kajian organonologi kucapi pakpak buatan bapak kami capah di

advertisement
KAJIAN ORGANONOLOGI KUCAPI PAKPAK BUATAN
BAPAK KAMI CAPAH DI KECAMATAN KERAJAAN
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
NAMA: BATOAN L SIHOTANG
NIM: 070707005
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2013
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pakpak adalah salah satu etnis yang mendiami daerah geografis sumatera
utara. Secara umum Pakpak digolongkan sebagai bagian dari suku batak, seperti
halnya toba, simalungun, karo dan mandailing(Pasaribu, 1978; Bangun, 1980;
Daeng, 1976; Coleman, 1983). Etnis pakpak memiliki budaya yang sudah
diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang masyarakat Pakpak. Salah
satu bentuk dari warisan budaya tersebut adalah kesenian. Kesenian yang
diwariskan oleh leluhur masyarakat pakpak dalam bebrapa bentuk. Diantaranya
adalah seni tari (tatak), seni ukir, seni tekstil, seni patung dan seni musik.
Bagi suku Pakpak, musik mempunyai peranan yang sangat penting dalam
aspek kehidupan masyarakatnya, karena hampir seluruh kegiatan adat, ritual, dan
hiburan selalu menggunakan musik. Masyrakat Pakpak mempunyai budaya
musikal sendiri. Dalam penyajiannya ada yang menggunakan alat musik, ada
vokal, gabungan vokal dengan musik, dalam penggunaan alat musik nya ada yang
dimainkan secara ensambel ada juga yang secara solo.
Masyarakat pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajian
dan cara memainkannya. Berdasarkan pentuk penyajiannya, alat-alat musik
tersebut dibagi menjadi beberapa ensambel, yakni genderang sisibah, genderang
sipitu-pitu, genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan gung..
Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut terbagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu : Sipaluun (alat musik yang dimainkan dengan
1
cara dipukul), Sisempulen (alat music yang dimainkan dengan cara ditiup) dan
Sipiltiken (alat music yang dimainkan dengan cara dipetik).
Ensambel Genderang sisibah terdiri dari Genderang sisibah (Conis Drum
single head yang terdiri dari Sembilan buah gendang yang berbentuk konis), gung
sada rabaan (idiophone yang teridiri dari empat buah gung yaitu panggora, poi,
tapudep dan pong-pong), sarune (double reed oboe) dan cilatcilat (concussion
idiophone). Dalam penyajiannya, ensambel ini dipakai pada jenis upacara sukacita
(kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.
Ensambel Genderang sipitupitu dan Genderang si lima terdiri dari alat
musik yang terdapat pada ensambel Genderang sisibah, perbedaannya hanya
terdapat pada penggunaan genderang saja. Genderang sipitu-pitu menggunakan 7
dari 9 gendang yang terdapat pada Genderang sisibah, sedangkan Genderang si
lima menggunakan 5 dari 9 buah gendang (gendang yang digunakan gendang pada
bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar). Ensambel ini digunakan pada
upacara duka cita (kerja njahat), seperti upacara kematian, mengongkal tulan
(menggali tulang-belulang).
Selanjutnya adalah ensambel Gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini
terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head barrel
drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang
ibu) yaitu gendang gendang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan)
yaitu gendang terkecil. Instrument lainnya yang terdapat dalam ensambel ini
adalah gung sada rabaan, dan sepasang cilat-cilat. Ensambel ini digunakan pada
upacara ritual, seperti upacara mendeger uruk (upacara mengusir roh penunngu
2
hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian dan hiburan saja seperti upacara
penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.
Ensambel yang terakhir adalah Oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari
gendang sitelu-telu,
gung sada rabaan, lobat
(aerophone),
kalondang
(xylophone), dan kucapi (lut long neck). Ensambel ini digunakan pada upacara
suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan dan untuk mengiringi tarian.
Kucapi adalah satu jenis alat musik yang dipakai dalam bentuk solo
instrumen dan juga digabungkan dalam ensambel musik tradisional Pakpak.
Kucapi merupakan alat musik petik yang terbuat dari kayu dan memiliki dua buah
senar yang terbuat dari nilon dan memiliki fred. Alat musik ini termasuk kedalam
klasifikasi alat musik chordophone, sumber klasifikasi lut long neck yang sumber
penghasil bunyinya berasal dari senar. Kucapi dimainkan dengan cara memetik
bagian senar dengan menngunakan kuku. Kayu yang digunakan untuk membuat
kucapi adalah kayu purbari dan kayu ngeccih (Shizopheae sperrum). Kayu yang
digunakan harus berasal dari pohon yang berukuran besar dan sudah tua. Hal ini
dimaksudkan agar batang pohon dapat di belah dua, sehingga kucapi dapat
dibentuk satu badan. Kucapi dibentuk sedemikian rupa menyerupai bentuk
bungki1 dan memiliki badan yang berfungsi sebagai resonator bunyi dan leher
yang berfungsi untuk pembentukan nada. kucapi Pakpak memiliki bentuk yang
hampir sama dengan alat musik sejenis yang dimiliki oleh kebudayaan suku
bangsa Batak lain, seperti : Hasapi pada masyarakat Toba, Kulcapi pada
masyarakat Karo dan Husapi pada masyarakat Simalungun.
1
Bungki adalah sejensis perahu yang digunakan oleh masyarakat Pakpak yang berdomisili di
muara sungai.
3
Menurut wawancara dengan bapak Dayo Sinamo2, pada awalnya kucapi
adalah alat musik pribadi yang digunakan sebagai hiburan pribadi atau self
amusement. Namun pada perkembangannya, alat musik ini dimasukkan kedalam
ensambel oning-oningen. Pembuat alat musik kucapi biasanya adalah pemain alat
musik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh fungsi awal dari alat musik ini pada
awalnya.
Saat ini pembuat kucapi tidak banyak lagi. Bapak Kami Capah adalah
seorang yang dapat membuat alat music kucapi. Selain membuat kucapi, beliau
juga berprofesi sebagai pemain kucapi. kucapi buatan beliau sudah banyak
digunakan oleh pemain kucapi di sanggar Ninanola3 yang berada di Kecamatan
Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dimana beliau termasuk dalam sanggar ini.
Selain untuk dimainkan, kucapi buatan beliau sudah di gunakan sebagai
cenderamata. Menurut wawancara dengan beliau, banyak pemusik tradisi Pakpak
khususnya pemain kucapi tidak dapat membuat alat musiknya sendiri lagi sesuai
dengan kebiasaan. Hal ini di sebabkan oleh kemajuan zaman dan sudah
berkurangnya minat untuk mempelajari musik tradisi. Saat ini pembuat alat musik
Pakpak khususnya pembuat kucapi hanya tinggal sedikit dan bisa di hitung dengan
jari karena banyak dari pembuat alat musik tradisi Pakpak sudah tidak mampu lagi
membuat alat music dikarenakan usia yang sudah semakin tua dan meninggal.
Dalam proses pembuatan kucapi ini, bapak Kami Capah mennggunakan
alat-alat yang yang masih tergolong sederhana yakni berupa parang, ketam mesin,
2
Bapak Dayo sinamo adalah seorang pemain kucapi yang sudah sangat di kenal di masyarakat
pakpak.
3
Nina nola adalah salah satu sanggar kesenian tradisional Pakpak yang berada di desa Sukaramai,
kecamatan kerajaan kabupaten Pakpak Bharat dan dipimpin oleh bapak pandapotan solin.
4
gergaji, pahat besar dan pahat kecil, kertas pasir dan meteran. Teknik pembuatan
kucapi beliau termasuk unik karena beliau menggabungkan teknik pembuatan
yang pernah didapatnya dari orang tua dan juga teknik bapak itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat dari proses pengukuruan dari bahan pembuat kucapi itu sendiri.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti, mengkaji, serta menuliskanya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul
”KAJIAN ORGANOLOGIS KUCAPI PAKPAK BUATAN BAPAK KAMI
CAPAH
DI
KECAMATAN
KERAJAAN
KABUPATEN
PAKPAK
BHARAT ”
1.2 Pokok Pemasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya,
pokok permasalahan yang menjadi topic bahasan dalam tulisan ini adalah :
1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan kucapi pakpak buatan bapak
Kami Capah di Kecamatan Kerajaan.
2. Bagaimana teknik permainan kucapi pakpak sebagai pembawa melodi.
3. Bagaimana eksistensi dan fungsi kucapi pakpak pada masyarakat
Pakpak.
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian rangka penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan kucapi pakpak di
kecamatan kerajaan, kabupaten pakpak bharat.
2. Untuk mengetahui menganalisa organologi serta teknik permainan
kucapi pakpak sebagai pembawa melodi.
3. Untuk mengetahui keberadaan (eksistensi) dan fungsi kucapi pakpak
pada masyarakat pakpak.
5
1.3.2 Manfaat penelitian
Sebagai usaha untuk memperluas informasi mengenai kebudayaan pakpak,
penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
a. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai
kucapi pakpak di Departemen Etnomusikologi, Fakultas sastra,
Universitas Sumatera Utara.
b. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang memerlukan
untuk penelitian selanjutnya.
c. Sebagai bahan pendokumentasian terhadap kesenian tradisional
pakpak.
d. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis
selama mengikuti proses perkuliahan di Departemen etnomusikologi.
1.4 Konsep dan teori
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa kongkrit (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 431).
Kajian merupakan kata jadian dari kata ”kaji” yang berarti mengkaji,
mempelajari, memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pengertian kata ”kajian” dalam hal
ini adalah suatu penelitian atas pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti.
(Badudu. 1982 : 132).
Sedangkan Organologi merupakan ilmu tentang instrumen musik (alat
musik) yang seharusnya tidak hanya mencakup sejarah dan deskripsi instrumen
saja, tetapi juga sama pentingnya, walaupun sebagai aspek yang terabaikan dalam
”ilmu” instrumen musik, seperi teknik-teknik tertentu dalam memainkan, fungsi
secara musik, hiasan (yang dibedakan dari konstruksi) dan berbagai pendekatan
tentang sosial budaya. (Hood, 1982 : 124)
6
Dari kedua konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian kucapi pakpak
buatan bapak kami capah di kecamatan kerajaan, kabupaten pakpak bharat, adalah
penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi instrumen, juga
mengenai teknik-teknik pembuatan, cara memainkan, dan fungsi dari instrumen
kucapi pakpak tersebut.
Kucapi pakpak adalah sebuah instrumen yang pada awalnya hanya
digunakan oleh seseorang untuk menghibur diri saat melakukan kegiatan bertani.
Kucapi dimainkan sendiri tanpa pengiring pada saat seseorang itu sedang istirahat
di ladang. Namun seiring perkembangannya, kucapi Pakpak dalam penyajiannya
dimasukkan dalam kelompok Oning-oningen. Dalam bentuk penyajian ini, kucapi
pakpak memainkan nada-nada yang dimainkan oleh kalondang secara bersamaan.
Atau dengan kata lain, kucapi meiliki fungsi sebagi pembawa melodi dalam
oning-oningen. Kucapi merupakan instrumen musik pakpak yang mengalami
perubahan dari segi pembuatannya dan penyajiannya.
1.4.2 Teori
Teori merupakan landasan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu
peristiwa. (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 1041). Sesuai
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis
menggunakan beberapa landasan teori yang berkaitan (relevan) dengan tulisan ini.
Berdasarkan Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 :
253,”Eksistensi artinya keberadaan”. Hal ini berkaitan juga dengan eksistensi
(keberadaan) Kucapi pada etnis Pakpak.
7
Dalam tulisan ini, penulis juga membahas tentang pendeskripsian alat
musik, dan penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima
(1978 : 74), yaitu:
” Dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni
pendekatan struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu; aspek fisik
instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta menggambar bentuk
instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Dan secara
fungsional, yaitu ; fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara,
meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen,
penggunaan bunyi yang diproduksi, ( dalam kaitannya dengan komposisi
musik) dan kekuatan suara”
Untuk mengetahui sistem permainan atau teknik permainan kucapi pakpak
maka penulis menggunakan dua pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1963 :
98) yaitu:
” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita
dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan
mendeskripsikan apa yang kita lihat.”
Selanjutnya Charles Seeger juga mengemukakan dalam Nettl (1964 : 100) yaitu :
” Ada dua teknik musikal yaitu secara perspektif dan deskriptif . Secara
ringkas diterangkan bahwa, prespektif dapat disebut sebagai notasi yang tidak
lebih dari untuk membantu pemain mengingat terhadap musik pada saat
pertunjukan. Sedangkan deskriptif adalah notasi yang menuliskan semua
karakter
musikal
secara
rinci
dari
diperdengarkan.”
8
suatu
komposisi
musik
yang
Menurut teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu:
”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama
bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:
Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musin itu
sendiri, Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara, Membranofon,
penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran,
Kordofon, penggetar
utama bunyinya adalah senar atau dawai.
Mengacu pada teori tersebut, maka kucapi pakpak adalah instrumen musik
kordofon yang terdiri dari dua buah senar yang dibunyikan dengan memetik senar
dengan kuku atau sebagai sumber bunyinya.
1.5 Metode penelitian
Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. (Koentjaraningrat 1997:16). Sedangkan
penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan untuk memproleh fakta-fakta dan prinsip –prinsip dengan sabar dan
hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian Kualitatif yaitu :
rangkaian kegiatan atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat
sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan
tertentu pada obyeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sample dan populasi
sebagaimana dalam penelitian kuantitatif (Nawawi dan Martini,1994:176).
Disamping itu, penulis juga menggunakan tekhnik penelitian ilmu
Etnomusikologi yang terdiri dari dua disiplin, yaitu: kerja lapangan (fieldwork)
9
dan analisis laboratorium (laboratory analisis). Data yang diperoleh kemudian
dianalisis di laboratorium dan dikelompokan sesuai kepentingan,kemudian
disusun dalam bentuk laporan akhir (Merriam, 1964 : 37).
1.5.1 Studi kepustakaan
Pada tahap pra lapangan, sebelum mengerjakan penelitian, penulis terlebih
dahulu mengadakan studi pustaka. Penulis membaca buku-buku yang relevan
dengan objek penelitian. Penulis juga membaca literatur, pencarian
di situs
internet, majalah, tulisan ilmiah dan berbagai catatan yang berkaitan dengan objek
penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan untuk
mendukung penulisan skripsi ini.
1.5.2 Kerja lapangan
1.5.2.1 Observasi
Penulis melakukan kerja lapangan dengan observasi langsung terhadap
objek penelitian dan juga melakukan wawancara dengan informan
dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, agar memproleh
data-data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan.
1.5.2.2 Wawancara
Dalam proses melakukan wawancara penulis beracuan pada metode
wawancara yang dikemukakan oleh Koenjaraningrat (1985 : 139), yaitu:
Wawancara berfokus (Focused interview), Wawancara bebas (Free interview),
Wawancara sambil lalu (Casual interview). Dalam hal ini penulis terlebih dahulu
menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan saat wawancara, pertanyaan
yang penulis ajukan bisa beralih dari satu topik ke topik lain secara bebas.
10
Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka
ragam, tetapi tetap materinya berkaitan dengan topik penelitian.
Menurut Harja W. Bachtiar (1985 : 155), wawancara adalah untuk
mencatat keterangan-keterangan yang dibutuhkan dengan maksud agar data atau
keterangan tidak ada yang hilang.
Sebelum melakukan wawancara penulis terlebih dahulu membuat daftar
pertanyaan yang telah disusun mengenai pokok permasalahan yang ingin penulis
ketahui.
Namun kenyataan di lapangan
pertanyaan dapat berkembang sesuai
dengan pembicaraan dengan informan, walaupun demikian pertanyaan tersebut
masih tetap dalam pokok permasalahan seputar penelitian yang ingin dikerjakan.
1.5.2.3 Pemotretan dan perekaman
Pemotretan dan Perekaman data dilakukan agar data yang diperlukan tidak
lupa,sekaligus agar proses kerja laboratorium lebih mudah.Penulis menggunakan
alat perekam audio dan Kamera Canon EOS D1100 untuk perekaman dan
pemotretan data-data yg diperlukan.
1.5.3 Kerja laboratorium
Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses
dalam kerja laboratorium. Data-data yang bersifat analisis disusun dengan
sistematika penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti
kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya.
Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian
berbentuk skripsi. (Meriam 1995 : 85)
11
1.5.4 Lokasi penelitian
Adapun lokasi yang penulis pilih adalah di lokasi yang merupakan tempat
kediaman narasumber yaitu bapak Kami Capah, yang bertempat tinggal di
Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, yang juga merupakan lokasi
bengkel instrumen beliau.
12
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI
SINGKAT BAPAK KAMI CAPAH
2.1 Wilayah Budaya Etnik Pakpak
Etnis Pakpak adalah salah satu suku pribumi di Provinsi Sumatera Utara
dan provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yang terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
1. Kabupaten Dairi ibukota Sidikalang yang terdiri dari 15 Kecamatan dan
184 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Keppas dan Pegagan.
2. Kabupaten Aceh Singkil ibukotana Singkil yang terdiri dari 15 Kecamatan
dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi seluruh daerah Suak Singkil Boang.
3. Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8 kecamatan
dan 59 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Simsim dan sebagian daerah
Keppas.
4. Kotamadya subbul sallam ibukotanya Salak yang terdiri dari 5 kecamatan
dan (64) Desa/Kelurahan yang merupakan pemekaran dari Aceh Singkil
dan masih termasuk Suak Singkil Boang.
5. Kabupaten tapanuli tengah ibukotanya Pandan yang terdiri dari 6
kecamatan dari daerah (wilayah) Kabupaten Tapanuli Tengah adalah hak
ulayat Tanah Pakpak Suak Kelasen) yang terdiri dari Kecamatan Barus,
Barus Utara, Sosar Godang, Andam Dewi, Manduamas dan Sirandorung
dan 56 Desa/Kelurahan.
13
6. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotany Dolok Sanggul yang terdiri
dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pakkat, Parlilitan, dan Kecamatan
Tara Bintang dan masih termasuk kedalam Suak Kelasen.
Luas wilayah yang menjadi wilayah persebaran masyarakat Pakpak keseluruhan
adalah 8.331,12 km2 yang terdiri dari 52 Kecamatan dan 471 Desa/Kelurahan.
2.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang penulis ambil terletak di Desa Sukaramai,
Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dimana daerah ini merupakan
salah satu daerah atau wilayah bermukimnya suku Pakpak yang disebut dengan
Suak Simsim dan sebagian daerah keppas.
Luas Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah 121.830 Ha. (1.218,30
Km2), terletak di wilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada 2.000 – 3.000
Lintang Utara dan 96.000 – 98.000 Bujur Timur dengan ketinggian berkisar antara
250 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Kabupaten pakpak Bharat terbentuk
dari dari hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi. Secara administratif Kabupaten
Pakpak Bharat terdiri dari 52 Desa dalam 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 sebanyak 48.520. Kabupaten Pakpak Bharat adalah :
(1) Kecamatan Salak, (2) Sitellu Tari Urang Jehe, (3) Pangindar, (4) Sitellu Tali
Urang Julu, (5) Pargeteng-geteng Sngkut, (6) Kerajaan, (7) Tinada, dan (8)
Siempat Rube.
Adapun batas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

Sebelah timur berbatasan dengan : Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
dan Harian Kabupaten Samosir.
14

Sebelah barat berbatasan dengan : Kabupaten Aceh Singkil Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.

