Modul Pancasila [TM5]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pancasila sebagai ideology nasional
Pokok Bahasan
Pengertian pancasila dan asal muasal
pancasila
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Fakultas komunikasi
Program
Studi penyiaraan
05
Kode MK
Disusun Oleh
90037
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Abstract
Kompetensi
Menjelaskan asal muasal pancasila
Agar mahasiswa mengetahui asal
muasal pancasila
Pembahasan
Pancasila sebagai ideology nasional
Pengertian asal mula pancasila
Pancasila bukan sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain didunia. Namun terbentuknya
pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarahnya bangsa Indonesia. secara
kausalitas pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-nilainya telah
ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religious. Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat
nilai-nilai ersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan mora yang luhur,
antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia Sembilan yang kemudian
menghasilkan piagam Jakarta yang memuat pancasila yang pertama kali. Kemudian
dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang
resmi PPKI pancasila sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan
kembali dan akhirnya pada tanggal 18 agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar
filsafat negara republic Indonesia.
Kedudukan dan fungsi pancasila
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi pancasila. Setiap kedudukan dan fungsi
pancasila hakikatnya memiliki makna serta dimensi masing-masing yang konsekuensinya
aktualisasinyapun juga memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun hakikat dan
sumbernya sama. Pancasila sebagai dasar negara memiliki pengertian yang berbeda-beda
dengan fungsi pancasila sebagi pandangan hidup bangsa Indonesia, demikian pula
berkaitan dengan kedudukan dan fungsi pancasila yang lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi pancasila sevagai titik sentral pembahasan
adalah kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara republic Indonesia, hal ini
sesuai dengan kausa finalis pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk negara pada
hakikatnya adalah sebagai dasar negara republic Indonesia. namun hendaklah dipahami
bahwa asal muasal pancasila sebagai dasar negara republic Indonesia, digali dari unsureunsur yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa
pandangan hidup bangsa Indonesia. oleh karena itu dari berbagai macam kedudukan dan
fungsi pancasila sebenarnya dapat dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi
pancasila yang pokok yaitu sebagai dasar negara republic Indonesia dan sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia.
Namun yang terpenting bagi kajian ilmiah adalah bagaimana hubungan secara
kausalitas diantara kedudukan dan fungsi pancasila yang bermacam-macam tersebut. Oleh
karena itu kedudukan dan fungsi pancasila dapat dipahami melalui uraian tersebut.
2015
2
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
Sebagai suatu ideology bangsa dan negara Indonesia maka pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan lain
perkataan unsure-unsur yang merupakan materi pancasila tidak lain diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa
materialis 9asal bahan) pancasila.
Unsur-unsur pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideology bangsa dan
negara Indonesia. dengan demikian pancasila sebagai ideology bangsa dan negara
Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat
atau mengambil ideology dari bangsa lain. selain itu pancasila juga bukan hanya merupakan
ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok
atau golongan tertentu, melainkan pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
sehingga pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsure-unsur bangsa
secara komperhensif. Oleh karena cirri khas pancasila itu maka meliliki kesesuaian dengan
bangsa Indonesia.
Pancasila
sebagai
ideologi
nasional
dapat
diklasifikasikan
melalui
:
1. Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi mengandung di dalamnya
sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai-nilai itu akan
merupakan cita- cita yang memberi arah terhadap perjuangan bangsa dan negara.
2. Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya dengan berbagai
pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi kesepakatan bersama dari
suatu
bangsa.
3. Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus dan
menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan para pendiri negara
(the
fouding
father).
4. Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui pengalaman
bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi kekuatan
motivasional
untuk
tunduk
pada
cita-cita
bersama.
5. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar negara dan
2015
3
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sekaligus
menjadi
cita-cita
luhur
bangsa
dan
negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional dipahami dalam perspektif
kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif kekuasaan, sehingga bukan sebagai alat
kekuasaan.
Selaku
Ideologi
Nasional,
Pancasila
a.
Memiliki
Beberapa
Dimensi
Dimensi
:
Idealitas
artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-cita di berbagai bidang
kehidupan
yang
ingin
b.
dicapai
masyarakat.
Dimensi
Realitas
artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari nilai- nilai yang hidup
dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik mereka bersama dan yang tak asing
bagi
mereka.
c.
Dimensi
normalitas
artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat masyarakatnya yang
berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau ditaati yang sifatnya positif.
d.
Dimensi
Fleksilibelitas
artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman, dapat berinteraksi dengan
perkembangan jaman, dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, bersifat terbuka
dan
demokratis.
Pancasila
merupakan
Ideologi
terbuka
Pancasila dapat menerima dan mengembangkan ideologi baru dari luar, dapat berinteraksi
dengan perkembangan/perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat demokratis dalam arti
membuka diri akan masuknya budaya luar dan dapat menampung pengaruh nilai-nilai dari
luar yang kemudian diinkorporasi, untuk memperkaya aneka bentuk dan ragam kehidupan
bermasyarakat
2015
4
di
Indonesia
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
juga
memuat
empat
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimensi
secara
menyeluruh.
