Hubungan antara Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosional dengan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kreativitas
2.1.1 Pengertian kreativitas verbal
Guilford (1975) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan seseorang
untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda, belum ada
sebelumnya berupa suatu gagasan atau ide, hasil karya, serta respon dari situasi
yang tidak terduga. Menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru merupakan
suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh orang lain, bisa berupa ide yaitu
pemikiran yang dituangkan dalam pendapat yang bisa saja pendapat tersebut
berbeda dengan orang lain. Sedangkan hasil karya yaitu sesuatu yang dihasilkan
oleh orang lain bisa berupa seni atau kerajinan bahkan pendapat, selain itu hasil
karya merujuk pada hasil perbuatan, kinerja atau karya seseorang dalam bentuk
barang atau sebuah pendapat. Respon atau situasi yang tidak terduga merupakan
suatu pemikiran atau sikap dimana orang dengan cepat merespon dan melakukan
sesuatu dengan cepat, bisa melalui pemikiran kreatif ataupun memperbaiki barang
yang rusak.
Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya.
Interaksi yang unik dapat berupa kegiatan yang dapat mengambangkan kreativitas
yang memungkinkan berbeda dengan yang lain. Kreativitas merupakan suatu
proses yang tercermin dalam
kelancaran, kelenturan dan originilitas dalam
berpikir dan suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru apakah suatu
gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru sehingga
11
proses kreatif dapat muncul dalam tindakan yang dapat menghasilkan suatu
produk baru yang tumbuh dalam keunikan individu. Kreativitas verbal merupakan
proses berpikir
yang dapat menghasilkan kemampuan dengan memberikan
berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan, sehingga orang
dapat mengambangkan kreativitas anak yang diwujudkan dalam potensi kreatif
Guilford (1975).
Kreativitas juga berhubungan dengan kemampuan untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian masalah berdasarkan informasi yang tersedia
untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban baik berupa pemikiran yang
imajinatif dan pemikiran terbuka yang menjajaki bermacam-macam kemungkinan
jawaban terhadap suatu persoalan atau masalah serta fokus pada tercapainya satu
jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah. maka melalui
kreativitas, orang
mampu mengadaptasi dalam semua situasi agar tujuannya
tercapai. Perlunya penenkanan arah tujuan yang jelas sehingga penerapan
kreativitas akan berkembang dengan cara menghasilkan banyak gagasan atau ide
yang baru yang akan berakibat pada mengembangan sikap dan cara berpikir
kreatif. Kreativitas verbal mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri
kreatif Guilford (1975).
Guilford (1975) menyatakan bahwa proses berpikir kreatif digambarkan
dalam model struktur intelek yang dikelompokkan kedalam tiga matra (dimensi)
yaitu
1.
Matra Operasi (proses) yang memuat lima proses berpikir yaitu kognisi
ingatan,berpikir
kreatif, berpikir
konvergen dan evaluasi yang
mencangkup proses-proses pemikiran. Menurut Guilford (1975) kognisi
adalah penerimaan dan pengenalan kembali informasi atau proses
terbentuknya sebuah pengertian dan pemantapan informasi yang baru
12
2.
3.
2.1.2
diperoleh. Berpikir konvergen yaitu pemberian jawaban atau penarikan
kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang diberikan dengan
penekanan dan pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat, atau satusatunya jawaban yang benar. Selain kognisi dan berpikir konvergen ada
berpikir kreatif yaitu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman
jumlah dan kesesuaian. Evaluasi yaitu membuat pertimbangan dengan
membandingkan bahan-bahan informasi sesuai dengan tolak ukur
tertentu.
Matra Konten (materi) menunjukkan bermacam-macam materi yang
digunakan meliputi figural simbolik dan perilaku. Simbol mewakili objek
tertentu yang disimbolisasikan sedangkan figural merupakan kemampuan
dengan memberikan dua atau lebih garis dan mengkombinasikan
sebanyak mungkin. Dalam kreativitas simbolik dihadapkan dengan
pertanyaan masalah berupa simbol. Simbol dapat berbentuk angka, huruf
dan kata.
