PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 Eva Aprilia Wulandary1, Chichik Nirmasari2, Yulia Nur Khayati3 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo Email : [email protected] ABSTRAK Asfiksia merupakan salah satu penyebab tingginya AKB di Indonesia. Penyebab asfiksia pada bbl salah satunya adalah persalinan yang lama. Dibutuhkan persiapan selama kehamilan agar ibu dan janin berada dalam kondisi sehat pada saat proses persalinan. Prenatal yoga merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan ibu hamil dalam mempersiapkan kondisi fisik dan mental ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan tidak melakukan prenatal yoga. Metode yang digunakan dengan survei analitik dengan pendekatan retrospektif. Teknik Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 90 ibu bersalin dengan perbandingan 1:2. Pengambilan data menggunakan data sekunder yaitu register persalinan, partograf dan register prenatal yoga. analisis bivariat menggunakan uji beda Mann Whitney. Hasil menunjukkan rata-rata lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga adalah 3,97 jam sedangkan pada ibu bersalin yang tidak melakukan yoga adalah 5,20 jam. ρ-value 0,000< α (0,005) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan tidak melakukan prenatal yoga di wilayah kerja puskesmas pandanaran, Semarang. Kesimpulannya adalah Ada perbedaan antara lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan tidak melakukan prenatal yoga. Ibu hamil diharapkan dapat mempersiapkan proses persalinannya dimulai sejak masa kehamilannya. Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk meningkatkan pelayanan holistik seperti prenatal yoga untuk membantu mempersiapkan proses persalinan yang nyaman. Kata Kunci : Lama kala I fase aktif, prenatal yoga, persalinan, ibu bersalin PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 THE DIFFERENCE IN DURATION OF FIRST STAGE (ACTIVE PHASE) ON MOTHER MATERNITY WITH PRENATAL YOGA AND WITHOUT PRENATAL YOGA IN AREA OF PUSKEMAS PANDANARAN 2017 ABSTRACT asphyxia is one of the cause infant mortality rate high in Indonesia. Prolong labor can cause of asphyxia. Pregnant woment must prepare of labor process so the mother and the baby keep healty. Prenatal yoga is one of alternative to prepare physical and mental of pregnat woment to feel comfort during maternity and maternity well. To know difference in duration of first stage (active phase) on the maternal mother with prenatal yoga and without prenatal yoga. The study used an analytical survey with a retrospective approach. Sampling technique used purposive sampling totalling 90 respondents with ratio 1: 2. Data collection using secondary data is labor registers, partograf and yoga prenatal registers. Bivariate analysis used Mann Whitney's different test. The mean duration of the active stage in the prenatal yoga period was 3.97 hours while the maternal mothers who did not do yoga were 5.20 hours. Ρ-value 0,000 <α (0.005) indicates a significant difference between duration of first stage (active phase) on the maternal mother with prenatal yoga and without prenatal yoga in the area of the puskesmas pandanaran, Semarang. There is a significant difference between duration of first stage (active phase) on the maternal mother with prenatal yoga and without prenatal yoga in the area of the puskesmas pandanaran, Semarang. For pregnant mother is expected to prepare the process of birth starting from the time of her pregnancy. Health workers are expected to improve holistic services such as prenatal yoga to help prepare for a comfortable labor process. Keywords : First stage of labor, prenatal yoga, delivery, maternal mother PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 PENDAHULUAN Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 tentang pencapaian Milenium Development Goals (MDGs), penurunan angka kematian bayi masuk dalam salah satu indikator yang membutuhkan kerja keras (off track), Oleh sebab itu meskipun angka kematian bayi di indonesia terus menurun, pemerintah masih harus berusaha keras untuk menekan angka kematian bayi (Depkes RI, 2015). Menurut data profil kesehatan provinsi jawa tengah, angka kematian bayi pada tahun 2015 adalah sebanyak 10 per 1000 kelahiran hidup, terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi tidak signifikan dibanding tahun 2014 yaitu 10,8 per 1000 kelahiran hidup. pada 5 tahun terakhir, kematian bayi di jawa tengah pernah meningkat dari tahun 2011 sebanyak 10,34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 10,75 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2015). Menurut profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2015, kota semarang merupakan daerah dengan angka kematian neonatal tertinggi ke-5 di jawa tengah. Selama 3 tahun terakhir kota semarang mengalami penurunan pada angka kematian neonatal, namun angka ini masih jauh tertinggal dari daerah lainnya, angka kematian neonatal di kota semarang tercatat sebanyak 86,26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Salah satu penyebab kematian neonatal terbanyak di kota semarang adalah asfiksia (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2015). Salah satu penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah partus lama, dimana dalam kondisi ini bayi terlalu lama berada pada jalan lahir sehingga mengganggu penyaluran oksigen dari ibu ke bayi karena tali pusat terjepit pada jalan lahir. Partus lama pada tahap persalinan apapun juga mengakibatkan bayi yang lahir membutuhkan perawatan khusus (Saifudin, 2009). Salah satu puskesmas di wilayah kota semarang yang memiliki akses untuk prenatal yoga adalah wilayah puskesmas pandanaran dimana didaerah tersebut terdapat sanggar yoga yang dikhususkan pada ibu hamil. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Endang dan Siti Mubtadiur pada tanggal 19 mei 2017, pada bulan november-desember 2016, terdapat 14 ibu bersalin dimana 5 diantaranya melakukan prenatal yoga dengan rata-rata lama kala I fase aktif adalah 3,8 jam dan 9 ibu bersalin memiliki rata-rata lama kala I fase aktif adalah 5,2 jam Tujuan dalam penelitian ini adalah Mengetahui perbedaan lama persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dengan yang tidak melakukan prenatal yoga di wilayah puskesmas pandanaran, kota semarang pada bulan Januari – Juni 2017. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah penelitian survei analitik, dimana penelitian ini mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi dengan tujuan melihat hubungan antara faktor resiko dan faktor efek. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas pandanaran. Jumlah sampel dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Convenience Sampling dengan perbandingan 1:2 yaitu 30 ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan 60 ibu bersalin tidak melakukan prenatal yoga. instrumen dalam penelitian ini adalah master tabel. PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu register ibu bersalin, partograf dan register prenatal yoga di wilayah kerja puskesmas pandanaran. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji beda Mann Whitney. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 90 responden adalah sebagai berikut : Tabel 1 Deskripsi berdasarkan Lama Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin Variabel N Mean Median SD Min Max Lama Kala I 90 4,79 5,0 0,831 3,5 6,0 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa semua responden ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran Kota Semarang rata-rata lama kala I fase aktif adalah 4,79 jam dengan standar deviasi 0,831 jam dan lama kala I fase aktif paling cepat adalah 3,5 jam dan paling lama adalah 6 jam. Tabel 3 Deskripsi berdasarkan keikutsertaan prenatal yoga pada ibu bersalin Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 90 responden ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran Kota Semarang yang mengikuti prenatal yoga adalah sebanyak 30 responden (33,3%), sedangkan ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga adalah sebanyak 60 responden (66,7%). Tabel 4 Perbedaan Lama Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin yang Melakukan Prenatal Yoga dengan Ibu Bersalin yang Tidak Melakukan Prenatal Yoga Variabel Prenatal Yoga N 90 Mengikuti f % 30 33,3 % Tidak mengikuti f % 60 66,7 % Berdasarkan tabel 4 menunjukkan dari 30 ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga, semuanya (100 %) memiliki durasi lama kala I fase aktif yang cepat, Sedangkan responden ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga 50 % nya memiliki durasi lama kala I fase aktif yang lambat. Ini menunjukkan bahwa lama persalinan kala I pada ibu bersalin yang mengikuti pernatal yoga lebih cepat dibandingkan ibu bersalin yang tidak mengikuti prenatal yoga. Kemudian, berdasarkan uji Mann Whitney, didapatkan p-value sebesar 0,000 < (0,05). Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan lama persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dengan ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran, Kota Semarang. 