Makalah: “Urgensi Penerapan Pendidikan Karakter Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Tulang Bawang Barat”. Oleh: Achmad Nasrudin, S.Pd.I, M.Pd. (guru PAI di MIN 1 Tulang Bawang Barat) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diantara tujuan pendirian negara Indonesia ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan mesti dimaknai secara luas mencakup segala aspek pengetahuan. Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah melaksanakan sistem pendidikan nasional. Dalam pasal 3 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa.1[1] Akan tetapi, cita cita ideal tersebut hingga hari ini masih jauh dari kenyataan. Faktanya, diberbagai survey dan penelitian yang dilakukan dalam sekala internasional, tingkat sumber daya manusia masih berada pada indeks yang rendah, bahkan jika dibandingkan dengan Negara Negara asia tenggara. Hasil survey UNDP yang dirilis tahun 2013 menunjukkan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia menempati urutan ke-108, tertinggal jauh oleh negara negara kawasan tetangga seperti Australia, Singapura, Malaisyia, Thailand dan Brunai. Bahkan peringkat itu justru turun dari tahun 1996 yang kala itu Indonesia menempati urutan 102.2[2]. Dalam aspek perilaku (afektif) bangsa Indonesia juga tak kalah memperihatinkan. Mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, tawuran pelajar, human trafficking, mafia ekonomi, mafia hukum, konflik SARA, premanisme, kasus asusila, pelanggaran ketertiban umum, kriminalitas, perusakan alam, penyalah gunaan narkotika, korupsi dan lainya. Syukur Alhamdulillah, keprihatinan itu ditangkap dan disikapi dengan arif oleh kalangan dunia pendidikan. Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia melalui kementerian pendidikan Nasional melakasanakan program pendidikan karakter. Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3[3] Terminologi pendidikan karakter mulai dikenalkan dalam pendidikan sejak tahun 1900-an. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku yang berjudul The Return of Character Education dan kemudian disusul bukunya, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. Melalui buku-buku itu, ia menyadarkan dunia Barat akan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good) (Lickona, 1991: 514[4] Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bersumber pada agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendiidkan nasional. Berdasarkan kajian dari sumber sumber tersebut, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima nilai yang harus ditanamkan kepada siswa, yakni; Nilai karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa, nilai karakter dalam hubunganaya dengan diri sendiri, jujur, tanggung jawab dan bergaya hidup sehat.5[5] Akan tetapi dalam pelaksanaanya, pendidikan karakter memiliki permasalahan tersendiri. Madrasah sebagai salah satu institusi penyelenggara pendidikan nasional yang bercirikan Islam semestinya menjadi pilar utama dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga perbaikan moral dan akhlah bangsa dapat dilakukan secara sistemik. Berbagai problematika dialami oleh madarsah, sehingga pelaksanaan dan hasil pendidikan karakter belum berjalan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari output dan outcome Madrasah yang belum dapat dikategorikan memuaskan secara keseluruhan. Demikian pula yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Tulang Bawang barat. Berbagai program dan upaya telah dilakukan dalam rangka menanamkan karakter positif. Hasilnya, ada yang menggembirakan ada pula yang masih membuat guru kecewa. Secara umum perilaku siswa telah mencerminkan akhlakuk karimah. Akan tetapisebagian diantaranya justru sebaliknya, masih berperilaku kurang baik. Sebagai contoh perilaku buruk yang masih terjadi ialah membuang sampah sembarangan, datang terlambat, membolos, bertengkar dengan sesama teman, tidak mengerjakan tugas, berkata jorok, adanya laporan kehilangan uang dan barang di tas pada saat jam istirahat, main sepeda kawan tanpa izin, aksi vandalism, bermain permainan yang mengandung unsur judi, berbuat gaduh pada saat belajar dan lain sebagainya. Melalui makalah berjudul “Urgensi Penerapan Pendidikan Karakter Di MIN 1 Tulang Bawang Barat” ini, penulis ingin mengkaji lebih mendalam hakekat, prinsip dan metode pendidikan karakter sehingga dapat memberi sumbangsih dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah, khususnya diMIN 1 Tulang Bawang Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut : 1. Apakah hakekatpendidikan karakter? 