 2011 aset perbankan tumbuh mencapai 21,5%(yoy). Kinerja perbankan
yang baik tersebut juga didukung dengan kondisi permodalan perbankan yang relatif
tinggi walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun
demikian, rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan nasional sebesar
16,6% masih jauh di atas ketentuan batas minimum permodalan 8%. CAR yang
relatif tinggi tersebut dicapai melalui tingginya profitabilitas yang berasal dari
perolehan laba. Sampai dengan November 2011, perbankan membukukan laba
sebesar Rp69,4 triliun, meningkat 22,4% (qtq) dibandingkan triwulan III 2011 sebesar
Rp56,7 triliun. Secara tahunan, laba perbankan meningkat 28,52% (yoy)
dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp54,0 triliun.
Peningkatan perolehan profitabilitas tersebut selaras dengan meningkatnya efisiensi
dalam kegiatan operasional perbankan, yang ditunjukkan dengan menurunnya rasio
Biaya Overhead terhadap Pendapatan Overhead (BOPO) dari 86,26% pada triwulan III
2011 menjadi 85,97%. Sumber utama tingginya profitabilitas perbankan berasal dari
bunga kredit yang mencapai 82,15% dari total pendapatan bunga.
Tingginya pendapatan bunga kredit tersebut sejalan dengan tingginya kredit yang
disalurkan oleh perbankan. Selama triwulan IV 2011 penyaluran kredit perbankan
mencapai Rp2.146,9 triliun atau tumbuh sebesar 3,3% (qtq). Pertumbuhan kredit
selama tahun 2011 mencapai 25,81% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan
pertumbuhan kredit tahun 2010 sebesar 22,1%, sehingga pangsa kredit terhadap
PDB mencapai 29,11%. Rasio tersebut mengalami sedikit kenaikan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sebesar 27,49%.
20  BANK INDONESIA
Membaiknya penyaluran kredit juga disertai penyaluran ke sektor yang produktif.
Berdasarkan jenis penggunaannya, hal ini tercermin dari pertumbuhan KI yang
mencapai 4,6% (qtq) dibandingkan KK yang mencapai 3,6% (qtq) sementara KMK
tumbuh 2,5% (qtq) pada triwulan IV 2011. Secara tahunan, pertumbuhan untuk
seluruh jenis kredit pada tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan KMK, KI dan KK tahun 2011 masing-masing sebesar 21,9%, 36,0%
dan 25,7% (yoy). Adapun pertumbuhan KMK, KI dan KK pada tahun 2010 masingmasing sebesar 24,8%, 15,0% dan 22,5% (yoy). Secara sektoral, sebagaimana
triwulan sebelumnya, pertumbuhan kredit terbesar pada triwulan IV 2011 masih
berasal dari sektor Listrik, Air & Gas sebesar 10,7% (qtq), diikuti sektor produktif lain
seperti sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi; pertanian dan konstruksi
yang masing-masing tumbuh 4,7%, 4,2% dan 4,2% (qtq).
Peningkatan kredit perbankan dalam triwulan IV 2011 diikuti dengan membaiknya
kualitas kredit yang tercermin dari menurunnya jumlah nominal kredit bermasalah.
Rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan menurun cukup signifikan dari
2,67% pada triwulan III 2011 menjadi 2,55% dan rasio NPL net pada triwulan IV 2011
menjadi 1,07% dibandingkan triwulan III 2011 yang mencapai 0,94%.
Perkembangan intermediasi perbankan yang positif pada tahun 2011 adalah
penurunan tren Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) pada semua segmen (korporasi, ritel,
KPR dan non-KPR) sejak Agustus 2011. Pada November 2011, SBDK tertinggi terdapat
pada segmen kredit Ritel (11,78%) dan terendah pada kredit Korporasi (10,36%)
sedangkan pada posisi Triwulan III 2011 tertinggi masih mencapai 12,08% pada kredit
ritel dan 10,55% pada kredit korporasi (Tabel 2.3).
Tabel 2.3
Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan(%)
Segmen Kredit
Korporasi
SBDK
Ritel
SBDK
KPR
SBDK
Non-KPR
SBDK
Seluruh Sampel
Maret
10,51
April
10,58
Mei
10,64
Juni
10,72
Juli
10,54
Agt
10,55
Sep
10,51
Nov
10,50
Des
10,36
11,80
12,21
11,84
11,91
12,00
12,08
12,04
11,98
11,78
11,16
11,25
11,35
11,38
11,03
11,03
11,04
10,98
10,82
11,56
11,70
11,76
11,86
11,86
11,96
11,88
11,83
11,68
Keterangan: data tanpa outlier dan perhitungan secara weighted average
Peningkatan peran intermediasi perbankan didukung oleh peningkatan Dana Pihak
Ketiga (DPK). Pada triwulan IV 2011, DPK perbankan tumbuh signifikan sebesar 7,5%
(qtq) menjadi Rp2.644,7 triliun dibandingkan triwulan III 2011 yang mencapai
Rp2.545 triliun (tumbuh sebesar 3,92% (qtq)). Pertumbuhan DPK pada triwulan IV
mendorong pertumbuhan DPK selama tahun 2011 sehingga mencapai 19,55% (yoy).
Dibanding triwulan sebelumnya, seluruh komponen DPK yaitu tabungan, deposito dan
giro mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 3,85%, 2,85% dan 6,18%.
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  21
Pertumbuhan DPK tertinggi secara tahun kalender (Jan s.d Nov 2011) adalah giro
16,2% (ytd) diikuti tabungan 15,6% (ytd) dan deposito 13,7% (ytd). Adapun secara
tahunan, pertumbuhan tertinggi DPK dicapai oleh tabungan 22,7% (yoy), diikuti giro
20,4% (yoy) dan deposito 17,0% (yoy). Berdasarkan pangsa DPK, deposito masih
mendominasi dana masyarakat di perbankan yakni mencapai 45,4% dari total DPK.
Kinerja perbankan yang baik memberikan kontribusi yang positif pada kestabilan
sistem keuangan secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari peranan sistem
perbankan yang mendominasi sistem keuangan Indonesia dengan pangsa total aset
mencapai lebih dari 70%. Kondisi kestabilan sistem keuangan tersebut tercermin pada
membaiknya Financial Stability Index (FSI) triwulan IV 2011 (Desember 2011) pada
level 1,63 atau menurun dibandingkan triwulan III 2011 pada level 1,68. Penurunan
tekanan ini disebabkan menurunnya risiko perbankan dan menurunnya tekanan di
pasar saham dan pasar modal.
Tabel 2.4
Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan
Indikator Utama
(Dalam Triliun Rp)
Total Aset
DPK (T Rp)
- Giro
- Tabungan
- Deposito
Kredit
Jumlah NPLs (T Rp)
CAR (%)
NPLs Gross (%)
ROA (%)
BOPO (%)
LDR (%)
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
2010
2011
Tw I
Tw II
Tw III
2,563.7
2,563.7
471.1
576.2
935,0
1,456.1
48.9
18.6
3.4
3.1
89.4
73.5
121
12,933
2,678.3
2,096.0
522.2
610.8
963.1
1,586.5
47.3
17.6
3.0
3.0
90.5
75.7
123
12,972
2,758.1
2,144.1
504.2
653.6
986.2
1,659.1
49.2
16.5
3.0
2.9
86.3
77.4
122
13,379
Tw IV
3,008.1
2,338,8
535.9
733.2
1,069.8
1,756.8
45.2
17.2
2.6
2.9
86.1
75.5
122
13,837
Tw I
Tw II
3,065.8
2,351.4
540.8
722.7
1,087.8
1,814.8
51.0
17.6
2.8
3.1
85.0
77.2
121
14,069
3195.1
2,438.0
577.0
753.7
1,107,3
1,950.7
53.5
17.0
2.7
3.1
85.9
80.0
121
14,321
Tw III
3,252.6
2,459.9
524.2
785.7
1,150.0
2,031.6
56.3
17.3
2.8
3.0
89.3
82.6
120
14,394
Tw IV
3,471.5
2,644.7
616.4
827.6
1,200.6
2,146.9
54.7
16.6
2.5
3.1
86.0
81.0
120
14,707
8. Perkembangan Perbankan Syariah
Sejalan dengan kinerja perbankan konvensional yang positif, kinerja perbankan syariah
juga menunjukkan kinerja yang baik selama tahun 2011. Hal tersebut juga
dikonfirmasikan oleh Global Islamic Financial Report 2011 yang dikeluarkan oleh BMB
Islamic. Berdasarkan report tersebut, industri keuangan syariah Indonesia menduduki
posisi ke-4 dunia setelah Iran, Malaysia dan Arab Saudi.
Pada triwulan IV 2011 (sd. November 2011), total aset perbankan syariah yang terdiri
dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) mencapai Rp135,9 triliun. Total aset tersebut meningkat Rp9,26
triliun (7,31% qtq) atau Rp42,90 triliun (46,13% yoy). Aset perbankan syariah
tersebut merepresentasikan 3,8% dari keseluruhan aset industri perbankan nasional,
meningkat dibandingkan posisi tahun lalu yang hanya mencapai 3,4%.
22  BANK INDONESIA
Pelaksanaan fungsi intermediasi melalui perbankan syariah pada triwulan IV 2011
cukup optimal, tercermin dari rasio financing to deposit (FDR) BUS dan UUS yang
mencapai 94,4% dan BPRS yang mencapai 132,2%. Pembiayaan yang disalurkan BUS
dan UUS mencapai Rp99,43 triliun, meningkat Rp7,1 triliun (6,59% qtq) atau
meningkat sebesar Rp33,49 triliun (50,78% yoy). Peningkatan volume pembiayaan
tersebut diiringi kualitas pembiayaan yang lebih terjaga, tercermin dari Non
Performing Financing (NPF) gross yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 3,99% menjadi sebesar 2,74%.
Tabel 2.5
Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah
2010
Indikator Utama
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II 2011
Tw III
Tw IV *)
BUS + UUS
Total aset (Rp. T)
83,45
97,52
101,19
109,75
123,36
132,46
DPK (Rp. T)
63,91
76,04
79,65
87,03
97,76
105,33
7,41
9,06
9,15
9,46
10,30
10,42
- Tabungan
19,46
22,91
23,07
25,44
28,10
29,56
- Deposito
37,04
44,07
47,44
52,12
59,35
65,34
Pembiayaan (Rp. T)
60,97
68,18
74,25
82,62
92,84
99,43
Jumlah NPF (Rp T)
2,41
2,06
2,87
2,94
3,25
2,72
14,58%
16,25%
16,57%
15,92%
16,18%
14,88%
NPF Gross (%)
3,95%
3,02%
3,60%
3,55%
3,5%
2,74%
NPF Net (%)
1,64%
1,60%
2,02%
1,62%
2,02%
1,43%
ROA (%)
1,77%
1,67%
1,97%
1,84%
1,80%
1,78%
BOPO (%)
79,10%
80,54%
77,63%
78,13%
77,54%
77,92%
FDR (%)
95,40%
89,67%
93,22%
94,93%
94,97%
94,40%
- BUS
10
11
11
11
11
11
- UUS
23
23
23
23
23
23
Jumlah Kantor
1.388
1.477
1.575
1.640
1686
1724
Jumlah office channel
1.277
1.277
1.277
1.277
1277
1277
Total aset (Rp. T)
2,52
2,74
2,84
3,08
3,28
3,44
DPK (Rp. T)
1,46
1,60
1,67
1,78
1,90
2,03
Pembiayaan (Rp. T)
1,98
2,06
2,16
2,43
2,56
2,68
Jumlah NPF (Rp T)
0,15
0,13
0,16
0,17
0,17
0,19
29,10%
27,46%
28,42%
26,71%
24,8%
24,9%
NPF Gross (%)
7,43%
6,50%
7,15%
7,09%
6,9%
7,1%
NPF Net (%)
6,12%
5,12%
6,00%
5,60%
5,8%
5,9%
ROA (%)
3,40%
4,82%
5,67%
2,72%
2,8%
2,5%
BOPO (%)
77,44%
78,08%
77,83%
77,35%
75,7%
78,7%
- Giro
CAR (%)
Jumlah Bank
BPRS
CAR (%)
FDR (%)
135,82%
128,47%
129,40%
136,19%
134,7%
132,2%
Jumlah Bank
146
150
152
154
154
154
Jumlah Kantor
278
286
292
357
362
362
*Posisi November 2011
Dari sisi pendanaan, dana yang dihimpun BUS dan UUS sampai dengan triwulan IV
2011 mencapai Rp105,33 triliun, meningkat sebesar Rp7,74 triliun (7,57% qtq) atau
sebesar Rp36,24 triliun (52,46% yoy). Peningkatan tersebut terjadi pada semua
komponen DPK dengan peningkatan tertinggi pada deposito yaitu sebesar 5,99%.
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  23
Secara umum, tidak terdapat perubahan berarti dalam komposisi dana yang dihimpun
dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari kontribusi deposito yang masih
cukup tinggi yaitu sebesar 62% dari total DPK.
Pada triwulan IV 2011, tercatat penambahan 1 (satu) UUS baru dari BPD Jambi dan 1
(satu) BPRS yaitu BPRS Cahaya Hidup Yogyakarta. Dengan demikian, sampai akhir
2011 terdapat 24 UUS dan 155 BPRS. Selain itu, terdapat penambahan kantor cabang
dan kantor dibawah kantor cabang BUS dan UUS sebanyak 38 buah. Adapun
permohonan izin pendirian BPRS yang masih dalam proses mencapai 36 BPRS (35
permohonan BPRS baru dan 1 konversi BPR).
9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Perkembangan kinerja yang membaik juga ditunjukkan oleh BPR. Selama triwulan IV
2011 (s.d November 2011), total aset BPR mengalami peningkatan sebesar 4.2%
(21,84% yoy) menjadi Rp54,5 triliun. Kenaikan aset tersebut didukung oleh jumlah
BPR yang mencapai 1.684 BPR. Jumlah BPR tersebut mengalami perubahan dibanding
triwulan sebelumnya, karena terdapat pendirian 2 BPR baru dan pencabutan izin
usaha 1 BPR.
Sementara jangkauan pelayanan BPR semakin luas dengan
bertambahnya jaringan kantor cabang BPR dari 1.183 kantor di triwulan III menjadi
1.193 pada triwulan IV 2011.
Tabel 2.6
Indikator Utama Kinerja BPR
INDIKATOR
2010
2011
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV*)
Total Aset (T Rp)
40.7
42.8
45.7
47.6
49.6
52.3
54.5
DPK (T Rp)
28.0
29.3
31.3
32.9
34.0
38.8
37.2
- Tabungan
8.7
9.0
9.9
10.3
10.5
10.9
11.5
- Deposito
19.3
20.3
21.5
22.6
23.5
24.9
25.7
Kredit
31.5
32.8
33.8
35.7
38.0
39.6
40.6
Jumlah NPLs (T Rp)
2.1
2.2
2.1
2.3
2.3
2.4
2.4
23.63
23.32
30.01
31.70
29.54
28.69
28.69
NPLs Gross (%)
6.53
6.78
6.12
6.41
6.21
6.09
5.91
NPLs net (%)
3.83
4.05
4.25
4.53
4.45
4.34
4.17
ROA (%)
3.95
3.46
3.16
3.92
3.83
3.57
3.53
BOPO (%)
78.76
80.40
80.97
78.86
78.75
79.28
78.83
LDR (%)
82.04
81.79
79.02
80.00
82.69
81.81
80.67
Jumlah Bank
1,715
1,715
1,706
1,679
1,682
1.683
1.684
Jumlah Kantor **)
3,820
3,816
3,910
3,970
4,021
4.114
4.140
CAR (%)
*) Data posisi 30 November 2011
**) meliputi kantor pusat, kantor cabang dan kantor kas
Selain mencatat pertumbuhan kredit yang cukup besar, pada triwulan IV 2011 BPR
juga mampu menghimpun dana masyarakat. Hal tersebut tercermin dari laju
24  BANK INDONESIA
pertumbuhan DPK yang mencapai 3,96% (qtq) atau secara tahunan mencapai 22%
(yoy) menjadi Rp37,2 triliun. Sementara dari sisi penyaluran dana, kredit BPR mampu
tumbuh mencapai 2,56% (qtq) atau secara tahunan sebesar 21,15% (yoy) dengan
nominal mencapai Rp40,6 triliun. Dengan perkembangan tersebut, rasio Loan to
Deposit (LDR) BPR mampu dipertahankan pada tingkat 80,67%. Peningkatan
pertumbuhan kredit BPR juga diimbangi dengan membaiknya kualitas kredit yang
ditunjukkan dengan membaiknya rasio NPL gross mencapai 5,91%, dibandingkan
triwulan III 2011 yang mencapai 6,09%.
10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sampai dengan triwulan IV 2011 (s.d November 2011) realisasi kredit UMKM
berdasarkan definisi usaha dalam UU. No.20/2008 tentang UMKM, mencapai Rp72,7
triliun atau 56,7% dari Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2011 sebesar Rp128,2 triliun.
Angka penyaluran kredit UMKM triwulan IV 2011 tersebut meningkat dibanding
realisasi kredit triwulan III 2011 yang tercatat sebesar Rp63,5 triliun atau 49,5% dari
RBB 2011. Berdasarkan realisasi penyaluran kredit tersebut pertumbuhan kredit
UMKM mencapai 18,53% (ytd) yaitu dari Rp394,2 triliun pada akhir tahun 2010
menjadi Rp467,0 triliun pada November 2011 dan kontribusi kredit UMKM terhadap
total kredit perbankan menjadi sebesar 21,2%. Sedangkan berdasarkan kriteria
plafond, pertumbuhan kredit MKM pada akhir November 2011 (ytd) adalah 22,8%
(dari Rp954,1 triliun menjadi Rp1.171,5 triliun) dengan porsi kredit MKM terhadap
total kredit sebesar 53,2%. Adapun NPL kredit UMKM sampai dengan triwulan IV
2011 mencapai 4,44%, sementara NPL kredit MKM lebih rendah yakni sebesar
2,80%. Perbedaan angka tersebut disebabkan KK tidak diperhitungkan dalam definisi
Kredit Produktif kepada UMKM sesuai UU No. 20/2008.
Sementara itu, realisasi KUR2 sampai dengan triwulan IV 2011 (ytd) tercatat sebesar
Rp26,47 triliun atau mencapai132,37% dari target yang ditetapkan sebesar Rp20
triliun. Sebagian besar KUR masih disalurkan kepada sektor perdagangan (60,89%)
dengan dominasi wilayah penyaluran Jawa (51,81%) dan Sumatera (21,91%).
Adapun realisasi penyaluran KUR pada sektor prioritas (Pertanian, Kehutanan,
Perikanan dan Industri) mencapai 19,35% dari target sebesar 25%. Dari sisi kualitas,
NPL KUR pada akhir triwulan IV 2011 tercatat sebesar 2,50%, membaik dibandingkan
periode yang sama tahun yang lalu yang mencapai 3,24%, namun sedikit meningkat
dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,45%.
2
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  25
11. Sistem Pembayaran
11.1. Perkembangan Efisiensi dan Keandalan Sistem Pembayaran
Secara umum penyelenggaraan sistem pembayaran selama tahun 2011 berjalan
dengan baik, termasuk pada saat memenuhi kebutuhan transaksi sistem pembayaran
yang tinggi untuk perayaan keagamaan (Idul Fitri, Natal) dan tahun baru. Ketersediaan
Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) sebagai sistem setelmen
dana transaksi antar bank dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System
(BI-SSSS) sebagai sistem setelmen surat berharga, serta transaksi pembayaran ritel
melalui Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) mencapai 100%. Pencapaian tersebut
menunjukkan bahwa seluruh sistem pembayaran yang dioperasikan oleh Bank
Indonesia dapat terjaga keandalannya.
Selain sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, keandalan
sistem pemrosesan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang
Elektronik yang diselenggarakan oleh pihak di luar Bank Indonesia juga terjaga
dengan baik. Kondisi ini ditunjukkan dengan tidak adanya kejadian yang
mempengaruhi operasional sistem secara signifikan, seperti kegagalan setelmen dalam
waktu lama dan kasus fraud yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap penggunaan alat bayar. Kasus penagihan kartu kredit yang tejadi pada salah
satu kantor cabang bank siang pada triwulan II 2011, tidak mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan kartu kredit maupun terhadap jasajasa sistem pembayaran lainnya. Guna menjaga keandalan penyelenggaraan sistem
oleh pihak di luar Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan pemantauan kepatuhan
penyelenggara terhadap ketentuan dan prosedur standar yang telah ditetapkan,
termasuk didalamnya pemenuhan aspek perlindungan konsumen.
Pada triwulan IV 2011, volume dan nilai transaksi seluruh sistem pembayaran
meningkat dari triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 2,50% dan
20,45%.Peningkatan transaksi tersebut bersifat seasonal yang terjadi selama libur
Natal dan tahun baru seiring dengan peningkatan transaksi konsumsi rumah
tangga.Secara tahunan, volume dan nilai transaksi selama tahun 2011 juga
mengalami peningkatan signifikandibandingkan dengan tahun 2010, masing-masing
sebesar 22,66% dan 23,20%. Meningkatnya transaksi tersebut sejalan dengan
peningkatan aktivitas perekonomian selama tahun 2011(Tabel 2.6 dan 2.7).
26  BANK INDONESIA
Tabel 2.7
Volume Transaksi Pembayaran
2011
Volume (Ribu Transaksi)
2010
RTGS
13,995.36
4,131.32
4,455.95
16,166.35
7.86%
15.51%
81.07
17.23
17.67
78.55
2.56%
-3.10%
- Pemerintah
841.07
192.10
247.54
769.96
28.86%
-8.46%
- Masyarakat
11,553.80
3,577.72
3,835.86
13,948.98
7.22%
20.73%
60.37
17.86
16.02
65.44
-10.29%
8.40%
133.79
30.60
18.96
112.85
-38.04%
-15.65%
- Pengelolaan Moneter
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
Tw III
2011
Tw IV
qtq
yoy
97.43
21.35
20.34
95.59
-4.72%
-1.90%
1,227.84
274.46
299.55
1,094.97
9.14%
-10.82%
Kliring
90,960.99
25,431.98
26,950.01
99,179.08
5.97%
9.03%
Debet
41,058.79
10,496.29
10,435.14
41,921.15
-0.58%
2.10%
- Cek
3,575.46
915.61
931.95
3,674.12
1.78%
2.76%
36,573.28
9,361.34
9,286.42
37,376.78
-0.80%
2.20%
910.04
219.34
216.76
870.24
-1.17%
-4.37%
- Lain-lain
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
49,902.21
14,935.69
16,514.88
57,257.93
10.57%
14.74%
APMK
2,011,112.31
645,259.47
676,090.48
2,471,651.63
4.78%
22.90%
199,036.43
52,825.18
53,965.85
209,352.20
2.16%
5.18%
1,812,075.88
592,434.29
622,124.63
2,262,299.43
5.01%
24.85%
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
E-Money
Total
26,541.98
10,575.63
12,727.29
41,060.15
20.35%
54.70%
2,142,610.64
685,398.40
720,223.73
2,628,057.20
5.08%
22.66%
Tabel 2.8
Nilai Transaksi Pembayaran
Nominal (Rp Triliun)
2010
2011
Tw III
Tw IV
2011
qtq
yoy
23.55%
RTGS
54,169.75
17,400.39
21,154.42
66,927.38
21.57%
- Pengelolaan Moneter
23,104.42
8,145.42
11,470.50
30,782.68
40.82%
0.33
- Pemerintah
2,507.08
855.97
1,148.25
3,276.34
34.15%
30.68%
- Masyarakat
10,558.10
3,448.07
3,646.21
13,176.74
5.75%
24.80%
- Pasar Modal
2,362.95
546.43
481.28
2,097.71
-11.92%
-11.23%
- Valas
3,290.60
931.79
624.23
3,425.24
-33.01%
4.09%
- PUAB
4,723.21
1,252.85
1,324.82
5,403.79
5.74%
14.41%
- Lain-lain
7,623.39
2,219.86
2,459.13
8,764.89
10.78%
14.97%
Kliring
1,747.70
506.66
527.71
1,970.61
4.15%
12.75%
Debet
1,260.11
361.47
367.88
1,412.21
1.77%
12.07%
- Cek
160.41
46.71
50.51
181.67
8.15%
13.25%
1,098.16
314.62
317.26
1,230.03
0.84%
12.01%
1.54
0.15
0.11
0.51
-26.83%
-66.68%
Kredit
487.59
145.19
159.83
558.39
10.08%
14.52%
APMK
2,165.06
695.00
723.07
2,659.64
4.04%
22.84%
- Kartu Kredit
163.21
46.83
47.77
182.60
2.00%
11.88%
- Kartu Debet
2,001.85
648.18
675.30
2,477.04
4.18%
23.74%
0.69
0.30
0.28
0.98
-6.60%
41.51%
58,083.20
18,602.36
22,405.48
71,558.61
20.44%
23.20%
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
E-Money
Total
11.2. Pengedaran Uang
Perkembangan indikator pengedaran uang selama triwulan IV 2011 menunjukkan
kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata jumlah Uang Yang
Diedarkan (UYD) tercatat sebesar Rp339,5 triliun, naik 0,3% dibanding dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai Rp338,3 triliun. Kenaikan UYD terutama
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  27
dipengaruhi tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat menjelang Natal dan tahun
baru serta pemenuhan kebutuhan tutup tahun anggaran instansi Pemerintah dan
swasta. Secara tahunan, rata-rata UYD tahun 2011 meningkat cukup signifikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata UYD pada tahun 2011 meningkat
Rp290,6 triliun atau naik 16,8% dari rata-rata UYD tahun 2010. Sebagaimana tahuntahun sebelumnya, peningkatan UYD tertinggi terjadi pada periode Ramadhan dan
Idul Fitri (Grafik 2.17). Pada tahun 2011, posisi UYD tertinggi terjadi pada tanggal 26
Agustus 2011 atau pada pekan terakhir menjelang Idul Fitri yakni mencapai Rp391,9
triliun. Sesuai polanya, jumlah UYD mulai menurun seiring dengan kembalinya uang
kartal dari perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia.
Grafik 2.17
Perkembangan Uang Rupiah yang Diedarkan
Ditengah perkembangan kenaikan UYD, terjadi penurunan pangsa UYD di perbankan
yang telah berlangsung sejak akhir triwulan I 2011. Pada triwulan IV 2011, pangsa
UYD di perbankan tercatat sebesar 15,0% dari total UYD, menurun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,6%. Secara tahunan, rata-rata pangsa
UYD di perbankan selama tahun 2011 juga menunjukkan penurunan dibandingkan
dengan tahun 2010 yaitu dari 16,4% menjadi 15,8%. Tren penurunan pangsa UYD
tersebut merupakan dampak dari penerapan penyempurnaan ketentuan penyetoran
dan penarikan oleh Bank Umum yang diimplementasikan oleh Bank Indonesia mulai
awal Maret 2011. Dengan ketentuan yang baru, bank umum memiliki akses yang
lebih luas untuk menyetorkan kelebihan uang kartal ke Bank Indonesia. Hal ini
berdampak positif terhadap optimalisasi manajemen pengelolaan kas bank.
Posisi UYD pada akhir triwulan IV 2011, sebagian besar merupakan Uang Pecahan
Besar (Rp20.000 ke atas) yaitu mencapai 92,8%. Dari jumlah tersebut, sebagian besar
merupakan pecahan Rp100.000 yang mencapai 55,5%, pecahan Rp50.000 sebesar
28  BANK INDONESIA
34,8% dan pecahan Rp20.000 sebesar 2,5% dari total UYD. Sisanya sebesar 7,2%
merupakan Uang Pecahan Kecil (UPK) yaitu uang pecahan Rp10.000 ke bawah.
Peningkatan kebutuhan uang oleh masyarakat diimbangi dengan upaya Bank
Indonesia untuk mengedarkan uang yang layak edar dalam jumlah yang cukup.
Jumlah uang rupiah layak edar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat
(outflows) selama triwulan IV 2011 mencapai Rp107,2 triliun atau turun 13%
dibandingkan dengan triwulan III 2011 (Tabel 2.8). Kebutuhan uang kartal masih
cukup tinggi, namun terjadi penurunan paska kenaikan outflows yang cukup
signifikan menjelang Idul Fitri. Secara tahunan, uang kartal layak edar pada tahun
2011 mencapai Rp347,6 triliun, atau naik 40,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meningkatnya kebutuhan uang layak edar tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pada tahun 2011 dan peningkatan turnover uang kartal di
perbankan paska penerapan ketentuan penyetoran dan penarikan uang oleh bank.
