perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DENGAN STROKE DAN TANPA KOMPLIKASI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Annisa Hidayati
G0008054
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbedaan Kadar Asam Urat Serum pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Stroke dan Tanpa Komplikasi
Annisa Hidayati, NIM : G0008054, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Selasa, Tanggal 11 Oktober 2011
Pembimbing Utama
Nama : Dr. Sugiarto, dr., Sp.PD-FINASIM
NIP : 19620522 198901 1 001
(……………………..)
Pembimbing Pendamping
Nama : Dian Ariningrum, dr., M.Kes., Sp.PK
NIP : 19710720 200604 2 001
(……………………..)
Penguji Utama
Nama : Tri Yuli Pramana, dr., Sp.PD-KGEH
NIP : 19620723 198911 1 001
(……………………..)
Anggota Penguji
Nama : Sri Haryati, Dra., M.Kes
NIP : 19610120 198601 2 001
(……………………..)
Surakarta, ..……………
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP. 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
to user
Prof.commit
Dr. Zainal
Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP. 19510601 197903 1 002
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Perbedaan Kadar Asam Urat Serum pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Stroke dan Tanpa Komplikasi
Annisa Hidayati, G0008054, Tahun 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari
, Tanggal
Pembimbing Utama
2011
Penguji Utama
DR. Sugiarto, dr., Sp.PD, FINASIM
Tri Yuli Pramana, dr., Sp.PD-KGEH
NIP:19620522 198901 1 001
NIP:19620723 198911 1 001
Pembimbing Pendamping
Anggota Penguji
Dian Ariningrum, dr., M.Kes., Sp.PK
Dra. Sri Haryati, M.Kes
NIP:19710720 200604 2 001
NIP:19610120 198601 2 001
Tim Skripsi
Vicky Eko N.H., dr., M.Sc., Sp.THT-KL
commit to
user 1 001
NIP:19770914
200501
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, September 2011
Annisa Hidayati
NIM. G0008054
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Annisa Hidayati, G0008054, 2011. Perbedaan Kadar Asam Urat Serum pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Stroke dan Tanpa Komplikasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar asam urat serum pada
pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi.
Metode: Peneliti melakukan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
potong lintang pada penelitian ini. Subjek penelitian adalah pasien stroke rawat
inap yang mempunyai riwayat DM tipe 2 dan pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi
rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara consecutive sampling. Data penelitian diperoleh dari data rekam
medis pasien tahun 2005 hingga 2010. Analisis statistik dilakukan menggunakan
uji t independen.
Hasil: Didapatkan sampel sebanyak 62 orang, terdiri dari 31 orang pada
kelompok DM tipe 2 dengan stroke dan 31 orang pada kelompok DM tipe 2 tanpa
komplikasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai yang ditetapkan
peneliti. Perbedaan rerata usia adalah 55.35+5.24 untuk kelompok DM tipe 2
dengan stroke dan 55+5.07 untuk kelompok tanpa komplikasi. Perbedaan rerata
kadar asam urat untuk DM tipe 2 dengan stroke 5.13+1.28 mg/dl dibandingkan
tanpa komplikasi 4.45+0.86 mg/dl dengan p = 0.017. Rasio prevalensi stroke pada
DM tipe 2 dengan peningkatan asam urat adalah 1.97 dan (95% CI, 1.43-3.89).
Simpulan: Ada perbedaan kadar asam urat serum pasien DM tipe 2 dengan stroke
dan tanpa komplikasi yang bermakna. Peningkatan asam urat serum pada pasien
DM tipe 2 meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 1.97 kali lebih tinggi
dibanding pasien DM tipe 2 dengan asam urat serum normal.
Kata kunci: asam urat, Diabetes Melitus tipe 2, stroke
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Annisa Hidayati, G0008054, 2011. The Distinction of Uric Acid Levels Serum
on Type 2 Diabetes Mellitus Patient with Stroke and without Complication.
Fakultas Kedokteran Medical Faculty Sebelas Maret University, Surakarta.
Aim: Identify the distinction of uric acid levels serum on type 2 Diabetes Mellitus
patient with stroke and without complication.
Method: In this study we conducted observational analytic with cross-sectional
approach. The subjects were hospitalization stroke patient who has type 2 DM
medical records and non hospitalization patient of type 2 DM without
complication in Regional General Hospital Dr. Moewardi Surakarta. The
sampling conducted in consecutive sampling. The data collected from patients’
medical records from 2005 to 2010. Statistical analysis conducted with
independent T-test.
Results: With 62 samples, consist of 31 persons in type 2 DM with stroke and 31
in type 2 DM without complication who meets the criteria of inclusion and
exclusion based on the author’s determination. Mean age differentiation was
55.35+5.24 for type 2 DM group with stroke and 55+5.07 for group without
complication. Mean of uric acid levels serum in both group for type 2 DM with
stroke 5.13+1.28 mg/dl and without complication 4.45+0.86 mg/dl with p = 0.017
with Prevalence Ratio score = 1.97 and (95% CI, 1.43-3.89).
Conclusion: There is a significant distinction of uric acid serum level on patient
with type 2 DM with stroke and without complication. The increasing levels of
uric acid serum on type 2 DM patient will increase the risk of stroke 1.97 time
higher than type 2 DM patient with normal uric acid serum level.
Key words: uric acid, type 2 Diabetes Mellitus, stroke
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Annisa Hidayati, G0008054, 2011. The Difference Uric Acid Serum Level in
Patient of Type 2 Diabetes Mellitus With Stroke and Without Complication,
Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta.
Objective: This research aims to know the difference between uric acid serum in
patient of type 2 Diabetes Mellitus with stroke and without complication.
Methods: This was an analytic observational research with cross sectional
approach. The subjects is stroke hospitalization patient which have type 2 DM and
Type 2 Dm patient without complication in ambulatory services in RSUD Dr.
Moewardi. The sampling technique that used is consecutive sampling. The
research data obtained medical record patient from 2005 until 2011. Statitical
analysis using independent T test.
Results: Of the totals 62 samples, consist of 31 samples from type 2 DM with
stroke and 31 samples from type 2 DM without complication. The difference of
the average of age is 55.35+5.24 in patient of type 2 DM with stroke and 55+5.07
in patient of type 2 DM without complication. The difference of the average of
uric acid serum is 5.13+1.28 mg/dl in patient of type 2 DM with stroke and
4.45+0.86 mg/dl in patient of type 2 DM without complication with p=0.017.
Ratio prevalence of stroke in type 2 DM with increased uric acid serum is 1.97
(95% CI, 1.43-3.89).
Conclusions: There were significant differences in uric acid serum between
patient of type 2 DM with stroke and without complication. The increase of uric
acid serum in patient of type 2 DM, increase the risk of stroke 1.97 times higher
than patient of type 2 DM with normal uric acid serum.
Keywords: uric acid, type 2 Diabetes Mellitus, stroke
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Perbedaan
Kadar Asam Urat Serum pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Stroke dan
Tanpa Komplikasi” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis di
tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas dalam menempuh pendidikan
ini dapat terlaksana dengan baik berkat pertolongan Allah SWT beserta
bimbingan, dorongan, dan bantuan lain dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Sugiarto, dr., Sp.PD, FINASIM, selaku Pembimbing Utama dalam
penelitian ini, yang telah banyak memberikan bantuan serta dorongan.
3. Dian Ariningrum, dr., Sp.PK., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping
dalam penelitian ini yang selalu memberikan petunjuk, arahan, dorongan.
4. Tri Yuli Pramana, dr., Sp.PD-KGEH, selaku Penguji Utama atas segala
masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.
5. Sri Haryati, Dra., M.Kes, selaku Anggota Penguji atas segala masukan dan
koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.
6. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Pak Marno, Pak Heru, Bu Dwi, beserta seluruh staf bagian Rekam Medis
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
8. Orang tuaku tercinta, Catur Budi Susilo dan Wahyu Widi Astuti, dan adikadikku tersayang, Ahmad Sulchan Hidayat, Akmal Sofuan Hidayat, dan
Amalia Hidayati, terimakasih atas doa, dorongan, motivasi, yang diberikan
agar penulis segera menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.
9. Sahabatku yang telah banyak membantu dan memotivasi (Merida, Tata,
Dessy, Dian, Dika, Galih, Damar, dll).
10. Semua pihak tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini dapat
berguna untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Surakarta, September 2011
commit to user
vi
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................5
B. Kerangka Pikir.................................................................................... 25
C. Hipotesis............................................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................... 27
B. Lokasi Penelitian................................................................................ 27
C. Subjek Penelitian............................................................................... 27
D. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 29
E. Rancangan Penelitian......................................................................... 29
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Identifikasi Variabel .......................................................................... 29
G. Definisi Operasional Variabel …………........................................... 30
H. Instrumen Penelitian........................................................................... 32
I. Protokol Penelitian ............................................................................ 32
J. Teknik Analisis Data Statistik ........................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian ......................................................... 34
B. Uji Normalitas ................................................................................... 36
C. Uji Beda t Independen dan Uji Beda Mann Whitney ........................ 37
D. Perhitungan Rasio Prevalensi ........................................................... 39
BAB V
PEMBAHASAN..................................................................................... 41
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 51
B. Saran .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 53
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang luas yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan menyebabkan
turunnya kualitas hidup dan harapan hidup, dengan risiko lebih tinggi
terserang penyakit jantung, stroke, neuropati perifer, penyakit ginjal,
kebutaan, dan amputasi. Menurut etiologinya, DM dibagi menjadi 2 tipe
utama, tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 terjadi pada anak-anak akibat destruksi
autoimun sel β Langerhans yang menyebabkan kekurangan insulin secara
absolut. Frekuensi dari DM tipe 1 jauh lebih rendah dari DM tipe 2 yang
mencapai 90 % dari keseluruhan penderita DM. DM tipe 2 lebih sering
terjadi pada dewasa, meski sekarang juga mulai terjadi pada anak dan
dewasa muda. DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin dan/atau
sekresi insulin yang abnormal (Thévenod, 2008).
Menurut data yang telah dihimpun Depkes, jumlah pasien diabetes
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama
dari seluruh penyakit endokrin (Depkes, 2006). Proporsi kedua tertinggi
penyebab kematian pada umur 5 tahun ke atas di Indonesia daerah
perkotaan adalah diabetes melitus. Prevalensi penyakit DM di Jawa
Tengah berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau dengan gejala adalah
1,3 % (Riskesdas, 2007).
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Fowler (2008) menyatakan bahwa secara umum, komplikasi dari
hiperglikemia pada diabetes ini dibagi menjadi komplikasi makrovaskular
(penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan stroke) dan komplikasi
mikrovaskular (nefropati diabetik, neuropati, dan retinopati). Menurut
Depkes (2005), komplikasi makrovaskuler lebih sering dialami penderita
DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan/atau
kegemukan. Bahkan, pasien DM tipe 2 mempunyai risiko tinggi terserang
stroke, dengan peningkatan risiko sebesar 150-400 % (Fowler, 2008).
Stroke adalah sindrom yang terdiri manifestasi klinik yang
berlangsung cepat akibat gangguan fungsi serebral secara fokal maupun
global, terjadi selama 24 jam atau lebih, dan bisa menyebabkan kematian,
tanpa ada penyebab lain yang jelas selain vaskular (Fachir dan Setiawan,
2005). Proporsi tertinggi penyebab kematian pada umur 5 tahun ke atas di
Indonesia adalah stroke, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk
dan yang telah didiagnosis tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk
(Riskesdas, 2007).
