Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 ISSN : 2302-3805 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 ANALISA PENGARUH KEBERHASILAN IMPLEMENTASI TATA KELOLA TI TERHADAP ORGANISASI Erick Sorongan1), Eko Nugroho2) 1), 2) Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM Yogyakarta Jl Grafika 2 Yogyakarta 5528, Telp./Fax : 0274 547506 Email : [email protected]), [email protected]) hidup perusahaan telah menempatkan TI pada agenda utama dewan eksekutif. Diakui bahwa infrastuktur informasi yang efektif dan efisien dapat meningkatkan nilai pemegang saham. Sebaliknya kegagalan TI dapat mempengaruhi citra dan reputasi perusahaan yang saling terhubung dengan perekonomian perusahaan. Hal ini disadari betul oleh maskapai Sarbanes-Oxley di Amerika Serikat yang belajar dari kegagalan perusahaan besar seperti Enron dan WorldCom akibat kegagalan dalam mengelola tata kelola dan kontrol TI yang berdampak pada sektor keuangan mereka [4]. Hal ini menarik perhatian untuk melihat seberapa kuat TI akan diposisikan dalam persyaratan peraturan yang akan digunakan untuk pengendalian internal dan tata kelola. Pentingnya keberhasilan pelaksanaan proyek TI diakui dalam beberapa literature [5] ,[6],[7] fakta menyebutkan bahwa keberhasilan suatu tata kelola TI disebabkan oleh pemahaman yang baik dari seorang eksekutif senior tentang tujuan organisasi dan posisinya yang secara langsung mempengaruhi alokasi sumber daya serta komitmen stakeholder terhadap proyek TI. Abstrak Dalam lingkungan binis yang sangat kompetitif saat ini, efektifitas dan inovasi dalam penggunaan Teknologi Informasi memiliki potensi untuk mengubah bisnis serta mempengaruhi kinerja organisasi secara positif. Sudah saatnya setiap organisasi secara sadar mengetahui dampak positif pengimplementasian TI terhadap pencapaian yang diharapkan organisasi. Ketika tata kelola TI dilakukan dengan efektif maka secara bersamaan mendukung tujuan bisnis, memaksimalkan investasi bisnis dibidang teknologi dan mengelola peluang dan resiko terkait TI dengan tepat. Penelitian ini dilakukan dengan metode kajian literatur paper - paper yang telah diterbitkan. Kemudian selanjutnya ditambahkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh keberhasilan tata kelola TI terhadap peningkatan bisnis organisasi. Sulit menemukan faktor dominan yang dapat dijadikan patokan bagi semua organisasi dalam mengimplementasikan tata kelola TI supaya berhasil, karena setiap organisasi memliki keunikan karakteristik masing – masing. 2. Tinjauan Pustaka 2.1.Tata Kelola TI Kata kunci: Tata kelola TI, IT Governance, Success Factor IT Governance Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan meminimalkan risiko Teknologi Informasi (TI) dibutuhkan manajemen pengelolaan semua sumber daya TI yang efesien dan efektif antara lain melalui IT Governance (tata kelola TI). Untuk itu, agar usaha pemanfaatan TI berjalan seperti yang diharapkan tentunya diperlukan tata kelola TI yang baik. Keberhasilan tata kelola TI sangat ditentukan oleh keselarasan antara penerapan TI dengan tujuan organisasi. Keselarasan strategis TI dengan bisnis dapat dicapai melalui pengembangan dan pemeliharaan pengendalian TI yang efektif dan akuntabilitas untuk mendukung manajemen puncak organisasi dalam memahami dan memenuhi hukum, peraturan dan etika kewajiban[8]. Gomes dan Ribeiro [9], dalam papernya yang berjudul The Main Benefits Of CobIT In A High Public Educational Institution- A Case Study, menggambarkan implementasi ITIL dan CobIT di sebuah Perguruan Tinggi di Portugal utara yang memiliki beberapa sistem informasi yang tersebar dan mendukung aktifitas Perguruan