BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Meski disebut sebagai kebutuhan sekunder, pasokan kasur pegas di Indonesia kian bertambah banyak. Banyak, pabrikan besar dengan merek luar negeri sampai industri rumahan ingin memperoleh rezeki dari bisnis mimpi ini. Karena itu persaingan bisnis dalam bidang manufaktur kasur pegas atau spring bed terus meningkat. CV. Citra Mandiri Sejati merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam industri perabot rumah tangga yang memproduksi spring bed. Berdiri sejak tahun 1996, bermula dari pembuat mesin yang berhubungan dengan matras seperti mesin pembuat busa, pembuat latex, mesin corner hingga kini berkembang dengan memproduksi langsung spring bed. CV. Citra Mandiri Sejati memproduksi spring bed dengan beragam merek seperti norton, crown flex, golden crown, dan private label. Beragam merek yang dimiliki CV. Citra Mandiri Sejati merupakan strategi perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan, upaya agar dapat menjadi pilihan semua konsumen, konsumen dari kalangan menengah ke bawah maupun menengah keatas. Di tengah menghadapi persaingan, CV. Citra Mandiri Sejati memiliki masalah internal. Karyawan divisi produksi CV. Citra Mandiri Sejati mengalami penurunan kinerja. Penurunan kinerja tersebut dilihat dalam kurun waktu 1 tahun kuantitas produk yang dihasilkan tidak memenuhi target, seperti pada grafik berikut: Gambar 1.1 Grafik Target dan Result Kinerja Karyawan Sumber: Laporan Kinerja Karyawan Divisi Produksi CV. Citra Mandiri Sejati Tahun 2014 1 2 Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa tidak hanya terdapat penurunan kinerja pada karyawan, melainkan terdapat juga gap antara target kinerja karyawan yang diberikan perusahaan dengan hasil (result) kinerja karyawan. Dan berdasarkan hasil wawancara, permasalahan yang dihadapi oleh CV. Citra Mandiri Sejati diduga penyebabnya karena supervisor (pemimpin) masih kurang baik dalam mengkoordinasikan sumber daya manusia (karyawan) untuk bisa mencapai tujuan perusahaan. Padahal SDM sangat berkontribusi penting bagi nilai perusahaan dalam jangka panjang, dan pada akhirnya terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, 2011). Oleh sebab itu, seorang supervisor harus bisa mempengaruhi karyawan dengan cara memotivasi karyawan untuk berkinerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. Karyawan adalah aset yang paling berharga dalam setiap organisasi (Bedeian, 1992 dalam Qureshi, 2011). Karena merupakan aset yang penting, diharuskan perusahaan memperhatikan kinerja karyawan. Kinerja karyawan dapat dilihat sebagai fungsi dari kemampuan untuk melakukan, kesempatan untuk melakukan, dan kemauan untuk melakukan (Bohlander, Snell, & Sherman, 2001; Eysenck, 1998). Kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi/dihasilkan atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu dan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi (Sudarmanto, 2009:8). Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran atau absensi, dan kemampuan bekerja sama (Mathis dan Jackson, 2006). Betapapun modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak dana yang disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang profesional semuanya menjadi tidak bermakna (Tjutju, Suwatno 2008 dalam Sulistyawati, 2015). Sumber daya manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi (Rachmawati, 2008 dalam Wagiu, 2014). Keberhasilan karir individu dan nasib organisasi ditentukan oleh efektivitas perilaku supervisor (pemimpin) (Kaiser and Kaplan, 2006 dalam Achua, 2010). Kepemimpinan dianggap penting untuk bisa mencapai sukses, dan beberapa peneliti berpendapat bahwa itu adalah hal yang paling penting (Carson, Tesluck, and Marrone, 2007 dalam Achua 2010). Kinerja karyawan berdasarkan pada perilakunya (Griffin, Neal, and Parker 2007 dalam Achua, 2010), dan untuk menjadi sukses, 3 karyawan perlu dimotivasi (Santora, 2007 dalam Achua, 2010). Tingkat kinerja yang tinggi terjadi ketika para pemimpin membangun lingkungan yang memotivasi, itu menginspirasi pengikut untuk mencapai tujuan. Menurut John Deere CEO, Bob Lane, untuk menjadi sukses, anda harus menetapkan tujuan yang jelas dan memotivasi karyawan untuk mencapai itu (Yang, 2007 dalam