Sebelah utara berbatasan dengan : Kecamatan Silima Pungga-Pungga,
Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Sebalah selatan berbatasan dengan : Kecamatan Tara Bintang Kabupaten
Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli
Tengah.
Desa Sukaramai yang merupakan tempat dimana bapak Kami Capah
Tinggal dan sekaligus menjadi tempat bengkel instrumen beliau berada pada
wilayah Kecamatan Kerajaan. Adapun batas-batas wilayah dari desa sukaramai
adalah :
 Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Kuta Saga.
 Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Surung Mersada.
 Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Pardomuan.
 Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Kuta Meriah.
2.3 Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Pakpak khusunya yang berada di wilayah
Kabupaten Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi
yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Banyak
warga Pakpak yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS (pegawai negeri sipil),
guru, pegawai swasta, dan lain-lain.
Dari hasil wawancara dengan bapak beberapa narasumber, bahwa
pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat Pakpak yang berdomisili di
wilayah kabupaten Pakpak Bharat adalah bercocok tanam. Kopi, padi, tanaman
15
palawija, durian dan jeruk jeruk. Menurut penuturan beliau, banyak diantara
pegawai negeri sipil maupun pegawai suasta menekuni pekerjaan bercocok tanam
selain dari pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan para pedagang maupun
pengusaha kecil memiliki ladang bercocok tanam serta menekuni kegiatan
tersebut sebagai penopang hidup.
2.4 Sistem Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan
Kerajaan adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk disana adalah suku
Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari- hari penduduk disana
menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.
Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, Nias dan
Jawa yang datang kedaerah Kecamatan Kerajaan, tetapi setelah tinggal beberapa
lama disana, masayarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih
menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan
dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempattempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat Pakpak, yaitu :
1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk
menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau
bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi
(narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi) yang disebut
tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis).
16
3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan,
4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengahtengah kampong karena dianggap tidak sopan, dan
5. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa
mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).
2.5 Sistem Kesenian
2.5.1 Seni Musik
Masyarakat
Pakpak
membagi alat
musiknya berdasarkan
bentuk
penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya,
instrument music tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotchi dan oningoningen. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument music tersebut
terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun (alat musik yang dimainkan
dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup)
dan sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik). Istilah gotchi dan
oning-oningen sudah mendapat pergeseran arti dikalangan masyarakat Pakpak.
Dalam tulisan Skripsi Sarjana Anna Rosita yang berjudul Deskripsi Organologi
Sarune Pakpak – Dairi halaman 2 menyebutkan bahwa gotci adalah kelompok
alat-alat musik yang dimainkan secara ensambel (berkelompok). Sedangkan
oning-oning adalah sekelompok alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal
atau dalam bentuk solo (bukan sekumpulan alat-alat musik yang sejenis). Namun
menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang
menyebutkan bahwa gotchi adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti :
ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendang
17
sidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oning-oningen
digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada
rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone),
yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara
pernikahan (merbayo).
a. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian
Gotchi adalah isntrumen musik yang disajikan dalam bentuk seprangkat
(ansambel) yang terdiri dari : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu,
genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen.
Genderang sisibah adalah seperangkat gendang satu sisi yangterdiri dari
Sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut
siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang
di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari
kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah
sebagai berikut :
a. Genderang I, Si raja gumeruhguh (suara bergemuruh) dengan pola
ritmis menginang-inangi atau megindungi (induk).
b. Genderang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan
pola ritem menjujuri atau mendonggil-donggili (mengangungkan,
mentakbiri, menghantarkan).
c. Genderang III s/d VII, Si Raja Menak-enak dengan pola ritmis benna
kayu
sebagai
pembawa
ritmis
menentramkan).
18
melodis
(menenangkan
atau
d. Genderang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi
(menyeimbangkan).
e. Genderang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki
atau tabil sondat (menghalang-halangi).
Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada gambar berikut :
Gambar 1 : Genderang Sisibah
Keterangan : Nomor pada penjelasan diambil dari gendering terbesar
sampai terkecil seperti pada gambar.
Dalam bentuk sseperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersamasama dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah,
yaitu panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan
pong-pong (yang menetapakan). Instrumen lain yang digunakan adalah sarune
(double reed oboe) dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya,
ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada
tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.
Selanjutnya adalah ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri
dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang
ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai
dari urutan I sampai VII. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini
adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat
19
dalam genderang sisibah. Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik
dalam tingakatan tertentu saja.
Selanjutnya adalah ensambel genderang Si lima yaittu seperangkat
gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima
gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang
pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII
dan IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masingmasing seperti pada genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam
ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang
terdapat dalam genderang sisibah.
Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja njahat) saja, seperti
upacara kematian, mengongkal tulan (mengangkat tulang-tulang) pada tingkatan
upacara terbesar dan tertinggi secara adat.
Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini
terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel
drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang
ibu) yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan)
yaitu gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah
empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal).
Ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir
roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk)
dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.
Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong
(idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris
20
diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya,
instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan
bersama-sama dengan gung sada rabaan.
Selanjutnya adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari
gendang sitelu-telu(membranophone single head), gung sada rabaan, lobat
(aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone). Ensambel ini
digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan
(merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).
b. Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya.
Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari cara
memainkannya, dapat kita lihat dari tabel berikut.
Tabel 2.5.1 Pembagian alat musik berdasarkan cara memainkannya
No Cara memainkan
Alat Musik
1
Genderang, kalondang, gung, cilat-cilat, ketuk,
Sipaluun
mbotul, deng-deng, doal, gerantung, gendang si
dua-dua.
2
Sisempulen
Sarune, lobat, sordam
3
Sipiltiken
Kucapi
2.5.2 Seni Suara
Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian.
Nyanyian yang dimaksud adalah musik vocal. Masyarakat Pakpak member nama
ende-ende (baca :nde-nde) terhadap semua musik vokalnya. Ada beberapa jenis
musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan
fungsi dan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut.
21
(i) tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian
ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis
milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati
penyajinya akan ditutur-tuturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilangbilangken, milangi) dengan gaya menangis (Pakpak : Tangis). Ada
beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat Pakpak, yaitu
sebagai berikut.
a. tangis sijahe adlah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female
song) menjelang pernikannya. Teks nyanyian ini berisi tentang
ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan
memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan agar orangorang tua yang mendengar merasa iba dan member petuah-petuah
tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini disajikan dalam bentuk
melodi yang berubah-ubah (repetitif) dengan teks yang berubah-ubah.
b. Tangis anak melumang, nyanyian ini disajikan oleh pria ataupun
wanita. Nyanyian ini berisi tentang kesedihan seseorang yang ditinggal
mati orang tuanya. Nyanyian ini biasanya disajikan pada saat-saat
tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang, di sawah atau tempattempat sepi lainnya. Teksnya berubah-ubah dengan melodi yang sama.
c. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika
salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan
si mati dan teksnya berisi tentang kisah hidup si mati, berisi tentang
perilaku yang paling berkesan dari si mati smasa hidupnya. Nyanyian
22
ini adalah nyanyian strofik yang lebih mementingkan isi teks daripada
melodi.
(ii) ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian
menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik
kaum pria maupun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak
bermain. Jenisnya terdiri dari , oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian
jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan
melodi yang diulang-ulang (repetitif).
a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh
sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si
anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina bobokan si anak
dalam gendongan) dengan nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat,
cita-cita, harapan maupun curahan kasih sayang terhadap si anak.
b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian
yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah
cara menidurkannya, jika orih-orih disajikan dengan cara menggendong,
maka oah-oah disajikan sambil mengayun si anak dalam ayunan.
c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya
adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu
sehingga si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks lagu yang
dinyanyikan biasanya berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak
menjadi orang yang berguna.
(iii) Nangan ialah nayanyian yang disajikan pada waktu bersukut-sukuten
(mendongeng). Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita
23
terssebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yang
dinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan
rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.
Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang
pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan
perilaku yang yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita.
Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh
melalui warna nangen.
Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat
pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja
Bayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.
(iv) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan daikalangan
anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di
halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan
membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi
secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut
dengan koor). Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta
kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan
melodi (repetitif) serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang
disampaikannya.
(v) Ende-ende Memuro Rohi, naynyian ini termasuk kedalam nyanyian
work song, yaitu nyanyian yang di sajikan pada saat bekerja. Biasanya
dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir
burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah.kegiatan
24
muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut
dengan ketter dan gumpar4 yang dilambai-lambaikan ketengah sawah
sambil menyanyikan ende-ende memuro rohi.
2.5.3 Seni Tari
Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak. Tatak
pada masyarakat pakpak erat hubungannya dengan kegiatan upacara ataupun kerja
dan juga sebagai hiburan atau pertunjukan. Tatak digunakan dalam kerja mbaik
ataupun kerja njahat. Adapun jenis gerakan yang digunakan dalam upacara tau
pun kerja adalah :

Manger-ngera
Gerakan ini digunakan oleh kaum Beru untuk menyambut Kula-kula
ataupun gerakan yang digunakan oleh anak terakhir kepada anak tertua
ataupun yang muda kepada yang lebih tua.

Suyuk
Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati.

Memasu-masu
Gerakan ini digunakan oleh kula-kula kepada beru yang menyimbolkan
pemberian berkat.

Mengembur
Gerakan ini digunakan untuk menyembah atau member hormat oleh beru
kepada kula-kula.
4
Ketter dan gumpar adalah alat yang terbuat dari bamboo dan pada bamboo tersebut
digantungkan kain bekas yang dilambaikan ketengah sawah untuk mengusir burung. Fungsi
utama alat ini tentu saja menghalau burung, namun tetap dapat dikaji melalui disiplin
etnomusikologi, yaitu studi musik dan kebudayaan.
25

Mengeleap
Gerakan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kegiatan kerja sudah
berhasil dilaksnankan.
Adapun beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau
pertunjukan adalah sebagai berikut :

Tatak Menabi pange
Tatak
ini
dilakukan
oleh
para
muda-mudi
di
ladang
dan
menggambarkan kegembiraan dari para muda-mudi. Hal ini terjadi karena
pada zaman dahulu, para muda-mudi di daerah Pakpak hanya dapat
bertemu dan berbicara lebih dekat pada saat masa panen.
Tatak ini
menggambarkan tentang kegembiraan dalam memanen padi.

Tatak Mendedah
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh
bayinya. Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.

Tatak Renggisa
Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang
kasmaran atau sedang jatuh cinta satu sama lain.

Tatak Garo-garo
Tatak ini mengambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam
masa panen. Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi pange,
namun dalam tatak garo-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam
memanen padi, melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen
padi tersebut.

Tatak Memuat kopi
26
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi
yang dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.

Tatak Perampuk-ampuk
Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara
kaum muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.

Tintoa serser
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak
dalam membuka atau memulai suatu ladang pertanian yang dalam hal inj
adalah persawahan.