Tinggi tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme yang menjamin 1. Pendahuluan Bagi kebanyakan organisasi TI menjadi sesuatu yang krusial dalam proses dukugan, keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis. Oleh karena itu keberhasilan dalam pencapaian tujuan bisnis bergantung langsung pada tingkat dan kemampuan pemberdayaan teknologi [1]. Good governance merupakan jawaban bagi perusahaan atau organisasi yang memanfaatkan TI dalam mencapai keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dikatakan dalam penelitian yang sudah dilakukan bahwa implementasi TI yang dilakukan dengan efektif dapat menjadi faktor kunci keberhasilan bisnis[2]. Seperti hasil kutipan penelitian yang dilakukan oleh Laurel [3] dikatakan bahwa pengimplementasian proyek TI sampai berhasil bagi suatu organisasi tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan proses implementasi sering menyebabkan perubahan organisasi yang signifikan dan dapat menyebabkan re-organisasi mendasar dari proses bisnis. Kesadaran bahwa TI meresap kedalam lingkungan bisnis dan sangat penting bagi kelangsungan 2.3-1 ISSN : 2302-3805 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 manajemen dan pengendalian dari sistem informasi khususunya untuk tata kelola TI. Sebagai bagian dari penerapan Sistem Manajemen Mutu IPVC dalam pelaksanaan sertifikasi standar ISO 9001, mengimplementasikan mekanisme untuk membangun tata kelola TI terutama dalam mengelola dan mengendalikan TI dan sistem informasi. Gomes menyimpulkan bahwa CobIT merupakan kerangka kerja yang cocok untuk pelaksanaan sertifikasi standar ISO 9001 dan untuk tata kelola TI di Lembaga Pendidikan Publik di bidang SI dan TI. Dengan implementasi ini lembaga kualitas layanan telah meningkat secara signifikan, mengurangi jumlah anomali dan memberikan mekanisme lebih efisien untuk mengelola dan mengontrol berbagai sistem informasi mereka, mampu meningkatkan kualitas kehadiran, mengurangi waktu eksekusi sekitar 25%. Efisien dalam memantau dan mengendalikan infrastruktur komponen teknologi, jumlah insiden diselesaikan oleh departemen TI berkurang sekitar 30% dan mengurangi lebih dari 10% insiden yang berulang.[10]. Castillo dan Stanojevic [11] dalam penelitian tesisnya yang berjudul “An Assessment Of The It Governance Maturity At SL” meneliti mengenai organisasi TI dalam sudut pandang IT Governance di AB Storstockholms Lokaltrafik (SL), sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah Stockholm, yang bergerak di bidang transportasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan memberikan saran yang terukur untuk sebuah perbaikan. Setelah melakukan penelitian, diketahui bahwa tingkat kedewasaan tata kelola IT di SL berada di 2.68 dari nilai yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokumentasi yang konkrit dengan tanggungjawab yang telah didefinisikan secara baik di dalam organisasi SL telah meningkatkan tingkat kematangan tata kelola TI. Sementara itu metrics yang nyaris tidak lengkap dalam pemantauan bisnis secara kuat turut menurunkan tingkat kematangan tata kelola TI. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya proses “ME2 – Monitor and Evaluate Internal Control” yang berkonsentrasi dalam pengawasan internal organisasi TI. Di dalam penelitian dapat diketahui dengan jelas bahwa bagaimana fungsi tata kelola TI di dalam organisasi SL. Penunjukan seorang kepala tata kelola TI, pengembangan model tata kelola TI dan proses tata kelola IT ditemukan sangat positif. Hal ini menunjukkan SL memiliki niat baik membangun tata kelola TI yang baik. 2.2. Pengaruh Positif Keberhasilan Tata Kelola TI Terhadap Organisasi Berdasarkan hasil analisis penelitian yang sudah dilakukan penulis memandang pengelolaan TI yang efektif akan meningkatkan kualitas proses bisnis organisasi. