identifikasi kesulitan guru dalam

advertisement
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
IDENTIFIKASI KESULITAN GURU DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS TINGGI GUGUS MANGGA
KECAMATAN JAYA BARU BANDA ACEH
Said Darnius
(Dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGDS) FKIP Unyiah)
ABSTRAK
Perubahan kurikulum 2013 bertujuan untuk memperbaharui kurikulum menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa
sajakah kesulitan guru dalammengimplementasikan kurikulum 2013 dengan
pendekatan saintifik di kelas tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda
Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kesulitan guru
dalammengimplementasikan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik di kelas
tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Pendekatan
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Data ini bersumber pada guru-guru yang mengajar dengan
menggunakan Pendekatan Saintifik. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru
kelas tinggi yang ada di Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh
berjumlah 15 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket,
observasi dan wawancara. Data ini diproleh melalui angket, observasi dan
wawancara.Data diolah dengan rumus statistik sederhana yaitu deskriptif
persentase.Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan bahwa 13,4%
menyatakan tidak pernah kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik, 36%
menyatakan jarang kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik, 29,4%
menyatakan sering kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik, dan 21,2%
menyatakan 21,2 menyatakan selalu kesulitan dalam menerapkan pendekatan
saintifik. Simpulan penelitian ini adalah guru masih kesulitan dalam menerapakan
pendekatan saintifik. Sehingga proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Kata Kunci :Identifikasi, Kurikulum, Pendekatan Saintifik, Kesulitan Guru
PENDAHULUAN
Guru diibaratkan sebagai ujung tombak pendidikan sebab guru secara
langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan
yang dimiliki siswa. Oleh sebab itu, guru dituntut menguasai materi dan terampil
dalam menyajikan pelajaran.Tetapi kenyataan yang dapat kita lihat di lapangan
40
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
kadang kala tidak sesuai dengan yang diharapkan atau terjadi kesimpangan antara
harapan dan kenyataan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Kusumastuti, dkk.(2016:120) “bahwa setiap
guru mengemban tanggungjawab secara aktif dalam proses pendidikan baik
sebagai pengembang kurikulum maupun sebagai pelaksana kurikulum”. Sebagai
pelaksana kurikulum seharusnya guru dapat melaksanakan kurikulum dengan
baik,
karena
dengan
melaksanakan
Kurikulum
2013
secara
tepat
akanmenghasilkan proses belajar yang lebih baik yaitu suasana belajar megajar
yang lebih aktif, kreatif dan menyenangkan berpusat pada peserta didik.
Sebaliknya jika guru tidak dapat melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik
akibatnya adalah peserta didik akan memiliki kemampuan yang kurang
berkembang karena proses belajar mengajar masih terpusat pada guru sebagai
segala sumber pengetahuan. Demikian pentingnya kemampuan guru dalam
melaksanakan kurikulum, sebaik-baiknya kurikulum jika tidak didukung dengan
guru yang berkompetensi tinggi maka proses pendidikan tidak akan tercapai.
Menurut Dewantari (2015:2)dalam kurikulum 2013 hal yang paling
menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajarannya. Proses pembelajaran
dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific approach). Proses pembelajaran harus menyentuh 3 ranah, yaitu sikap
(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Salah satu syarat
terwujudnya pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 adalah dengan adanya
perubahan paradigma guru dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, mengubah
paradigma guru dalam mengajar bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan,
karena guru sudah terbiasa menggunakan gaya mengajar konvensional yaitu
hanya sebatas menerangkan dan mencatat materi di papan tulis, sedangkan pada
kurikulum 2013 ini, guru dituntut untuk memahami dan mampu menerapkan
pendekatan dan model pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 dengan baik,
seperti halnya pemanfaatan media dan sumber belajar yang bervariasi.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan secara bertahap di mulai tahun ajaran 2014
memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah untuk mengembangkannya.
Pergantian kurikulum tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap proses
41
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
pembelajaran yang berimbas pada kualitas hasil belajar siswa. Perubahan ini
bertujuan untuk memperbaharui kurikulum menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kurikulum adalah salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
menwujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut”.
