16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan

advertisement
16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel,
penyiapan templat mtDNA dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtDNA
dengan teknik PCR, sekuensing nukleotida dengan metode dideoksi Sanger, serta
analisis mutasi menggunakan program Seqman DNASTAR. Tahapan penelitian
tersebut ditunjukkan dalam bentuk diagram alur penelitian (Gambar III.1) :
Pengambilan
sampel
Individu umur
10,20,30,40,80
Darah, Epitel , dan
Rambut
Penyiapan templat mtDNA
dengan metode lisis sel
Amplifikasi fragmen 1 kb D-loop
mtDNA dengan teknik PCR
Primer M1
dan HV2R
Elektroforesis gel agarosa
standar
pUC19/HinfI
Sekuensing nukleotida
dengan metode dideoksi Sanger
Primer M1
dan M2
Analisis urutan nukleotida dan mutasi
menggunakan program Seqman DNASTAR
Gambar III.1. Diagram alur penelitian. Lima tahapan penelitian meliputi :
pengambilan sampel, penyiapan templat mtDNA dengan metode
lisis, amplifikasi dengan teknik PCR menggunakan primer M1
dan HV2R, sekuensing dengan metode dideoksi Sanger
menggunakan primer M1 dan M2, analisis urutan nukleotida dan
mutasi menggunakan program Seqman DNASTAR.
17
III. 1. Pengambilan Sampel
Karakteristik kelima individu yang dijadikan sampel dalam keadaan sehat dan
tidak memiliki hubungan kekerabatan antara satu individu dengan individu yang
lain. Sampel terdiri dari tiga sel berbeda (darah, epitel dan rambut) berasal dari
lima individu umur berbeda (10, 20, 30,40, dan 80 tahun). Pengambilan sampel
rambut dan epitel dilakukan sendiri oleh peneliti terhadap lima individu.
Sedangkan pengambilan sampel darah pada lima individu menggunakan jasa
perawat kesehatan.
Pengambilan sampel rambut menggunakan pinset telah disterilkan dengan alkohol
70%, kemudian dimasukkan kedalam plastik steril dan disimpan dalam
temperatur -20oC. Pengambilan sampel epitel rongga mulut menggunakan kertas
saring berukuran 4 x 8 cm yang telah disterilkan dengan alkohol 70%. Kertas
saring ditempelkan di lidah dan di langit-langit mulut kiri dan kanan sekitar 30
detik. Kertas saring yang mengandung sel epitel dimasukkan dalam plastik steril
dan disimpan dalam temperatur -20oC. Pengambilan sampel darah menggunakan
jarum suntik (siringe) berukuran 3 mL, kemudian dimasukkan dalam tabung yang
berisikan 1 µg EDTA, selanjutnya disimpan dalam temperatur -20oC.
III. 2. Penyiapan Templat mtDNA
Templat mtDNA disiapkan menggunakan metode lisis sel. Lisis sel dilakukan
dalam buffer lisis yang terdiri atas 50 mM Tris-HCl pH 8,5; 1 mM EDTA pH 8,0;
dan 0,5% Tween-20 (Noer et al.,1994).
III.2.1. Lisis Sel Akar Rambut
Lisis sel akar rambut dimulai dengan memotong kecil-kecil 5-7 helai rambut pada
bagian akarnya (berwarna keputihan) menggunakan pisau yang telah disterilkan
dengan alkohol 70%. Potongan akar rambut ini kemudian dimasukkan ke dalam
tabung mikro 1,5 mL berisi 30 µL buffer lisis dan 10 µL proteinase K 20 mg/mL
ditambahkan ddH2O 260 µL. Kemudian diinkubasi selama 1 jam pada 500C dan
dilanjutkan selama 10 menit pada penangas air mendidih. Campuran ekstrak sel
18
disentrifugasi menggunakan mikrosentrifuga dengan kecepatan 12000 rpm selama
3 menit. Supernatannya merupakan sumber mtDNA templat untuk reaksi PCR.
