03 Muswita - Universitas Jambi

advertisement
Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68
Juli - Desember 2011
ISSN:0852-8349
PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU
(Aquilaria malaccencis OKEN)
Muswita
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
Abstrak
Gaharu (Aquilaria malacensis) merupakan tumbuhan memiliki nilai ekonomi
tinggi.Secara konvensional gaharu diperbanyak secara generatif maupun secara
vegetatif. Perbanyakan secara generatif membutuhkan waktu yang relatif lama
sedangkan secara vegetatif terkendala sulitnya membentuk akar. Alternatif
yangdapat dilakukan adalah dengan pemberian bawang merah sebagai penganti
auksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bawang
merah terhadap pertumbuhan setek gaharu dan menentukan konsentrasi bawang
merah yang optimal untuk pertumbuhan setek gaharu. Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan konsentrasi bawang merah
yaitu: B0 = 0%, B1 = 0,5%, B2 = 1%, B3 = 1,5% dan B4 = 2%;. Masing- masing
perlakuan diulang lima kali, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Hasil
penelitian menunjukan persentase setek hidup tertinggi didapatkan dengan
pemberian 1,0% bawang merah dan berbeda dengan perlakuan lain. Pemberian
bawang merah dengan konsentrasi 0,5%;1,0% dan 1,5% memberikan jumlah
akar yang berbeda dengan pemberian 2,0% dan tanpa pemberian bawang
merah.Waktu munculnya tunas dan jumlah daun tidak dipengaruhi oleh bawang
merah. Dari penelitian yang lah dilakukan dapat disimpulkan pemberian bawang
merah dengan berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap persentase hidup setek
dan jumlah akar setek gaharu, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun.
Konsentrasi bawang merah 1,0% merupakan konsentrasi yang optimal untuk
persentase setek hidup dan konsentrasi 0,5% untuk jumlah akar setek gaharu.
Kata kunci: bawang merah, setek, gaharu
PENDAHULUAN
Gaharu (Aquilaria malacensis) merupakan
tumbuhan hutan dari famili Euphorbiaceae
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain
untuk keperluan agama gaharu juga
dimanfaatkan untuk parfum, kosmetik, sabun
dan obat obatan. Tingginya nilai komersial
gaharu ini menyebabkan volume perdagangan
semakin meningkat. Selama ini gaharu
diperoleh dengan mengambil langsung dari
hutan sehingga populasinya terancam punah.
Sejak tahun 1984 CITES telah menetapkan
bahwa gaharu tergolong ke dalam tanaman
yang terancam punah (Anonim, 2004).
Perbanyakan gaharu secara konvensional
dapat dilakukan secara generatif maupun
secara
vegetatif
(Sumarna,
2009).
Perbanyakan secara generatif melalui biji
membutuhkan waktu yang relatif lama
(Usman, 2005). Perbanyakan secara vegetatif
dapat dilakukan dengan stek pucuk.
Perbanyakan melalui stek pucuk dihadapi
pada kendala sulitnya membentuk akar
(Ashari, 1995).
Alternatif
yang
dapat
dilakukan
diantaranya adalah dengan pemberian zat
pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh
merupakan senyawa organik bukan nutrisi
pada konsentrasi yang rendah dapat
mendorong,
menghambat
atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Davies, 1995).
Zat pengatur tumbuh yang sering
digunakan untuk perakaran adalah auksin,
namum relatif mahal dan sulit diperoleh.
63
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
Sebagai pengganti auksin sintetis dapat
digunakan bawang merah `(Ependi, 2009).
Bawang merah mengandung minyak atsiri,
sikloaliin,
metilaliin,
dihidroaliin,
flavonglikosida, kuersetin,saponin, peptida,
fitohormon, vitamin dan zat pati (Anonim,
2008).
Selanjutnya
Anonim
(2009)
menambahkan fitohormon yang dikandung
bawang merah adalah auksin dan giberelin.
Penggunaan bawang merah sebagai salah
satu zat pengatur tumbuh telah dilakukan pada
beberapa jenis tanaman. Setyowati (2004)
melaporkan pemberian bawang merah dengan
konsentrasi 75% memberikan hasil terbaik
untuk pertumbuhan panjang akar, panjang
tunas dan jumlah tunas pada stek mawar.
Sekta (2005) mendapatkan bawang merah
memberikan pengaruh yang nyata tehadap
panjang tunas, jumlah daun, tingkat kehijauan
daun dan berat kering tunas pada stek cabe
jawa.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi bawang merah (Allium cepa L.)
terhadap pertumbuhan setek gaharu (Aquilaria
malaccensis).