Stroke adalah penyebab utama kecacatan pada orang dewasa
(Hartwig, 2006). Pasien post-stroke yang kembali dari perawatan rumah
sakit tidak akan langsung kembali normal seperti sebelum terserang stroke,
sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang lain untuk pemenuhan
kebutuhannya sehari-hari (Bousser, 2008). Faktor risiko demografik untuk
stroke mencakup usia lanjut, ras dan etnis, serta riwayat stroke dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
keluarga. Sedangkan fakor risiko yang memodifikasi adalah fibrilasi
atrium, diabetes melitus, apnea hipertensi, dan apnea tidur (Hartwig,
2006).
Arboix et al. (2005) menyatakan bahwa hiperlipidemia dan
penyakit jantung iskemik merupakan prediktor stroke iskemik pada pasien
diabetes. Rachmawati (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
kadar kolesterol total berpengaruh signifikan terhadap stroke pada
penderita DM. Selain itu, hipertensi, hiperglikemia, sindrom metabolik,
hiperurisemia, dan proteinuria juga dilaporkan sebagai prediktor stroke
pada pasien DM (Sander et al., 2008).
Sebuah penelitian mendukung adanya hubungan antara asam urat
serum dan resistensi insulin (Wisesa dan Ketut, 2009), dimana resistensi
insulin merupakan komponen penting pada DM tipe 2 (Jolanda, 2005).
Peningkatan asam urat serum (hiperurisemia) merupakan hal yang biasa
ditemukan pada pasien DM tipe 2 (Lehto et al., 1998), dimana
hiperurisemia dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas DM (Akram
et al., 2011). Hiperurisemia sendiri berhubungan dengan risiko stroke (Bos
et al., 2006). Menurut Čaušević et al. (2010), hiperurisemia digambarkan
sebagai prediktor kuat terjadinya komplikasi serebrovaskuler (stroke) pada
pasien DM tipe 2. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah
penurunan asam urat dapat mengurangi risiko stroke (Bos et al., 2006).
Cukup banyak penelitian tentang stroke dihubungkan dengan
diabetes, namun masih sedikit penelitian di Indonesia mengenai hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
stroke dengan diabetes dan asam urat serum. Berdasarkan hal tersebut di
atas, penulis tertarik mengadakan penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan kadar asam urat serum pada pasien DM tipe 2 dengan stroke
dan tanpa komplikasi.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan kadar asam urat serum pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar asam urat serum pada
pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai perbedaan kadar asam urat serum pada pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi.
2. Manfaat Aplikatif
Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian dokter
terhadap kadar asam urat pada pasien diabetes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Diabetes Melitus Tipe 2
a. Definisi dan Klasifikasi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan
sekresi
Hiperglikemia
insulin,
kronik
pada
kerja
insulin,
diabetes
atau
keduanya.
berhubungan
dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
(Gustaviani, 2007). Menurut Guyton dan Hall (2008), terdapat dua
tipe utama DM:
1) Diabetes tipe 1, yang juga disebut diabetes melitus tergantung
insulin (IDDM), disebabkan kurangnya sekresi insulin.
2) Diabetes tipe 2, yang juga disebut diabetes melitus tidak
tergantung insulin (NIDDM), disebabkan oleh penurunan
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin.
Penurunan sensitivitas terhadap insulin ini seringkali disebut
sebagai resistensi insulin.
Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95 % dari keseluruhan
populasi diabetes, umumnya di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
penderita DM tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya
meningkat (Depkes, 2005).
b. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko untuk DM, terutama tipe 2, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 1. Faktor Risiko DM Tipe 2
Riwayat
Diabetes dalam keluarga
Diabetes gestasional
Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg
Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome)
IFG (Impaired Fasting Glucose) atau IGT (Impaired
Glucose Tollerance)
Obesitas
> 120 % berat badan ideal
Umur
20-59 tahun : 8,7 %
> 65 tahun : 18 %
\
> 140/90 mmHg
Hiperlipidemia Kadar HDL rendah < 35 mg/dl
Kadar lipid darah tinggi > 250 mg/dl
Faktor-faktor
Kurang olah raga
lain
Pola makan rendah serat
(Depkes, 2005)
c. Gejala Klinik
Penderita DM tipe 2 mungkin tidak merasakan gejala selama
beberapa tahun bahkan beberapa dekade sebelum penderita
didiagnosis. Gejalanya hampir tidak kentara (Kishore, 2008).
Menurut Depkes (2005) gejala tipikal yang sering dirasakan
penderita diabetes antara lain, poliuria (sering buang air kecil),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah
lapar).
Selain itu, sering pula muncul keluhan penglihatan kabur,
koordinasi gerak tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau
kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu
(pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar
sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya
menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi
pada pembuluh darah dan saraf (Depkes, 2005). Akhirnya,
penderita merasa sangat kelelahan, pandangan menjadi kabur, dan
bisa terjadi dehidrasi (Kishore, 2008).
d. Patogenesis
DM tipe 2 dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi insulin
plasma
(hiperinsulinemia).
Hal
ini
terjadi
sebagai
upaya
kompensasi oleh sel beta pankreas terhadap penurunan sensitivitas
jaringan terhadap efek metabolisme insulin, yaitu suatu kondisi
yang dikenal sebagai resistensi insulin. Penurunan sensitivitas
insulin mengganggu penggunaan dan penyimpanan karbohidrat,
yang akan meningkatkan kadar gula darah dan merangsang
peningkatan sekresi insulin sebagai upaya kompensasi (Guyton dan
Hall, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Sebenarnya, hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya,
kecuali bila hebat sekali sehingga darah menjadi hiperosmotik
terhadap cairan intrasel. Yang berbahaya ialah glikosuria yang
timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis
sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah
yang menyebabkan dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada pasien
DM yang tidak diobati. Karena ada dehidrasi, maka badan
berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di
hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa kelenjar itu
(Suherman, 2008).
e. Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar
glukosa darah. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena (Gustaviani, 2007).
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada
keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Jika
keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga digunakan untuk
patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
hasil pemeriksaan darah yang baru satu kali saja abnormal, belum
cukup kuat untuk mendiagnosis DM. Diperlukan konfirmasi
dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah
sewaktu yang abnormal tinggi (> 200 mg/dl) pada hari lain, kadar
glukosa darah puasa yang abnormal tinggi (> 126 mg/dl), atau hasil
uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah paska
pembebanan > 200 mg/dl (Gustaviani, 2007).
Tabel 2. Kriteria Penegakan Diagnosis DM
Glukosa Plasma 2 jam
Glukosa Plasma Puasa
setelah makan
Normal
< 100 mg/dl
< 140 mg/dl
Pra-diabetes
100-125 mg/dl
--
IFG atau IGT
--
140-199 mg/dl
> 126 mg/dl
> 200 mg/dl
Diabetes
(Depkes, 2005)
f. Penatalaksanaan
Menurut Depkes (2005), penatalaksanaan diabetes mempunyai
tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang
secara spesifik ditujukan untuk mencapai dua target utama, yaitu:
1) Menjaga kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2) Mencegah atau meminimalkan terjadinya komplikasi diabetes
Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu
to usernonfarmakologis, yaitu berupa
dimulai dengan commit
pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
perencanaan makan/terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani, dan
penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau obes.
Bila dengan langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes belum
tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan obat atau intervensi
farmakologis (Soegondo, 2007). Langkah farmakologis ini dapat
berupa terapi insulin, terapi hipoglikemik oral, atau kombinasi
keduanya (Depkes, 2005).
g. Komplikasi
Menurut Schteingart (2006), komplikasi-komplikasi DM dapat
dibagi menjadi dua kategori mayor, yaitu:
1) Komplikasi metabolik akut, meliputi ketoasidosis diabetik
(DKA), hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik, dan
hipoglikemia.
2) Komplikasi vaskular jangka panjang, meliputi mikroangiopati
dan makroangiopati.
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada DM tipe 1.
Komplikasi mikrovaskular ini antara lain retinopati, nefropati, dan
neuropati. Sedangkan, tiga jenis komplikasi makrovaskular yang
umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit
pembuluh darah perifer. Walaupun komplikasi makrovaskular
dapat terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan
komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan atau kegemukan
(Depkes, 2005).
2. Stroke
a. Definisi dan Klasifikasi
Stroke adalah suatu defisit neurologik yang terjadi secara tibatiba, dapat setempat atau global, akibat penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah yang mensuplai otak dalam waktu lebih
dari 24 jam (Teramihardja, 2007). Pembagian klinisnya adalah:
1) Stroke non-hemoragik yang mencakup:
a) TIA
b) Stroke in evolution
c) Thrombotic stroke disebabkan oleh thrombosis otak, paling
sering diperberat oleh plak aterosklerosis. Onset gejala
bervariasi, mulai dari beberapa menit sampai beberapa hari
d) Embolic stroke disebabkan oleh embolisme otak. Onset
gejala biasanya mendadak, mencerminkan hilangnya aliran
darah secara mendadak pada daerah arteri yang tersumbat.
e) Stroke akibat kompresi terhadap arteri oleh proses di luar
arteri, seperti tumor, abses, dan granuloma
2) Stroke hemoragik
(Mardjono dan Priguna, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
b. Faktor Risiko
Menurut Syamsuddin (2009) dan Japardi (2002), terdapat
beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami stroke, antara lain riwayat keluarga, bertambahnya usia,
jenis kelamin pria, ras berkulit hitam lebih rentan stroke,
hipertensi, peningkatan kadar kolesterol LDL dan fibrinogen
plasma, merokok, diabetes, obesitas, penyakit jantung, riwayat
stroke atau TIA, kadar homosistein meningkat, dan faktor risiko
lain, seperti peminum alkohol, penggunaan obat terlarang seperti
kokain, serta stres yang tidak terkontrol.
Pasien diabetes mempunyai risiko 1,5-4 kali lebih besar
terserang
stroke
dibandingkan
dengan
populasi
umum.
Hiperglikemia kronik yang dipantau melalui peningkatan HbA1c
berhubungan dengan peningkatan risiko stroke. Selain itu,
hipertensi, hiperglikemia, sindrom metabolik, hiperurisemia, dan
proteinuria juga dilaporkan sebagai prediktor stroke pada pasien
DM (Sander et al., 2008).
c. Gejala Klinik
1) Kelemahan/kelumpuhan sebelah anggota badan
2) Gangguan sensorik
3) Gangguan bicara (afasia/disartria)
4) Gangguan penglihatan
5) Vertigo/gangguan keseimbangan (Teramihardja, 2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
d. Patogenesis
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja
di dalam arteri yang membentuk sirkulus Willisi: arteria karotis
interna dan system vertebrobasiler atau semua cabang-cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama
15-20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu
diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan
infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya sendiri
dapat berupa:
1) Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada
aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan.
2) Berkurangnya perfusi sebagai akibat gangguan status aliran
darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah.
3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi
yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.
4) Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
(Hartwig, 2006)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak aterosklerotik
yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang memberi makanan ke
otak. Plak dapat mengaktifkan mekanisme pembekuan darah yang
menghasilkan bekuan darah dan menghambat aliran darah di arteri,
sehingga akan menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut
pada area yang terlokalisasi. Efek neurologis stroke ditentukan oleh
area otak yang terpengaruh (Guyton dan Hall, 2007).
Penyakit serebrovaskuler menyebabkan 20 % dari seluruh
kematian pada diabetes. Terdapat perbedaan stroke yang dialami
pasien dengan diabetes dan tanpa diabetes. Pasien diabetes lebih
sering mengalami stroke iskemik dan adanya peningkatan proporsi
stroke lacunar yang tidak tampak secara klinis. Selain itu, infark
intratentorial lebih sering pada diabetes (Sander et al., 2008).
e. Diagnosis
Menurut Rubenstein et al. (2007), berikut ini langkah diagnosis
untuk stroke:
1) Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pasti
Perbedaan antara perdarahan dan infark serebral memerlukan
CT Scan atau MRI. Pada CT adanya daerah hipodens tampak
beberapa jam setelah infark serebri, sedangkan setelah
perdarahan langsung timbul daerah hiperdens. MRI lebih
sensitif mendeteksi stroke iskemik, namun lebih mahal, lama,
dan memerlukan kerjasama pasien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
2) Pemeriksaan penunjang untuk menentukan etiologi
a) Pemeriksaan darah lengkap, LED, pembekuan, dan skrining
trombofilia, ureum, dan elektrolit, glukosa, dan lipid
b) EKG dan enzim jantung
c) Rontgen toraks
d) CT/MRI kepala
e) Ekokardiografi mendeteksi sumber emboli dari jantung
f) Pencitraan duplex arteri karotis ekstrakranial dan arteri
vertebra
f. Penatalaksanaan
Menurut Teramihardja (2007), stroke pada fase akut ditangani
oleh bagian neurologi, sedangkan untuk fase subakut dan kronik
diperlukan usaha-usaha rehabilitasi medik.
Manajemen glukosa sangat diperlukan dan harus segera
diturunkan hingga level aman dalam penanganan stroke fase akut
pada pasien diabetes. Ini berarti kadar glukosa darah sekitar 120140 mg/dl. Penggunaan insulin taraf awal sangat disetujui.
Mengandalkan turunnya glukosa lewat pengendalian makanan
padahal kadarnya melebihi 200 mg/dl akan mengundang perluasan
infark dengan cepat (Budiarto, 2011).
Menurut Budiarto (2011), sebagai pedoman sasaran terapi
pasien pasca stroke dengan diabetes dapat diusahakan supaya:
1) Glycosylated hemoglobin < 6,5 %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
2) Berat badan diturunkan hingga ideal
3) Hipertensi diobati dengan ACE-inhibitor atau angiotensin II
reseptor antagonis
4) Dislipidemia diobati dengan statin
5) Semua pasien diberikan aspirin dosis rendah
6) Metformin diberikan untuk pasien yang gemuk, kecuali
terdapat kontraindikasi
7) Perubahan dosis dan macam insulin disesuaikan secara
individual oleh dokter
3. Asam Urat
a. Definisi
Asam urat adalah produk akhir katabolisme purin pada primata
(Dorland, 2002). Asam urat merupakan asam lemah yang terdapat
di dalam cairan tubuh. Asam urat ini diekskresikan tubuh dalam
bentuk urin. Urin pada pH 5 hanya dapat melarutkan sekitar
sepersepuluh total urat (15 mg/dl) yang dapat dilarutkan oleh urin
pada pH 7 (150-200 mg/dl) dan pada pH urin yang normal secara
khas berada di bawah 5,8. Dengan demikian, kristal saluran kemih
berupa natrium urat ditemukan di sebelah proksimal lokasi
asidifikasi urin (tubulus distal dan duktus koligentes), dan kristal
asam urat ditemukan di sebelah distal (Rodwell et al., 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
b. Pembentukan
Asam urat pada manusia dibentuk sebagai hasil katabolisme
purin (salah satu unsur protein) yang menyusun material genetik.
Pada mamalia yang bukan primata, enzim urikase akan memecah
asam urat dengan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat
sangat larut dalam air. Namun demikian, karena manusia tidak
memiliki enzim urikase, maka produk akhir katabolisme purin
pada manusia adalah asam urat (Rodwell et al., 2003).
Manusia mengubah nukleosida purin yang utama, yaitu
adenosin dan guanin menjadi produk akhir asam urat yang
diekskresikan keluar. Adenosin pertama mengalami deaminasi
menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan
N-glikosidat inosin dan guanosin, yang dikatalisasi oleh enzim
nukleosida purin fosforilase, akan melepas senyawa ribose 1-fosfat
dan basa purin. Hipoxantin dan guanin selanjutnya membentuk
xantin dalam reaksi yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase
dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat
dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase
(Rodwell et al., 2003).
Enzim xantin oksidase tersebar luas dan terdapat di dalam susu,
usus halus, ginjal, serta hati (Mayes, 2003a). Salah satu sumber
spesies reaktif adalah xantin oksidase, yang menghasilkan
superoksida (misal selama cedera reperfusi pada organ iskemik)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
dan siklooksigenase serta lipooksigenase yang menghasilkan
radikal hidroksil serta peroksil (Mayes, 2003b). Secara ringkas,
pembentukan asam urat digambarkan pada gambar berikut:
Gambar 1. Pembentukan Asam Urat (Widodo, 2008)
Asam urat (dimakan dalam bentuk nukleoprotein)
Enzim proteolitik di usus
Asam nukleat
Nuklease (DNase & RNase)
di getah pankreas
Nukleotida
Polinukleotidase = fosfoesterase di usus
Mononukleotida
Nukleotidase & fosfatase
Nukleosida
Fosforilase di usus
Basa purin
Guanin
Basa pirimidin
Adenosin
Adenosin deaminase
Inosin
Nukleosidase
Deaminase
Guanin
Hipoxantin
Oksidase Xantin
Xantin
Xantin Oksidase
Asam Urat (Absorbsi di usus)
Ekskresi sebagai asam urat di urin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
c. Nilai normal
Nilai rujukan kadar asam urat nomal dalam darah adalah 3-7
mg/dl, tetapi kadar normal setiap laboratorium dapat bervariasi
(Dugdale, 2009). Sedangkan nilai rujukan kadar asam urat normal
pada urin adalah 250-750 mg/24 jam (Lelyana, 2008).
d. Ekskresi
Ekskresi netto asam urat total pada manusia normal adalah
400-600 mg/24 jam. Banyak senyawa yang secara alami terdapat di
alam dan senyawa farmakologik mempengaruhi absorbsi serta
sekresi natrium urat pada ginjal (Rodwell et al., 2003).
Pada suhu dan pH normal, asam urat berada dalam bentuk ion
urat di dalam darah dan plasma, serta mengalami eliminasi di
ginjal. Kurang dari sepertiganya mengalami degradasi enzimatik
oleh bakteri colon. Glomerulus ginjal menyaring asam urat
sebelum melalui tubulus proximal, kemudian dilanjutkan dengan
reabsorpsi dan sekresi. Kebanyakan urat direabsorpsi sehingga
hanya 10 % yang diekskresikan ke dalam urin (Pearson, 2006).
Alkohol mempengaruhi baik produksi maupun eliminasi asam
urat. Alkohol mengandung kalori yang besar yang dapat
menyebabkan obesitas, guanosin pada beberapa bir dikonversikan
menjadi asam urat oleh bakteri usus dan konsumsi dalam jumlah
yang besar akan meningkatkan produksi urat melalui penambahan
kecepatan pemecahan ATP di liver. Alkohol juga menyebabkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
dehidrasi yang menyebabkan peningkatan asam urat (Pearson,
2006).
e. Gangguan Metabolisme Asam Urat
Nilai kadar asam urat serum pada manusia ditentukan oleh
keseimbangan antara intake purin, produksi urat, serta eliminasinya
oleh ginjal maupun ekstrarenal (Heinig dan Richard, 2006).
Gangguan metabolisme asam urat dapat berupa:
1) Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia bisa
terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat, penurunan
pengeluarannya di urin, atau gabungan keduanya (Putra, 2007).
Hiperurisemia sebagai prediktor kuat dari berkembangnya
komplikasi serebrovaskuler pada pasien DM tipe 2 (Mahmood,
2007). Kegagalan pengaturan asam urat dapat menyebabkan
arthritis, batu ginjal, blok tubulus ginjal oleh kristal urat, serta
gagal ginjal (Akram et al., 2011). Hiperurisemia juga diduga
menjadi faktor risiko hipertensi, aterosklerosis, dan penyakit
jantung koroner (Hidayat, 2009).
2) Hipourisemia
Hipourisemia merupakan defisiensi asam urat dalam darah,
bersama dengan xanthinuria, disebabkan oleh defisiensi
xanthin oksidase (Dorland, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
4. Hubungan Asam Urat dengan Stroke pada DM tipe 2
Hiperglikemia mempunyai peran penting dalam pathogenesis
komplikasi vaskuler pada pasien diabetes (Agosti et al., 2008).
Hiperglikemia kronis pada penderita DM tipe 2 mengakibatkan
peningkatan
stres
oksidatif
melalui
empat
mekanisme,
yaitu
meningkatnya polyol pathway flux, bentukan Advanced Glycation EndProducts (AGE), aktivasi PKC, hexosamine pathway flux, dan Aldose
reductase (Brownlee, 2005; Newsholme et al., 2007; Tjokoprawiro,
2007). Keempat jalur di atas merupakan suatu hipotesis yang
menerangkan
bagaimana
hiperglikemia
menyebabkan
disfungsi
endotel dan komplikasi DM (Maiti dan Neeraj, 2007). Kelainan utama
pada disfungsi endotel adalah berkurangnya produksi NO dan atau
meningkatnya ROS yang menyebabkan stres oksidatif (Lele, 2008).
AGE adalah mediator utama dalam pathogenesis dari semua
komplikasi DM, melalui memodifikasi LDL-C sehingga mudah
teroksidasi dan tersimpan pada dinding pembuluh darah memudahkan
terbentuknya streak. Penelitian memperlihatkan AGE berperan dalam
pembentukan dan progresivitas aterosklerosis (Peppa et al., 2003).
Kondisi lain yang terlibat dalam patofisiologi stroke pada
diabetes adalah kondisi resistensi insulin yang terjadi pada sel yang
terlibat dalam penyakit vaskuler (Agosti et al., 2008).
Resistensi terhadap antilipolitik dari insulin pada jaringan
adiposa mengakibatkan lepasnya Free Fatty Acid (FFA) dan gliserol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
ke dalam sirkulasi yang berdampak terhadap homeostasis glukosa
(Matthael et al., 2000). FFA yang beredar dalam sirkulasi meningkat
pada
diabetes.
FFA
dapat
merusak
fungsi
endotel
dengan
meningkatkan produksi oxygen-derived free radical, aktivasi protein
kinase C (PKC), dan eksaserbasi dislipidemia (Agosti et al., 2008).