2. Apa sajakah nilai nilai yang ditanamkan dalam pendidikan karakter? 3. Bagaimanakah Setrategi dan metode yang semestinya diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah? C. Tujuan Penulisan Makalah Dalam karya ilmiyah ini, penulis memiliki tujuanumum dan khusus. Secara umum, penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1. Memahami apakah hakekatpendidikan karakter. 2. Mengetahui apa prinsip dan nilai nilai yang ditanamkan dalam pendidikan karakter. 3. Memahami bagaimanakah setrategi dan metode yang semestinya dilaksanakan dalam penerapan pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Tulang Bawang Barat. Secara khusus, karya ilmiyah ini dilakukan oleh penulis dalam rangka melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)dalam bentuk publikasi ilmiyah tahun 2015. D. Manfaat Penulisan Makalah Melalui makalah ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat berupa: 1. Memberi sumbangan bagi khazanah keilmuan dan penelitian, khususnya di bidang pendidikan. 2. Memberi manfaat bagi dunia pendidikan, Madarasah Ibtidaiyah khususnya, dalam bidang pelaksanaan dan pengembangan pendidikan karakter. 3. Dapat dijadikan landasan bagi para pengambil kebijakan dalam mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan dan pengembangan pendidikan karakter di Madrasah 4. Memberikan motivasi kepada sesamapendidik untuk melakukan kegiatan pengembangan diri, khususnya dalam penelitian dan pulikasi ilmiyah. BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN A. Hakekat Pendidikan karakter Dalam memahami hakekat pendidikan karakter, ada tiga kata yang harus kita kaji secara mendalam, yakni pendidikan, karakter dan pendidikan karakter. 1. Makna Pendidikan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pendidikan adalah upaya pengajaran proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui dan latihan6[6]. Adapun Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Ini berarti pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas tetapi berlangsung di luar kelas.7[7] Sedangkan menurut pemerintah RI, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undangundang RI 2003).8[8] Pengertian berikutnya dari Noeng Muhadjir salah satu pakar pendiidkan indonesia, yang merumuskan pendidikan sebagai suatu aktivitas interaktif antara pemberi dan penerima untuk mencapai tujuan baik dengan cara baik dalam konteks positif. Atas dasar pemaknaan ini, maka pendidikan menurutnya memiliki fungsi menumbuhkan kreativitas subyek didik, memperkaya khasanah budaya, nilai-nilai insany dan nilai Illahiyah serta menyiapkan tenaga kerja produktif.9[9] Lebih lanjut, seorang tokoh besar dunia pendidikan Benyamin S. Bloom mengungkapkan bahwa Perubahan sebagai hasil (output) pendidikan mencakup tiga ranah, yaitu cognitive domain, affective domain, and psychomotor domain. Dalam ranah kognitif tujuan pendidikan mencakup dan berkaitan dengan: “…recall or recognition of knowledge and the development of intellectual abilities and skills”. Pada ranah afektif; “…changes in interest, attitudes, and value, and the development of appreciations and adequate adjustment”. Dan pada ranah psikomotorik; “… the manipulative or motor skill area – improve manual skills10[10] Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan adalah usaha manusia secara sistematis untuk mentransformasikan pengetahuan dan nilai kepada peserta didik melalui proses belajar, dengan maksud mengembangkan segenap potensi yang dimiliki agar dapat menjadi manusia seutuhnya, dapat memberi manfaat bagi diri, keluarga, agama dan bangsa serta alam semesta. 