pemikiran pendidikan mulla shadra

advertisement
PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA
Oleh: Dahlan Lama Bawa,S.Ag,M.Ag*
*Dosen Tetap Yayasan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
I.
tentang
Pendahuluan
Apabila
dunia
Islam
keberadaan
Tuhan.
yakni
menggunakan argumen rasional.
ingin
Seusai
menelusuri dan menela’ah pemikiran dan
menamatkan
pendidikan
karya-karya para tokoh, dengan maksud
dasarnya di Syiraz, dia berangkat menuju
menambah khazanah pengetahuan hingga
Isfahan yang pada waktu itu menjadi pusat
untuk
analisis
pemerintahan dan pusat intelektual Persia.
perbandingan, maka salah satunya adalah
Di sana dia bertemu dengan guru-guru
Muhammad ibn Ibrahim Yahya Qowami
terkenal pada waktu itu. Dia belajar ilmu-
Syirazi, yang dikenal dengan nama Shadr
ilmu agama (naqli) pada Syaikh Baha’ Al-
Al-Din
Shadra,
Din Al‘Amili dan belajar ilmu-ilmu rasional
dilahirkan di Syiraz pada 979 H/1571 M dari
(aqli) filsafat dan logika pada Mir Damad.
keluarga
Keduanya
kajian
dan
Syirazi
studi
atau
Qawam
Mulla
yang
terkenal
dan
merupakan
pelopor
utama
madzhab Isfahan.
terhormat. Ayahnya dikenal sebagai seorang
Dia dipercaya oleh Gubernur Fars,
penasehat raja dan bekerja sebagai ahli
Allahwardi Khan, untuk memimpin sebuah
sekolah yang akhirnya sekolah tersebut
hukum
Islam
menjadi pusat studi yang berpengaruh di
dipemerintahan
Persia. Mulla Sadra meninggal pada usia 79
Syafawi tepatnya di Provinsi Fars.
tahun
Shadr Al-Muta’allihin atau Mulla
Shadra
terkenal
dengan
di
menunaikan
pemikiran
Basrah,
ibadah
sepulangnya
haji
yang
dari
ketujuh
kalinya.
pendidikannya atau yang populer disebut
filsafat Al-Hikmah Al Muta’aliyah (Filsafat
Transendental).
Penamaan
itu
Secara
dipakai
ontologis,
pemikiran
dan
sebagai sinonim dari islilah filsafat Tertinggi
analisis Mulla Shadra didasarkan pada tiga
(Al-Hikmah
dari
hal, yaitu: Pertama, Ashalah al-wujud
matematika dan fisika, dalam klasifikasi
(prinsipianitas eksistensi) Seperti filosof-
filsafat tradisional. Pemikiran yang digeluti
filosof muslim sebelumnya, Shadra berusaha
oleh
menjawab
Mulla
Al-Ulya),
Shadra
lawan
adalah
persoalan
masalah
mahiyyah
(kuiditas/esensi), dan wujud (eksistensi).
metafisika yang didasari oleh pertanyaan
Perbandingan
1
antara
eksistensi-esensi
bersifat
pengelolaannya
positif, pasti, tertentu dan nyata. Kedua,
mengemukakan
Tasykik (gradasi wujud) Jika para filosof
kemudian
Shadra
menyatakan
eksistensi
yaitu
sifat
mengadakan
data
dianalisa
yang
lebih
dan
diperoleh
lanjut
guna
mendapatkan kesimpulan.
peripatetik itu menganggap wujud setiap
benda berbeda dari wujud yang lain,
Lebih lajut penulis akan melakukan
walaupun prinsipial dalam hubungannya
analisis data. pada tahap ini, ada tiga tahap yang
dengan mahiyah, maka bagi Mulla Shadra
dilalui dalam penelitian ini, yaitu: reduksi data
wujud adalah realitas tunggal yang muncul
(data reduction), penyajian data (data display),
dalam gradasi (tahap) yang berbeda. Ketiga,
dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing).