III.2.2. Lisis Sel Epitel
Lisis sel epitel dimulai dengan memotong kecil-kecil kertas saring yang
mengandung sel epitel dalam tabung mikro 1,5 mL. Proses selanjutnya dilakukan
sama seperti pada lisis sel akar rambut.
III.2.3. Lisis Sel Darah
Lisis sel darah dimulai dengan mengambil 100 µL darah dengan mikro pipet lalu
dimasukkan dalam tabung 1,5 mL lalu ditambahkan 500 µL buffer TE,
dihomogenkan dengan vortex 30 detik kemudian disentrifugasi 8000 rpm 1 menit,
supernatan dibuang, pengerjaannya dilakukan hingga diperoleh pelet putih bersih,
siap di lisis. Lisis dilakukan sama seperti pada lisis sel folikel akar rambut, hanya
saja campuran ekstrak sel disentrifugasi menggunakan mikrosentrifuga dengan
kecepatan 8000 rpm selama 3 menit (DeLong Frost dan Peart, 2003).
III. 3. Amplifikasi Fragmen 1 kb D-loop mtDNA dengan Teknik PCR
Amplifikasi fragmen 1 kb daerah D-loop mtDNA untuk semua sampel dilakukan
dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer M1 dan
HV2R yang dikembangkan oleh (Rahmadi, 2007) (Tabel III.1) :
Tabel III.1. Jenis, posisi dan ukuran primer amplifikasi
Primer
M1
5’
3’
(Forward) CACCATTAGCACCCAAAGCT
HV2R (Reverse)
CTGTTAAAAGTGCATACCGCC
Posisi
Ukuran
1597815997
H429-409
20 nukleotida
21 nukleotida
Ket : Primer M1 sepanjang 20 nukleotida digunakan sebagai primer forward dan
Primer HV2R sepanjang 21 nukleotida digunakan sebagai primer reverse
19
Reaksi PCR dilakukan dalam tabung mikro 0,5 mL yang berisi 50 µL campuran
reaksi terdiri dari 1,25 unit enzim Taq DNA polymerase, 5 µL cuplikan hasil lisis,
20 pmol masing-masing primer M1 dan HV2R, 5 µL buffer PCR 10x (Tris-HCl
100 mM pH 9; KCl 500 mM; MgCl2 15 mM), 0,2 mmol dNTP yang terdiri atas
dATP, dTTP, dGTP, dCTP, dan ddH2O steril. Proses PCR dilakukan dalam mesin
Automatic Thermal Cycler sebanyak 30 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari
tahap denaturasi templat pada 940C selama 1 menit, tahap penempelan primer
pada 500C selama 1 menit, dan tahap pemanjangan primer pada 720C selama 5
menit.
Tahapan PCR yang dilakukan terdiri dari denaturasi pada 940C selama 1 menit,
annealing (penempelan primer) pada suhu 500C selama 1 menit, dan
perpanjangan primer oleh DNA polimerase pada suhu 720C selama 1 menit.
Reaksi PCR dilakukan sebanyak 30 siklus, dan untuk menyempurnakan reaksi, di
akhir siklus ditambahkan satu tahap polimerisasi pada suhu 720C selama 5 menit.
Hasil PCR dianalisis menggunakan elektroforesis gel agarosa 1% (b/v). Gel
agarosa dibuat dengan cara mendidihkan 0,4 gram agarosa dalam 40 mL TAE 1x
(Tris-asetat 0,04 µ L; EDTA 0,01 µ L pH 8,0) hingga agarosa larut sempurna
(larutan homogen). Larutan ini kemudian didinginkan hingga suhu berkisar antara
50-600C dan ditambahkan 2 µ L larutan etidium bromida (EtBr) 10 µ g/mL.