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan
konsentrasi bawang merah yaitu: B0 = 0%, B1
= 0,5%, B2 = 1%, B3 = 1,5% dan B4 = 2%.
Masing masing perlakuan diulang lima kali,
sehingga terdapat 25 satuan percobaan.
Pelaksanaan Penelitian.
Penyediaan stek
Stek yang digunakan adalah stek pucuk.
Setiap sek terdiri dari tiga ruas dan memiliki
satu pasang daun.
Pembuatan bawang merah.
250 g umbi bawang merah diihaluskan
dengan juiser kemudian disaring. Larutan ini
dijadikan larutan stok dengan konsentrasi
100%. Untuk perlakuan konsentrasi bawang
merah yang digunakan, cukup dengan
mengencerkan larutan stok sesuai dengan
perlakuan yang dibutuhkan.
64
Penanaman Stek
Disiapkan media tanam yang terdiri dari:
tanah kebun, pasir, upuk kandang dengan
perbandingan 1:1:1, kemudian dihomogenkan
dan dikering, anginkankan selanjutnya
dimasukan kedalam pot pembibitan. Sebelum
pembibitan, media disiram dengan air sampai
kapasitas lapang. Selanjutnya dibuat lubang
dengan kedalaman 10-15 cm dan stek
dimasukan kemudian ditutup dengaan tanah.
Setiap polibag berisi 3 stek sehingga
diperlukan 75 stek pucuk gaharu.
Parameter yang diamati adalah.
1. Persentase stek hidup (%), dihitung pada
4 minggu setelah tanam.
2. Waktu muncul tunas (hari).
3. Jumlah akar (helai), diukur pada 3 bulan
setelah tanam.
4. Jumlah daun (helai), dihitung pada 3
bulan setelah tanam.
Analisis data
Data dianalisis secara statistik dengan
ANOVA, apabila terdapat perbedaan nyata
antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Setek Hidup (%)
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi bawang merah berpengaruh
terhadap persentase setek hidup gaharu. Ratarata persentase setek hidup gaharu dapat
dilihat pada Gambar 1
Rata-rata
setek
hidup
(%)
100
80
60
80.02a
60.02b
4033.33c
20
0
0 0,5
53.33bc
39.98bc
1
1,5
2
Konsentrasi bawang
merah (%)
Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi
bawang merah terhadap ratarata persentase hidup setek
gaharu.
Muswita: pengaruh konsentrasi bawang merah (Alium cepa l.) terhadap pertumbuhan setek
gaharu (Aquilaria malaccencis OKEN)
Gambar 1. menunjukkan konsentrasi
bawang merah 1% memberikan rata-rata
persentase setek hidup yang paling tinggi dan
berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya.
Sedangkan konsentrasi 0,5% berbeda nyata
dengan konsentrasi 0% (tanpa pemberian
bawang merah) dan konsentrasi 1,0%, tetapi
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 1,5%
dan 2,0%. Penampilan setek gaharu dapat
dilihat pada Gambar .2.
A
B
C
Gambar 2. Penampilan setek pucuk gaharu
pada berbagai konsentrasi
bawang merah: A =1,0%; B=:
0,5%; C= 1,5%; D= 2,0%, dan
E=0,0%.
Setek gaharu yang hidup dicirikan dengan
masih segarnya setek, berwarna hijau pada
bagian daun, batangnya masih segar berwarna
cokelat kehijauan dan muncul akar. Perlakuan
pemberian bawang merah dengan konsentrasi
1,0% menghasilkan setek hidup gaharu paling
tinggi yaitu 80,02 %. Tingginya setek hidup
pada perlakuan ini karena pada konsentrasi ini
auksin dan unsur-unsur lain yang terkandung
pada bawang merah merupakan konsentrasi
yang optimal untuk merangsang setek gaharu
untuk hidup.
Perlakuan tanpa pemberian bawang merah
dan menghasilkan persentase setek 33.33%
tetap hidup walaupun tanpa pemberian
bawang merah, diduga setek yang digunakan
adalah setek pucuk yang berasal dari tanaman
yang masih muda sehingga setek dapat hidup.
Hal ini sesuai dengan pendapat Widarto
(1996) bahan setek yang berasal dari tanaman
muda kemampuan membentuk akar lebih
tinggi sehingga kemungkinan untuk hidup
lebih baik dibandingkan bila berasal dari
tanaman yang lebih tua.
