PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN ANTARA BAYI YANG MENDAPATKAN ASI DENGAN BAYI YANG MENDAPATKAN SUSU FORMULA DI KELURAHAN DUKUH SIDOMUKTI KOTAMADYA SALATIGA JURNAL PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH AGUSTINA KRISTIANI PURWANIATI J 310 111 004 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 ASI DAN ABSTRACT DIFFERENCES IN THE NUTRITIONAL STATUS OF INFANTS AGED 0 – 6 MONTHS AMONG INFANTS WHO RECEIVED BREAST MILK TO INFANTS WHO RECEIVED BREAST FEEDING AND FORMULA MILK IN DUKUH DISTRICT, SIDOMUKTI SUBDISTRICT, SALATIGA Agustina Kristiani Purwaniati, J310111004 Nutrition Studi Program Faculty Of Health Science Muhammadiyah University Of Surakarta Introduction : Exclusive breast-feeding is a process of breast feeding in infants during the first 6 months without additional mixed with liquid and solid food. Monitoring nutritional status in 2012 in Dukuh district , data obtained that 1,4% infants have over nutritional status, 93,6% good nutritional status, 4,48% under nutritional status, and 0,56% severe malnutrition. Coverage of exclusive breast feeding in infants aged 0-6 months in Dukuh district decreased by 2% in 2012. Objective: Dertermine the difference of nutritional status in infants aged 0-6 months among infants who received breast feeding and infants who received breast feeding and formula milk in Dukuh district, Sidomukti subdistrict, Salatiga. Research Method : The type of research is an analytic survey with cross sectional approach. Population consisted of 2 (two) groups the population of infants aged 0-6 months who received breast feeding of pre–lactate and infants population aged 0-6 months who received breast plus formula milk. Statistical analysis was using Independent sample t Test. Results : Nutritional status of infants aged 0-6 months who received breast feeding was 83,87% good nutritional status, 12,90% was undre nutrition, 3,23% was over nutrition, with an average value of Z-score SD –0,9361 while the nutritional status of infants aged 0-6 months who received breast feeding plus milk formula 100% is good nutritional status with an average value of Z-score SD – 0,7228. The available data indicated that the average value of Z-score in the two groups of infants is almost the same, so the two groups of infants mostly had good nutritional status (p=0,351 > 0,05) Conclusion : There was no difference in the nutritional status of infants aged 0- 6 months who received breast feeding to infants who received breast feeding plus formula milk in Dukuh district, Sidomukti subdistrict, Salatiga. Keyword . : Breast – feeding status and milk formula, nutritional status menunjukkan A. Pendahuluan pemberian ASI Air Susu Ibu eksklusif pada bayi selama 6 bulan merupakan makanan yang terbaik di Jawa Tengah hanya 15,3%. Perlu untuk diketahui bahwa penyedia layanan Sejak dahulu bayi, mengandung karena zat banyak gizi yang kesehatan sudah menyediakan diperlukan oleh bayi dan sangat pojok ASI, Klinik ASI atau layanan penting bagi pertumbuhan. ASI lebih sejenisnya yang bertujuan unggul daripada susu formula dan mendukung kebijakan pemberian susu sapi. ASI eksklusif, tetapi data yang ada Pemberian ASI eksklusif adalah menunjukkan bahwa pemberian ASI saja eksklusif menurun dan pemberian kepada bayi selama 6 bulan tanpa susu formula meningkat. Ternyata dicampur dengan tambahan cairan beberapa kondisi yang dialami oleh lain seperti susu formula, madu, air para ibu, seperti ASI tidak mau putih dan tanpa tambahan makanan keluar, ASI