Matra produk menunjukkan hasil dan proses tertentu yang diterapkan
mencangkup enam bentuk yaitu unik, kelas, hubungan, sistem,
transformasi dan implikasi. Kelas merupakan kemampuan membuat
perubahan dari satu kelas atau golongan ke kelas atau kelas lain. Dalam
hal ini operasi kreativitas yang mengolah bahan figural dan simbolik
menghasilkan enam jenis produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem,
transformasi dan implikasi. Unit adalah pertanyaan tugas yang dilakukan
dengan memberi bahan dasar yang darinya sebanyak mungkin objek
nyata diminta dibuat. Dalam bentuk figural, pernyataan dapat dilakukan
dengan meminta siswa membuat sebanyak mungkin gambar objek nyata
dari sebuah lingkaran dalam waktu tertentu. Hubungan dilakukan dengan
melengkapi struktur dan hubungan dari dua hal. Transformasi melibatkan
kemampuan memanipulasi objek yang diberikan kepada siswa sebanyak
mungkin. Implikasi kemampuan membuat antisipasi dan prediksi
terhadap keadaan-keadaan tertentu di masa yang akan datang sedangkan
sistem melibatkan urutan rasional dari langkah yang bermakna.
Aspek-aspek kreativitas verbal
Guilford
(1975)
mengemukakan
bahwa
kreativitas
merupakan
kemampuan seseorang yang dapat menghasilkan macam-macam idea atau
gagasan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kreativitas verbal adalah :
1.
Fluency (kelancaran)
Kelancaran dalam berpikir merupakan kemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, menggunakan
bermacam-macam cara pemikiran kreativitas dan mudah menghasilkan cara
13
berpikir yang baru. Anak dapat memberikan lebih dari satu jawaban, gagasan,
pertanyaan hasil atau produk dan kemampuan untuk memberikan berbagai cara
atau saran dalam melakukan berbagai hal sehingga dapat mengatasi suatu
masalah. selain itu anak juga diharapkan dapat menghasilkan banyak ide dengan
pemikiran yang cepat. Pada aspek kelancaran yang ditekankan adalah kuantitas
bukan kualitas. Anak dapat menghasilkan sejumlah ide dengan cepat yang sesuai
dengan fungsi atau kegunaan yang diminta. Gagasan atau ide yang dihasilkan
dapat berupa kata tunggal ataupun kompleks, dapat berupa gambar, cerita dan
kalimat-kalimat pendek yang merupakan kesatuan sebagai hasil dari pemikiran.
Guilford
(1975)
mengemukakan
bahwa
kelancaran
diartikan
dengan
mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik alam bentuk
kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya.
2.
Fleksibility (fleksibilitas)
Guilford
(1975)
menyatakan
bahwa
fleksibilitas
mencerminkan
kemampuan untuk cepat menghasilkan berbagai pemikiran yang berkembang
menjadi sebuah pemikiran yang berbeda dan berkaitan dengan satu sikap tertentu.
Fleksibilitas pada dasarnya bergatung pada kecepatan menghasilkan berbagai
pemikiran yang berbeda bersamaan dengan suatu sikap. Fleksibilitas juga terkait
dengan pengubahan pola pikir yang dilakukan oleh seseorang dalam menghadapi
suatu problematika tertentu dan kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan
mengubah arah atau modifikasi informasi.
Dalam kaitannya dengan fleksibilitas adalah Anak dapat menghasilkan
gagasan, jawaban, yang bervariasi, serta memiliki kemampuan untuk melihat
14
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Anak memiliki kemampuan
untuk mengubah cara pendekatan dan cara pemikiran dan biasanya penekanannya
pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Jadi semata-mata bukan
banyak jawaban yang diberikan yang menentukan kualitas seseorang, tetapi juga
ditentukan oleh kualitas atau mutu dari jawaban. Fleksibilitas adalah Anak dapat
menyelesaikan masalah variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau
keterpaksaan. Anak dapat fleksibel dalam menghadapi berbagai masalah. Anak
dapat fleksibel dalam menghadapi suatu masalah sampai di dapat hasil dari
pemecahan masalah yang anak hadapi. Selain itu kecepatan berpikir
ini
merupakan kemampuan untuk cepat menghasilkan banyak pemikiran dalam posisi
tertentu dengan membantu syarat-syarat tertentu pula.