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap organisasi untuk melakukan good governance dengan menerapkan sebuah standar yang tepat untuk mencapai keselarasan antara TI dan bisnis. Pada bab selanjutnya penulis akan menjelaskan secara rinci faktor pendukung kesuksesan dan pengaruh positif implemetasi tata kelola TI bagi organisasi. Penerapan tata kelola TI menggunakan suatu set standar TI memberikan dampak kepada kelangsungan bisnis organisasi[14]. Kelangsungan bisnis saat ini bergantung kepada seperangkat teknologi komputasi yang secara terus menerus menyediakan lingkungan operasi yang efisien untuk “always-on business”. Set standar yang digunakan akan menghasilkan seperangkat kebijakan dalam penggunaan dan pengelolaan TI dengan tepat. Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk melihat pengaruh dari keberhasilan implementasi tata kelola TI terhadap peningkatan bisnis organisasi. Berikut akan ditampilkan kajian literatur penelitian yang terkait dengan pengaruh positif implementasi tata kelola TI yang kemudian akan dianalisa faktor apa yang paling berpengaruh bagi pencapaian tujuan organisasi. Menerapkan model tata kelola TI tidak hanya membantu TI memberikan nilai bisnis tetapi juga kemajuan keyakinan dengan bisnis [12]. Berdasarkan hasil pengalaman Cognizant sebagai konsultan bisnis dan layanan TI, disebutkan beberapa pengaruh dari penerapan model tata kelola TI terhadap bisnis, meliputi: 1. 2. 3. 4. Keselarasan strategi, meningkatkan kepuasan mitra bisnis kira-kira 15% sampai 20%. Value delivery, sekitar 8% sampai 10% penurunan anggaran TI melalui efektifitas prioritas proyek, sehingga meningkatkan keseluruhan nilai investasi TI. Manajemen kinerja dan manajemen sumberdaya, pengurangan 10% sampai 15% dalam total biaya kepemilikan melalui perencanaan teknologi yang efektif. Manajemen resiko, sekitar 50% pengurangan masalah pengendalian TI. Hal lain yang menunjukkan bahwa TI mampu memberikan nilai tambah terhadap bisnis ditunjukkan seperti berikut [13] : 1. 2. Organisasi dapat meningkatkan laba dari investasi TI sebanyak 40% berkat implementasi tata kelola TI yang terorganisir dengan baik. Perusahaan dengan tata kelola TI yang baik dapat memperoleh pengembalian investasi 40% lebih tinggi daripada pesaing mereka, mengingat strategi bisnis yang sama, bagi mereka yang memiliki kinerja rata-rata sesuai tata kelola TI memperoleh keuntungan 20% lebih tinggi. Jika Melihat hasil dari beberapa penelitian terdahulu penulis menganalisa pengaruh peling dominan dari 2.3-2 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 ISSN : 2302-3805 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 keberhasilan implemenasi tata kelola TI bagi organisasi adalah keselarasan antara strategi bisnis dan TI. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses bisnis suatu organisasi. Pengaruh yang bisa langsung dirasakan oleh organisasi yaitu peningkatan nilai investasi TI terkait laba, baik itu berfifat tangible maupun intangible. Karena faktor intangible dari kesuksesan implementasi tata kelola TI ikut memberi peran besar bagi organisasi dan itu harus disadari benar dan wajib bagi organisasi untuk menjaganya, antara lain adalah : 1. 2. 3. 4. 