keluar tapi hanya sedikit, padat seperti pisang, pepaya, bubur kebiasaan para ibu yang bekerja dan susu alasan proses memberikan dan biskuit ASI (Kristiyansari, berat badan bayi lebih 2009). Proses tersebut bisa juga gemuk, yang menyebabkan ibu-ibu diawali dengan pemberian minuman dengan mudah beralih dari ASI buatan kepada bayi selama ASI kepada susu formula (Prasetyono, belum keluar yang lebih dikenal 2009). Berat badan bayi menurut umur dengan ASI pra-laktal. ASI pra-laktal yang diberikan merupakan salah satu indikator kepada bayi tidak menguntungkan status gizi yang dapat dijadikan karena ASI pra-laktal menggantikan variabel kolostrum sebagai asupan bayi yang Penilaian status gizi dapat di ketahui paling awal, sehingga bayi lebih melalui mudah terkena infeksi diare serta langsung lebih (Supariasa,dkk, 2001). mengembangkan intoleransi terhadap protein dalam susu dua penelitian cara dan yaitu tidak ilmiah. secara langsung. Hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 25 orang formula. Berdasarkan Kesehatan dalam Dasar data tahun Riset ibu di Kelurahan Dukuh didapatkan 2010 hasil hanya satu orang ibu yang memberikan ASI eksklusif. Ibu-ibu usia 0-6 bulan di wilayah Kelurahan tersebut Dukuh sudah minuman ataupun tambahan sebelum memberikan lainnya bayi makanan kepada berusia bayi 6 bulan mengalami penurunan sebanyak 2% dari 35% pada tahun 2011 dan menjadi 33% pada tahun 2012. Berdasarkan dengan alasan bayi rewel. Rata-rata hasil usia awal pemberian makanan atau pendahuluan minuman tambahan pada bayi di pemberian makanan dan minuman wilayah penelitian ini adalah saat tambahan bayi berusia 1 bulan. Minuman atau mengadakan makanan yang biasa diberikan yaitu masalah susu formula, air putih, pisang, Kelurahan Dukuh. Berdasarkan latar bubur bayi dan biskuit. belakang dan identifikasi masalah Berdasarkan data sebenarnya ibu-ibu mengetahui makanan yang bayi bahwa tambahan ada sudah pemberian yang tepat dalam tentang survey peneliti tertarik penelitian yang ada untuk wilayah ini rumusan awal terhadap di penelitian dirumuskan usia dapat masalah Apakah ada perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang adalah saat bayi berusia 6 bulan, mendapatkan ASI dengan bayi yang akan mendapatkan ASI dan susu formula tetapi ibu-ibu bayi tetap memberikan susu formula pada bayi di Kelurahan Dukuh? ” bulan, Penelitian ini bertujuan untuk karena bayi yang diberikan susu mengetahui perbedaan status gizi formula berat badannya lebih tinggi bayi umur 0-6 bulan antara bayi jika dibandingkan dengan bayi yang yang mendapatkan ASI dengan bayi diberikan ASI saja sehingga ibu-ibu yang mendapatkan ASI dan susu cenderung memberikan ASI dan formula susu formula pada bayi. Cakupan Sidomukti sebelum bayi berusia 6 pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kelurahan Kotamadya Dukuh Salatiga. B. Metode Penelitian kali saja dan pengukuran variabel 1. Jenis Penelitian responden Jenis penelitian ini adalah dilakukan pemeriksaan pada tersebut, saat kemudian survey analitik dengan pendekatan peneliti tidak melakukan tindak lanjut cross (Riyanto, 2011). sectional pengukuran yaitu dalam variabel-variabelnya 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dilakukan hanya sekali dan pada waktu dalam yang bersamaan, penelitian ini artinya setiap 14 Posyandu dari 20 Posyandu yang berada di Kelurahan Dukuh responden hanya diobservasi satu Kecamatan Sidomukti Kotamadya kali saja dan pengukuran variabel Salatiga. pengukuran 3. variabel-variabelnya Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan dilakukan hanya sekali dan pada waktu dalam yang bersamaan, penelitian ini artinya setiap mulai pembuatan proposal pada bulan April 2012 sampai bulan responden hanya diobservasi satu Desember 2012. Pengambilan data kali saja dan pengukuran variabel dilakukan pada bulan Januari 2013 pengukuran dan variabel-variabelnya Februari 2013, sedangkan dilakukan hanya sekali dan pada analisis data dilakukan pada bulan waktu artinya Maret 2013. setiap 4. Populasi responden hanya diobservasi satu Populasi dalam yang bersamaan, penelitian ini pada penelitian ini kali saja dan pengukuran variabel terdiri atas 2 kelompok populasi pengukuran variabel-variabelnya yaitu populasi bayi umur 0-6 bulan dilakukan hanya sekali dan pada yang mendapatkan ASI Pra-Laktal waktu artinya dan populasi bayi umur 0-6 bulan setiap yang mendapatkan ASI dan susu responden hanya diobservasi satu formula yang terdaftar di seluruh kali saja dan pengukuran variabel Posyandu pengukuran Kecamatan Sidomukti Kotamadya dalam yang bersamaan, penelitian ini variabel-variabelnya Kelurahan Dukuh dilakukan hanya sekali dan pada Salatiga yang berjumlah 73 bayi. waktu artinya 5. Sampel setiap Seluruh dalam yang bersamaan, penelitian ini responden hanya diobservasi satu unit populasi yang mendapatkan ASI Pra-Laktal atau mendapatkan ASI ditambah susu ditambah susu formula sebanyak 32 formula bayi. yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel dan sebagai respondennya adalah semua ibu 7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data sampel. Jumlah bayi yang tidak Data memenuhi kriteria inklusi sebanyak langsung 10 bayi, diantaranya 3 bayi sudah wawancara mendapatkan kuesioner. sebagai makanan makanan padat pendamping Data primer diperoleh secara ibu melalui dari bayi menggunakan sekunder diperoleh dari sebelum mencapai usia 6 bulan, 3 sumber lain yang sudah ada, seperti bayi tidak disusui oleh ibunya tetapi data hanya diberi susu formula saja, 3 penelitian, data jumlah Posyandu bayi serta data jumlah bayi umur 0-6 mutasi ke Kelurahan Dukuh luar daerah dan 1 bayi lahir dengan berat badan rendah. Jumlah sebanyak sedangkan jumlah 31 sampel desa wilayah bulan. 8. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan sampel bayi yang mendapatkan ASI Pra-Laktal monografi data bayi, dilakukan pada bulan Januari 2013 yang dan bulan Februari 2013 dengan mendapatkan ASI dan susu formula dibantu sebanyak Puskesmas Kalicacing Kotamadya 32 bayi. Jadi jumlah oleh petugas sampel seluruhnya yang digunakan Salatiga dalam penelitian ini sebanyak 63 mengumpulkan data jumlah bayi bayi. umur 0-6 bulan yang terdaftar pada 6. Teknik Pengambilan Sampel 20 Posyandu di Kelurahan Dukuh Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan secara total dengan gizi cara yang berjumlah 73 bayi. Informasi data jumlah bayi umur 0-6 bulan populasi yaitu semua populasi yang diperoleh memenuhi kriteria inklusi dijadikan apabila pada Posyandu tersebut sebagai sampel. jumlah ternyata ada bayi yang berumur 0-6 sampel pada penelitian ini adalah bulan maka pada saat pelaksanaan semua bayi umur 0-6 bulan yang Posyandu mendapat ASI Pra-Laktal sebanyak melakukan pengambilan data. Bayi 31 bayi dan semua bayi umur 0-6 yang berumur 0-6 bulan yang datang bulan ke Posyandu ditimbang sendiri oleh yang Adapun mendapatkan ASI dari kader peneliti Posyandu, datang untuk peneliti dengan menggunakan alat timbangan bayi yang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan telah Subjek dalam penelitian ini terdiri disediakan. 