3. Orisinality (keaslian)
Orisinilitas merupakan salah satu aspek yang penting dalam kreativitas.
Pemikiran-pemikiran ini muncul dari seseorang dan menjadi hak miliknya, serta
mencerminkan karakter kepribadiannya. Dengan demikian orang yang memiliki
orisinilitas itu adalah orang yang berpikir dengan sendirinya. Orisinalitas adalah
Anak dapat menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui dan juga unik.
Biasanya anak menghasilkan ide yang lebih jauh dari kenyataan yang ada atau
hanya ada di imajinasi anak saja. Oleh Karena itu, dianggap sebagai ide yang lain
dari biasanya. Orisinilitas dapat mempunyai arti sebagai kemampuan untuk
menciptakan hal-hal baru walaupun sesungguhnya yang diciptakan itu tidak perlu
15
berupa hal-hal yang baru sama sekali, tapi merupakan gabungan (kombinasi)
darihal-halyang sudah ada sebelumnya.
4.
Elaboration (keterperincian atau penguraian)
Elaboration merupakan kemampan dalam mengemukakan suatu gagasan
dan menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek gagasan atau situasi
sehingga lebih menarik. Elaboration adalah Anak dapat mengembangkan suatu
gagasan, produk atau hasil karya untuk menambah atau memperinci detail-detail
dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Anak
memiliki kemampuan dalam menambah atau melengkapi unsur-unsur paling
penting pada jawaban-jawaban yang diberikan, agar dapat menghasilkan jawabanjawaban yang lebih lengkap dan jelas. Dalam hal ini dapat juga merupakan
aktivitas untuk merangkai sebuah idea tau jawaban yang umum dan simpel agar
menjadi lebih khusus atau mendetail. Serta menjadi suatu runtutuan atau
sistematik yang merupakan tahapan penting untuk sampai pada pelaksanaan ide
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa elaborasi sebagai suatu
kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu kemampuan untuk
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, poduk dengan menambah
memeperinci dan melengkapi sesuatu.
Guilford (dalam Munandar,2002) setiap orang pada dasarnya memiliki
potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif. Yang
terpenting dalam dunia pendidikan adalah meningkatkan kreativitas dan
mengambangkannya. Pengembangan kreativitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
16
a.
Person
Seseorang yang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu seperti
mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai daya imajinasi yang kuat,
mempunyai minat yang besar, tekun dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Kreativitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah yang diharapkan timbul ide baru dan
produk yang inovatif.
b.
Proses
Seseorang yang senang dan berminat untuk melibatkan diri dalam proses
kreatif. Melibatkan diri secara kreatif maksudnya adalah kecenderungan untuk
selalu melihat dan membentuk kombinasi baru dari unsur-unsur yang diamati dari
lingkungan atau dari pemikirannya. Untuk mengambangkan kreativitas siswa,
perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara aktif. Penting dalam hal
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif.
c.
Press atau dorongan
Yaitu kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk
bertindak kreatif. Dorongan bisa berasal dari luar atau dari dalam diri (motivasi
pribadi). Jika kedua kondisi menunjang akan lebih memungkinkan untuk
bertindak kreatif. Untuk mewujudkan kreativitas siswa diperlukan dorongan dan
dukungan dari lingkungan yang berupa apresiasi, dukungan pemberian pujian dan
dorongan didalam diri siswa sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif
17
dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat
dalam lingkungan yang kurang mendukung.
d.
Produk
Ditinjau dari produk kemampuan berpikir merupakan kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru. Baik itu untuk individu yang menciptakan atau
untuk lingkungannya. Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan
produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu
sejauhmana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam
proses kreatif.