Tatak Mengindangi
Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada
masyarakat Pakpak.
Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan ataupun pertunjukan
biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum muda-mudi. Serta untuk mengiringi
tarian ini digunakan ensambel oning-oningen.
2.6 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada ikatan yang mengatur tata
karma dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan ditaati oleh masyarakat
itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat
termasuk juga dalam upacara kematian (kerja njahat).
2.6.1 Sulang Silima
Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari kulakula, dengan sebeltek siampun-ampun /anak yang paling kecil, serta anak berru.
Sulang silima ini berkaitan denganpembagian sulang/jambar dari daging-daging
27
tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang disembelih dalam
konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian daging/jambar ini
disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang
melaksanakan upacara. Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut
masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain dalam acara adat.
a. kula-kula
kula-kula merupakan salah satu unsure yang paling penting dalam system
kekerabatan pada masyarakat Pakpak.kula-kula adalah kelompok/pihak pemberi
istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang
sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan
demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah (Tuhan yang
dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang
kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.
Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir,
termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk
juga dalam upacara kematian.
b. Dengan sebeltek/Senina
Dengan sebeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali
persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang
yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara
adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam
sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung
28
acara tersebut. Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena
adanya hubungan pertalian darah, sesubklen/semarga, memiliki ibu yang
bersaudara, memiliki istri yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.
c. Anak beru
Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok
pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung
jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja,
penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat.
Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak
tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak
yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan
keluarga.
Kelima kelompok diatas mempunyai pembagian sulang (jambar) yang
berbeda, yaitu sebagai berikut :
Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulang
per-punca naidep. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah pesta
akan mendapat sulang per-isang-isang). Siditengah (keluarga besar dari keturunan
anak tengah) akan mendapat sulang per-tulantengah. Siampun-ampun (keturunan
paling bungsu dalam satu keluarga) akan mendapat sulang per-ekur-ekur.
Anak berru (pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang
berpesta) akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu. Biasanya
penerimaan perjambaren anak berru disertai dengan takal peggu. Yang artinya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap berjalannya pesta.
29
Anak berru lah yang bertugas menyiapkan makanan serta menghidangkan selama
pesta berlangsung.
2.7 Sistem Kepercayaan
Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat
setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi
atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada
dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun
roh-roh nenek moyang yang dikultuskan (lihat, Naiborhu, 1988 : 22-26).
2.7.1 Kepercayaan Kepada Dewa-dewa
Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak,masyarakat
mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber
kehidupan. Masyarakat pakpak percaya terhadap Debata Guru/Batara Guru yang
dikatakan dalam bahasa Pakpak Sitempa/Sinembe nasa si lot yang artinya maha
pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau
diistilahkan sebagai berikut.
Debata Guru/ Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan
melindungi, yaitu :
1. Beraspati Tanoh.
Diberi symbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi
segala tumbuh-tumbuhan. Jadai, jika seorang orang tua menebang pohon
bamboo, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus permisi kepada
Beraspati Tanoh.
2. Tunggung Ni Kuta
30
Tunggung Ni Kuta ini diyakini mempunyai peranan untuk menjaga dan
melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya.
Karena itu, maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa
benda yaitu sebagai berikut :
a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat
tulisan-tulisan yang berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta
ramalan-ramalan.
b. naring, yaitu wadah berisi ramuan untuk pelindung kampung. Apabila
suatu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan
memberikan pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan.
c. Pengulu balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu yang
berfungsi untuk memberikan sinyal berupa gemuruh sebagai tanda
gangguan, bala, musuh, atau bpenyakit bagi suatu desa.
d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam
di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.
e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya
yang diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat
melindungi kehidupan manusia apabila diberi sesajen.
f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala
ular yang digunakan untuk menjerat musuh.
g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran
lebih kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan
dipergunakan untuk menerangi jalan.
31
h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan
musuh.
i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai
dan danau.
j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.
2.7.2 Kepercayaan Kepada Roh
Kepercayaan kepada roh-roh meliputi :
a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meniggal mempunyai
kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang.
b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara
turun temurun.
c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh
orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di dalam air
atau sungai.
d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari
tempat lain dan dapat membuat orang menjadi sakit secara tba-tiba.
Kepercayaan- kepercayaan diatas sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat
Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan kerajaan sejak masuknya
agama. Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah memeluk agama
yang tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh pemerintah. Sebagian besar
masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen dan sebagian kecil
beragama Khatolik.
32
2.8 Biografi Singkat Bapak Kami Capah
2.8.1 Pengertian Biografi
Dalam disiplin ilmu sejarah, biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah
riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris
kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta
kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan
biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi
penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan
yang baik dan jelas.
Sebuah biografi biasanya menganalisia dan menerangkan kejadiankejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan
membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan
yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita
atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.
Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal
dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal
akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya
terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian
biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal
saja.
Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah
meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih
hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur
33
tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa
dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada
suatu topik-topik pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan
utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping
koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku
referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.
Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi
antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan faktafakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia
dan catatan waktu; (d) Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai
orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak
anda utarakan dan tuliskan.
Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan
yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang
tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau
lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat
apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d)
Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut;
(e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut; (f)
Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam
hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,
atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan
34
beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun
tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.
Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi
perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta
menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat
dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs:
(www.infoplease.com/homework/wsbiography.html).
2.8.2 Alasan Dipilihnya Kami Capah
Dalam tulisan ini, penulis memilih Kami Capah sebagai objek penelitian,
dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional
Pakpak diantaranya adalah: (a) Beliau adalah salah satu orang yang dapat
membuat Kucapi yang merupakan alat musik tradisional suku Pakpak; (b) Beliau
dapat memainkan alat musik Kucapi Pakpak dengan sangat baik; (c) Kucapi
Pakpak hasil buatan Kami Capah banyak dipakai oleh para masyarakat baik di
desa tempat Kami Capah tinggal ataupun di luar desa tersebut; (d) pengalaman
beliau yang merupakan anak dari pembuat Kucapi Pakpak yang membuat Kami
Capah menjadi orang yang lebih paham mengenai alat musik tradisional Pakpak.
Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan/wawancara dengan
Kami Capah dan juga dari sudara-saudara, dan rekan-rekan. Peranan dan
pengalaman beliau yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis
menemukan fakta-fakta mengenai kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih
fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan lebih dikhususkan
kepada instrumen musik gendang buatan beliau.
35
Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan
dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik
tradisional Pakpak, dalam hal ini Kucapi adalah salah satu instrumen musik
tradisional suku Pakpak dan juga akan membahas bagaimana pengalaman hidup
beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat di Kecamatan Kerajaan,
Kabupaten Pakpak Bharat mengenai bentuk instrumen musik tradisional Pakpak
yang dibuat oleh beliau yang sama sekali tidak ada perbedaan dengan yang
terdahulu, khususnya pada instrumen Kucapi Pakpak, bagaimana pendapat orang
mengenai dirinya, dan hal-hal lain.
2.8.3 Biografi Kami Capah
Biografi Kami Capah yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini,
mencakup aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan
sebagai pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tenggapan
masyarakat khususnya para seniman musik di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten
Pakpak Bharat mengenai keberadaan Kami Capah, khususnya mengenai Kucapi
buatan beliau tersebut.
2.8.3.1 Latar Belakang Keluarga
Kami capah lahir di desa Sukaramai, kecamatan Kerajaan, Kabupaten
Pakpak Bharat pada tanggal 23 November 1965, anak dari bapak A. capah dan ibu
S. br Limbong. Bapak Kami Capah lahir dari keluarga seniman, dimana ayah dari
beliau adalah seorang pemain Kucapi. Latar belakang keluarga yang akrab dengan
musik yang membuat bapak Kami Capah akrab dengan musik tradisional Pakpak.
Profesi keseharian ayah beliau yang membuat bapak Kami Capah merasa
tertarik untuk mencoba membuat alat musik sendiri. Awalnya kegiatan tersebut
36
tidak dihiraukan oleh orang tua beliau. Akan tetapi setelah melihat keseriusan
beliau, maka ayah beliau mulai mengajari beberapa teknik untuk membuat alat
musik tradisional Pakpak.
Bapak Kami Capah adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Masing-masing
adalah sebagai berikut :
1. Melak Hot Capah (perempuan)
2. Kami Capah ( laki-laki, pembuat kucapi)
3. Riris Capah (perempuan)
4. Hotma Capah (perempuan)
5. Santiaman Capah (perempuan)
6. Sahmin Frida Capah (perempuan)
7. Hilman Capah (laki-laki)
2.8.3.2 Latar Belakang Pendidikan
Bapak Kami Capah menginjakkan pendidikan SR (Sekolah Rakyat) pada
tahun 1963, dan hanya menjalani bangku sekolah sampai kelas 5 saja. Hal ini
disebabkan keterbatasan
biaya
dan kurangnya
motivasi untuk sekolah
dilingkungan tempat tinggalnya pada masa itu.
2.8.3.3 Berumah Tangga
Bapak Kami Capah menikah pada bulan desember 1984 dengan istrinya
Siti Mawan Hutasoit, dari pernikahan mereka lahirlah 4 orang anak, 2 orang putra
dan 2 orang putri, yaitu:
1. Sondang Tiurma Capah (anak sulung, perempuan)
2. Masrani Makin Jelita Capah (perempuan)
3. Andi Boy Capah (laki-laki)
37
4. Roy Bren Adi putra Capah (anak Bungsu, laki-laki)
Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai petani dan
sekaligus sebagai pembuat alat musik tradisional Pakpak khususnya Kucapi di
rumah beliau yang beralamat di desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten
Pakpak Bharat, Sumatera Utara.
2.8.3.4 Kami Capah Sebagai Pemusik Tradisonal Pakpak
Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Pakpak sudah dimiliki
oleh bapak Kami Capah sejak masa kanak-kanaknya, dikarenakan latar belakang
orang tua beliau yang merupakan seorang praktisi musik tradisional Pakpak di
desa Sukaramai, ayah beliau bapak A. Capah adalah seorang pemusik tradisional
Pakpak.
Sejak memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah, beliau memilih untuk
membantu orang tuanya bekerja di ladang sambil mengembangkan kemampuan
bermain musiknya. Banyak pekerjaan yang beliau lakoni selama proses belajarnya
yakni, buruh tani, kuli bangunan dan banyak hal lainnya.
Awal karir beliau sebagai pemusik profesional dimulai bersama temanteman satu kampungnya. Awalnya bapak Kami capah membentuk sebuah grup
band bersama Delleng lumut. Band ini beranggotakan Nikon Tumanggor (gitar),
Robinson M (drum), Jackson Capah (gitar), Waldemar Tinendung (keybord) dan
Kami Capah (bass). Band ini sendiri sudah mengeluarkan album yang bernama
delleng lumut pada tahun 1974 yang bergendre pop dan menghasilkan lagu-lagu
pop daerah Pakpak. Lagu-lagu yang dihasilkan oleh band ini kurang mendapat
tempat di hati penikmat musik pop daerah pada masa itu. Menurut bapak
Pandapotan Solin, hal ini terjadi karena konsumsi musik daripada masyarakat
38
Pakpak lebih kepada musik pop Toba, Karo ataupun Simalungun. Hal ini
diungkapkan oleh bapak Pandapotan, dikarnakan oleh kemampuan masyarakat
Pakpak dalam memahami bahasa dari etnis-etnis tadi. Kurangnya minat
masyarakat mengakibatkan hasil rekaman dari band ini tidak terjual habis.
Oleh karena alasan yang disebutkan diatas, pada awal tahun 80an, bapak
Kami Capah beserta rekan satu bandnya mencoba untuk beralih ke musik tradisi.
Hal ini disebabkan karena personil band ini menganggap tidak dapat hidup dari
gendre musik yang di jalani sebelumnya. keinginan daripada band ini langsung
terpenuhi dengan adanya Lomba Karya Cipta Lagu Pakpak yang diadakan oleh
Pemerintahan Kabupaten Dairi pada masa itu. Grup ini kemudian mendapat juara
I pada perlombaan itu dan mendapat mandat untuk mengikuti kegiatan budaya
yang di laksanakan oleh Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada masa itu.
Setelah mendapat juara dan menjadi utusan dari Kabupaten Dairi pada
masa itu, bapak Kami Capah dan rekan-rekannya menetapkan pendirian untuk
tetap bermain musik tradisi. Hal tersebut diatas menjadi awal karir musik tradisi
beliau. Banyak event yang sudah di ikuti oleh beliau seperti : Pekan Raya
Sumatera Utara (PRSU), Pesta Persatuan Marga Pakpak di Jakarta, Peresmian
Kabupaten Pakpak Bharat serta event-event yang diakan olek Pemerintahan
Kabupaten Pakpak Bharat sampai saat ini.
2.8.3.5 Kami Capah Sebagai Pembuat Kucapi
Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang
keluarga banyak mempengaruhi dan membuat bapak Kami Capah menjadi
seorang yang piawai dalam bermain musik tradisional Pakpak. Pengetahuan akan
musik tradisional yang dimiliki oleh beliau serta intensitas dalam memainkan alat
39
musik tradisional menjadikan beliau berpikir untuk membuat alat musik
tradisional. Alat musik yang awalnya dapat dibuat oleh bapak Kami Capah adalah
Lobat.
Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional masyarakat
Pakpak yakni Kucapi, diperoleh bapak Kami Capah semenjak beliau beralih untuk
memainkan musik tradisi. Kemampuan membuat alat musik tradisi yang pernah
beliau dapat dari orang tua kemudian di perdalam sendiri oleh beliau. Berawal dari
pengalaman dan tuntutan sebagai pemain musik tradisi,
maka beliau
memperdalam kemampuannya membuat instrumen kucapi Pakpak.
Pada awal karirnya sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau
adalah didasari kebutuhan pribadi dan kebutuhan dari teman-teman satu grupnya
yang juga sebagai pemusik tradisional pada masyarakat Pakpak. Alasan diatas
adalah faktor yang membuat beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut
seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan
ayahnya. Kucapi , lobat, dan kalondang adalah jenis instrumen musik tradisional
yang sering dibuat oleh bapak Kami Capah dan Kami Capah lebih memfokuskan
diri dalam pembuatan Kucapi. Dengan seringnya instrumen musik tradisional
buatan bapak Kami Capah tersebut ditampilkan di beberapa acara-acara
Kabupaten Pakpak Bharat, maka hal tersebut lambat laun mulai diketahui oleh
masyarakat di sekitar tempat tinggal beliau, dan banyak dari masyarakat tersebut
baik pemusik ataupun masyarakat biasa mulai meminta kepada bapak Kami
Capah untuk dibuatkan juga instrumen musik serupa. Dari hasil penjualan
instrumen tersebut membuat bapak Kami Capah tertarik untuk mulai menekuni
karirnya sebagai pembuat instrumen musik tradisional masyarakat Pakpak.
40
Hal ini dibenarkan oleh bapak Dayo Sinamo (pemain kucapi pakpak),
bapak Pandapotan Solin (pemusik tradisi Pakpak) dan bapak Glora Sinamo, yang
menyebutkan bahwa Kucapi buatan Bapak Kami Capah memiliki kualitas dan
suara yang bagus5. Bapak Glora Sinamo dalam sebuah wawancara dengan penulis
menyebutkan bahwa, kucapi buatan Kami Capah memiliki kualitas yang bagus.
Beliau menambahkan, bahwa Kami Capah dapat membuat ukuran kucapi yang
pas dengan si pemesan. Hal ini menurut beliau berbeda dengan beberapa pembuat
yang beliau kenal, karena pada umumnya ukuran kucapi bervariasi sesuai dengan
ukuran badan si pemain.
5
Hasil wawancara dengan narasumber pada tanggal 23 mei 2013
41
BAB III
KAJIAN ORGANOLOGIS KUCAPI PAKPAK
3.1. Perspektif Sejarah Kucapi Pakpak
Asal usul kucapi pada kebudayaan musikal Pakpak sampai saat ini
sepanjang pengetahuan penulis belum dapat dipastikan berasal dari mana, baik
penyebaran maupun proses penciptaannya. Namun, dari hasil penelitian di
lapangan serta hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa informan
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang asal-usul kucapi ini.
Menurut pengakuan informan yang penulis jumpai, asal-usul kucapi
umumnya adalah dalam bentuk sukut-sukuten (cerita rakyat) yang dapat
dikatagorikan keapada legenda.
3.1.1 Legenda Asal-usul Kucapi
Menurut hasil wawancara dengan bapak Dayo sinamo, memaparkan hal
yang sama tentang legenda asal-usul kucapi6. Menurut informan, Konon dahulu,
dinegeri Pakpak terdapatlah sebuah kerajaan termashur, yang dipimpin oleh Raja
bijaksana bernama “Sihaji” dengan isteri atau permasuri yang rupawan bernama
Bindohara. Raja (Sihaji) dikarunia tujuh puteri. Dari antara ketujuh puteri tersebut
terdapat anak yang paling disayanginya yakni si bungsu bernama Nantampuk
Emas. Perlakuan sang raja kepadanya berbeda dengan putri lain, kerna ia
ditempatkan ditempat tersendiri yakni Jerro Silendung Bulan. Ia bermain dan
bersendau gurau setiap hari ditempat itu, menyendiri sementara kakak-kakaknya
6
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013.
42
berada ditempat lain dilingkungan istana. Kebutuhannya serba berkecukupan,
tidak kurang sesuatu apapun. Hal ini seringkali membuat puteri lainnya cemburu.
.
Sementara itu, ditempat lain terdapat pula kerajaan lain, yang masih
memilki hubungan dengan Sihaji. Rajanya mempunyai putera tunggal. Pada suatu
ketika, saat nantampuk emas beranjak dewasa, sebagaimana biasanya perempuan
dilingkungan Pakpak, ketujuh puterinya diperintahkan melakukan kikir gigi atau
dalam adat pakpak disebut “merlentik”. Agar terlihat lebih cantik sehingga dilirik
oleh pangeran-pangeran atau lelaki baik dari negeri sendiri mapun dari negeri lain.
Untuk itu ketujuh puteri diwajibkan mempersiapkan alat khususnya “kayu baja”,
yang nantinya akan dibakar dimana minyaknya akan dioleskan keseluruh gigi.
Diantara ketujuh puteri itu tidak ketinggalan tentunya bagi Natampuk Emas
diberikan perintah lebih khusus yakni diharuskan menemukan kayu “baja
tonggal7” yang disadari sangat sulit memperolehnya. Lalu ketujuh puteri Raja
berangkatlah kehutan, mencari kayu baja. Keenam puteri lainnya, lebih mudah
mendapatkan barang yang dicari sehingga lebih dahulu pulang ke istana.
Sementara Nantampuk Emas, harus memasuki hutan sampai tujuh lapis dan ia
berjalan terus selama tujuh hari tujuh malam.
Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan Raja Kerajaan tetangga
memerintakan pula putera tunggalnya agar berangkat ke Kerajaan yang dipimpin
Si haji pamannya untuk meminang salah satu puterinya untuk dijadikan
permasuiri. Untuk bisa mencapai daerah Kerajaan Si Haji, dia harus melalui hutan
“rambah keddep”.Ditengah perjalanan terdapat sebuah gua yang sangat dalam dan
konon dihuni olah mahluk halus, angker dan jarang orang mau melewati daerah
7
Baja tonngal adalah kayu baja yang memiliki batang yang lurus dan tidak memiliki cabang.
43
tersebut. Karena menurut kepercayaan tidak seorangpun yang dapat lolos atau
mampu melewati gua, karena setiap yang lewat akan lenyap ditelan gua. Ketika
sang Pangeran mendekati lokasi gua, secara tiba-tiba terdengarlah suara gemuruh
yang sangat memekakkan telinga. Suara gemuruh itu demikian menyeramkan,
sehingga bulu roma sang pangeran berdiri. Ia merinding, ketakutan dan dalam
hatinya bertanya apa gerangan yang akan terjadi. Dikecam rasa takut seperti itu
melahirkan keinginan untuk memperoleh perlindungan yang tidak mungkin
diperolehnya, karena ia sadar bahwa ia tidak memilki siapapun ditengah hutan
belantara itu. Suara gemuruh itu seakan mendekat kearahnya sehingga menambah
rasa takutnya. Tetapi keinginan untuk meminang puteri raja mendorongnya untuk
meneruskan perjalanan. Secara tiba-tiba terdengar suara dari arah gua ditujukan
kepada sang pangeran, “Kamu hendak Kemana?” Apakah kamu datang untuk
mengotori tempat ini?, Apakah kamu tidak tahu bahwa tempat ini adalah
kawasan terlarang?” Sang pangeran semakin gemetar, meski demikian ia
mencoba memberanikan diri, dengan rendah hati dan ketulusan yang dimilkinya ia
membantah “Tidak..!”. Lalu kemudian ia menceritakan maksud dan tujuannya
melalui kawasan itu. Mendengar jawabannya, sang penghuni gua kemudian
memberikan kesempatan kepadanya untuk lewat tetapi dengan satu syarat bahwa
ia akan menjelma menjadi seekor kera atau monyet dan diberi nama Sitagandera.
“Pikiranmu memang pikiran manusia, tetapi wujudmu akan berupa kera”, kata
sang penghuni gua. Sang pangeran termenung sejenak, ia ragu untuk bisa
menerima syarat itu. Sebab dalam pikirannya, mana mungkin Sihaji akan
menerimanya apalagi akan melamar puterinya jika ia berwujud kera. Meski
demikian ia mencoba menenangkan diri, tekadnya yang kuat untuk melamar
44
impalnya putri Si Haji serta pesan oarngtuanya yang mengharuskan berjumpa
dengan sang putri kemudian menguatkan hatinya. Lalu dengan berat hati ia
bersedia memenuhi permintaan sang penghuni gua. Dan iapun dibiarkan lewat.
Ditengah perjalanan kemudian tampak olehnya seorang gadis yang tengah
kebingungan dan menangis terisak yang tidak lain adalah Nantampuk Emas. Ia
mencoba mendekati dan menghampirinya, dan ketika Nantampuk Emas berpaling
dan melihatnya timbullah rasa takutnya.. Melihat itu Tagandera mengurungkan
niatnya, ia menatap dari jarak yang agak jauh. Ia menyadari dan memahami rasa
takut Nantampuk Emas, dikarenakan wujudnya. Ia mencoba mengamati wajah
sang putri, dan mengagumi kecantikannya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah
gadis ini yang hendak ditemuinya. Secara tiba-tiba ia mendekat dan menangkap
tangan sang putri dan seketika membawanya keatas pohon Peldang Sipitu. Ia
meletakkan siputeri diatas pohon, dan kemudian mencari sesuatu yang dapat
dimakan oleh sang puteri. Secara perlahan sang putri kehilangan rasa takut, dan
kemudian perlahan pula mulai menjalin keakraban dengan Tagandera. Mereka
tidak sadar, bahwa selama sekian lama mereka bersendau gurau diatas pohon, dan
Tagandera selalu bertugas mencari makanan. Tujuh bulan lamanya mereka hidup
bersama dihutan itu, dan hal itu melahirkan rasa saling mengasihi diantara mereka.
Nantampuk Emas tidak lagi menghiraukan wujud si Tagandera, dalam hatinya
mulai tumbuh rasa sayang. Manakala Tagandera pergi mencari makanan, dalam
hati Nantampuk Emas tiba pada satu keyakinan, bahwa Tagandera merupakan
jodohnya. Ia mengesampingkan keberadaanya sebagai puteri Raja, sementara
Tagandera berwujud Kera. Dia berjanji dalam hatinya akan membawa Tangandera
ke Jerro Silendung bulan.
45
Sejak itu dari atas pohon ia bernangen untuk memberi peddah atau
nasehat kepada Tagandera. Ia mengingatkan Tagandera, agar apabila kelak ia
membawanya ke Jerro Silendung Bulan dimintakan agar tunduk kepada adat
manusia. Ia harus mengenakan kain sarung atau celana, berjalan dengan
menggunakan kaki atau berdiri dan tidak melompat-lompat, memakan makanan
dengan sopan, harus selalu mandi dan tidur pada waktunya. Banyak lagi nasehat
yang disampaikannya untuk dipatuhi Tagandera, dan diiyakan untuk dipatuhi
Tagandera. Sekain lama sesudahnya, mereka seia sekata dan membangun
“bulaban” (perjanjian atau komitmen), barang siapa diantaranya yang ingkar
terhadap perjanjiannya akan mendapatkan bala. Lalu mereka sepakat turun dari
pohon Peldang Sipitu, pulang menuju istana Si Haji dan Jerro Silendungbulan.
Setiba di depan istana, kakak-kakaknya menatap dari kejauhan dan melihat
adiknya Nantampuk Emas bergandengan tangan dengan seekor kera. Mereka
terkejut dan segera melaporkan hal itu kepada Raja. Mereka memprotes perilaku
Nantampuk Emas karena bersahabat dengan hewan. Sementara itu, Nantampuk
Emas tidak mengacuhkannya dan menceritakan apa yang menjadi komitmen
mereka kepada sang Raja. Meskpiun keenam kakaknya mencibir dan
mengejeknya. Sang Raja bisa memaklumi permintaan Nantampuk Emas, dan
membiarkan Tagandera tinggal didalam istana.
Keenam kakaknya kemudian berembuk dan merencanakan tindakan untuk
membunuh Tagandera. Pada waktu yang sudah disepakati, kemudian keenam
kakaknya memberikan perintah kepada nantampuk Emas agar pergi ke sungai
untuk mencuci kain putih yang sudah di hitamkan menggunakan kotoran kuali
46
serta mengisi wadah air yang terbuat dari bambu. Karena tidak menaruh curiga,
Nantampuk Emas pun pergi melaksanakan perintah kakak-kakaknya.
Setelah merasa cukup jauh dari istana, ke enam kakak dari Nantampuk
mas pun menyuruh anjing peliharaan mereka untuk menyerang Tagandera. Tanpa
ampun tagandera dicakar dan diterkam oleh anjing suruhan dari kakak-kakaknya
tadi. Tagandera pun mati dengan luka cabikan di seluruh tubuhnya dan keenam
kakaknya menaruh si Tagandera di kandang ayam yang berada di belakang istana.
Sesampainya di sungai, Nantampuk mas mulai mencuci kain yang sudah
diberikan oleh kakaknya. Namun kain tersebut tetap berwarna hitam dan sangat
sulit untuk di bersihkan. Karena tidak ingin mengecewakan kakak-kakaknya,
Nantampuk mas berusaha beberapa kali untuk mencuci kain tadi. Nan tampuk
Mas pun mulai merasa tidak tenang dan merasa curiga. Kemudian dia mencoba
untuk mengisi wadah bamboo tadi dengan air, namun wadah tersebut tidak
kunjung terisi penuh. Nantampuk Mas semakin curiga dan mulai memeriksa
wadah tadi dan mendapati bagian bawah dari wadah tersebut sudah di bocori.
Dengan hati gelisah, Nantampuk Mas pun pulang menuju istana dengan
pikiran yang tertuju kepada Tagandera suaminya. Sesampainya di istana Nan
tampuk mas langsung pergi menuju Jerro Silendung Bulan. Nantampuk Mas
sangat terkejut ketika mendapati Tagandera tidak berada di Jerro Silendung Bulan.
Dengan perasaan yang gundah dan tergesa-gesa Nantampuk Mas berlari menuju
kakak-kakaknya untuk mencari tau keberadaan si Tagandera. Nantampuk Mas
bertanya kepada kakak-kakaknya keberadaan suaminya dan kakaknya menjawab,
“kami tidak tahu kemana suamimu pergi, tapi coba lihat ke kandang ayam yang
ada di belakang. Tadi ada suara rebut anjing diasana!”. Segera setelah mendengar
47
jawaban kakaknya Nantampuk mas pergi menuju tempat yang sudah disebutkan
oleh kakaknya. Alangkah terkejutnya Nantampuk Mas mendapti Tagandera
suaminya telah meninggal dengan luka yang sangat parah.
Nantampuk Mas menangis dan memeluk mayat Tagandera suaminya
kemudian membersihkan lukanya. Nantampuk mas pun membawa si Tagandera
menuju Jerro Silendung Bulan dan kemudian menangisinya disana selama tujuh
hari lamanya. Walaupun sudah tujuh hari di letakkan di Jerro Silendung Bulan,
mayat Tagandera tidak mengeluarkan bau bahkan tetap wangi. Pada hari ketujuh,
tubuh dari si Tagandera bergerak dan hidup kembali. Hal pertama yang diucapkan
oleh Tagandera setelah hidup kembali adalah meminta untuk dimandikan.
Nantampuk Mas sangat terkejut melihat hal itu dan dia pun segera memandikan
tubuh si Tagandera.
Setelah Tagandera dimandikan oleh Nantampuk Mas, Tagandera berubah
wujud menjadi manusia dengan paras yang tampan dan sudah dapat
berkomunikasi layaknya manusia biasa. Kemudian Nantampuk Mas membawa
Tagandera menghadap kepada ayahnya. Tagandera pun menceritakan kepada raja
bahwa dia adalah anak dari saudari raja yang berada di kerajaan lain dan disuruh
oleh ibunya untuk menemui raja Si haji untuk meminang salah satu putrinya. Sang
raja pun menyetujui keinginan Tagandera dan merestui jika Tagandera ingin
mempersunting Nantampuk Mas.
Karena melihat paras Tagandera yang tampan dan mengetahui bahwa dia
adalah anak dari namboru mereka, keenam kakak dari Nantampuk mas pun protes.
Mereka iri terhadap Nantampuk Mas dan berkata kepada ayahnya “jika Tagandera
adalah anak dari saudara ayah dari kerajaan seberang, kenapa harus Nantampuk
48
Mas yang jadi istrinya?”. Mereka memprotes keputusan dari sang raja. Akan
tetapi, mengingat kegigihan dan ketulusan dari Nantampuk mas untuk merawat
Tagandera, maka sang raja pun mengambil kebijakan dan mengadakan pesta besar
di kerajaannya. Untuk menghormati keenam putrinya yang lain maka, raja
memotong 7 kerbau sebagai lambang untuk ketujuh putrinya. Berdarsarkan cerita
diatas, dipercayai oleh masyarakat Pakpak adalah asal usul dari Kucapi Pakpak.
Patung wanita yang terdapat pada kepala kucapi melambangkan nantampuk mas,
kepala monyet di ekor kecapi melambangkan Tagandera dan lagu-lagu yang
dimainkan pada kucapi merrupakan nasehat-nasehat yang di sampaikan oleh
Nantampuk Mas kepada si Tagandera.
3.2. Klasifikasi Kucapi Pakpak
Dalam mengklasifikasikan instrumen kucapi, penulis mengacu pada teori
yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu:
”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama
bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat
bagian yaitu:
Idiofon,(penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri),
Aerofon, (penggetar utama bunyinya adalah udara), Membranofon, (penggetar
utama bunyinya adalah kulit atau membran), Kordofon, (penggetar utama
bunyinya adalah senar atau dawai).
Mengacu pada teori tersebut, maka kucapi diklasifikasikan sebagai alat
musik kelompok kordofon karena materi getar penghasil bunyinya berasal dari
senar. Sesuai dengan bentuknya kulcapi merupakan alat music lutes yang
memiliki leher (neck) dan posisi dawainya sejajar dengan kotak resonatornya
49
dengan sub klasifikasi kucapi dikategorikan sebagai two-strenged fretted-necked
lute.
3.3. Konstruksi Bagian Yang Terdapat Pada Kucapi Pakpak
Untuk membahas bagian konstruksi dari kucapi ini, penulis mengacu pada
Kucapi buatan Bapak Kami Capah.
Instrumen Kucapi ini memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi
masing-masing, antara lain :