10. Analisis Data dari 63 bayi. Berdasarkan data jenis a. Analisis Univariat kelamin, bayi berjenis kelamin lakidengan laki memiliki persentase terbesar mendiskripsikan masing-masing yaitu 55,56%. Bayi pada kelompok variabel bentuk umur Analisis ini dilakukan dalam distribusi frekuensi tabel dan nilai 4-6 persentase bulan paling mempunyai tinggi yaitu persentasenya. 57,14% dan sebagian besar ibu-ibu b. Analisis Bivariat memberikan ASI kepada bayinya Analisis ini mengetahui dilakukan untuk perbedaan dari setiap kali bayi rewel atau menangis yaitu 69,8%. sebesar Sebanyak variabel terikat (Status Gizi Bayi 37,5% bayi diberikan susu formula umur 0-6 bulan) terhadap variabel dengan frekuensi 2-3 kali sehari, bebas (Status pemberian ASI dan karena susu formula yang diberikan susu bukan formula). Analitik sebagai makanan pokok menggunakan SPSS versi 17,0 tetapi sebagai pelengkap makanan dengan uji statistik bayi, sedangkan bayi yang diberikan sebagai berikut : susu formula dengan frekuensi 10- Uji normalitas data status gizi menggunakan Smirnov. uji Kolmogorov Hasil uji Kolmogorov 12 kali sehari hanya sebesar 18,7%. Jumlah pemberian susu formula setiap kali pemberian 30-60 cc pada Smirnov menunjukkan data status kelompok umur gizi mempunyai persentase berdistribusi (p=0,992), normal bulan tertinggi untuk yaitu sebesar 92,86% Status gizi mengetahui perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang diberikan antara bayi yang mendapatkan ASI sebanyak 3,23% mempunyai ASI yang status gizi lebih, 83,87% mempunyai susu status dengan mendapatkan formula maka 0-3 bayi ASI dan menggunakan Independent Sample t Test. gizi baik dan 12,90% berstatus gizi kurang sedangkan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang diberikan ASI ditambah susu formula 100% mempunyai status gizi baik. di pada bayi umur 0-6 bulan yang hampir mendapatkan ASI dengan bayi umur keseluruhan bayi yaitu sebanyak 58 0-6 bulan yang mendapatkan ASI bayi ASI dan susu formula dari data yang ASI berdistribusi Hal ini menunjukkan wilayah penelitian baik maupun yang yang bahwa ini diberikan diberikan normal maka ditambah susu formula mempunyai menggunakan Independent Sample t status gizi baik. Test. perbedaan Dari hasil uji statistik tidak ada status gizi pada bayi umur 0-6 bulan perbedaan status gizi pada bayi antara bayi yang mendapatkan ASI umur 0-6 bulan antara bayi yang dengan bayi yang mendapatkan ASI mendapatkan ASI dengan bayi yang ditambah susu formula dapat dilihat mendapatkan ASI ditambah susu pada rata-rata nilai Z-score masing- formula masing status pemberian ASI dan Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga status pemberian ASI ditambah susu ( p = 0,351). Data mengenai di Kelurahan Dukuh formula. Nilai rata-rata Z-score pada Tidak ada perbedaan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang diberikan pada bayi umur 0-6 bulan antara ASI adalah –0,9361 SD sedangkan bayi yang mendapatkan ASI dengan nilai rata-rata Z-score pada bayi bayi umur 0-6 bulan yang diberikan ASI ditambah susu formula, menurut ditambah susu formula adalah – Muttathi’in 0,7228 SD. Ternyata data yang ada pemberian ASI maupun pemberian menunjukkan bahwa rata-rata nilai susu Z-score yang secara signifikan terhadap status gizi sama bayi, karena status gizi pada bayi dengan rata-rata nilai Z-score pada dipengaruhi oleh beberapa faktor bayi baik faktor secara langsung dan pada mendapatkan yang ASI bayi hampir mendapatkan ASI yang (2011) formula tidak ditambah susu formula. mendapatkan