Untuk menjaga kesegaran uang rupiah dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia
melakukan pemusnahan uang rupiah tidak layak edar yang masuk ke Bank Indonesia
(inflows). Dengan pemusnahan tersebut, maka uang tidak layak edar tidak kembali
beredar di masyarakat. Selama triwulan IV 2011, tercatat inflows ke Bank Indonesia
sebesar Rp70,1 triliun, yang terdiri dari uang kertas sebesar Rp70,0 triliun dan uang
logam sebesar Rp37,3 miliar. Dari inflows uang kertas tersebut sebesar 59,5% atau
setara dengan 1,7 miliar lembar uang rupiah kertas merupakan uang tidak layak edar
sehingga dimusnahkan. Selain pemusnahan uang kertas, pada triwulan IV 2011
dilakukan pemusnahan 71 juta keping uang logam baik yang masih berlaku namun
tidak layak edar maupun uang logam yang sudah dicabut serta ditarik dari peredaran.
Tabel 2.9
Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Tahun 2011
(triliun Rp)
Pecahan
UYD
Tw. III
Outflow
Tw IV
Tw III
Pemusnahan
Uang
Inflow
Tw IV
2011
Tw III
Tw IV
2011
TW. III
TW. IV
100,000
176.2
206.9
57.3
60.9
176.9
51.6
30.8
138.4
16.0
14.3
50,000
119.1
129.8
51.8
41.8
143.8
45.1
31.6
131.2
19.5
20.9
20,000
10.5
9.5
4.1
1.3
8.4
2.3
2.3
8.2
1.8
2.0
10,000
11.0
9.6
4.3
1.0
7.7
1.8
2.3
7.1
1.4
2.1
5,000
8.3
7.0
3.3
0.6
5.5
1.1
1.7
5.0
0.7
1.3
2,000
4.4
3.8
1.8
0.3
2.8
0.4
0.9
2.3
0.3
0.8
1,000
3.1
2.5
0.4
0.1
0.6
0.1
0.2
0.8
0.1
0.2
332.5
369.2
123.0
105.9
345.7
102.5
69.75
293.1
39.9
41.7
1,000
0.7
0.7
0.1
0.1
0.4
0.0
0.0
0.0
-
0.0
500
2.2
2.2
0.1
0.1
0.3
0.0
0.0
0.1
-
0.0
200
0.3
0.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-
0.0
<=100
0.8
0.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-
0.0
Uang Logam
4.0
3.8
0.3
0.2
0.8
0.012
0.037
0.1
-
0.019
336.5
373.0
123.3
106.0
346.4
102.5
69.79
293.2
39.9
41.7
Uang Kertas
Total
* Data triwulan IV menggunakan angka sementara
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran  29
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
30  BANK INDONESIA
Bab 3
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang
Bank Indonesia
Mencermati dinamika kondisi ekonomi global dan domestik, Bank Indonesia
menempuh berbagai kebijakan. Bank Indonesia melakukan penguatan bauran
kebijakan termasuk melakukan langkah countercyclical. Hal ini dilakukan guna
menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan tetap mengarahkan pada
sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Bank Indonesia juga memperkuat ketahanan
perbankan dan terus mendorong terwujudnya tingkat efisiensi yang lebih baik. Untuk
mendukung kebijakan tersebut, kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan uang
beredar juga menjadi fokus kebijakan Bank Indonesia selama triwulan IV dan
keseluruhan tahun 2011. Untuk memelihara stabilitas perekonomian agar tetap
kondusif, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan
pihak terkait lainnya, serta melakukan upaya edukasi dan komunikasi dengan
stakeholders.
1. Stabilitas Moneter
1.1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter Bank Indonesia tetap konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran
inflasi yang ditetapkan, namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi kegiatan
ekonomi. Selama triwulan IV 2011, Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate
sebanyak dua kali yaitu pada bulan Oktober 25 bps dan bulan November 50 bps
merespon meredanya tekanan inflasi. Penurunan level BI Rate menjadi 6,50% dan
6,00% pada triwulan IV 2011 dilakukan sejalan dengan tekanan inflasi ke depan yang
semakin rendah sekaligus sebagai langkah perbaikan terhadap struktur suku bunga
(term structure) jangka pendek, menengah dan panjang. Penurunan tersebut juga
dimaksudkan untuk mengurangi dampak memburuknya prospek ekonomi global
terhadap perekonomian Indonesia.
Arah kebijakan ini melengkapi berbagai kebijakan yang telah ditempuh Bank
Indonesia pada periode sebelumnya di tahun 2011. Untuk memperkuat kebijakan
moneter, selain melalui kebijakan suku bunga, Bank Indonesia juga menempuh
beberapa kebijakan moneter lainnya selama tahun 2011. Pada triwulan I 2011, Bank
Indonesia memperkuat kebijakan makroprudensial dengan menyesuaikan kebijakan
Giro Wajib Minimum (GWM) Valas sebagai bagian dari kebijakan pengendalian ekses
likuiditas. Penyesuaian GWM Valas dilakukan dengan menaikkan rasio GWM Valas
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  31
secara bertahap dari 1% menjadi 5% pada bulan Maret 2011 dan 8% pada bulan
Juni 2011. Selanjutnya untuk mendorong kegiatan pasar uang antar bank ditengah
besarnya ekses likuiditas, pada bulan September 2011 Bank Indonesia melakukan
pelebaran batas bawah koridor suku bunga operasi moneter dari semula 100 bps
menjadi 150 bps di bawah BI Rate.
Sebagai upaya memperkuat stabilitas makroekonomi khususnya stabilitas nilai tukar
rupiah, Bank Indonesia menerbitkan aturan lalu lintas devisa yang terkait dengan
penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan Devisa Hasil Utang Luar Negeri (DULN)1.
Berdasarkan aturan tersebut, eksportir dan debitur utang luar negeri diwajibkan
menarik DHE dan DULN melalui bank devisa di Indonesia. Melalui kebijakan ini
diharapkan akan tercapai kesinambungan pasokan valas domestik sehingga
ketergantungan terhadap dana jangka pendek yang bersifat spekulatif (hot money)
menjadi berkurang. Ketentuan mengenai penerimaan DHE dan DULN mulai
diberlakukan pada awal Januari 2012.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan
keuangan global. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan lebih rendah
dengan konsumsi di negera-negara maju cenderung stagnan dan tingkat
pengangguran yang masih berada pada level yang tinggi. Sementara itu di sektor
keuangan, tingginya ekses likuiditas global dan persespi resiko investor masih akan
mendorong tetap derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging
economies, termasuk Indonesia. Aliran modal asing tersebut tidak hanya dalam
bentuk investasi portofolio namun juga dalam bentuk penanaman modal asing
langsung.
Terkait dengan arah kebijakan ke depan tersebut, Bank Indonesia akan menempuh
respons suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya
untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia. Sebagai
langkah antisipasi dampak gejolak di pasar keuangan global terhadap stabilitas sistem
keuangan domestik, Bank Indonesia juga mempersiapkan Protokol Manajemen Krisis
(Crisis Management Protocol/CMP). CMP ini selanjutnya akan disinergikan dengan
CMP di tingkat nasional. Berbagai kebijakan yang akan ditempuh oleh Bank Indonesia
dilakukan dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi tahun 2012
sebesar 4,5%±1%.
1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar
Strategi pengelolaan operasi moneter dan nilai tukar pada triwulan IV 2011 diarahkan
untuk meminimalkan dampak ketidakpastian pasar keuangan global terhadap pasar
keuangan domestik, sambil tetap mengoptimalkan penyerapan likuiditas. Dalam
pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia senantiasa berada di pasar guna menjaga
1
PBI No. 13/20/PBI/2011 tanggal 30 September 2011 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Devisa Utang Luar Negeri
32  BANK INDONESIA
stabilitas rupiah. Upaya Bank Indonesia tersebut dilakukan melalui monitoring dan
komunikasi yang intensif dengan pelaku pasar, serta melakukan intervensi untuk
menjaga keseimbangan di pasar valas domestik. Selain strategi di pasar valas tersebut,
BI juga menempuh strategi intervensi di pasar SBN dengan membeli SBN di pasar
sekunder menggunakan sebagian rupiah yang diperoleh dari intervensi BI di pasar
valas. Keberadaan Bank Indonesia di pasar valas dan SBN domestik mampu
memberikan keyakinan kepada peserta pasar sehingga pergerakan nilai tukar rupiah
dapat terjaga dengan baik dan menjaga stabilitas pasar keuangan secara keseluruhan.
Respon yang ditempuh tersebut melengkapi operasi moneter dan nilai tukar yang
ditempuh pada triwulan sebelumnya. Pengelolaan operasi moneter dilakukan melalui
Term Deposit (tenor 2 hari s.d 6 bulan) dan didominasi tenor 6 bulan, Reverse Repo
Surat Berharga Negara (RR-SBN) yang ditawarkan dengan tenor di bawah 3 bulan (2
minggu s.d 3 bulan) dan hanya menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan
tenor 9 bulan. Untuk meminimalkan potensi pembalikan arus dana asing (sudden
reversal) yang berasal dari kepemilikan SBI oleh non-residen, pada bulan Mei 2011
Bank Indonesia memperpanjang masa endap kepemilikan SBI dari sebelumnya 1 bulan
menjadi minimum 6 bulan (six month holding period). Pemberlakuan kebijakan
tersebut berkontribusi terhadap penurunan porsi SBI , terutama SBI yang dimiliki nonresiden.
Selanjutnya untuk memperkuat manajemen moneter dalam menghadapi sudden
reversal, penawaran SBI semakin dibatasi sementara frekuensi pelaksanaan lelang
Term Deposit (TD) ditingkatkan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Pada akhir
2011 posisi instrumen SBI tercatat sebesar Rp 123 triliun, turun 39% dari posisi akhir
tahun 2010 yang sebesar Rp 203 triliun. Pada akhir 2011, instrumen moneter yang
memiliki porsi terbesar yaitu Deposit Facility/DF (34%), diikuti oleh Term Deposit
(31%), SBI (24%), dan RR SBN (11%). Besarnya posisi DF tersebut merupakan perilaku
berjaga-jaga perbankan dalam mengantisipasi kebutuhan likuiditas nasabah di akhir
tahun. Posisi DF yang membesar di akhir triwulan IV tersebut sejalan dengan pola di
tahun sebelumnya.
Instrumen yang juga mengalami peningkatan signifikan di tahun 2011 yaitu Reverse
Repo SBN (RR SBN). Posisi RR SBN meningkat dari Rp 7,23 triliun di akhir tahun 2010
menjadi Rp 58,04 triliun di akhir 2011 (meningkat 703% secara tahunan). Hal ini
dimungkinkan oleh naiknya kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia menjadi Rp 65,88
triliun (Desember 2011) dari Rp 24,64 triliun (2010). Dengan kepemilikan SBN yang
meningkat, penggunaan RR SBN sebagai salah satu instrumen moneter Bank
Indonesia dapat semakin diintensifkan. Peningkatan penggunaan RR SBN dalam
operasi moneter, selain dapat meminimalkan volatilitas rupiah, juga dapat mendukung
terciptanya pasar SBN yang lebih dalam.
Pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia juga dilakukan melalui transaksi swap
bersamaan dengan penyerapan melalui instrumen operasi moneter lainnya dengan
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  33
mempertimbangkan antara lain kondisi tingkat implied swap rate di pasar dan
pengaruhnya terhadap nilai tukar. Volume absorpsi melalui transaksi swap pada
triwulan IV 2011 meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata outstanding
swap meningkat dari Rp7 triliun pada triwulan III 2011 menjadi Rp23 triliun pada
triwulan IV 2011. Secara tahunan, rata-rata outstanding instrumen swap pada tahun
2011 tercatat sebesar Rp10 triliun, meningkat signifikan dibanding outstanding tahun
2010 sebesar Rp1 triliun. Peningkatan tersebut sehubungan dengan aktifnya
pelaksanaan transaksi swap oleh Bank Indonesia pada tahun 2011 dibanding tahun
sebelumnya.
Dengan strategi pengelolaan operasi moneter tersebut, berdasarkan tenornya sampai
dengan akhir tahun 2011 porsi instrumen moneter jangka pendek (1 s.d 3 bulan)
terhadap total instrumen operasi moneter menurun menjadi 7,9% dari posisi akhir
tahun 2010 yang sebesar 33,3%. Sementara porsi instrumen moneter jangka yang
lebih panjang (4 s.d 9 bulan) meningkat menjadi 53,9% dari posisi akhir tahun 2010
yang sebesar 45,3%. Adapun porsi instrumen moneter jangka sangat pendek
(overnight) tercatat sebesar 38,2% naik dibandingkan posisi akhir tahun 2010 yang
sebesar 21,4%.
Grafik 3.1
Komposisi Operasi Moneter
Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia senantiasa berada di pasar guna
menjaga stabilitas Rupiah. Upaya Bank Indonesia tersebut dilakukan melalui
monitoring dan komunikasi yang intensif dengan pelaku pasar, serta melakukan
intervensi untuk menjaga keseimbangan di pasar valas domestik. Keberadaan Bank
Indonesia di pasar valas domestik mampu memberikan keyakinan kepada peserta
pasar sehingga pergerakan nilai tukar Rupiah terjaga dengan baik dan relatif stabil.
Hal tersebut mampu mampu meredam gejolak pergerakan rupiah selama tahun 2011
yang dipengaruhi oleh sentimen negatif kondisi perekonomian global. Meskipun pada
akhir triwulan IV 2011 nilai tukar rupiah melemah, namun selama tahun 2011 secara
rata-rata menguat 3,56% (yoy) ke level Rp8.768 per dolar AS dari Rp9.080 per dolar
34  BANK INDONESIA
AS pada tahun 2010. Pergerakan rupiah juga sejalan dengan perkembangan nilai
tukar di kawasan.
1.3. Koordinasi dengan Pemerintah
Upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi diperkuat dengan koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Di tingkat pusat,
koordinasi dan sinergi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI), sementara di
daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang telah terbentuk di 65
kota/kabupaten.
Pencapaian sasaran inflasi nasional tidak terlepas dari pengendalian inflasi daerah
mengingat dinamika harga yang terjadi di daerah akan menentukan capaian inflasi
nasional. Secara teknis, inflasi nasional merupakan pembobotan dari inflasi yang
terjadi di kota-kota basis pemantauan harga dengan bobot kota di luar Jakarta
mencapai 77%2.
Berbagai permasalahan mendasar seperti rendahnya keterhubungan antar daerah
yang kerap menghambat distribusi pasokan, ketergantungan produktivitas pangan
terhadap faktor cuaca, dan berbagai kendala struktural lainnya menyiratkan semakin
beratnya tantangan untuk mengarahkan inflasi nasional ke tingkat yang diharapkan.
Permasalahan struktural tersebut menyebabkan pola pergerakan inflasi di daerah
banyak dipengaruhi oleh faktor guncangan di sisi pasokan (supply side shocks).
Terjadinya bencana alam dan atau musim kering yang berkepanjangan juga rentan
menekan harga berbagai kebutuhan pokok. Di samping itu, kebijakan strategis
Pemerintah di bidang harga seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Tenaga Listrik
(TTL), dan cukai rokok cenderung diikuti pergerakan inflasi yang lebih besar di daerah.
Selain itu, inflasi di Indonesia cenderung memiliki persistensi yang tinggi sehingga
setiap kali terjadi guncangan akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
kembali pada pola normalnya.
Dengan kondisi tersebut, sinergi antara kebijakan moneter dan kebijakan sektoral
membawa perekonomian berada dalam keseimbangan sisi permintaan direspons
secara memadai oleh sisi produksi (supply).
Koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dilakukan dalam upaya melakukan
identifikasi dan inventarisasi permasalahan inflasi yang dihadapi oleh TPID, terutama
terkait produksi pangan, kelancaran distribusi, dan kecukupan pasokan bahan pangan
pokok. Secara umum, koordinasi tersebut diarahkan untuk:
1. Membangun
komunikasi
dan
saling
kepercayaan
(building
trust)
serta
mengembangkan jejaring kerja (networking) antara sesama TPID di daerah.
2
BPS melakukan penghitungan inflasi di 66 kota berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH 2007)
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  35
2. Memperkuat koordinasi dan kerjasama, antara Pemerintah Pusat-Daerah (vertikal),
antar Pemerintah Daerah dan antar lembaga terkait (horizontal) baik di tingkat
pusat dan daerah, dalam upaya mewujudkan stabilisasi harga.
3. Membahas dan mencari solusi/upaya tindaklanjut terkait dengan masalah
pasokan, distribusi dan struktur pasar komoditas pangan strategis di daerah.
4. Membahas mengenai upaya peningkatan kapasitas produksi pertanian di daerah
terutama komoditas pangan strategis, serta langkah-langkah antisipasi yang perlu
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam menghadapi kondisi anomali cuaca yang
masih berpotensi terjadi pada tahun 2011.
5. Mensosialisasikan kebijakan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia kepada daerah
terkait dengan upaya stabilisasi harga, termasuk sasaran inflasi nasional.
Selama tahun 2011 telah dilaksanakan berbagai kegiatan koordinasi sebagai berikut:
1. Rakornas II TPID 2011 di Jakarta pada 16-17 Maret 2011
2. Rakorwil Jawa Tengah dan Yogyakarta di Salatiga pada 27 Juni 2011
3. Rakorwil DKI. Jakarta, Jawa Barat dan Banten di Bogor pada 14-15 Juli 2011
4. Rakor Pusat dan Daerah se-Kalimantan di Banjarmasin pada 26-27 Oktober 2011
5. Rakor Pusat dan Daerah se-Bali-Nusa Tenggara di Bali pada 12-13 Desember 2011
1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN)
Sejalan dengan fungsi Bank Indonesia sebagai pemegang kas Pemerintah, Bank
Indonesia menatausahakan penarikan ULN Pemerintah untuk membiayai proyek,
pembiayaan defisit APBN, pengelolaan portofolio utang serta pembayaran ULN
Pemerintah yang jatuh waktu. Total penarikan ULN Pemerintah yang diadministrasikan
oleh Bank Indonesia sampai dengan akhir triwulan IV 2011 (November 2011) tercatat
sebesar 4.230 juta dolar AS, termasuk penerbitan global Sukuk sebesar 1.000 juta3
dolar AS pada tanggal 14 November 2011 (Tabel 3.1). Adapun total realisasi
pembayaran ULN Pemerintah sampai dengan akhir triwulan IV 2011 (November 2011)
mencapai USD4.439 juta (Tabel 3.2).
3Dari
1.000 juta dolar AS global sukuk yang diterbitkan, kepemilikan asing sebesar 880 juta dolar AS.
36  BANK INDONESIA
Tabel 3.1
Realisasi Penarikan Utang Luar Negeri Pemerintah (s.d November 2011)
Sumber ULN
(Juta USD)
2011
Tw I
Tw II
Multilateral
243.2
42.7
Bilateral
129.0
124.3
FKE
50.9
28.5
Komersial
6.5
5.4
Bond
2,100.0
Total
429.7 2,300.9
Sumber: Statistik ULN Indonesia
Tw III
Tw IV
Total
Nov
190.2
52.5
9.2
1.7
880.0
Des
118.3
114.2
25.4
38.5
-
Okt
18.5
29.9
12.0
9.3
-
296.5
69.7
1,133.7
-
126.0
61.5
2,980.0
4,230.4
Tabel 3.2
Realisasi Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah (s.d November 2011)
2011
Sumber ULN
(Juta USD)
Tw I
Multilateral
Bilateral
FKE
Komersial
Bond
Total
413.4
129.0
53.8
0.8
466.9
1,063.9
Tw II
662.1
577.8
374.5
4.9
171.1
1,790.4
Tw III
317.6
156.0
109.5
9.0
467.0
1,059.1
Tw IV
Okt
166.7
10.2
26.0
Nov
82.3
9.5
9.5
116.4
319.3
105.9
207.1
Total
Des
-
1642.0
882.5
573.2
14.8
1327.2
4,439.7
Sumber: Statistik ULN Indonesia
Mempertimbangkan konsekuensi terhadap kredibilitas negara, Bank Indonesia
melaksanakan pembayaran cicilan pokok dan bunga ULN Pemerintah dengan
mengutamakan pelaksanaan pembayaran yang aman, akurat dan tepat waktu. Selain
itu, Bank Indonesia berupaya menjamin ketersediaan berbagai valas yang diperlukan
Pemerintah sesuai dengan jenis valuta pinjaman yang diterima. Selanjutnya dalam
rangka menjaga keakurasian data pembayaran ULN Pemeritah, secara bulanan Bank
Indonesia melakukan rekonsiliasi data dengan Pemerintah.
Sebagai perwujudan dari transparansi informasi mengenai perkembangan ULN
Indonesia, secara bulanan Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan
menerbitkan publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI). Publikasi ini
menyajikan data ULN Pemerintah, Bank Indonesia dan sektor swasta.
Dalam upaya meningkatkan keakurasian data ULN Swasta, Bank Indonesia terus
melakukan sosialisasi ketentuan Bank Indonesia terkait pelaporan ULN serta
mengupayakan penambahan cakupan pelapor. Selain itu, Bank Indonesia juga
membentuk Forum Kemitraan dengan Korporasi guna memfasilitasi pelaporan yang
akurat dan tepat waktu serta menyerap aspirasi korporasi terhadap berbagai kebijakan
yang terkait dengan sektor riil.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  37
Sejalan dengan kegiatan yang terkait dengan keakurasian data, dalam rangka
meningkatkan pemahaman mengenai konsep, arah kebijakan dan isu-isu strategis
terkait ULN, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga melakukan kegiatan
edukasi publikasi statistik ULN Indonesia kepada kalangan akademisi. Melalui kegiatan
ini diharapkan kalangan akademisi dapat menyikapi kebijakan dan permasalahan ULN
secara berimbang. Selain itu juga diharapkan akan muncul pemikiran-pemikiran kritis
tentang pengelolaan ULN sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
pembangunan nasional. Selama tahun 2011, telah diselenggarakan kegiatan edukasi
ULN di 6 universitas.
1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung
Perumusan Kebijakan
Guna mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia selama triwulan IV 2011 dan
keseluruhan tahun 2011 terus melakukan kegiatan penguatan statistik. Kegiatan
tersebut antara lain dengan menyelenggarakan berbagai jenis survei untuk
mengetahui kondisi terkini yang terkait dengan sektor eksternal, keuangan, moneter
dan sektor riil. Dalam melaksanakan kegiatan penguatan statistik tersebut, Bank
Indonesia senantiasa mengedepankan upaya untuk mewujudkan data dan informasi
yang CRATA, yaitu komprehensif (comprehensive), terpercaya (reliable), akurat
(accuracy), terkini (timeliness) dan mudah untuk diakses (accessible), serta sesuai
dengan standar yang berlaku secara internasional.
Salah satu kegiatan yang cukup intensif dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2011
adalah penyiapan monitoring kegiatan DHE dan DULN. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mendukung kebijakan Lalu Lintas Devisa (LLD), khususnya memantau aliran
dana internasional baik yang terkait dengan kegiatan perdagangan maupun investasi.
Bank Indonesia melakukan beberapa kegiatan antara lain menyempurnakan
ketentuan pelaporan lalu lintas devisa bank dan pelaporan ULN serta menyiapkan
infrastruktur yang diperlukan guna mengakomodasi pelaporan tersebut.
Untuk mendukung implementasi kebijakan LLD tersebut khususnya monitoring DHE,
Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan guna menunjang perolehan data
dan informasi secara lebih lengkap, akurat dan tepat waktu, sebagai berikut:
1. Melakukan kerjasama pertukaran data terkait ekspor impor antar instansi terkait
yaitu Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Badan Pusat Statistik (BPS)4.
Kegiatan pertukaran data tersebut mencakup pertukaran data kepabeanan, data
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), data DHE, dan data olahan kepabeanan
termasuk statistik ekspor dan impor.
4
Sebagaimana tercantum pada nota kesepahaman No. PER-2277/MK/2011; No.13/1/BI/DSM/NK; dan No. 13/KS/10VIII/2011 tanggal 10 Agustus 2011
38  BANK INDONESIA
2. Mengeluarkan ketentuan-ketentuan tentang DHE dan penyempurnaan ketentuan
LLD-Bank dan LLD-Lembaga Bukan Bank sebagai berikut:
a.
Ketentuan DHE5 yang mewajibkan eksportir dan debitur ULN untuk
melaporkan devisa dari ekspor dan penarikan ULN yang dilakukan melalui Bank
Devisa kepada Bank Indonesia.
b. Penyempurnaan ketentuan LLD-Bank6. Penyempurnaan ketentuan pelaporan
LLD-Bank ini dimaksudkan untuk meningkatkan kelengkapan dan akurasi
data/informasi LLD, termasuk untuk mendukung pelaksanaan ketentuan
mengenai penerimaan DHE.
c.
Penyempurnaan ketentuan LLD Lembaga Bukan Bank (LBB) dalam rangka
implementasi Direct Reporting7. Penyempurnaan ketentuan ini selain untuk
memenuhi penyusunan data statistik sektor eksternal yang lebih komprehensif
dan sesuai standar internasional yang berlaku, juga dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi pelaporan melalui pengurangan redudansi laporan
yang disampaikan oleh lembaga bukan bank ke Bank Indonesia.
3. Melakukan kegiatan sosialisasi ketentuan DHE kepada para eksportir, asosiasi,
perguruan tinggi, perbankan dan media massa yang dilakukan di beberapa kota
yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Batam, dan Balikpapan. Disamping
itu, telah dilakukan pula pelatihan teknis pengisian laporan DHE bagi pegawai
bank (Training for Trainers). Dalam rangka implementasi Direct Reporting LLD
Lembaga Bukan Bank, telah dilaksanakan sosialisasi kepada 2.356 perusahaan
termasuk 237 perusahaan eksportir calon pelaporan LLD.
4. Melakukan pengembangan sistem DHE yang mencakup kegiatan pengembangan
portal pertukaran data antar instansi terkait (Bank Indonesia, BPS, Ditjen Bea dan
Cukai, dan Ditjen Pajak), pengembangan aplikasi monitoring DHE dan
pengembangan aplikasi pelaporan LLD Bank termasuk Rincian Transaksi Ekspor
(RTE).
Selanjutnya dalam dalam rangka diseminasi data yang terkait dengan NPI, Bank
Indonesia telah mempublikasikan secara rutin statistik Neraca NPI triwulanan dan rilis
statistik NPI terkini yaitu Triwulan III 2011 yang dipublikasikan pada tanggal 8
5
PBI No. 13/20/PBI/2011 tanggal 30 September 2011 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang
Luar Negeri; dan SE Bank Indonesia No. 13/54/INTERN tentang Pelaksanaan Ketentuan Devisa Hasil Ekspor tanggal 30
Desember 2011
6 PBI No. 13/21/PBI/2011 tanggal 30 September 2011 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank; SE Bank
Indonesia No. 13/33/DSM tanggal 30 Desember 2011 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank; dan SE Intern
No. 13/55/INTERN tanggal 30 Desember 2011 tentang Pengelolaan Laporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank
7 PBI No.13/15/PBI/2011 tanggal 23 Juni 2011 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Lembaga Bukan Bank; SE
Bank Indonesia No. 13/21/DSM tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Lembaga Bukan
Bank; dan SE Bank Indonesia No. 13/35/INTERN tanggal 18 Oktober 2011 perihal Pengelolaan Laporan Kegiatan Lalu Lintas
Devisa Lembaga Bukan Bank
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  39
November 2011. Terkait dengan statistik NPI tersebut, guna mengetahui posisi aset
dan kewajiban finansial luar negeri, Bank Indonesia juga mempublikasikan statistik
Posisi Investasi Internasional Indonesia (PIII) tahun 2010 pada tanggal 30 September
2011. Selain itu, Bank Indonesia Laporan NPI Triwulan III 2011 yang memberikan
gambaran terkini mengenai peran sektor eksternal dalam perekonomian, aliran
sumber daya dengan negara lain, struktur ekonomi dan perdagangan, permasalahan
utang luar negeri, perubahan cadangan devisa dan potensi tekanan nilai tukar.