Sedangkan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 (Sofiyanti dkk,2015:5)
tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggarakan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian
pendidikan. Orietasi kurikulum 2013 adalah
terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan
pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003
sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Sofiyanti dkk
(2015:26) mengatakan, pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik,
antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah
merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013.Dalam pelaksanaannya, ada yang
menjadikan scientific sebagai pendekatan ataupun metode.Namun karakteristik
dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode scientific (scientific
method).Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.Ketiga ranah kompetensi tersebut
memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda.Sikap diperoleh
melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
42
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”langkah – langkah
pendekatan Saintifik yaitu sebagai berikut:
a) Mengamati (observing), metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran
memiliki kebermaknaan yang tinggi.
b) Menanya (questioning), kegiatan belajar menanya dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan hipotetik).
c) Mengumpulkan
informasi/mencoba
(experimenting)
kegiatan
ini
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara(melakukan eksperimen, membaca sumber
lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian dan wawancara dengan
narasumber).
d) Mengasosiasi/mengolah informasi/menalar (associating), penalaran
adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang
dapat
diobservasi
untuk
memperoleh
simpulan
berupa
pengetahuan.
e) Mengomunikasikan (communicating), dapat dilakukan dengan cara
menyajikan laporan meliputi proses hasil dan hasil laporan secara lisan,
menyusun laporan tertulis.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.menurut Bogdan dan Taylor
(dalam Moleong, 2007:4) “Metodelogi penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati”. Dimana data kualitatif yang digunakan oleh
penulis yaitu untuk mengetahui kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik di
Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh.
43
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
Sugiyono (2014:207) mengatakan “Penelitian deskriptif yaitu penelitian
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.Penelitian ini
bertujuan
mendeskripsikan
tentangIdentifikasi
Kesulitan
Guru
dalam
Mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik di Kelas
Tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah semua guru
wali kelas IV, V, VI di Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh
berjumlah 15 orang guru.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan observasi
dan angket dalam bentuk skala likert. Angket digunakan untuk mengetahui
Identifikasi Kesulitan Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013
dengan Pendekatan Saintifik di Kelas Tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya
Baru Banda Aceh
Untuk memudahkan analisis data kualitatif maka data hasil dari
pemberian angket akan peneliti analisis terlebih dahulu dengan menggunakan
statistik
sederhana
untuk
melihat
atau
mencari
persentase
jawaban
responden.Kemudian hasil pengumpulan data dengan angket tersebut beserta
hasil pengumpulan data dengan angket akan peneliti analisis dengan tiga tahap
analisis data kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2012 : 337-345) yaitu :Reduksi Data (Data Reduction),
Penyajian Data (Display Data), dan Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
(Conclusion Drawing/ Verification).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian melalui pemberian angket kepada para guru
di Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh, diketahui bahwasebanyak
53%
menyatakan
sering
menerapkan
pendekatan
saintifik
dalam
pembelajaran.Sedangkan hanya sebanyak 46% guru mengikuti pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pendekatan saintifik baik dari pemerintah
44
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
maupun lembaga swasta lainnya. Sebanyak 46% guru menyatakan jarang
menerapkan pendekatan saintifik pada saat pembelajaran. Sebanyak 80% guru
menyatakan selalu memfasilitasi peserta didik untuk mengamati dalam kegiatan
pembelajaran. Sebanyak 87% guru menyatakan selalu memancing peserta didik
untuk bertanya apa, mengapa, dan bagaimanana dalam kegiatan pembelajaran.
Sebanyak 60% guru menyatakan sering menyajikan kegiatan bagi peserta didik
untuk mengumpulkan informasi.Sebanyak 60% guru menyatakan sering
mengasosiasikan/menyimpulkan data dan informasi yang dikumpulkan dalam
kegiatan pembelajaran. Sebanyak 53% guru menyatakan sering memfasilitasikan
peserta didik untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran. Sebanyak 60% guru menyatakan
jarang memfasilitasikan peserta didik untuk melakukan kegiatan mengamati
dalam belajar.Sebanyak 27% guru menyatakan sering memfasilitasikan peserta
didik untuk melakukan kegiatan bertanya dalam belajar. Sebanyak 40% guru
menyatakan sering dan 40% guru menyatakan jarang memfasilitasikan peserta
didik untuk melakukan kegiatan mengumpulkan informasi dalam belajar.
Sebanyak 33% guru menyatakan sering memfasilitasikan peserta didik untuk
melakukan kegiatan menalar dalam belajar.Sebanyak 33% guru menyatakan
jarang
memfasilitasikan
peserta
didik
untuk
melakukan
kegiatan
mengkomunikasikan dalam belajar.
Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi di dalam kelas pada saat
guru sedang mengajar terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik baik diterapkan pada proses pembelajaran. Karena memiliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah memudahkan peserta didik dalam belajar,
proses pembelajaran lebih aktif, peserta didik lebih mudah mengerti karena pada
saat memecahkan masalah peserta didik berusaha untuk mencari jalan keluar
sendiri tanpa berharap banyak bantuan dari guru, serta dapat mempermudah guru
dalam mengajar.