Hiperinsulinemia sebagai konsekuensi dari resistensi insulin
meningkatkan konsentrasi asam urat serum baik melalui penurunan
sekresi asam urat dari ginjal maupun akumulasi substrat untuk
produksi asam urat (Kodama et al., 2009). Kadar insulin yang
meningkat dapat mengurangi ekskresi asam urat dari ginjal dan
meningkatkan reabsorpsi urat di ginjal (Bhole et al., 2010).
Menurut Wisesa dan Ketut (2009), hubungan positif antara
asam urat dengan resistensi insulin sebagian disebabkan karena
hiperinsulinemia meningkatkan reabsorpsi sodium di tubulus ginjal,
akibatnya kemampuan ginjal mengekskresikan sodium dan asam urat
menurun dan hasil akhirnya konsentrasi asam urat serum meningkat.
Hiperglikemia merupakan salah satu faktor risiko hiperurisemia
(Yoo et al., 2006; Becker et al., 2006). Asam urat merupakan salah
satu antioksidan endogen dalam tubuh yang bersifat larut air.
Peningkatan asam urat dalam sirkulasi merupakan indikator bahwa
tubuh berusaha melindungi diri dari dampak buruk radikal bebas
dengan meningkatkan produksi antioksidan endogen, seperti asam urat
(Lehto et al., 1998). Padahal, kenaikan stres oksidatif terjadi pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
penderita DM (Fonseca et al., 2004). Namun, asam urat juga dapat
bersifat
sebagai
prooksidan
dengan
berikatan
dengan
sistem
intraseluler dari generasi superoksida melalui oksidasi NADPH (Sautin
dan Johnson, 2010). Konsentrasi asam urat sebagai antioksidan alami
adalah 2,6-7,5 mg/dl pada pria dan 2-5,7 mg/dl pada wanita
premenopause (Ames et al., 1981).
Observasi
menunjukkan
bahwa
hiperurisemia
dapat
menginduksi disfungsi endotel pada tikus (Feig, 2008). Hiperurisemi
berhubungan dengan obesitas dan resistensi insulin, sehingga
berhubungan dengan DM tipe 2 (Koenig dan Christa, 2008).
Satu kelainan yang dapat diperiksa secara dini di pembuluh
darah yang menjadi cikal bakal aterosklerosis adalah kerusakan
endotel vaskular, sehingga monosit dan lipid (kebanyakan berupa
lipoprotein berdensitas rendah) yang beredar mulai menumpuk di
tempat yang mengalami kerusakan. Penimbunan lipid dan proliferasi
sel dapat menjadi sangat besar sehingga plak menonjol ke dalam
lumen arteri dan sangat mengurangi aliran darah, yang kadang-kadang
menyumbat seluruh pembuluh darah. Arteri yang mengalami
aterosklerosis kehilangan distentisibilitasnya dan karena daerah di
dinding pembuluhnya berdegenerasi, pembuluh menjadi mudah robek.
Pada tempat penonjolan plak ke dalam aliran darah, permukaan plak
yang kasar dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah dengan
akibat pembentukan trombus atau embolus sehingga dapat menyumbat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
semua aliran darah di dalam arteri dengan tiba-tiba (Guyton dan Hall,
2008).
Gejala trombosis tergantung dari lokasi dan besarnya trombus.
Trombosis pada arteri cerebral mengakibatkan TIA atau stroke
iskemik. Trombosis pada arteri koroner mengakibatkan angina pektoris
atau infark miokard. Trombosis pada arteri perifer akan menyebabkan
klaudikasio intermiten atau nekrosis/gangren (Tambunan, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
B. Kerangka Pikir
DM tipe 2 dengan stroke
HGK
DM tipe 2 tanpa komplikasi
RI
↑↑↑
Hexosamine
Pathway,
AGE,
Polyol,
PKC
↑↑↑
Absorpsi
urat
ginjal
Oksidatif
stres
↑↑↑
Asam urat
HGK
RI
↑↑↑
FFA
↑
Hexosamine
Pathway,
AGE,
Polyol,
PKC
↑
Absorpsi
urat
ginjal
↑
FFA
Oksidatif
stres
Oksidatif
stres
↑
Asam urat
Oksidatif
stres
1. Usia
4. Penyakit
2. Jenis kelamin 5. Asupan
3. Obat
6. Genetik
↑↑↑ Kerusakan endotel vaskular
↑ Kerusakan endotel vaskular
↑↑↑ Plak atherosklerosis
↑ Plak atherosklerosis
Thromboemboli pembuluh darah otak
Belum ada manifestasi tromboemboli
Stroke
Tanpa komplikasi
a. Usia
d. Obesitas
b. Jenis kelamin e. LDL ↑
c. Merokok
f. Penyakit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Keterangan:
---------: faktor yang mempengaruhi
: tidak diteliti
: diteliti
DM
: Diabetes Melitus
HGK : Hiperglikemi kronis
RI
: Resistensi Insulin
AGEs : Advance Glycation End-Products
PKC
: Protein kinase C
FFA
: Free Fatty Acids
LDL
: Low Density Lipoprotein
C. Hipotesis
Ada perbedaan kadar asam urat serum pada pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik observasi dengan menggunakan
pendekatan potong lintang/cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Bagian Rekam Medis RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Sumber
Populasi yang akan diteliti adalah pasien RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang mengalami DM tipe 2 dengan stroke dan tanpa
komplikasi dari tahun 2005-2011.
2. Besar Sampel
Berdasarkan rumus (Sastroasmoro dan Sofyan, 2008):
(Z∝ + Zß )
n=�
d
× Sd
�
2
2
(1,96 + 1,645) × 0,155
�
=�
0,1
= (5,58775)2
= 31,22295 ≈ 31
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Keterangan:
n
: Jumlah sampel
Zα : Kesalahan tipe I (ditetapkan)
Zß : Kesalahan tipe II (ditetapkan)
Sd : Simpang baku dari rerata selisih (dari pustaka)
d
: Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna (clinical
judgment)
Jadi, dibutuhkan sampel sebanyak 62 orang, yaitu 31 sampel untuk
setiap kelompok.
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi Kelompok DM dengan Stroke
1) Pasien DM tipe 2
2) Usia 46-65 tahun
3) Stroke Iskemik
b. Kriteria Inklusi Kelompok DM Tanpa Komplikasi
1) Pasien DM tipe 2
2) Usia 46-65 tahun
3) Tanpa komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular
c. Kriteria Eksklusi
1) Gangguan fungsi ginjal, seperti batu ginjal, infeksi,
tumor, gagal ginjal
2) Gangguan metabolisme asam urat, seperti arthritis gout
3) Obat penurun asam urat (alopurinol, probenisid)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
4) Obat diuretik (tiazid, furosemid)
5) Kemoterapi
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan consecutive sampling, yaitu semua subjek yang ada dan
memenuhi kriteria pemilihan yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan
Sofyan, 2008).
E. Rancangan Penelitian
Populasi
Sampel: Pasien DM tipe 2 di RSUD Dr.Moewardi
Consecutive sampling
Data Rekam Medis
Tanpa komplikasi
Dengan Stroke
Kadar asam urat serum
Uji Statistik
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
: Kadar asam urat serum
2. Variabel Terikat : DM tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi
3. Variabel Luar
a. Terkendali
: Ras, obat, penyakit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
b. Tidak terkendali
: Genetik, asupan nutrisi, olahraga, aktivitas
sehari-hari, kondisi psikologis
G. Definisi Operasional Variabel
1. Kadar asam urat serum
Kadar asam urat serum adalah data kadar asam urat serum pasien.
Skala yang digunakan untuk variabel bebas ini adalah skala rasio
dengan satuan mg/dl. Data diperoleh dari analisis rekam medis pasien
masing-masing kelompok. Untuk menghitung rasio prevalensi sebagai
analisis tambahan, data dikelompokkan menjadi hiperurisemia dan
normourisemia, dengan kadar normal asam urat serum adalah 2.4 - 6.1
mg/dl sesuai dengan nilai rujukan normal di Laboratorium Patologi
Klinik RS Dr. Moewardi.
2. Dengan stroke dan tanpa komplikasi
Variabel pasien DM tipe 2 dengan stroke adalah pasien DM tipe 2
yang mendapat serangan stroke jenis iskemik dan bukan merupakan
TIA.
Tanpa komplikasi adalah pasien DM tipe 2 yang belum pernah
mengalami stroke jenis apapun dan tidak mengalami komplikasi
aterogenik lain yang telah didiagnosis, termasuk penyakit jantung
koroner, penyakit arteri perifer, retinopati, neuropati, dan nefropati.
Pasien disimpulkan menderita penyakit jantung koroner jika
memenuhi satu atau lebih di antara hal berikut: 1) terdapat diagnosis
penyakit jantung koroner dalam data rekam medis, 2) adanya nyeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
dada, 3) pernah mendapat serangan jantung, 4) pernah mendapatkan
terapi obat jantung.
Pasien disimpulkan menderita penyakit arteri perifer jika
memenuhi satu atau lebih di antara hal berikut: 1) terdapat diagnosis
penyakit arteri perifer, 2) adanya ulkus atau luka, 3) adanya keluhan
nyeri, tegang, dan kelemahan tungkai saat mulai berjalan, semakin
berat dengan berjalan, hilang bila istirahat.
Pasien disimpulkan mengalami retinopati jika memenuhi satu atau
lebih di antara hal berikut: 1) terdapat diagnosis retinopati dalam data
rekam medis, 2) dari hasil funduskopi ditemukan mikroaneurisma,
perdarahan,
dilatasi
pembuluh
darah,
soft/hard
exudate,
neurovaskularisasi, maupun edema retina, 3) adanya keluhan skotoma
sentralis yang didahului rabun senja, 4) adanya penurunan tajam
penglihatan pada pasien yang sudah mengalami DM selama 20 tahun.
Pasien disimpulkan mengalami neuropati jika memenuhi salah
satu di antara hal berikut: 1) terdapat diagnosis neuropati dalam data
rekam medis, 2) adanya keluhan rasa kebas, tebal, mati rasa, terasa
terbakar dan bergetar sendiri, serta terasa lebih sakit pada malam hari,
3) terdapat disfungsi ereksi.
Pasien disimpulkan mengalami nefropati diabetik jika memenuhi
salah satu di antara hal berikut: 1) terdapat keterangan dalam data
rekam medis, 2) kreatinin serum >1,3 mg/dl, 3) proteinuria (+) atau
mikroalbuminuria.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Skala yang digunakan untuk variabel terikat ini adalah skala
nominal dan membaginya menjadi dua, yaitu pasien DM tipe 2 dengan
stroke dan tanpa komplikasi. Data diperoleh melalui analisis rekam
medis.
3. Ras, obat, dan penyakit
Ras dapat dikendalikan, karena pasien yang datang ke RSDM
berasal dari ras bangsa Indonesia. Usia dikendalikan dari usia 46-65
tahun berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Lehto (1998).
Obat yang dapat dikendalikan karena mempengaruhi asam urat,
antara lain diuretik, obat penurun asam urat, dan kemoterapi. Penyakit
yang dikendalikan adalah gangguan fungsi ginjal, seperti batu ginjal,
infeksi, tumor, maupun gagal ginjal, serta gangguan metabolisme asam
urat, seperti arthritis gout.
4. Genetik, asupan nutrisi, olahraga, aktivitas sehari-hari, kondisi
psikologis
Genetik, asupan nutrisi, olahraga, aktivitas sehari-hari, dan kondisi
psikologis tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
H. Instrumen Penelitian
Data rekam medis pasien.