Gerak
Substansial
jauhariyyah)Mulla
(al-harokhah
Shadra
al-
berpendapat
III.
bahwa gerak tidak hanya terjadi pada empat
Pemikiran Mulla Shadra
kategori aksiden: kuantitas, kualitas, posisi
Mulla Shadra termasuk kategori
dan tempat. Akan tetapi gerak juga terjadi
tokoh pemikir Islam metafisik yang karya-
pada substansi.
karyanya sangat monumental dalam bentuk
mazhab,
Menurut
M.M.
Syarif
dalam
METODE PENELITIAN
History of Muslim Philosophy mengemukan
Jenis penelitian ini adalah penelitian
bahwa Mulla Shadra disebut-sebut sebagai
yang bersifat kajian kepustakaan (Library
pendiri mazhab ketiga yang utama. Mazhab
Researce) yang difokuskan pada penelusuran
utama pertama adalah mazhab Peripatetik
dan penelaan literature serta bahan pustaka yang
dengan eksponen terbesarnya dalam dunia
dianggap ada kaitannya dengan pemikiran
Islam adalah Ibnu Sina, yang lainnya adalah
Pendidikan Mulla Shadra.
mazhab
II.
Illuminatif
(al-hikmah
al-
Sumber data dalam penelitian ini ada
isyraqiyah/al-khalidah) yang dibangun oleh
dua yaitu data primer dan data sekunder. Data
Suhrawardi al-Maqtul. Mulla Shadra juga
primer adalah berupa buku-buku yang secara
mengadopsi prinsip-prinsip tertentu dari
khusus membahas tentang pluralisme agama dan
masing-masing
pendidikan Islam. Sedangkan Data sekunder
hylomorphism
adalah referensi atau buku-buku yang dapat
wujud
mendukung permasalahan pokok yang dibahas.
mazhab,
dari
dan
Peripatetik,
seperti
gradasi
pola-pola
surga
dari
mazhab
(celesticalarchetyupes)
Teknik pengelolaaan data yaitu data
illuminasi. Bahkan ia mengadopsi prinsip-
yang dihimpun melalui riset kepustakaan semua
prinsip tertentu dari ajaran-ajaran sufi Ibnu
data bersifat kualitif, yaitu pengungkapan data
Sina. Keselarasan dan keteraturan substansi
melalui deskripsi (pemaparan), sehingga dalam
dunia
2
yang
sebelumnya
tidak
pernah
nampak sebagai prinsip beberap mazhab
rasional.
Secara
hikmat, dan tidak pernah dibangun secara
didasarkan pada tiga hal:
sistemik dalam bahasa yang logis oleh
1.
Ashalah
ontologis,
al-wujud
hikmah
(Prinsipianitas
Eksistensi).
hikmawan sebelum Mulla Shadra. Oleh
Seperti
karenanya, layak disebut sebagai pendiri
filosof-filosof
sadra
hikmah yang orisinil dan relatif baru dalam
sebelumnya,
pergumulan filsafat Muslim dengan al-
masalah mahiyyah (kuiditas/esensi), dan
Hikmah al-Muta’alliyah-nya.
wujud (eksistensi). Perbandingan antara
eksistensi-esensi
Hal pertama yang digeluti oleh
berusaha
muslim
sadra
menjawab
menyatakan
Mulla Shadra adalah persoalan metafisika
eksistensi bersifat positif, pasti, tertentu dan
yang didasari oleh pertanyaan tentang
nyata. Sedangkan esensi bersifat samar,
keberadaan Tuhan. Persoalan esensi dan
gelap, tidak tertentu, negative, dan tidak
eksistensi menjadi tema sentral dalam uraian
nyata. Esensi tidak memiliki dirinya sendiri
filsafatnya. Filsafat Mulla Shadra dinilai
dan apapun yang ada pada-Nya adalah
mampu mempertemukan beberapa aliran
karena hubungan dengan eksistensi, sedang
filsafat yang berkembang sebelum Mulla
eksistensi bersifat nyata berkat manivestasi
Shadra. Aliran-aliran itu secara umum
dan hubungannya dengan eksistensi mutlak,
dikelompokkan
Aliran
yakni Tuhan. Bagi Shadra, Tuhan adalah
paripatetik, 2) Filsafat iluminasionis, 3)
wujud mutlak dan apa yang disebut sebagai
Irfan
kalam
akal terpisah oleh para filosof atau ide-ide
(teologi). Pergelutan Mulla Shadra dengan
tetap (a’yan al-tsabithah oleh Ibnu Arabi,
esensi dan eksistensi Allah melahirkan
tidak mempunyai wujud eksternal tetapi
sebuah system filsafat yang tertata. Shadra
hanya merupakan kandungan dalam fikiran
menggunakan
Tuhan, yakni ide-idenya. Selanjutnya jenis-
menjadi:
(mistisismeislam),
istilah
1)
dan
4)
al-Hikmah
al-
Muta’aliyyah (filsafat transendental) yang
jenis
wujud
atau
eksistensi
merupakan sinonim dari istilah filsafat
memperlihatkan
tertinggi atau lebih dikenal dengan filsafat
tertentu dalam fikiran. Ini persis dengan
hikmah.