Selain publikasi data statistik, Bank Indonesia juga melakukan analisis sektor riil dan
sektor finansial. Analisis sektor riil dilakukan dengan memanfaatkan hasil survei yang
dilakukan oleh Bank Indonesia secara rutin (bulanan dan triwulanan) secara langsung
kepada para pelaku ekonomi seperti Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran
(SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial
(SHPR), Survei Perbankan (SP) dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME).
Survei-survei tersebut dilakukan agar Bank Indonesia memiliki gambaran dini
mengenai beberapa indikator ekonomi yang bersifat forward looking sekaligus
sebagai tracking indikator ekonomi utama, antara lain Produk Domestik Bruto (PDB),
inflasi dan nilai tukar. Selain melakukan berbagai survei, Bank Indonesia juga
melakukan kegiatan liaison yang ditujukan antara lain untuk memperoleh
data/informasi langsung dari sumber sebagai pelengkap data/informasi yang sudah
tersedia dan untuk meningkatkan kualitas asesmen terhadap kondisi perekonomian.
Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan analisis sektor finansial antara lain berupa
analisis Neraca Arus Dana (NAD) dan Perusahaan Pembiayaan (PP).
Dalam rangka membangun dan memelihara kemitraan dan kerjasama strategis
dengan penyedia data, pada tahun 2011 Bank Indonesia telah melakukan kegiatan
antara lain:
1. Menandatangani nota kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengenai kerjasama pertukaran data
dan informasi 8. Nota Kesepahaman tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kerjasama dan koordinasi yang lebih bersinergi antara Bank Indonesia dengan
Kementerian ESDM khususnya dalam rangka pertukaran dan penyusunan data
dan informasi. Selain pertukaran, perolehan dan penyusunan data dan/atau
informasi, ruang lingkup nota kesepahaman juga meliputi
kompetensi sumber daya manusia masing-masing instansi.
peningkatan
2. Melakukan kegiatan Temu Akhir Tahun 2011 (Business Lunch) dengan pelapor LLD
bank dan lembaga bukan bank, dan responden survei serta lembaga pelaksana
survei. Kegiatan ini selain dimaksudkan sebagai apresiasi dan untuk memelihara
hubungan baik dengan perusahaan pelapor LLD dan responden, juga untuk
8
Nota Kesepahaman No. 13/2/GBI/DKM/NK dan No. 4692/05/MEM.S/2011 tanggal 10 Agustus 2011
40  BANK INDONESIA
memberikan penghargaan (award) kepada pelapor LLD dan responden survei
terbaik.
Selanjutnya, dalam kaitan peningkatan kualitas penyediaan data yang berasal dari
laporan bank, Bank Indonesia pada triwulan IV 2011 telah menyempurnakan
ketentuan Laporan Bulanan Bank Umum Syariah9. Melalui penyempurnaan ketentuan
ini diharapkan penerapan Laporan Bulanan Bank Umum Syariah menjadi lebih efektif,
akurat dan lengkap serta ketersediaan data perbankan lebih meningkat untuk
pengambilan kebijakan di bidang moneter dan perbankan.
Guna mendiseminasikan data dan hasil analisa/laporan dan hasil survei, Bank
Indonesia secara kontinyu mengelola publikasi statistik, analisa/laporan dan hasil survei
kepada masyarakat yang dilakukan melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id).
2. Stabilitas Sistem Perbankan
Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta langkah-langkah yang
dilakukan Bank Indonesia bersama perbankan, stabilitas sistem perbankan selama
tahun 2011 membaik dan tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan hasil survei indeks
keyakinan stakeholders terhadap stabilitas sistem perbankan yang mencapai 4,52,
lebih besar dari target 2011 sebesar 4 (skala 1-6). Hasil survei tahun 2011 tersebut
tidak jauh berbeda dari indeks keyakinan stakeholders tahun 2010.
2.1. Pengaturan Perbankan
Guna meningkatkan tata kelola perbankan yang baik dan didasarkan pada prinsipprinsip kehati-hatian, Bank Indonesia melakukan pengaturan perbankan dengan
menerbitkan beberapa ketentuan. Pada triwulan IV 2011, Bank Indonesia menerbitkan
ketentuan mengenai prinsip kehati-hatian bagi Bank Umum yang melakukan
penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain10. Pengaturan ini
ditujukan agar bank fokus pada pekerjaan pokoknya dan mengoptimalkan
pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga intermediasi sejalan dengan semakin
kompleks dan beragamnya kegiatan usaha. Disamping itu, bank harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada pihak lain (alih daya). Melalui upaya tersebut, bank dapat
meminimalisir risiko yang mungkin timbul, serta terdapat kejelasan tanggung jawab
dan terjaganya aspek perlindungan nasabah.
Selain itu, Bank Indonesia juga telah menerbitkan beberapa petunjuk pelaksanaan
yang diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia. Beberapa SE yang diterbitkan
pada triwulan IV 2011 terkait dengan Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
9
SE Bank Indonesia No. 13/43/INTERN tanggal 14 Desember 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Laporan Bulanan Bank
Umum Syariah
10 PBI No.13/25/PBI/2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang Prinsip Kehati-Hatian bagi Bank Umum yang Melakukan
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  41
Umum11, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum12, Penerapan Strategi Anti Fraud
bagi Bank Umum 13, Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang Melakukan Layanan
Nasabah Prima14, Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum 15 dan Lembaga
Pemeringkatan 16.
Beberapa ketentuan lain yang telah diterbitkan Bank Indonesia selama tahun 2011
antara lain pengaturan GWM Valas, GWM Loan to Deposit Ratio, Perhitungan Aset
Tertimbang Menurut Risiko Dengan Pendekatan Standar, Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum, Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank, Pengaturan
Transparansi Informasi SBDK, dan Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test).
2.2. Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
Kegiatan yang dilakukan pada triwulan IV 2011 terkait dengan implementasi API
mencakup penguatan struktur perbankan nasional (Pilar 1), peningkatan kualitas
manajemen dan operasional perbankan (Pilar 4) serta program peningkatan
perlindungan nasabah (Pilar 6).
Dalam rangka penguatan struktur perbankan nasional, Bank Indonesia terus
mendorong implementasi program Bank Pembangunan Daerah (BPD) Regional
Champion (BRC) yang telah menjadi komitmen seluruh BPD sejak akhir 2010. Terkait
program tersebut, telah dilakukan berbagai kegiatan sosialisasi kepada stakeholders
eksternal maupun internal, peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan
penyiapan infrastruktur lainnya. BRC telah menjadi sarana yang cukup efektif untuk
mendorong BPD melakukan transformasi agar lebih mampu bersaing dan berperan di
masyarakat dan daerah. Hal ini terlihat dari pencapaian beberapa indikator BRC antara
lain peningkatan aspek permodalan, penurunan BOPO dan NIM secara bertahap serta
pertumbuhan kredit yang rata-rata telah mencapai lebih dari 20%. Untuk mendukung
implementasi BRC, Bank Indonesia juga telah meluncurkan generic model APEX BPR
pada tanggal 5 Desember 2011, yang disusun bersama oleh tim dari Bank Indonesia,
perwakilan Bank Umum, dan asosiasi BPR. Mengikuti jejak Bank Jatim, Bank Nagari
dan Bank Riau yang menjadi APEX BPR pada tahun 2010, pada tahun 2011 BPD Kalsel
juga telah menjadi APEX BPR.
Selanjutnya terkait dengan pelaksanaan program Good Corporate Governance (GCG)
perbankan, Bank Indonesia telah menyusun konsep ketentuan mengenai remunerasi
11
SE No.13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran No.5/21/DPNP perihal Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum
12 SE No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
13 SE Bank Indonesia No.13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum
14 SE No.13/29/DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum yang Melakukan
Layanan Nasabah Prima
15 SE No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga atas SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan
kepada Bank Indonesia
16 SE No.13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat Yang Diakui Bank Indonesia
42  BANK INDONESIA
yang sesuai bagi bank umum dengan mengacu pada Financial Stability Board (FSB)
Principle for Sound Compensation. Guna mematangkan konsep tersebut, maka Bank
Indonesia akan melakukan pembahasan dengan pihak-pihak terkait.
Dalam rangka edukasi kepada masyarakat mengenai perbankan, Bank Indonesia
bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional telah mengintegrasikan
pendidikan keuangan dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama. Sebagai tindak lanjut dari kerjasama tersebut, telah dilakukan monitoring
tahap pertama untuk mengetahui persiapan pengajaran di masing-masing sekolah
serta mengetahui tingkat pengetahuan siswa sebelum pengajaran dilakukan (pre-test).
Selain itu dilakukan kegiatan training for trainer kepada para pendidik sekolah pilot
project (Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Sekolah dan Dinas Pendidikan setempat).
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pendidik tentang
perbankan dan keuangan, teaching skill dan perencanaan keuangan, serta pembuatan
alat pendukung pembelajaran.
Sebagai bagian dari edukasi kepada masyarakat, Bank Indonesia bekerja sama dengan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) melalui
penandatanganan kesepakatan bersama pada tanggal 1 Agustus 2011.
Menindaklanjuti kerjasama tersebut, Bank Indonesia menyusun bahan edukasi
perbankan bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selain itu Bank Indonesia turut aktif
dalam kegiatan sosialisasi skim KUR-TKI, edukasi perbankan dan kewirausahaan yang
dilaksanakan
bersama
Kementerian
Koordinator
bidang
Perekonomian,
Kemenakertrans, BNP2TKI serta Bank BUMN di beberapa kantong TKI.
Melengkapi kegiatan edukasi perbankan, Bank Indonesia bekerjasama dengan
Worldbank melakukan survei program TabunganKu. Survei ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat terhadap program TabunganKu yang
telah dimulai pada tahun 2010. Sampai dengan November 2011, pelaksanaan
program TabunganKu telah mencapai 2.036.608 rekening dengan jumlah nominal
Rp2,11 triliun. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibanding posisi Januari 2011
yang mencapai 1.528.262 rekening dengan jumlah nominal Rp1,43 triliun.
2.3. Keuangan Inklusif (Financial Inclusion)
Dalam mendorong berjalannya fungsi intermediasi lembaga keuangan, perlu
ditingkatkan perluasan akses masyarakat terhadap layanan jasa lembaga keuangan
yang meliputi simpanan, kredit, sistem pembayaran dan asuransi. Untuk memastikan
tersedianya akses masyarakat terhadap keempat layanan jasa keuangan tersebut,
maka perlu dilakukan kegiatan keuangan inklusif di Indonesia yang menekankan
pentingnya peningkatan jalinan antara lembaga keuangan formal dan informal
dimana lembaga perbankan memegang peran penting didalamnya. Hal tersebut
selaras dengan kebijakan Pemerintah dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif serta berorientasi kepada kebijakan pembangunan yang pro
growth, pro job dan pro poor.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  43
Guna mendukung terwujudnya perluasan akses masyarakat terhadap layanan jasa
lembaga keuangan, Bank Indonesia bersama instansi terkait tengah merumuskan
Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Strategi Nasional Keuangan Inklusif merupakan
kebijakan untuk menjangkau masyarakat yang belum tersentuh sama sekali oleh
produk dan jasa keuangan yang paling dasar seperti menabung dan atau kredit dari
bank karena berbagai faktor. Secara lebih spesifik, kebijakan ini bertujuan untuk
mengurangi ketidakmampuan individu (unbanked dan unfinanced), sekelompok
orang atau komunitas terhadap akses dan penggunaan produk dan jasa keuangan
yang sesuai dengan kebutuhan dengan biaya murah.
Salah satu program yang tengah dikaji secara lebih mendalam adalah mendorong
penetrasi kredit kepada kalangan pengusaha pemula (start-up). Untuk itu, telah
dilakukan Focus Group Discussion mengenai hal tersebut pada tanggal 21 Desember
2011 dengan narasumber KADIN, HIPMI, Indofood, Rumah Zakat, BRI dan BPD Aceh.
2.4. Implementasi BASEL II dan Penyiapan BASEL III
Secara umum kerangka Basel II terdiri dari 3 (tiga) pilar, yaitu Pilar 1 kecukupan modal
minimum, Pilar 2 proses review oleh pengawas, dan Pilar 3 disiplin pasar. Fokus
pelaksanaan tugas pokok dan kebijakan Bank Indonesia terkait dengan implementasi
Basel II yang dilakukan selama triwulan IV 2011 di masing-masing pilar adalah sebagai
berikut:
Pilar 1 - terkait mekanisme perhitungan modal minimum bank yang lebih sensitif
terhadap risiko (risk sensitive), mencakup risiko kredit, risiko pasar dan risiko
operasional.
Dengan diterbitkannya ketentuan mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang
menurut risiko untuk risiko kredit17, maka bank diwajibkan untuk menghitung beban
modal risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar mulai Januari 2012.
Terkait kewajiban tersebut, Bank Indonesia sedang melakukan proses penyesuaian
baik dari segi teknis aplikasi maupun ketentuan pendukung.
Selain itu, Bank Indonesia juga telah menyempurnakan petunjuk teknis Lembaga
Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia18 dan mempublikasikan
updating daftar lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia pada
web site Bank Indonesia. Terkait penyempurnaan ketentuan mengenai risiko pasar
pendekatan standar dan risiko operasional pendekatan standar, Bank Indonesia telah
menyusun pokok-pokok rencana amandemen aturan yang telah dibahas secara
internal dan pada tahap selanjutnya akan dibahas dengan Working Group Basel II.
Pilar 2 - proses review yang dilakukan otoritas pengawasan, antara lain untuk
mengevaluasi aktivitas, manajemen risiko, dan profil risiko bank untuk menetapkan
17SE
Ekstern No. 13/6/DPNP tentang Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit dengan
Menggunakan Pendekatan Standar
18 No. 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia
44  BANK INDONESIA
apakah bank perlu mengalokasikan tambahan modal terkait dengan risiko yang
dihadapi
Sebagai tindak lanjut dari rangkaian diskusi dengan pihak internal maupun eksternal,
Bank Indonesia telah melakukan pembahasan dengan Working Group Basel II
mengenai pengaturan Pilar 2. Saat ini Bank Indonesia sedang menjajagi
penyempurnaan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum Bank
Umum dan proses penilaian kecukupan modal bank sesuai profil risiko. Pokok-pokok
penyempurnaan ketentuan tersebut dikaji secara lebih mendalam setelah memperoleh
masukan dari Working Group Basel II dan internal Bank Indonesia.
Pilar 3 - transparansi dan kewajiban bank untuk mengungkapkan informasi mengenai
manajamen risiko baik kuantitatif maupun kualitatif agar stakeholder memiliki
pemahaman yang cukup mengenai aktivitas yang dilakukan bank dan cara bank
mengelola risiko.
Menindaklanjuti Consultative Paper (CP) Pilar 3 yang telah didistribusikan kepada
perbankan, Bank Indonesia telah melakukan pembahasan dengan Working Group
Basel II. Rekomendasi atau pokok-pokok pengaturan Pilar 3 telah selesai disusun dan
akan menjadi bagian dari ketentuan Bank Indonesia mengenai Transparansi Kondisi
Keuangan Bank yang akan berlaku pada tahun 2012. Pemberlakuan ketentuan
tersebut sejalan dengan penerapan PSAK 60 (IFRS 7) mengenai pengungkapan
instrumen keuangan yang akan diberlakukan untuk penyusunan laporan keuangan
akhir Desember 2012. Selain itu, penyempurnaan ketentuan mengenai Transparansi
Kondisi Keuangan Bank akan dilakukan bersamaan dengan penyempurnaan
pengaturan lain didalamnya, seperti pengaturan akuntan publik.
Disamping pelaksanaan tugas pokok dan kebijakan yang terkait dengan implementasi
Basel II, Bank Indonesia juga telah menyempurnakan Struktur Anggota Working
Group Basel II yang telah dibentuk sejak tahun 2006. Penyempurnaan struktur
meliputi perluasan cakupan struktur dengan isu persiapan implementasi Basel III,
sehingga menjadi 6 sub group yaitu Sub Group Risiko Kredit, Sub Group Risiko Pasar
dan Risiko Likuiditas, Sub Group Risiko Operasional, Sub Group Pilar 2, Sub Group
Pilar 3 dan Sub Group Permodalan.
Dalam rangka persiapan implementasi Basel III, Bank Indonesia telah melaksanakan
comprehensive Quantitative Impact Study (QIS) terhadap 2 bank besar yang dipilih
menjadi responden. Hasil sementara QIS menunjukkan bahwa level pemenuhan
perbankan nasional terhadap standar permodalan dan likuiditas berada diatas angka
minimum yang dipersyaratkan. Comprehensive QIS rencananya akan dilaksanakan
secara rutin setiap semester untuk posisi Juni dan Desember. Secara bertahap QIS
akan mengikutsertakan lebih banyak bank untuk mendapatkan gambaran mengenai
dampak penerapan Basel III secara lebih komprehensif. Selain itu, Bank Indonesia juga
memonitor level permodalan seluruh perbankan sesuai konsep Basel III secara rutin
setiap bulan dengan menggunakan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU).
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  45
Sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus meningkatkan kepatuhan
terhadap standar internasional, telah dilakukan koordinasi dengan otoritas pengawas
di negara lain melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).
Selain MoU yang telah disepakati dengan beberapa otoritas pengawas di negara lain
(Bank Negara Malaysia dan Monetary Authority Singapore), pada triwulan IV 2011
Bank Indonesia sedang mempersiapkan MoU dengan beberapa otoritas terkait yaitu
dengan Financial Services Commission (FSC) Korea, Australian Prudential Regulation
Authority (APRA) dan Caymand Island Monetary Authority (CIMA).
Selain tu, dalam rangka memperkuat kerjasama dengan bank sentral dan otoritas
pengawasan bank negara lain, Bank Indonesia telah menyelenggarakan konferensi
internasional dengan tema “Dealing with the Challenges of Macro Financial Linkages
in Emerging Markets” pada tanggal 1 – 2 Desember 2011. Konferensi yang
diselenggarakan melalui kerjasama dengan World Bank diikuti peserta dari Bank
Sentral Negara ASEAN dan perwakilan negara-negara berkembang di Amerika, Asia
dan Afrika serta lembaga internasional seperti IMF dan World Bank.
Selanjutnya, dalam rangka kaderisasi kelompok pengawas spesialis dan sebagai tindak
lanjut dari program persiapan risk specialist (market risk specialist dan credit risk
specialist) yang dilakukan pada tahun sebelumnya, telah dilaksanakan attachment
program credit risk dan market risk specialist ke Deutsche Bank AG, JP Morgan Chase
Bank dan Hong Kong Monetary Authority pada bulan Oktober dan November 2011.
2.5. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum
Terciptanya perbankan yang sehat dan kuat di satu sisi, dan perbankan yang dapat
menjalankan fungsi intermediasinya secara efektif dan efisien di sisi lainnya,
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan Dalam rangka menjaga ketahanan
perbankan serta mengoptimalkan peran perbankan sebagai lembaga intermediari,
ditengah kondisi perekonomian global yang memburuk, Bank Indonesia
meningkatkan intensitas pengawasan bank. Bank Indonesia melakukan pengawasan
melalui pemantauan likuiditas yang dimiliki bank terutama likuiditas valas melalui
pemantauan rekening vostro, Posisi Devisa Neto (PDN) dan proyeksi arus kas. Upaya
tersebut guna mengantisipasi dampak krisis keuangan yang terjadi di AS dan sebagian
Eropa (Yunani, Italia, Portugal, Spanyol, dan Perancis). Pemantauan likuiditas
dilakukan secara harian dengan memantau pergerakan liquidity reserve yang dimiliki
bank, baik primary, secondary maupun tertiary reserve guna melihat kemampuan
likuiditas bank dalam memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo, termasuk
kemungkinan penarikan DPK dalam jumlah yang cukup besar. Secara umum, kondisi
likuiditas perbankan nasional masih terkendali sebagaimana tercermin dari indikatorindikator keuangan yang masih di atas batas minimal. Selama tahun 2011, alat likuid
perbankan terjaga dengan baik yang ditunjukkan dengan kemampuan perbankan
dalam memenuhi ketentuan GWM baik rupiah maupun valas.
46  BANK INDONESIA
Selain itu, fokus pengawasan bank yang dilakukan Bank Indonesia pada triwulan IV
2011 adalah melakukan monitoring upaya perbaikan, khususnya untuk bank dalam
pengawasan intensif sesuai action plan dan monitoring realisasi Rencana Bisnis Bank
2011.
Guna menjaga kualitas pelayanan, keamanan dan perlindungan bagi nasabah, pada
pertengahan tahun 2011, Bank Indonesia telah melakukan evaluasi terhadap standard
operating procedur (SOP) dan pengendalian intern pelaksanaan kegiatan private
banking/wealth management. Hal ini dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya
kembali fraud yang disebabkan karena kelemahan SOP dan pengendalian intern bank.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia meminta bank-bank untuk sementara waktu
menghentikan penerimaan nasabah baru hingga perbankan melakukan pembenahan
secara menyeluruh. Selanjutnya, mempertimbangkan hasil evaluasi pembenahan yang
telah dilakukan oleh perbankan, Bank Indonesia mengizinkan kembali perbankan
untuk menerima nasabah baru private banking/wealth management. Terkait hal
tersebut, Bank Indonesia juga memperkuat aspek pengaturan perbankan dengan
menerbitkan ketentuan pelaksanaan mengenai layanan nasabah prima.
Selanjutnya, dengan telah disetujuinya Rancangan Undang-Undang (RUU) Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada Rapat Paripurna DPR-RI pada tanggal 27 Oktober 2011 dan
diberlakukannya UU OJK pada tanggal 22 November 2011, fungsi pengawasan bank
yang bersifat microprudential yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia, dialihkan
ke OJK. Dengan beralihnya fungsi pengawasan bank dimaksud, Bank Indonesia tetap
melakukan kegiatan di bidang macroprudential dengan melakukan fungsi surveillance
risiko sistemik guna menjaga dan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.
Untuk kepentingan ini, Bank Indonesia akan melakukan surveillance kepada sektor
keuangan terutama bank, pemeriksaan dalam rangka macroprudential,
pengembangan sektor keuangan serta berkoordinasi dalam rangka pencegahan dan
penanganan krisis.
Selain penguatan fungsi di bidang macroprudential dimaksud, Bank Indonesia telah
mempersiapkan beberapa langkah persiapan pengalihan fungsi pengawasan bank ke
OJK, yaitu :
1.
Melakukan finalisasi Contingency Plan fungsi pengalihan untuk selanjutnya
dilakukan pembahasan dengan Kemenkeu & Bapepam – LK yang terkait dengan
SDM dan organisasi, data dan informasi, logistik serta dokumen/arsip.
2.
Melakukan pembentukan Tim Persiapan Pengalihan Pengawasan Bank, yang
selanjutnya akan bergabung dengan Tim Transisi yang dibentuk bersama-sama
dengan Kemenkeu & Bapepam – LK.
2.6. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah
Untuk mendukung pelaksanaan kerjasama dengan negara lain terkait dengan
perbankan syariah, telah diselenggarakan beberapa kegiatan internasional. Kegiatan
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  47
tersebut meliputi Developing Eigth (D-8) International workshop on Islamic
microfinance di Jakarta pada bulan November 2011 dan focus group discussion (FGD)
terkait perbankan syariah di negara teluk (GCC) bersama Kementerian Luar Negeri.
Selain itu, Bank Indonesia memfasilitasi kunjungan delegasi UAE Islamic Financial
Services ke Indonesia dan terlibat aktif dalam pertemuan Islamic Financial Stability
Board (IFSB) maupun International Islamic Liquidity Management (IILM).
Selain kegiatan yang berskala internasional, Bank Indonesia juga melaksanakan Forum
Riset Perbankan Syariah (FRPS) keempat pada bulan Desember 2011 di Universitas
Padjadjaran Bandung. Kegiatan ini merupakan kerja sama dengan Pengurus Pusat
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan Presidium
Pusat Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FOSSEI). Bank Indonesia juga
melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama mengenai dana haji pada bank
syariah. Selanjutnya dalam rangka pengembangan produk syariah, Bank Indonesia
telah melakukan kerjasama dengan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
dan Ikatan Akuntan Indonesia melalui working group.
Bank Indonesia juga telah mengembangkan aplikasi Early Warning System (EWS) bagi
BPRS, dan mengembangkan aplikasi stress testing RBB bagi Bank Syariah yang akan
digunakan sebagai analisa RBB tahun 2012. Adapun ketentuan perbankan syariah
yang telah dikeluarkan pada triwulan IV 2011 adalah ketentuan mengenai
Manajemen Risiko bagi BUS dan UUS.
Meskipun profil risiko perbankan syariah secara umum tergolong moderat dan
didukung kecukupan permodalan yang memadai, Bank Indonesia tetap meminta bank
agar selalu meningkatkan kualitas manajemen risiko dan sistem pengendalian internal,
serta memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam operasional
bank. Pemeriksaan difokuskan pada aspek risiko operasional, risiko kredit, kepatuhan
penerapan prinsip syariah, dan good corporate governance.
2.7. Kebijakan dan Pengawasan BPR
Sejalan dengan implementasi API, Bank Indonesia melakukan pembenahan industri
BPR melalui penyusunan business model BPR dan generic model APEX BPR.
Penyusunan business model BPR tersebut diharapkan dapat mendorong pendirian
BPR yang sehat, berkesinambungan dan berperan dalam pengembangan
perekonomian daerah. Terdapat 6 aspek utama dalam Business Model BPR yang
meliputi aspek pemilik, kinerja keuangan dan permodalan, lokasi dan wilayah
operasional, strategi bisnis, manajemen dan SDM, serta hubungan dengan
masyarakat. Adapun melalui generic model APEX BPR diharapkan dapat memperkuat
infrastruktur pendukung industri BPR dan mendorong implementasi BRC.
Selanjutnya guna memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan daya saing
BPR, Bank Indonesia juga telah mengkaji penetapan modal disetor dan pembagian
48  BANK INDONESIA
wilayah pendirian BPR. Selain itu, untuk menunjang kualitas pengawasan BPR, Bank
Indonesia telah menyempurnakan petunjuk teknis pelaksanaan pemeriksaan BPR.
2.8. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM
Menyadari peranan UMKM yang strategis dalam perekonomian nasional, Bank
Indonesia turut berupaya mendorong pertumbuhan sektor UMKM dari sisi permintaan
dan penawaran yang dilakukan melalui koordinasi dengan pihak lain.
Sejalan dengan upaya mendukung intermediasi perbankan kepada sektor mikro, kecil
dan menengah (MKM), Bank Indonesia terus mendorong pengembangan Linkage
Program melalui kerjasama antara Bank Umum dan BPR. Sampai dengan Oktober
2011, outstanding kredit melalui linkage program mencapai Rp4,36 triliun, yang
dilakukan oleh 54 Bank Umum melalui 741 BPR.
Selanjutnya guna meningkatkan kapasitas pelaku UMKM, Bank Indonesia melakukan
berbagai program diantaranya (i). pemberian bantuan teknis melalui MoU antara Bank
Indonesia dengan Kabupaten Belu (NTT) dan Kabupaten Nunukan (Kaltim), (ii).
mengembangkan klaster nasional untuk komoditas penyumbang inflasi yaitu cabai
merah, bawang merah dan jarak di 9 (sembilan) Kantor Bank Indonesia (KBI) serta (iii).
mengembangkan klaster daerah di seluruh KBI untuk berbagai komoditas yakni kain
bordir, konveksi, bordir tas, rumput laut, padi, cabai, jamur, jagung, kakao, kopi, lele
dan sapi. Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan bantuan teknis melalui
sosialisasi, Focus Group Discussion (FGD), fasilitasi peningkatan budidaya melalui
pelaksanaan pendampingan, pelatihan Good Agriculture Practices (GAP), Training of
Trainer, pameran, bazar intermediasi perbankan, fasilitasi kemitraan dan penguatan
kelompok tani.
Bank Indonesia juga meneruskan kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan
Perikanan sebagai tindak lanjut MoU Percepatan Pengembangan Sektor Kelautan dan
Perikanan Sebagai Salah Satu Sektor Unggulan Dalam Perekonomian Indonesia. Dalam
kerangka kerjasama tersebut telah disepakati komitmen untuk mendukung program
minapolitan; pengembangan pola pembiayaan bapak-anak angkat; rencana
perpanjangan
Perjanjian
Kerjasama
Pengembangan
Konsultan
Keuangan/Pendampingan UMKM Mitra Bank (KKMB) dan Penyusunan Buku Pola
Pembiayaan Produk/Jasa Sektor Kelautan dan Perikanan; serta pilot project
pembiayaan perikanan di wilayah Jabodetabek.