I. Protokol Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Peneliti meminta surat izin penelitian ke bagian skripsi yang ditujukan
ke Bagian Diklit dan Direktur Rumah Sakit Dr. Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
2. Setelah mendapatkan izin, peneliti mendapatkan surat pengantar dari
Bagian Diklit ke Bagian Rekam Medis.
3. Kemudian peneliti memeriksa rekam medis pasien di Bagian Rekam
Medis untuk mengambil data dan memastikan pasien dapat
dimasukkan ke dalam sampel.
4. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik
analisis data yang telah dipilih.
J. Teknik Analisis Data Statistik
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji normalitas sebaran sampel dengan menggunakan Uji Kolmogorov
Smirnov karena jumlah sampel >50 orang.
2. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal,
dilakukan uji t independen untuk mengetahui perbedaan kadar asam
urat pada pasien DM tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi.
3. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi
normal, dilakukan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan
kadar asam urat pada pasien DM tipe 2 dengan stroke dan tanpa
komplikasi.
4. Perhitungan nilai rata-rata kadar asam urat serum dilakukan pada
masing-masing kelompok dilakukan dengan uji beda. Selanjutnya,
perhitungan rasio prevalensi dilakukan sebagai analisis tambahan
untuk memberikan gambaran peran faktor risiko terhadap terjadinya
efek atau penyakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Moewardi Surakarta pada tanggal
19 Mei-12 Juli 2011. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam
medis pasien. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive
sampling, artinya semua sampel yang memenuhi kriteria akan diambil. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 orang, yang terdiri dari 31 pasien
DM tipe 2 dengan stroke dan 31 pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi.
Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tekanan
darah disajikan dalam tabel 3.
Jumlah sampel masing-masing kelompok menurut jenis kelamin dilihat
dalam tabel 3 adalah sama, yaitu 31 orang (50 %) dengan jumlah sampel lakilaki dan perempuan untuk setiap kelompok juga sama, yaitu laki-laki 13 orang
(20.97 %) dan perempuan 18 orang (29.03 %). Jumlah sampel terbanyak
secara keseluruhan adalah perempuan, yaitu 36 orang (58 %).
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa jumlah sampel kelompok DM tipe 2
tanpa komplikasi terbanyak didapatkan pada usia 56-60 tahun dengan jumlah
sampel 13 orang (20.97 %), sedangkan sampel terbanyak pada kelompok DM
tipe 2 dengan stroke didapatkan pada usia 51-55 tahun dengan jumlah 10
orang (16.13 %). Jumlah sampel terbanyak secara keseluruhan berasal dari
usia 56-60 tahun sebanyak 22 orang (35.48 %).
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur, dan Tekanan Darah
Kelompok
Karakteristik
Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Jumlah
Umur (tahun)
- 46-50
- 51-55
- 56-60
- 61-65
Jumlah
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
- <120
- 120-139
- 140-159
- >160
Jumlah
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
- <80
- 80-89
- 90-99
- >100
Jumlah
DM 2 tanpa
Komplikasi
DM 2 dengan
Stroke
Total
13 (20.97%)
18 (29.03%)
31 (50%)
13 (20.97%)
18 (29.03%)
31 (50%)
26 (41.94%)
36 (58.06%)
62 (100%)
8 (12.9 %)
6 (9.68%)
13 (20.97%)
4 (6.45%)
31 (50%)
6 (9.68%)
10 (16.13%)
9 (14.52%)
6 (9.68%)
31 (50%)
14 (22.58%)
16 (25.81%)
22 (35.48%)
10 (16.13%)
62 (100%)
14 (22.58%)
17 (27.42%)
0 (0%)
0 (0%)
31 (50%)
2 (3.23%)
7 (11.29%)
10 (16.13%)
12 (19.35%)
31 (50%)
16 (25.81%)
24 (38.71%)
10 (16.13%)
12 (19.35%)
62 (100%)
12 (19.35%)
19 (30.65%)
0 (0%)
0 (0%)
31 (50%)
3 (4.84%)
10 (16.13%)
9 (14.52%)
9 (14.52%)
31 (50%)
15 (24.19%)
29 (46.77%)
9 (14.52%)
9 (14.52%)
62 (100%)
Tekanan darah sistol kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi terbanyak
ditemukan pada rentang 120-139 mmHg dengan jumlah sebanyak 17 orang
(27.42%), sedangkan untuk kelompok DM tipe 2 dengan stroke jumlah sampel
terbanyak ditemukan pada rentang >160 mmHg dengan jumlah 12 orang
(19.35%).
Tekanan darah diastol pada kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi
terbanyak ditemukan pada rentang
80-89
mmHg sebanyak 19 orang (30.65%).
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Jumlah sampel terbanyak pada dengan kelompok DM tipe 2 dengan stroke
juga ditemukan pada rentang tekanan darah sistol 80-89 mmHg dengan jumlah
10 orang (16.13%).
B. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji beda,
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji
Kolmogorov-Smirnov dipilih karena jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah lebih dari 50 subjek. Hasil uji normalitas data pada umur dan
parameter laboratorium ditampilkan dalam tabel 4 berikut:
Tabel 4. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Kolmogorov-Smirnov Z
Umur
0.655
Glukosa Darah Puasa
1.076
Glukosa Darah 2 Jam PP
1.182
Kreatinin
0.976
Asam Urat
1.488
Kolesterol Total
0.948
LDL
0.835
HDL
0.704
Trigliserid
1.253
Tekanan Darah Sistol
1.694
Tekanan Darah Diastol
2.115
Sebaran data dikatakan normal jika nilai Z di bawah 1.97. Pada tabel di
atas terlihat bahwa nilai Z semua variabel kecuali tekanan darah diastol,
berada di bawah 1.97. Hal ini
menunjukkan
commit
to user bahwa sebaran data masing-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
masing variabel selain tekanan darah diastol normal, sehingga penelitian ini
dilanjutkan dengan uji beda parametrik
yaitu uji t independen. Variabel
tekanan darah diastole memiliki nilai Z di atas 1.97, berarti data tidak
terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji beda nonparametrik yaitu uji
Mann-Whitney.
C. Uji Beda t Independen dan Uji Beda Mann Whitney
Uji beda dilakukan sesuai dengan hasil uji normalitas, yaitu uji t
independen untuk semua variabel selain tekanan darah diastol. Variabel
tekanan darah diastol diuji dengan uji Mann Whitney. Karakteristik subjek
penelitian berdasarkan umur, hasil pemeriksaan laboratorium, dan tekanan
darah disajikan dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5. Uji Beda Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Umur, Hasil Pemeriksaan Laboratorium, dan Tekanan Darah
Karakteristik
Umur (tahun)
Glukosa darah
puasa (mg/dl)
Glukosa darah 2
jam PP (mg/dl)
Kreatinin (mg/dl)
Kolesterol total
(mg/dl)
LDL (mg/dl)
HDL (mg/dl)
Trigliserid (mg/dl)
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
DM 2 tanpa
Komplikasi
(Rerata + SD)
55 + 5.07
191.9 + 97.14
DM 2 dengan
Stroke
(Rerata + SD)
55.35 + 5.24
200.61 + 83.1
0.787
0.706
241.06 + 107.06
254.84 + 100.07
0.603
0.835 + 0.17
217.74 + 50.66
0.87 + 0.18
217.87 + 47.14
0.473
0.992
132.23 + 27.99
47.29 + 9.56
177.81 + 128.83
117.1 + 9.02
143.45 + 37.78
41.39 + 9.58
169.03 + 82.31
152.26 + 26.67
0.189
0.018
0.751
0.000
76.45 + 5.51
88.06 + 13.77
0.000
commit to user
p
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Karakteristik yang memiliki nilai p signifikan (p < 0.05) dilihat dari
tabel 5 di atas adalah HDL dengan p = 0.018 serta tekanan darah sistol dan
diastol dengan p = 0.000. Karakteristik lain yaitu umur, glukosa darah puasa,
glukosa darah 2 jam PP, kreatinin, kolesterol total, LDL, dan trigliserid dilihat
dari tabel 5, tidak ditemukan perbedaan signifikan di antara dua kelompok.
Hasil uji t independen kadar asam urat serum ditampilkan dalam tabel
6 berikut:
Tabel 6. Hasil Uji t Independen Asam Urat Serum
Kadar asam
Standar
Nilai
Rerata
urat serum
Deviasi
Minimum
DM tipe 2
4.445
0.8571
2.6
tanpa
komplikasi
DM tipe 2
5.129
1.2833
3.4
dengan
stroke
*) table output SPSS dapat dilihat di lampiran.
Nilai
maksimum
7.3
8.6
Analisis
Uji T
p=
0.017
Tabel 6 di atas menunjukkan hasil uji t independen kadar asam urat
serum didapatkan nilai p = 0.017, artinya terdapat perbedaan signifikan antara
rerata kadar asam urat serum pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi dan DM tipe
2 dengan stroke, karena nilai p < 0.05 dan dapat dilihat bahwa rerata kadar
asam urat serum pasien DM tipe 2 dengan stroke lebih tinggi dibandingkan
dengan DM tipe 2 tanpa komplikasi.
D. Perhitungan Rasio Prevalensi
Tujuan penelitian ini dapat dicapai dengan melakukan uji t
independen.
Analisis
tambahan
dilakukan
dengan
menghitung rasio
prevalensi, yaitu perbandingan antara prevalensi penyakit (efek) pada
commit to user
kelompok dengan risiko positif dengan prevalensi penyakit pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
dengan risiko negatif (Arif, 2004). Kadar asam urat serum dikelompokkan
secara nominal menjadi kelompok hiperurisemia dan normourisemia agar
melakukan perhitungan ini. Jumlah subjek penelitian (n) masing-masing
kelompok disajikan dalam tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Cross Sectional untuk
Menghitung Rasio Prevalensi
Hiperurisemia
(>6.1 mg/dl)
Normourisemia
(2.4-6.1 mg/dl)
Total
DM 2 dengan
stroke
7 (A)
DMT tanpa
komplikasi
1 (B)
24 (C)
30 (D)
54
31
31
62
Total
8
Rasio prevalensi dapat dihitung berdasarkan tabel 7 di atas dengan
rumus sebagai berikut:
Rasio prevalensi =
=
=
𝐴
𝐶
∶
𝐴+𝐵 𝐶+𝐷
24
7
∶
7 + 1 24 + 30
7 24
∶
8 54
= 1.97
Hasil perhitungan rasio prevalensi adalah 1.97. Interpretasi Rasio
Prevalensi (RP) harus diikuti dengan nilai interval kepercayaan atau
confidence interval (CI) yang dikehendaki. CI dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
CI (95%) = eloge RP−1.96 x SE(loge RR) sampai eloge RP+1.96 x SE(loge RR)
CI (95%) = eloge1.97−1.96 x 0.254 sampai eloge1.97+1.96 x 0.254
= e0.86−1.96 x 0.254 sampai e0.86+1.96 x 0.254
= e0.36 sampai e1.36
= 2.7180.36 sampai 2.7181.36
= 1.433 sampai 3.896
Keterangan: e (epsilon) adalah suatu konstanta dengan nilai e = 2.718.