5. dianggap sebagai bagian dari dimensi manajemen kelangsungan bisnis. Penerapan standar TI dan kepatuhan peraturan memaksa organisasi untuk menerapkan beberapa komputasi teknologi secara continue. Model ini menekankan kepada proses manajemen resiko TI dalam menjamin Sistem Informasi “always-on”. Menurut white paper IDC penggunaan best standart (misalnya Cobit, ITIL, dll) dan pembaharuan infrastruktur TI dapat menurunkan down-time tahunan sebesar 85%. Hal ini untuk memastikan kelangsungan bisnis organisasi, sama halnya seluruh bank di Kroasia yang proses bisnis kuncinya bergantung pada TI. Jaminan kelangsungan bisnis ini tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya yang dikelola menggunakan standar tata kelola TI sehingga organisasi dapat terus melanjutkan proses bisnisnya. penelitian ini fokus mengidentifikasi pengaruh keberlanjutan bisnis dan tata kelola TI tanpa memperhitungkan nilai laba yang mungkin bisa diukur. Kepuasan pelanggan terkait efisiensi waktu dan cara pelayanan TI. Jaminan kelangsungan proses bisnis yang dapat berjalan otomatis. Kemudahan bagi staff dalam menjalankan kegiatan bisnis yang sebelumnya menggunakan cara manual. Peluang dalam menciptakan inovasi bisnis lebih terbuka luas jika menggunakan pengelolaan TI yang baik. Mempertahankan kelanjutan keunggulan kompetitif yang diraih lewat implementasi TI. Berdasarkan hasil analisa penulis yang didasari oleh penelitian terdahulu, maka pengaruh positif yang paling dominan bagi organisasi adalah lebih bersifat sesuatu yang intangible. Contoh yang paling mudah dirasakan organisasi yang mengimplementasikan tata kelola TI adalah pencapaian keunggulan kompetitif lewat keselarasan antara strategi bisnis dan TI. Berdasarkan hasil kajian literatur yang ada, organisasi sekarang harus mulai bisa menyadari pengaruh intangible dari penerapan suatu tata kelola TI karena ketika suatu organisasi akan menginvestasikan biaya yang mahal untuk TI, Return on Investment (ROI) tidak serta merta diukur lewat laba rupiah yang dihasilkan saja. Jika suatu organisasi menjadikan nilai keuntungan investasi menjadi faktor utamanya, maka akan butuh waktu yang sangat lama untuk mengembalikan nilai investasi yang sudah dikeluarkannya. 3. Metode Penelitian Paper ini dibuat dengan melakukan kajian literature terhadap penelitian-penelitian mengenai pengaruh keberhasilan implementasi tata kelola TI terhadap organisasi. Pada bagian pendahuluan disajikan pengaruh penting tata kelola TI terhadap kemajuan suatu organisasi. Pada bagian tinjauan pustaka dipaparkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh keberhasilan tata kelola yang positif bagi kemajuan bisnis organisasi. Pada bagian hasil penelitian dijelaskan secara rinci apa saja faktor-faktor yang mendukung keberhasilan suatu tata kelola TI. 4. Pembahasan 4.1 . Mengidentifikasi Faktor Keberhasilan Penulis menganalisa faktor penentu keberhasilan yang diperkuat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dengan cara menggabungkan beberapa faktor relevan yang ada diharapkan bisa membantu setiap organisasi pada saat akan mengiplementasikan sebuah tata kelola TI, seperti langkah – langkah berikut ini : 1. Identifikasi faktor kontigensi. 2. Blueprint perancangan tata kelola TI. 3. Penggunaan standar IT Governance (Cobit, ITIL,Coso,dll). 4. Akuntabilitas partisipasi CIO & CEO dalam menciptakan sebuah strategi yang mudah dimengerti. 5. efektifitas komunikasi dan peran antar stakeholder. Gambar 1. Systemic Model of Business Continuity and IT Governance Dapat dilihat pada gambar 1 diatas bahwa tata kelola TI 2.3-3 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 ISSN : 2302-3805 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 6. 7. 