Kepala (Takal) adalah bagian kepala dari kucapi ini adalah tempat
dimana setelan akan dibuat. Bagian kepala ini juga merupakan tempat
dari ornamentasi dari kucapi itu sendiri yang berupa patung seorang
wanita yang pada kebudayaan masyarakat Pakpak bernama Nantampuk
Mas.

Leher (Kerahung), adalah bagian badan dari kucapi yang terletak di
bawah kepala kucapi, dimana pada bagian ini terdapat kruis.

Perut (Beltek), merupakan bagian yang berada di bawah leher kucapi
yang merupakan bagian tutup lobang resonator dan pada bagian ini
terdapat bagian pengait senar (boncit).

Lubang resonator, bagian dari kucapi ini merupakan lubang yang
terdapat pada bagian bawah kucapi yang berfungsi sebagai pengeras
suara yang dihasilkan oleh kucapi.

Ekor (Ekur), merupakan bagian yang terletak pada bagian bawah
kucapi dimana pada bagian ini terdapat ukiran dari kepala monyet yang
pada kepercayaan masyarakat Pakpak adalah seekor monyet jadi-jadian
yang bernama Tagandera.
50
Gambar 2 : bagian-bagian yang terdapat pada kucapi (Dokumentasi Batoan L
Sihotang).
51
Keterangan :
1. Ukuran bagian kepala
: 15 cm.
2. Ukuran bagian wadah setelan
: 6 cm.
3. Ukuran bagian kupingan
: 9 cm.
4. Ukuran bagian kruis
: 2 cm.
5. Ukuran bagian leher
: 32 cm.
6. Ukuran bagian perut
: 20 cm.
7. Ukuran bagian pusar
: 3,4 cm.
8. Ukuran bagian ekor
: 18 cm.
9. Ukuran keseluruhan kucapi
: 91 cm.
3.4. Ukuran Bagian-Bagian Kucapi Pakpak
Ukuran dan bagian-bagian sarune yang penulis paparkan berikut ini adalah
sesuai dengan ukuran kucapi buatan bapak Kami Capah, yang terbuat dari badan
kucapi itu sendiri maupun dibuat secara terpisah. Dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
3.4.1 Ukuran Bagian Kepala (Takal)
Bagian Kepala atau yang pada kebudayaan Pakpak disebut takal ini
memiliki ukuran sepertiga dari kucapi keselurhan, pada bagian kepala ini juga
terdapat bagian untuk meletakkan setelan (kupingan) yang berfungsi sebagai
tempat melekatkan senar serta berfungsi untuk menyetem suara dari kucapi itu
sendiri.
Berikut ini adalah ukuran dari pada kepala kucapi buatan bapak Kami
Capah, antara lain :

Panjang patung
: 15 cm.
52

Panjang tempat meletakkan setelan
: 6 cm.

Lebar tempat meletakkan setelan
: 5 cm.

Panjang setelan
: 7 cm.

Lebar bagian ujung setelan
: 2 cm.
Gambar 4 : Gambar ukuran bagian kepala kucapi (Dokumentasi Batoan L
Sihotang)
3.4.2 Ukuran Bagian Leher (Kerahung)
B agian leher (Kerahung) adalah bagian badan kucapi dimana pada bagian
ini terdapat kruis-kruis atau pada gitar disebut fret yang berfugsi sebagai tempat
untuk menghasilkan nada-nada pada kucapi tersebut. Berikut ini adalah ukuran
bagian-bagian leher yang terdapat pada kucapi buatan bapak Kami Capah, antara
lain :

Panjang
: 32 cm.
53

Panjang ruas kruis I

Panjang ruas kruis II : 3 cm.

Panjang ruas kruis III : 3 cm.
: 3 cm.
Gambar 5 : gambar ukuran bagian kerahung (Dokumentasi penulis)
4.3.3 Ukuran Bagian Perut (Beltek)
Bagian perut (Beltek) adalah bagian kucapi yang berada pada tengahtengah dari keseluruhan bagian kucapi tersebut. Pada bagian perut ini terdapat
pusar (Boncit), yang berfungsi sebagai tempat untuk mengaitkan senar. Berikut ini
adalah ukuran bagian-bagian yang terdapat pada bagian perut yang terdapat pada
kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

Panjang perut : 20 cm.

Lebar perut

Panjang boncit : 3,4 cm.
: 9,5 cm.
54

Lebar boncit : 3 cm.

Tinggi boncit : 2 cm.
Gambar 6 : Gambar ukuran bagian perut kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Gambar 7 : Ukuran bagian pusar (boncit) kucapi (Dokumentasi Batoan L
Sihotang).
55
3.4.4 Ukuran Bagian Lobang Resonator
Lobang resonator adalah bagian yang terdapat pada bagian bawah kucapi,
berbentuk trapesium dan berfungsi sebagai pengeras suara yang dihailkan oleh
kucapi tersebut. Jika pada instrumen serupa yang terdapat pada kebudayaan suku
lain seperti Hasapi pada masyarakat Batak Toba, lubang ini memiliki fungsi
sebagai penghasil warna bunyi untuk kebutuhan tertentu. Tidak demikian halnya
pada kucapi ini, lubang resonator ini memiliki fungsi untuk memperkuat suara
yang dihasilkan oleh kucapi tersebut. Berikut ini adalah ukuran dari lubang
resonator pada kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

Panjang lubang
: 13 cm.