Achua, 2010). Manajerial perilaku mempengaruhi hasil yang diperoleh organisasi (Harrison, Carroll and Carley, 2007 dalam Achua, 2010), dan gaya pemimpin mempengaruhi hubungan dengan pengikut dan mempengaruhi motivasi mereka untuk mencapai tujuan organisasi (Santora, 2007 dalam Achua, 2010). Penting untuk supervisor, memimpin dengan memberikan contoh. Bahkan, Albert Einstein mengatakan, “Setting an example is not the main means of influencing another; it is the only means”. Yang artinya dengan memberi contoh sesuai apa yang terjadi itu adalah cara terbaik, karena pengikut pada dasarnya mengamati perilaku supervisor (pemimpin), kemudian mengikutinya (Achua, 2010:64). Perilaku pemimpin ditentukan berdasarkan sifat yang dimilikinya. Dengan demikian, sifat dan perilaku seiring-sejalan, atau teori sifat kepemimpinan mempengaruhi teori perilaku kepemimpinan. Namun, perilaku lebih mudah untuk dipelajari dan diubah daripada sifat. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti mempelajari perilaku kepemimpinan supervisor berdasarkan teori The Ohio State University yang mengidentifikasi dua gaya perilaku kepemimpinan, yaitu initiating structure behavior dan consideration behavior. Initiating structure behavior mengacu pada sejauh mana pemimpin memberi perintah untuk dapat menyelesaikan pekerjaan, pemimpin berhubungan dekat secara langsung dengan bawahan dengan peran dan tujuan yang jelas atau dengan kata lain manajer mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya agar mereka nanti bekerja untuk bisa mencapai tujuan. Consideration behavior, pemimpin berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia ‘karyawan’ dan bagaimana mempererat hubungan dengan karyawannya. Pemimpin sensitif terhadap bawahan, pemimpin menjalin komunikasi dengan karyawan untuk menanamkan kepercayaan, dukungan, dan rasa hormat, sambil memikirkan kesejahteraan mereka. Jika permasalahan penurunan kinerja karyawan ini tidak segera diselesaikan, perusahaan akan memperoleh kerugian yang tidak sedikit karena harus membayar penalty yang diakibatkan karena perusahaan tidak dapat memenuhi target permintaan 4 akan produk. Mengingat pula sebuah perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang berproduktifitas tinggi (Adam, 2015). Untuk itu penulis, berupaya menyelesaikan masalah dengan pendekatan teori Ilmu Manajemen SDM dengan melakukan Penggunaan Leadership Behavior Description Questionnaire (LBDQ) Untuk Mengukur Efektifitas Kepemimpinan Supervisor Kasus CV. Citra Mandiri Sejati. Karena pengelolaan SDM secara sukses bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan daya saing. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi kepemimpinan initiating structure supervisor CV. Citra Mandiri Sejati? 2. Bagaimana kondisi kepemimpinan consideration behavior supervisor CV. Citra Mandiri Sejati? 3. 1.3 Efektifkah kondisi kepemimpinan supervisor CV. Citra Mandiri Sejati? Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kondisi kepemimpinan initiating structure supervisor CV. Citra Mandiri Sejati. 2. Mengetahui kondisi kepemimpinan consideration behavior supervisor CV. Citra Mandiri Sejati. 3. Mengklasifikasikan sudah efektif atau belum kondisi kepemimpinan supervisor CV. Citra Mandiri Sejati. 1.4 Manfaat Penelitian Berikut ini adalah beberapa manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian yang berjudul Penggunaan Leadership Behavior Description Questionnaire (LBDQ) Untuk Mengukur Efektifitas Kepemimpinan Supervisor Kasus CV. 5 Citra Mandiri Sejati ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, diantaranya: 1. Bagi Perusahaan • Perusahaan dapat mengetahui kondisi kepemimpinan initiating structure supervisor CV. Citra Mandiri Sejati. • Perusahaan dapat mengetahui kondisi kepemimpinan consideration behavior supervisor CV. Citra Mandiri Sejati. • Perusahaan dapat mengetahui sudah efektifkah atau belum kondisi kepemimpinan supervisor CV. Citra Mandiri Sejati. 2. Bagi Penulis • Menambah pengetahuan serta wawasan penulis mengenai kepemimpinan initiating structure dan consideration behavior. • Sebagai bahan pembelajaran dalam mengkaji teori yang diperoleh selama dalam kuliah dengan kondisi yang nyata yang ada di perusahaan melalui observasi langsung di lapangan. 6