2.1.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen dari pada
konvergen. faktor yang mempengaruhi pemikiran pada individu adalah faktorfaktor yang berhubungan dengan aptitude dan non uptitude karena berpikir
kreativitas meliputi kelancaran, kelenturan dan orisinilitas. Ini ditunjukkan dengan
kemampuan berpikir secara kreatif sedangkan secara non aptitude atau afektif
meliputi kepercayaan diri, keuletan dan kemandirian.
Adapun faktor kebebasan yang dikemukakan Guilford (dalam Alkhalili 2005)
adalah
1.
Faktor kebebasan
a. Kefasihan kata yaitu menyusun huruf dalam beberapa kata dengan cepat.
b. Ketepatan memutuskan yaitu menciptakan beberapa kata tertentu dan
memiliki makna secara tepat.
18
c. Kebebasan berpikir
yaitu kecepatan mengeluarkan pemikiran dalam
mengambil sikap.
d. Kebebasan berekspresi
yaitu kebebasan mengungkapkan berbagai
pemikiran.
Perbedaan antara kebebasan berekspresi dengan factor kebebasan berpikir
menunjukkan bahwa kemampuan untuk menciptakan pemikiran itu berbeda dari
kemampuan untuk membentuk pemikiran-pemikiran dalam suatu rangkaian kata.
2.1.4 Pengukuran Kreativitas Verbal
Pada penelitian ini Kreativitas verbal siswa diukur dengan menggunakan
skala kreativitas verbal yang disusun oleh Munandar (1999) dimana aspek-aspek
penyusunannya menggunakan aspek kreativitas verbal dari Guilford (1975) yaitu
kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, elaborasi, originilitas. Subjek diminta
merespon sejumlah pernyataan dengan memilih empat buah pilihan jawaban yang
paling sesuai sampai yang paling tidak sesuai dengan dirinya.
2.2
2.2.1
Kecerdasan Emosional
Pengertian
Goleman
(2001)
mendefinisikan
kecerdasan
emosional
sebagai
kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
19
diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain agar terekspresikan secara tepat dan efektif
(Goleman, 2001).
Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional yang dimaksud adalah
kemampuan siswa untuk dapat mengerti dan memahami perasaan-perasaan diri
sendiri, mengelola emosi diri sendiri, mampu memotivasi diri sendiri dan orang
lain, serta mempunyai rasa empati terhadap orang lain sesuai pendapat Goleman
(2001).
2.2.2
Aspek Kecerdasan Emosional
Salovey (Goleman, 2001; 2005) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner
dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya
memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, yaitu :
a.
Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan
emosional. Para ahli psikologi menggunakan istilah metamood untuk menyebut
kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut John Mayer (Goleman,
2005) kesadaran diri adalah waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran
tentang suasana hati. Bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut
dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri belum menjamin
penguasaan emosi, namun menjadi salah satu prasyarat penting untuk
mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosinya. Orang yang
20
mempunyai kesadaran emosi menyadari apa yang sedang kita pikirkan dan apa
yang kita rasakan saat ini. Kesadaran akan emosi merupakan kecakapan
emosional dasar yang melandasi terbentuknya kecakapan-kecakapan lain,
misalnya kendali diri akan emosi. (Goleman, 2001) Kesadaran diri berarti
mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis
atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b.
Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap
terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang
meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Mampu mengelola emosi berarti mampu melakukan pengaturan diri, yaitu
menangani emosi sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan
tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran, serta mampu pulih kembali dari tekanan emosi
(Goleman, 2001). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibatakibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan.
21
c.
Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga
menuntun seseorang untuk menuju sasaran, dan membantu dalam mengambil
inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi. Orang yang mempunyai motivasi diri serta dapat memanfaatkan emosi
secara produktif memliki ketekunan dalam usaha mencapai tujuan, kemampuan
untuk menguasai diri, bertanggung jawab, dapat membuat rencana-rencana
inovatif-kreatif ke depan dan mampu menyesuaikan diri dan optimis.
d.
Mengenali Emosi Orang Lain (Empati)
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.
Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain yaitu merasakan yang
dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyalsinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan
orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka
terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukan bahwa orang-orang yang
mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri
secara emosional, lebih popular, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman,
2005). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki
kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri,
22
mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut
mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
e.