Lebar lubang
: 4,1 cm.
Gambar 8 : Gambar ukuran lubang resonator (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.4.5 Ukuran Bagian Ekor (Ekur)
Bagian ekor (Ekur) ini dalah bagian paling bawah yang terdapat pada
kucapi ini. Pada bagoan ini terdapat ukiran kepala monyet yang bernama
Tagandera sperti yang sudah dijelaskan pada sub judul sebelumnya. Berikut ini
56
adalah ukuran bagian ekor yang terdapat pada kucapi buatan bapak Kami Capah,
antara lain :

Panjang ekor

Ukuran kepal monyet : 3 cm.
: 18 cm.
Gambar 9 : Gambar ukuran bagian ekor kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.5 Bahan Baku Yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kucapi bapak Kami capah
ini adalah bahan-bahan yang terdapat didaerah lingkungan tempat tinggal beliau.
Walaupun demikian, bebrapa dari bahan baku dalam pembuatan kucapi ini sulit
didapatkan. Hal ini menurut beliau dikarnakan banyaknya wilayah hutan yang
dijadikan sebagai lahan perkebununan.
Berikut ini penulis akan menjelaskan mengenai bahan-bahan dalam
pembuatan kucapi buatan bapak Kami Capah serta fungsi masing-masing dari
bahan tersebut.
3.5.1 Kayu Pohon Ngeccih (Shizopheae sperrum)
Bahan baku utama yang dibutuhkan dalam pembuatan kucapi Pakpak
buatan bapak Kami capah ini adalah kayu yang berasal dari pohon ngeccih
57
(Shizopheae sperrum). Hampir seluruh bagian dari kucapi ini berasal dari pohon
tersebut, hanya bagian kupingan yang terbuat dari bahan lain. Kayu ini adalah
kayu alternatif pengganti kayu yang biasa digunakan dalam pembuatan kucapi ini.
Awalnya, bahan baku yang digunakan berasal dari pohon Purbari. Alasan utama
kenapa kayu ini digunakan menurut bapak Kami Capah adalah selain sulitnya
menemukan kayu yang biasa digunakan adalah karena kayu ngeccih ini memiliki
serat yang padat dan mudah dibentuk. Walaupun demikian, menurut bapak kami
capah adalah hal yang sulit untuk menemukan kayu ngeccih yang tepat untuk
pembuatan kucapi ini. Menurut bapak Kami Capah, alasan kenapa sulit
mendapatkan kayu ngeccih yang tepat adalah karena kayu ini memiliki banyak
unok8. Jika kayu yang diambil memiliki unok, menurut penuturnan beliau akan
sangat sulit mengerjakannya. Hal ini dikarnakan bagian unok ini akan membuat
kayu sulit untuk di tipiskan.
Menurut bapak Kami Capah, kayu yang digunakan harus berasal dari
pohon yang sudah berumur tua, karena kayu yang berumur tua biasanya memiliki
pohon yang besar serta kuat dan mudah dibentuk shingga hasil badan kucapi yang
akan dibuat akan bersuara lebih nyaring, kuat dan tahan lama. Pemilihan pohon
dilakukan didaerah hutan yang berada di dekat ladang persawahan bapak Kami
Capah yang berada di desa Suka ramai. Pohon yang didapat biasnaya dibuat
menjadi balok kayu yang berukuran 10 cm x 10 cm dan panjang dari balok
tersebut adalah 90 cm.
8
Unok adalah calon batang baru yang terdapat pada batang pohon. Berbentuk lingkatan serta agak
menonjol. Hasil wawancara dengan bapak Kami Capah pada tanggal 23 juli 2013.
58
Gambar 10 : Kayu Pohon Nggeccih (Dokumentasi Batoan L Sihotang).
3.5.2 Kayu Damar laut
Kayu dammar laut adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat
kupingan dari kucapi buatan bapak Kami Capah. Kayu ini dipilih karena kayu ini
memilik tekstur yang lebih kuat dibandingkan dengan kayu ngeccih, sehingga
kayu ini dapat dibentuk menjadi bagian yang kecil. Alasan lainnya kenapa kayu
ini dipilih adalah karena kayu ini memiliki serat yang banyak dan kuat sehingga
dapat di buat belahan kecil sebagai tempat melekatkan senar. Kayu yang
digunakan biasnya berasal dari sisa-sisa kayu pertukangan ataupun dari kayu
pembakaran yang digunakan sehari-hari, serta memiliki tekstur yang sangat
kering.
Gambar 11 : Kayu Damar Laut (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
59
3.5.3 Tali Pancing (Nilon)
Bahan berikutnya yang diperlukan dalam pembuatan kucapi ini adalah
nilon (tali pancing). Bahan ini digunakan sebagai bahan pengganti senar yang
biasa pada kucapi. Awalnya bahan yang digunakan sebagai senar pada kucapi ini
adalah riman. Saat ini, bahan ini sudah susah didapatkan sehingga bahan ini
diganti dengan nilon. Menurut bapak Kami Capah dan Dayo Sinamo, alasan
penggunaan nilon ini adalah karena suara yang dihasilkan sangat mirip. Nilon
yang digunakan adalah nilon yang mudah didapatkan pada tempat penjualan alatalat pancing. Nilon yang digunakan adalah nilon yang berasal dari tali pancing
yang berukuran sedang.
Gambar 12 : Nilon (Senar), (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.5.4 Filter Rokok
Bahan terakhir yang diperlukan adalah filter rokok. Bahan ini biasanya
digunakan oleh bapak kami Capah sebagai bahan tambahan untuk melekatkan
senar pada bagian pusar (boncit). Bahan ini biasanya didapatkan dari sisa rokok
yang dihisap oleh beliau.
60
Gambar 13 : Filter rokok (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6 Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kucapi ini adalah alat-alat
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bapak Kami Capah. Alat-alat yang
digunakan tergolong sederhana dan membutuhkan tenaga manusia dalam
menggunakannya. Berikut adalah alat-alat yang digunakan oleh bapak Kami
Capah dalam pembuatan kucapi tersebut.
3.6.1 Parang
Parang yang digunakan adalah jenis parang yang digunakan dalam
kehidupan seharai-hari, yaitu parang yang berukuran besara dan bergagang kayu.
Fungsi dari parang ini adalah untuk memotong kayu, membentuk balok kayu
menjadi bentuk kasar kucapi dan mengikis permukaan kucapi.
Gambar 14 : Parang (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
61
3.6.2 Ketam Listrik
Ketam listrik ini digunakan pada tahap awal saja, yakni untuk menipiskan
balok kayu yang sudah tersedia sehingga mendapatkan ukuran yang diinginkan.
Ketam listrik ini adalah alat pertukangan yang dimiliki oleh bapak Kami Capah
semasa berprofesi sebagai tukang bangunan.
Gambar 15 : Ketam listrik (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6.3 Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong bagian penutup perut serta
membentuk bagian-bagian yang menurut bapak Kami Capah diperlukan alat ini.
Gambar 16 : Gergaji (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
62
3.6.4 Pahat
Pahat adalah alat yang digunakan oleh bapak Kami Capah membuat
lobang yang terdapat pada bagian perut kucapi. Pahat juga digunakan untuk
membuat lubang resonator yang berada di bawah perut kucapi.
Gambar 17 : Pahat (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6.5 Palu-palu
palu-palu adalah sejenis alat pukul yang terbuat dari potongan kayu,
berukuran segenggaman tangan dan memiliki panjang tiga kali genggaman
tangan. Palu-palu ini digunakan dalam proses pelobangan bagian perut kucapi
dengan cara menokok pahat dalam proses melobangi bagian perut kucapi.
Gambar 18 : Palu-palu (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
63
3.6.6 Penggaris
Penggaris yang dimaksud adalah penggaris yang terbuat dari besi,
penggaris seperti ini biasanya digunakan oleh tukang bangungan. Pada proses
pembuatan kucapi ini, penggaris digunakan pada saat pembuatan pola pada balok
kayu yang sudah tersedia.
Gambar 19 : Penggaris (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6.7 Ohor-ohor
Ohor-ohor adalah sejenis alat yang terbuat dari besi ulir berukuran kecil.
Alat ini digunakan untuk membuat lobang pada bagian kepala, perut, dan boncit
kucapi. Alat ini digunakan dengan cara memanaskan alati ini dengan cara
membakar, lalu menekan alat ini ke sisi yang dimaksud.
Gambar 20 : Ohor-ohor (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
64
3.6.8 Karet Ban
Karet ban ini adalah alat yang digunakan untuk menekan bagian tutup
perut kucapi pada saat proses pengeleman. Karet ban ini biasanya didapatkan dari
ban bekas sepeda ataupun sepeda motor.
Gambar 21 : Karet ban (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6.8 Pensil
Pensil yang digunakan dalam pembuatan alat musik ini adalah pensil yang
biasa digunakan dalam pekerjaan pertukangan ataupun pensil sejenis. Pensil ini
digunakan untuk menggambar pola dasar pada bahan kayu balok yang telah
tersedia.
Gambar 22 : Pensil (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
65
3.6.9 Cutter
Cutter adalah sejenis pisau tipis yang biasanya digunakan untuk memotong
kertas dalam pembuatan suatu pola. Pada proses pembuatan alat musik ini, cutter
digunakan untuk membuat ukiran, menipiskan bagian tertentu serta membuat
patung.
Gambar 23 : Cutter (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6.10 Lem
Lem adalah alat yang digunakan sebagai alat perekat bagian penutup perut
dengan bagian perut. Bagian perut yang telah dilobangi sebelumnya ditutup
dengan kayu yang sudah dibuat sebelumnya dan diikat dengan karet ban sampai
batas waktu yang dirasa sudah cukup.
Gambar 24 : Lem (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
66
3.6.10 Batu Gosok
Batu gosok adalah batu yang digunakan untuk mengasah pisau ataupun
parang. Alat ini digunakan oleh bapak Kami Capah dalam mengasah parang pada
saat pengerjaan kucapi tersebut. Parang akan diasah ketika dirasa sudah mulai
tumpul dan memperlambat proses pengerjaan alat musik ini.
Gambar 25 : Batu gosok (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.6.11 Kayu Bakar dan Perapian
Kayu bakar yang digunakan oleh bapak Kami Capah adalah kayu bakar
yang biasa diambil dari hutan sekitar ladang beliau. kayu bakar ini adalah kayu
bakar yang biasa digunakan oleh keluarga beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Kayu bakar tersebut adalah bahan untuk membuat api yang digunakan bapak
Kami Capah dalam memanaskan ohor-ohor dalam proses pembuatan lubang pada
kupingan, lubang senar serta lobang pada boncit.
Gambar 26 : Kayu bakar dan perapian (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
67
3.6.12 Kertas Pasir
Kertas pasir adalah alat yang fungsinya adalah untuk menghaluskan
permukaan benda kasar seperti kayu, besi dan bahan kasar lainnya. Pada tahapan
pembuatan kucapi buatan bapak Kami Capah ini, kertas pasir memiliki peran pada
tahap penyelesaian alat musik tersebut. Kertas pasir digunakan untuk
menghaluskan bagian badan kucapi. proses menghaluskan badan kucapi ini
dilakukan agar mendapatkan tampilan yang lebih menarik saat dilihat.
Gambar 27 : kertas pasir (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7 Proses Pembuatan Kucapi
Proses pembuatan kucapi memiliki tahapan-tahapan yang harus diikuti
untk mencapai hasil pembuatan yang maksimal dan sesuai dengan keinginan.
Proses pembuatan kucapi yang penulis uraikan berikut ini adalah proses
pembuatan kucapi oleh bapak Kami Capah. Pada pembuatannya, bapak Kami
Capah melewati lima tahap dalam pengerjaan kucapi ini. Tahap-tahap yang
dimaksud adalah tahapan pengerjaan sesuai dengan tahapan yang dilaksanakan
oleh beliau dalam pengerjaan kucapi buatannya. Untuk lebih jelas dapat kita lihat
dalam tabel berikut ini.
68
Tabel 3
Tahapan Pengerjaan Dalam Pembuatan Kucapi
NO
TAHAPAN
PENGERJAAN
BAGIAN PENGERJAAN
1
Tahap I





Pemilihan pohon
Pembentukan balok kayu
Penggambaran pola dasar
Pembuatan lubang perut
Pengerjaan penutup bagian perut kucapi
2
Tahap II



Membuat bentuk kasar kucapi
Membuat tempat kupingan
Menutup lubang perut kucapi
3
Tahap III




Memperhalus bentuk kasar kucapi
Membuat lubang kupingan
Membuat lobang senar
Membuat lobang resonator
4
Tahap IV