Sebagai tindak lanjut MoU antara Bank Indonesia dengan Kementerian Pertanian,
Bank Indonesia telah memfasilitasi kegiatan sosialisasi kredit program, khususnya
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS),
melakukan
kajian/penelitian
terkait
penyaluran
kredit
program
guna
menyempurnakan skema kredit program.
Selain memberikan bantuan teknis dan kerjasama antar instansi, Bank Indonesia juga
melakukan penelitian dan kajian terkait dengan UMKM. Terkait dengan upaya
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  49
meningkatkan kesejahteraan debitur dan kualitas kredit bagi BPR, Bank Indonesia
melakukan penelitian ‘Pemetaan dan Identifikasi Kebutuhan Peningkatan Kapasitas
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Provinsi Jawa Barat”. Selanjutnya dalam upaya
peningkatan penyaluran kredit kepada sektor Riil dan UMKM, Bank Indonesia juga
melakukan penelitian komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan di 12 provinsi.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Bank Indonesia terkait dengan pola
pembiayaan atau lending model pola pembiayaan konvensional untuk 6 komoditi dan
pola pembiayaan syariah untuk 2 komoditi, penelitian Peta Sektor Utama Regional di 9
Kantor Koordinator Bank Indonesia (KKBI).
Terkait pembangunan infrastruktur akses pembiayaan UMKM, Bank Indonesia juga
menyusun kajian untuk mendorong penyaluran kredit perbankan ke sektor UMKM.
Kajian tersebut selanjutnya akan dirumuskan dalam bentuk pengaturan.
Selanjutnya, sebagai mitra kerja Komite Kebijakan KUR, Bank Indonesia turut
memfasilitasi program kerja peningkatan penyaluran KUR, terutama pada sektor
prioritas (Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Industri Pengolahan). Beberapa
kegiatan yang dilakukan terkait dengan penyaluran KUR antara lain fasilitasi dan
sosialisasi KUR serta mendorong peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam
penyediaan calon debitur KUR di beberapa wilayah (Manado, Ambon, Bogor dan
Palangkaraya).
Guna memberikan layanan berbagai informasi mengenai UMKM, Bank Indonesia juga
memperbaharui menu informasi pada website Bank Indonesia. Dengan adanya menu
informasi UMKM tersebut, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi seluruh
stakeholders serta sebagai wujud peran Bank Indonesia dalam upaya pemberdayaan
sektor riil dan UMKM.
2.9. Perizinan dan Informasi Perbankan
Sebagai bagian dari penguatan infrastruktur keuangan di Indonesia dan mendukung
efisiensi penyediaan dana di industri perbankan, Bank Indonesia secara
berkesinambungan melakukan upaya pernyempurnaan penyelenggaraan Sistem
Informasi Debitur (SID). Guna meningkatkan performa sistem secara keseluruhan dan
kualitas data yang tercatat di database SID, sejak September 2011 Bank Indonesia
telah mengimplementasikan sistem aplikasi SID yang baru. Selain itu, guna
meningkatkan akurasi data dalam SID, Bank Indonesia melanjutkan program
intensifikasi pembersihan data SID yang telah dilakukan sejak 2010. Dalam rangka
memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga reputasi
kredit, Bank Indonesia melakukan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi.
Hingga akhir tahun 2011, jumlah pelapor SID tercatat sebanyak 120 Bank Umum,
1.088 BPR, dan 15 Perusahaan Pembiayaan (PP) dengan total kantor pelapor
mencapai 5.607 kantor. Jumlah tersebut mengalami peningkatan lebih dari 500
kantor pelapor dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2010.
50  BANK INDONESIA
Adapun dari sisi data debitur, selama tahun 2011 penambahan jumlah debitur baru di
SID setiap bulan rata-rata mencapai 750 ribu debitur. Dengan penambahan jumlah
debitur tersebut, pada akhir 2011 tercatat sebanyak 56 juta debitur pada SID dengan
jumlah 103 juta data fasilitas. Dari sisi permintaan Informasi Debitur Individual (IDI)
juga mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata permintaan IDI setiap bulan
pada tahun 2011 mencapai 3,5 juta permintaan.
Selanjutnya dalam rangka menciptakan pengelolaan perbankan yang sehat, Bank
Indonesia melaksanakan Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and proper test)
terhadap calon Pemegang Saham Pengendali (PSP), anggota Dewan Komisaris dan
Direksi termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor
perwakilan. Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan perizinan kelembagaan bank
yang mencakup perubahan jaringan kantor, rencana akuisisi, perubahan penggunaan
izin usaha akibat perubahan nama bank, penunjukan menjadi bank umum devisa, dan
perubahan bentuk badan hukum. Hal tersebut sebagai bagian dalam mendukung
operasional bank agar sesuai dengan Rencana Bisnis Bank. Kegiatan perizinan yang
telah dilakukan Bank Indonesia selama tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010
adalah sebagaimana Tabel 3.3
Tabel 3.3
Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2010-2011
Quartal to Quartal
No
JENIS KEGIATAN
PELAKSANAAN FIT & PROPER TEST
1.
PSP
2.
Dewan Komisaris
3.
Direksi (termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan
pemimpin kantor perwakilan)
JARINGAN KANTOR
1.
Pembukaan
a. Kantor Wilayah (Kanwil)
b. Kantor Cabang (KC)
c. Kantor Cabang Pembantu (KCP)
d. Kantor Fungsional (KF)
2.
Penutupan
a. Izin usaha
b. Kantor Perwakilan
c. Kantor Cabang (KC)
d. Kantor Cabang Pembantu (KCP)
e. Kantor Fungsional (KF)
3.
Pemindahan Alamat
a. Kantor Pusat (KP)
b. Kantor Wilayah (kanwil)
c. Kantor Cabang
d. Kantor Cabang Pembantu
e. Kantor Fungsional
f. Kantor Perwakilan Bank
4.
Perubahan Status
a. Peningkatan Status
- KCP menjadi KC
- KK menjadi KCP
b. Penurunan Status
- KC menjadi Kantor Kas
- KC menjadi KCP
5.
Perubahan Penggunaan Izin Usaha (Perubahan nama)
Year to Year
2011
2010
2011
Tw III
Tw IV
Jan - Des
Jan - Nov
4
20
0
17
11
82
9
84
52
14
159
112
3
20
49
34
2
32
65
2
4
63
290
80
14
92
224
46
1
0
1
1
7
0
1
1
2
2
0
1
16
36
0
1
1
6
9
9
0
0
6
25
1
0
1
1
3
43
7
0
3
1
24
99
0
0
1
3
15
91
5
1
3
9
10
1
10
39
22
39
0
2
1
0
6
4
0
2
3
1
51
6
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  51
2.10. Investigasi dan Mediasi Perbankan
Dalam rangka mewujudkan law enforcement di bidang perbankan, Bank Indonesia
telah melakukan tindak lanjut penanganan terhadap kasus-kasus yang diduga
mengandung tindak pidana perbankan (Tipibank). Selama triwulan IV 2011 telah
dilakukan investigasi terhadap kasus-kasus yang diduga mengandung Tipibank
sebanyak 18 kasus yang terjadi pada 10 kantor bank (Tabel 3.4). Dibandingkan
dengan triwulan III 2011 yang menangani 23 kasus pada 15 kantor bank, terdapat
penurunan jumlah kasus yang diterima dan diinvestigasi pada triwulan IV 2011.
Tabel 3.4
Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank
Periode Triwulan IV – 2011 (Oktober – Desember 2011)
Keterangan
Bank Umum
Jumlah
Jumlah
Kantor
Kasus
Bank
BPR
Jumlah
Jumlah
Kantor
Kasus
Bank
TOTAL
Jumlah
Kasus
Kantor
Bank
1. Jumlah yang masih dalam proses pada periode
sebelumnya *)
22
9
21
13
43
22
2. Jumlah yang dilakukan investigasi
5
3
13
7
18
10
3. Jumlah yang dilaporkan kepada penyidik
11
3
15
7
26
10
4. Jumlah yang dalam proses investigasi
16
9
19
13
35
22
*)Data Disesuaikan
Terhadap kasus-kasus Tipibank yang telah memenuhi bukti permulaan yang cukup,
sesuai dengan mekanisme SKB Gubernur Bank Indonesia, Kepala Kepolisian Negara RI,
dan Jaksa Agung RI tentang Kerjasama Penanganan Tipibank, tindak lanjut
penyelesaian kasus tersebut dibahas dalam Rapat Tim SKB. Rapat Tim SKB dimaksud
telah menyepakati kasus-kasus dimaksud dilaporkan kepada penyidik. Selama triwulan
IV 2011 telah dilaporkan sebanyak 26 kasus pada 10 kantor bank. Secara keseluruhan
tahun 2011, telah dilakukan investigasi sebanyak 45 kasus yang terjadi pada 28
kantor bank. Dari jumlah tersebut, kasus Tipibank yang telah dilaporkan kepada
penyidik sebanyak 33 kasus pada 13 kantor bank. (Tabel 3.5).
Tabel 3.5
Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank
Periode 2011 (Januari– Desember 2011)
Keterangan
Bank Umum
Jumlah
Jumlah
Kantor
Kasus
Bank
BPR
Jumlah
Jumlah
Kantor
Kasus
Bank
TOTAL
Jumlah
Kasus
Kantor
Bank
1. Jumlah yang masih dalam proses pada periode
sebelumnya *)
11
1
12
6
23
7
2. Jumlah yang dilakukan investigasi
18
12
27
16
45
28
3. Jumlah yang dilaporkan kepada penyidik
13
4
20
9
33
13
4. Jumlah yang dalam proses investigasi
16
9
19
13
35
22
*)Data Disesuaikan
52  BANK INDONESIA
Secara kumulatif sejak tahun 1999 sampai dengan akhir tahun 2011, perkembangan
penyelesaian kasus dugaan Tipibank yang telah dilaporkan kepada penyidik dan
sebarannya sebagai berikut (Grafik 3.2 dan 3.3):
Grafik 3.2
Perkembangan Penanganan Kasus Tipibank
Di Penegak Hukum (Tahun 1999 s.d. 2011)
Grafik 3.3
Sebaran Tindak Pidana Perbankan
Dalam penanganan kasus Tipibank, terdapat beberapa faktor yang menghambat
penanganan kasus antara lain pelaku Tipibank termasuk dalam kategori Daftar
Pencarian Orang (DPO), identitas saksi tidak jelas, dokumen asli tidak ditemukan,
daluwarsa, maupun bank sudah dilikuidasi.
Dalam upaya memperlancar, mempercepat, dan mengoptimalkan penanganan dugaan
Tipibank, Bank Indonesia melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi terkait.
Koordinasi tersebut dilakukan dengan membantu penegak hukum melalui berbagai
kegiatan sosialisasi/pelatihan, asistensi, rapat koordinasi, menyediakan tenaga ahli, dan
menjadi saksi di Pengadilan, serta meningkatkan koordinasi dengan pihak Kepolisian
dan Kejaksaan. Selanjutnya, dalam kerangka kerjasama penanganan Tipibank, Bank
Indonesia, Kepolisian Negara RI, dan Kejaksaan RI menyepakati untuk
menyempurnakan SKB tentang Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang
Perbankan menjadi Nota Kesepahaman tentang Koordinasi Penanganan Tindak Pidana
Perbankan19 yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan20. Beberapa hal pokok yang
diatur dalam Nota Kesepahaman dan Petunjuk Pelaksanaan tersebut adalah mengenai
ruang lingkup koordinasi, organisasi dan tugas Tim Koordinasi, serta pelaksanaan
koordinasi.
Selain melakukan koordinasi dengan instansi penegak hukum, Bank Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) guna memperlancar
dan mengoptimalkan pelaksanaan investigasi pada bank yang dicabut izin usahanya.
Kerjasama tersebut diwujudkan dengan menyepakati penambahan mekanisme
19
Nota Kesepahaman No. 13/104/KEP.GBI/2011, Nomor : B/31/XII/2011 dan Nomor : Kep-261/A/JA/12/2011
Petunjuk Pelaksanaan Nomor 13/10/KEP.DpG/2011, Nomor: B/4768/XII/2011/Bareskrim, Nomor : Kep-04/E/EJP/12/2011
dan Nomor : Juk 12/F/Fsp/12/2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perbankan
20
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  53
penanganan dugaan Tipibank pada bank yang dicabut izin usahanya. Beberapa hal
pokok yang diatur dalam kerjasama tersebut antara lain kelengkapan dokumen
pendukung, pendampingan selama pelaksanaan investigasi, pembahasan hasil
investigasi, perkembangan penanganan Tipibank, dan pembiayaan pelaksanaan
investigasi.
Disamping melakukan fungsi investigasi, Bank Indonesia juga melaksanakan fungsi
mediasi perbankan. Sengketa yang paling banyak diajukan adalah sengketa produk
penyaluran dana, diikuti sengketa terkait dengan produk sistem pembayaran (Grafik
3.4). Adapun sengketa produk penyaluran dana didominasi dengan permohonan
restrukturisasi kredit baik KK maupun KMK. Sementara itu, kartu kredit mendominasi
jenis produk sengketa sistem pembayaran, dengan semakin banyaknya penggunaan
kartu kredit yang hilang oleh orang lain yang tidak berhak.
Grafik 3.4
Sengketa Perbankan Berdasarkan Jenis Produk
Periode s.d. Triwulan IV 2011
Total permohonan penyelesaian sengketa pada tahun 2011 sebanyak 510 sengketa,
atau meningkat 83% dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 278 sengketa.
Peningkatan tersebut didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
keberadaan mediasi perbankan yang difasilitasi Bank Indonesia serta tingginya
ekspektasi masyarakat terhadap eksistensi Bank Indonesia terkait perlindungan
nasabah. Selama tahun 2011, penanganan permohonan penyelesaian sengketa yang
diajukan oleh nasabah adalah sebagaimana Tabel 3.6
54  BANK INDONESIA
Tabel 3.6
Sengketa Perbankan 2011Berdasarkan Jenis Produk
Pengaduan/Sengketa
Jenis Produk
Tw I
Penghimpunan Dana
Tw II
Tw III
% pengaduan
Tw IV
Total
berdasarkan jenis
produk
7
14
9
17
47
9
Penyaluran Dana
43
62
51
90
246
48
Sistem Pembayaran
26
67
58
55
206
40
Produk Kerjasama
1
1
0
2
4
1
Produk Lainnya
1
1
1
1
4
1
Diluar permasalahan produk perbankan
1
0
0
1
3
1
79
145
119
167
510
100
Total
Selain melakukan tugas investigasi dan mediasi, Bank Indonesia turut berpartisipasi
aktif memfasilitasi perbankan dalam melakukan penyempurnaan Bye Laws
Pemblokiran Rekening Simpanan Nasabah. Selanjutnya, untuk mencegah penggunaan
produk dan/atau jasa bank sebagai sarana penipuan serta menentukan upaya yang
paling tepat dalam memberikan perlindungan kepada nasabah, telah dilakukan rapat
koordinasi Working Group Mediasi Perbankan (WGMP). Melalui rapat koordinasi
tersebut, 12 Pimpinan Perbankan anggota WGMP berkomitmen untuk memberikan
perlindungan nasabah yang lebih baik. Hal ini sebagai tindak lanjut atas maraknya
pengiriman Short Message Service (SMS) kepada masyarakat dengan modus penipuan
menggunakan rekening bank yang diduga dibuka menggunakan identitas tidak
benar.
3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang
3.1. Keandalan dan Efisiensi Sistem Pembayaran
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran selama tahun 2011 tetap
difokuskan pada upaya peningkatan efisiensi, keamanan dan keandalan sistem
pembayaran dengan memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Hal ini dilakukan
baik terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun
terhadap penyelenggara sistem pembayaran di luar Bank Indonesia.
Selama tahun 2011 Bank Indonesia melanjutkan serangkaian kegiatan pengembangan
infrastruktur sistem pembayaran yang meliputi pembentukan National Payment
Gateway (NPG), pengembangan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II,
pengembangan sistem penatausahaan rekening Pemerintah, standardisasi kartu
ATM/Debet berbasis chip, dan standardisasi uang elektronik. Perkembangan kegiatan
dari masing-masing kegiatan pada triwulan IV 2011 adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan National Payment Gateway (NPG)
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  55
Pada triwulan IV 2011 Bank Indonesia melanjutkan proses pembentukan NPG
dengan melakukan finalisasi aspek teknis dan bisnis NPG. Beberapa hal pokok
yang dibahas antara lain mekanisme penyelesaian akhir, fee dan charges, cakupan
layanan, jadwal implementasi. Hal ini merupakan kelanjutan kegiatan pada
periode sebelumnya yang membahas mengenai kelembagaan dan kepemilikan
institusi serta model NPG.
2. Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II
Melanjutkan program pengembangan BI-RTGS dan BI-SSS Generasi II, Bank
Indonesia telah mengadakan pertemuan dengan Working Group (WG) peserta BIRTGS dan BI-SSSS. Dalam pertemuan tersebut, selain disampaikan informasi
mengenai perkembangan proyek, juga diinformasikan mengenai kebijakan
penggunaan jaringan komunikasi dan infrastruktur teknologi informasi yang harus
dipersiapkan oleh peserta. Sejalan dengan tahapan pengembangan sistem, Bank
Indonesia juga telah melakukan pemetaan ketentuan yang akan mengalami
perubahan sehubungan dengan dilakukannya pengembangan sistem BI-RTGS dan
BI-SSSS Generasi II.
3. Pengembangan Sistem Penatausahaan Rekening Pemerintah
Pada triwulan IV 2011 tahapan pengembangan sistem Government Electronic
Banking (BIG-eB) dan elektronisasi penatausahaan rekening Pemerintah telah
dilanjutkan pada penyelesaian penyusunan kebutuhan bisnis pengembangan.
Proses tersebut dilakukan setelah pada triwulan III 2011 Bank Indonesia berhasil
melakukan ujicoba koneksi antara sistem BIG-eB denganSistem Perbendaharaan
dan Anggaran Negara (SPAN) yang dioperasikan oleh Kementerian Keuangan
untuk penatausahaan anggaran Negara, pada triwulan. Selanjutnya pada awal
tahun 2012 direncanakan akan dilaksanakan User Acceptance Test (UAT).
4. Standardisasi Kartu ATM/Debet Berbasis Chip
Sejalan dengan upaya meningkatkan efisiensi transaksi, keandalan sistem
pembayaran dan memperkuat infrastruktur teknologi sistem pembayaran, Bank
Indonesia terus melanjutkan rencana penetapan standar nasional kartu
ATM/Debet. Setelah pada periode sebelumnya dilakukan pengembangan fungsi
key management dan pengujian terhadap aspek keamanan dari chip yang
digunakan, pada triwulan IV 2011 telah dilakukan sosialisasi secara khusus kepada
komunitas pelaku industri kartu ATM/debet. Selain itu, Bank Indonesia juga
memonitor penyampaian laporan implementasi migrasi yang mulai dilakukan oleh
bank pada akhir Desember 2011.
5. Standarisasi Uang Elektronik
Sebagai tindak lanjut pengembangan interoperabilitas dalam industri uang
elektronik, pada periode laporan telah dilakukan penandatanganan Kesepakatan
Bersama oleh Gubernur Bank Indonesia, Menteri Perhubungan, dan Menteri
56  BANK INDONESIA
Komunikasi dan Informatika. Kesepakatan Bersama tentang kebijakan dan standar
interkoneksi dan interoperabilitas uang elektronik di sektor transportasi
dimaksudkan sebagai dasar dalam melakukan koordinasi penyusunan kebijakan
dan standar uang elektronik di sektor transportasi. Ruang lingkup kegiatan yang
akan dilakukan meliputi 4 hal pokok yaitu (i). koordinasi dan sinkronisasi kegiatan;
(ii). perencanaan, penetapan, dan harmonisasi kebijakan dan regulasi; (iii).
sosialisasi dan pengembangan penggunaan e-money; dan (iv). monitoring,
pembinaan, dan evaluasi penggunaan e-money di sektor transportasi.
Selanjutnya dalam rangka koordinasi dengan industri sistem pembayaran, Bank
Indonesia juga telah melakukan pertemuan dengan beberapa penerbit uang
elektronik sektor perbankan. Selain itu, juga telah dilakukan pembahasan awal
konsep framework interoperability uang elektronik dengan Working Group Uang
Elektronik Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).
Disamping melakukan kegiatan pengembangan infrastruktur sistem pembayaran,
pada triwulan IV 2011 Bank Indonesia juga melakukan beberapa kegiatan untuk
mendukung operasional sistem pembayaran sebagai berikut:
1. Dukungan operasional sistem pembayaran untuk mengakomodir peningkatan
transaksi akhir tahun.
Selama periode libur Natal dan akhir tahun, kebijakan di sisi penyelenggaraan
sistem pembayaran adalah memperpanjang layanan waktu operasional kepada
perbankan. Hal ini dimaksudkan agar perbankan dapat melayani kebutuhan
penyelesaian transaksi nasabah dan Pemerintah. Pada minggu terakhir sebelum
tutup buku akhir tahun, terjadi peningkatan transaksi yang sangat tinggi. Hal
tersebut menyebabkan diperlukannya tambahan waktu operasional sistem
pembayaran. Pada minggu tersebut kenaikan transaksi pada BI-RTGS mencapai
21% dan SKNBI mencapai 24% di atas rata-rata transaksi harian normal.
2. Interkoneksi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) antara BCA dengan Bank Mandiri
Guna mewujudkan layanan sistem pembayaran yang memudahkan masyarakat
untuk melakukan transaksi keuangan, Bank Indonesia mendorong interkoneksi
ATM antara 2 bank besar yang memiliki jangkauan luas layanan pembayaran di
Indonesia yakni BCA dan Bank Mandiri. Terkait hal tersebut, pada triwulan IV 2011
telah dilaksanakan pertemuan antara Bank Indonesia dengan BCA dan Bank
Mandiri. Rencana interkoneksi tersebut semakin dekat untuk diwujudkan dengan
telah diselesaikannya proses User Acceptance Test (UAT) dan System Integration
Test (SIT) dengan jaringan ATM Prima oleh Bank Mandiri pada triwulan IV 2011.
Selanjutnya, implementasi interkoneksi akan dilakukan pada Januari 2012.
Selain melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mendorong keandalan dan efisiensi
sistem pembayaran, Bank Indonesia juga mendorong peningkatan pelayanan dan
keamanan sistem pembayaran baik pembayaran nilai besar maupun retail melalui :
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  57
1. Penerbitan ketentuan mengenai Implementasi Chip Pada Kartu ATM/Debet
Pada triwulan IV 2011, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan yang mengatur
tentang implementasi teknologi chip pada kartu ATM dan kartu debet. Dengan
berlakunya ketentuan ini, penerbit kartu ATM/Debet diwajibkan untuk
mengoperasikan kartu ATM/Debet dengan sistem chip paling lambat tanggal 31
Desember 2015.
2. Finalisasi penyempurnaan ketentuan mengenai Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK)
Guna meningkatkan aspek kehati-hatian dalam penyelenggaraan kegiatan APMK
dan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan yang lebih baik bagi nasabah
APMK, bank Indonesia tengah menyelesaikan penyempurnaan ketentuan
mengenai APMK. Beberapa materi penyesuaian mencakup persyaratan untuk
memperoleh kartu kredit, penggunaan jasa pihak lain dalam penyelenggaraan
APMK khususnya dalam pelaksanaan penagihan kartu kredit, pola perhitungan
bunga, pengenaan fee dan denda. Selanjutnya, ketentuan tersebut direncanakan
untuk diterbitkan pada awal tahun 2012.
3. Penyusunan Kajian Identifikasi Kebutuhan Sistem Pembayaran di Daerah
Perbatasan dan Terpencil
Guna memberikan layanan sistem pembayaran yang lebih baik bagi masyarakat
Indonesia termasuk di daerah perbatasan dan terpencil, Bank Indonesia tengah
melakukan kajian intensitas penggunaan mata uang rupiah dan identifikasi
kebutuhan sistem pembayaran. Mengawali kegiatan tersebut, pada triwulan IV
2011 Bank Indonesia telah melakukan survei di daerah terpencil dan perbatasan
serta menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholder di
daerah-daerah. Selanjutnya hasil survei dan FGD tersebut akan digunakan sebagai
informasi pendukung dalam proses finalisasi kajian.
3.2. Pengedaran Uang
Beberapa isu strategis selama triwulan IV 2011 yang terkait dengan pengedaran uang
yakni terkait upaya pemenuhan kebutuhan uang kartal dalam rangka Natal dan tahun
baru serta penutupan tahun anggaran 2011, upaya koordinasi dengan Pemerintah
sebagai tindak lanjut pemberlakukan Undang-Undang tentang Mata Uang serta
pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu.
1. Pemenuhan Uang Kartal Menghadapi Natal dan Tahun Baru serta Penutupan
Tahun Anggaran 2011
Kebutuhan uang layak edar pada bulan Desember 2011 mengalami peningkatan
signifikan sehubungan dengan perayaan Natal dan tahun baru serta kebutuhan
tutup tahun anggaran 2011. Selama periode tersebut jumlah outflows uang layak
edar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat mencapai Rp56,7 triliun
58  BANK INDONESIA
atau meningkat 124,8% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jumlah
tersebut mengalami peningkatan sebesar 33,5% dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Meskipun terjadi peningkatan outflows yang
signifikan, Bank Indonesia dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di seluruh
wilayah di Indonesia dengan lancar dan tepat waktu. Kelancaran pemenuhan
kebutuhan uang ditunjang upaya Bank Indonesia dengan menyusun rencana
pemenuhan kebutuhan uang, meningkatkan distribusi uang serta memenuhi
persediaan uang di seluruh wilayah kerja Kantor Bank Indonesia.
2. Tindak Lanjut Undang-undang Tentang Mata Uang
Menindaklanjuti amanat Undang-undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang,
diperlukan beberapa penyesuaian pelaksanaan tugas dan kewenangan Bank
Indonesia di bidang pengedaran uang. Penyesuaian antara lain terkait dengan (i).
kewenangan mengeluarkan, mengedarkan, mencabut dan menarik uang rupiah;
(ii). koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam menetapkan
pecahan uang, bahan baku uang, perencanaan, pencetakan, pemusnahan uang;
serta (iii). koordinasi dan pembentukan badan pemberantasan rupiah palsu.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada triwulan IV 2011 Bank Indonesia telah
melaksanakan beberapa kegiatan koordinasi dengan Pemerintah sebagai berikut:
a.
Menyepakati penyusunan nota kesepahaman tentang koordinasi perencanaan
dan pencetakan, serta pemusnahan rupiah yang akan ditandatangani pada
awal tahun 2012.
b. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah yang dipimpin oleh Kementerian
Keuangan dalam rangka memberikan informasi mengenai proses pengolahan
dan pemusnahan uang di Bank Indonesia.
c.
Melakukan pembahasan mengenai Pembentukan Badan Koordinasi
Pemberantasan Uang Palsu yang melibatkan instansi terkait yaitu Badan
Intelijen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung,
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia
Selain kegiatan tersebut di atas, Bank Indonesia juga tetap melanjutkan langkah
kebijakan pengedaran uang tahun 2011 untuk memenuhi kebutuhan uang di
masyarakat yang difokuskan kepada tiga rancangan kebijakan, yaitu (i) peningkatan
kualitas uang yang beredar dan pemenuhan permintaan uang sesuai kebutuhan, (ii)
peningkatan efektivitas layanan kas di Bank Indonesia dan perbankan, serta (iii)
pengembangan jangkauan operasional kas Bank Indonesia dengan mengikutsertakan
peran perbankan dan instansi terkait.
1. Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan Permintaan Uang Rupiah Sesuai Kebutuhan
Untuk meningkatkan kualitas uang yang beredar, Bank Indonesia melakukan
pemantauan kualitas rupiah, mengoptimalkan fungsi elemen pada desain uang
kertas melalui upgrading desain uang kertas pecahan besar serta meningkatkan
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  59
penanggulangan peredaran uang palsu dengan perkembangan kegiatan sebagai
berikut:
a.
Pemantauan Kualitas Rupiah
Guna memantau dan mengetahui kualitas uang yang beredar, Bank Indonesia
melakukan survei yang dilakukan di wilayah Jakarta dan 30 Kabupaten/Kota.