8. Efektifitas kebijakan TI. Dukungan finansial dan sumberdaya manusia Orientasi bisnis dan TI Hasil penelitian menyimpulkan bahwa organisasi yang berprestasi memiliki struktur dan proses tata kelola TI yang matang . Penelitian lain menyimpulkan ada korelasi antara kinerja tata kelola TI dengan tingkat kematangan tata kelola TI. Berikut ini adalah hasil beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung dan memperkuat hasil analisa penulis : Dengan indentifikasi faktor kontigensi organisasi dapat memulai mengumpulkan informasi dalam format yang benar dan menghasilkan informasi berharga bagi organisasi lain. Pendekatan awal yang dilakukan sebelum mengimplementasikan tata kelola TI adalah dengan melakukan proses standarisasi sebanyak mungkin, sehingga organisasi dengan mudah menyadari apa yang harus dilakukan agar terhindar dari kesalahan. Upaya ini adalah untuk merespon lingkungan unik dari masingmasing organisasi [15]. Artinya, organisasi dapat menerapkan tata kelola TI atau struktur organisasi berdasarkan karakteristik masing-masing organisasi yang unik dan tidak mungkin sama dengan organisasi lainnya. Maka muncul istilah kontigensi dimana adanya suatu faktor yang mempengaruhi organisasi dalam penerapan tata kelola TI sesuai dengan keunikannya masingmasing. Berikut ini adalah masing-masing faktor kontigensi yang merupakan hasil rangkuman beberapa peneliti sebelumnya : 1. Budaya organisasi, memainkan peran tak ternilai dalam pembangunan organisasi. Manajemen budaya diperlukan untuk membuat karyawan peduli terhadap organisasi yang konteksnya mengacu pada pengelolaan pekerja TI dan tempat kerja menjadi interaksi antara kelompok-kelompok berbeda sudut pandang. Setelah diidentifikasi bahwa peran seorang CEO menjadi inhibitor terbesar bagi perubahan organisasi dan terkait peningkatan kinerja bisnis, yang berarti budaya organisasi dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan tata kelola TI. 2. Struktur, struktur TI adalah masalah berulang yang sering dibahas oleh para peneliti sebelumnya, disebutkan bahwa TI tidak hanya mengubah cara-cara tradisional seseorang memperoleh informasi melainkan telah melanggar pola lama manajemen produksi. Hal lebih mendalam lagi adalah mengubah batas ruang dan waktu struktur organisasi. Telah diketahui dari literatur bahwa stuktur organisasi menjadi hal pertimbangan ketika akan mengimplementasikan tata kelola TI. 3. Industry, TI memiliki penerapan hampir disemua industri. Artinya tata kelola TI menjadi hal yang berbeda di industri yang berbeda, jelas dengan peraturan yang berbeda. 4. Kematangan, TI telah tumbuh menjadi dewasa dibanyak cara dan telah menjadi komoditas. Namun sumberdaya khusus masih dibutuhkan. Penggunaan pengukuran tingkat kematangan diperlukan untuk mengevaluasi keberhasilan tata kelola TI. Penelitian selanjutnya akan menunjukkan dukungan top management dalam menjadi penentu arah dan kebijakan sebuah tata kelola TI. Penelitian ini berbeda dari sebelumnya yang mengidentifikasi pendekatan awal ketika akan mengimplementasikan tata kelola TI. Penelitian kali ini menunjukkan peran top manager mendukung kesuksesan tata kelola TI. Dalam rangka membangun tata kelola TI yang kuat, para pemangku kepentingan harus memberikan strategi bisnis dan TI yang efektif. Selain itu organisasi harus membangun proses yang dapat dipakai dan dibangun dalam lingkungan bisnis organisasi. Cara seperti ini wajib memiliki beberapa komponen, diantaranya[16] : 1. akuntabilitas pemangku kepentingan dan manajemen eksekutif 2. tata kelola perusahaan, dan 3. efektifitas arah organisasi 4. produktifitas organisasi infrastruktur TI dengan proses-proses 5. organisasi mengetahui bagaimana mengalokasikan anggaran yang tepat dan menetapkan sumberdaya yang tepat untuk mendapatkan kemampuan dengan menerapkan tata kelola TI. Banyak studi