Membuat ornamentasi
Pembuatan kruis
Pemasangan senar
Penyelesaian
Keterangan : Tahapan yang tertera pada tabel diatas merupakan tahapan
pembuatan kucapi yang dilakukan oleh bapak Kami Capah.
3.7.1 Tahap I
3.7.1.1 Pemilihan Pohon
Pemilihan pohon untuk tujuan pembuatan kucapi yang dilakukan oleh
bapak Kami Capah adalah tahapan yang paling membutuhkan waktu lama. Hal ini
dibenarkan oleh bapak Kami Capah pada wawancara yang penulis lakukan dengan
pernyataan :
Pemilihan kayu yang tepat membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Sering kali pengerjaan sebuah kucapi berhenti ketika menemukan bagian
69
unok. Apalagi bagian unok tersebut terdapat pada bagian perut, leher
bagian atas (bagian leher kucapi yang berdekatan dengan kepala kucapi)
dan bagian penutup kucapi. Selain itu, pohon yang dibutuhkan harus
berukuran besar sehingga mudah dibentuk. Alasan ini yang membuat
proses pembuatan suatu kucapi membutuhkan waktu yang lama.
Setelah batang pohon yang dimaksud telah ditemukan, maka hal
selanjutnya yang dilaksanakan adalah menebang pohon yang telah dipilih tersebut.
Pada proses penebangan ini, bapak Kami Capah tidak melakukan ritual khusus
seperti memilih hari, tanggal dan bulan ataupun mengucapkan mantra-mantra.
Ukuran batang pohon adalah hal terpenting dalam tahap pemilihan pohon
ini. Ukuran batang yang ideal untuk pembuatan satu kucapi adalah batang yang
meiliki diameter 60 cm. Hal ini dimaksudkan agar bagian batang yang memiliki
kualitas bagus yang menjadi bahan dasar pembuat kucapi. Menurut penuturan
bapak Kami capah, alasan kenapa batang yang dibutuhkan harus berdiameter
besara adalah karena jenis pohon yang dibutuhkan memiliki banyak calon batang
(unok) yang menyulitkan proses pembuatan kucapi. Selain itu, batang berdiameter
besar memungkinkan untuk membuat lebih dari satu kucapi sehingga dapat
menghemat penebangan pohon.
Berdasarakan alasan yang sudah dipaparkan tersebut diatas, maka pohon
yang dibutuhkan adalah pohon yang berusia tua dan berumur kira-kira 5 sampai
10 tahun. Pohon pada umur seperti ini akan menghasilkan kayu yang kuat serta
produksi suara yang bagus. Menurut bapak Kami Capah, pemilihan pohon ini
adalah salah satu hal paling penting dalam terciptanya satu kucapi yang memiliki
kualitas suara yang baik.
70
3.7.1.2 Pembentukan Balok Kayu
Tahapan berikutnya dalam pengerjaan kucapi ini adalah pembentukan
balok kayu yang berfungsi sebagai bahan dasar pembuat kucapi. Balok kayu yang
dimaksud adalah balok kayu yang berasal dari batang pohon yang sudah ditebang.
Batang pohon tersebut awalnya dibuang bagian kulit luar dan diutamakan untuk
membuat balok kayu berukuran panjang 90 cm, lebar 10 dan tinggi 10 cm dalam
bentuk kasar.
Setelah tahapan ini selesai dilaksanakan, maka hal selanjutnya adalah
memperkecil ukuran volume balok kayu yang sudah dikerjakan sebelumnya.
Proses ini dimaksudkan agar mendapatkan gambaran dari besar dari perut kucapi
yang menjadi ukuran terbesar dari bagian-bagian lainnya. Hal ini juga bertujuan
agar besar kucapi dapat disesuaikan.
Gambar 28 : Balok Kayu (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
71
Gambar 29 : Penipisan balok kayu menggunakan ketam listrik (Dokumentasi
Batoan L Sihotang).
3.7.1.3 Penggambaran Pola Dasar
Penggambaran pola dasar adalah tahapan berikut yang terdapat pada tahap
I ini. Pola yang dimaksud adalah berupa gambar gari yang dibentuk menyerupai
dasar lekukan kucapi. Tujuan dari penggambaran ini menurut bapak Kami Capah
bertujuan agar pada saat pembentukan bentuk kasar kucapi memiliki gambaran
sehingga resiko kesalahan lebih dapat diminimalkan.
Gambar 30 : Penggambaran pola dasar (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7.1.4 Pembuatan Lobang Perut
Setelah pola selesai dibuat, pembuatan lubang pada bagian perut kucapi
adalah tahapan selanjutnya dalam Proses pembuatan kucapi oleh bapak Kami
Capah. Pembuatan lubang ini dilakukan dengan mengkorek bagian perut kucapi
menggunakan pahat. Proses ini dilakukan dengan memahat bagian perut
menggunakan pahat yang dilakukan dengan cara memasukkan bagian mata pahat
kedalam balok kayu dengan memukul menggunakan pali-palu. Proses ini harus
dilakukan dengan hati-hati, hal ini dikarenakan bagian ini harus dibuat tipis sesuai
keinginan beliau.
72
Menurut penuturan beliau, apabila bagian ini terlalu tipis maka suara yang
dihasilkan akan lebih nyaring dibandingkan dengan yang lebih tebal. Menurut
penuturan beliau juga, proses ini adalah proses yang menentukan kualitas suara
dari kucapi buatan beliau.
Gambar 31 : Proses pembuatan lubang resonator (Dokumentasi Batoan L
Sihotang)
3.7.1.5 Pembentukan kayu penutup bagian perut kucapi
Setelah tahapan tersebut diatas telah selesai dilaksanakan, proses
selanjutnya adalah pemilihan bahan pembuat tutup perut kucapi. Bahan ini
biasanya diambil dari batang pohon yang sama yang dibentuk persegi panjang
dengan panjang kira-kira 35 cm dan tebal kira-kira 7 cm. ketebalan dari kayu
tambahan yang diambil bertujuan agar dapat membentuk bagian pusar (boncit)
yang memiliki satu badan dengan perut kucapi tersebut.
Bagian kayu yang diambil berasal dari batang pohon yang sama dengan
balok kayu yang sudah terlebih dahulu diambil. Bagian ini biasanya diambil dari
bagian yang merupakan sisa dari pengambilan balok kayu tadi. Setelah bagian ini
didapatkan, tahapan pengerjaan selanjutnya adalah mebuat bentuk kasar dari
penutup perut kucapi serta membuat pusar yang menjadai tempat melekatkan
73
senar. Tahapan ini adalah salah satu proses yang membutuhkan waktu yang cukup
lama karena proses ini harus dilakukan dengan hati-hati. Kehati-hatian sangat
diperlukan pada proses ini karena jika bagian pusar tidak terbentuk dengan baik,
akan mengurangi kualitas dan keindahan kucapi tersebut.
Gambar 32 : Bahan kayu dasar pembuat penutup perut (Dokumentasi Batoan L
Sihotang)
Gambar 33 : Pembuatan tutup perut kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
74
Gambar 34 : Bentuk kasar tutup perut kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7.2 Tahap II
3.7.2.1 Membuat Bentuk Dasar Kucapi
Tahap berikutnya yang bapak Kami Capah Lakukan dalam proses
Pembuatan kucapi ini adalah membuat bentuk kasar kucapi tersebut. Balok kayu
yang telah selesai dibuat lubang bagian perutnya akan dibentuk dengan
menggunakan parang. Dalam proses ini, keahlian menggunakan parang serta rasa
ketrampilan dalam membentuk kayu sangat dibutuhkan. Bapak Kami Capah
memiliki kedua faktor yang sudah disebutkan.
Proses ini dilakukan dengan cara membentuk balok kayu dengan cara
mengurangi sedikit demi sedikit bagian balok kayu dengan menggunakan parang.
Untuk membuat detai tertentu seperti bagian ekor, bapak Kami Capah
menggunakan gergaji untuk membentuk sisi terebut.
Gambar 35 : Membuat bentuk kasar kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
75
Gambar 36 : Bentuk dasar kucapi tampak atas (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Bambar 37 : Bentuk dasar kucapi tampak samping (Dokumentasi Batoan L
Sihotang)
3.7.2.2 Membuat Tempat Kupingan
Tempat kupingan maksudnya adalah bagian dari kucapi yang akan
dijadikan sebagai tempat menempelkan dua buah kayu yang memiliki ujung pipih
serta berfungsi sebagai penyetel bunyi. Tempat yang dimaksud terdapat pada
bagian kepala kucapi yakni berada dibawah ukiran patung Nantampuk Mas.
Tempat yang dimaksud berbentuk persegi empat serta memiliki rongga di tengah
bagian atasnya. Menurut pengakuan bapak Kami Capah tidak ada ukuran pasti
dari bagian ini, ukurannya sesuai deengan keinginan pembuat yang disesuaikan
dengan besarnya badan kucapi yang dibentuk.
76
Pada kucapi buatan bapak Kami Capah dalam tulisan ini, ukuran dari
bagian ini adalah panjang 4 cm dan lebar 3,6 cm dan ukuran rongga bagian
tengahnya adalah 1,3 cm.
Gambar 38 : Membuat tempat kupingan (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Gambar 39 : Membuat bagian rongga pada tempat kupingan (Dokumentasi Batoan
L Sihotang)
3.7.2.3 Memasang Tutup Perut Kucapi
Proses berikutnya adalah menutup lobang penutup bagian perut kucapi.
bentuk kasar dari penutup kucapi yang ukurannya belum sama dengan ukuran
perut kucapi akan di ukur terlebih dahulu sebelum ditempelkan. Setelah
77
melakukan pengukuran dan pemotongan pada bagian kasar tersebut, maka tahap
selanjutnya adalah meipiskan bagian atas penutup agar rata dengan badan kucapi.
Setelah proses diatas selesai dilaksanakan, maka pekerjaan selanjutnya
adalah merekatkan bagian penutup dengan perut kucapi menggunakan lem yang
disebut masyarakat dengan sebutan lem setan. Setelah bagian tersebut direkatkan,
maka bagian tersebut akan diikat menggunakan karet ban agar hasil perekatan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Gambar 40 : Mengukur bagian penutup perut (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Gambar 41 : Proses penipisan bagian penutup kucapi (Dokumentasi Batoan L
Sihotang)
78
Gambar 42 : Pengeleman bagian kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Gambar 43 : Mengikat bagian perut kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7.3 Tahap III
3.7.3.1 Memperhalus Bagian-Bagian Kucapi
Tahap
selanjutnya
dalam
proses
pembuatan
kucapi
ini
adalah
memperhalus bagian kucapi yang sudah dibuat. Memperhalus maksudnya disini
adalah mengikis bagian kucapi yang dirasa masih terlalu tebal dan belum sesuai
dengan ukuran yang diinginkan oleh pembuat dalam hal ini adalah bapak Kami
Capah. Pada tahap ini beliau menggunakan parang sebagai alat untuk mengikis
dan mengurangi bagian bagian yang dirasa belum tepat.
79
Gambar 44 : Proses pengikisan bagian kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7.3.2 Membuat Lubang Kupingan
Lubang kupingan yang dimaksud adalah lubang yang berfungsi sebagai
tempat meletakkan kupingan yang befrungsi sebagai setelan serta wadah
melekatkan senar. Pada proses ini, bapak Kami Capah menggunakan ohor-ohor
dalam membuat lubang yang dimaksud. Ohor-ohor akan dipanaskan dalam
perapian sampai besi ohor-ohor tersebut berwarna merah dan kemudian ohor-ohor
akan ditempelkan pada bagian yang sudah ditentukan. Ohor-ohor yang memiliki
suhu tinggi akan ditekan serta diputar berulang-ulang agar terbentuk sebuah
lubang. Apabila besi tidak bisa menembus satu bagian, maka ohor-ohor tersebut
akan dipanaskan lagi dan melakukan proses pelubangan sampai lubang yang
dimaksud dapat dibuat.
80
Gambar 45 : Pemanasan ohor-ohor (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Gambar 46 : Membuat lubang dengan menggunakan ohor-ohor (Dokumentasi
Batoan L Sihotang).
3.7.3.3 Membuat Kupingan
Tahapan selanjutnya setelah membuat lubang kupingan adalah membuat
kupingan dari kucapintersebut. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kupingan
ini berasal dari kayu yang berbeda dengan kayu pembuat utama kucapi ini. Jenis
kayu yag digunakan dalam pembuatan kupingan ini adalah kayu Damar Laut.
Pemilihan jenis kayu ini menurut bapak Kami Capah karena kayu ini memiliki
struktur kayu ini yang keras serta berserat. Karakter kayu seperti ini adalah
karakter yang cocok untuk menjadi kupingan kucapi. karakter kayu yang berserat
81
memungkinkan untuk dibelah dan menjadi tempat melekatkan senar yang akan
digulung dalam proses penyeteman.
Gambar 47 : Pembuatan kupingan kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang).
3.7.3.4 Membuat Lubang Resonator
Proses pembuatan lobang resonator adalah tahapan yang dilakukan setelah
pembuatan lubang kupingan. Lubang resonator yang dimaksud adalah lubang
yang berada di bagian bawah perut kucapi. Hal yang pertama dilakukan dalam
pembuatan bagian ini adalah menggambar bentuk lubang yang dilinginkan.
Setelah proses tersebut dilaksanakan, maka lubang akan dibuat mengikuti gambar
yang sudah dibuat dengan menggunakan pahat dan cutter untuk tahap finishing.
Gambar 48 : Membuat lubang resonator (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
82
3.7.4 Tahap IV
3.7.4.1 Membuat Ornamentasi
Ornamentasi yang ada pada kucapi Pakpak buatan bapak kami capah
antara lain adalah patung Nantampuk Mas, kepala monyet (Tagandera) dan
gambar cicak. Tahapan ini dilaksanakan sebelum pemasangan senar dan
pembuatan kruis dengan tujuan agar bagian senar tidak terganggu selama porses
pembuatan ornamentasi ini. Pembuatan ornamentasi ini dilakukan menggunakan
cutter dan kertas pasir pada proses finishingnya.
Tahapan awal yang dilakukan dalam pembuatan ornamentasi ini adalah
menggambar pola ukiran pada tempat yang ditentukan. Setelah gambar dibuat,
pengrajin akan mulai mengukir bagian yang sudah digambar. Dibutuhkan keahlian
khusus dalam mengukir bagian ornamentasi ini. Menurut bapak Kami capah,
tahapan ini adalah tahapan tersulit bagi beliau. Hal ini dikarnakan penglihatan
beliau yang sudah mulai berkurang.
Gambar 49 : Proses pengukiran ornamentasi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7.4.2 Membuat Lubang Senar dan Pemasangan Seanar
Membuat lubang senar yang berada pada bagian tempat kupingan dan
pusar kucapi ini dilakukan menggunakan ohor-ohor yang berukuran kecil. Ohor83
ohor ini diambil dari besi bagian dari sebuah payung. Proses pembuatan lubang ini
sama seperti proses pembuatan lubang tempat kupingan. Ohor-ohor yang telah
disediakan terlebih dahulu dipanaskan, kemudian membuat lubang yang
diinginkan sengan cara menekan ohor-ohor yang sudah panas pada bagian yang
sudah ditentukan.
Proses penentuan letak lubang yang dimaksudkan dilakukan dengan
menggunakan rasa dari pembuat dalam hal ini adalah bapak Kami Capah. Rasa
yang dimaksud adalah perhitungan yang disesuaikan dengan insting beliau. Hal ini
dikarnakan tidak adanya aturan dalam penentuan letak, yang penting diperhatikan
adalah penentuan jarak antara kedua lubang senar agar tidak terlau sempit dan
tidak terlalu lebar.
Tahapan selanjutnya adalah memasang senar yang sudah disediakan. Hal
pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan filter rokok, lalu mengambil
bagian busa dari filter rokok. Bagian busa yang sudah diambil akan diikatkan pada
senar, lalu senar akan diamsukkan kedalam lubang yang sudah dibuat sebelumnya.
Setelah senar dimasukkan melalui bagian pusar, maka hal berikutnya yang
dilakukan adalah membuat belahan kecil pada ujung kupingan yang berfungsi
sebagai tempat melekatkan senar. Senar akan dimasukkan kedalam belahan yang
telah dibuat sehingga senar akan dijepit oleh bagian belahan tersebut dan senar
dapat distem dengan alat musik lain.
84
Gambar 50 : Pembuatan lubang senar pada bagian pusar (Dokumentasi Batoan L
Sihotang)
Gambar 48 : Pembuatan lubang senar pada bagian tempat setelan (Dokumentasi
penulis)
Gambar 51 : Pemasangan senar (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
85
3.7.4.3 Membuat Kruis
Kruis yang diamksudkan pada tahapan ini adalah bagian yang terdapat
pada leher kucapi yang berfungsi untuk menghasilkan nada-nada kucapi. kruis
yang dimaksud mirip seperti fret pada gitar. kruis yang terdapat pada kucapi
Pakpak berbeda dengan kruis yang ada pada alat musik sejenis pada kebudayaan
suku lain seperti kulcapi pada masyarakat Karo. Jika pada kulcapi kruis yang ada
dibuat dengan menggunakan logan kuningan, maka tidak demikian halnya dengan
kruis pada kucapi ini. Kruis pada kucapi Pakpak dibuat dengan cara mengorek
bagian leher kucapi sehingga mendapatkan bentuk seperti fret pada gitar.
Proses selanjutnya yang dilakukan dalam pembuatan kruis ini adalah
menentukan batas-batas kruis. Teknik yang dilakukan oleh bapak Kami capah
dalam pembuatan kruis ini adalah dengan terlebih dahulu mencari letak jari dalam
menghasilkan nada pada kucapi tersebut. Setelah letak jari didapatkan, maka hal
berikutnya yang dilaksanakan adalah membuat sebuah garis pada leher kucapi.
setelah letak didapatkan, maka hal selanjutnya dilaksanakan adalah melepaskan
senar dan membuat kruis dengan cara membuat bagian yang memiliki tinggi yang
berbeda pada bagian yang sudah ditentukan.
Gambar 52 : Prosen penetuan letak kruis (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
86
Gambar 53 : Pembuatan pola letak kruis (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Gambar 54 : Membuat kruis (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.7.4.4 Tahap Penyelesaian