Survei tersebut dilakukan terhadap 1.231 responden terdiri dari responden
masyarakat dan perbankan. Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi
antara lain:
1) Secara umum semakin besar pecahan uang, maka kondisi fisik uang yang
beredar semakin baik kualitasnya. Hal ini dibuktikan dengan tingkat
harapan responden yang lebih tinggi dari kondisi riil uang yang beredar
untuk pecahan diatas Rp10.000. Sedangkan untuk pecahan Rp5.000 ke
bawah, responden beranggapan kualitas uang yang beredar masih di
bawah harapan.
2) Semakin jauh lokasi responden dari kantor Bank Indonesia, maka kualitas
uang yang beredar di daerah tersebut secara umum semakin lusuh.
3) Adanya kecenderungan masyarakat melakukan pembayaran dengan
menggunakan uang lusuh dibandingkan dengan uang bagus.
Hasil survei tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai informasi bagi
penyempurnaan kebijakan ke depan terkait dengan penggunaan bahan uang,
desain uang, sosialiasi uang Rupiah, layanan kas luar kota, dan penetapan standar
uang layak edar.
a.
Meningkatkan Pengamanan Uang Rupiah
Dalam rangka pengkinian atau penyempurnaan unsur pengaman uang, Bank
Indonesia mengubah sebagian elemen desain (upgrading) uang rupiah
pecahan Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000. Selain meningkatkan unsur
keamaan, dengan upgrading uang rupiah tersebut diharapkan masyarakat
akan lebih mudah mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah. Adapun
pengedaran ketiga pecahan tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober 2011.
b. Meningkatkan Efektivitas Penanggulangan Pemalsuan Rupiah
Jumlah temuan rupiah palsu pada triwulan IV 2011 (sampai dengan November)
menurun sebesar 31,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan penurunan jumlah temuan rupiah palsu tersebut, rasio uang
palsu terhadap uang kertas yang diedarkan juga menurun dari 15 lembar
menjadi 9 lembar temuan rupiah palsu per sejuta lembar. Berdasarkan
penyebaran temuannya, sebagian besar uang palsu berada di wilayah
60  BANK INDONESIA
Jabodetabek dan wilayah Jawa Timur, masing-masing mencapai 27,19% dan
10,46% dari total temuan uang palsu.
Menurunnya jumlah temuan uang palsu tersebut tidak terlepas dari strategi
kebijakan yang dilakukan secara kontinyu oleh Bank Indonesia dalam
menanggulangi peredaran uang palsu baik yang dilakukan secara preventif
dan represif. Upaya preventif yang dilakukan pada triwulan IV 2011 meliputi
peningkatan informasi mengenai pemalsuan uang dan keaslian uang rupiah di
media elektronik dan media cetak, edukasi langsung ke berbagai kalangan
melalui sosialisasi dan training for trainers. Selain itu Bank Indonesia juga
menggunakan sarana pagelaran kesenian tradisional di wilayah Bandar
Lampung dan Palembang sebagai media penyampaian informasi. Adapun
upaya represif dilakukan melalui peran serta Bank Indonesia sebagai saksi ahli
dalam kasus penanganan pidana pemalsuan uang, serta Satuan Tugas
penanganan tindak pidana pemalsuan uang dengan Kepolisian Republik
Indonesia.
2. Peningkatan Efektivitas Operasional Kas di Bank Indonesia dan Perbankan
Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas operasional kas di Bank Indonesia
dan perbankan, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan sistem dan prosedur
layanan kas yang bersifat “customer oriented”. Untuk mendukung hal tersebut,
Bank Indonesia melakukan studi kelayakan Sentra Pengedaran Uang (SPU), serta
pemantauan terhadap kegiatan pengolahan rupiah dan layanan nasabah.
a.
Studi Kelayakan SPU
Studi kelayakan SPU dilatarbelakangi adanya kebutuhan Bank Indonesia untuk
melakukan kegiatan pengedaran uang yang terintegrasi. Upaya tersebut
didukung dengan kelancaran jalur transportasi, keamanan, ketersediaan
khazanah yang memadai, serta kemungkinan penerapan teknologi tepat guna
dalam kegiatan operasional kas. Rekomendasi yang dihasilkan antara lain
alternatif lokasi SPU yang didukung dengan pengembangan dan penggunaan
standar baru fasilitas pengamanan serta fasilitas kerja yang modern dan
terotomasi.
b. Pemantauan
Kegiatan Pengolahan Rupiah dan Layanan Nasabah oleh
Perbankan dan Perusahaan Cash in Transit (CIT).
Guna memastikan kualitas layanan yang dilakukan oleh perbankan, Bank
Indonesia melakukan pemantauan kualitas pengolahan (sortasi) uang di
perbankan baik secara tidak langsung (offsite) melalui pemantauan laporan
bank, maupun melalui pemeriksaan secara langsung (onsite). Selama tahun
2011, pemantauan langsung (onsite) kegiatan pengelolaan uang rupiah dan
layanan kepada nasabah dilakukan terhadap 4 bank di wilayah Pematang
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  61
Siantar, 3 CIT di wilayah KBI Semarang, 3 CIT dan 3 bank di wilayah Kantor
Pusat Bank Indonesia, serta 2 bank di wilayah KBI Malang.
3. Pengembangan Layanan Kas dengan Meningkatkan Peran Perbankan dan Instansi
Terkait
Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang memiliki banyak daerah
terpencil serta berbatasan dengan negara lain. Berdasarkan pemantauan Bank
Indonesia, kondisi uang yang beredar di daerah terpencil dan terdepan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam kondisi lusuh/tidak layak edar. Untuk beberapa
pecahan tertentu, sirkulasi uang terhambat karena masalah geografis. Guna
menjangkau kebutuhan uang rupiah ke berbagai wilayah tersebut, Bank Indonesia
melanjutkan kegiatan layanan kas di daerah terpencil, sebagaimana telah
dilakukan pada triwulan III 2011.
Pada triwulan IV 2011, Bank Indonesia telah melakukan layanan penukaran rupiah
layak edar ke beberapa wilayah perbatasan yaitu Negeri Lama (Sumut),
Bengkayang (Kalbar), serta Berau dan Malinau (Kaltim). Selain wilayah tersebut,
pada triwulan I s.d III 2011 Bank Indonesia telah melakukan layanan penukaran
uang daerah terpencil pada 4 propinsi yaitu Kepulauan Seribu di Propinsi DKI
Jakarta; Kepulauan Sangir Laut di Propinsi Sulawesi Utara; Kepulauan Natuna dan
Bintan di Propinsi Riau; serta Kepulauan Ternate di Propinsi Maluku Utara.
Layanan kas di wilayah perbatasan dan darah terpencil dapat berjalan lancar
didukung oleh kerjasama antara Bank Indonesia dengan Tentara Nasional Republik
Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dan Kepolisian RI (Polri). Kerjasama tersebut
diwujudkan dalam bentuk penyediaan transportasi oleh TNI AL dan Polri. Dalam
rangka menjaga kesinambungan kerjasama tersebut, telah dilakukan pembahasan
antara Bank Indonesia dengan TNI AL yang akan dituangkan dalam kesepakatan
bersama yang akan ditandatangani pada awal tahun 2012.
Selanjutnya, guna mengetahui pencapaian kinerja Bank Indonesia khususnya di
bidang pengedaran uang, Bank Indonesia melakukan survei tingkat kepuasan
masyarakat atas ketersediaan uang layak edar. Kelompok masyarakat yang menjadi
responden adalah perbankan, dunia usaha, dan masyarakat umum. Hasil survei tahun
2011 mengkonfirmasikan angka indeks tingkat kepuasan masyarakat terhadap uang
layak edar mencapai 4,67 (skala 1-6). Hasil tersebut mengalami peningkatan dari
indeks kepuasan tahun sebelumnya sebesar 4,61. Ditinjau dari aspek penilaiannya,
nilai tingkat kepuasan tertinggi diberikan terhadap atribut sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah dengan nilai indeks 4,78. Adapun aspek penilaian terhadap uang palsu
yang beredar memperoleh tingkat kepuasan terendah dengan nilai indeks 4,43.
62  BANK INDONESIA
4. Kerjasama Internasional
Dalam mendukung pelaksanaan tugasnya, pada triwulan IV dan selama tahun 2011
Bank Indonesia berpartisipasi aktif melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga
internasional di tataran bilateral, regional maupun internasional.
1. Kerjasama ASEAN
Kegiatan kerjasama ASEAN selama tahun 2011 tetap fokus pada kerjasama
keuangan, dalam,upaya meningkatkan stabilitas sektor keuangan ASEAN serta
liberalisasi dan integrasi sektor keuangan ASEAN menuju Masyarakat Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015. Terpilihnya
Indonesia sebagai chairman ASEAN periode 2011 dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ASEAN ke-16, April 2010, di Vietnam, membawa konsekuensi Indonesia
mengkoordinasikan arah kerjasama ASEAN selama tahun 2011 serta bertindak
sebagai tuan rumah untuk sebagian besar pertemuan ASEAN dan ASEAN+3.
Selain itu, Bank Indonesia berperan aktif dalam mengimplementasikan jadwal
strategis menuju aliran jasa keuangan, khususnya perbankan yang bebas, serta
jadwal strategis menuju aliran modal yang lebih bebas di ASEAN. Dalam hal ini
Bank Indonesia mengawal inisiatif integrasi sektor keuangan ASEAN agar tetap
konsisten dengan agenda nasional dalam rangka menjaga stabilitas
makroekonomi dan keuangan domestik dan kawasan. Secara spesifik, kegiatan
yang dilaksanakan Bank Indonesia meliputi (1) koordinasi secara rutin dan intensif
dengan Kementerian Keuangan, khususnya dalam penyusunan posisi Indonesia
dalam berbagai isu strategis yang berkembang selama proses liberalisasi dan
integrasi keuangan; dan (2) berpartisipasi aktif dalam berbagai pertemuan sektor
keuangan ASEAN.
Fokus pembahasan dalam berbagai pertemuan sektor keuangan ASEAN selama
tahun 2011 meliputi:
a. Pembahasan ASEAN Surveillance Report 2010, yang merupakan laporan
tahunan ASEAN terkait surveillance kondisi makroekonomi kawasan serta
sejauh mana proses integrasi ekonomi di kawasan berlangsung selama 2010.
b. Melanjutkan proses pengembangan dan integrasi pasar modal, yang dilakukan
secara terpisah antara ASEAN-5 (kelompok negara dengan pasar modal yang
lebih maju) dengan BCLMV (kelompok negara dengan pasar modal yang
belum maju atau belum memiliki pasar modal). Komite teknis pengembangan
pasar modal ASEAN telah menyusun Bond Market Development Scorecard
yang akan digunakan sebagai media untuk mengetahui aspek-aspek yang
perlu difokuskan dalam pengembangan pasar obligasi kawasan, baik dari sisi
penerbit maupun investor.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  63
c. Melanjutkan proses liberalisasi aliran modal, dengan menyusun serangkaian
jadwal strategis liberalisasi yang saat ini implementasinya telah memasuki
tahun ke-4, yang dilakukan oelh komite teknis. Selain itu, guna memastikan
proses liberalisasi berjalan dengan baik, komite teknis juga merancang
sejumlah program capacity building termasuk pada area monitoring capital
flows.
d. Melanjutkan proses liberalisasi dan integrasi jasa keuangan. Dengan telah
selesainya perundingan putaran ke-lima liberalisasi jasa keuangan ASEAN
dalam kerangka ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), ASEAN
akan melanjutkan dengan putaran perundingan ke-enam yang dimulai pada
tahun 2011 dan diharapkan dapat diselesaikan pada 2013. Selain itu, negara
ASEAN juga melanjutkan proses perundingan dengan Mitra Dialog dalam
kerangka ASEAN Free Trade Arrangement (AFTA) dengan Mitra Dialog. Saat ini
perundingan yang tengah berlangsung adalah FTA antara ASEAN dengan
India.
e. Melanjutkan upaya pengembangan sistem pembayaran dan setelmen, dengan
mulai mengimplementasikan berbagai rekomendasi dari lima kajian yang telah
selesai dilakukan diikuti dengan program capacity building yang sesuai. Kelima
kajian dimaksud meliputi Cross Border Trade settlement, Cross Border Money
Remittance, Cross Border Retail Payment Systems, Cross Border Capital Market
Settlement, dan Standardization.
Selanjutnya, dalam rangka fasilitasi integrasi perbankan ASEAN, pertemuan Senior
Level Committee (SLC) di Manila pada Juni 2011 telah membentuk Task Force on
ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) dengan co-chairs Bank Indonesia dan
Bank Negara Malaysia. Task force bertugas membantu SLC menyusun rencana
kongkrit integrasi perbankan ASEAN dan monitoring proses implementasinya.
Terdapat 4 workstream dalam ABIF sesuai dengan prakondisi integrasi perbankan,
yaitu:
1. Workstream on Harmonization of Prudential Regulations , dengan MAS dan
Bank Indonesia sebagai koordinator.
2. Workstream on Financial Stability Infrastructure dengan Bank of Thailand (BOT)
dan Bank Indonesia sebagai koordinator.
3. Workstream on Capacity Building dengan BOT dan Bangko Sentral ng Pilipinas
(BSP) sebagai koordinator.
4. Workstream on Qualified ASEAN Banks (QAB) dengan MAS dan Bank Indoensia
sebagai koordinator.
64  BANK INDONESIA
Dalam rangka penyempurnaan dan penyebaran survey dan konsolidasi rencana
kerja workstream ke depan, telah dilakukan pertemuan masing-masing
koordinator workstream di Malaysia pada bulan Desember 2011. Kompilasi hasil
survey diharapkan selesai pada awal Februari 2012 yang selanjutnya akan
digunakan dalam menyusun gap analysis yang akan dilaporkan dalam pertemuan
SLC ke 3 di Vietnam yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 9 Maret
2012.
2. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3)
Selain aktif dalam forum kerja sama yang dilakukan antarnegara ASEAN, Bank
Indonesia juga melakukan kerja sama dengan negara mitra dialog (dialogue
partner), khususnya pada kerja sama ASEAN+3. Kerjasama tersebut terdiri dari
pengembangan mekanisme menolong diri sendiri di saat krisis (regional self help
mechanism), pengembangan pasar obligasi, dan pengembangan kapasitas
surveillance.
Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan berpartisipasi aktif dalam
pengembangan regional self help mechanism dan pengembangan kapasitas
surveillance. Pengembangan regional self help mechanism dilakukan melalui
pembentukan beberapa fasilitas likuiditas yang dapat memberikan bantuan
keuangan jangka pendek kepada anggota yang menghadapi krisis likuiditas/neraca
pembayaran (crisis resolution). Beberapa fasilitas crisis resolution yang telah
dibentuk yaitu Bilateral Swap Arrangement (BSA) dan Chiang Mai Initiative
Multilateralization (CMIM). Selain itu, BI juga secara aktif mengembangkan kerja
sama bilateral yang bersifat self help mechanism, diantaranya dengan People’s
Bank of China (PBC) melalui kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement
(BCSA).
Pada triwulan IV 2011, pembahasan di regional masih difokuskan pada upaya
crisis prevention di kawasan, implementasi unit surveillance independen ASEAN+3,
dan eksplorasi area kerja sama keuangan baru. Pada pertemuan level Deputies
yang diselenggarakn awal Desember, telah tercapai kesepakatan perlunya
memperkenalkan fasilitas crisis prevention di kawasan untuk memperkuat fasilitas
crisis resolution yang saat ini telah dimiliki. Isu pembiayaan dan modalitas fasilitas
serta kolaborasi unit surveillance independen kawasan, yaitu ASEAN+3
Macroeconomic Research Office (AMRO), dengan lembaga internasional lainnya
merupakan isu-isu yang memerlukan diskusi lebih lanjut. Untuk meningkatkan
peranan AMRO sebagai unit surveillance independen, telah disepakati
diperlukannya peningkatan kapasitas organisasi AMRO, dan peningkatan status
hukum AMRO menjadi sebuah lembaga internasional. Sementara itu, studi yang
tengah dilakukan untuk mengeksplorasi area kerja sama keuangan baru terus
berlanjut. Ketiga area kerjasama baru yang menjadi fokus perhatian meliputi isu
pembiayaan infrastruktur, asuransi bencana alam, dan penggunaan mata uang
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  65
lokal untuk perdagangan regional. Bank Indonesia dalam hal ini terlibat dalam
pelaksanaan studi penggunaan mata uang lokal bagi penyelesaian transaksi
perdagangan di kawasan.
Selama tahun 2011 aktivitas yang dilakukan oleh Bank Indonesia di fora kerjasama
ASEAN + 3 antara lain (i) operasionalisasi unit surveillance independen ASEAN + 3,
(ii) Pembentukan crisis prevention mechanism di kawasan, dan (iii) Eksplorasi area
kerja sama keuangan baru.
3. Kerjasama Bank Sentral
a. The Executives Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP)21
Pembahasan forum kerjasama bank sentral di kawasan EMEAP selama tahun
2011 fokuspada isu-isu ketidakseimbangan global, aliran modal, peningkatan
harga komoditas global, dan penguatan kerjasama bank sentral di kawasan
EMEAP. Bank sentral/otoritas moneter anggota EMEAP menekankan
pentingnya penguatan monitoring dan surveillance, global regulatory
requirement, serta macroprudential regulation frameworks. Selain itu, anggota
EMEAP sepakat untuk: (a) membentuk sistem pertukaran informasi guna
memperkuat monitoring terhadap aliran modal, (b) memperkuat jejaring
pengaman keuangan regional dengan perluasan CMIM dan central bank
currency swap lines, (c) mengembangkan pasar keuangan regional, dan (d)
penguatan EMEAP Crisis Management Framework (CMF).
Pada pertemuan EMEAP Deputies’ Meeting bulan November 2011, para
Deputies membahas antara lain:
1) Penguatan financial safety net (FSN), guna mengantisipasi potensi risiko
pembalikan arus modal yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan
keuangan di kawasan. Penguatan FSN dilakukan melalui penggunaan
foreign exchange (FX) Swaps, Cross Border Collateral Arrangements
(CBCA), dan Asset Purchase Program. Dalam pertemuan Deputies
berpendapat bahwa FX Swaps lines merupakan instrumen FSN yang saat ini
paling memungkinkan untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
pendek. Mekanisme implementasi FX Swap lines antara EMEAP dengan
beberapa bank sentral negara maju saat ini masih dalam pembahasan di
level teknis.
21The
Executives Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP), adalah organisasi kerjasama antara bank sentral dan
otoritas moneter di kawasan Asia Timur dan Pasifik. EMEAP terdiri dari 11 anggota yaitu Reserve Bank of Australia,
People’s Bank of China, Hong Kong Monetary Authority, Bank Indonesia, Bank of Japan, The Bank of Korea, Bank Negara
Malaysia, Reserve Bank of New Zealand, Bangko Sentral ng Pilipinas, Monetary Authority of Singapore, dan Bank of
Thailand.
66  BANK INDONESIA
2) Over the Counter (OTC) Derivative Reforms. Para Deputies membahas
kendala yang dihadapi oleh bank sentral dan otoritas moneter dalam
melakukan standarisasi OTC derivative contracts sebagai tindak lanjut dari
kesepakatan G20 Pittsburg Summitt 2009. Beberapa kendala yang
dihadapi diantaranya: (i) harus memenuhi persyaratan tertentu oleh
beberapa otoritas non EMEAP khususnya terkait dengan reporting dan
settlement requirements, (ii) terdapat conflicting requirements antara home
dan host regulator, dan (iii) ketidakseragaman perdagangan OTC derivative
contracts antara satu yurisdiksi dengan yang lainnya. Terkait dengan
kendala-kendala tersebut, Deputies sepakat untuk membentuk Interest
Group (IG) OTC Derivatives. IG OTC Derivatives
bertujuan untuk
menanalisa kendala-kendala yang dihadapi dan mencarikan alternatif solusi
permasalahan.
3) Penguatan koordinasi di kawasan EMEAP. Para Deputies membahas
dampak krisis Eropa terhadap stabilitas ekonomi dan keuangan di kawasan
EMEAP yang dapat menjalar ke kawasan melalui jalur perdagangan,
perbankan dan nilai tukar. Menyikapi hal ini, para Deputies sepakat untuk
memperkuat kerjasama antara lain (i)pertukaran informasi melalui dealing
room network dan teleconferences, (ii) melakukan bilateral swap
arrangements, dan (iii) kerjasama dalam melakukan deposit guarantees.
b. Koordinasi dan Sharing Informasi antar Bank Sentral/Otoritas Moneter Anggota
SEACEN22
Berbagai tantangan yang dihadapi bank sentral/otoritas moneter di kawasan
SEACEN pascakrisis keuangan global dan upaya peningkatan kerjasama di
kawasan SEACEN mewarnai pembahasan pertemuan SEACEN tahun 2011.
Negara anggota SEACEN sepakat untuk memperkuat kerjasama antar bank
sentral khususnya di bidang pengawasan lintas batas dengan membentuk
colleges of supervisors (COS). COS dimaksudkan untuk memfasilitasi diskusi
antar supervisors (supervisory discussion) dalam rangka pertukaran informasi
berbagai isu terkait pengawasan bank. Informasi termasuk isu risiko sistemik
dari bank asing, baik internasional ataupun regional bank yang aktif beroperasi
dan dominan di kawasan SEACEN. Selain itu, dalam rangka peningkatan
kapasitas SDM, memperkuat jejaring dan kerjasama antar bank sentral
SEACEN, para Gubernur bank sentral telah menyetujui program kerja SEACEN
22
SEACEN atau South East Asian Central Banks adalah forum kerjasama bank sentral/otoritas moneter
kawasan Asia Pasifik yang beranggotakan 17 negara yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
Thailand, Brunei, Cambodia, Myanmar, Vietnam, Korea, China, Taiwan, Fiji, Mongolia, Nepal, Papua
NG, dan Sri Lanka.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  67
periode 2011-2012. Program kerja SEACEN tersebut bertujuanuntuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM bank sentral di kawasan
SEACEN, khususnya di bidang kebijakan makroekonomi dan moneter, stabilitas
sistem keuangan dan pengawasan perbankan, sistem pembayaran, serta aspek
tata kelola (governance) bank sentral.
4. Kerjasama Forum G-20
Sebagai salah satu anggota G-20, Indonesia mempunyai posisi strategis mengingat
Indonesia merupakan bagian dari kelompok negara emerging and developing
countries (EMDCs), sehingga posisi Indonesia sering dianggap mewakili
kepentingan EMDCs. Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara
anggota ASEAN yang menjadi anggota G-20, terlebih pada tahun 2011 Indonesia
menjabat sebagai ketua ASEAN.
Sejalan dengan peran penting Indonesia dalam forum G-20, selama tahun 2011,
Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan berperanaktif dalam
forum G-20. Peran aktif tersebut dalam membahas dan menyelesaikan berbagai
isu-isu perekonomian dan keuangan global serta menetapkan respon posisi-posisi
Indonesia khususnya di sektor keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga aktif
mendukung dan memberikan masukan kepada Pemerintah pada pembahasan
sektor lainnya, seperti pembangunan dan jalur pertanian, terutama dalam
menyusun posisi-posisi negara Republik Indionesia sesuai kepentingan nasional.
Partisipasi aktif Bank Indonesia dalam pertemuan G-20, dilakukan baik pada
pertemuan tingkat Deputies, pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Sentral, serta pertemuan tingkat pemimpin negara (Leaders Summit).
Pertemuan-pertemuan G-20 selama tahun 2011 yang dihadiri oleh Bank
Indonesia adalah sebagai berikut:
Tanggal
Pertemuan
Tempat
18-19 Februari
G-20 Finance Ministers' and Central Bank Governors' Meeting
Paris, Perancis
15 April
G-20 Finance Ministers' and Central Bank Governors' Meeting
Washington DC, AS
23 September
G-20 Finance Ministers' and Central Bank Governors' Meeting
Washington DC, AS
14-5 Oktober
G-20 Finance Ministers' and Central Bank Governors' Meeting
Paris, Perancis
3-4 November
G-20 Leaders' Summit
Cannes, Perancis
Disamping pertemuan-pertemuan tersebut, Bank Indonesia juga ikut berpartisipasi
dalam berbagai seminar, workshop maupun teleconferences yang diselenggarakan
dalam pertemuan G-20. Partisipasi tersebut dilakukan sebagai upaya bersama
untuk mencari solusi berbagai permasalahan ekonomi dan keuangan yang
dihadapi berbagai negara di dunia dewasa ini.
Partisipasi aktif Bank Indonesia tidak hanya dalam pertemuan-pertemuan G-20,
melainkan
juga
dalam
pertemuan-pertemuan
forum-forum
yang
mengimplementasikan kesepakatan-kesepakatan G-20, seperti BIS, Financial
68  BANK INDONESIA
Stability Board (FSB), dan BCBS. Tidak terbatas hanya terlibat dalam pembahasan
merumuskan regulatory sektor keuangan global, peran aktif Bank Indonesia
dilakukan dalam proses implementasi/tindaklanjut kesepakatan-kesepakatan di
tingkat nasional, khususnya terkait sektor perbankan, moneter dan nilai tukar.
Terkait hal tersebut serta dalam rangka persiapan perumusan posisi-posisi RI, Bank
Indonesia juga berperan aktif dalam berbagai pertemuan koordinasi tingkat
nasional dengan pemerintah RI dan institusi-institusi terkait.
5. International Monetary Fund (IMF)
Selama tahun 2011, Bank Indonesia berpartisipasi dalam 2 rangkaian sidang IMF,
yaitu IMF-World Bank Spring Meeting, yang diselenggarakan pada tanggal 15-17
April 2011 di Washington DC, serta IMF-WB Annual Meeting yang
diselenggarakan pada tanggal 23-24 September 2011 di Washington DC.
Pembahasan dalam siding-sidang tersebut mencakup perkembangan
perekonomian dan sistem keuangan global serta isu-isu yang terkait dengan upaya
untuk mencapai pemulihan ekonomi global yang cukup kuat dan
berkesinambungan.
Isu-isu yang dibahas pada IMF-WB Spring Meeting terkait perkembangan ekonomi
global, stabilitas keuangan global, serta International Monetary System yang
mencakup surveillance, capital flows, liquidity dan governance reform. Dalam
pertemuan tersebut, Bank Indonesia berperan aktif menyuarakan kepentingan
Indonesia atas beberapa isu a.l. surveillance dan aliran modal (capital flows).
Terhadap isu aliran modal, IMF berkomitmen memberikan dukungan termasuk
advis kebijakan bagi negara anggota dalam pengelolaan permasalahan aliran
modal. Negara yang tergabung dalam South East Asia Voting Group (SEAVG)
menyambut baik pandangan IMF yang mulai terbuka terhadap kemungkinan
penerapan berbagai kebijakan, termasuk capital control. Dalam IMF-WB Spring
Meeting juga dihasilkan kesepakatan dan kesamaan pandangan dari negaranegara yang tergabung dalam International Monetary Finance Committee (IMFC)
terhadap ekonomi global. Disepakati perlunya tindakan yang kredibel untuk
mempercepat kemajuan dalam mengatasi kerentanan di sektor keuangan,
konsolidasi fiskal di negara maju, dan pencegahan overheating di negara
emerging. Para Gubernur IMF memberikan komitmen melanjutkan kerjasama
dalam mengatasi dampak spillovers dan mengamankan pertumbuhan kuat dan
berimbang.
Pada IMF-WB Annual Meeting 2011, beberapa isu yang dibahas terkait hasil
surveillance IMF atas perkembangan ekonomi global serta rencana tindak
Managing Director (MD) IMF. Berdasarkan hasil surveillance IMF, perkembangan
ekonomi global memasuki fase berbahaya. Di negara maju, adverse feedback loop
antara sektor riil dan sektor finansial semakin menguat, ketidakpastian pemulihan
ekonomi semakin meningkat akibat policy indecision dan proses demand
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  69
rebalancing tertunda. Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi akan
mengalami siklus perlambatan. Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi
global diperkirakan hanya mencapai 4% di tahun 2011 dan 2012. Pertumbuhan
ekonomi global dapat lebih rendah dari 4% apabila risiko semakin meningkat. Hal
ini ditandai meningkatnya ketidakpastian dan perilaku risk aversion, tidak
berfungsinya pasar keuangan, terus berlanjutnya permasalahan utang, turunnya
permintaan serta meningkatnya pengangguran. Untuk itu, IMF menyerukan para
pengambil kebijakan untuk mengambil langkah bersama guna memulihkan
perekonomian global. Untuk tujuan tersebut diharapkan agar AS dan Jepang
untuk memprioritaskan proses konsolidasi fiskal jangka menengah, Eropa
memperkuat sektor perbankan serta melakukan langkah memutus feedback loop
negatif antara sektor perbankan dan sektor riil. Sedangkan untuk negara
berkembang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan inklusif, yaitu
berorientasi pada domestik, menurunkan tekanan inflasi serta memperkuat
ketahanan menghadapi volatilitas aliran modal.