Setiap negara memiliki ideologi tersendiri. Ada yang memiliki ideologi individualistik yang
memandang manusia dari sisi hak asasinya, ideologi komunistik yang memendasarkan diri
pada premise bahwa semua materi berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan
menempuh proses dialektik yang mana di dalam diri manusia tidak ada yang permanen
sehingga
kontradiksi
terhadap
lingkungan
selalu
menghasilkan
perubahan
yang
menentukan diri manusia dan faham agama yang bersumber dari falsafah agama yang
termuat dalam kiblat suci agama. Indonesia sendiri menganut ideologi pancasila yang
memandang manusia selaku makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
membutuhkan
yang
lain.
Pancasila dan kelima silanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, sehingga
pemahaman dan pengalamannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di
dalamnya.
Sila
Ketuhanan
Yang
Maha
Esa,
mengandung nilai sprituil yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua
pemeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME sehingga atheis tidak berhak hidup
di
bumi
Sila
Kemanusiaan
Indonesia.
Yang
Adil
dan
Beradab,
mengandung nilai satu derajat, sama hak dan kewajiban, serta bertoleransi dan saling
mencintai.
Sila
Persatuan
Indonesia,
mengandung nilai kebersamaan, bersatu dalam memerangi penjajah dan bersatu dalam
mengembangkan
Sila
Kerakyatan
negara
yang
Dipimpin
oleh
Indonesia.
Hikmat
Kebijaksanaan
dalam
Permusyawaratan/Perwakilan,
mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat atau demokrasi yang dijelmakan oleh
persatuan
Sila
nasional
Keadiilan
yang
Sosial
bagi
rill
dan
wajar.
Seluruh
Rakyat
Indonesia,
mengandung sikap adil, menghormati hak orang lain dan bersikap gotong royong yang
menjadi
2015
5
kemakmuran
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
masyarakat
secara
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyeluruh
dan
merata.
Kedudukan,
Fungsi
serta
Implementasi
Pancasila
sebagai
Dasar
Negara
Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan fundamen atau
pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen negara akan menguatkan berdirinya
negara itu. Kerapuhan fundamen suatu negara, beraikbat lemahnya negara tersebut.
Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara
(filosofische gronslag dari negara), Staats fundamentele norm, weltanschauung dan juga
diartikan
sebagai
ideologi
negara
(staatsidee).
Negara kita Indonesia. Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegara ini
dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan
kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideology berarti
mengubah eksistensi dan sifat negara. Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut
kuat
atau
lemahnya
bangsa
itu
berpegang
kepada
dasar
negaranya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar dari
penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut di atas, sesuai dengan apa yang tersurat
dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 alenia 4 antara lain menegaskan: ".....,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalm permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan
sosial
bagi
seluruh
rakyat
Indonesia".
Dengan kedudukan yang istimewa tersebut, selanjutnya dalam proses penyelenggaraan
kehidupan bernegara memiliki fungsi yang kuat pula. Pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945 menggariskan ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi pancasila dalam proses
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Berikut ini dikemukakan ketentuan-ketentuan yang
menunujukkan fungsi dari masing-masing sila pancasila dalam proses penyelenggaraan
kehidupan
bernegara.
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu:
kehidupan bernegara bagi Negara Republik Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa,
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama serta untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannnya, negara menghendaki adanya toleransi
2015
6
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dari masing- masing pemeluk agama dan aliran kepercayaan yang ada serta diakui
eksistensinya di Indonesia, negara Indonesia memberikan hak dan kebebasan setiap warga
negara
terhadap
agama
dan
kepercayaan
yang
dianutnya.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab, antara lain : pengakuan negara terhadap hak bagi setiap bangsa untuk
menentukan
nasib
sendiri,
negara
menghendaki
agar
manusia
Indonesia
tidak
memeperlakukan sesame manusia dengan cara sewenang- wenang sebagai manifestasi
sifat bangsa yang berbudaya tinggi, pengakuan negara terhadap hak perlakuan sama dan
sederajat bagi setiap manusia, jaminan kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan serta kewajiban menjunjung tinggi hokum dan pemerintahan yang ada bafi
setiap
warga
Ketentuan-ketentuan
yang
menunjukkan
fungsi
negara.
sila
Persatuan
Indonesia,
yaitu:
perlindungan negara terhadp segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiba dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham
perseorangan, serta pengakuan negara terhadap kebhineka-tunggal-ikaan dari bangsa
Indonesia
dan
kehidupannya.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kerkyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata perwakilan, yaitu: penerapan kedaulatan
dalam negara Indonesia yang berada di tangan rakyat dan dilakukan oleh MPR, penerapan
azas musyawarah dan mufakat dalam pengambilan segala keputusan dalam negara
Indonesia, dan baru menggunakan pungutan suara terbanyak bila hal tersebut tidak dapat
dilaksanakan, jaminan bahwa seluruh warga negara dapat memperoleh keadlan yang sama
sebagai formulasi negara hokum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka, serta
penyelenggaraan kehidupan bernegara yang didasarkan atas konstitusi dan tidak bersifat
absolute.