Perlakuan pemberian dengan konsentrasi
0,5% menghasilkan persentase setek yang
lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi
1,0% yaitu 60,02%. Hal ini disebabkan pada
konsentrasi ini jumlah auksin dan unsur-unsur
lain yang terkandung pada bawang merah
belum mencukupi untuk pertumbuhan setek
yang optimal sehingga mengakibatkan kurang
mampu untuk memacu pembelahan sel dalam
pembentukan kalus pada dasar setek. Seperti
yang dijelaskan oleh Kusumo (1990) bahwa
zat pengatur tumbuh efektif dalam jumlah
tertentu, konsentrasi yang terlalu rendah
menyebabkan tidak efektifnya kerja zat
pengatur
tumbuh
sehingga
proses
pembentukan kalus lebih lambat.
Konsentrasi bawang merah 1,5% dan 2,0%
menunjukkan
adanya
indikasi menurunkan
D
E
jumlah setek gaharu yang hidup. Hal ini
diduga konsentrasi zat pengatur tumbuh
dalam hal ini auksin yang ada dalam bawang
merah sudah melebihi konsentrasi yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Abidin (1990)
menyatakan zat pengatur tumbuh dapat
bekerja secara efektif dalam memberikan
pengaruh fisiologi yang baik, maka harus
diberikan
konsentrasi
yang
tepat.
Ditambahkan oleh Heddy (1989) auksin yang
digunakan dalam konsentrasi yang berlebihan
untuk spesies tanaman dapat menghambat
perkembangan
tunas,
menyebabkan
penguningan dan gugur daun, penghitaman
batang dan akhirnya menyebabkan kematian
setek.
Waktu Munculnya Tunas
Tunas yang tumbuh dari setek gaharu
selama 12 minggu hanya 3. Satu setek pada
perlakuan B0 (tanpa pemberian bawang
merah) yaitu pada hari ke 76 dan 2 setek
didapatkan pada perlakuan B1 (konsentrasi
bawang merah 0,5%) pada hari ke 69 dan hari
ke 63.Untuk waktu munculnya tunas tidak
dilakukan analisis statistik.
Sedikitnya setek yang dapat memunculkan
tunas
baru
diduga
terjadi
karena
pembentukkan akar belum banyak , sehingga
proses penyerapan air dan unsur hara lainnya
belum berjalan sempurna yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas.
Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa
65
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
perakaran akan mendukung terjadinya proses
metabolisme tumbuhan karena penyerapan air
dan hara terus dipasok oleh akar yang
selanjutnya dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Dugaan lain penyebab sedikitnya tunas
yang terbentuk adalah auksin yang dikandung
bawang merah menyebabkan rasio antara
sitokinin denga auksin rendah sehingga tidak
banyak terbentuk tunas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Davies (1995) yang menyatakan
Rata-rata
jumlah
akar
6
4.4a
5
4
3 2.0b
2
1
0
0
0‚5
5.4a
4.2a
1
1‚5
3.6ab
2
Konsentrasi bawang merah (%)
Gambar 3.
Grafik pengaruh konsentrasi
bawang merah terhadap ratarata jumlah akar setek gaharu
Gambar 5.3 menunjukkan konsentrasi
bawang merah 0,5%; 1,0% dan 1,5%
menghasilkan jumlah akar yang berbeda
dengan perlakuan tanpa pemberian bawang
merah, tetapi tidak berbeda dengan 2,0%.
Jumlah akar terbanyak didapatkan pada
perlakuan pemberian bawang merah dengan
konsentrasi 1,0% yaitu 5,4 buah tetapi tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi 0,5%; 1,5%
dan 2%. Terbentuknya akar pada perlakuan
dengan pemberian bawang merah disebabkan
karena pada bawang merah terkandung
auksin, vitamin dan mineral lain yang mampu
meningkatkan pertumbuhan gaharu termasuk
terbentuknya akar. Sesuai dengan pendapat
Kusumo (1990) auksin bertindak sebagai
pendorong awal proses terbentuknya akar
pada setek. Pendapat lain dikemukakan oleh
Mangoendidjojo (2003), bahwa penambahan
auksin
eksogen
akan
meningkatkan
kandungan auksin endogen dalam jaringan
setek tersebut sehingga mampu menginisiasi
sel untuk tumbuh dan berkembang yang
66
rasio sitokinin dan auksin tinggi akan
membentuk tunas.
Jumlah Akar
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa konsentrasi bawang
merah berpengaruh terhadap jumlah akar.
Rata-rata jumlah akar dari setiap konsentrasi
bawang merah dapat dilihat pada Gambar .3
selanjutnya akan berdiferensiasi membentuk
organ seperti akar.
Tidak terdapatnya perbedaan jumlah akar
antara perlakuan bawang merah dengan
konsentrasi 2,0% dengan perlakuan tanpa
bawang
merah
diduga
peningkatan
konsentrasi melebihi batas konsentrasi
optimal yang dibutuhkan untuk terbentuknya
akar. Sesuai dengan pendapat Kusumo (1990)
pemberian zat pengatur tumbuh yang melebihi
batas
optimum
akan
menghambat
terbentuknya akar.