Guna mengatasi ancaman terhadap stabilitas global, MD IMF mengemukakan
rencana tindak yang akan dilakukan. Rencana tindak tersebut antara lain
mencakup penguatan surveillance IMF, penguatan global financial safety net serta
dukungan untuk low income countries (LIC). Selain itu, perumusan capital flows
management yang komprehensif, fleksibel dan seimbang serta penyusunan
indikator kecukupan cadangan devisa juga menjadi prioritas dalam rencana tindak
MD IMF. Rencana tersebut disambut baik oleh IMFC dan menyerukan agar IMF
berperan dalam mengatasi krisis saat ini serta mencegah terulangnya krisis ke
depan.
Peran IMF governance reform menjadi sangat penting guna mendukung legitimasi
IMF,. Untuk itu, IMFC akan mengupayakan agar Quota and Governance reform
2010 dapat berlaku efektif sesuai target, yaitu pada saat IMF Annual Meeting
2012. IMFC juga menghimbau IMF untuk menyelesaikan review yang
komprehensif mengenai formula kuota pada bulan Januari 2013.
5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
Guna meningkatkan efektivitas implementasi berbagai kebijakannya, Bank Indonesia
secara intensif melakukan komunikasi dan edukasi kepada stakeholders. Melalui
berbagai media penyampaian informasi, Bank Indonesia berupaya agar perkembangan
kondisi ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran serta arah kebijakan
Bank Indonesia menjadi jelas dan dapat dipahami, sehingga tercapai tujuan yang
diharapkan.
Komunikasi dan edukasi kebijakan dilakukan melalui berbagai media antara lain
penyampaian publikasi, siaran pers, pidato Dewan Gubernur, konferensi pers, dan
pencantuman data dan informasi melalui website Bank Indonesia. Bank Indonesia juga
70  BANK INDONESIA
melakukan sosialisasi, edukasi dan pelatihan kepada stakeholders yang terkait
langsung dengan kebijakan (misal: perbankan, asosiasi, kalangan industri, instansi
terkait dan akademisi) maupun kepada masyarakat melalui pesan layanan masyarakat
di berbagai media komunikasi.
Selain komunikasi dan edukasi, Bank Indonesia juga melakukan berbagai kegiatan
yang terfokus. Di bidang moneter, Bank Indonesia secara regular melakukan
diseminasi hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan yang memutuskan stance kebijakan
moneter. Di bidang perbankan, Bank Indonesia mendiseminasikan berbagai kebijakan
baru yang diterbitkan, diantaranya mengenai kebijakan transparansi suku bunga dasar
kredit. Sosialisasi kebijakan dilakukan selain kepada pihak perbankan juga kepada
masyarakat. Dengan adanya informasi secara luas, diharapkan akan mendorong
industri perbankan Indonesia menjadi semakin transparan sehingga tercipta kompetisi
yang sehat dan terwujudnya tingkat efisiensi perbankan yang lebih baik. Sosialisasi
mengenai kebijakan transparansi SBDK diantaranya dilakukan di kota Bandung,
Pontianak dan Denpasar, dan ke depan akan dilakukan di kota-kota lainnya. Selain
melalui kegiatan sosialisasi, Bank Indonesia
pada Desember 2011 telah
mempublikasikan informasi SBDK bank di website Bank Indonesia. Selain sosialisasi
mengenai kebijakan SBDK, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi agar masyarakat
lebih mengenal jasa layanan perbankan, termasuk untuk lebih memahami risiko dari
produk-produk perbankan.
Terkait upaya pengembangan perbankan syariah, Bank Indonesia masih melanjutkan
program iB Campaign. Kegiatan ini dilakukan guna memperkenalkan keberagaman
produk dan jasa iB perbankan syariah. Disamping itu, Bank Indonesia bersama dengan
bank-bank syariah turut serta mendukung kegiatan pembiayaan pada beberapa expo
baik di Jakarta maupun di daerah. Di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia juga
aktif melakukan sosialisasi layanan transaksi pembayaran yang aman serta pengenalan
keaslian uang rupiah.
Selain melakukan komunikasi dan edukasi yang terkait dengan kebijakan, Bank
Indonesia juga melakukan upaya penciptaan persepsi positif kondisi ekonomi
Indonesia dimata investor. Untuk itu, Bank Indonesia melalui Investor Relation Unit
(IRU) secara kontinyu melakukan berbagai kegiatan investor relations. Keberadaan IRU
saat ini menjadi semakin penting di tengah optimisme dalam mendukung status
investment grade Indonesia yang akhirnya dicapai pada akhir tahun 2011.
Selama triwulan IV 2011, IRU telah melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut:
1. Sebagai koordinator dalam meningkatkan sovereign credit rating Indonesia, IRU
menerima kunjungan (annual rating visit) dari lembaga pemeringkat sovereign
credit rating yaitu Fitch Rating. Berdasarkan hasil rating visit , pada tanggal 15
Desember 2011 Fitch Ratings menaikkan Sovereign Credit Rating Republik
Indonesia menjadi BBB-/Stable (foreign and local-currency bond ratings) dari
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  71
BB+/Positive. Kenaikan rating tersebut menempatkan kembali Indonesia pada
posisi Investment Grade yang terakhir dicapai pada tahun 1997. Selain Fitch,
lembaga pemeringkat Moody’s juga melaksanakan annual visit pada tanggal 1214 Desember 2011. Selain lembaga pemeringkat kredit, IRU juga menerima
kunjungan investor asing. Selain sebagai salah sarana untuk mendiseminasikan
informasi mengenai perkembangan perekonomian Indonesia terkini, kegiatan ini
juga digunakan sebagai sarana tukar menukar informasi sebagai masukan bagi
perumusan kebijakan Bank Indonesia.
2. Dalam rangka pengkinian informasi mengenai perekonomian Indonesia dan
menjaga persepsi positif dalam mendukung iklim investasi Indonesia, IRU
memfasilitasi diseminasi informasi kepada investor di luar negeri.
Kegiatan ini
dilakukan secara rutin setiap 3 bulan melalui investor conference call. Sebagai
pembicara dalam kegiatan ini diwakili oleh 3 instansi yakni Bank Indonesia, Badan
Kebijakan Fiskal (BKF-Kemenkeu), dan Direktorat Jendral Pengelolaan Utang (DJPUKemenkeu).
3. Membantu Pemerintah dalam penerbitan Surat Utang Negara (SUN) valas yang
mencakup penyiapan materi, pelaksanaan roadshow ke investor di beberapa
negara di Eropa dan Amerika Serikat, serta persiapan penatausahaan SUN valas
tersebut pada saat diterbitkan.
4. Dalam rangka penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Global Sukuk) 2011, IRU
terlibat dalam rangkaian kegiatan antara lain pelaksanaan Non Deal Roadshow
pada tanggal 14-19 Oktober 2011, Due Dilligence Offering Memorandum pada
tanggal 15-16 September 2011 dan Proof Read Offering Memorandum 6-8
Oktober 2011. Global Sukuk 2011 yang diterbitkan pada tanggal 14 November
2011 meraih dana sebesar senilai USD1milyar dengan yield 4,00%.
5. Dalam rangka penerbitan Surat Berharga Negara (GMTN) 2012, IRU terlibat dalam
rangkaian kegiatan antara lain pelaksanaan Non Deal Roadshow pada tanggal 6-13
Desember 2011, Due Dilligence Offering Memorandum pada tanggal 28 November
2011 dan Proof Read Offering Memorandum 19 Desember 2011. GMTN 2012
yang diterbitkan pada tanggal 9 Januari 2011 bernilai USD1,75 milyar dengan yield
5,375%.
6. Menyediakan data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala bagi
stakeholders melalui berbagai media seperti melalui situs Bank Indonesia dan
berbagai investors meeting secara regular.
Hasil kinerja IRU Bank Indonesia mendapatkan pengakuan dari Institute of International
Finance (IIF) di Washington D.C. Berdasarkan Publikasi IIF bulan September 2011, IRU
Bank Indonesia mendapatkan skor 38, sehingga menduduki posisi ranking pertama
72  BANK INDONESIA
bersama dengan Brazil dan Turki. Hasil penilaian tersebut meningkat dibandingkan
dengan penilaian tahun 2010 dimana IRU BI mendapat skor 36 dan menduduki
ranking 3. Survei oleh IIF dilakukan terhadap 38 negara.
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia  73
Halaman ini sengaja dikosongkan
74  BANK INDONESIA
Bab 4
Manajemen Intern Bank Indonesia
Guna mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia secara akuntabel dan
dilakukan dalam koridor tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan IV dan
keseluruhan tahun 2011 Bank Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan strategis
dibidang pendukung internal. Guna mewujudkan prinsip-prinsip akuntabilitas dan
transparansi kepada publik, Bank Indonesia juga secara tepat waktu memenuhi
berbagai kewajiban yang diamanat dalam UU tentang Bank Indonesia.
1. Akuntabilitas dan Transparansi
Melanjutkan pelaksanaan strategi pada triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2011,
seluruh Satuan Kerja Bank Indonesia pada triwulan IV 2011 telah menjalankan fungsi
dan tugasnya guna mencapai target akhir tahun 2011. Dengan tetap memperhatikan
perkembangan lingkungan dan isu strategis periode tersebut, berbagai program kerja
di sektor moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan manajemen intern telah
dilaksanakan oleh Satuan Kerja sehingga memberikan kontribusi positif untuk
pencapaian tujuan utama Bank Indonesia “mencapai dan memelihara stabilitas nilai
rupiah”.
Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas, Bank Indonesia telah melakukan survei
kepada stakeholders eksternal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan
dan keyakinan stakeholders terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia selama tahun
2011. Selain survey kepada stakeholders eksternal, juga telah dilakukan pula survei
kepada internal Bank Indonesia guna mengevaluasi kualitas pelaksanaan tugas Satuan
Kerja, antara lain dalam pengendalian keuangan, pelayanan penyediaan logistik, serta
dukungan dan penyediaan fasilitas teknologi informasi. Selain untuk mengetahui
pencapaian pelaksanaan tugas tahun 2011, hasil survei tersebut dan analisanya juga
akan menjadi masukan dalam rangka perbaikan pelaksanaan tugas Bank Indonesia ke
depan. Hasil survey tersebut juga digunakan sebagai evaluasi atas pencapaian kinerja
Satuan Kerja dan Bank Indonesia oleh anggota Dewan Gubernur pada awal tahun
2012.
Bersamaan dengan kegiatan di triwulan IV 2011, sesuai siklus Sistem Perencanaan
Strategis, Anggaran dan Manajemen Kinerja (SPAMK) dan sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang, Bank Indonesia telah menyampaikan Rencana Anggaran
Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2012 kepada Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR-RI).
RATBI tersebut disusun berdasarkan program kerja dan anggaran masing-masing
Satuan Kerja yang merupakan penjabaran dari Peta Strategi (Strategy Map) Bank
Manajemen Intern Bank Indonesia  75
Indonesia tahun 2012 berdasarkan hasil Forum Strategis (Forstra) Bank Indonesia
bulan Agustus 2011 lalu. Secara prinsip, DPR-RI telah menyetujui rencana Anggaran
Operasional Tahunan Bank Indonesia Tahun 2012 tersebut.
Selanjutnya dalam upaya memperlancar mekanisme berjalannya siklus SPAMK,
khususnya dalam rangka memperkuat keselarasan antara Strategi Bank Indonesia
tahun 2012 serta program kerja Satuan Kerja (vertical alignment) dan keselarasan
program kerja antar Satuan Kerja terkait (horizontal alignment), Bank Indonesia telah
melakukan pula penyempurnaan proses operasionalisasi strategi. Kegiatan tersebut
dilakukan melalui pembahasan antar Satuan Kerja di lingkungan sektor yang sama
dengan Satuan Kerja yang menangani perencanaan strategis dan keuangan intern.
Selain itu, Bank Indonesia telah memantapkan aspek pengendalian melalui Project
Management dalam rangka pemantauan program kerja prioritas atau inisiatif. Dalam
rangka penguatan pelaksanaan good governance Bank Indonesia, pada triwulan IV
2011 telah dilakukan diskusi mendalam dan pemantapan langkah-langkah untuk
memperkuat kode etik bagi Anggota Dewan Gubernur antara lain dengan
menyempurnakan ketentuan yang mengatur mengenai Majelis Kehormatan Etik.
2. Audit Intern
Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran strategis di bidang audit intern,
kebijakan audit intern yang meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultansi
(consulting) ditujukan untuk memberikan nilai tambah guna membantu tercapainya
tujuan organisasi. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dalam
mengevaluasi dan menyempurnakan efektivitas proses tata kelola organisasi
(governance), manajemen risiko (risk management), serta pengendalian intern
(internal control).
Hingga akhir triwulan IV 2011, telah diselesaikan kegiatan audit intern terhadap 11
Satuan Kerja di Kantor Pusat dan KBI, dengan rekomendasi yang diberikan sebanyak
547 butir. Kegiatan audit tersebut mencakup bidang moneter, perbankan, sistem
pembayaran, dan manajemen intern. Secara keseluruhan tahun 2011, telah
diselesaikan kegiatan audit intern terhadap 44 Satuan Kerja, dan menghasilkan 2.291
butir rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja.
Kegiatan konsultansi pengendalian intern dilakukan melalui pemberian konsultansi
kepada Satuan Kerja terkait. Sampai dengan triwulan IV 2011, telah dilakukan
konsultansi terhadap 15 Satuan Kerja di Kantor Pusat dan menghasilkan 47
rekomendasi. Secara keseluruhan tahun 2011, telah dilakukan kegiatan konsultansi
terhadap 24 Satuan Kerja di Kantor Pusat dan menghasilkan 174 rekomendasi. Selain
itu, dalam rangka kegiatan konsultansi telah dilakukan sosialisasi dan workshop
mengenai pengendalian intern di Kantor Koordinator Bank Indonesia Bandung,
Medan, Banjarmasin, dan Palembang. Terkait dengan kegiatan fasilitasi audit yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK-RI) di Bank Indonesia, pada akhir
76  BANK INDONESIA
triwulan IV 2011 penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI sejak Laporan Keuangan
Tahunan Bank Indonesia (LKT-BI) tahun 1999 sampai dengan tahun 2010 adalah
sebanyak 1.127 butir (87,09%) dari total 1.294 butir temuan.
Kebijakan di bidang audit intern yang efektif perlu didukung dengan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan dalam rangka
pemenuhan gap kompetensi teknis, kompetensi perilaku dan pengetahuan organisasi.
Melalui upaya tersebut diharapkan mampu menghasilkan pegawai yang memiliki
sertifikasi internasional dan sertifikasi nasional.
Dalam rangka pengembangan audit intern sesuai dengan blueprint pengembangan
audit intern 2010-2014, telah dilaksanakan program kerja pengembangan kebijakan
dan prosedur kerja. Hingga akhir tahun 2011, telah diselesaikan uji coba audit
berbasis risiko di 2 Satuan Kerja, serta pelaksanaan proses pengembangan aplikasi
Sistem Informasi Audit Intern (SIAI) dalam rangka pengembangan otomasi mekanisme
kerja. Sasaran akhir dari kegiatan tersebut adalah terwujudnya Satuan Kerja audit
intern yang sesuai dengan standar profesi audit intern dan ekspektasi stakeholder.
3. Keuangan Intern
Pada tahun 2011, pelaksanaan kebijakan manajemen keuangan intern tetap
diarahkan pada upaya meningkatkan pelaksanaan Good Governance dengan fokus
mengelola keuangan secara akuntabel dalam pelaksanaan tugas pokok Bank
Indonesia di bidang kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Sebagai
dampak dari tingginya biaya operasi moneter serta penguatan nilai tukar rupiah,
neraca Bank Indonesia tahun 2011 sementara, masih mengalami defisit sebagaimana
tahun 2010. Berdasarkan laporan sementara tersebut, Bank Indonesia mengalami
defisit (sebelum pajak) sebesar Rp17.062 miliar dengan penerimaan sebesar Rp
25.415 miliar lebih kecil dari pengeluaran sebesar Rp 42.477 miliar. Jumlah defisit
tersebut lebih rendah dibandingkan defisit (sebelum pajak) yang terjadi pada tahun
2010 yang mencapai Rp 27.982 miliar. Beban pengeluaran terbesar adalah biaya
Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang mencapai Rp 30.072 miliar atau meningkat sebesar
Rp 5.896 miliar dibandingkan tahun 2010. Namun dari sisi penerimaan, terjadi
peningkatan penerimaan pengelolaan devisa sebesar Rp 5.469 miliar, serta
berkurangnya kerugian selisih kurs karena transaksi valas sebesar Rp12.899 miliar.
a. Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan serta menjaga sustainabilitas keuangan Bank Indonesia, telah dilakukan
berbagai upaya sebagai berikut: Dalam rangka pelaksanaan kebijakan Manajemen
Keuangan Intern terkait penyajian laporan kondisi keuangan BI, telah dilakukan
penyempurnaan accounting policy terkait transaksi valas. Penyempurnaan
dilakukan dengan tujuan mendukung pengelolaan cadangan devisa untuk
menjaga nilai dan kecukupan cadangan devisa serta menghasilkan figur laporan
keuangan yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah.
Manajemen Intern Bank Indonesia  77
b. Tetap melanjutkan dan berupaya mempercepat pelaksanaan program Asset and
Liability Management (ALM) dengan Pemerintah, dengan prinsip utama tetap
memperhatikan kondisi keuangan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta
memperbaiki neraca keuangan Republik Indonesia.
c. Dalam upaya peningkatan akuntabilitas anggaran, Bank Indonesia tengah
mempersiapkan proses implementasi Performance Based Budgeting (PBB) secara
bertahap. Pada tahun 2011 telah dilakukan tahap penyelarasan antara proses
penyusunan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) dengan Sasaran Strategis
Bank Indonesia, Indikator Kinerja Utama (IKU), Program Kerja dan Produk yang
dihasilkan. Proses implementasi PBB akan dilanjutkan dengan penyempurnaan
dalam penetapan Standard Cost dan infrastruktur pendukungnya. Diharapkan PBB
dapat diimplementasikan secara penuh pada tahun 2013.
4. Teknologi Informasi
Pada triwulan IV tahun 2011, telah dilakukan penyusunan Bank Indonesia Information
System Strategy Plan (BI-ISSP) 2011–2014 dengan menggunakan kerangka Enterprise
Architecture. Kerangka tersebut merupakan penggambaran kebutuhan bisnis
(arsitektur bisnis) yang diterjemahkan ke dalam arsitektur informasi, arsitektur aplikasi,
dan arsitektur teknologi. Dokumen BI-ISSP selanjutnya akan digunakan sebagai acuan
(guidance) dalam penyusunan dan pengembangan Program Kerja Sistem Informasi
sampai dengan tahun 2014.
Pengembangan Program Kerja Sistem Informasi mencakup pengembangan sistem
aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi. Pengembangan sistem aplikasi
dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan moneter, pengawasan
perbankan, dan sistem pembayaran. Salah satu sistem aplikasi yang dikembangkan
adalah sistem aplikasi Dashboard Binagraha, yang bertujuan untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan informasi level Pimpinan dalam pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan. Aplikasi tersebut merupakan dukungan Bank Indonesia dalam
penyediaan data dan informasi yang diperlukan oleh Unit Khusus Presiden bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
Selanjutnya, dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia, telah
dilakukan pengembangan beberapa sistem aplikasi antara lain :
a. Sistem aplikasi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS) dan
Bank Indonesia Scriptless Security Settlement System (BI-SSSS) Generasi II yang
pada akhir triwulan IV 2011 telah sampai pada tahap pemrograman.
b. Sistem aplikasi Portal Pertukaran Data DHE yang akan digunakan untuk memantau
DHE secara nasional dan akan diimplementasikan pada awal tahun 2012.
78  BANK INDONESIA
c. Sistem Informasi Perbankan (SIP) yang pengembangannya ditujukan untuk
mendukung implementasi Basel II. SIP tersebut direncakan pada triwulan I 2012
dapat diimplementasikan sehingga diharapkan kualitas data dan informasi untuk
pengawasan perbankan dapat lebih ditingkatkan.
d. Sistem aplikasi Proyeksi dan Penyusunan Anggaran (PPA) yang dikembangkan
sebagai upaya untuk lebih meningkatkan governance pengelolaan anggaran dan
keuangan Bank Indonesia. Pengembangan sistem aplikasi PPA juga merupakan
langkah awal dalam mendukung pengembangan sistem PBB sehingga diharapkan
keterkaitan antara perencanaan dan realisasi anggaran dengan kinerja dapat
teridentifikasi dan lebih terukur.
Selain pengembangan sistem aplikasi, dilakukan pula pengembangan infrastruktur
baik untuk mendukung pelaksanaan pengembangan sistem aplikasi maupun dalam
rangka peningkatan kapasitas dan penggantian perangkat infrastruktur yang telah
obsolete di tahun 2011.
5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kebijakan Bank Indonesia di bidang Organisasi dan SDM terutama difokuskan pada
pengembangan kompetensi SDM dan penguatan leadership pegawai. Upaya untuk
menyempurnakan pelaksanaan pengembangan SDM terus dilakukan antara lain
melalui penerbitan pedoman pelaksanaan program dan evaluasi pengembangan
pegawai serta penggunaaan aplikasi Learning Management System (LMS).
Pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan pengembangan pegawai saat ini telah
dilakukan oleh Human Capital Development Center (HCDC). Sepanjang tahun 2011,
HCDC telah melakukan beberapa upaya perbaikan dan penyempurnaan, antara lain
menyempurnakan modul pelatihan yang fokus pada simulasi/case study,
mengimplementasikan LMS (singkatan??), menyusun modul-modul pelatihan yang
diupayakan memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan international best practices, dan
mengupayakan pencapaian international certified untuk bidang-bidang keahlian
khusus.
Selama tahun 2011, telah dilakukan program pengembangan kompetensi pegawai
berupa pelaksanaan sertifikasi di bidang perbankan, moneter, dan internasional yang
diikuti oleh pegawai-pegawai di Kantor Pusat dan KBI. Selain program sertifikasi
tersebut, Bank Indonesia juga melakukan In House Training (IHT) non sertifikasi berupa
pelatihan di bidang perbankan dan moneter. Bank Indonesia juga secara rutin
mengirimkan pegawai untuk mengikuti Program Tugas Belajar S2 dan S3 di luar
negeri, serta mengikuti program penugasan pegawai pada institusi internasional.
Untuk memberikan pembekalan calon pegawai (on boarding program), pada tahun
2011 telah dilakukan beberapa program yaitu Pendidikan Calon Pegawai Muda
Manajemen Intern Bank Indonesia  79
(PCPM), Pendidikan Calon Satpam Dasar, Pendidikan Kasir Dasar, Pendidikan
Portofolio (Dealer), dan Pendidikan Pegawai Tata Usaha (PTU).
Selain peningkatan kompetensi, penguatan leadership juga menjadi hal yang sangat
penting dalam pengembangan kualitas SDM Bank Indonesia. Beberapa kegiatan yang
dilakukan antara lain: (i) Program Pendidikan Kepemimpinan Bank Indonesia (PKBI)
untuk Setingkat Kepala Bagian, Deputi Kepala Bagian, dan Kepala Seksi, (ii)
Refreshment Program untuk peningkatan leadership Pemimpin Satuan Kerja, (iii)
Pelaksanaan program Leading the Culture for Top Management, (iv) Pengembangan
Talenta Kepemimpinan, dan (v) Penguatan leadership melalui Program Penyelarasan
Kultur (PPK) di Satuan Kerja yang difokuskan pada penguatan kualitas sharing
responsibility pelaksanaan pengelolaan SDM untuk meningkatkan kapabilitas, kinerja
dan kontribusi para pegawai yang dipimpinnya.
Selain kebijakan tersebut, sepanjang tahun 2011 Bank Indonesia melakukan
penyelarasan struktur organisasi yang mengacu pada arah dan strategi Bank Indonesia
serta mempertimbangkan perkembangan kondisi eksternal. Program penyelarasan
organisasi tersebut antara lain :
a. Di sektor stabilitas moneter telah dilakukan penyempurnaan mekanisme kerja
terutama untuk memperkuat proses perumusan kebijakan BI yang lebih
komprehensif dan memperkuat fungsi protokol manajemen krisis. Selain itu
dilakukan juga penambahan fungsi monitoring dan law enforcement
dalam
rangka implementasi kebijakan LLD dan DHE.
b. Di sektor perbankan, fokus penyempurnaan organisasi diarahkan untuk menjawab
kebutuhan saat ini dan merespon rencana pengalihan fungsi pengawasan
perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasca OJK, fungsi Stabilitas Sistem
Keuangan meliputi: (i) Surveillance dan Pemeriksaan, (ii) Kebijakan dan Regulasi
Makroprudensial, (iii) Pengembangan Sektor Keuangan, dan (iv) Koordinasi dan
Kerjasama.
c. Di sektor sistem pembayaran, penyelarasan organisasi dilakukan sebagai dampak
dari diberlakukannya Undang-Undang Mata Uang dan Undang-Undang Transfer
Dana. Dalam hal ini telah dilakukan evaluasi terhadap fungsi dan mekanisme kerja
pengedaran uang dan penguatan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan
sistem pembayaran.
d. Di
sektor
manajemen
intern,
penyelarasan
organisasi
diarahkan
untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas. Beberapa
penyempurnaan yang dilakukan antara lain penggabungan Satuan Kerja yang
menangani teknologi informasi dan manajemen informasi, perampingan unit kerja
penyelesaian aset, dan penguatan fungsi museum sebagai salah satu media
komunikasi dan edukasi kepada masyarakat.
80  BANK INDONESIA
6.Aspek Hukum
Berdasarkan Undang-Undang, Bank Indonesia merupakan badan hukum publik yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang digunakan sebagai landasan
hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral. Pada triwulan IV 2011, Bank
Indonesia telah mengeluarkan 42 peraturan di bidang moneter, perbankan, sistem
pembayaran maupun manajemen intern.
Dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia secara efektif, dukungan
perangkat peraturan perundang-undangan menjadi diperlukan. Oleh karena itu, Bank
Indonesia berperan aktif dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) dan
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
Bank Indonesia. Dalam peranannya, Bank Indonesia bertindak baik sebagai nara
sumber maupun anggota tim penyusun.
Dalam rangka koordinasi dan harmonisasi, Bank Indonesia juga berperan aktif dalam
pembahasan antar kementerian terkait RUU tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme, RUU Amandemen Undang-Undang (UU) tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE), RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji, serta RUU tentang
Tindak Pidana Teknologi Informasi (Tipiti). Selain itu, terdapattentang Mata Uang dan
RUU tentang OJK. Dengan telah disahkannya RUU OJK menjadi UU OJK No. 21 Tahun
2011, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap UU tentang Bank Indonesia dan
UU tentang Perbankan yang saat ini berlaku. Pada tahun 2011, terdapat beberapa
RUU yang dibahas di internal Bank Indonesia, antara lain RUU Amandemen UU
tentang Bank Indonesia, RUU tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), RUU
tentang Perubahan Harga Rupiah (Redenominasi), dan RUU Amandemen UU tentang
Perbankan.
Terkait RUU JPSK, Bank Indonesia telah menyampaikan masukan terhadap RUU
tersebut kepada Kementerian Keuangan. Adapun terkait RUU Amandemen UU
tentang Bank Indoensia, Bank Indonesia telah menyampaikan draft Naskah Akademik
dan draft RUU kepada Menteri Keuangan. Beberapa materi yang menjadi cakupan
pengaturan amandemen antara lain perubahan tujuan Bank Indonesia menjadi single
objective, penambahan tugas baru terkait menjaga stabilitas sistem keuangan,
penyesuaian dengan UU OJK.