2. Arti Karakter Secara harfiah, kata karakter Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata karakter diartikan; tabiat, sifat sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.11[11] Adapun pengertian karakter menurut Suyanto adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.12[12] . Menurut Thomas Lickona, karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way”. Selanjutnya ditambahkan, “character so conceived has three interelalted parts, moral knowing, moral feeling, moral behavior. Dalam pengertian ini, karakter mulia (good character) mencakup pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benarbenar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitive), sikap (attitude), dan motivasi (motivation), serta perilaku (behaviour) dan keterampilan (skill).13[13] Prof. Tobroni memaknai karakter sebagai sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.14[14] Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab “al-akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari kata “al-khuluq” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sedangkan secara terminologis, menurut Ibn Maskawih akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Sedangkan menurut al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran15[15] Dari berbagai referensi diawal, karakter dapat dimengerti sebagai pola fikir, pola sikap dan pola perbuatan seseorang terhadap diri sendiri, keluarga, lingkungan dan Tuhan, yang dimiliki oleh seseorang sebagai hasil dari pengalaman, pendidikan, pelatihan yang didapat. Karakter akan mencerminkan perilaku keseharian manusia. Karakter juga dapat diidentikkan dengan moral, etika dan akhlak. 3. Pendidikan Karakter Masing masing pakar pendidikan menawarkan pengertian yang berbeda tentang pendidikan karakter, sesuai dengan sudut pandangnya. Beberapa diantaranya dapat diketengahkan sebagai berikut. Ratna Megawangi mamaknai pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anakanak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikan-nya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya16[16] Selanjutnya, Fakry Gaffar mengatarakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.17[17] Dari ulasan tentang Pendidikan, Karakter dan pendiidkan karakter diatas, penulis memaknai pendidikan karakter sebagai usaha yang dilakukan secara sistematik oleh segenap penyelenggara pendidikan dalam rangka menanamkan dan mengembangkan potensi peserta didik agar kelak menjadi pribadi berpola fikir, pola sikap dan pola laku yang baik, sehingga dapat mencapai kesuksesan dan kebahagian dalam hidupnya. B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter 1. Fungsi Darma Kusuma, menjelaskan dalam konteks pendidikan di sekolah pendidikan karakter berfungsi: a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. 1. difahami, digemari dan dibudayakan dikalangan guru madrasah, agar intelektualisas yang dimiliki guru terawat dan tumbuh berkembang. Sehingganya tradisi ke-ilmuan dan teknologi ke-pendidikan madrasah dapat mengimbangi dan bahkan unggul dari sekolah ataupun lembaga lain. 2. Mengusulkan kepada pihak pihak berwenang untuk secara nyata mendukung kegiatan pengembangan diri guru Madrasah, seperti membimbing, memenuhi fasilitas, memberi waktu dan menyediakan pendanaan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Syukri Zarkasyi. (2010). Pola pendidikan pesantren dalam pembentukan karakter bangsa. Makalah disajikan dalam seminar:Pendidikan Karakter Bangsa melalui Pola Pendidikan Pesantren. Balitbang,Kemendiknas, 10-12 Desember 2010, di Bogor Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung; Remaja Rosdakarya Azyumardi Azra, Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, (Jakarta: Logos, 2002) Bloom, B.S. et al. (1979). Taxonomy of educational objectives: The clasification of educational goals.(London: Longman Group Ltd, 1956) Darmiyati, Zuhdan dan Muhsinatun. (2010). Pengembangan model pendidikankarakter terintegrasi dalam pembelajaran bidang studi di Sekolah Dasar. e- jurnal Cakrawala Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, diunduh pada 12 agustus 2015. Dharma Kesuma, dkk., Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi, (Bandung: Pustaka Aulia Press,2011) Fakri Gaffar M., Pendidikan Karakter Berbasis Islam, (Yogyakarta: Makalah Seminar, 8-10 April 2010) http//undp.com/hdi.2013, diakses pada 12/08/2015 Jamal Ma‟mur Asmani, Buku panduan internalisasi pendidikan karakter disekolah.