Nilai CI (95%) yang diperoleh berdasarkan perhitungan di atas adalah
1.433 – 3.896.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar
asam urat serum pada pasien DM tipe 2 dengan stroke dan tanpa komplikasi.
Adanya perbedaan ini diketahui melalui uji t independen dengan membandingkan
rerata kadar asam urat antar kedua kelompok.
Kadar asam urat serum diperoleh dengan melihat hasil pemeriksaan asam
urat serum pada data rekam medis pasien. Data sampel kelompok pasien DM tipe
2 dengan stroke diperoleh melalui data rekam medis pasien rawat inap tahun
2005-2010, sedangkan untuk kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi diperoleh
melalui data rekam medis pasien DM tipe 2 rawat jalan pada tahun 2010.
Pengukuran kadar asam urat serum dilaksanakan di Bagian Patologi Klinik
RSUD Dr. Moewardi. Alat pengukur asam urat yang digunakan di RSUD Dr.
Moewardi adalah spektrofotometer dengan tiga merek dagang berbeda, yaitu
Hitachi, Advia, dan Dimension. Pengukuran dilakukan dengan metode enzymatic
colorimetric, dengan nilai rujukan normal adalah 2.4 – 6.1 mg/dl. Pengukuran
asam urat serum dengan merek dagang yang berbeda memberikan hasil yang tidak
jauh berbeda sepanjang metode yang digunakan sama, sehingga peneliti
mengasumsikan bahwa hasil pemeriksaan dengan merek dagang berbeda
memberikan hasil pengukuran yang kurang lebih sama, meskipun untuk
mendapatkan hasil paling objektif sebaiknya pengukuran dilakukan dengan satu
alat saja.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kadar asam urat serum
dikendalikan dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria eksklusi dalam rancangan
penelitian. Peneliti menetapkan suatu data layak dijadikan sebagai sampel
penelitian dengan melakukan analisis rekam medis. Penetapan suatu data sebagai
sampel sebenarnya akan lebih baik jika dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang lain. Peneliti memberikan contoh untuk penentuan eksklusi akibat
adanya arthritis gout. Penyingkiran arthritis gout ini akan lebih baik jika pasien
tersebut benar-benar diperiksa terlebih dahulu apakah ada gejala dan tanda
arthritis gout, karena mungkin saja pasien tersebut sudah mengalami arthritis gout
namun hal ini tidak diperiksakan sehingga tidak ada keterangan dalam rekam
medisnya. Contoh lain misalnya untuk kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi.
Penetapan sebuah sampel bebas dari komplikasi nefropati sebaiknya selain dilihat
dari kreatinin, juga dilihat dari urinnya, apakah terdapat proteinuria atau
mikroalbuminuria, karena dengan kreatinin yang masih dalam batas normal
namun terdapat mikroalbuminuria atau proteinuria, pasien tersebut sudah
dinyatakan mengalami nefropati. Pada penelitian ini tidak semua pasien DM tipe
2 diperiksa apakah terdapat mikroalbuminuria atau proteinuria, sehingga peneliti
lebih banyak menapis nefropati melalui kreatinin. Penapisan tidak adanya
komplikasi pada subjek dengan DM tipe 2 seharusnya dilkukan dengan
pemeriksaan secara menyeluruh, di mana semua tempat yang berkemungkinan
mengalami komplikasi akibat DM diperiksa, termasuk pemeriksaan mata.EKG,
dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Subjek penelitian ini sebagian berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
dengan jumlah yang sama setiap kelompok dengan tujuan matching sampel.
Matching sampel sebaiknya dilakukan dalam satu kelompok, yaitu 50% (16
sampel) perempuan dan 50% (16 sampel) laki-laki untuk masing-masing
kelompok. Peneliti menemukan kesulitan dalam pemenuhan jumlah sampel
dengan matching tersebut, karena adanya keterbatasan data, di mana jumlah
sampel laki-laki untuk kelompok DM tipe 2 dengan stroke yang sesuai dengan
kriteria hanya ada 13 sampel. Jika peneliti memenuhi kriteria matching tersebut
dengan nominal masing-masing 13 sampel untuk laki-laki dan perempuan setiap
kelompok, maka jumlah sampel minimal untuk penelitian yaitu 31 sampel ini
tidak dapat terpenuhi. Penelti terpaksa mengenapkan jumlah sampel menjadi 31
dengan menambah proporsi sampel perempuan untuk memenuhi jumlah sampel
minimal. Penambahan proporsi sampel perempuan sebenarnya tidak terlalu
berpengaruh dalam peneltian ini, karena kadar normal asam urat serum untuk lakilaki dan perempuan disamakan dalam penelitian ini. Jumlah sampel berjenis
kelamin perempuan pada kedua kelompok lebih banyak dibanding dengan lakilaki dilihat dari tabel 3.
Jumlah sampel terbanyak pada kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi
dilihat dari segi usia terletak pada usia 56-60 tahun, sedangkan untuk kelompok
dengan stroke terletak pada usia 50-55 tahun. Komplikasi penyakit akibat diabetes
dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari lamanya penyakit (onset), tingginya
gula darah, usia, hipertensi, merokok, serta protein di urin (Anna dan Asep, 2011).
Peneliti tidak dapat menemukan data onset penyakit melalui data rekam medis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
untuk kelompok DM tipe 2 dengan stroke. Terdapat kemungkinan bahwa pasien
dari kelompok DM tipe 2 dengan stroke ini mempunyai onset lebih lama daripada
kelompok yang lain. Selain itu, menurut McFarlan (2005), ternyata pasien stroke
sering menderita DM tipe 2 yang tidak terdiagnosis, di mana 20% pasien DM
dengan stroke baru terdiagnosis diabetes saat pertama kali terserang stroke. Pada
rentang usia tertua, yaitu 61-65 tahun, sampel kelompok DM tipe 2 tanpa
komplikasi berjumlah 4 orang, lebih sedikit daripada kelompok DM tipe 2 dengan
stroke yang berjumlah 6 orang. Hal ini dapat disebabkan karena semakin lama
onset pasien menderita DM, maka semakin tinggi kemungkinan pasien mendapat
komplikasi dan kejadian komplikasi juga dipengaruhi oleh bertambahnya usia
Tekanan darah dikelompokkan berdasarkan klasifikasi JNC 7 (The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure) sesuai pada tabel 3. Pasien dinyatakan hipertensi jika tekanan
darah sistolnya >140 mmHg atau tekanan darah diastolnya >90 mmHg.
Tidak ada sampel yang mengalami hipertensi pada kelompok DM tipe 2
tanpa komplikasi, di mana hal ini sesuai dengan definisi operasional penelitian.
Sebanyak 17 orang termasuk dalam kelompok pre-hipertensi jika dilihat dari
tekanan darah sistol dan jika dilihat dari tekanan darah diastole sebanyak 19 orang
termasuk pre-hipertensi dalam kelompk DM tipe 2 tanpa komplikasi. Hal ini
berhubungan dengan perjalanan penyakit DM yang melibatkan proses
aterosklerosis dan munculnya komplikasi hipertensi.
Sebanyak 22 (70.97%) dari 31 sampel kelompok DM tipe 2 dengan stroke,
mengalami hipertensi jika dilihat dari tekanan darah sistol, sedangkan jika dilihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
dari tekanan darah diastol, sebanyak 18 (58.1%) sampel dari 31 sampel kelompok
ini mengalami hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Susworo (2005), yang
menyatakan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko kuat terhadap stroke pada
pasien DM tipe 2 (RP = 4.564, CI = 2.11-9.88).
Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov diperlukan terlebih dahulu sebelum
melakukan uji beda untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak.
Semua karakteristik yang diperoleh penulis, yaitu umur, glukosa darah puasa,
glukosa darah 2 jam PP, kreatinin, koleserol total, LDL, HDL, trigliserida,
tekanan darah sistol, dan tekanan darah diastol diuji dengan uji normalitas ini.
Hasil uji ini ditampilkan dalam tabel 4 dengan hasil semua data terdistribusi
normal, kecuali tekanan darah diastol. Data terdistribusi normal selanjutnya diuji
dengan uji beda parametrik yaitu uji t independen, sementara data yang tidak
terdistribusi normal diuji dengan uji beda nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.
Kadar HDL berbeda secara signifikan antara 2 kelompok, dengan rerata
pada kelompok DM tipe 2 dengan stroke adalah 41.39 mg/dl, serta 47.29 mg/dl
pada kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi seperti tampak dalam tabel 3. Hal ini
sesuai dengan teori, di mana peningkatan kadar HDL dapat menurunkan risiko
stroke (Bethesda, 2011), karena HDL dapat mencegah oksidasi LDL yang dapat
menimbulkan aterosklerosis, meningkatkan transport LDL dari jaringan perifer ke
hati sehingga terjadi degradasi, mengangkut antioksidan ke LDL sehingga LDL
menjadi kurang rentan terhadap oksidasi pada endotel (Sacco et al., 2001).
Tekanan darah sistol dan diastol dalam penelitian ini juga berbeda
signifikan dengan p = 0.000, dengan rerata tekanan darah sistol pada kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
DM tipe 2 dengan stroke adalah 152 mmHg, serta 117 mmHg pada kelompok DM
tipe 2 tanpa komplikasi, sedangkan rerata tekanan darah diastol pada kelompok
DM tipe 2 dengan stroke adalah 88 mmHg, serta 76 mmHg pada kelompok DM
tipe 2 tanpa komplikasi. Perbedaan yang signifikan ini dapat terjadi karena
peneliti memang mengendalikan tekanan darah pada kelompok DM tipe 2 tanpa
komplikasi, di mana tekanan darah tidak boleh mencapai 140/90 mmHg. Hal ini
dilakukan karena hipertensi merupakan salah satu komplikasi tersering pada
diabetes, di mana 2 dari 3 pasien diabetes mengalami hipertensi. Selain itu,
berdasarkan teori, hipertensi merupakan faktor risiko stroke nomor satu (Susworo,
2005; Seibel, 2009; Turana, 2011).
Hasil pemeriksaan laboratorium yang lain, meliputi glukosa darah puasa,
glukosa darah 2 jam PP, kolesterol total, LDL, dan trigliserida tidak ditemukan
perbedaan signifikan di antara dua kelompok. Hal ini dapat terjadi karena peneliti
tidak mengendalikan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
laboratorium untuk glukosa darah, kolesterol total, LDL, dan trigliserida, seperti
asupan makanan dan obat-obatan. Peneliti hanya mengendalikan variabel obatobatan yang berpengaruh terhadap kadar asam urat.
ROS (Reactive Oxygen Species) merupakan faktor yang berperan terhadap
peningkatan stres oksidatif pada DM di samping karena defisiensi antioksidan
(Fonseca et al., 2004). ROS pada DM dihasilkan melalui meningkatnya FFA
sirkulasi akibat resistensi insulin (Opie, 2006) serta peningkatan AGEs dan
aktivasi PKC akibat hiperglikemia (Krentz et al., 2005). Semua senyawa oksigen
reaktif (ROS) merupakan oksidan yang kuat. Sifatnya sangat berbahaya dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
merusak sel, sehingga menimbulkan keadaan yang disebut dengan stres oksidatif.
Dampak negatif oksidan ini diatasi dengan senyawa antioksidan (Suryohudoyo,
2000).