Bank Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa instansi/kementerian terkait
dalam rangka pelaksanaan UU. Kerjasama antara antara lain dengan (i) Kementerian
Keuangan dalam rangka implementasi UU tentang Perbendaharaan Negara (terkait
pelaksanaan treasury single account) dan UU tentang Pajak Penghasilan, (ii)
Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka implementasi UU tentang UMKM, dan
(iii) Kementerian Komunikasi dan Informasi dalam rangka implementasi UU tentang
ITE. Selain itu, dalam rangka melakukan kajian terkait kedudukan Bank Indonesia
dalam ketatanegaraan Indonesia, Bank Indonesia melakukan kerjasama penelitian
Manajemen Intern Bank Indonesia  81
dengan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan Fakultas Hukum Universitas
Negeri Sebelas Maret.
Selanjutnya, guna mendukung pengembangan dan pembangunan hukum nasional,
Bank Indonesia melakukan sosialisasi secara berkala yang dilakukan baik melalui
diskusi terbatas maupun pemberian kuliah umum di perguruan tinggi dan di instansi
Kepolisian, Kehakiman, dan Kejaksaan. Selain itu, Bank Indonesia secara berkala
menerbitkan Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan yang didistribusikan
antara lain kepada perguruan tinggi, perbankan, lembaga penelitian, lembaga
eksekutif/yudikatif/legislatif, dan kantor hukum.
Bank Indonesia bersama Kementerian terkait juga menghadiri sidang UNCITRAL,
khususnya dalam working group security interest, insolvency law, dan arbitration.
Hasil dari sidang-sidang dimaksud menjadi masukan bagi Bank Indoensia dalam
pengembangan dan pembangunan sistem hukum nasional.
Pada forum internasional, sehubungan dengan liberalisasi sektor jasa termasuk sub
sektor jasa perbankan, Bank Indonesia turut aktif dalam pembahasan dengan instansi
terkait baik dalam forum nasional maupun menghadiri sidang terkait WTO, ASEAN,
APEC, serta kerjasama regional. Peran serta Bank Indonesia dalam forum internasional
dimaksud terkait dengan aspek hukum dalam pembahasan legal text maupun dalam
penyusunan Schedules of Specific Commitments (SoC) sub sektor perbankan. Melalui
peran aktif tersebut, diharapkan dapat mengamankan kepentingan Indonesia
khususnya di sub sektor jasa perbankan dan sektor jasa pada umumnya.
7. Bank Indonesia Social Responsibility dan Partisipasi Edukasi Publik
Program Bank Indonesia Social Responsibility (BSR) yang dilaksanakan oleh Bank
Indonesia bertujuan untuk menunjukkan kepekaan, kepedulian dan tanggung jawab
sosial Bank Indonesia terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pada
triwulan IV 2011, kegiatan BSR dioptimalkan pada kegiatan-kegiatan yang
mendukung upaya pengembangan ekonomi regional dan UMKM. Kegiatan BSR
tersebut dilakukan antara lain dalam kerangka pelengkap dan support terhadap
pengembangan komoditi penyumbang inflasi daerah yang dominan, sentra industri
unggulan di daerah, dukungan penciptaan klaster-klaster UMKM nasional dan daerah
(pola inti-plasma). Selain itu, program-program BSR lain yang bersifat peningkatan
kualitas hidup di masyarakat juga masih dilanjutkan sebagai bentuk kepekaan dan
kepedulian terhadap kondisi dan permasalahan sosial di masyarakat.
Pada triwulan IV 2011, kegiatan BSR yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia, beberapa
program BSR diwujudkan melalui pemberian dukungan sarana dan prasarana
produksi bagi pengembangan komoditi penyumbang inflasi daerah dan
peningkatan kapasitas ekonomi. Kegiatan tersebut dilakukan melalui program
82  BANK INDONESIA
pengembangan klaster cabai, bawang, padi, sapi, ikan air tawar, dan rumput laut,
dilakukan melalui KBI yang berada di berbagai wilayah. Program BSR lainnya
adalah program Desa Kita yang dilaksanakan di Desa Srikaton, Bengkulu dan
Dusun Wael Kabupaten Seram Bagian Barat. Program yang dilakukan di Desa
Srikaton diantaranya berupa pengembangan budidaya ikan lele, ayam ras petelur,
jamur, dan aneka produk makanan ringan seperti keripik pisang serta berbagai
produk olahan berbahan dasar lele. Sedangkan pelaksanaan prgram Desa Kita di
Dusun Wael yang juga merupakan desa binaan Bank Indonesia difokuskan pada
pengembangan potensi-potensi daerah setempat.
b. Dalam kerangka mendukung ekonomi mikro daerah dan pemberdayaan
masyarakat, dilakukan pelatihan kader dan pengelola lembaga keuangan mikro
syariah di Cianjur, Bandar Lampung dan Yogyakarta.
c. Pada aspek pendidikan, Bank Indonesia juga memberikan bantuan pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan di beberapa wilayah, antara lain perbaikan
sekolah, pengembangan perpustakaan, media pembelajaran dan alat bermain
edukatif serta bantuan sarana belajar kerohanian, yaitu Iqro dan Al-Qur’an bagi
beberapa TPA.
d. Kegiatan sosial dan keagamaan berupa bantuan pengembangan sarana dan
prasarana rumah ibadah yaitu masjid, pura dan gereja di berbagai daerah, antara
lain di wilayah Jabodetabek, Kepulauan Riau, Manado, Cirebon dan Padang.
Disamping melaksanakan program-program BSR yang telah direncanakan, Bank
Indonesia juga melaksanakan program-program yang bersifat tanggap darurat
maupun recovery dalam rangka bencana, misalnya program bantuan tanggap
bencana bagi korban bencana gempa di Aceh dan korban bencana erupsi gunung
Gamalama di Ternate serta korban kebakaran di Tambora, Jakarta Barat.
Sebagai salah satu bentuk komunikasi pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia, Bank
Indonesia juga berpartisipasi pada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh
beberapa lembaga Partisipasi Edukasi Publik (PEP). Atas partisipasi tersebut, Bank
Indonesia berkesempatan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai institusi,
kebijakan, peran dan kontribusi Bank Indonesia. Selama triwulan IV 2011, rangkaian
program kerjasama Bank Indonesia dengan masyarakat/lembaga terkait khususnya
dilakukan dalam rangka mengkomunikasikan kebijakan Bank Indonesia, kondisi
perekonomian dan perbankan serta pemberdayaan masyarakat dalam kerangka
mendukung pengentasan pengangguran. Program partisipasi dilaksanakan bekerja
sama dengan beberapa institusi pendidikan dan lembaga yang bergerak di bidang
pemberdayaan masyarakat, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia,
Pusat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PPEK). Adapun kegiatan yang
diselenggarakan antara lain Seminar Outlook Ekonomi Indonesia 2012, Pelatihan
Manajemen Intern Bank Indonesia  83
Kewirausahaan Pemuda, Seminar Krisis Keuangan dan Ekonomi Global dan Kegiatan
Gadjah Mada Agro Expo 2011.
84  BANK INDONESIA
Bab 5
Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia
Tahun 2012
Perekonomian domestik diperkirakan masih akan diwarnai oleh sejumlah risiko, yaitu
ketidakpastian pemulihan krisis ekonomi global terhadap ekonomi domestik dan
peningkatan tekanan inflasi pada tahun 2012, pembalikan arus modal masuk asing
secara tiba-tiba (sudden capital reversal), dan relatif besarnya ekses likuiditas di
perbankan. Risiko peningkatan tekanan inflasi pada 2012 dapat bersumber dari
penyesuaian kebijakan harga oleh Pemerintah pada tahun 2012. Derasnya arus modal
asing juga memberikan risiko bagi perekonomian, terutama bila terjadi pembalikan
arus modal asing secara tiba-tiba dan dalam jumlah besar.
Memperhatikan pencapaian pelaksanaan tugas Bank Indonesia pada tahun 2011 dan
mencermati kondisi serta tantangan lingkungan global maupun domestik tersebut di
atas, arah kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2012 adalah memperkuat kebijakan
dan kelembagaan untuk mengawal perekonomian nasional dan sekaligus mampu
mengantisipasi dan memitigasi kemungkinan terjadinya berbagai risiko di atas serta
memenuhi tuntutan masyarakat. Arah kebijakan Bank Indonesia tersebut dilakukan
dalam rangka (i). Mengoptimalkan peran kebijakan moneter dalam mendorong
kapasitas perekonomian sekaligus memitigasi risiko perlambatan ekonomi global, (ii).
Meningkatkan efisiensi perbankan untuk mengoptimalkan kontribusinya dalam
perekeonimian, dengan tetap memperkuat ketahanan perbankan, (iii). Meningkatkan
efisiensi, keandalan, dan keamanan sistem pembayaran, baik dalam sistem
pembayaran nasional maupun hubungan sistem pembayaran dengan luar negeri, (iv).
Memperkuat ketahanan makro dengan memantapkan koordinasi dalam manajemen
pencegahan dan penanganan krisis (PMK), dan (v). Mendukung pemberdayaan sektor
riil termasuk melanjutkan upaya perluasan akses perbankan (financial inclusion)
kepada masyarakat.
Selanjutnya guna memfokuskan arah pencapaian tahun 2012, Bank Indonesia telah
menetapkan 4 strategic outcomes tahun 2012 yakni: (i). stabilitas nilai rupiah, (ii).
bauran kebijakan moneter yang efektif, (iii). Sistem keuangan yang aman, sehat, dan
efisien dan (iv). Sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar.
Guna mencapai keempat outcomes tersebut dan sebagai bentuk kesinambungan
langkah-langkah yang telah dilakukan pada tahun 2011, Bank Indonesia menetapkan
strategi yang menjadi prioritas pada tahun 2012 sebagai berikut :
1. Stabilitas Nilai Rupiah yang diwujudkan melalui:
Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Tahun 2012  85
a. Penguatan framework bauran kebijakan moneter dan makroprudensial
Penguatan dilakukan dalam uapaya menciptakan kondisi moneter yang
kondusif baik bagi stabilitas maupun pertumbuhan perekonomian. Dalam hal
ini diperlukan suatu bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dengan
memanfaatkan berbagai instrumen yang tersedia, baik untuk stabilitas internal
maupun stabilitas eksternal. Bauran instrumen untuk stabilitas internal
merupakan bauran instrumen dalam rangka stabilisasi harga dan pengelolaan
permintaan domestik. Sementara bauran instrumen untuk stabilitas eksternal
merupakan bauran untuk mengelola aliran modal masuk dan stabilitas nilai
tukar.
b. Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM dalam rangka mengendalikan inflasi
Dalam menjaga stabilitas harga, disadari perlunya pengendalian inflasi daerah
(di luar wilayah DKI Jakarta) yang merupakan komponen terbesar yaitu sekitar
77,5% dari inflasi nasional. Untuk itu, beberapa program kerja utama yang
akan dilakukan adalah: 1) Pemetaan dan pendalaman klaster komoditas
unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia; 2)
Penguatan ketahanan pangan daerah melalui kegiatan fasilitasi dan koordinasi
pusat dan daerah; 3) Upaya penguatan sinergi pengembangan UMKM melalui
pendekatan klaster khususnya klaster komoditi penyumbang inflasi nasional.
2. Bauran Kebijakan Moneter Yang Efektif yang diwujudkan melalui:
a. Penguatan Operasi Moneter
Untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan, penguatan operasi moneter di
pasar uang rupiah perlu terus dilanjutkan. Upaya tersebut dilakukan melalui
peran bank sentral sebagai pemasok likuiditas di pasar dan mengoptimalkan
pelaksanaan pasar terbuka yang juga mendukung percepatan pengembangan
pasar uang.
b. Akselerasi Pendalaman Pasar Uang
Guna meminimalisir potensi instabilitas di pasar keuangan domestik dalam hal
peningkatan rating Indonesia (menjadi investment grade), large and sudden
capital reversal maupun implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015
yang akan meningkatkan mobilitas arus dana antar negara kawasan, maka
ketertinggalan saat ini dalam hal kedalaman pasar keuangan perlu segera
diatasi.
3. Sistem Keuangan Yang Aman, Sehat dan Efisien , yang diwujudkan melalui:
a. Peningkatan ketahanan bank mengantisipasi potensi risiko seiring semakin
terintegrasinya sektor keuangan global dan inovasi produk dan jasa keuangan
86  BANK INDONESIA
Program utama yang akan dilakukan di 2012 adalah : a). Meningkatkan
kualitas permodalan dan likuiditas bank-bank nasional; b). Mengawasi bankbank yang berdampak sistemik;
c). Menyusun pedoman cross border
supervision dan crisis resolution untuk regional dan global; d). Menguatkan
tata kelola bank; e). Memperkuat pengaturan dalam bidang perlindungan
konsumen; dan f). Mempersiapkan sektor perbankan Indonesia dalam rangka
integrasi sektor perbankan di Asia Tenggara (co-chair Asean Banking
Integration Framework dengan Malaysia)
b. Pemantapan Crisis Management Protocol (CMP)
Krisis dapat terjadi sewaktu-waktu yang dipicu oleh kondisi domestik maupun
rambatan dari perekonomian global, sehingga akan menuntut biaya ekonomi
dan sosial yang sangat besar dan pemulihan yang lama. Karena itu, Bank
Indonesia dan Pemerintah perlu melakukan upaya pencegahan dan
penanganan krisis
yang transparan dan akuntabel secara terkoordinir.
Program utama yang akan dilakukan di 2012 adalah : a). Meningkatkan
efektivitas pencegahan dan penanganan krisis secara menyeluruh melalui
pengaturan CMP BI-Wide, b). Memperkuat implementasi dan kalibrasi
indikator surveillance di sektor moneter dan stabilitas sistem keuangan, c).
Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah dan institusi terkait dalam
kerangka CMP Nasional dan d) Meningkatkan kerjasama terkait pencegahan
dan penanganan krisis di tingkat regional dan internasional.
c. Penguatan Pengawasan Bank
Berbagai tantangan dan perkembangan baru yang mempengaruhi
pelaksanaan tugas pengawasan bank menuntut Bank Indonesia untuk
menguatkan kemampuan pengawasan bank secara terus menerus. Program
utama yang akan dilakukan pada 2012 adalah : a). Menyusun ketentuan dan
pedoman
terkait Siklus Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko,
b).
Mempersiapkan implementasi Risk Based Bank Rating (RBBR), c). Menyusun
rekomendasi struktur organisasi, kriteria SDM, dan business process Asistensi
Pengawasan Bank Umum (APBU), d). Menyempurnakan Sistem Informasi
Perbankan (SIP), d) Melaksanakan pelatihan dan sosialisasi dalam rangka
mendukung penguatan pengawasan bank.
d. Pengembangan Perbankan Syariah
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui dual system
banking, Bank Indonesia berupaya untuk terus meningkatkan peran perbankan
syariah. Beberapa tantangan terhadap kemajuan perbankan syariah seperti:
masih perlunya peningkatan awareness masyarakat terhadap perbankan
syariah, perlunya perluasan jenis produk dan jasa perbankan syariah, belum
memadainya SDM siap pakai untuk industri perbankan syariah, perlunya
Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Tahun 2012  87
kerjasama atau hubungan yang baik dengan lembaga domestik maupun
internasional dan perlunya peningkatan mutu hasil kajian dibidang perbankan
syariah. Untuk itu, pada tahun 2012 Bank Indonesia akan melaksanakan
beberapa program yaitu : a). Mendorong pengayaan jenis produk yang
berbasis investasi dan jasa, b). Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
melalui media komunikasi, baik cetak, elektronik, dan online dengan cara yang
lebih inovatif, c). Mendorong terjadinya “link and match” antara lulusan
perguruan tinggi dengan kebutuhan SDM industri perbankan syariah melalui
program rekruitmen, Officer Development Program (ODP) on campus, training
bersertifikat, dan job fair, d). kerjasama dengan lembaga domestik seperti
Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun pelaksanaan kerjasama internasional
(IFSB, IIFM, IILM, dan AAOIFI), e). Melakukan Forum Riset Perbankan Syariah
dan penyusunan kerangka aplikasi Indeksasi Return Sektor Riil.
e. Financial Inclusion
Kegiatan keuangan inklusif dapat mendorong kegiatan ekonomi kelompok
masyarakat yang belum menikmati layanan jasa keuangan, sehingga
diharapkan tidak hanya mendorong namun juga meningkatkan pemerataan
pertumbuhan ekonomi. Perbankan berperan besar untuk menjadi motor
penggerak kegiatan keuangan inklusif mengingat perbankan Indonesia
memiliki share kegiatan keuangan sampai dengan 80%. Meskipun demikian,
dalam pelaksanaannya nanti peran lembaga keuangan non perbankan tidak
akan dikesampingkan.
Program utama yang akan dilakukan di 2012 adalah : a). Memperluas
pelaksanaan kurikulum pendidikan keuangan termasuk edukasi pada TKI, b).
Meningkatkan kualitas program Tabunganku, c). Meningkatkan sosialisasi 3P
dan Kampanye Gerakan Indonesia Menabung (GIM),
d). Menyusun
rekomendasi Branchless Banking, e). Mengkaji Mobile Financial Services, f).
Mengimplementasikan Financial Indentity Number,
g). Melaksanakan
Financial Literacy Survey , h). Implementasi dan sosialisasi Strategi Nasional
Keuangan Inklusif sebagai proyek pertama untuk kegiatan sejenis di ASEAN, i)
Penciptaan wirausaha baru, dan j) Menyusun pengaturan prudential untuk
membantu UMKM.
4. Sistem Pembayaran Yang Aman, Efisien dan Lancar, yang diwujudkan melalui:
a. Pengembangan Insfrastruktur Sistem Pembayaran yang diselenggarakan Bank
Indonesia
Sistem pembayaran memiliki fungsi yang kritikal dalam menunjang kegiatan
perekonomian nasional dan sistem keuangan. Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS
merupakan infrastruktur sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia dan bersifat Sistemically Important Payment System (SIPS).
88  BANK INDONESIA
Peningkatan volume transaksi dan perkembangan pasar keuangan serta
sebagai dukungan terhadap inisiatif di kawasan regional, mendorong perlunya
dilakukan upaya peningkatan kehandalan dan efisiensi infrastruktur, Bank
Indonesia melakukan kegiatan pengembangan Sistem BI-RTGS/SSSS Generasi
II.
b. Percepatan terwujudnya National Payment Gateway (NPG) dan pengembangan
e-money
Layanan sistem pembayaran ritel/mikro telah dipergunakan secara luas oleh
masyarakat melalui berbagai instrumen pembayaran seperti cek, kartu
ATM/Debet, kartu kredit, e-money maupun berbagai delivery channel lainnya.
Namun dari sisi infrastruktur, layanan sistem pembayaran ritel/mikro tersebut
dilakukan oleh masing-masing pelaku industri sehingga belum dapat
terintegrasi. Pembentukan NPG diharapkan dapat menciptakan layanan
switching terintegrasi khususnya untuk layanan pembayaran ritel elektronis
guna menciptakan layanan transaksi ritel/mikro yang lebih efisien. Demikian
pula dari sisi penggunaan e-money yang telah berkembang sejak tahun 2007
dimana penggunaan e-money masih terbatas pada pedagang yang
bekerjasama dengan penerbit. Ke depan, perlu diupayakan optimalisasi
penggunaan e-money melalui kerjasama antar lembaga penyelenggara agar
layanan e-money dapat lebih efisien dan memberikan kenyamanan bagi
konsumen.
c. Peningkatan kelancaran distribusi uang dan layanan kas
Langkah kebijakan terkait
pengedaran uang di tahun 2012 tetap
diprioritaskan pada program-program a) peningkatan kualitas uang yang
beredar dan pemenuhan permintaan uang sesuai kebutuhan, b) peningkatan
efektivitas operasional kas di Bank Indonesia dan Perbankan, serta c)
pengembangan layanan kas Bank Indonesia dengan mengikutsertakan peran
perbankan dan instansi terkait.
d. Persiapan Standard Operating Procedur (SOP) dan Ketentuan Baru terkait
Pemberlakuan UU Mata Uang
Dengan telah diberlakukannya UU Mata Uang, maka BI perlu mempersiapkan
diri untuk memenuhinya. Program utama yang akan mulai dilakukan tahun
2012 dan diperkirakan berlangsung multiyears antara lain : a) Penyusunan
ketentuan baru terkait UU Mata Uang; b) Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan Uang sehingga pengelolaan uang lebih akuntabel dan
memudahkan koordinasi dengan Pemerintah; dan c) Mengembangkan Sentra
Pengedaran Uang.
Dalam upaya mendukung pelaksanaan strategi di atas, Dewan Gubernur juga
berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas manajemen internal Bank Indonesia
Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Tahun 2012  89
guna mendukung terciptanya manajemen organisasi yang lebih efektif dan good
governance yang lebih kuat. Beberapa strategi yang akan ditempuh adalah :
1. Penyelarasan kembali proses bisnis di Bank Indonesia
Proses bisnis merupakan inti dari seluruh aktivitas pada suatu organisasi yang akan
memberdayakan seluruh sumber daya. Sebagai bank sentral, proses bisnis di BI
bersifat khusus sesuai dengan mandat yang diembannya.
Guna meminimalisir potensi inefiensi dan inefektivitas dalam pelaksanaan tugas di
berbagai satker di BI, dirasakan perlu untuk meninjau dan memperbaiki proses
bisnis di Bank Indonesia.
2. Integrasi Sistem Informasi secara bertahap
Dalam mendukung pengambilan keputusan serta melayani kebutuhan stakeholder
internal dan eksternal, maka dirasakan perlu untuk mengintegrasikan sistem
informasi di BI. Upaya integrasi sistem informasi ini akan dilakukan melalui
penyelarasan seluruh komponen organisasi (proses bisnis, kebutuhan akan
data/informasi, aplikasi dan infrastruktur pendukung) dengan arah strategi yang
telah ditetapkan melalui pendekatan Enterprise Architecture.
3. Implementasi Performance Based Budgeting secara bertahap
Sebagaimana perkembangan di berbagai lembaga publik, Bank Indonesia perlu
melakukan pergeseran paradigma dan sistem penganggaran dari semula
berorientasi pada input (perencanaan anggaran) menjadi berorientasi pada
output/outcome yang disebut Performance Based Budgeting (PBB). Hal ini
diharapkan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
Bank Indonesia. Implementasi PBB dilakukan secara bertahap mulai tahun 2011
dan siap diimplementasikan secara penuh di tahun 2014.
4. Persiapan Implementasi Manajemen Kelangsungan Kegiatan BI (MKK BI)
Sejumlah kegiatan Bank Indonesia bersifat transaksional dengan nilai ekonomi
tinggi dan bersifat langsung mempengaruhi kinerja perekonomian, keuangan, dan
citra stakeholder maupun Bank Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
menjamin kelangsungan kegiatan BI dalam kondisi apapun termasuk kondisi
darurat khususnya jika kondisi tersebut dialami Kantor Pusat Bank Indonesia.
5. Peningkatan Kompetensi dan Kecukupan Jumlah SDM
Tuntutan tugas yang makin meningkat di tengah ketidakpastian dinamika
perekonomian domestik dan global membutuhkan SDM yang kompeten dalam
jumlah yang memadai.
90  BANK INDONESIA
6. Percepatan penyelesaian Asset Liability Management (ALM) antara Bank Indonesia
dan Pemerintah
Upaya ini ditujukan untuk menjaga sustainabilitas keuangan BI dan Pemerintah
dalam jangka panjang sekaligus memfasilitasi amanah UU Perbendaharaan Negara
untuk menggunakan SBN secara bertahap sebagai instrumen operasi moneter.
7. Penguatan komunikasi kebijakan BI
Efektivitas kebijakan BI mensyaratkan komunikasi kebijakan yang efektif pula.
Selain itu, tuntutan transparansi dan keterbukaan yang makin tinggi dengan
adanya UU Keterbukaan Informasi Publik menuntut BI untuk menguatkan lagi
fungsi komunikasi publiknya.
Berbagai langkah strategis dan outcomes Bank Indonesia tersebut digambarkan dalam
Peta Strategi Bank Indonesia Tahun 2012 sebagai berikut:
Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Tahun 2012  91
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan.
92  BANK INDONESIA
Lampiran
Produk Hukum Bank Indonesia
Selama Tahun 2011
1. Peraturan Bank Indonesia
No.
Nomor
PBI
Tanggal
Perihal
1
13/1/PBI/2011
05/01/2011
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
2
13/2/PBI/2011
12/01/2011
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
3
13/3/PBI/2011
17/01/2011
Penetapan Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank
4
13/4/PBI/2011
21/01/2011
Pencabutan Peraturan Bank Indonesia
No.10/22/PBI/2008 tentang Pemenuhan
Kebutuhan Valuta Asing Korporasi Domestik
melalui Bank
5
13/5/PBI/2011
24/01/2011
Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
6
13/6/PBI/2011
24/01/2011
Tindak Lanjut Penanganan Terhadap Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Dalam Status
Pengawasan Khusus
7
13/7/PBI/2011
28/01/2011
Perubahan Kedua atas PBI No.7/1/PBI/2005
tanggal 10 Januari 2005 tentang Pinjaman
Luar Negeri Bank
8
13/8/PBI/2011
04/02/2011
Laporan Harian Bank Umum
9
13/9/PBI/2011
08/02/2011
Perubahan atas PBI No.10/18/PBI/2008 tentang
Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah
10
13/10/PBI/2011
09/02/2011
Perubahan atas PBI No.12/19/PBI/2010 tentang
Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank
Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
11
13/11/PBI/2011
03/03/2011
Pencabutan atas PBI Nomor 3/2/PBI/2001
tantang Pemberian Kredit Usaha Kecil dan SE
BI Nomor 3/9/BKR perihal Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Kecil
12
13/12/PBI/2011
17/03/2011
Perubahan atas PBI No.5/26/PBI/2003 tentang
Laporan Bulanan Bank Umum Syariah
13
13/13/PBI/2011
24/03/2011
Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah
14
13/14/PBI/2011
24/03/2011
Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Pembiayaan
Lampiran  93
No.
Nomor
PBI
Tanggal
Perihal
Rakyat Syariah
15
13/15/PBI/2011
23/06/2011
Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa
Lembaga Bukan Bank
16
13/16/PBI/2011
01/08/2011
Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/29/PBI/2004 Tentang
Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Kertas
Rupiah Pecahan 20.000 (Dua Puluh Ribu)
Tahun Emisi 2004
17
13/17/PBI/2011
01/08/2011
Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/42/PBI/2005 Tentang
Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Kertas
Rupiah Pecahan 50.000 (Lima Puluh Ribu)
Tahun Emisi 2005
18
13/18/PBI/2011
01/08/2011
Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/28/PBI/2004 Tentang
Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Kertas
Rupiah Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun
Emisi 2004
19
13/19/PBI/2011
22/09/2011
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/12/PBI/2006 tentang Laporan Berkala
Bank Umum
20
13/20/PBI/2011
30/09/2011
Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan
Devisa Utang Luar Negeri
21
13/21/PBI/2011
30/09/2011
Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank
22
13/22/PBI/2011
30/09/2011
Kewajiban Pelaporan Penarikan Devisa Utang
Luar Negeri
23
13/23/PBI/2011
02/11/2011
Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
24
13/24/PBI/2011
01/12/2011
Operasi Moneter Syariah
25
13/25/PBI/2011
09/12/2011
Prinsip kehati-hatian bagi Bank Umum yang
melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada pihak lain
26
13/26/PBI/2011
28/12/2011
Perubahan atas PBI No. 8/19/PBI/2006 tentang
Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif BPR
27
13/27/PBI/2011
28/12/2011
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/1/PBI/2009 Tentang Bank Umum
94  BANK INDONESIA
2. Peraturan Dewan Gubernur
No.
Nomor
PDG
Tanggal
Perihal
1
13/1/PDG/2011
28/01/2011
Perubahan Atas PDG No. 7/15/PDG/2005
Tentang Pemberian Honorarium di Bank
Indonesia
2
13/2/PDG/2011
21/03/2011
Pengadaan Jasa Dalam Rangka Pengelolaan
Cadangan Devisa
3
13/3/PDG/2011
31/05/2011
Perubahan Kedua atas PDG
No.10/12/PDG/2008 tentang Remunerasi
Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
4
13/4/PDG/2011
31/05/2011
Perubahan atas PDG No.10/11/PDG/2008
Remunerasi Pegawai Bank Indonesia
5
13/5/PDG/2011
05/10/2011
Perubahan Atas PDG No. 9/2/PDG/2007
tentang Tata Tertib dan Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Dewan Gubernur Bank
Indonesia
6
13/6/PDG/2011
30/11/2011
Perubahan atas PDG No. 10/8/PDG/2008
tentang Perjalanan Dinas Anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia
3. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia
No.