(yogyakarta: Diva press, 2012) Kemendiknas RI: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta; 1994 edisi ke-2 Kemendiknas RI: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta:Badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum,2010), Kemendiknas RI: Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Kemendiknas RI: Undang Undang RI No.20 tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional). Kirschenbaum, Howard. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Massachusetts: Allyn & Bacon. Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books Muhaimin & Suti’ah, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002) Muhammad Surya. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta; Mahaputra Adidaya. Noeng Muhadjir, Ilmu pendidikan dan perubahan sosial: Teori pendidikan pelaku sosial kreatif,(Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000) Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Kalam Mulia Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa, (Bogor:Indonesia Heritage Foundation, 2004) Sa’adun Akbar. (2009). Pengembangan model pembelajaran nilai dan karakter untuk Sekolah Dasar berbasis model pendidikan nilai dan karakter di pesantren Daarut-Tauhied Bandung. e-jurnal Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Malang. diunduh tanggal 18 agustus 2015 Suyanto, Urgensi Pendidikan Karakter, (Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan) Tobroni. Pendidikan Islam, Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas, Malang: UMM Press, 2008 Zakiah Daradjat, Filsafat Pendidikan Islam, Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta : DEPAG RI, 1983-1984) Biodata Singkat Penulis Achmad Nasrudin atau biasa dipanggil Mas Anas dilahirkan di Payung Batu Lampung Tengah pada tangal 7 September 1982 dari pasangan Kyai Badarudin dan Ibu Ulfa. Pada tahun 1989-2000 menempuh Pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah hingga Aliyah di Lampung. Kemudian melanjutkan studi strata-1 di jurusan Tarbiyah STAIN Jember Jawa Timur dan menyelesaikan pascasarjana di UM Surakarta, pada Program Studi Magister Manajemen Sistem Pendidikan. Selama masa pendidikan, suami dari Alam Purwandhani Prastuti, M.Psi. dan Ayah dari Balqish dan Bilqish ini aktif di berbagai organisasi diantaranya OSIS, Pramuka, Pengurus Pesantren, Forum Grup Diskusi, BEM dan HMI. Sejak tahun 2009 hingga saat ini mengabdikan diri sebagai guru PAI di MIN 1 Tulang Bawang Barat. Berbagai pelatihan diikutinya dari taingkat Sekolah, kabupaten hingga Propinsi. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MIN 1 Tulang Bawang Baratdapat dikategorikan lengkap dan memadai untuk mendukung proses pendidikan karakter dan pembelajaran, sebagaimana terlihat dengan rincian sebagai berikut: a. Ruang Belajar : 10 Lokal b. Ruang Kepala Sekolah : 1 Lokal c. Ruang Guru : 1 Lokal d. Ruang TU : 1 Lokal e. Ruang Perpustakaan : 1 Lokal f. Parkir : 1 Lokal g. Ruang Mandi/WC : 3 Lokal h. Komputer dan jaringan internet : 16 Unit i. Gudang/Dapur : 1 Lokal j. Ruang UKS : 1 Lokal k. Lapangan Olah Raga : 4 Buah l. Perangkat alat musik : 2 Unit m. Perangkat IT media belajar : 4 Unit n. Musholla/Masjid : 2 Buah (milik masarakat lingkungan) Selain Fasilitas fisik, MIN 1 Tulang Bawang Barat juga memiliki fasilitas non fisik yang menunjang untuk kegiatan pendidikan siswa berupa kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan kesiswaan lainya, yaitu : a. Pramuka b. Upacara hari senin dan hari besar c. Olah Raga (atletik,sepak bola, bola voly, bulu tangkis) d. UKS e. Hasta Karya f. Sains dan I.T g. Seni Islami h. Tuntas Baca tulis dan berhitung i. Tuntas baca tulis Qur’an j. Shalat Dhuha dan dhuhur berjamaah. Alternatif Upaya Peningkatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di MIN 1 Tulang Bawang Barat Sebagaimana yang telah pemakalah utarakan dalam bab pendahuluan, bahwa MIN 1 Tulang Bawang Barat telah menyadari akan pentingnya pendidikan karakter serta telah berusaha mananamkan nilai nilai luhur itu kepada siswanya. Akan tetapi, keberhasilan dari usaha tersebut belum maksimal, terbukti masih adanya siswa yang berperilaku kurang baik. Padahal, dengan sumber daya yang dimiliki oleh MIN 1 Tulang Bawang Barat sudah semestinya karakter seluruh siswa di madrasah itu idealnya baik secara keseluruhan. Dengan demikian, pemakalah memandang perlu setrategi dan metode yang lebih tepat dalam penerapanya. Sebagai