Salah satu antioksidan alami tubuh adalah asam urat. Asam urat yang
bersirkulasi pada konsentrasi normal merupakan salah satu antioksidan utama
yang melindungi sel tubuh dari kerusakan oksidatif. Peningkatan asam urat secara
akut merupakan antioksidan, tetapi peningkatan kronik asam urat berhubungan
dengan risiko stroke (Sautin dan Richard, 2008).
Meskipun asam urat merupakan salah satu antioksidan utama dalam
sirkulasi (Sautin dan Richard, 2008), tapi asam urat juga mampu menginduksi
stres oksidatif di berbagai sel, termasuk sel otot polos vaskuler (Corry et al.,
2008). Mekanisme patogenik proses ini melibatkan penurunan bioavalabilitas NO
(nitrit oksida) di otot polos vaskular dan sel endotel (Gersch et al., 2008).
Asam urat yang meningkat pada DM adalah salah satu bentuk upaya tubuh
untuk mengatasi oksidatif stres dan defisiensi antioksidan yang terjadi akibat
resistensi insulin dan hiperglikemi berkepanjangan. Namun, karena hal ini
berlangsung lama, maka peningkatan asam urat ini tidak lagi bersifat sebagai
antioksidan, melainkan prooksidan. Asam urat menjadi prooksidan karena mampu
menghasilkan radikal bebas dalam reaksinya dengan oksidan lain (Sautin dan
Richard, 2008). Johnson et al. (2003) menambahkan, jika kadar asam urat lebih
dari normal, maka asam urat bersifat prooksidan. Asam urat berlebih juga
merangsang oksidasi LDL melalui stimulasi lipid peroxidase yang diduga
berperan pada penebalan tunica intima media pembuluh darah pada proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
aterosklerosis (Alderman, 2007). Atherosklerosis yang terjadi pada pembuluh
darah otak inilah yang dapat menimbulkan stroke.
Tabel 6 menunjukkan hasil uji t independen pada variabel yang diteliti
sebagai tujuan penelitian, yaitu asam urat serum. Tampak dalam tabel 6 bahwa
rerata kadar asam urat serum pada kelompok DM tipe 2 tanpa komplikasi adalah
4.445 mg/dl, sedangkan pada kelompok DM tipe 2 dengan stroke, ternyata
reratanya lebih tinggi, yaitu 5.129 mg/dl. Hasil analisis uji t independen ini
menghasilkan nilai p = 0.017 (p < 0.05), berarti terdapat perbedaan signifikan
kadar asam urat serum pada pasien DM tipe 2 dengan stroke dan tanpa
komplikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Lehto et al. (1998)
yang menyimpulkan bahwa hiperurisemia merupakan prediktor kuat terjadinya
stroke pada pasien DM tipe 2 dengan OR = 1.93, CI = 1.30-2.86, dan p = 0.001.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya di RSUP Dr. Sardjito oleh
Prabowo (2007) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara
hiperurisemia dan stroke yang berat pada penderita DM tipe 2 dengan RP = 2.68
dengan 95% CI (1.75 – 4.05) dan p < 0.001.
Analisis tambahan dilakukan dengan mengkategorikan kadar asam urat
serum ke dalam kelompok normourisemia dan hiperurisemia dengan tujuan
menghitung rasio prevalensi (RP). Rasio prevalensi memberikan gambaran peran
faktor risiko terhadap terjadinya efek atau penyakit (Sastroasmoro dan Sofyan,
2008). Rasio prevalensi memberikan gambaran peran kadar asam urat serum
sebagai faktor risiko terjadinya stroke sebagai komplikasi pada pasien DM tipe 2.
Hasil perhitungan rasio prevalensi sesuai data pada tabel 8 diperoleh nilai RP =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
1.97. Nilai RP > 1 berarti dugaan adanya faktor risiko terhadap efek (sakit)
memang benar, tetapi perlu diingat bahwa interpretasi rasio prevalensi harus
diikuti nilai interval kepercayaan (IK) atau confidence interval (CI) yang
dikehendaki, untuk menentukan apakah RP tersebut bermakna atau tidak. Interval
kepercayaan menunjukkan rentang nilai RP yang diperoleh pada populasi
terjangkau bila sampling dilakukan berulang-ulang. Rasio prevalensi dinyatakan
bermakna jika nilai CI selalu di atas 1 (Arif, 2004). Hasil perhitungan CI pada
penelitian ini adalah selalu di atas 1, dengan CI = 1.43 – 3.89 dengan derajat
kepercayaan 95% (z=1.96). Hal ini berarti bahwa kadar asam urat serum yang
tinggi melebihi normal (hiperurisemia) memang merupakan faktor risiko untuk
terjadinya stroke sebagai komplikasi pada pasien DM tipe 2, di mana pasien DM
tipe 2 yang hiperurisemia mempunyai risiko stroke 1.97 kali lebih besar terserang
stroke daripada pasien DM tipe 2 yang kadar asam urat serumnya normal.
Hasil penelitian serupa oleh Prabowo (2007) dengan metode cross
sectional seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memberikan nilai rasio
prevalensi yang lebih tinggi daripada penelitian ini. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu: (1) kadar asam urat serum normal antara laki-laki dan
perempuan berbeda, (2) menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak daripada
penelitian ini, (3) penelitian dilakukan pada DM dengan stroke yang berat, dan (4)
menggunakan data primer sehingga penetapan criteria eksklusi dan inklusi dapat
dilakukan dengan lebih ketat.
Penelitian ini tetap memiliki kelemahan meskipun memberikan hasil uji
beda dengan nilai p yang signifikan (p < 0.05), RP > 1, dan CI tidak melalui 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Salah satu kelemahan daam penelitian ini terjadi karena rujukan normal kadar
asam urat serum normal yang digunakan dalam penelitian ini disamakan antara
laki-laki dan perempuan, sesuai dengan rujukan dari Bagian Laboratorium
Patologi Klinik RSUD Dr. Moewardi. Hal ini bertentangan dengan teori yang
menyatakan bahwa kadar asam urat serum normal pada perempuan lebih rendah,
karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat dalam urin (Person, 2006). Nilai
normal yang sama antara laki-laki dan perempuan ini sangat berpengaruh pada
perhitungan nilai rasio prevalensi, karena berhubungan dengan cut-off point
hiperurisemia. Hal inilah yang menyebabkan nilai rasio prevalensi pada penelitian
ini lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya oleh Prabowo (2007).
Beberapa kelemahan lain dalam penelitian ini antara lain: (1) sulitnya
menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat, karena pengambilan data
risiko (kadar asam urat serum) dan efek (stroke pada diabetes) dilakukan pada saat
yang bersamaan, (2) masih ada variabel luar yang seharusnya terkendali, tapi sulit
dikendalikan, seperti obat-obatan yang mempengaruhi kadar asam urat pada
pasien kelompok DM tipe 2 dengan stroke, karena data ini tidak ditemukan pada
data rekam medis, (3) masih ada variabel luar yang tidak dapat dikendalikan,
seperti merokok dan status obesitas (tidak ditemukan dalam data rekam medis),
serta asupan nutrisi, aktivitas sehari-hari, dan kondisi psikologis, (4) sulitnya
menentukan subjek pada kelompk DM tipe 2 dengan komplikasi, karena untuk
menilai ada tidaknya komplikasi diperlukan berbagai macam pemeriksaan yang
belum dapat dilakukan karena penggunaan data sekunder serta adanya
keterbatasan waktu dan dana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan kadar asam urat serum pasien DM tipe 2 dengan
stroke dan tanpa komplikasi yang bermakna. Peningkatan asam urat serum
pada pasien DM tipe 2 meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak
1.97 kali lebih tinggi dibanding pasien DM tipe 2 dengan asam urat serum
normal.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini saran yang
dapat diberikan oleh peneliti:
1. Penelitian lanjutan yang lebih baik dapat dilakukan dengan metode
yang lebih baik misalnya dengan studi kohort untuk dapat
menentukan hubungan sebab akibat dengan lebih jelas.
2. Penelitian lanjutan yang lebih baik juga dapat dilakukan dengan
mengendalikan faktor perancu lain yang belum dapat dikendalikan
dalam penelitian ini.
3. Penelitian lanjutan yang lebih baik juga dapat dilakukan dengan
penentuan sampel secara lebih ketat dengan menggunakan data
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
primer serta melakukan berbagai pemeriksaan penunjang yang
diperlukan.
4. Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Moewardi dianjurkan
untuk melakukan pengecekan ulang terhadap nilai rujukan normal
kadar asam urat serum antara laki-laki dan perempuan.
5. Pasien DM dan dokter juga dianjurkan untuk mulai mengontrol
kadar asam urat serum selain mengontrol kadar glukosa darah
secara rutin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agosti, V., Graziano, S., Artiaco L., Sorrentino G. 2009. Biological mechanism of
stroke prevention by physical activity in type 2 diabetes. Acta Neurol
Scand. 119:213-223.
Akram, M., H. M. Asif., Khan U., Naveed A., Qaiser J., Asadullah M., Tariq S., et
al. 2011. Obesity and the risk of hyperuricemia in Gadap Town, Karachi.
African Journal of Biotechnology. 10(6):996-998.
Alderman, M. H. 2007. Uric acid and cardiovascular disease. Circulation. pp:880883.
Ames, B. N., Richard C., Elizabeth S., Paul H. 1981. Uric acid provides an
antioxidant defense in humans against oxidant and radical-caused aging
and cancer: A hypothesis. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 78(11):6858-6862.
Anna,
L. K., Asep C. 2011. Diabetes Sahabatnya Hipertensi.
http://health.kompas.com/read/2011/06/08/16102254/Diabetes.Sahabatnya
.Hipertensi, (18 Agustus 2011).
Arboix, A., Antoni R., Luis G. E., Lourdes de M., Joan M., Montserrat O. 2005.
Cerebral infarction in diabetes: clinical pattern, stroke subtypes, and
predictors of in-hospital mortality. BMC Neurology. 5:9.
Arief, Muhammad. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Klaten: CSGF.
Asplund K, Hagg E, Helmers C, Lithner F., Strand T., Wester P. O. 1980. The
natural history of stroke in diabetic patients. Acta Med Scand. 207:417424.
Becker, M. A, Jolly M. 2006. Hyperuricemia and associated diseases. Rheum Dis
Clin North Am. 32(2):275-93.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Bethesda. 2011. Mengendalikan Faktor Risiko Stroke. www.strokebethesda.com.
(18 Agustus 2011).
Bhole, V., Jee Woong J. C., Sung Woo K., Mary de Vera., Hyon C. 2010. Serum
uric acid levels and the risk of type 2 diabetes: a prospective study. The
American Journal of Medicine. 123:957-961.
Bos, M. J., Peter J. K., Albert H., Jacqueline C. M. W., Monique M. B. B. 2006.
Uric acid is a risk factor for myocardial infarction and stroke: The
Rotterdam study. Journal of the American Heart Association. 37:15031507.
Bousser, Marie-Germaine. 2008. Book review: stroke practical management. N
Engl J Med. 359:1188-1189.
Brownlee, M. 2005. The pathobiology of diabetic complication: an unflying
mechamism. Diabetes. 24: 1615-25.