Membina Hubungan
Keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain merupakan kecakapan
emosional yang mendukung keberhasilan dalam bergaul dengan orang lain dan
sesuatu
kemampuan
yang
menunjang
popularitas,
kepemimpinan,
dan
keberhasilan antar pribadi. Membina hubungan dengan orang lain yaitu
menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan
cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan
keterampilan-keterampilan
ini
untuk
mempengaruhi
dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja
sama dan bekerja dalam tim.
Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Seseorang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar
pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi
teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi.
Salah satu kemampuan yang berpengaruh dalam kecerdasan emosional
adalah mengenali emosi orang lain yang ditunjukkan dengan sikap empati.
Dimana individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
perasaan orang lain, lebih peka dan mampu mendengarkan orang lain. Hoffman
(dalam Goleman, 2001) melihat adanya proses alamiah empati sejak bayi dan
23
masa-masa selanjutnya. Hal ini berhubungan dengan perilaku altruistik dimana
salah satu aspek dalam altruis adalah empati, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengetahui perasaan orang lain dan ikut berperan dalam membantu kebutuhan
dan kepentingan orang lain.
2.2.3
Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman (2005) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi
kecerdasan emosi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal yaitu faktor
otak. Mengungkapkan bagaimana arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi
amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Amigdala
berfungsi sebagai semacam gudang ingatan emosional dan demikian makna
emosional itu sendiri hidup tanpa amigdala merupakan kehidupan tanpa makna
pribadi sama sekali. Faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah
faktor eksternal yaitu yang datang dari luar individu. Sepanjang perkembangan
sejarah manusia menunjukkan seseorang sejak kecil mempelajari keterampilan
sosial dasar maupun emosional dari orang tua dan kaum kerabat, tetangga, teman
bermain, lingkungan pembelajaran di sekolah dan dari dukungan sosial lainnya.
Demikian pula pada kecerdasan emosional seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan tidak bersifat menetap. Faktor eksternal yang mempengaruhi
kecerdasan emosional yaitu a) pengaruh keluarga, b) lingkungan sekolah, dan c)
lingkungan sosial.
Demikianlah beberapa hal yang mempengaruhi kecerdasan emosi yang secara
garis besar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu dan faktor dari luar
24
individu selanjutnya kedua faktor ini saling berinteraksi dalam proses belajar dan
latihan selama rentang kehidupannya
2.3
Efikasi Diri
2.3.1
Pengertian Efikasi Diri
Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai
keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk
kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan.
Bandura beranggapan bahwa keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan
dari manusia. Manusia yang yakin bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu yang
mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian di lingkungannya, akan lebih
mungkin untuk bertindak dan lebih mungkin untuk menjadi sukses daripada
manusia yang mempunyai efikasi diri yang rendah.
Efikasi
diri
tidak
hanya
merupakan
konsep
global
atau
yang
digeneralisasikan, seperti harga diri (self-esteem) atau kepercayaan diri (selfconfidence) (Feist & Feist, 2010). Walaupun self-efficacy adalah karakteristik
internal yang mempengaruhi perilaku dan reaksi dalam cara yang relatif konstan
dan terprediksi, self-efficacy juga ditentukan oleh situasi. Orang dapat mempunyai
self-efficacy yang tinggi dalam satu situasi dan mempunyai self-efficacy yang
rendah dalam situasi lainnya.
Efikasi diri yang tinggi dan rendah berkombinasi dengan lingkungan yang
responsif untuk menghasilkan empat variabel prediktif (Bandura dalam Feist &
Feist, 2010) berikut ini : (a) Ketika efikasi diri yang tinggi dan lingkungan
25
responsif, hasil yang bisa diperkirakan adalah kesuksesan. (b) Saat efikasi diri
rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan
merasa depresi karena mengobservasi bahwa orang lain dapat berhasil melakukan
suatu tugas yang terlalu sulit untuknya. (c) Saat seseorang dengan efikasi diri
yang tinggi menemui situasi lingkungan yang tidak responsif, biasanya akan
meningkatkan usahanya untuk mengubah lingkungan. Orang tersebut dapat
melakukan protes-protes, kegiatan aktivis sosial, atau bahkan kekuatan untuk
memulai perubahan; namun saat semua usaha tersebut gagal, Bandura
berhipotesis bahwa orang tersebut akan menyerah malakukan hal tersebut dan
mencari lingkungan baru yang lebih responsif. (d) Terakhir, saat efikasi diri yang
rendah dikombinasikan dengan lingkungan yang tidak responsif, orang-orang
akan merasa apatis, segan, dan tidak berdaya (Feist & Feist, 2010).