contoh, metode yang telah diaplikasikan dilakukan oleh Daarut-Tauhied Bandung, yakni dengan menggunakan metode: learning by doing,simulasi, aksi sosial, khidmad dan ikhtiar, sosiaodrama, studi lapangan,hikmah, dan evaluasi reflektif yang mementingkan kesadaran diri. Metode ini sangatlah memungkinkan untuk diterapkan oleh MIN 1 Tulang Bawang Barat. Dengan berbagai sarana yang ada dan kegiatan yang telah dijalankan, sangatlah memungkinkan MIN 1 Tulang Bawang Barat menerapkan metode ini. Berikutnya, metode yang patut dipertimbangkan oleh MIN 1 Tulang Bawang Barat adalah metode yang telah diterapkan olehPondok Pesantren Gontor yakni pendidikan karakter melalui keteladanan (uswah hasanah), Mengkondisikan hidup di lingkungan berasrama sehingga proses pembelajaran berlangsung terus menerus di bawah pengontrolan guru, Memberi pengarahan nilai dan filosofi hidup, Menugaskan supaya dapat hidup mandiri dan Membiasakan hidup disiplin dan taat aturan. Sebagian besat setrategi yang diterapkan oleh Gontor sangat memungkinkan diterapkan oleh MIN 1 Tulang Bawang Barat mengingat kesamaan tujuan dan sumber daya yang dimiliki oleh keduanya. Metode lain yang layak untuk dijadikan referensi ialah apa yang ditawarkan olehHoward Kirschenbaumyaitu:inculcating values and morality (penanaman nilai-nilai dan moralitas), modeling values and morality (pemodelan nilai-nilai dan moralitas), facilitating values and morality (memfasilitasi nilai-nilai dan moralitas), skills for value development and moral literacy (ketrampilan untuk pengembangan nilai dan literasi moral), dandeveloping a values education program (mengembangkan program pendidikan nilai). Dengan metode ini segenap unsur MIN 1 Tulang Bawang Barat dituntut untuk terus mengembangkan nilai dengan berbagai upaya dengan segala sumber daya yang dimiliki. Terakhir, metode yang mutlak harus dilakukan ialah sebagaimana telah digariskan oleh Pemerintah RI (Kemendiknas) yaitu melalui: kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanandan pengkondisian.Selain itu, pendidikan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Metode ini sudah semestinya diterapkan secara konferehansip dan konsisten oleh MIN 1 Tulang Bawang Barat. Kegiatan kesiswaan seperti olah raga, seni, ibadah, gotong royong, upacara kepramukaan dan sebagainya sudah selayaknya dijadikan sarana untuk menanamkan karakter. Berbagai fasilitas pendukung dapat dijadikan media untuk pembelajaran dan pembuktian dan bahan evaluasi. Lebih dari pada itu, Guru musti menjadi penyokong utama daam program ini. Guru berperan sebagai pembina, pembimbing, tauladan, sekaligus sebagai pengawas. Tidak lupa, madrasah harus pula melibatkan orang tua siswa dalam mendidik karakter, karena mereka-lah yang memiliki waktu dan kesempatan untuk memebimbing siswa pada saat di rumah. Terakhir, sekolah juga mesti melibatkan lingkungan sekitar sekolah untuk menciptakan kondisi positif dalam mendidik karakter. Sebagai penegasan dalam hal metode dan setrategi penerapan pendidikan karakter ini, penulis menemukan benang merah bahwa penerapan pendidikan karakter di MIN 1 Tulang Bawang Barat seyogyanya dilakukan oleh segenap komponen, diajarkan pada setiap mata pelajaran, menggunakan semua media (sarana dan Prasarana) yang dimiliki, dilakukan sepanjang waktu dan disemua tempat. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari seluruh paparan dalam dua bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa poin penting dalam upaya pendidikan karakter di MIN 1 Tulang Bawang Barat, yakni: 1. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan secara sistematis oleh segenap penyelenggara pendidikan dalam rangka menanamkan dan mengembangkan potensi peserta didik agar senantiasa menjadi pribadi berpola fikir, pola sikap dan pola laku yang baik, sehingga dapat mencapai kesuksesan dan kebahagian dalam hidupnya. 