Yang terakhir adalah ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Keadlan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, antara lain: negara menghendaki agar perekonomian Indonesia
berdasarkan atas azas kekeluaraan, penguasaan cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara serta menguasai hajat hidup orang banyak oleh negara, negara menghendaki
agar kekayaan alam yang terdapat di atas dan di dalam bumi dan air Indonesia
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat banyak, negara menghendaki agar setiap warga
2015
7
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
negara Indonesia mendapat perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan, baik material
maupun spiritual, negara menghendaki agar setiap warga negara Indonesia memperoleh
pengajaran
secara
menyelenggarakan
maksimal,
satu
sistem
negara
Republik
pengajaran
Iindonesia
nasional
yang
mengusahakan
dan
pelaksanaannya
ditur
berdasarkan Undang- Undang, pencanangan bahwa pemerataan pendidikan agar dapat
dinikmati seluruh warga negara Indonesia menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat dan keluarga, dan negara berusaha membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang berarti
bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita
yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini
pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya.
Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ideide (the sciene of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Istilah “ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf Perancis, Antoine Destutt de
Tracy pada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis tengah menggelora (Christenson, et.al.,
1971: 3). Tracy menggunakan istilah ideologi guna menyebut suatu studi tentang asal mula,
hakikat, dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah dikenal sebagai “Science of
Ideas”. Gagasan ini diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat
Perancis. Namun, Napoleon mencemoohnya sebagai suatu khayalan yang tidak memiliki
nilai praktis. Pemikiran Tracy ini sebenarnya mirip dengan impian Leibnitz yang disebut one
great system truth (Pranarka, 1987).
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai berikut:
1. Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku
manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan
dengan tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah atau
mempertahankan tertib sosial dan politik yang bersangkutan.
2. Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan strategi guna
merealisasikannya.
2015
8
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat
mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang selanjutnya diarahkan
pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.
4. Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran
itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.
B.
Karakteristik dan Makna Ideologi bagi Negara
Dalam memahami ideologi dan ideologi politik tidaklah cukup hanya melihat dari sosok
pengertiannya, atau hanya berangkat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahlinya. Oleh karena itu, meskipun secara elementer akan dipaparkan beberapa
karakteristik ideologi sehingga upaya memahami makna suatu ideologi dapat dilakukan lebih
mudah. Makna suatu ideologi dapat ditemukan dari karakteristiknya. Beberapa karakteristik
suatu ideologi, antara lain:
1.
Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang sebelumnya
dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap sebagai suatu yang
sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam ini biasanya akan mendorong
munculnya suatu ideologi. Jika manusia, kelompok, ataupun masyarakat mulai merasakan
bahwa berbagai kebutuhan dan tujuan hidupnya tidak dapat direalisasikan, maka kesalahan
pertama seringkali ditimpakan kepada ideologi yang ada atau sedang dikembangkan.
Biasanya ideologi yang ada dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik dalam menjelaskan
eksistennya atau justifikasi terhadap situasi yang sedang terjadi, ataupun dalam
melaksanakan aturan main yang dicanangkan sebelumnya. Pendek kata, mereka tidak
dapat menerima batasan-batasan mengenai apa yang harus dijunjung tinggi dan
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari kondisi yang serba kalut, yang
dicirikan oleh menghebatnya ketegangan sosial, maka ketidakpuasan terhadap masa
lampau dan ketakutan menghadapi masa depan menjadi pendorong muncul dan
bangkitnya suatu ideologi yang mampu menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
2.
Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis
Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau ditawarkan ke
tengah-tengah arena perpolitikan. Oleh karena itu, ideologi harus disusun secara sistematis
agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara rasional. Sebagai ide yang hendak
mengatur tertib hubungan masyarakat, maka ideologi biasanya menyajikan penjelasan dan
2015
9
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
visi mengenai kehidupan yang hendak diwujudkan. Di samping itu, ideologi sering
menampakkan sifat “self-contained” dan “self-sufficient”. Ini mengandung pengertian bahwa
ideologi merupakan suatu pola pemikiran yang terintegrasi antara beberapa premis dasar
yang memuat aturan-aturan perubahan dan pembaharuan. Meskipun ideologi dikatakan
sebagai suatu pola pemikiran yang sistematis, namun tidak jarang dikatakan bahwa ideologi
merupakan konsep yang abstrak. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan deologi yang kurang
mampu menggambarkan tentang realitas dan lebih menggambarkantentang model atas
dasar persepsi tentang realitas yang ideal. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila
ideologi cenderung menjadi reduksionis, dalam arti cenderung mengetengahkan penjelasan
dan rekomendasi yang sederhana, umum, dan lebih mudah dipahami.
3.
Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam
Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, mulai
dari penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai pada gagasan-gagasan atau
panangan-pandangan yang komperehensif (misalnya: weltanschauung). Sebenarnya, sifat
serba mencakup dari suatu ideologi sangat tergantung pada ruang lingkup kekuasaan yang
dapat dicakupnya. Ideologi-ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih komprehensif
dibandingkan dengan ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa mendambakan
kekuasaan mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupan. Dengan demikian, ideologi
dapat memberikan gambaran tentang masyarakat bangsa yang akan direalisasikan dengan
berbagai pola perilakunya. Ideologi dapat menjadi indikator dalam menentukan keberhasilan
suatu negara dalam membangun masyarakatnya.dengan demikian, ideologi dapat menjadi
parameter dalam mengukur keber-hasilan suatu bangsa.
4.
Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan,
mulai dari konsep yang kompleks dan sophisticated sampai dengan slogan-slogan atau
simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan gagasan-gagasan tertentu sesuai dengan
tingkat pemahaman dan perkembangan masyarakatnya. berangkat dari tataran pemikiran
semacam ini, dapat dikatakan bahwaideologi berada pada keragaman landasan yang
akhirnya
akan
membuahan
berbagai
pemahaman
dan
penerimaan
dari
para
pengikutnya.ketertarikan seseorang pada suatu ideologi bisa didasarkan pada rangsangan
intelektual, emosional, atau yang paling sering adalah kepentingan pribadi. Disamping itu,
unsur pengikat dapat didasarkan pada daya tarik pemimpin yang kharismatik. Dengan
demikian, tidak mengherankan apabila para “ ideolog” cenderung menunjukkan militansi dan
2015
10
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
fanatisme terhadap doktrin ideologi sehingga menjadi sumber dukungan yang aktif dan
sangat loyal dengan pasif menerima ideologi apa adanya.
C.
Fungsi ideologi
Tumbuhnya keyakinan dan kepercayaan terhadap ideologi tertentu, barangkali bukan satu
satunya cara, melalui mana manusia bisa memformulasikan dan mengisi kehidupannya.
Ideologi juga bisa memainkan fungsinya dalam mengatur hubungan antara manusia dan
masyarakat. Setiap kehidupan masyarakat pasti mengharapkan setiap anggotanya dapat
terlibat dan tercakup di dalamnya. Untuk itu, ideologi dapat membantu anggota masyarakat
dalam upaya melibatkan ciri dalam berbagai sektor kehidupan di samping fungsinya yang
sangat umum, ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifstnya, seperti:
1.
Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia
Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide atau gagasan
melalui mana manusia dapat menerima, memahami, dan sekaligus menginterpretasikan
hakikat kehidupan ini. Realitas kehidupan yang sangat kompleks dapat dibuat lebih jelas,
lebih memenuhi harapan, dan lebih berarti oleh sebuah ideologi. Orientasi kognitif dari suatu
ideologi dapat membantu untuk menghindarkan diri dari sikap ambiguitas, sekaligus
memberikan kepastian dan rasa aman dalam mengarungi kehidupannya. Jika manusia
melihat ada kekuasaan atau kekuatan yang sulit diprediksikan, maka ideologilah ide satusatunya tempat berlindung.
2.
Ideologi berfungsi sebagai panduan
Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan tentang bagaimana
manusia seharusnya bertingkah laku, di samping tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
Seiring dengan fungsinya, ideologi menyajikan saluran-saluran yang dapat dipakai untuk
mewujudkan ambisi pribadi atau kelompok, hak dan kewajiban, dan parameter yang
menyangkut harapan pribadi dan anggota masyarakat. Ideologi juga dapat memberikan
batasan tentang kekuasaan, tujuan, dan organisasi yang berkaitan dengan masalahmasalah politik. Dengan demikian fungsi ideologi bagi suatu negara bukan sekedar sebagai
standar pertimbangan dalam memilih berbagai alternatif,melainkan menyertakan “a sense of
self-justification”, cara-cara mengevaluasi tingkah laku para anggotanya, dan memberikan
kerangka landasan bagi legitimasi politik (kekuasaan).
2015
11
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3.
Ideologi berfungsi sebagai lensa, melalui mana seseoran dapat melihat
dunianya; sebagai cermin, melalui mana seseorang dapat melihat dirinya; dan
sebagai jendela, melalui mana orang lain bisa melihat diri kita.
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk mengenal dan
melihat
dirinya sendiri,
dan mengharapkan orang
lain untuk
bisa melihat
dan
menginterpretasikan tindakanna yang didasarkan atas ideologinya. Dengan demikian,
ideologi merupakan potret diri pribadi, kelompok atau masyarakat yang sangat impresionistis. Ideologi dapat memberikan gambaran tentang manusia dan masyarakat yang
diharapkan. Inilah fungsi penting ideologi bagi suatu bangsa dan negara.
4.
Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi
integratif
Dalam level personal, ideologi dapat membantu setiap individu dalam mengatasi konflik
yang terjadi dalam dirinya sendiri ataupun dalam hubungannya dengan orang lain. Di sisi
lain, ideologi dapat mengikat kebersamaan dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek
kehidupan individu. Dalam kehidupan masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi membatasi
terjadinya konflik. Guna menjaga kontiunitas dan usaha-usaha bersama, suatu masyarakt
tidak saja memerlukan pengendalian konflik, tetapi juga memerlukan adanya integrasi
secara politis dari para anggotanya. Melalui ideologi setiap anggota masyarakat mampu
mengetahui ide, cita-cita, tujuan atau harapan-harapan dari masyarakat.