dilakukan untuk mengetahui efek dari berbagai faktor penentu keberhasilan implementasi sebuah SI atau tata kelola TI. Hasil dari sebuah penelitian mengakui bahwa dukungan manajemen puncak dan pelatihan sebagai faktor penentu keberhasilan tersebut [17]. Penelitian ini mengilustrasikan tiga macam model yaitu direct effects model, moderator effects model dan mediational model. Dari ketiga model tersebut direct effects model menjadi pilihan model dominan dari peneliti-peneliti sebelumnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 : Gambar 2. Direct Effects Model 2.3-4 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 ISSN : 2302-3805 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 Model sederhana ini menggambarkan model efek langsung, dimana kedua variabel bebas untuk memberikan suatu efek langsung dan tidak tumpang tindih terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil teori yang ditunjukkan gambar 2 diatas diasumsikan dukungan manajemen puncak dan pelatihan adalah tindakan independen terhadapan kesuksesan implementasi. Ada hubungan positif antara hubungan dukungan manajemen puncak terhadap kesuksesan implementasi dan hubungan positif juga antara pelatihan dengan kesuksesan implementasi. 5. Pada sebuah penelitian merumuskan sistem model yang layak (Viable System Model) sebagi blue print untuk merancang tata kelola TI. VSM bisa digunakan sebagai landasan teoritis ketika akan mengembangkan model komperhensif untuk tata kelola TI sehingga implementasinya bisa efektif. [18] dan sebagai lensa untuk mengamati keamanan informasi organisasi. Model ini terdiri dari lima komponen/sistem utama yang saling terhubung untuk menciptakan suatu tata kelola TI, diantaranya : 1. Operasi, kumpulan unit operasional tertanam yang melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan fokus organisasi. Sistem unit 1 adalah sistem yang layak dengan unsur mereka sendiri dan oleh karena itu mengandung semua unsur VSM. Kapasitas untuk mengatur dirinya sendiri harus bisa disesuaikan dengan kebebasan yang diberikan. Dengan memberikan hak kebebasan untuk mengatur diri sendiri kepada unit operasional untuk menangani gangguan di lingkungan lokal mereka yang jumlahnya beragam, maka kemampuan untuk mengelola kebutuhan sistem meta (yaitu sistem 3, 4 dan 5) dilemahkan. 2. Koordinasi, sistem unit 1 harus diberikan tingkat kebebasan maksimum yang konsisten dengan kendala mempertahankan keterpaduan organisasi. Sistem 2 menyediakan unit operasional dengan mekanisme untuk mengkoordinasikan interaksi yang digabungkan dengan saling menyesuaikan diri bersama. 3. Kontrol, kegiatan operasional sangat dibatasi oleh saluran penyaringan (misalnya ringkasan laporan kinerja) yang secara langsung menghubungkan dengan sistem 1. Sistem 3 menyajikan ragam saluran tingkat tinggi yang langsung menembus ke sistem operasional dengan unit manajemen lokal yang dilalui. Tujuan sistem 3 adalah memberi jaminan bahwa informasi yang telah disaring kemudian disebarkan oleh manajemen operasional secara akurat (mencerminkan keadaan unit operasional yang sesungguhnya). 4. Intelijen, sistem 3 bertanggungjawab untuk mengatur kegiatan organisasi internal operasional sehari-hari. Artinya sistem 3 berkaitan dengan yang ada saat sekarang. Namun sistem yang layak harus memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal yang mengancam kelangsungan hidup. Oleh karena itu VSM harus menyertakan sistem tambahan yang mengenali lingkungan dan memikirkan masa depannya. Sistem 4 ditugaskan untuk mengelola perencanaan strategis, riset pasar, peramalan ekonomi, penelitian dan pengembangan, dan peramalan teknologi. Kebijakan, sistem 