Larutan agarosa yang telah mengandung EtBr kemudian dituang ke dalam cetakan
gel yang memiliki “sisir” sebagai pembentuk deretan sumur dalam gel, dan
dibiarkan beberapa lama hingga larutan agarosa membeku membentuk gel. Gel
agarosa yang telah membeku diletakkan di dalam alat mini subTM DNA
electrophoresis cell dan direndam dalam buffer TAE 1x yang merupakan media
penghantar arus listrik. Elektroforesis dilakukan pada tegangan 80 volt selama 1
jam. Sebelum elektroforesis dijalankan, ke dalam sumur pada gel agarosa
dimasukkan 5 µ L cuplikan hasil reaksi PCR yang telah dicampur dengan 2 µ L
loading buffer (sukrosa 50%, EDTA 0,1 M pH 8,0; bromfenol biru 0,1% pH 8,0).
Untuk analisis ukuran DNA, bersama-sama fragmen mtDNA hasil PCR turut
20
dielektroforesis pula standar DNA pUC19 yang dipotong dengan enzim HinfI.
DNA hasil elektroforesis dapat dilihat secara visual menggunakan lampu ultra
violet dan dapat didokumentasikan dengan pemotretan menggunakan kamera
(Sambrook et al., 1989).
III. 4. Penentuan Urutan Nukleotida (Sekuensing)
Penentuan urutan nukleotida dimulai dengan penyiapan reaksi sekuensing. Hasil
PCR yang telah diperbanyak hingga 700 ng dimasukkan dalam tabung mikro
ukuran 1,5 mL. Primer M1 disiapkan dengan konsentrasi 10 pmol/µL dalam
tabung mikro 1,5 mL. Untuk satu kali reaksi sekuensing dibutuhkan 3 µL primer
dengan konsentrasi 10 pmol/µL. Urutan nukleotida fragmen 1 kb daerah D-loop
mtDNA hasil PCR sekitar 1021 pb ditentukan dengan metode dideoksi Sanger
oleh Macrogen Inc., South Korea menggunakan primer M1 dan M2 (Tabel III.2).
Tabel III.2. Jenis, posisi dan ukuran primer sekuensing
Primer sekuensing
M1
(Forward)
M2 (Reverse)
5’
3’
CACCATTAGCACCCAAACCT
TGATTTCACGGAGGATGGTG
Posisi
1597815997
1642016401
Ukuran
20
nukleotida
20
nukleotida
Ket : Primer M1 sepanjang 20 nukleotida digunakan sebagai primer forward dan
Primer M2 sepanjang 20 nukleotida digunakan sebagai primer reverse
Data yang diperoleh berupa elektroforegram dalam bentuk abi file, dimana
masing-masing basa ditunjukkan oleh warna puncak yang berbeda, yaitu basa
Adenin ditunjukkan dengan warna hijau, basa Guanin warna hitam, basa Timin
warna merah, dan basa Sitosin warna biru. Selain eletroforegram, diperoleh juga
urutan nukleotida lengkap dalam bentuk text file yang diperoleh dari Macrogen
Inc., Korea.
21
III.5. Analisis Urutan Nukleotida dan Mutasi dengan Program Seqman
DNASTAR
Program seqman DNASTAR ditujukan untuk menganalisis urutan nukleotida
dengan cara membandingkan urutan nukleotida antar sampel, dan analisis mutasi
dengan cara membandingkan urutan nukleotida sampel dengan Cambridge
Reference Sequence (CRS). Melalui program ini, urutan nukleotida antar sampel
dapat ditampilkan secara bersamaan melalui penjajaran sehingga perbedaan
urutan nukleotida diantara sampel dapat diamati. Pengamatan ditujukan untuk
melihat perbedaan urutan nukleotida sel darah, epitel dan rambut untuk individu
yang sama.
Analisis mutasi menggunakan program seqman DNASTAR dengan cara
membandingkan urutan nukleotida sampel dengan CRS. Cara tersebut
memberikan informasi tentang jumlah, jenis, dan posisi mutasi pada tiap sampel.
Pengamatan ini ditujukan untuk melihat perbedaan pola mutasi pada sel darah,
epitel, dan rambut untuk individu yang sama dan individu lain dengan umur
berbeda.
Download