Selain banyak terdapat kelebihan juga terdapat kesulitan pada saat
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada saat penulis
melakukan observasi, penulis juga melihat peserta didik dominan kurang aktif
pada saat pembelajaran, guru susah dalam membangkitkan semangat peserta didik
45
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
untuk bertanya, pada saat pembelajaran hanya guru saja yang banyak bertanya
kepada peserta didik, guru hanya menekankan transfer pengetahuan (memberi
tahu). Mungkin guru masih belum terbiasa dengan menekankan pentingnya
mendorong peserta didik terlibat dalam proses mencari tau sendiri, sampai peserta
didik dapat menemukan pengetahuan dari apa yang sedang mereka pelajari. Selain
itu guru juga jarang mengajak peserta didik untuk menyimpulkan apa yang telah
mereka kumpulkan, guru disini langsung menyuruh peserta didik untuk
mengkomunikasikan. Dengan adanyan guru menyuruh peserta didik untuk
menyimpulkan dulu sebelum mengkomunikasikan, peserta didik lebih terlatih
untuk terbiasa menarik kesimpulan dari hal-hal yang sedang mereka
pelajari.Dengan demikian dapat menambah wawasan serta peserta didik untuk
lebih aktif pada saat belajar.
Pada kegiatan wawancara terhadap guru di Gugus Mangga Kecamatan
Jaya Baru Banda Aceh, guru manyatakan bahwa aspek pendekatan saintifik yang
paling sulit di lakukan siswa adalah menalar karena kurangnya kemauan siswa
untuk membaca, memahami apa yang guru inginkan/harapkan, anak masih susah
dalam berfikir kritis, terlebih-lebih ada siswa yang kurang bisa berbahasa
indonesia (selalu berbahasa aceh di sekolah).
Kesulitanlain yang menyebabkan belum sempurnanya pendekatan saintifik
adalah mengkomunikasikan, karena banyak siswa yang tidak berani dalam
menanggapi sesuatu yang di tanyakan oleh guru, oleh karena itu guru jarang
menerapakan pendekatan saintifik aspek mengkomunikasikan kepada siswa,
karena khawatir ituasi kelas menjadi fakum.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru
Banda Aceh, maka dapat disimpukan bahwa kesulitan guru dalam menerapkan
pendekatan saintifik di Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh adalah
sebanyak 13,4% menyatakan tidak pernah kesulitan dalam menerapkan
pendekatan saintifik, 36% menyatakan jarang kesulitan dalam menerapkan
pendekatan saintifik, 29,4% menyatakan sering kesulitan dalam menerapkan
46
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
pendekatan saintifik, dan 21,2% menyatakan 21,2 menyatakan selalu kesulitan
dalam menerapkan pendekatan saintifik. Hal ini disebabkan karena ketidaksiapan
guru dalam mengimplemntasikan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik
dan juga minimnya ketersediaan waktu.
.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewantari, Puspita M.A. 2015.
Identifikasi Kesulitan Guru Ipa Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di Smp Negeri 1 Wonogiri
Tahun Pelajaran 2014/2015. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta.(http://eprints.ums.ac.id/34337/1/NASKAH%20PUBLIKASI.p
df) diakses pada tanggal 02 Juli 2016).
Hamalik, Oemar. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hosna.2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad
21.Bogor: Ghalia Indonesia.
Kusumastuti,
Ayuk, dkk. 2016. Faktor-Faktor Penghambat Guru dalam
melaksanakan Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi di SMK Negeri 3
Surakarta.Jurnal Pendidikan Akuntansi, FKIP Universitas Sebelas Maret
(online), Vol. 2, No. 1, hlm. 118-133, (file:///C:/Users/Aspire/Downloads/787616547-1-SM.pdf., diakses pada tanggal 02 Juli 2016).
Lusiana, 2014.Implementasi kurikulum 2013 melalui penerapan pendekatan
Scientific dalam pembelajaran Matematika di sekolah. Diakses pada 02 mei
2014.
Moleong,Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
M.F.Atsan, Rahmita Yuliana Gazali. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific
dalam pembelajaran Matematika SMP kelas VII materi bilangan(pecahan).
Diakses pada 09 November 2013.
Nuh, Muhammad. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sofiyanti, Al dkk. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudijono, Anas. 2010. Penerapan Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafika Persada.
47
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Syiah Kuala
JURNAL PESONA DASAR
Vol. 2 No.4, April 2016, hal 40 - 48
ISSN: 2337-9227
Sugiyono.2014 .Metode Penelitian Pendidikan,
Kualitatif,dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Pendekatan
Kuantitatif,
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sunarta(....).
Kesulitan
Guru
Mengajar.Diakses
dari
http://academic.edu%4pk_0703663_chapter1 pdf.Pada tanggal 10
Januari 2014.Sunarta (2011).
48
Download