1. Lama persalinan kala I fase aktif PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 90 responden yang memiliki durasi lama kala I fase aktif yang bervariasi, durasi lama kala I fase aktif tercepat adalah 3,5 jam sedangkan durasi kala I fase aktif terlama adalah 6 jam. Rata-rata lama persalinan kala I fase aktif adalah 4,79 jam. Hasil penelitian menunjukkan semua responden memiliki lama kala I fase aktif paling lama adalah 6 jam. Normalnya lama kala I fase aktif pada ibu bersalin membutuhkan waktu 6 jam, dimana terbagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi (2 jam), fase dilatasi maksimal (2 jam), dan fase deselerasi (2 jam). Fase-fase tersebut biasa dijumpai pada primigravida, pada multigravida juga terjadi proses yang sama namun dengan durasi yang lebih pendek, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua responden memiliki durasi lama kala I fase aktif normal. Tahapan persalinan dimulai dari kala I, pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I apabila sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I merupakan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm atau pembukaan lengkap. Proses membukanya serviks sebagai akibat dari his dibagi menjadi 2 yaitu fase laten dan fase aktif (Sulistyawati, 2013; Prawirohardjo, 2008; Ilmiah, 2015). Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikis ibu dan penolong. 5 elemen ini sangat berperan dalam proses persalinan. Semakin matang dan siap seorang ibu dalam menghadapi proses persalinan maka akan mempengaruhi proses persalinan itu sendiri. Salah satu olahraga ringan yang dapat diakukan ibu hamil untuk mempersiapkan persalinannya adalah yoga. Prenatal yoga mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental dan spiritual untuk proses persalinan, dengan persiapan yang matang, ibu akan lebih percaya diri dan memperoleh keyakinan menjalani persalinan dengan lancar dan nyaman (Pratignyo, 2014; Ilmiah, 2015; Aspiani; 2017; Varney 2008). 2. Keikutsertaan Prenatal yoga Berdasarkan hasil penelitian, dari 90 responden, 30 ibu bersalin melakukan prenatal yoga selama kehamilan sedangkan 60 ibu bersalin tidak melakukan prenatal yoga selama masa kehamilan. Prenatal yoga adalah salah satu jenis modifikasi dari hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Tujuan prenatal yoga adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental dan spiritual untuk proses persalinan. Dengan persiapan yang matang, sang ibu akan lebih percaya diri dan memperoleh keyakinan menjalani persalinan dengan lancar dan nyaman (Pratignyo, 2014). Menurut Pratignyo (2014), fungsi dari penatal yoga itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran pada ibu hamil tentang kehamilan, menciptakan ikatan batin antara ibu dan bayinya serta prenatal yoga dapat mempermudah proses persalinan alami. Prenatal yoga yang dilakukan secara teratur akan memberikan dampak yang baik untuk ibu dan janinnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Mediarti (2014), yang menyebutkan bahwa prenatal yoga yang dilakukan minimal 4 kali dalam trimester 3 dapat memberikan dampak yang baik untuk ibu hamil dalam masa kehamilannya serta persalinannya contohnya mengurangi keluhan selama trimester III dan kecenderungan ibu bersalin yang melakukan yoga akan mengalami proses persalinan alami. Prenatal yoga juga memberikan efek untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi proses persalinan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Khalajzadeh (2012), menunjukkan bahwa latihan yoga yang dilakukan ibu hamil pada trimester II dan III sangat dianjurkan untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan yang nyaman. Hal serupa juga dikemukakan oleh Vieten (2008) yang PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 mengatakan bahwa, ibu hamil yang diberikan intervensi yoga selama trimester III memiliki kecemasan yang cenderung lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol. Prenatal yoga juga memberikan dampak pada berat badan bayi, kejadian prematur, kejadian IUGR (intrauterine growth retardation). Berdasarkan hasil penelitian Narendran (2005) yang menunjukkan bahwa kejadian BBLR (berat bayi lahir rendah), kejadian prematur dan IUGR lebih tinggi terjadi pada ibu yang tidak melakukan prenatal yoga Berdasarkan hasil penelitian jumlah ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengikuti yoga, perbandingan ibu bersalin yang mengikuti dan tidak mengikuti yoga adalah 1:2. Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (keikutsertaan dalam prenatal yoga) antara lain adalah karakteristik ibu hamil itu sendiri seperti pekerjaan, faktor pendukung seperti pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan keadaan sosial ekonomi (Notoatmojo, 2010). Dapat kita ketahui bahwa hampir 95 % responden merupakan ibu bersalin usia 20-35 tahun, dimana usia tersebut merupakan usia produktif, banyak ibu bersalin yang pada masa kehamilannya tetap bekerja, sehingga tidak memiliki waktu yang luang untuk melakukan prenatal yoga. Hal ini terjadi juga dikarenakan prenatal yoga di wilayah puskesmas pandanaran dilakukan pada pagi hari, mengingat pagi hari merupakan waktu produktif seseorang untuk bekerja sehingga menghambat keikutsertaan ibu hamil untuk melakukan prenatal yoga. Hal yang sama juga dikemukakan oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyaprasti (2017), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu hamil dengan keikutsertaan ibu hamil dalam melakukan prenatal yoga, kebanyakan ibu hamil sulit untuk membagi waktu luang untuk melakukan prenatal yoga. Wilayah kerja puskesmas pandanaran meliputi 12 kelurahan dimana hanya terdapat 1 pelayanan prenatal yoga yang berlokasi di kelurahan Randusari. Hal ini menunjukkan masih sedikitnya pelayanan prenatal yoga yang tersedia. Jumlah pelayanan prenatal yoga yang masih sedikit juga menjadi salah satu penyebab rendahnya keikutsertaan ibu hamil dalam mengikuti prenatal yoga. Ibu hamil yang ingin melakukan prenatal yoga membutuhkan biaya Rp 40.000,00 untuk setiap kali kunjungan. Untuk melakukan prenatal yoga setiap bulannya terdapat 4 sampai 5 kali kunjungan, bila dijumlahkan ibu hamil harus mengeluarkan uang Rp 160.000,00 sampai Rp 200.000,00 untuk melakukan prenatal yoga dalam sebulan. Apabila ibu melakukan prenatal yoga selama trimester III maka ibu hamil harus mengeluarkan biaya Rp 480.000,00 sampai Rp 600.000,00. Dilihat dari segi biaya, hal tersebut juga menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya keikutsertaan ibu hamil dalam melakukan prenatal yoga. 3. Perbedaan lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan tidak melakukan prenatal yoga Berdasarkan uji Mann Whitney didapatkan nilai Z hitung sebesar -6,620 dengan ρ value sebesar 0,000. Oleh karena ρ value (0,000)< α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara lama bersalin kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan tidak melakukan prenatal yoga di wilayah kerja puskesmas pandanaran, semarang. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Pratignyo (2014), yang menyebutkan bahwa yoga yang dilakukan pada saat kehamilan dapat membantu memperlancar pembukaan serviks oleh sebab itu durasi saat persalinan menjadi lebih pendek. PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiadnyana (2008), yang mengatakan bahwa wanita hamil yang melakukan yoga secara rutin akan memperoleh keuntungan yaitu memperlancar proses persalinan, mengurangi section caesaria, dan mengurangi terjadinya gawat janin pada waktu persalinan. Selain itu proses persalinan dengan durasi yang lebih pendek akan menurunkan angka kesakitan yang dialami ibu bersalin selama proses persalinannya (oxorn & Forte, 2010). Berdasarkan tabel 4.5, 60 responden merupakan ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga selama masa kehamilan memiliki durasi kala I fase aktif tercepat adalah 3,5 jam dan terlama adalah 6 jam. Dari 60 responden, 30 responden memiliki lama kala I fase aktif yang lambat sedangkan 30 responden lainnya memiliki lama kala I fase aktif yang cepat Hasil penelitian menunjukkan, ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga selama masa kehamilan memiliki durasi lama kala I fase aktif tercepat adalah 3,5 jam dan durasi terlama adalah 5 jam. Dari 30 responden ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga, semuanya (100 %) memiliki lama kala I fase aktif yang cepat. Hal ini menunjukkan, lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan yoga memiliki kala I fase aktif yang lebih cepat daripada ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga selama masa kehamilan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Dewi (2016) dalam jurnal nya yang berjudul “Pregnant Yoga Shorten the First and Second Stage of Prolong Labor in Primigravida” menunjukkan bahwa yoga hamil mempersingkat tahap pertama dan kedua. Lama persalinan pada ibu primigravida memiliki rata-rata kala I pada wanita hamil yang melakukan prenatal yoga adalah 4,89 jam dan yang tidak melakukan yoga hamil sebanyak 5,61 jam. Sedangkan rata-rata lama kala II pada wanita hamil yang melakukan yoga hamil adalah 0,25 jam dan yang tidak mendapatkan yoga hamil adalah 1,7 jam. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bersalin yang selama masa kehamilannya melakukan prenatal yoga memiliki durasi lama kala I dan kala II yang lebih pendek dibandingkan ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga selama masa kehamilannya. Durasi yang pendek akan sangat membantu mengurangi persalinan kejadian persalinan lama, mengurangi stres dan cedera saat melahirkan. Hal serupa juga di kemukakan Kinser (2014), dalam jurnalnya yang berjudul “Yoga for Chronic Depressive Symptoms in Pregnancy: A Commentary and Call to Action” menunjukkan bahwa yoga yang dilakukan ibu hamil memberikan manfaat seperti ibu hamil lebih berdaya diri atau lebih siap dalam menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat ibu bersalin yang tidak melakukan prenatal yoga memiliki durasi lama kala I fase aktif cepat yaitu 3,5 jam dimana durasi yang sama juga didapatkan pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga. Adapun ibu yang dapat bersalin normal pada ibu yang tidak rutin mengikuti yoga prenatal bisa saja disebabkan oleh faktor lain seperti aktivitas fisik yang dilakukan ibu selama hamil seperti yang dikemukakan dalam Musbikin (2008), bahwa semakin aktif kegiatan fisik seorang wanita, ia akan lebih cepat dan mudah dalam proses persalinan dikarenakan peningkatan kekuatan otot serta sistem kekebalan tubuh yang meningkat karena olahraga. Selain kegiatan fisik, dukungan selama proses persalinan juga berpengaruh terhadap lamanya persalinan itu sendiri seperti yang dikatakan oleh Sari (2009) dalam penelitiannya menyebutkan dari 20 responden yang mendapatkan dukungan baik dari suami mengalami persalinan normal sebanyak 16 responden dan 4 responden persalinan lama. Sedangkan dari 7 responden yang mendapatkan dukungan suami sedang, sebanyak 6 responden mengalami persalinan normal dan 1 responden PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 persalinan lama. Adapun 3 responden yang mendapat dukungan kurang dari suami, semuanya mengalami persalinan yang lama. Berdasarkan hal-hal yang sudah dikemukakan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa selain prenatal yoga, aktifitas fisik dan dukungan dari suami juga menjadi pengaruh dalam proses persalinan. KESIMPULAN Terdapat perbedaan yang signifikan antara lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang melakukan prenatal yoga dan tidak melakukan prenatal yoga di wilayah kerja puskemas pandanaran pada bulan januari-juni tahun 2017 ρ – value (0,000) < α (0,005) SARAN 1. Bagi ibu bersalin hendaknya mempersiapkan proses persalinannya yang dimulai sejak kehamilannya karena proses persalinan yang dipersiapkan dengan matang maka akan mempermudah ibu bersalin dalam melewati proses persalinan dengan lancar 2. Bagi institusi hendaknya menambah pengetahuan pada mahasiswanya tentang pelayanan holistik agar dapat memberikan pelayanan holistik pada ibu hamil agar membantu ibu hamil dalam mempersiapkan proses persalinannya. 3. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan holistik seperti prenatal yoga untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan proses persalinannya. 4. Bagi peneliti selanjutnya diperlukan penelitian berikutnya agar dapat melihat manfaat lain yang didapatkan ibu hamil yang melakukan prenatal yoga. PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017 DAFTAR PUSTAKA Aspiani, Reni Yuli. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Trans Info Media Depkes RI. 2015 Strategi akselerasi pencapaian targer MSGs 2012.http://www.target_mdgs.Pdf. Diakses jumat 17 februari 2017 Dewi. Dkk. 2016. Pregnant Yoga Shorten The First And Second Stage Of Prolong Labor In Primigravida Khalajzadeh, Mona. 2012. The effect of yoga on anxiety among pregnant women in second and third trimester of pregnancy Kinser, Patricia. 2014. Yoga for Chronic Depressive Symptoms in Pregnancy: A Commentary and Call to Action Narendran. Shamanthakamani. 2005. Efficacy of Yoga on Pregnancy Outcome Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Oxorn, Harry. Forte, William R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica Pratignyo. Tia. 2015. Yoga Ibu Hamil. Depok : Pustaka Bunda Prawiroharjdo, Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sulistyawati, Ari. Nugraheny, Esti. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika Varney, Helen et al. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol.2. Jakarta: EGC. Vieten, C. Astin, J. 2008. Effects of a mindfulness-based intervention during pregnancy on prenatal stress and mood: results of a pilot study Wiadnyana. 2010. The Power of Yoga for Pregnancy and Post-Pregnancy. Jakarta: Grasindo Yohana. 2011. Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Graha Medika PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU BERSALIN YANG MELAKUKAN PRENATAL YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN PRENATAL YOGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN 2017