D.
Perbandingan Ideologi
Kajian ideologi terasa kurang lengkap tanpa mengkaji ideologi-ideologi besar yang
berpengaruh di dunia. Oleh karena itu pada bagian ini akan disajikan uraian singkat tentang
beberapa ideologi tersebut.
1.
Liberalisme
Dalam rangka mempertajam persepsi terhadap beberapa aliran filsafat politik yang
revolusioner, ada baiknya dikemukakan dua teori pokok garakan revolusioner di Amerika
Serikat. Pertama, teori yang dikembangkan oleh The Founding of America yang didasarkan
atas hak-hak rakyat untuk membebaskan diri dari pemerintahan yang depotisme. Teori
revolusioner ini tergolong tradisional dengan tujuan yang sedehana yaitu ingin mengakhiri
praktik-praktik tirani dan memberikan kebebasan kepada rakyat secara penuh sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2015
12
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kedua, teori yang diemukakan Kaum Komunis di Amerika dan merupakan kebalikan dari
teori pertama. Teori ini bertuuan ingin mengakhiri kebebasan rakyat, sekaligus membagun
tirani. Inilah essensi yang sering dilupakan oleh mereka yang hanya ingin mencari justifikasi
dalam membela kaum komunis di Amerika. Dengan kata lain, istilah yang dipergunakan
sama, tetapi belum tentu memiliki makna yang sama di mata rakyatnya.
Persoalan yang sering dilupakan dalam pembahasan filsafat politik adalah masalah yang
menyangkut hak dan wewenang pemerintah dalam mengendalikan tingkah laku dan
perbuatan warganegaranya. Apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh
rakyat, biasanya ditentukan oleh pemerintah dari masing-masing negara. Inilah sebenarnya
persoalan mendasar yang paling penting karena menyangkut kepentingan asasi dari warga
negara.
Liberalisme sebagai salah satu filsafat politik dan ideologi besar di dunia memiliki hubungan
yang erat dengan persoalan diatas. Edmun Burke mengemukakan bahwa liberalisme
berhubungan dengan masalah apa yang seharusnya dilakukan oleh negara melalui
kebijaksanaan umum, dan yang seharusnya tidak dilakukan negara untuk memberikan
kebebasan kepada rakyatnya. Pada awal pertumbuhannya, liberalisme sering dikonotasikan
dengan kebebasan individu dalam setiap aspek kehidupan. Inilah arti pentingnya jaminan
terhadap
hak-hak
asasi
manusia
sehingga
memungkinkan
setiap
orang
dapat
mengembangkan potensinya.
Menurut pandangan liberalisme, negara dan politik hanya menempati salah satu bagian dan
bukan persoalan pokok dalam kehidupan manusia. Tujuan negara semata-mata hanya
mempertahankan negara apabila ada gangguan atau serangan dari negara lain. Fungsi
negara tidak lebih dari mempertahankan hukum dan ketertiban masyarakat. Rumusan yang
sesuai dengan cita-cita ini adalah The goverment is the best which governs the best.
Liberalisme memiliki pandangan tersendiri terhadap hak dan kebebasab warganegara. Ia
mendukung pengakuan hak-hak asasi manusia sepanjang tidak mengganggu hak-hak orang
lain. Pandangan ini pada dasarnya sama dengan yang dikembangkan bangsa Indonesia
melalui ideologi pancasila. Dengan demikian, negara paling tidak harus memberikan
jaminan kepada setiap warganegaranya untuk memilih dan menentukan agama dan
kepercayaannya sendiri, berbicara dan mengemukakan pikiran secara bebas, dan untuk
bekerja secara bebas sesuai dengan kemauan dan kemampuannya tanpa campur tangan
dari pemerintah.
2015
13
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Filsafat politik liberalisme tertuang dalam Bill of Rights, gagasan konstitusionalisme, ajaran
Separation of Power, dan dimanefestasikan dalam ajaran Checks and Balance. Keempatnya
dimaksudkan untuk memberikan jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan individu
dari pelanggaran-pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh negara atau pemerintah.
Akhirnya, prinsip-prinsip pengajaran liberalisme telah berkembang menjadi suatu ideologi
dalam segala aspek kehidupan.
Sebagai sebuah ideologi, liberalisme mengembangkan suatu prinsip yang sangat mendasar
sifatnya,
seperti:
(1)
pengakuan
terhadap
hak-hak
asasi
kewarganegaraan,
(2)
memungkinkan tegaknya tertib masyarakat dan negara atas supermasi hukum, (3)
memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis, dan (4) penolakan terhadap
pemerintahan totaliter.