Setelah semua tahapan diatas selesai di laksanakan maka tahapan
selanjutnya adalah tahap penyelesaian. Tahapan yang dimaksud adalah tahap akhir
dari pembuatan kucapi ini. Hal yang dilakukan pada tahapan ini adalah
mengahluskan bagian-bagian yang dirasa belum rata dengan menggunakan kertas
pasir dalam pengerjaannya.
Menurut bapak Kami Capah, kucapi buatan beliau akan dilakukan proses
pengecatan maupun proses pelapisan badan kucapi menggunakan vernis jika
87
pemesan menginingkan kucapi pesanannya dicat. Dengan kata lain, kucapi buatan
bapak Kami Capah biasanya mengikuti keinginan dari pemesan.
Gambar 55 : Tahap penyelesaian (Dokumentasi Batoan L Sihotang).
3.8 Kajian Fungsional
Dalam menuliskan kajian fungsional pada tulisan ini, penulis hanya
membatasi pada proses belajar, penyajian kucapi, perawatan kucapi, posisi
memainkan, teknik menghasilkan nada dan wilayah nada yang dihasilkan oleh
kucapi.
3.8.1 Proses Belajar
Menurut bapak Kami Capah, proses belajar kucapi memiliki beberapa
tahap yakni, teknik dasar, teknik bermain melodi dan teknik pengembangan
melodi, tahap tersebut beliau pelajari dari ayah beliau. Teknik dasar merupakan
sebuah awal untuk pemain kucapi sebelum selanjutnya bermain-main dengan
nada yang dihasilkan kucapi, adapun teknik dasar yang dimaksud adalah posisi
tangan kanan memainkan kedua senar kucapi dengan menggunakan jari telunjuk
tangan kanan. Teknik ini adalah teknik dasar dalam mengahsilkan bunyi kucapi
yang tepat.
88
Setelah teknik dasar sudah dapat dilakukan, maka tahapan selanjutnya
adalah teknik menghasilkan nada. Nada-nada yang dihasilkan oleh sebuah kucapi
didapatkan dengan cara menekan senar pada kruis (fret) yang sudah ditentukan.
Tahapan ini adalah tahapan yang membutuhkan waktu lama bagi seorang pelajar
untuk mempelajarinya. Setelah mengetahui letak dari masing-masing nada, maka
selanjutnya proses latihan sangat dibutuhkan untuk memperlancar jari si pemain
dalam memainkan seluruh nada yang dihasilkan oleh kucapi.
Setelah mahir dalam proses penghsilan nada, maka tahapan selanjutnya
dalam proses belajar kucapi ini adalah menghapal lagu dan mengaplikasikannya
pada permainan kucapi. Pada proses ini, dibutuhkan penghayatan terhadap lagu
dengan tujuan agar repertoar yang dimainkan terdengar lebih indah. Setelah
proses ini sudah dapat diterapkan, maka tahapan selanjutnya adalah mempelajari
teknik menganak-anaki.
Menganak-anaki adalah teknik yang digunakan dalam permainan kucapi
jika kucapi tidak mendapat bagian sebagai pembawa melodi dalam sebuah
ensambel. Teknik ini hampir mirip dengan teknik permainan Kulcapi pada suku
Karo. Posisi jari dalam mengahsilkan teknik ini adalah jari telunjuk tangan kiri
menekan kedua senar pada kruis 1 dan jari kelingking memberikan setengah
tekanan pada senar 1 pada kruis ke 4.
Setelah pelajar sudah dapat melakukan teknik ini, maka tahapan terakhir
dari proses belajar kucapi ini adalah membunga-bungai. Membunga-bungai
adalah teknik improvisasi sesuai dengan insting musik si pemain. Tahapan ini
biasanya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan seseorang dalam bermusik.
Tahapan terakhir ini biasanya didapatkan seorang pemain seiring dengan
89
intensitas pemain dalam memainkan lagu-lagu yang dimainkan pada kucapi ini.
Teknik membunga-bungai ini biasanya diterapkan agar permainan kucapi yang
disajikan tidak monoton dan lebih menarik.
Gambar 56 : Posisi jari pada Kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
Keterangan gambar :
1. Posisi jari untuk menghasilkan nada Bes adalah memetik senar 1 tanpa
menekan senar (open string).
2. Posisi jari untuk menghasilkan nada C adalah memetik senar 1 dengan
menekan senar pada fret 1.
3. Posisi jari untuk menghasilkan nada E adalah memetik senar 1 dengan
menekan senar pada fret 3.
4. Posisi jari untuk menghasilkan nada F adalah memetik senar 2 tanpa
menekan senar (open string).
90
5.Posisi jari untuk menghasilkan nada A adalah memetik senar 2 dengan
menekan senar pada fret 1.
6.Posisi jari untuk menghasilkan nada Bes’ adalah memetik senar 2 dengan
menekan senar pada fret 4.
Catatan : Posisi fret dilihat dari kiri ke kanan dan senar dari atas ke bawah.
3.8.2 Penyajian Kucapi
Berdasarkan informasi dari bapak Kami Capah, bahwa penyajian kucapi
yang baik ditentukan oleh kemampuan si pemain kucapi seperti : menghafal lagu,
kecepatan jari dan penghayatan terhadap lagu yang dimainkan. Naluri musikal
merupakan salah satu factor yang paling berpengaruh dalam penyajian kucapi ini.
Menurut penuturan beliau, apabila si pemain sudah dapat mengahayati lebih
dalam sebuah repertoar yang akan dimainkan, maka makin sempurna sajian
kucapi yang dihasilkan. Faktor instrumen juga menjadi hal penting dalam
penyajian kucapi. Semakin bagus kualitas dari sebuah kucapi, maka akan sangat
mendukung dalam menghasilkan penyajian permainan kucapi yang baik.
3.8.3 Perawatan Kucapi
Perawatan kucapi harus dilakukan oleh pemilik kucapi agar kucapi dapat
bertahan lama dan awet. menurut bapak Kami Capah, cara yang dilakukan dalam
merawat sebuah kucapi adalah dengan menggantungkan kucapi pada sebuah
dinding dengan tujuan agar kecapi tetap dalam kondisi kering. hal ini juga
dimaksudkan agar alat musik tersebut jauh dari jangkauan anak-anak sehingga
kemungkinan dari kerusakan alat musik ini dapat diminimalisir.
91
3.8.4 Posisi Memainkan
Kucapi diletakkan tegak urus dengan badan, tangan kiri diposisikan di
leher kucapi, jari (kecuali ibu jari) menekan senar ( leher kucapi bagian depan)
sedangkan ibu jari menekan leher kulcapi bagian belakang kucapi, tangan kanan
diletakkan di bagian perut (beltek) dari kucapi, jari telunjuk tangan kanan
digunakan sebagai alat untuk memetik senar. Bagian perut dari kucapi di
tempelkan pada perut sipemain dengan tujuan agar kucapi dapat berada dalam
posisi yang kokoh. Dalam memainkan kucapi, pemain dapat duduk ataupun
berdiri, tergantung kepada posisi yang diinginkan oleh si pemain.
Gambar 57 : Posisi memainkan (Dokumentasi Batoan L Sihotang)
3.8.5 Teknik Mengahsilkan Nada
Untuk memainkan kucapi tentunya mempunyai teknik agar si pemain
kucapi dapat memainkan kucapi dengan maksimal. Teknik memainkan kucapi
tidak jauh berbeda dengan bermain gitar pada umumnya yaitu jari kiri menekan
leher kucapi untuk memainkan melodi dan jari kanan untuk memetik senar
kucapi, namun sedikit berbeda dengan posisi badan saat memainkan kucapi.
Posisi badan saat memainkan kulcapi adalah dengan duduk bersila dan berdiri
92
dengan bagian perut (beltek) dari kucapi menempel pada perut pemain. Hal
tersebut dilakukan agar kucapi tidak goyang saat dimainkan sehingga jari pemain
tidak terganggu dalam proses mengahsilkan nada-nada. penggunaan lubang
resonator pada bagian bawah perut kucapi hanya sebatas untuk memperbesar
suara kucapi. Walaupun alat musik ini memiliki kesamaan struktur dengan alat
musik lain sejenis seperti hasapi pada masyarakat Batak Toba, namun penggunaan
lubang resonato sebagi penghasil efek suara taidak ditemukan dalam permainan
kucapi ini.
3.8.6 Nada Yang Dihasilakan
Nada yang dihasilkan oleh sebuah kucapi diukur dengan cara
menyelaraskan nada yang dihasilkan dengan alat musik lain seperti keybord.
Interval yang digunakan dalam proses penyeteman adalah kwart augmented. Nada
yang dihasilkan kucapi dari nada terendah sampai nada tertinggi pada kucapi
dengan nada dasar Bes = do adalah :
Bes-C-E-F-A-Bes’
3.8.7 Wilayah Nada
Wilayah nada adalah jangkauan nada dari nada terendah sampai nada
tertinggi. Untuk mengetahui nada-nada yang dihasilkan dari kucapi Pakpak ini,
penulis akan menyertakan materi lagu yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk
(visual) berikut. Lagu yang dimaksud adalah repetoar lagu Page mbelen. Alasan
penulis memilih lagu ini adalah karena lagu ini adalah lagu yang sering dimainkan
untuk tujuan pengiring tarian dan lagu ini merupakan lagu yang popular pada
masyarakat Pakpak di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.
93
Berikut ini adalah hasil transkripsi lagu Page mbelen yang ditranskrip oleh
penulis dan David Simanungkalit.
94
BAB IV
EKSISTENSI DAN FUNGSI KUCAPI PAKPAK
4.1 Eksistensi Kucapi Pada Masyarakat Pakpak di Kecamatan Kerajaan
Kabupaten Pakpak Bharat
Berbicara tentang eksistensi Kucapi pada budaya musikal Pakpak, penulis
menjadikan hasil wawancara sebagai patokan untuk melihat bagaimana
perkembangan serta keberadaan alat musik ini dalam kehidupan masyarakat
Pakpak. Hal ini dikarenakan kurangnya literatur yang menggambarkan tentang
sejarah dan keberadaan kucapi pada kebudayaan Pakpak.
Sebagaimana telah diuraikan pada awal tulisan ini bahwa penyajian Kucapi
adalah semata-mata untuk menghibur diri dari kesusahan dan penderitaan yang
dialaminya. Namun, fakta yang penulis dapatkan di lapangan dengan mencari
literatur ataupun melakukan wawancara langsung dengan beberapa informan,
tidak dapat menjelaskan secara jelas darimana awalnya alat musik ini dapat
tercipta. Legenda yang telah penulis cantumkan pada bab sebelumnya menjadi
acuan terhadap penjelasan bagaimana alat musik ini tercipta.
Menurut penuturan Kami Capah, alat musik Kucapi Pakpak pada awalnya
hanyalah sebagai alat musik tunggal yang digunakan untuk menghibur diri dan
juga untuk mempengaruhi pikiran orang lain, terutama sebagai pitunang untuk
gadis yang disenangi. Melalui bunyi yang dihasilkannya, diyakini dapat membuat
pikiran seorang gadis dimana bunyi ini ditujukan tergila-gila kepada penyaji alat
musik ini.
95
Untuk tujuan tersebut diatas, alat musik Kucapi ini akan dimainkan
ditempat yang sepi dimana si gadis dapat mendengar suara dari alat musik ini
dengan jelas. Pada saat seperti ini, si gadis yang di tuju oleh si perkucapi tersebut
akan datang menemui si pemuda yang memainkan alat musik ini dan menawarkan
suatu bantuan atau usaha yang dapat menyenangkan hati si pemuda. Pada kondisi
seperti ini, si gadis yang sudah tertarik akan tunduk kepada keinginan si pemuda.
Menurut bapak Dayo Sinamo 9, selain dari pada untuk memikat hati lawan
jenis, kucapi juga digunakan untuk menghibur diri. Kucapi digunakan sebagai alat
untuk mengeluarkan keluh kesah yang ada dalam hati si perkucapi. Hal ini juga
menyebabkan kurangnya eksistensi alat musik ini sendiri. Menurut penuturan
beliau, penggunaan yang terbatas hanya untuk kebutuhan pribadi yang membuat
alat ini tidak memiliki repertoar khusus. Repertoar yang dimainkan dalam setiap
penggunaan alat ini adalah ungkapan hati dari si pengguna Kucapi ini.
Setelah Belanda mulai masuk ke tanah Pakpak dan memaukkan pengaruh
kolonisasinya, lambat laun kondisi ini mulai berkurang. Menurut Dayo Sinamo
(67 tahun) sebagaimana dituturkan oleh orangtuanya, kegiatan bermusik dilarang
pada masa penjajahan tersebut. Demikian pula dengan unsure-unsur magis harus
dibuang dan setiap warga yang diketahui menggunakannya akan disiksa oleh
belanda.
Setelah berakhirnya penjajahan Belanda, penggunaan alat musik Kucapi
sangat jarang dijumpai baik untuk kegiatan ritual maupun untuk kebutuhan
hiburan pribadai. Menurut ungkapan Dayo Sinamo dan Kami Capah, hal ini
9
Hasil wawancara dengan bapak Dayo sinamo pada tanggal 28 juni 2013.
96
didasari oleh pengaruh peraturan dari masa kolonialisasi Belandan dan tidak
digunakannya alat musik ini pada upacara adat pada masa itu.
Menurut Pandapotan Solin, pada periode tahun 60an, Kucapi mulai tampak
digunakan oleh beberapa pemain kuacapi pakpak di waktu-waktu tertentu seperti
saat istirahat berladang dan saat bersantai di teras rumah. Namun penggunaan alat
musik ini untuk tujuan pinutang dan ritual sudah jarang ditemukan mulai dari sat
itu. Hal ini di sampaikan oleh orang tua dari beliau semasa hidupnya dan juga dari
hasil percakapan dengan beberapa pemusik yang sudah meninggal ataupun dari
senior beliau dalam musik tradisional Pakpak.
Pada periode tersebut diatas, permainan solo Kucapi sudah dipertunjukkan
di depan khlayak ramai dalam konteks pertunjukan sebagai selingan dalam
beberapa acara seperti, pesta memasuki rumah dan pesta syukuran yang dilakukan
oleh masyarakat. Hal ini menurut Pandapotan Solin merupakan salah satu cara
yang dilaksanakan oleh penyelenggara acara untuk menghilangkan rasa jenuh dan
untuk mengenalkan kembali alat musik ini kepada kaum perana (sebuatan untuk
anak muda pada masyarakat Pakpak)10. Cara seperti ini sedikit banyak berhasil
untuk mengembalikan eksistensi alat ini pada masa itu.
Setelah alat musik ini sering dipertunjukkan dan mulai banyak digunakan
oleh masyarakat Pakpak pada masa itu, terjadi perkembangan pada segi
penggunaan alat ini. Hal ini dituturkan oleh Kami Capah yang turut menyaksikan
proses tersebut. Selanjutnya pada periode tahun 80an, perkembangan dalam
penggunaan alat musik ini kembali mendapat perkembangan. Penggunaan Kucapi
pada acara adat tertentu seperti upacara perkawinan (merbayo), penyambutan
10
Hasil wawancara dengan bapak Panadapotan Solin pada tanggal10 agustus 2013.
97
tamu, dan pengiring tarian sudah mulai digunakan kembali namun pada acara
tertentu yang dalam pandangan masyarakat Pakpak masa itu adalah acara besar
dan membutuhkan biaya besar. Dan penggunaan alat ini pada acara tersebut
sangat jarang karena masih dianggap kurang tepat oleh para kaum tua dan pemuka
adat pada masa itu.
Selanjutnya pada awal tahun 80an, keberadaan alat musik ini semakin
Nampak terlihat pada masyarakat Pakpak. Hal ini diawali dari adanya perlombaan
Karya Cipta Lagu Pakpak yang dilaksanakan oleh pemerintahan Kabupaten Dairi
pada masa itu. Kami capah dan rekan-rekannya mengikuti perlombaan tersebut
dengan menggabungkan kucapi, kalondang, seruling dan gong pada perlombaan
tersebut. Penggabungan tersebut dan mendapat predikat juara I pada perlombaan
tersebut. Hal ini menjadi salah satu titik awal dari perkembangan oning-oningen
pada kebudayaan musikal Pakpak.
Awalnya penyebutan dari penggabungan ini tidak memiliki nama
selakyanya ensambel lainnya pada kebudayaan musikal masyarakat Pakpak.
Menurut penuturan dari bapak Kami capah, penyebutan dari oning-oningen
merupakan perkembangan dari penyebutan oning-oning yang disebutkan oleh
masyarakat Pakpak. Penyebutan oning-oningen mulai sering terjadi dalam
interaksi musikal pada masyarakat umum seperti interaksi dalam memesan suatu
grup musik untuk tujuan acara tertentu. Perkembangan tersebut berdampak pada
pengembangan budaya musikal masyarakat Pakpak.
98
Menurut pandapotan Solin, perkembangan penggunaan alat musik Kucapi
setelah tahap yang sudah disebutkan diatas sangat beragam11. Mulai dari
memasukkan alat musik ini pada ensambel genderang sipitu untuk kerja mbaik
pada tingkatan tertinggi, penggabungan dengan genderang sidua-dua untuk acara
penyambutan tamu pada suatu acara dan penggabungan dengan genderang sitelutelu yang dalam hal ini masyarakat mengenalnya dengan sebutan oning-oningen.
Hal tersebut diatas dibenarkan oleh narasumber lain seperti dayo Sinamo, Kami
Capah dan beberapa orang tua yang penulis wawancarai.
Penggabungan yang sudah penulis ungkapakan pada paragrap sebelumnya
awalnya mendapat protes dari pemuka adat dan para orang tua pada masa itu.
Namun seiring dengan seringnya permintaan dari masyarakat umum untuk
ensambel tersebut, maka hal itu pun perlahan mulai terkikis. Hal ini terjadi karena
kebiasaan itu terus menerus dilaksanakan dan mulai mendapat pengakuan dari
sebagian besar masyarakat Pakpak. Kebiasaan yang sudah melekat pada akhirnya
menjadai suatu kebudayaan yang diterima oleh masyarakat Pakpak sampai saat ini
terutama pada ensambel oning-oningen.
Pada periode tahun 1990 sampai saat ini penggunaan ensambel oningoningen dengan penggabungan Kucapi didalamnya mendapat pengembangan lagi
dengan dimasukkannya unsur alat musik modern kedalamnya. Alat musik yang
dimaksud adalah keybord. Penggunaan alat musik ini menurut Dayo Sinamo
didasari oleh perkembangan budaya musikal dari setiap personal yang ada pada
pemusik Pakpak. Menurut beliau, Panadpotan Solin adalah salah satu orang yang
11
Hasil wawancara dengan bapak pandapotan solin pada tanggal 25 agustus 2013. Pada
wawancara ini bapak pandapotan menyebutkan, “jika alat musik tradisional Pakpak tidak