2.3.2 Sumber Efikasi Diri
Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari,
dan dikembangkan dari empat sumber informasi yaitu Enactive attainment and
performance accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi),
Vicarious experience (pengalaman orang lain), Verbal persuasion (persuasi
verbal), Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan
psikologis). Di mana pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau
kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif (positive
arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini
26
mengacu pada konsep pemahaman bahwa pembangkitan positif dapat
meningkatkan perasaan atas efikasi diri (Bandura, dalam Lazarus et.al., 1980).
Adapun sumber-sumber efikasi diri tersebut, yaitu:
Pertama,
Enactive
attainment
and
performance
accomplishment
(pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi) yaitu sumber ekspektasi
efikasi diri yang penting, karena berdasar pengalaman siswa secara langsung.
Siswa yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan
keyakinan dan penilaian terhadap efikasi dirinya. pengalaman keberhasilan siswa
ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan,
sehingga dapat mengurangi kegagalan.
Kedua, Vicarious experience (pengalaman orang lain) yaitu mengamati
perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar siswa. Melalui model
ini efikasi diri siswa dapat meningkat, terutama jika siswa merasa memiliki
kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang
menjadi subjek belajarnya. Siswa mempunyai kecenderungan merasa mampu
melakukan hal yang sama. Peningkatan efikasi diri siswa ini dapat meningkatkan
motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri ini akan menjadi
efektif jika subjek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan
karakteristik antara siswa dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas,
kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model.
Ketiga, Verbal persuasion (persuasi verbal) yaitu siswa mendapat bujukan
atau sugesti untuk percaya bahwa siswa dapat mengatasi masalah-masalah yang
akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan siswa untuk berusaha
27
lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi efikasi diri yang
tumbuh dengan sumber-sumber efikasi diri ini biasanya tidak bertahan lama,
apalagi jika kemudian siswa mengalami peristiwa traumatis yang tidak
menyenangkan.
Keempat, Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis
dan psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi
efikasi diri. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan
fisiologis yang lemah yang dialami siswa akan dirasakan sebagai suatu isyarat
akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan
mengancam akan cenderung dihindari.
Empat
hal
tersebut
dapat
menjadi
sumber
bagi
tumbuh
dan
berkembangnya efikasi diri siswa. Dengan kata lain, efikasi diri dapat diupayakan
untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.
2.3.3 Dimensi-Dimensi Efikasi Diri
Bandura (1997) menyebutkan bahwa dimensi-dimensi dalam efikasi diri,
meliputi:
a. Besar Pengharapan
Adalah besarnya harapan terhadap kemungkinan hasil dari suatu perilaku,
yaitu suatu perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu menyebabkan hasil
tertentu yang bersifat khusus. Besar pengharapan efikasi diri (self efficacy) dapat
diketahui melalui indikator-indikator dibawah ini:
1) Tingkat kesulitan tugas yang diyakini dapat diselesaikan.
28
2) Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba (merasa mampu dilakukan).
3) Upaya menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas
kemampuannya.
b. Luas Pengharapan
Merupakan keyakinan sejauh mana perilaku tertentu akan menimbulkan
konsekuensi atau hasil tertentu, konsekuensi-konsekuensi akan terjadi bila suatu
perilaku dilakukan oleh seseorang, hanya saja kemampuan seseorang untuk
menampilkan perilaku terbatas maka pengharapan seseorang terhadap suatu
konsekuensi atau hasil terbatas pula. Hal ini merupakan luas bidang perilaku yang
diyakini berhasil dicapai siswa dengan indikator:
1) Pengharapan
terbatas
pada
bidang
perilaku
khusus
yaitu
keyakinan/kemantapan dalam menjalankan bidang tugas selama ini.