Prinsip-prinsip tersebut kemudian diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam bidang politik, ideologi liberal sangat menekankan pada peranan masing-masing
individu. Karena pentingnya kedudukan individu, pernah berkembang negara hukum yang
bertujuan melindungi individu dari gangguan individu lain. Perkembangan bidang ekoomi
juga ditandai dengan persaingan yang kuat karena masing-masing individu merasa memilki
hak untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya. Namun, dalam
perkembangan selanjutnya kebebasan ini telah melahirkan sikap imperealistis dan
membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi kelompok masyarakat lain. Pendek
kata, yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin terpuruk. Akhirnya, lahirlah kelaskelas sosial yang pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip liberalisme.
2.
Komunisme
Menurut teori aslinya, yaitu teori marx, sosialisme dan komunisme tidak akan mungkin bisa
muncul di negara-negara yang tingkat perkembangan ekonominya belum begitu maju.
Selain itu, Marx mengatakan bahwa sistem feodal harus digantikan oleh sistem kapitalis
yang ditimbulkan oleh industrialisasi. Dalam pandangan Marx, sistem kapitalis tersebut bisa
mempersiapkan kerangka landasan untuk datangnya sosialisme dengan melalui dua cara:
(1) kapitalisme memberikan kemungkinan menigkatnya produksi melalui industrialisasi,dan
(2) kapitalisme dapat melahirkan kelas baru, yaitu kelas proletar atau buruh.
Sistem kapitalis itu sendiri, bisa saja dipimpin oleh kelas borjuis dengan satu catatan bahwa
kelas proletar semakin besar jumlahnya. Akhir dari kondisi ini akan melahirkan kekuatan
kelas proletar guna menjatuhkan atau menggantikan kelas borjuis. Dengan demikian, kelas
proletar bisa mewarisi ekonomi yang maju dari praktek kapitalisme. Dengan asumsi bahwa
2015
14
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kelas proletar tersebut akan menggunakan
produksi yang tinggi untuk kepentingan
mayoritas kelas proletar dan bukan demi kepentingan minoritas kelas borjuis.
Berangkat dari teori marx tersebut kita memperoleh satu kesan bahwa negara praindustri
harus diindustrilisasikan melalui kapitalis sebelum lahir atau tumbuhnya sosialis. Kondisi
semacam inilah yang memungkinkan kaum proletar menjadi kuat dan dapat merebut
kekuasaan dan menciptakan sosialisme.
Gambaran pada awal abad ke 20 menunjukkan, bahwa negara-negara sosialis adalah
negara-negara kapitalis yang paling maju, khususnya jerman dan inggris. Di pihak lain, rusia
masih feodal dengan ekonomi pertaniannya. Di rusia proses industrialisasi baru mulai dan
kaum borjuis masih lemah dibandingkan dengan kaum ningrat yang ada. Meskipun
demikian, partai komunis berhasil merebut kekuasaan di rusia. Sementara di inggris dan
jerman, hal yang demikian tidak terjadi. Satu pertanyaan yang segera mengganggu adalah
bagaimana kenyataan berhasilnya partai komunis di suatu negara yang belum maju dapat
disesuaikan dengan teori Marx?
Menurut Marx, datangnya sosialis dapat diibaratkan dengan jatuhnya buah yang matang
dari pohon. Kalau buah sudah matang barulah bisa jatuh. Sementara itu lenin berkeyakinan
bahwa buah itu harus dan dapat direbut. Apabila dikaitkan dengan perkembangan di Rusia
belum cukup matang. Untuk itu sebuah organisasi harus dibentuk dalam upaya merebut
kekuasaan. Organisasi yang dimaksudkan tidak lain dan tidak bukan ialah: Partai Bolshevic
atau Komunis.
Partai komunis terdiri dari segolongan kecil orang yang revolusioner dan sangat berdisiplin.
Sehubungan dengan ini, lenin mengatakan bahwa kualitas lebih penting ketimbang
kuatintas. Bahkan, untuk ini partai komunis disebutnya sebagai “ vanguard” atau pelopor
kelas proletar. Menurut Lenin pula orang bisa sering menginsyafi kepentingannya sendiri.
Mereka mirip tubuh tanpa kepala. Untuk ini partai komunis sebagai kepala dari tubuh kelas
proletar. Dalam pandangannya, anggota-anggota Partai Komunis cukup memahami hukum
kesejarahan. Dengan kata lain, mereka cukup memahami bagaimana kelas proletar
merupakan kelas yang semestinya akan berkuasa. Jadi, walaupun banyak anggota partai
yang berasal dari cendikiawan daripada proletar itu sendiri, namun golongan cendikiawan
tersebut dapat mewakili kepentingan proletar.
Lenin juga melihat bahwa kelas proletar merupakan kelas yang kecil di Rusia. Oleh karena
itu kelas proletar harus bersatu dengan petani. Persekutuan ini haruslah dipimpin oleh kelas
proletar ( dalam hal ini partai komunis). Tugas pertama mereka adalah menjatuhkan rezim
2015
15
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
feodal, kendatipun rezim feodal itu sendiri tidak akan diganti oleh rezim borjuis. Menurut
lenin, justru persekutuan yang dipimpin oleh proletar itulah yang harus menunaikan tugas
kelas borjuis, yaitu industrialisasi. Sesudah itu mereka baru dapat menunaikan tugasnya
sendiri, yaitu membangun sosialisme. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa lenin
bermaksud menyatukan dua tahapan yaitu kapitalis dan sosialis.