2. Dalam pendidikan karakter, terdapat 18 nilai yang ditanamkan dan dikembangkan yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya Bangsa Indonesia dan Tujuan Pendiidkan Nasional. Adapun 18 nilai yang dimaksud terdiri atas: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab. 3. Penerapan pendidikan karakter di MIN 1 Tulang Bawang Barat seyogyanya dilakukan oleh segenap komponen madrasah yakni pimpinan, guru, komite, walisiswa, lingkungan sekitar dan siswa, ditanamkan melalui seluruh mata pelajaran, menggunakan semua media (fasilitas) yang dimiliki madrasah, serta di NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 11 NAMA H.Ropikin,S.Ag,M.Pd.I Asepudin,S.Pd.I Muryanti,S.Pd.I Warida Ahmad,S.Pd.I Ahmad Nasrudin,S.Pd.I et Muakhirin Bazid,S.Pd.I Ahmad Jauhari,S.Pd.I Badriyah,S.Pd.I Sri Lestari,S.Pd.I Danimah,S.Pd.I Tuminah,S.Pd.I Paino, S.Pd.I JABATAN Kep.Mad Guru PAI Guru Kelas Guru Kelas Guru PAI Guru PAI Guru Mulok Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas PENDIDIKAN S2 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 c) memberi pengarahan nilai dan filosofi hidup, d) menugaskan supaya dapat hidup mandiri dengan cara mengurus dirinyasendiri, mengelola usaha, memimpin organisasi dan bermasyarakat. e) membiasakan hidup disiplin, taat beribadah dan taat terhadap peraturan pondok Agama telah mengatur perilaku manusia dengan imbalan pahala dan dosa.[1] Selanjutnya Darmiyati (2010) menyimpulkan bahwa model pendidikan karakter yang efektif adalah model yang menggunakan pendekatan komprehensif. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Metode dan strategi yang digunakan bervariasi yangsedapat mungkin mencakup inkulkasi/penanaman (lawan indoktrinasi),keteladanan, fasilitasi nilai, dan pengembangan soft skills(antara lain berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi efektif, dan dapat mengatasi masalah).Semua warga sekolah (pimpinan sekolah, guru, siswa, pegawai administrasi, bahkan penjaga sekolah serta pengelola warung sekolah) dan orang tuamurid serta pemuka masyarakat perlu bekerja secara kolaboratif dalammelaksanakan program pendidikan karakter. Tempat pelaksanaan pendidikan karakter baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan di rumah dan di dalam lingkunganmasyarakat dengan melibatkan partisipasi orang tua.[2] Sedangkan Howard Kirschenbaum (1995), menguraikan 100 cara untuk bisa meningkatkan nilai dan moralitas (karakter/akhlak mulia) di sekolah yang bisa dikelompokkan ke dalam lima metode, yaitu: 1) inculcating values and morality (penanaman nilai-nilai dan moralitas); 2) modeling values and morality (pemodelan nilai-nilai dan moralitas); 3) facilitating values and morality (memfasilitasi nilai-nilai dan moralitas); 4) skills for value development and moral literacy (ketrampilan untuk pengembangan nilai dan literasi moral; dan 5) developing a values education program (mengembangkan program pendidikan nilai). [3] Pemerintah RI melalui kementrian pendidikan nasional menggariskan, Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui Program pengembangan diri, Pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan Budaya Sekolah4 Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah, yaitu melalui hal-hal berikut. a. Kegiatan rutin sekolah Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan tersebut adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam kita bertemu guru, tenaga kependidikan atau teman. b. Kegiatan spontan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan tersebut dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat tersebut juga harus melakukan koreksi sehingga peserta didik melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan ini: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh. c. Keteladanan Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kpendidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang perta dan utama memberikan contoh perilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur dan menjaga kebersihan. d. Pengkondisian Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur. Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini: a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup didalamnya; b. Menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan; c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam 1 itu di dalam silabus; d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP; e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; dan f. Memberikan bantuan kepada peserta didik , baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku. Dari paparan teori teori diawal dapat kita fahami bahwa metode dan setrategi penerapan pendidika karakter berbeda beda bentuk dan langkahnya. Akan tetapi, secara umum penulis menangkap pesan bahwa penerapan pendidikan karakter haruslah dilakukan oleh segenap komponen unsur pendidikan, berkait dengan semua aspek pembelajaran, semua dengan melibatkan semua media (sarana dan Prasarana) penujang, dilakukan sepanjang waktu dan disemua tempat. g. Gambaran Umum MIN 1 Tulang Bawang Barat Sebagai dasar pembahasan dalam makalah ini, penulis paparkan gambaran umum tentang keadaan nyata MIN 1 Tulang bwang barat yang penulis kutip dari data arsip madrasah dan hasil observasi langsung. Madrasah Ibtida’iyah Negeri (MIN) 1 Tulang Bawang Barat merupakan lembaga pendidikan formal tingkat dasar yang bernafaskan agama Islam, dibawah naungan kementerian agama. MIN 1 Tulang Bawang Barat pada mulanya berstatus madrasah swasta dengan nama MI Miftahul Huda dibawah yayasan Miftahul Huda pimpinan Bapak KH.Khamami. MI Miftahul Huda bediri sejak tahun 1985 dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masarakat terhadap pendidikan fomal yang memiliki kurikulum agama Islam. Hal ini dikarenakan masyakat di lingkungan MIN 1 Tulang Bawang Barat adalah masyarakat transmigran asal kabupaten Brebes Jawa Tengah yang memiliki akar tadisi religius kuat.Pada tahun 2009 MI Miftahul Huda mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari pemerintah sehingga statusnya diangkat menjadi madrasah negeri. Sejak itulah namanya berubah menjadi MIN Brebes, dan pada tahun 2014 nama madrasah ini secara resmi menjadi MIN 1 Tulang Bawang Barat dengan keputusan Mentri Agama. Secara georgafis, MIN 1 Tulang Bawang Barat terletak di Jl. II (dua) RT 01 RW 07 Kampung Panaragan Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung. Adapun visi MIN Tulang Bawang Barat adalah menjadiMadrasah Dambaan Umat. Sedangkan misinya adalah mengembangkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang dan peningkatan derajat profesionalisme guru. Proses pembelajaran di MIN 1 Tulang Bawang Barat dijalankan sesuai kurikulum KTSP yang telah digariskan oleh Kemendiknas dan Kemenag. Pada tahun ajaran 2015/2016 kurikulum 2013 diterapkan untuk kelas 1 dan 4, sedangkan kelas lainya masih menggunakan KTSP. Tenaga didik di MIN 1 Tulang Bawang Barat, berjumlah 16 orang terdiri dari 15 orang guru, dan 1 orang pegawai tata usaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2 NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN 1 H.Ropikin,S.Ag,M.Pd.I Kep.Mad S2 2 Asepudin,S.Pd.I Guru PAI S1 3 Muryanti,S.Pd.I Guru Kelas S1 4 Warida Ahma Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa NO NILAI DESKRIPSI 1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun . 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan . 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis . Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/ Komuniktif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggungjawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. F. Metode Dan Strategi Penerapan Pendidikan Karakter Di Madrasah. Terdapat banyak contoh metode yang telah diaplikasikan dalam pendidikan karakter, diantaranya adalah yang dilakukan oleh Daarut-Tauhied Bandung. Lembaga ini melaksanakan pendidikan karakter dengan menyeimbangkan antara aspek pikir dan dzikir (hati) dengan menggunakan metode: learning by doing,simulasi, aksi sosial, khidmad dan ikhtiar, sosiaodrama, studi lapangan,hikmah, dan evaluasi reflektif yang mementingkan kesadaran diri. Nilai-nilai dan karakter terinternalisasi secara efektif yang ditunjukkan denganciri-ciri santri dan alumni: suka membantu orang lain, disiplin, kerja keras,optimis, percaya diri, bersih, santun dan murah senyum, berpikir positif,mandiri, sangat menghargai orang lain, kreatif inovatif, patut diteladani, danIslami.[1] Berikutnya adalah pelaksanaan pendidikan karakter di di pesantren Gontor. Menurut Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A (2010), pondok pesantren Gontor telah menerapkan pendidikan karakter melalui: a) Memberi keteladanan (uswah hasanah) dalam hal nilai-nilai keikhlasan, perjuangan, pengorbanan, kesungguhan, kesederhanaan, dan tanggung jawab; b) mengkondisikan hidup di lingkungan berasrama sehingga proses pembelajaran berlangsung terus menerus di bawah pengontrolan guru Menurut Kemendiknas, ada tiga fungsi pendidikan karakter, yaitu pengembangan, perbaikan dan penyaring. a. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. b. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. c. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.[1] 2. Tujuan Thomas Lickona merumuskan tujuan pendidikan karakter dengan to develop student socialy, ethically and academicly by infusing character development into every aspect of school culture and curriculum. To help student develop good character, wich include knowing, caring about and acting upon core ethical values such as respect, responsibility, honesty, fairness and compassion2 Dalam seting pendidikan di sekolah, menurut Darma kusuma pendidikan karakter bertujuan: a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.[3] Sedangkan Kemendiknas RI menggariskan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah: d. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. e. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. f. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. g. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan. e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).[4] G. Prinsip Pendidikan Karakter Untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan karakter . Prinsip Prinsip itu menurut Asmuri (2012) adalah: 1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. 2. Mengidentikfikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaaan dan prilaku.. 3. Menggunakan pendekatan yang tajam proaktif dan efektif untuk membangun karakter. 4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mewujudkan prilaku yang baik. 6. Memiliki cangkupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka dan membangun mereka untuk sukses. 7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri padapeserta didik. 8. Mengfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung jawab untuk pendidikan karakter yang setia pada nilai dasar yang sama. 9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan yang luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.[5] Adapun menurut Michael Josephson, ada sebelas prinsip yang harus dipegang untuk efektifitas pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu: • • • • • • • • • • • Promotes core ethical value. Teacher student to understand, careobout, and act upon these core ethical value Encompassing all aspects of school culture. Fosters a caring school community. 0ffers opportunities for moral action. Support academic achievement. Develops intrinsic motivation. Includes wholestaff development. Requires positive leadership of staff and students. Involves parents and community members. Assesses results and strives to improve.[6] Sedangkan Pemerintah RI memalui kementrian pendidikan Nasional telah menggariskan 4 prinsip dalam melaksanakan pendidikan karakter, yaitu: 1. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. 2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.[7] D. Sumber Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber Agama, Pancasila, Budaya dan tujuan pendiidkan Nasional.[8] Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budayamenjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. H. Nilai Nilai Dalam Pendidikan Karakter Menurut Azyumardi Azra, ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, Kemandirian dan tanggungjawab, Kejujuran/amanah, diplomatis, Hormat dan santun, Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, Percaya diri dan pekerja keras, Kepemimpinan dan keadilan, Baik dan rendah hati, dan Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilan pilar karakter itu musti diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik dan integratif, antara lain dengan menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi mesin penggerak yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan. [9] Adapun nilai nilai yang ditanamkan dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang bersumber dari Agama, Pancasila, budaya bangsa dan tujuan pendiidkan Nasional dalam pendidikan karakter terdiri dari 18 nilai, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini. [10] Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ~ 000~