Nomor
SE BI Ekstern
Tanggal
Perihal
1
13/1/DInt
20/01/2011
Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri
2
13/2/DPbS
31/01/2011
Tindak Lanjut Penanganan terhadap Bank
Pembiayaan Syariah dalam Status Pengawasan
Khusus
3
13/3/DPM
04/02/2011
Laporan Harian Bank Umum
4
13/4/DPM
04/02/2011
Biaya Laporan Harian Bank Umum
5
13/5/DPNP
08/02/2011
Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar
Kredit
6
13/6/DPNP
18/02/2011
Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang
Menurut Risiko untuk Risiko Kredit dengan
Menggunakan Pendekatan Standar
7
13/7/DASP
25/02/2011
Self Regulatory Organization di Bidang Sistem
Pembayaran
8
13/8/DPNP
28/03/2011
Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and proper
Lampiran  95
No.
Nomor
SE BI Ekstern
Tanggal
Perihal
test)
9
13/9/DPU
05/04/2011
Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh
Bank Umum di Bank Indonesia
10
13/10/DPbS
13/04/2011
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah
11
13/11/DPbS
13/04/2011
Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
12
13/12/DPU
29/04/2011
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/8/DPU tanggal 28 Februari 2008
perihal Penukaran Uang Rupiah.
13
13/13/DPM
09/05/2011
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010
perihal Operasi Pasar Terbuka.
14
13/14/DKBU
12/05/2011
Penerapan Program Anti Pencucian Uang
dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi
Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
15
13/15/DPBS
30/05/2011
Laporan Bulanan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
16
13/16/DPbS
30/05/2011
Perubahan atas SE Nomor 10/35/DPbS
tanggal 22 Oktober 2008 tentang
Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
17
13/17/DPbS
30/05/2011
Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
18
13/18/DPbS
30/05/2011
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober
2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
19
13/19/DSM
10/06/2011
Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank
Indonesia No. 5/31/DSM tanggal 1 Desember
2003 perihal Laporan Bulanan Bank Umum
Syariah
20
13/20/DPM
08/08/2011
Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli
2010 perihal Operasi Pasar Terbuka
21
13/21/DSM
15/08/2011
Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa lembaga
Bukan Bank
96  BANK INDONESIA
No.
Nomor
SE BI Ekstern
Tanggal
Perihal
22
13/22/DASP
18/10/2011
Implementasi Teknologi Chip dan Penggunaan
Personal Identification Number pada Kartu
ATM dan/atau Kartu Debet yang diterbitkan di
Indonesia
23
13/23/DPNP
25/10/2011
Perubahan atas Surat Edaran No. 5/21/DPNP
perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum
24
13/24/DPNP
25/10/2011
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
25
13/25/DPNP
25/11/2011
Pencabutan SE BI No. 29/02/UPPB tgl. 31 Juli
1996 perihal Tatacara Penerimaan,
Penatausahaan, Pelaporan Setoran Penerimaan
Negara dan Pengenaan Sanksi
26
13/26/DPNP
30/11/2011
Perubahan atas SE No. 13/8/DPNP tanggal 28
Maret 2011 tentang Uji Kemampuan dan
Kepatutan (fit and proper test)
27
13/27/DPM
01/12/2011
Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat
Berharga Syariah Negara Dengan Bank
Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka
Syariah
28
13/28/DPNP
09/12/2011
Penerapan strategi anti fraud bagi Bank Umum
29
13/29/DPNP
09/12/2011
Penerapan Manjemen Risiko pada Bank Umum
yang Melakukan Layanan Nasabah Prima
30
13/30/DPNP
16/12/2011
Perubahan Ketiga atas SE No. 3/30/DPNP
tanggal 14 Desember 2001 perihal Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan
Bank Umum serta Laporan Tertentu yang
Disampaikan kepada Bank Indonesia
31
13/31/DPNP
22/12/2011
Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang
Diakui Bank Indonesia
32
13/32/DASP
23/12/2011
Perizinan, Pelaporan, dan Pengawasan SubRegistry
4. Surat Edaran Intern Bank Indonesia
No.
Nomor
SE BI Intern
Tanggal
Perihal
1
13/1/INTERN
18/01/2011
Penyediaan Bahan Bacaan di Bank Indonesia
2
13/2/INTERN
28/01/2011
Pencabutan SE BI No.10/52/INTERN tanggal 15
Lampiran  97
No.
Nomor
SE BI Intern
Tanggal
Perihal
Oktober 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pemenuhan Kebutuhan Valuta Asing Korporasi
Domestik melalui Bank
3
13/3/INTERN
31/01/2011
Sistem Pengembangan Sumber Daya Manusia
bank Indonesia
4
13/4/INTERN
04/02/2011
Petunjuk Pelaksanaan Laporan Harian Bank
Umum
5
13/5/INTERN
07/02/2011
Pelaksanaan Pengeluaran Uang Rupiah
6
13/6/INTERN
28/02/2011
Perubahan atas SEBI No.12/63/INTERN tanggal
28 Oktober 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Ketentuan Giro Wajib Minimum
Bank Umum pada Bank Indonesia dalam
Rupiah dan Valuta Asing
7
13/7/INTERN
01/03/2011
Perubahan SE No.11/58/INTERN tanggal 8
September 2009 perihal Pedoman Pelaksanaan
Quality Assurance melalui Forum Panel
Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko
8
13/8/INTERN
06/04/2011
Pedoman Pelaksanaan Ketentuan
Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar
Kredit
9
13/9/INTERN
08/04/2011
Pedoman Investasi Cadangan Devisa
10
13/10/INTERN
08/04/2011
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Kas Keliling
11
13/11/INTERN
18/04/2011
Pelaksanaan Penyetoran dan Penarikan Uang
Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia
12
13/12/INTERN
29/04/2011
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/12/INTERN tanggal 28 Februari
2008 perihal Pelaksanaan Penukaran uang
Rupiah.
13
13/13/INTERN
05/05/2011
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 9/20/INTERN tanggal 14 Juni 2007
perihal Pedoman Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank
Perkreditan Rakyat.
14
13/14/INTERN
09/05/2011
Petunjuk Pelaksanaan Transaksi Operasi Pasar
Terbuka
15
13/15/INTERN
11/05/2011
Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Uji
Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test)
16
13/16/INTERN
19/05/2011
Struktur Organisasi Bank Indonesia dan
Nama Satuan Kerja di Bank Indonesia
98  BANK INDONESIA
No.
Nomor
SE BI Intern
Tanggal
Perihal
17
13/17/INTERN
19/05/2011
Perubahan Kedua atas Surat Edaran Nomor
12/10/INTERN perihal Perencanaan dan
Pengadaan Barang dan/atau Jasa dalam
Manajemen Logistik Bank Indonesia (MLBI)
18
13/18/INTERN
31/05/2011
Perubahan Kedua atas SE No.10/70/INTERN
tentang Gaji dan Penghasilan Lain Pegawai
Bank Indonesia.
19
13/19/INTERN
31/05/2011
Organisasi Direktorat Perbankan Syariah
20
13/20/INTERN
08/06/2011
Pedoman Pelaksanaan Tindak Lanjut
Penanganan Terhadap Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Dalam Status Pengawasan
Khusus
21
13/21INTERN
10/06/2011
Perubahan atas SE No.10/31/INTERN tanggal
30 Juni 2008 tentang Penggunaan
Bloomberg Portfolio Order Management
System (POMS)
22
13/22/INTERN
22/06/2011
Pedoman Pengadaan Dan Penggunaan ThirdParty Securities Lending Agent
23
13/23/INTERN
24/06/2011
Dealing Guideline Pengelolaan Cadangan
Devisa
24
13/24/INTERN
28/06/2011
Waktu Kerja Kantor Pusat dan Kantor Bank
Indonesia
25
13/25/INTERN
28/06/2011
Perubahan Kelima Atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 8/10/INTERN tanggal 14
Februari 2006 Tentang Organisasi Direktorat
Pengawasan Bank 1, Direktorat Pengawasan
Bank 2 Dan Direktorat Pengawasan Bank 3
26
13/26/INTERN
30/06/2011
Pedoman Pelaksanaan Pemotongan dan/atau
Pemungutan Pajak di Bank Indonesia
27
13/27/INTERN
29/07/2011
Petunjuk Pelaksanaan Pembeliaan Surat
Berharga Syariah Negara Jangka Pendek Oleh
Bank Indonesia di Pasar Perdana
28
13/28/INTERN
08/08/2011
Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 11/3/INTERN Tanggal 23
Januari 2009 Perihal Prosedur Penarikan
Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri
Pemerintah Dengan Menggunakan Letter Of
Credit (L/C)
29
3/29/INTERN
08/08/2011
Perubahan Atas Surat Edaran Nomor
13/14/INTERN Tanggal 9 Mei 2011 Tentang
Lampiran  99
No.
Nomor
SE BI Intern
Tanggal
Perihal
Petunjuk Pelaksanaan Transaksi Operasi Pasar
Terbuka
30
13/30/INTERN
26/08/2011
Kajian Ekonomi Regional
31
13/31/INTERN
26/08/2011
Organisasi Direktorat Pengelolaan Sistem
Informasi
32
13/32/INTERN
16/08/2011
Organisasi Direktorat Pengelolaan Sistem
Informasi
33
13/33/INTERN
30/09/2011
Risk Management Guideline Pengelolaan
Cadangan Devisa
34
13/34/INTERN
03/10/2011
Perubahan Surat Edaran Nomor 12/75/INTERN
tentang Rumah Instirahat Bank Indonesia
35
13/35/INTERN
18/10/2011
Pengelolaan Laporan Kegiatan Lalu Lintas
Devisa Lembaga Bukan Bank
36
13/36/INTERN
25/10/2011
Pedoman Pengawasan Bank berdasarkan Risiko
untuk Tahapan Penilaian Risiko
37
13/37/INTERN
28/10/2011
Rekonsiliasi Rekening Giro (Nostro) dan suratsurat Berharga melalui Sistem Aplikasi
Intelegent Matching
38
13/38/INTERN
01/11/2011
Sistematika Akun Anggaran dan Akun Rencana
Investasi Bank Indonesia
39
13/39/INTERN
21/11/2011
Serah Terima Jabatan Pemimpin Bank
Indonesia
40
13/40/INTERN
23/11/2011
Sekretariat Komite Perbankan Syariah
41
13/41/INTERN
30/11/2011
Pedoman Pengawasan Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan oleh Bank Perkreditan Rakyat.
42
13/42/INTERN
01/12/2011
Petunjuk Pelaksanaan Transaksi Reverse Repo
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan
Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar
Terbuka Syariah
43
13/43/INTERN
14/12/2011
Petunjuk Pelaksanaan Laporan Bulanan Bank
Umum Syariah
44
13/44/INTERN
20/12/2011
Laporan Keuangan Bank Indonesia
45
13/45/INTERN
20/12/2011
Perubahan atas SE No. 12/84/INTERN tanggal
31 Desember 2010 perihal Bagan Rekening
Bank Indonesia
46
13/46/INTERN
20/12/2011
Pedoman Penatausahaan Emas di Khazanah
100  BANK INDONESIA
No.
Nomor
SE BI Intern
Tanggal
Perihal
Emas Bank Indonesia
47
13/47/INTERN
23/12/2011
Perubahan atas SE BI No. 8/50/INTERN tanggal
28 September 2006 tentang Pedoman
Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (PAKBI)
48
13/48/INTERN
23/12/2011
Perubahan atas SE BI No. 12/88/INTERN
tanggal 31 Desember 2010 tentang Bank
Indonesia Sentralisasi Otomasi Sistem Akunting
49
13/49/INTERN
27/12/2011
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemeriksaan BPR
yang Terfokus
50
13/50/INTERN
28/12/2011
Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan
penatausahaan SBSN
51
13/51/INTERN
29/12/2011
Perubahan atas SE BI No. 13/15/INTERN
tanggal 11 Mei 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Ketentuan Uji Kemampuan dan
kepatuhan (Fit and Proper Test)
52
13/52/INTERN
29/12/2011
Pedoman Pengawasan Penetapan Status dan
Tindak Lanjut Pengawasan Bank
53
13/53/INTERN
30/12/2011
Pedoman Operasional BI-SOSA untuk KBI
dengan Fungsi Terbatas
54
13/54/INTERN
30/12/2011
Pelaksanaan Ketentuan Devisa Hasil Ekspor
(DHE)
55
13/55/INTERN
30/12/2011
Pengelolaan Laporan Kegiatan lalu Lintas
Devisa Bank
56
13/56/INTERN
30/12/2011
Manajemen Perpustakaan Bank Indonesia
Lampiran  101
Halaman ini sengaja dikosongkan
102  BANK INDONESIA
Daftar Istilah
Administered price
: Harga barang/jasa yang diatur oleh Pemerintah, misalnya
harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional (BOPO)
: Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai
BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank.
BI Rate
: Suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dan diumumkan kepada publik.
Bank Indonesia RealTime Gross Settlement
(BI-RTGS)
: Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan
sistem transfer dana secara elektronik antar peserta
Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi
Bank Indonesia –
Scripless Securites
Settlement System (BISSSS)
: Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System,
merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia
termasuk penatausahaanya dan penatausahaan Surat
Berharga secara elektronik dan terhubung langsung
antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
Cadangan Devisa
: Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank
Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva neraca Bank
Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas
asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito
berjangka, wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya
dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat
dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri
Capital Adequacy Ratio
(CAR)
: Rasio kecukupan modal bank yang diukur berdasarkan
secara individual.
perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR).
Cash in Transit (CIT)
: Jasa pengambilan dan pengantaran uang dan barangbarang berharga lainnya dengan kendaraan yang didisain
secara khusus dari satu tempat ke tempat lainnya
sebagaimana yang diinstruksikan oleh klien.
Channeling
: Pemberian kredit kepada debitur yang dananya
disalurkan melalui bank lain, perusahaan pembiayaan
atau pihak lain. Atas penyaluran kredit tersebut bank
pelapor sebagai pemilik dana menanggung risiko.
Daftar Istilah  103
Deposit Facility
Early Warning System
(EWS)
: Penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank Indonesia
dalam rangka operasi moneter
: Sistem Peringatan Dini
Financial Inclusion
(Keuangan Inklusif)
: Suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk
meniadakan segala bentuk hambatan baik yang bersifat
harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat
dalam menggunakan dan/atau memanfaatkan layanan
jasa keuangan.
Financial Stability Index
: Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia
secara keseluruhan yang mencakup perbankan, pasar
saham dan pasar obligasi, dan membantu megidentifikasi
potensi tekanan di sistem keuangan.
: Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang
Financing to deposit
diterima oleh bank. FDR digunakan untuk bank syariah,
ratio (FDR) atau Loan to
sedangkan LDR untuk bank umum.
deposit ratio (LDR)
Foreign Direct
Investment (FDI)
: Pemberian Pinjaman Atau Pembelian Kepemilikan
Perusahaan Di Luar Wilayah Negaranya Sendiri
Good Governance
: Tata kelola organisasi yang baik dan sehat.
Imported inflation
: Inflasi yang disebabkan karena adanya perubahan harga
di luar negeri dan atas perubahan nilai tukar.
Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK)
: Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan
indeks konsumen, yang mencerminkan perubahan harga
barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas.
Investment Grade
(Peringkat Investasi)
: Peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
terkemuka
implied swap rate
:
Jakarta InterBank
Offered Rate (JIBOR)
: Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di
Indonesia yang berasal dari kontributor JIBOR.
Kliring
: Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring
secara terpusat di satu tempat dengan cara saling
menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat dagang
yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan
(clearing).
Inflasi inti
: Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods
dan administered prices.
104  BANK INDONESIA
Likuiditas
: Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang
harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat; sebuah
perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat
pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar
dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).
Makroprudensial
: Kegiatan pemantauan dan analisis kinerja lembaga
keuangan secara industri dalam kerangka pengawasan
terhadap sistem keuangan.
National Payment
Gateway
: Kebijakan
yang
menitikberatkan
pada
upaya
mengarahkan industri pembayaran untuk bekerjasama
menciptakan platform standar sistem atau infrastruktur
yang dapat digunakan secara bersama.
Neraca Pembayaran
Indonesia
: Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan
barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah
asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca
pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan
neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item
finansial.
Non Performing Loan
(NPL)
: Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang
berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Non Performing
Financing (NPF)
: Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan
NPF untuk bank syariah.
Operasi Moneter
: Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia
dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi
Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing
Facilities).
Pasar Uang Antar Bank
(PUAB O/N)
: Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta
asing antar Bank Konvensional dengan jangka waktu satu
hari (overnight).
Profitabilitas
: Ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.
Quantitative easing
: Program pelonggaran kuantitatif
Daftar Istilah  105
Rencana Bisnis Bank
: Dokumen tertulis yang menggambarkan rencana
kegiatan usaha Bank jangka pendek (satu tahun) dan
jangka menengah (tiga tahun), termasuk strategi untuk
merealisasikan rencana tersebut, rencana untuk
memperbaiki kinerja usaha, dan rencana pemenuhan
ketentuan kehati-hatian sesuai dengan target dan waktu
yang ditetapkan.
Risk Based Supervision
: Pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan
(forward looking) dimana pengawasan/pemeriksaan
suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat
(inherent risk) pada aktivitas fungsional bank serta sistem
pengendalian risiko (risk control system).
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
: Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek
Suku Bunga Dasar
Kredit (SBDK)
: Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi
Bank dalam penentuan suku bunga kredit yang
dikenakan kepada nasabah Bank
Surat Utang Negara
(SUN)
: Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya,
sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku.
Secondary Reserve
: Cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank
berupa Sertifikat Bank Indonesia, Surat Utang Negara,
Surat Berharga Syariah Negara dan/atau Excess Reserve,
yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
Sovereign Credit Rating
: Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang
berdaulat yaitu pemerintah. Sovereign Credit Rating
mengindikasikan tingkat resiko dari sebuah lingkungan
investasi dari suatu negara dan digunakan oleh investor
asing yang ingin berinvestasi di negara tersebut
Strategy Map
: Interelasi antara pengukuran-pengukuran yang terkait
satu sama lain dalam hubungan sebab akibat, yang
menggambarkan strategi organisasi Bank Indonesia.
Term Deposit
: Penempatan dana rupiah milik peserta Operasi Moneter
secara berjangka di Bank Indonesia. Term deposit dapat
dicairkan sebelum jatuh waktu (early redemption)
sepanjang memenuhi persyaratan tertentu dan atas
pencairan tersebut dikenakan biaya.
106  BANK INDONESIA
Transaksi Reverse Repo
: Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi
Pasar Terbuka (OPT) dari Bank Indonesia, dengan
kewajiban penjualan kembali oleh peserta OPT sesuai
dengan harga dan jangka waktu yang disepakati
Uang Kartal
: Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan
diedarkan oleh Bank Indonesia dan digunakan sebagai
alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia.
Unqualified Opinion
: Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor
jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan
tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai
kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta
pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar
posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Volatile food
: Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan
makanan yang harganya sangat berfluktuasi.
Daftar Istilah  107
Halaman ini sengaja dikosongkan
108  BANK INDONESIA
Daftar Singkatan
ACGM
AEC
AFMM
AGM
APBN
API
APMK
APRA
AS
ASA
Asbanda
ASEAN
ASEAN+3
ASPI
ATM
ATMR
Bapepam-LK
BBM
BBRT
BC
BCBS
BEI
BEMP
BI
BIG-eB
BI-RTGS
BIS
BI-SSSS
BKF
BKPM
BMT
BOE
BOPO
BPD
BPK
BPR
BPRS
bps
BPS
BRC
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
ASEAN Central Bank Governors' Meeting
ASEAN Economic Community
ASEAN Finance Ministers' Meeting
Annual General Meeting
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Arsitektur Perbankan Indonesia
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
Australian Prudential Regulation Authority
Amerika Serikat
ASEAN Swap Arrangement
Asosiasi Bank Daerah
The Association of Southeast Asian Nations
ASEAN + Jepang, China, Korea
Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia
Anjungan Tunai Mandiri
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
Bahan Bakar Minyak
Bahan Bakar Rumah Tangga
Bank and Credit
Basel Committee on Banking Supervision
Bursa Efek Indonesia
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan
Bank Indonesia
Bank Indonesia Government Electronic Banking
Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
Bank for International Settlement
Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
Badan Kebijakan Fiskal
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Baitul Maal wat Tamwil
Bank of England
Biaya Operasional Pendapatan Operasional
Bank Pembangunan Daerah
Badan Pemeriksa Keuangan
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Basis Point
Badan Pusat Statistik
BPD Regional Champion
Daftar Singkatan  109
BSA
BSR
BUMN
BUS
CAR
C-BEST
CIMA
CIP
CIT
CMF
CMI
CMIM
CMP
CP
CPO
CRATA
DF
DHE
Ditjen
DJPU
DPK
DPNP
DPO
DPR
DPU
DSS
DULN
DvP
ECB
e-CLEAR
EM
EMEAP
ESDM
EWS
FDI
FDR
FGD
FOMC
FOSSEI
FPRS
FPT
FSB
FSC
FSI
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Bilateral Swap Arrangement
Bank Indonesia Social Responsibility
Badan Usaha Milik Negara
Bank Umum Syariah
Capital Adequacy Ratio
The Central Depository and Book Entry Settlement System
Cayman Islands Monetary Authority
Covered Interest Parity
Cash In Transit
Crisis Management Framework
Chiang Mai Initiative
Chiang Mai Initiative Multilateralization
Crisis Management Protocol
Consultative Paper
Crude Palm Oil
Comprehensive, Realible, Accuracy, Timeliness dan Accessible
Deposit Facility
Devisa Hasil Ekspor
Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Dana Pihak Ketiga
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Daftar Pencarian Orang
Dewan Perwakilan Rakyat
Direktorat Pengedaran Uang
Decision Support System
Devisa Utang Luar Negeri
Delivery versus Payment
European Central Bank
Electronic Clearing and Guarantee System
Emerging Market
The Executives' Meeting of East Asia Pacific Central Banks
Energi dan Sumber Daya Mineral
Early Warning System
Foreign Direct Investment
Financing to Deposit Ratio
Focus Group Discussion
Federal Open Market Committee
Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam
Forum Riset Perbankan Syariah
Fit and Proper Test
Financial Stability Board
Financial Services Commision
Financial Stability Index
110  BANK INDONESIA
GAP
GCG
GEM
GPFI
GWM
HIPMI
HJE
HKSAR
HTP
IAEI
IBEF
IDI
IFEF
IFRA
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
IFSB
IGSTS
IHK
IRU
ISIN
ISO
IWAPI
JATS
JIBOR
JICA
JPSK
KADIN
KBI
KC
KCP
Kemenakertrans
Kemendiknas
Kemeneg
Kemenhub
Kemenkeu
Kemenkominfo
KI
KK
KKBI
KKMB
KKPE
KMK
KNKG
KP
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Good Agriculture Practices
Good Corporate Governance
Global Economy Meeting
Global Partnership Financial Inclusion
Giro Wajib Minimum
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Harga Jual Eceran
Hong Kong Special Administrative Region
Harga Transaksi Pasar
Ikatan Ahli Ekonomi Islam
IWAPI Business Opportunity Expo & Forum
Informasi Debitur Individual
Indonesia Financial Expo & Forum
International Franchise License & Business Concept Expo &
Conference
International Financial Stability Board
Indonesian Government Securities Trading System
Indeks Harga Konsumen
Investor Relation Unit
International Securities Identification Number
International Organization for Standardization
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Jakarta Automated trading System
Jakarta Interbank Offered Rate
Japan International Cooperation Agency
Jaring Pengaman Sistem Keuangan
Kamar Dagang dan Industri
Kantor Bank Indonesia
Kantor Cabang
Kantor Cabang Pembantu
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pendidikan Nasional
Kementerian Negara
Kementerian Perhubungan
Kementerian Keuangan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
Kantor Koordinator Bank Indonesia
Konsultan Keuangan Mitra Bank
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
Kredit Modal Kerja
Komite Nasional Kebijakan Governance
Kantor Pusat
Daftar Singkatan  111
KPEI
KPK
KSEI
KUPS
KUR
L/C
LBB
LBU
LBU/S
LDR
LK
LKM
LKTBI
LLD
MESq
MKM
MoU
MOFIDS
NAD
NKRI
NPF
NPG
NPI
NPL
NPWP
OJK
OTC
PB
PDB
PDN
Perbarindo
PHR
PII
Pilkada
PIN
PKTI
PLTE
PMA
Pokja
POLRI
PP
PPK
PPKD
PPKMIB
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kliring Penjaminan Efek Indonesia
Komisi Pemberantasan Korupsi
Kustodian Sentral Efek Indonesia
Kredit Usaha Pembibitan Sapi
Kredit Usaha Rakyat
Letter of Credit
Lembaga Bukan Bank
Laporan Bulanan Bank Umum
Laporan Bank Umum/Syariah
Loan to Deposit Ratio
Laporan Keuangan
Lembaga Keuangan Mikro
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
Lalu Lintas Devisa
Masyarakat Ekonomi Syariah
Mikro Kecil dan Menengah
Memorandum of Understanding
Ministry of Finance Dealing System
Neraca Arus Dana
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Non Performing Financing
National Payment Gateway
Neraca Pembayaran Indonesia
Non Performing Loan
Nomor Pokok Wajib Pajak
Otoritas Jasa Keuangan
Over The Counter
Private Banking
Produk Domestik Bruto
Posisi Devisa Neto
Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Posisi Investasi Indonesia
Pemilihan Kepala Daerah
Personal Identification Number
Program Kerja Teknologi Informasi
Penerimaan Laporan Transaksi Efek
Penanaman Modal Asing
Kelompok Kerja
Kepolisian Republik Indonesia
Perusahaan Pembiayaan
Program Penyelarasan Kultur
Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah
Proses Penilaian Kecukupan Modal Internal Bank
112  BANK INDONESIA
PRJ
PSAK
PSP
PUAB
PUAB O/N
QIS
qtq
Rakornas
Rakorwil
RBB
RI
RMB
ROA
RPP
RR-SBN
RTE
RTGS
RUU
SBDK
SBI
SBN
SD
SDM
SE
SEACEN
SHPR
SID
SID
SIFIs
SIMASDAM
SK
SKB
SKDU
SKNBI
SMP
SOP
SP
SP
SPAN
SPE
SPIME
SPU
SSBs
SULNI
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Pekan Raya Jakarta
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Pemegang Saham Pengendali
Pasar Uang Antar Bank
Pasar Uang Antar Bank Overnight
Quantitative Impact Study
quarter to quarter
Rapat Koordinasi Nasional
Rapat Koordinasi Wilayah
Rencana Bisnis Bank
Republik Indonesia
Renminbi
Return on Assets
Rancangan Peraturan Pemerintah
Reverse Repo-Surat Berharga Negara
Rincian Transaksi Ekspor
Real Time Gross Settlement
Rancangan Undang-Undang
Suku Bunga Dasar Kredit
Sertifikat Bank Indonesia
Surat Berharga Negara
Sekolah Dasar
Sumber Daya Manusia
Surat Edaran
South East Asian Central Banks
Survei Harga Properti Residensial
Sistem Informasi Debitur
Single Investor ID
Sistemically Important Financial Institutions
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Survei Konsumen
Surat Keputusan Bersama
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
Sekolah Menengah Pertama
Standard Operating Procedure
Survei Produksi
Survei Perbankan
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
Survei Penjualan Eceran
Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi
Sentra Pengedaran Uang
Standard Setting Bodies
Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
Daftar Singkatan  113
SWIFT
SWIFT MT
TD
Tipibank
TKI
TMF
ToT
TPI
TPID
TTL
UIP
ULE
ULN
UMKM
UPK
UU
UUS
UYD
Valas
WM
YLKI
yoy
ytd
: Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication
: Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication
Message Type
: Term Deposit
: Tindak Pidana Perbankan
: Tenaga Kerja Indonesia
: Transaksi Modal dan Finansial
: Training of Trainer
: Tim Pengendali Inflasi
: Tim Pengendali Inflasi Daerah
: Tarif Tenaga Listrik
: Uncovered Interest Parity
: Uang Layak Edar
: Utang Luar Negeri
: Usaha Mikro Kecil dan Menengah
: Uang Pecahan Kecil
: Undang-Undang
: Unit Usaha Syariah
: Uang yang Diedarkan
: Valuta Asing
: Wealth Management
: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
: year on year
: year to date
114  BANK INDONESIA
Download