Dari ulasan yang terakhir, nampak bahwa lenin membuat beberapa revisi yang penting
dalam teori Marxisme. Pertama ia menerima prinsip bahwa arah sejarah bisa dipercepat.
Kedua, alat yang dapat mempercepat sejarah adalah partai komunis yang mewakili kaum
proletar, kendatipun diantara anggotanya terdapat orang-orang yang bukan proletar. Ketiga,
lenin menginsyafi bahwa dalam suatu negara agraris, kelas proletar harus bersekutu dengan
kelas petani. Akhirnya lenin berkesimpulan bahwa partai komunis dapat menjalankan
industrialisasi kendati menurur Marx industrialisasi merupakan tugas kaum borjuis dengan
sistem kapitalismenya.
Revisi-revisi lenin dikembangkan pula oleh Mao Tze Tung. Diatas telah dikatakan bahwa
lenin menciptakan gagasan Vanguard of the Proletariat atau pelopor proletar yang mewakili
kelas proletar, kendatipun ada di antara pemimpin-pemimpinnya yang bukan dari kelas
proletar. Di samping itu, peranan para politisi tidak dapat diabaikan.
Pada mulanya partai komunis cina mengikuti contoh rusia tersebut. Dengan kata lain,
semua partai ini mendasarkan kekuatannya pada kelas proletar dan kelompok cendikiawan
di kota-kota besar. Namun kenyataan yang ada, pada tahun 1927, Chiang Kai-Shek
menghancurkan partai komunis di kota-kota besar. Untuk itu Mao mengembangkan satu
pemikiran, bahwa revolusi cina harus mendasarkan diri pada kelas petani. Atas dasar
pertimbangan tersebut Mao membentuk suatu tentara petani. Satu pertanyaan yang timbul
sekarang adalah, bagaimana revolusi yang diperjuangkan oleh tentara petani itu dapat
dikatakan komunis?
Memang lenin membedakan antara pelopor proletar dan kelas proletar itu sendiri. Akan
tetapi bagaimanapun juga keduanya saling bersangkutan sangat erat. Ada orang-orang
proletar yang menjadi anggota partai komunis, dan partai komunis berpusat di kota-kota
besar sehingga pemimpin-pemimpin dapat berhubungan secara kontinyu dengan kelas
proletar.
Sebelumnya Mao hanya membawa gagasan lenin sampai logical conclution saja. Kalau
pelopr proletar memahami kepentingan proletar dengan lebih jelas dari orang proletar itu
sendiri, apakah pelopor tersebut tersangkut-paut secara fisik dengan proletar atau tidak,
2015
16
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bukanlah persoalan yang penting. Pokoknya pelopor itu, tidak lain adalah partai komunis
yang dianggap mewakili kelas proletar. Jadi walaupun tentara Mao terdiri dari petani dan
bukan proletar, akan tetapi ia mewakili proletar. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa
revolusi cina dipimpin juga oleh kelas proletar.
Revolusi Mao adalah bertujuan menjangkau “demokrasi rakyat”. Jika demokrasi rakyat
sudah dapat dicapai, maka sudah tidak perlu memasuki tahap kapitalisme. Jadi
perkembangan masyarakat harus melewati tahap feodalisme menuju demokrasi rakyat,
kemudian memasuki sosialisme, dan akhirnya terwujudlah komunisme.
Demokrasi rakyat diperjuangkan oleh suatu aliansi yang terdiri dari kelas –kelas proletar,
petani, borjuis kecil, dan borjuis nasional (kaum kapitalis yang menentang atau tidak bekerja
sama dengan imperealis) aliansi tersebut dipimpin oleh kaum proletar. Untuk ini Mao
mengatakan bahwa revolusi ala cina cocok dengan kondisi negara-negara baru.
Sejak tahun 1961, uni sovyet menganjurkan sebuah jalan yang sedikit berbeda untuk
negara-negara baru. Menurut Uni sovyet negara-negara baru harus mencapai apa yang
disebut “demokrasi nasional”. Aliansi yang memperjuangkan demokrasi nasional terdiri dari
keempat kelas yang juga memasuki aliansi untuk demokrasi rakyat. Tetapi aliansi demokrasi
nasional tidak dipimpin oleh kelas proletar, yaitu partai komunis. Partai komunis dianjurkan
untuk bekerjasama dengan pemimpin nasional lain dan berusaha menguasai golongan lain.
Dengan demikian, jelas bahwa teori komunis tentang berkembangnya gerakan komunis di
negara-negara baru agar berbeda dengan teori aslinya yang dikemukakan Marx. Teori
komunis sudah disesuaikan dengan realita di negara-negara baru, yaitu bahwa sebagian
besar rakyat bukan kaum proletar tetapi petani. Tetapi kaum petani tersebut tidak dapat
memimpin suatu revolusi. Pemimpin-pemimpinnya yang tergabung dalam partai komunis,
sebenarnya berasal dari kelas cendikiawan, dan bukan proletar. Jadi di negara-negara baru
gerakan komunis yang berhasil terdiri dari cendikiawan dan petani. Peranan proletar boleh
dikatakan tidak begitu menonjol.