matahari yang sebagai sumber cahaya,
karakteristik
ini
esensial
pemikiran
identik dengan cahaya yang dipancarkan,
pendidikan Mulla Shadra adalah Failsafat
tetapi cahaya tersebut bisa memunculkan
hikmah, yaitu kebijaksanaan yang diperoleh
karakteristik yang berbeda seperti yang
lewat pencerahan spiritual atau intuisi
tampak dalam prisma.
intelektual dan disajikan dalam bentuk yang
2.
Salah
rasional,
satu
yakni
bentuk
menggunakan
argumen
3
Tasykik (Gradasi Wujud)
Karena keberadaan aksiden bergantung pada
Jika para filosof peripatetik itu
menganggap wujud setiap benda berbeda
keberadaan
substansi,
maka
perubahan
dari wujud yang lain, walaupun prinsipial
aksiden terkait dengan perubahan substansi
dalam hubungannya dengan mahiyah, maka
juga. Semua benda material berubah. Dalam
bagi Mulla Shadra wujud adalah realitas
hubungan ini Shadra mempertahankan sifat
tunggal yang muncul dalam gradasi (tahap)
huduts (kebaharuan) dunia fisik, sifat tidak
yang berbeda. Meminjam dari Suhrawardi,
permanen dari esensi materi, dan waktu
kita dapat membandingkan berbagai wujud
sebagai dimensi materi keempat (yakni,
cahaya. Ada cahaya matahari, ada cahaya
sebagai satuan ukuran kuantitas gerak).
lampu, ada cahaya lain. Semuanya cahaya,
Mulla Shadra menyebut filsafatnya
tetapi dengan predikat yang berbeda artinya.
sebagai Al-Hikmah Al Muta’aliyah (Filsafat
Begitu pula, ada Tuhan, ada manusia, ada
Transendental).
binatang, ada batu. Semuanya satu wujud,
sebagai sinonim dari islilah filsafat tertinggi
satu realitas, tetapi dengan berbagai tingkat
(Al-Hikmah
intensitas dan manifestasi. Gradasi ini bukan
matematika dan fisika, dalam klasifikasi
pada mahiyah, tetapi pada wujud, bukan
filsafat tradisional. Dengan begitu, Al-
pada kuiditas, tetapi pada eksistensi. Tahap
Hikmah Al-Muta’aliyah sama persis dengan
paling tinggi dalam hierarki wujud ini
filsafat pertama yang tak lain adalah filsafat
adalah Tuhan yang Maha Tinggi dan tahap
umum. Selain itu Al-Hikmah Muta’aliyah
yang paling rendah adalah Materi Awal,
adalah
yang menjadi bahan segala bahan (maddah
metafisika. Urutan dalam hal pembahasan
al mawadd atauhayula)
yang mendasari Al-Hikmah Al Muta’aliyah
3.
Gerak Substansial (al-harokhah al-
meliputi hakikat kemendasaran eksistensi
jauhariyyah)
(ashalah
wujud
Mulla Shadra berpendapat bahwa
Penamaan
Al-Ulya),
mazhab
dipakai
lawan
pemikirannya
al-wujud).dan
(wahdad
itu
dari
dalam
Kemanunggalan
al-wujud).