tidak langsung. ASI ternyata berpengaruh Bayi yang Pada uji kenormalan, nilai Z- mendapatkan ASI dengan bayi yang score pada status gizi diperoleh nilai mendapatkan ASI ditambah susu p = 0,992 lebih besar dari 0,05 formula (0,992 > 0,05) sehingga mempunyai status gizi baik. data sebanyak 92,06% Untuk Gizi kurang dan gizi lebih pada mengetahui perbedaan status gizi anak bayi disebabkan oleh beberapa berdistribusi normal. faktor yang diklasifikasikan sebagai Tidak ada perbedaan status gizi penyebab langsung, penyebab tidak ini menunjukkan bahwa sebenarnya langsung, pokok masalah dan akar pada bayi umur 0-6 bulan tidak perlu masalah. Status Gizi kurang dan diberikan makanan dan minuman status gizi lebih secara langsung tambahan disebabkan oleh konsumsi makanan tetapi cukup diberikan ASI saja, (ASI dan susu formula) serta ada karena ASI cukup mengandung zat tidaknya penyakit infeksi pada bayi gizi (Jonshon, 1992). pertumbuhan Tidak adanya perbedaan status seperti yang susu formula, digunakan dan untuk perkembangan pada bayi usia 0-6 bulan. Pada gizi pada bayi yang mendapatkan keadaan khusus seperti ASI dengan bayi yang mendapatkan peningkatan berat badan bayi yang ASI ditambah susu formula, dapat kurang dari standar dan adanya dilihat pada bayi umur 0-6 bulan tanda-tanda yang diberikan ASI saja mempunyai bahwa pemberian ASI eksklusif tidak status gizi baik sebanyak 83,7%, berjalan baik dibenarkan untuk mulai tetapi ada juga bayi umur 0-6 bulan memberi susu formula dan makanan yang padat pada bayi sebelum mencapai diberikan ASI saja yang mempunyai status gizi kurang yaitu sebanyak 12,90%. Pada bayi umur yang adanya menunjukkan usia 6 bulan (Roesli, 2001). Besarnya persentase bayi ASI dengan status gizi baik (92,06%) 100% dan tidak adanya perbedaan status mempunyai status gizi baik karena gizi antara bayi yang diberikan ASI frekuensi dan jumlah dengan bayi yang diberikan ASI 0-6 bulan ditambah yang susu diberikan formula pemberian susu formula pada bayi rata-rata ditambah sudah beberapa faktor yang mendukung sesuai dengan kelompok susu formula semua umur bayi yaitu 2-3 kali sehari diantaranya dengan pemberian 30-60 cc setiap disusui oleh ibunya, walaupun tidak kali pemberian untuk kelompok umur semua bayi bisa menyusu secara 0-3 bulan. Kondisi seperti ini karena eksklusif sampai 6 bulan selain itu bayi masih mendapatkan ASI yang semua bayi memiliki berat badan baik, sehingga kebutuhan nutrisi dari lahir normal hal ini berarti bayi sudah ASI masih dapat terpenuhi. memiliki status gizi kehidupannya. bayi ada masih baik diawal Berdasarkan wawancara dengan responden sehari, sedangkan persentase yang gagalnya pemberian ASI eksklusif paling pada awal kelahirannya disebabkan pemberian susu formula 10-12 kali oleh pemberian ASI pra-laktal pada sehari yaitu hanya 18,8%. saat di sehingga rumah bayi sakit yang bersalin, baru lahir sedikit adalah 5. Jumlah pemberian frekuensi susu formula pada bayi yang mendapatkan ASI langsung diberi susu formula karena ditambah susu formula pada ASI belum keluar. kelompok umur 0-3 bulan paling banyak adalah 30-60 cc setiap kali pemberian yaitu sebesar 92,86%. D. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan 6. Tidak ada perbedaan status gizi analisis data pada penelitian ini pada bayi umur 0-6 bulan antara maka dapat disimpulkan sebagai bayi yang mendapatkan ASI dengan berikut : bayi yang mendapatkan ASI dan 1. Bayi umur 0-6 bulan yang susu formula (p=0,351). mendapatkan ASI mempunyai status gizi baik sebanyak 83,87%, status E. Saran gizi kurang sebanyak 12,90% dan Berdasarkan hasil penelitian yang status gizi lebih hanya 3,23%. telah dilakukan, maka peneliti dapat 2. Bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI dan susu formula 100% mempunyai status gizi baik. 3. Sebanyak kepada menangis bayi 1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini ibu bayi dengan mempertimbangkan jumlah memberikan ASI volume ASI yang dikonsumsi oleh bayi bayi serta meneliti faktor-faktor yang 69,8% menyatakan memberikan saran sebagai berikut : setiap atau kali rewel, 11,1% memberikan ASI tiap 2 jam sekali dan frekuensi pemberian lebih dari mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan 12 kali sehari serta 3-6 kali sehari mengukur faktor perancu yang dapat mempunyai persentase yang sama mempengaruhi status gizi pada bayi yaitu sebesar 9,5%. umur 0-6 bulan antara lain pola 4. Sebanyak 37,5% ibu bayi makan dan asupan makan ibu bayi memberikan susu formula kepada dalam sehari yang bayi dengan frekuensi 2-3 kali dalam mempengaruhi produksi ASI. dapat DAFTAR PUSTAKA Aisyah, D. 2009. Perbedaan Status Gizi Pada Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif di Puskesmas Pandanaran Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Baliwati,Y.F., Khomsan, A., Dwiriani. 2004. Pengantar Pangan Gizi. Penenbar Swadaya. Jakarta. Hediger M. L., Overpeck M.D., Ruan W.J, Troendle J.F. 2000. Early Feeding and Growth Status of US-Born Infant and Children Age 4-7 Month. Am J Clinic Nutrition. Jonshon. 1992. Pemberian Makanan untuk Bayi, Dasar fisiologis. Pernisia. Jakarta. Khasanah, N. 2011. ASI atau Susu Formula Ya ?. Flash Books. Yogyakarta. Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta. Latifah, S. 2006. Perbedaan Pertambahan Berat Badan Pada Bayi Umur 4-6 Bulan Yang Diberi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif di Wilayah Puskesmas Mangunsari Salatiga. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang. Moehji, S. 1988. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Bathara Karya Aksara. Jakarta. Muchtadi, D. 1995. Gizi untuk Bayi. Sinar Harapan. Jakarta. Muttathi’in, K. 2011. Perbedaan Pertambahan Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan Yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Kartosura dan Gatak Kabupaten Sukoharjo.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Nadesul, H. 1995. Makanan Sehat untuk Bayi dan Balita. Puspa Swara. Jakarta.Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar Asi Eksklusif. Diva Press. Yogyakarta. Rahmawati, E dan Proverawati, A. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika. Yogyakarta. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sajogyo. 1998. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. UGM. Yogyakarta Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Penerbit Kanisius. Jakarta. Suhardjo. 2002. Perencanaan Pangan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. Supariasa, I., Bakri, B., dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Suyatno,dkk. 2001. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI) Tradisional terhadap Kejadian ISPA, Diare, dan Status Gizi Bayi Pada Usia Empat Kedokteran Masyarakat. Jakarta. Umniyati dan Helwiyah. 2005. Penerapan ASI eksklusif 6 bulan Versus Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini di Indonesia. Jurnal Kedokteran YARSI. Jakarta. UNICEF. 1993. Pelatihan Konselor Laktasi. Sentra Laktasi Indonesia. Jakarta. Widyastuti, D dan Widyarini, R. 2001. Perkembangan Anak 0-1 Tahun. Puspa Swara. Jakarta.