3 dan 4 didedikasikan untuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan lingkungan yang berbeda (intenal dan eksternal) dan waktu yang berbeda ( saat ini dan masa depan). Setelah melalui proses perdebatan dan diskusi antara sistem 3 dan 4 mana dari berbagai prioritas berjangka yang diberlakukan organisasi. Sistem 5 harus dipahami, diatas dan diluar sistem 5 tingkat berikutnya hanya terletak rekursi : fokus sistem saat ini, kelengkapan sistem, kemandirian dan sudah ditetapkan. Dengan dilakukan penetapan datang identitas sebagai hasil dari sebuah kebijakan. Sistem 5 harus menetapkan tujua organisasi. VSM dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini : Gambar 3. The Viable System Model Menurut Peter tata kelola TI efektif adalah tuntutan senior management menetapkan objektifitas kinerja perusahaan dan rancangan tata kelola aktif untuk memfasilitasi konsistensi perilaku yang diinginkan dengan objektifitas-objektifitas tersebut [19]. Ada empat langkah yang disebutkan dalam penelitian untuk merancang tata kelola TI : 1. identifikasi kebutuhan perusahaan untuk sinergi dan sinergi 2. menentukan peran struktur organisasi 3. mengidentifikasi perilaku yang diinginkan yang berhubungan dengan TI yang berada diluar lingkup struktur organisasi 4. desain serius tata kelola TI dalam satu halaman Eksekutif senior dari perusahaan TI bertanggungjawab untuk membuat keputusan yang paling penting bagi 2.3-5 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 ISSN : 2302-3805 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 bisnis perusahaan yang memberi keuntungan, dengan mematuhi standar tata kelola TI yang digunakannya [20]. [13] H. Lingyu, L. Bingwu, Y. Ruiping, and W. Jianzhang, “An IT Governance Framework of ERP System Implementation,” 2010 Int. Conf. Comput. Control Ind. Eng., pp. 431–434, 2010. [14] B. Nijaz, S. Mario, and T. Lejla, “Implementation of the IT Governance Standards Through Business Continuity Management : Cases from Croatia and Bosnia- Herzegovina Literature Review Management : IT Governance – Research Model,” in Proceedings of the ITI 2011 33rd Int. Conf. on Information Technology Interfaces, 2011, pp. 43–50. [15] R. Pereira and M. M. da Silva, “A LITERATURE REVIEW : GUIDELINES AND CONTIGENCY FACTORS FOR IT GOVERNANCE,” in EMOIS2012, 2012, vol. 2012, pp. 342– 360. [16] S. Saetang and A. Haider, “The Impacts of IT Governance Implementation : A Case Study on Banking Industry in Thailand,” in Technology Management for Emerging Technologies, 2013, pp. 2619–2627. [17] M. I. Hwang, C. T. Lin, and J. W. Lin, “ORGANIZATIONAL FACTORS FOR SUCCESSFUL IMPLEMENTATION OF INFORMATION SYSTEMS : DISENTANGLING THE EFFECT OF TOP MANAGEMENT SUPPORT AND TRAINING,” in Proceedings of the Southern Association for Information System Conference, 2012, no. 2007, pp. 111–115. 5. Kesimpulan Keberhasilan implementasi tata kelola TI tidak lepas dari peran penting seorang Top Manager (CIO, CEO, CFO, dll) mereka harus memiliki akuntabilitas yang mencukupi agar mampu membuat strategi kebijakan penggunaan TI dan strategi bisnis berjalan selaras dan mudah dipahami oleh bawahannya. Manajemen resiko juga menjadi pertimbangan bagi organisasi ketika mengimplementasikan tata kelola TI. Mereka harus bisa mengelola resiko sebaik mungkin karena manajemen resiko yang buruk akan menyebabkan kegagalan implementasi proyek TI. Dampak positif dari implementasi tata kelola TI lebih bersifat intangible dan hal itu harus disadari benar oleh organisasi, supaya tidak terjebak kedalam ROI yang sifatnya tangible. Banyak faktor yang telah disebutkan dari hasil penelitian terdahulu dalam