digabungkan dengan musik modern, maka perlahan alat musik ini akan ditinggalkan oleh
masyarakat”.
99
turut serta dalam proses pengembangan ini. Pandapotan Solin yang mendirikan
sanggar musik dan tari tradisional Pakpak yang bernama Nina Nola melakukan
percobaan penggabungan tersebut.
Awalnya penggabungan ini hanya dilaksanakan untuk kebutuhan pengiring
tatak yang dalam hal ini adala tatak yang ditujukan untuk hiburan. Menurut hasil
wawancara dengan Pandapotan Solin, ide penggabungan ini didasari oleh
minimnya apresiasi terhadap musik tradisi pada masyarakat Pakpak khususnya
yang berada dalam kawasan Kabupaten Pakpak Bharat12. Ide ini awalnya
bertujuan untuk mempertahankan eksistensi dari alat-alat musik tradisional yang
menurut beliau jika tidak mengikuti perkembangan zaman, maka alat-alat musik
ini akan ditinggalkan. Hal ini dapat penulis lihat dari kurangnya pengetahuan dari
kaum muda masyarakat Pakpak tentang alat musik tradisi selama penulis
melakukan interaksi dengan kaum muda-mudi di daerah lokasi penelitian.
Namun
karena
seringnya
penggabungan
(oning-oningen)
ini
dipertunjukkan di depan masyarakat ramai, penggunaan ensambel ini mulai
dipakai untuk kebutuhan acara adat sepeti perkawinan, acara adat perkumpulan
marga dan acara-acara dari instansi pemerintahan. Menurut bapak Jonedi
Simanjuntak yang merupakan salah satu pemusik tradisional serta pemilik sebuah
sound entertaimen, hal ini terjadi karena permintaan dari masyarakat yang
membutuhkan iringan musik pada acara yang dibuatnya13. Hasil wawancara lain
dengan seorang pemain musik tadisional Pakpak yakni Mardi Boang Manalu yang
merupakan salah satu personil dari grup bapak Jonedi Simanjuntak membenarkan
penuturan dari Bapak Jonedi Sebelumnya.
12
13
hasil wawancara dengan bapak Kami Capah pada tanggal 25 Januari 2013.
Hasil wawancara dengan bapakJonedi simanjuntak pada tanggal 24 januari 2013.
100
Pada perkembangannya, penggunaan ensambel oning-oningen dalam
upacara adat ataupun upacara lainnya pada kebudayaan musik Pakpak secara
langsung membuat keberadaan alat musik Kucapi semakin berkembang. Namun,
dikarnakan mahalnya biaya untuk menyewa stu grup musik lengkap pada
msyarakat Pakpak khususnya di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat
menjadikan penggunaan alat musik kucapi pada oning-oningen masih sangat
jarang di jumpai. Hanya acara yang dalam kebudayaan masyarakat Pakpak disebut
besar atau memiliki dana yang besar yang menghadirkan oning-oningen yang
menggunakan alat musik Kucapi ini. Hal ini menurut Pandapotan Solin terjadi
karena biaya yang diperlukan untuk menyewa satu grup dengan personil lengkap
sangat besar14.
Beberapa hal di atas dapat merupakan gambaran mengenai eksistensi atau
keberadaan instrumen Kucapi baik dalam ansambel maupun sebagai instrumen
tunggal pada masyarakat Pakpak khususnya di Kecamatan Kerajaan Kabupaten
Pakpak Bharat saat ini.
4.2
Fungsi Kucapi Pada Masyarakat Pakpak di Kecamatan Kerajaan
Kabupaten Pakpak Bharat
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dayo Sinamo, alat musik Kucapi
dimainkan dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan .Sementara jari
telunuk, jari tengah, jari manis serta jari kelingking tangan kiri berfungsi juga
sebagai pembawa melodi, yaitu dengan menekan sebar pada kruis dalam
memainkan sebuah lagu. Alat musik ini dapat dimainkan secara solo (tunggal),
14
Hasil wawancara dengan bapak Pandapotan Solin pada tanggal 19 agustus 2013.
101
namun dapat juga dimainkan dalam satu ensambel. Maka fungsi dari Kucapi ini
adalah sebagai pembawa melodi pada permainan tunggal maupun dalam ensambel
Oning-oningen.
Dalam menuliskan fungsi Kucapi dalam kebudayaan masyarakat Pakpak,
maka penulis mengacu pada teori Alan P. Merriam, yaitu:
...use then refers to the situation in which is employed in human action:
function concern the reason for its employment and particulary the brodader
purpose which is serves... (1964:210)
Dari
kalimat
di
atas,
dapat
diartikan
bahwa
use
(penggunaan)
menitikberatkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu
digunakan, sedangkan function (fungsi) yang menitikberatkan pada alasan
penggunaan atau menyangkut tujuan pemakain musik itu mampu memenuhi
kebutuhan manusia itu sendiri. Penulis juga menuliskan beberapa fungsi
garantung sebagai tujuan dan akibat yang timbul dari penggunaan yang telah
disebutkan di atas, maka dapat ditelusuri melalui fungsi-fungsi antara lain sebagai
berikut:
4.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional
Berkenaan dengan fungsi kucapi sebagai pengungkapan emosional dapat
dilihat pada waktu alat musik ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan
seperti digunakannya alat musik ini sebagai alat untuk menghibur diri. Dorongan
emosional yang mengakibatkan kesedihan pada diri pemainnya terutama karena
kemelaratan dan dan penderitaan yang dialaminya. Dengan menuangkan
kesedihan melalui permainan kucapi, si pemain akan merasa lebih tenang dan
merasa bebannya sudah terbawa oleh nyanyian yang dituangkan melalui
permainan kucapi.
102
4.2.2 Fungsi Hiburan
Melihat dari penjelasan dari sub bab sebelumnya, kucapi digunakan
sebagai alat untuk menghibur diri atas kesedihan yang dialami oleh si pemain.
Disamping untuk menghibur diri dari kesedihan, pada perkembangannya alat
musik ini digunakan untuk menghibur orang lain. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan alat musik ini sebagai pengiring tarian dengan penggabungan alat
musik ini beserta alat musik lain seperti genderang sitelu-telu, kalondang, dan
gung. Dari penjelasan diatas dapat kita lihat fungsi kucapi untuk fungsi hiburan
baik untuk menghibur diri sendiri maupun orang lain.
4.2.3 Fungsi Komunikasi
Dalam banyak hal musik berfungsi sebagai alat atau media komunikasi
antara pengguna dan penikmat. Kucapi berfungsi sebagai alat komunikasi dapat
dilihat
ketika
alat
ini digunakan
oleh
anak
perana
(pemuda)
untuk
mengkomunikasikan perasaannya kepada seorang gadis yang disukainya.
4.2.4 Fungsi Perlambangan
Mengenai fungsi perlambangan, akan jelas dapat terlihat bahwa secara
fisik
kucapi
melambangkan
kehidupan
masyarakat
Pakpak.
Kepalanya
menggambarkan wajah seorang puteri yang cantik jelita, dalam posisi atau
keadaan termenung dan puteri itu adalah “Nantampuk Mas”. Bagian bawah
103
terdapat gambar atau ukiran seeokor kera atau monyet
dan dinamai
“Sitagandera”. Dibelakang leher kucapi, tempat dimana ibu jari diletakkan
melambangkan pendirian atau keyakinan yang digambarkan pada legenda yang
dicantumkan pada bab sebelumnya. Pendiriran Nantampuk Mas dalam
mempertahankan pendiriannya terhadap Nantampuk Mas diharapkan menjadi
cerminan bagi masyarakat Pakpak. Dua kuping kucapi melambangkan
pendengaran terhadap keseluruhan nasehat seperti yang diceritakan bahwa
Tagandera mendengarkan seluruh nasehat yang disampaikan Nantampuk Mas
kepadanya. Diharapakan masyarakat dapat meneladani sikap dari tagandera pada
posisi ini.
Kemudian terdapat empat kruis/ bar nada melambangkan susunan dan
kedudukan dalam system kekerabatan Pakpak yang terdiri dari Kesukuten, Puang/
Kula-kula, Dengan Sibeltek dan Berru. Memilki satu boncit atau pusar, yang
melambangkan satu keluarga serumpun. Kemudian pada badannya terdapat gmbar
dua ekor cecak (braspati) yang melambangkan tendi atau roh.
4.2.5 Fungsi Kesinambungan Kebudayaan
Untuk melihat fungsi kucapi sebagai kesinambungan kebudayaan, penulis
melihat dari segi penggunaan kucapi sebagai alat untuk mengkomunikasikan
perasaan seorang pemuda kepada seorang gadis melalui bunyi dan pitunang yang
terdapat didalamnya. Berhasilnya cara tersebut digunakan hingga sampai ke
jenjang perkawinan, secara otomatis akan mendapatkan keturunan sehingga
adanya kesinambungan kebudayaan dari orang tua kepada anaknya.
104
Demikian pula keberadaan kucapi pada saat ini dapat dikatakan sebagai
kesinambungan budaya dari masa lampau ke masa kini. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan alat ini yang masih terjaga pada kehidupan masyarakat Pakpak
khusunya di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat sampai saat ini,
walaupun secara kuantitas sangat minim.
4.2.6 Fungsi Reaksi Jasmani
Kucapi dalam ensambel oning-oningen yang digunakan untuk mengiringi
tarian yang sebagian gerakannya adalah gerakan yang dinamis yang kerap
membuat para penarinya bergerak indah. Kesinambungan antara bunyi musik
dapat menimbulkan reaksi jasmani dari si penari sehingga dapat menggerakkan
tubuhnya dengan indah.
4.2.7 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama
Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama dimana ensambel
oning-oningen digunakan dalam upacara agama, upacara perkawinan, peresmian
suatu tempat, organisasi/lembaga maupun individu.
4.2.8 Fungsi Penghayatan Estetis
Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan
dari perpaduan instrumen-instrumen musik dalam oning-oningen, yang tertuang
melalui permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu
sendiri maupun pendengarnya. Selain itu, pengunkapan emosional yang dilakukan
oleh seorang pemain kucapi pada saat menghibur diri dapat terjadi ketika si
pemain kucapi dapat mengahayati permainannya.
105
BAB V
PENUTUP
5.1 Rangkuman
Dari uraian pada bab terdahulu, penulis merangkumkan bahwa kucapi
dalam kebudayaan musikal Pakpak adalah alat musik petik (sipiltiken) yang
temasuk kedalam klasifikasi two-strenged fretted-necked lute yang dalam
penyajiannya dapat dilakukan secara tunggal maupun ensambel. Dari kedudukan
itu, maka alata ini oleh masyarakat dikelompokkan kedalam oning-oning
(instrument tunggal) dan oning-oningen.
Sebagai instrument tunggal, alat musik ini pada awalnya digunakan untuk
menghibur diri pemainnya maupun orang lain serta sebagai alat untuk merayu
gadis melalui bunyi melodis yang dihasilkannya.
Perkembangan pemakaian kucapi kedalam bentuk ensambel berlangsung
mulai dari tahun 80an sampai saat ini. Namun, perkembangan dari penggunaan
alat musik ini mulai jarang disebabkan oleh sulitnya mempelajari alat ini dan
kurangnya minat dari generasi muda untuk mempelajarinya. Demikian pula dalam
proses pembuatannya yang cukup sulit serta memakan waktu yang lama menjadi
salah satu factor penyebab alat musik ini mulai dilupakan.
Dalam pembuatan kucapi, hal yang pertama dilakukan adalah pemilihan
bahan kayu yang sesuai. Tahap berikutnya adalah membuat penutup perut (boncit)
menggunakan batang kayu yang terpisah dari batang yang sudah diambil.
Selanjutnya adalah pembentukan badan kucapi, dimulai dengan membentuk kayu
sesuai menjadi bentuk yang mennyerupai bentuk kucapi. Pada tahap ini, kayu
akan diganti bila terdapat unok (bagian yang akan menjadi cabang baru).
106
Setelah kucapi di bentuk menjadi satu bentuk yang masih kasar, tahapan
yang akan dilakukan adalah membuat lobang resonator yang terdapat pada perut
kucapi. Setelah lobang resonator selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah
menutup perut kucapi menggunakan penutup yang sudah dibentuk sebelumnya.
Setelah tahap ini dilakukan, selanjutnya hal yang dikerjakan adalah membuat
kupingan yang terbuat dari kayu damar laut. Dan tahapan terakhir adalah
memasukkan kupingan, memasang senar, menentukan kruis dan membuat
ornamentasi.
Dalam memainkan kucapi tidak diperlukan teknik khusus, hanya saja si
pemain harus mengetahui letak nada serta dapat menghayati lagu sshingga dapat
memainkan lagu tersebut dengan baik. Dalam proses ini, diperlukan kelincahan
jari daripada si pemain sehingga dapat membuat aksen-aksen yang diperlukan.
Aksen ini digunakan pada saat kucapi dimainkan secara ensambel.
5.2 Kesimpulan
Bila dilihat dari proses pembuatannya, alat musik kucapi Pakpak dapat
dikatakan sangatlah sulit terutama bila dikaitkan dengan pemilihan kayu dan
waktu yang dibutuhkan. Fungsi awal dari kucapi yang hanya digunakan untuk
hiburan pribadi membuat alat musik ini kurang mendapat perhatian dari
masyarakat Pakpak terutama kaum muda. Hal ini membuat kurangnya regenerasi
dari pada alat musik ini. Masuknya kebudayaan barat adalah salah satu unsur
lainnya yang membuat regenerasi musik tradisi pakpak tidak berjalan dengan baik.
Para pemuda lebih condong untuk mempelajari musik modern dibandingkan
musik tradisinya sendiri.
107
Oleh karena itu, alat musik ini kurang mendapat tempat di dalam
kebudayaan musik Pakpak. Adapun pergeseran dari pada penggunaan alat ini pada
masa sekarang tidak secara langsung dapat membuat alat musik ini mendapat
tempat di kebudayaan musik suku Pakpak. Untuk itu, penulis menyarankan
kepada instansi pemerintah maupun institusi yang berkecimpung di dalam musik
agar mencari ataupun menciptakan suatu metode yang dapat menyelamatkan
kucapi ini dari kepunahan, paling tidak secara ilmiah ataupun dalam bentuk
dokumentasi.
108
DAFTAR PUSTAKA
Manik, marliana, 2013: ANALISIS FUNGSI SOSIAL, TEKSTUAL DAN MUSIKAL
TANGIS SIMATE PADA MASYARAKAT PAKPAK DI DESA SIOMPIN,
ACEH SINGKIL. Skripsi S-1 pada departemen etnomusikologi FIB USU.
Christy , Decy, 2007: Kajian Organologis Rebab Sunda Buatan Bapak Hikmat
Kurnia di
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan polonia Kota Medan.
Skripsi S-1 padaDepartemen Etnomusikologi FIB USU
Hood,Mantle 1982 . The Ethnomusicologist. Ohio : The Kent State University
Press
Hornbostel , Erich M. Von and Curt Sach, 1961. Clasification of Musical
Instrument. Translate from original Jerman by Antoni Brims and Klaus P.
Wachsman.
Khasima , Susumu, 1978. Measuring and Ilustrating Musical Instrument dalam
Musical Voice of Asia, Report of (Tradisional Performing Arts 1978),
Tokyo: Heibonsha Limited, Publizer .Terjemahan Rizaldi Siagian.
Merriam , Alan P ,1964. The Antropology of Music, North western, University
Press.
Meriam, Alan P. 1964. Antropology Of Music. Bloomington, Indiana: University
Press, 1964
Koenjaraningrat, 1985. Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan: Persepsi
Tentang Kebudayaan Nasional.
Koentjaraningrat, 1997. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Aksara Baru.
Poerwadarminta W.J.S 2003 Kamus Umum Bahasa Indonesia .Jakarta ,Penerbit
Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan Bahasa ,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta,Penerbit
Balai Pustaka.
Simbolon, J.Wely, 2010 : Kajian Organologis Garantung Buatan Bapak Junihar
Sitohang di Kelurahan Helvetia Timur , Kecamatan Helvetia Kota
Medan.Skripsi S-1 pada
Departemen Etnomusikologi FIB – USU
Rosita, anna, 1996 : Kajian Organologi Sarune Pakpak-Dairi. Skripsi S-1 pada
Departemen Etnomusikologi FIB- USU.
Berutu, Lister (Ed), 2008 :TRADISI DAN PERUBAHAN KONTEKS
MASYARAKAT PAKPAK.Grasindo Monoratama.
Naiborhu, Torang 1988 : “Odong-odong Sebagai Musik Vokal Pakpak di Desa
Kecupak Kecamatan Salak-Dairi. Kajian Tekstual dan Musikologis”
Medan. Fakultas Sastra Jurusan Etnomusikologi. USU.
Pusat Pembinaan Bahasa, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta,
Penerbit Balai Pustaka
Nettle,Bruno. 1964.Theory and Method in Etnomusicology. The Free Press of
Glencoe.
109
DAFTAR NARASUMBER
1. Nama
: Kami capah
Umur
: 56 tahun
Pekerjaan
: Pembuat/ Pemain musik, Petani
Alamat
: kecamatan kerajaan, Kabupaten pakpak bharat.
2. Nama
: Dayo Sinamo
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
: pemain kucapi Pakpak, petani.
Alamat
: Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.
3. Nama
: Pandapotan Solin.
Umur
: 54 tahun.
Pekerjaan
: Praktisi Kesenian Pakpak.
Alamat
: Kecamatan kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.
4. Nama
: Riduan Sinamo.
Umur
: 52 Tahun.
Pekerjaan
: Petani, Pemain Kucapi.
Alamat
: Desa Silima Kuta, Kecamatan Tinada, Kabupaten pakpak
Bharat.
5. Nama
: Mardi Boang Manalu.
Umur
: 20 Tahun
Pekerjaan
: Pemusik tadisional Pakpak.
Alamat
: Desa Aornakan Kecamatan PGGS, Kabupaten Pakpak
Bharat
6. Nama
: Surung Solin
110
Umur
: 22 Tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa, Pemusik Tadisional Pakpak.
Alamat
: Jl. Pinang Raya 4 no 10 PERUMNAS Simalingkar,
Medan.
Nama
: Jonedi Simanjuntak
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil, Pengusaha Sound Entertaiment, Pemusik
Tradisional Pakpak.
111
Download