2) Pengharapan yang menyebar meliputi berbagai bidang perilaku yaitu
keyakinan atau kemantapan dalam menjalankan tugas lain yang belum
pernah dikerjakannya.
c. Kemantapan Pengharapan
Harapan akan dapat membentuk perilaku secara tepat. Suatu keyakinan
bahwa seseorang akan berhasil dalam bertindak sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Aspek ini menunjukkan bahwa harapan orang berkaitan dengan
kesanggupan melakukan sesuatu perilaku yang dikehendaki. Kemantapan
pengharapan tergantung pada situasi beberapa informasi berupa persepsi dari hasil
29
tindakan yang didapatkan melalui kehidupan, modeling, peristiwa verbal dan
keadaan emosi yang mengancam. Dapat dilihat melalui indikator di bawah ini:
1) Bertahan dalam usahanya yaitu bertahan dalam menghadapi tugas dan
tantangan pekerjaan sebagai siswa.
2) Keuletan dalam berusaha dalam menghadapi tugas-tugas tantangan
studi.
2.3.4 Ciri-Ciri Efikasi Diri
Bandura (1997) memaparkan mengenai perbedaan ciri-ciri orang yang
mempunyai self-efficacy yang tinggi dan rendah, antara lain:
a.
Orang yang mempunyai self-efficacy rendah (yang ragu-ragu akan
kemampuannya):
1. Orang yang menjauhi tugas-tugas yang sulit.
2. Berhenti dengan cepat bila menemui kesulitan.
3. Memiliki cita-cita yang rendah dan komitmen yang buruk untuk tujuan
yang telah dipilih.
4. Berfokus pada akibat yang buruk dari kegagalan.
5. Cenderung mengurangi usaha karena lambat memperbaiki keadaan dari
kegagalan yang dialami, mudah mengalami stres dan depresi.
b.
Orang yang mempunyai self-efficacy tinggi (yang mempunyai kepercayaan
yang kuat akan kemampuannya):
1. Mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dimenangkan.
30
2. Menyusun tujuan-tujuan yang menantang dan memelihara komitmen
untuk tugas-tugas tersebut.
3. Mempunyai usaha yang tinggi atau gigih.
4. Memiliki pemikiran strategis.
5. Berpikir bahwa kegagalan yang dialami karena usaha yang tidak cukup
sehingga diperlukan usaha yang tinggi dalam menghadapi kesulitan.
6. Cepat memperbaiki keadaan setelah mengalami kegagalan.
7. Mengurangi stres.
2.4
Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama dari Sanchez-Ruiz dkk (2010) dengan judul The
relationship between trait emotional intelligence and creativity across subject
domains. Dalam penelitian Sanchez-Ruiz dkk (2010) ditemukan hasil hubungan
yang positif signifikan antara kepribadian kreatif dengan kecerdasan emosional
global dengan r = 0,29 dan p<0,01.
Penelitian kedua dari Kisti & Fardana (2012) dengan judul hubungan
antara self efficacy dengan kreativitas pada siswa SMK, dari penelitian ini
didapatkan hasil ada hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy
dengan kreativitas dengan r = 0,479 dan p<0,01.
Penelitian dengan hasil yang berbeda dari Maryati (2008) yang berjudul
hubungan antara kecerdasan emosi dan keyakinan diri (self-efficacy) dengan
kreativitas pada siswa akselerasi. Hasil analisis korelasi : rx1y = 0,143; p = 0,288
(p > 0,05), berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi
31
dengan kreativitas. Hasil analisis korelasi rx2y = 0,059; p = 0,370 (p > 0,05)
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara keyakinan diri dengan
kreativitas.
2.5
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kreativitas verbal
siswa Teknik Produksi Pakaian Jadi SMK Muhammadiyah Suruh.
2. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
kreativitas
verbal
siswa
Teknik
Muhammadiyah Suruh.
.
32
Produksi
Pakaian
Jadi
SMK
Download