mendukung keberhasilan implementasi suatu tata kelola TI. Tahap awal yang paling penting adalah kemampuan merespon keunikan karakteristik masing – masing organisasi, dengan cara seperti ini organisasi akan terhindar dari berbagai kesalahan dimasa mendatang yang mungkin muncul. [18] E. Lewis and G. Millar, “The Viable Governance Model – A Theoretical Model for the Governance of IT,” in Proceedings of the 42nd Hawaii International Conference on System Sciences, 2009, pp. 1–10. [19] I. A. Alonso, J. C. Verdún, and E. T. Caro, “IT, Senior Executives and Board of Directors Contribute to the Success of the Business: Implicates on the IT Demand Process--Life Cycle,” in 2009 Fourth International Conference on Computer Sciences and Convergence Information Technology, 2009, pp. 149–156. [20] F. R. Gordon, “Information Technology Governance Structures on Strategic Alignment,” pp. 1–15, 2014. Daftar Pustaka [1] M. Iskandar, N. Akma, and M. Salleh, “IT Governance in Airline Industry : A Multiple Case Study,” vol. 1, no. 4, pp. 308–313, 2010. [2] A. Maulana, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Kesuksesan Dalam Pembangunan dan Penerapan Sistem Informasi Disuatu Perusahaan,” Bogor, 2012. [3] H. Deng and G. Pramila, “Critical Success Factors for Information Systems Implementation : An End -User Perspective IMPLEMENTATION,” in Information Resourch Management Association International Conference, 2005, pp. 80–83. [4] E. Guldentops, CISA, and CISM, “Key Success Factors for Implementing IT Governance Let’s Not Wait for Regulators to Tell Us What to do,” Inf. Syst. Control J., 2004. [5] S. De Haes and W. Van Grembergen, “Analysing the Relationship between IT Governance and Business/IT Alignment Maturity,” in Proceedings of the 41st Annual Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS 2008), 2008, pp. 428–428. [6] C. Lee, J. Lee, J. Park, and K. Jeong, “A Study of the Causal Relationship between IT Governance Inhibitors and Its Success in Korea Enterprises,” in Proceedings of the 41st Hawaii International Conference on System Sciences, 2008, pp. 1–11. [7] M. Biehl, “Implementing Global Information Systems : Success Factors and Failure Points,” Commun. ACM, no. 416, pp. 1–12. [8] M. Ayat, M. Masrom, S. Sahibuddin, and M. Sharifi, “Issues in Implementing IT Governance in Small and Medium Enterprises,” in 2011 Second International Conference on Intelligent Systems, Modelling and Simulation, 2011, pp. 197– 201. [9] V. Alves, J. Ribeiro, and P. Castro, “Information Technology Governance – A Case Study of the Applicability of ITIL and COBIT in a Portuguese Private School,” 2009. [10] P. Webb, C. Pollard, and G. Ridley, “Attempting to Define IT Governance : Wisdom or Folly ?,” in Proceedings of the 39th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS 2006), 2006, no. C, pp. 1–10. [11] F. Castillo and P. Stanojevic, “A N A SSESSMENT OF T HE IT G OVERNANCE M ATURITY A T SL,” 2011. [12] Cognizant, “Maximizing Business Value Through Effective IT Governance,” no. may, New Jersey, pp. 1–6, 2013. Biodata Penulis Erick Sorongan, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) pada tahun 2012, Jurusan Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta, Sekarang menjadi mahasiswa pascasarjana Teknik UGM. Dr. Ir. Eko Nugroho, M.Si menempuh sarjana teknik elektro UGM pada tahun 1978. Memperoleh gelar cum laude Magister Akuntansi Manajemen UGM. Memperoleh cum laude doktor pada program Cognitive Psychology UGM. Saat ini menjadi pengajar tingkat S2 dan S3 fakultas teknik UGM, dan juga sebagai penguji proposal doktor bidang teknik, sekolah pascasarjana UGM tingkat S3. 2.3-6