Penampilan akar setek gaharu untuk setiap
perlakuan dapat dilihat pada Gambar .4
A
Gambar4
B
C
D
Penampilan akar setek gaharu
pada berbagai konsentrasi
bawang merah. A= 1,0%; B=
0,5%; C=1,5%; D= 2,0%, dan
E=0,0%
Jumlah Daun
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan
bawang merah tidak memberikan berpengaruh
terhadap jumlah daun. Rata-rata jumlah daun
dari setiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar.5
Gambar 5 memperlihatkan bahwa larutan
bawang merah yang diberikan pada berbagai
konsentrasi tidak memberikan pengaruh
Muswita: pengaruh konsentrasi bawang merah (Alium cepa l.) terhadap pertumbuhan setek
gaharu (Aquilaria malaccencis OKEN)
6
Rata- 4
rata
jumlah 2
daun
0
4.4
0
5.0
0,5
5.2
1
4.6
1,5
3.6
2
Konsentrasi bawang merah (%)
Gambar 5.
Grafik pengaruh konsentrasi
bawang merah terhadap ratarata jumlah daun setek gaharu
terhadap
jumlah
daun.
Tidak
berpengaruhnya
bawang
merah
yang
diberikan diduga karena kandungan yang ada
pada bawang merah belum merangsang
terbentuknya daun, apalagi penambahan
bawang merah juga belum mampu
memberikan pengaruh pada terbentuknya
tunas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pemberian bawang merah
dengan berbagai konsentrasi berpengaruh
terhadap persentase hidup setek dan jumlah
akar setek gaharu, tetapi tidak berpengaruh
terhadap jumlah daun. Konsentrasi bawang
merah 1,0% merupakan konsentrasi yang
optimal untuk persentase setek hidup dan
konsentrasi 0,5% untuk jumlah akar setek
gaharu. Disarankan menggunakan bawang
merah dengan konsentrasi 1,0% untuk
menghasilkan persentase setek hidup dan
konsentrasi 0,5% untuk jumlah akar.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan
Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa. Bandung.
Anonim. 2004. Laporan Hasil Pendidikan dan
Latihan Budidaya Gaharu . Balai
Pendidikan dan latihan Kehutanan.
Pekan Baru.
Anonim, 2008. Diakses tanggal 22 November
2009.
Tanaman
Obat.
http://chombro.blogspot.com/2008/03
/tanaman-obat.
Anonim. 2009. Diakses tanggal 22 November
2009. Bawang merah, Bawang Putih.
http://localhost.blogspot/2009/01/apot
ek-hidup.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek
Budidaya. Universitas IndonesiaPress. Jakarta
Devies. PJ. 1995. Plant Hormones. Kluwer
Academic Publisher. Dordrecht
Ependi, I. 2009. Diakses tanggal 22
November 2009. Zat Pengatur
Tumbuh.
http://asgarsel.blogspot.com/2009/11/
zat-pengatur-tumbuh
Heddy, 1989. Hormon Tumbuhan. Rajawali.
Jakarta
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh
Tanaman. CV Yasaguna. Jakarta.
Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-Dasar
Pemuliaan
Tanaman.
Kanisius.Yogyakarta
Salisbury, F.B dan C.W Ross., 1995. Fisiologi
Tanaman Jilid 3. Terjemahan
Lukman, D.R. ITB, Bandung.
Sekta. N.D.2005. Diakses tanggal 22 Januari
2010.Aplikasi Ekstrak Bawang Merah
dan Air kelapa Muda pada
Pertumbuhan Bibit Stek Cabe Jawa
(Piper
retrofractum
Vahl.).
http://www.bdpunib.org
Setyowati, T. 2004. Diakses 23 Januari
2010.Pengaruh
Ekstrak Bawang
Merah (Alium cepa L.) dan Ekstrak
Bawang Putih (Allium sativum L.)
tehadap pertumbuhan Stek Bunga
Mawar (Rosa sinensis L).
Sumarna, Y. 2009. Gaharu Budidaya dan
Rekayasa
Produksi.
Penebar
Swadaya. Jakarta.
Usman. 2005. Budidaya Gaharu Ramah
Lingkungan. Kelompok Tani Indah
Jaya. Jambi
Widarto, L., 1996. Perbanyakan Tanaman
dengan Biji, Setek, Cangkok,
Sambung, Okulasi, dan Kultur
Jaringan. Kanisius. Jakarta
67
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
68
Download