Membahas
prinsip mengenai eksistensi dan esensi.
gerak tidak hanya terjadi pada empat
kategori aksiden yaitu kuantitas, kualitas,
Sehubungan dengan hal tersebut,
posisi dan tempat. Akan tetapi gerak juga
para logikawan telah memaparkan dua jenis
terjadi pada substansi. Kita melihat dalam
keniscayaan esensial, yaakni keniscayaan
dunia eksternal perubahan benda material
esensial sementara. Sebagai contoh, apabila
dari keadaan yang satu ke keadaan yang
kita katakan bahwa esensi manusia adalah
lain. Buah apel berubah dari hijau, kemudian
“hewan rasional” (atau esensi “empat”
kuning, kemudian merah. Ukuran, rasa,
adalah “bilangan genap”), maknanya adalah
berat juga selalu mengalami perubahan.
bahwa eksistensi manusia terkait langsung
4
dengan
esensi
kehewanan
dan
terkenal
dan
terhormat.
Ayahnya
rasionalitasnya. Oleh karena itu, tanpa
dikenal sebagai seorang penasehat raja
rasionalitas
manusia.
dan bekerja sebagai ahli hukum islam
Sedangkan dalam keniscayaan abadi, hanya
dipemerintahan Syafawi tepatnya di
milik Allah. Hal ini sejalan dengan kajian
Provinsi Fars.
pasti
tidak
ada
2.
tentang kekuasaan Allah yang bersifat
Mulla
Shadra
yang
dituangkan dalam bentuk karya terbesar
mutlak.
dan
Pemikiran
Tela’ah tentang hakikat kausalitas
sekaligus
watak
monumntal
hubungan
sebab-akibat,
merupakan
karya
yang
adalah al-Hikmah al-
peneguhan hubungan akibat pada sebab
Muta’aliyah fi al-Asrar al-Aqliyah al-
sebagai hubungan iluminatif, dan pengakuan
Arba’ah (Hikmah Agung tentang Empat
adanya
Perjalanan Akal)
efek
kemaujudan
(ontic/watak)
3.
sebagai “manifestasi” (tajali wa tasya’un)
Filsafat Hikmah Mulla Shadra mampu
Contohnya, seorang ayah dan anak adalah
mempertemukan beberapa aliran filsafat
dua maujud. Yang pertama merupakan
yang berkembang sebelum Mulla Sadra.
sumber bagi yang kedua, dalam arti bahwa
Seperti Aliran Irfan (mistisisme Islam)
anak berasal dari ayah. Lalu terjadilah suatu
dan
hubungan diantara keduanya sebagai hakikat
sebagai
ayah atau anak.
(Filsafat
subtansial
Pengukuhan gerakan
(al-harakah
kalam
(Teologi),.
Al-Hikmah
filsafatnya
Al
Muta’aliyah
Transendental)
merupakan
suatu sistem filsafat yang koheren
al-jauhariyyah),
semua maujud alami dapat berubah karena
meskipun
menggabungkan
kodrat alam itu sendiri adalah potensi dan
mazhab filosofis sebelumnya. Dengan
kesiapan. Perubahan bersifat seketika dan
berlandaskan pada pokok utama kajian
bertahap seiring dengan perputaran waktu
pemikiran
disebut dengan “gerak” (harakah)
metafisika.
Mulla
Shadra
berbagai
yakni
IV Kesimpulan
1.
Muhammad
ibn
Ibrahim
Yahya
Daftar Pustaka:
Qowami Syirazi, yang dikenal dengan
Bagir, Haidar. 2005.Buku Saku Filsafat
Islam. Bandung: Mizan
nama Shadr Al-Din Syirazi atau Mulla
Shadra, dilahirkan di Syiraz pada 979
H/1571 M dari keluarga Qawam yang
5
Fakhry, Majid. 2001. Sejarah Filsafat
Islam: Sebuah Peta Kronologis.
Bandung: Mizan
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2
012/04/mulla-sadra-al-hikmah-almutaaliyah.html
Muthahhari, Murtadha. 2002. Filsafat
Hikmah:Pengantar Pemikiran Sadra.
Bandung; Mizan.
http://neysyajatidiri.blogspot.com/2012/01/pemikiran
-filsafat-islam-mulla-shadra_22.html
Shadra, Mulla. 2001. Kearifan Puncak
(Hikmah
al-Arsyiah).Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
http://neysyajatidiri.blogspot.com/2012/01/pemikiran
-filsafat-islam-mulla-shadra_22.html
6
Download