Budiarto, G. 2011. Diabetes dan Stroke Iskemik. http://www.domeclinic.
com/artikel/diabetes-dan-stroke-iskemik.html?showall=1.
(14
Maret
2011).
Čaušević, A., Sabina S., Amra M. D., Bakira C., Tanja D., Maja M., Tamer B.
2010. Relevance of uric acid in progression of type 2 Diabetes Mellitus.
Bosnian Journal of Basic Medical Sciences. 10(1):55-59.
Corry, D. B., Eslami P., Yamamoto K., Nyby M. D., Makino H., Tuck M. L.
2008. Uric acid stimulates vascular smooth muscle cell proliferation and
oxidative stress cia the vascular renin angiotensin system. J Hypertens.
26:269-275.
Depkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Diabetes Mellitus. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes. 2006. Penderita Diabetes Indonesia
commit to user
www.depkes.go.id. Jakarta.
Urutan
ke-4
di
Dunia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 25. Cetakan I. Jakarta:
EGC. pp:1063, 2338.
Dugdale, D. C. 2009. Uric Acid - Blood. http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/003476.htm (18 Juli 2011).
Fachir, H., Setiawan, B. 2005. Stres oksidatif dan nitrosatif pada berbagai faktor
risiko stroke. B.I.Ked. 37:94-99.
Feig, D. I., Duk-Hee K., Richard J. J. 2008. Uric acid and cardiovascular risk. N
Eng J Med. 359:1811-21.
Fonseca, V., Desouza C., Asnani S., Jialal I. 2004. Nontradisional risk factor for
cardiovascular disease in diabetes. Endocrine Review. 25(1): 153-175.
Fowler, M. J. 2008. Microvascular and macrovascular complications of diabetes.
Clinical Diabetes. 26(2):77-82.
Gersch, C., Sergiu P. P., Kyung M. K., Alexander A., Richard J. J., George N. H.
2008. Inactivation of nitric oxide by uric acid. Nucleosides Nucleotides
Nucleic Acids. 27(8):967-78.
Gustaviani, R. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. In: Aru W. S.,
Bambang S., Idrus A., Marcellus S. K., Siti S. (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Cetakan kedua. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. pp:1857.
Guyton, A. C., John E. H. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Cetakan pertama. Jakarta: EGC. pp:1022-1023.
Hartwig, M. S. 2006. Penyakit serebrovaskular. In: Sylvia A. P., Lorraine M. W.
(eds). Patofosiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2.
Cetakan I. Jakarta: EGC. pp: 1105-1132.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Heinig, M., Richard J. J. 2006. Role of uric acid in hypertension, renal disease and
metabolic syndrome. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 73(12):10591064.
Hidayat, R. 2009. Gout dan Hiperurisemia. Medicinus. 22(1):47-50.
Kishore, P. 2008. Diabetes Mellitus. http://www.merckmanuals.com/home
/sec13/ch165/ch165a.html (16 Februari 2011).
Kodama, S., Kazumi S., Yoko Y., Mihoko A., Ayumi S., Kumiko T., Aki S., et al.
2009. Association between serum uric acid and development of type 2
diabetes. Diabetes Care. 32:1737-1742.
Koenig, W., Christa M. 2008. Uric acid, type 2 diabetes, and cardiovascular
diseases: fueling the common soil hypothesis? Clinical Chemistry.
54(2):231-233.
Japardi, I. 2002. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli.
library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi31.pdf.
(10
Desember 2009).
Johnson, R. J., Kang D. H., Feig D. I, Kivlighn S., Kanelis J., Watanabe S., Tuttle
K. R., Mazzali M. 2003. Is there a pathogenic role of uric acid in
hypertension, cardiovascular, and renal disease? Hypertension Journal. pp:
1183-1190.
Jolanda, D. 2005. Faktor-faktor yang Berperan Terhadap Kejadian Resistensi
Insulin Pada Pasien Hipertensi Esensial Non Diabetika. Semarang:
Universitas Diponegoro. Tesis.
Krentz, A., Lawrence J. M., Summers L. K. M., Walton I. 2005. Diabetes and
cardiovascular disease. In clinical Practise Series. London: Elsevier
Limited. pp: 8-23.
Lehto, S., Leo N., Tapani R., Markku L. 1998. Serum uric acid is a strong
predictor of stroke in patients wit non-insulin-dependent diabetes mellitus.
commit to user
Stroke. 29:635-9.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Lele, R. D. 2008. Causation, prevention, and reversal of vascular endothelial
disfunction (review article). Third National Congress of Indian Stroke
Association. 8-9 Februari, Golden view Resort.
Lelyana, R. 2008. Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat Darah. Semarang:
Universitas Diponegoro. Tesis.
Mahmood, I. H. 2007. Serum uric acid concentration in patients with type 2
Diabetes Mellitus during diet or glibenclamide therapy. Pakistan Journal
of Medical Science. 23(3):361-365.
Maiti, R., Neeraj K. A. 2007. Atherosclerosis in diabetes mellitus: role of
inflammation. Indian Journal of Medical Sciences. 61: 293-306.
Matthael, S., Stumvoll M., Kellerer M., Haring H. U. 2000. Pathophysiology and
pharmacological treatment of insulin resistance. Endocrine Reviews. 21:
585-618.
Mayes, P. A. 2003a. 13. Oksidasi Biologi. In: Robert K. M., Daryl K. G., Peter A.
M., Victor W. R. (eds). Biokimia Harper Edisi 25. Cetakan pertama.
Jakarta: EGC. pp:619.
Mayes, P. A. 2003b. 52. Struktur dan Fungsi Vitamin Larut Air. In: Robert K. M.,
Daryl K. G., Peter A. M., Victor W. R. (eds). Biokimia Harper Edisi 25.
Cetakan pertama. Jakarta: EGC. pp:829.
McFarlane, S. I., Domenic A. S., James R. S. 2005. Stroke in patients with
diabetes and hypertension. J Clin Hypertens. 7:286-292.
Newsholme, P., Haber E. P., Hirabara S. M., Rebelato E. L. O., Procopio J.,
Morgan D., Olivera-Emilio H. C., et al. 2007. Diabetes associated cell
stress and dysfunction: role of mitochondrial and non-mitochondrial ROS
production and activity. J Physiol. 583:9-24.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Opie, L. 2006. The metabolic syndrome – Does it exist? In (Opie, L., Kasuga M.,
Yellon D. M., eds). Diabetes at The Limit II. Kyoto: University of Cape
Town Press. pp: 97-110.
Pearson, N. L. 2006. Hyperuricemia and gout. CPJ/RPC. 139(4):62.
Peppa, M., Uribarri J., Vlassara H. 2003. Glucose, advanced glycation end
products, and diabetes complications: what is new and what works.
Clinical Diabetes. 21:186-7.
Prabowo, T. 2007. Hubugan Antara Hiperurikemia dan Stroke yang Berat pada
Diabetes Mellitus Tipe 2. Universitas Gadjah Mada. Tesis.
Putra, T. R. 2007. Hiperurisemia. In: Aru W. S., Bambang S., Idrus A., Marcellus
S. K., Siti S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Cetakan kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
pp:1203-1207.
Rachmawati, I. 2009. Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Penderita Diabetes
Mellitus. Surabaya: Universitas Airlangga. Skripsi.
Riskesdas. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Rodwell, Victor. 2003. Metabolisme Nukleotida Purin dan Pirimidin. In: Robert
K. M., Daryl K. G., Peter A. M., Victor W. R. (eds). Biokimia Harper
Edisi 25. Cetakan pertama. Jakarta: EGC. pp:374-376.
Rubenstein, D., David W., John B. 2005. Lectures Notes: Ilmu Penyakit Klinis.
Jakarta: Erlangga, pp:97-98.
Sacco R. L., Richard T. B., Douglas E. K., Bernadette B. A., Catherine T., I-Feng
L., Cheng J. F., Myunghee C. P., Steven S., Lars B. 2001. High-density
lipoprotein cholesterol and ischemic stroke in teh elderly: the Northern
Manhattan Stroke Study. JAMA. 285(21):2729-2735.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Sander, D., Kerstin S., Holger P. 2008. Review: stroke in type 2 diabetes. British
Journal of Disease. 8:222.
Sastroasmoro, S., Sofyan I. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. pp:308, 313.
Sautin, Y. Y., Richard J. J. 2008. Uric acid: the oxidant-antioxidant paradox.
Nucleosides Nucleotides Nucleic Acids. 27(6):608-19.
Schteingart, D. E. 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus.
In: Sylvia A. P., Lorraine M. W. (eds). Patofosiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Volume 2. Cetakan I. Jakarta: EGC. pp:1267-1269.
Soegondo, S. 2007. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes
Mellitus Tipe 2. In: Aru W. S., Bambang S., Idrus A., Marcellus S. K., Siti
S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Cetakan kedua.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp:1860.
Suherman, S. K. 2008. Insulin dan Antidiabetik Oral. In: Sulistia G. G.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Cetak ulang dengan perbaikan. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta:
Sagung Seto. pp: 31-47.
Susworo. 2005. Hipertensi Sebagai Faktor Resiko Stroke di RSUD Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Tesis. Universitas Diponegoro.
Syamsuddin,
H.
2009.
Menghindari
Ancaman
Stroke.
http://www.idijakbar.com/?show=detailnews&kode=18&tbl=artikel
(10
Desember 2009).
Tambunan, K. L. 2007. Patogenesis Trombosis In: Aru W. S., Bambang S., Idrus
A., Marcellus S. K., Siti S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Cetakan kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. pp:755-758.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Teramihardja,
J.
2007.
Rehabilitasi
Medik
pada
Stroke.
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Konsultasi&id=13
9585 (10 Desember 2009).
Thévenod, F., Masur K., Zänker K. S. 2008. Pathophysiology of diabetes mellitus
type 2: roles of obesity, insulin resistance and β-cell dysfunction. Diabetes
and Cancer, Epidemiological Avidence and Molecular Links. 19:1-18.
Tjokoprawiro, A. 2007. Capita selecta of metabolic cardiovascular disease-2007
(from obesity, MetS, and CMR-to CMDs) In: Naskah Lengkap Metabolik
Cardiovascular Surabaya Update-1 (Mecarsu-1) Surabaya Diabetes
Update XVII (SDU-XVII). Surabaya, 16-18 November: 2-19.
Turana, Y. 2011. Hipertensi dan Stroke. http://www.medikaholistik.com/medika.
html?xmodule=document_detail&xid=227. (18 Agustus 2011).
Widhiarso,
W.
2001.
Membaca
Angka
Pada
SPSS.
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Membaca%20Angka%20pada%20SP
SS.pdf (18 Agustus 2011).
Widodo, F. Y. 2008. Metabolisme Nukleotida Purin dan Pirimidin. Surabaya:
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Wisesa, I. B. N., Ketut S. 2009. Hubungan antara konsentrasi asam urat serum
dengan resistensi insulin pada penduduk suku Bali asli di Dusun Tenganan
Pegringsingan Karangasem. Jurnal Penyakit Dalam. 10(2):110-123.
Yoo, T. W., Ki Chul ., Hun S. S., Byung J. K., Bum S. K., Jin H. K., Man H. L., et
al. 2005. Relationship between serum uric acid concentration and insulin
resistance and metabolic syndrome. Circulation Journal. 69.
commit to user
Download