Kelihatan teori tersebut terlalu dibuat-buat. Oleh karena itu kita perlu melihat faktor-faktor
lain yang mempengaruhi berkembangnya gerakan komunis. Salah satu pendapat yang
sering diutarakan tentang berkembangnya gerakan komunis di negara-negara baru adalah
bahwa komunisme merupakan akibat kemiskinan. Kalau rakyat hidup dalam kemiskinan dan
kesengsaraan, maka hal ini merupakan keadaan yang subur bagi komunisme. Secara logis
pendapat ini masuk akal. Semestinya yang paling miskin menjadi yang paling kurang puas
2015
17
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sehingga tidak mungkin mengikuti gerakan komunis yang ingin merombak masyarakat
secara keseluruhan.
Akan tetapi, dalam prakteknya tidak selalu demikian. Misalnya, di india tidak semua daerah
yang paling terbelakang mendukung komunis. Justru di daerah-daerah yang paling
terbelakang, petani-petani berpikiran paling tradisional. Kalau kita melihat negara-negara
yang paling tradisional seperti saudi arabia, meskipun rakyat miskin sekali tetapi tidak ada
gerakan komunis. Seringkali sikap narimo (menerima dengan pasrah) sangat kuat diantara
orang yang miskin sekali. Jadi bukanlah kemiskinan sendiri yang menimbulkan gerakan
komunis.
Ada sebuah teori tentang timbulnya gerakan komunis yang berdasarkan pada proses
detradisional. Komunisme tidak dipandang sebagai reaksi terhadap kemiskinan melainkan
sebagai reaksi terhadap perubahan yang terlalu pesat dan kurang teratur. Dalam
masyarakat tradisional semua orang merasa sebagai bagian dari masyarakat. Mereka
mempunyai suatu kedudukan yang tidak dapat dirubah sehingga merasa aman. Secara
ekonomis orang menderita, tetapi penderitaannya diterima sebagai nasib. Tetapi sesudah
masyarakat dipengaruhi modernisasi, masyarakat tradisional seringkali dikacaukan melalui
meluasnya komunikasi, penjajahan, pendidikan modern, industri modern, dan lain-lain.
Setelah dipengaruhi oleh modernisasi mereka dapat melihat cara-cara kehidupan lain yang
merupakan alternatif yang kelihatan bagus. Orang-orang menjadi kurang puas dan frustasi.
Ketidakpuasan dan frustasi ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, orang-orang berfrustasi
secara materiil. Mereka ingin menjadi kaya seperti orang lain. Kedua, mereka frustasi
dengan nilai-nilai baru. Pada zaman yang kacau, orang perlu ideologi yang dapat
menerangkan tentang dunia modern yang kelihatan kacau. Sering kepercayaan agama tidak
cukup meyakinkan, sehingga orang tidak saja memberi jalan untuk menjadi kaya tetapi juga
sebagai pegangan yang dapat meredakan ketakutan akan kekacauan di dunia modern.
3.
Fasisme
Istilah fasisme dikembangkan dari istilah latin “fasces” yang merupakan simbol kekuasaan
pada jaman romawi kuno. Di italia dikenal pula istilah “fascio” dengan arti dan konotasi yang
sama. Fasisme sebagai gerakan politik muncul di italia setelah perang dunia I dan sempat
menguasai negara itu dari tahun 1922 sampai dengan tahun 1943. Tetapi sebelum itu, telah
dikenal istilah “fasci” yang sering diartikan sebagai kelompok politik yang memperjuangkan
tujuan-tujuan tertentu. Fasisme sebagai gerakan politik lebih eksklusif sifatnya setelah
dikaitkan dengan gerakan-gerakan yang diorganisir oleh benito mussolini pada tahun 1919.
2015
18
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam banyak hal, fasisme yang dikembangkan Mussolini dan Nazisme oleh Hitler sangat
dipengaruhi oleh pemikiran Fichte dan Hegel. Dalam hubungan ini bisa dikatakan bahwa
fasisme tidak lain merupakan perkembangan radikal dari teori negara Hegel. Dalam suatu
kesempatan, Hegel pernah mengemukakan bahwa pengorbanan yang diberikan individu
kepada negaranya merupakan ikatan substansial antara negara dengan seluruh
anggotanya. Dengan demikian, pengorbanan tersebut dapat dipandang sebagai manifestasi
dari tugas individu kepada bangsa dan negaranya. Fasisme juga cenderung menganut
moralisme ideal yang selalu didengungkan Hegel dan diperjuangkan pula oleh kant, Fichte,
Green, Calyle, ataupun Mazzini. Sesuai dengan ajaran tersebut orang seyogyanya lebih
menuntut kebajikan daripada memenuhi kesenangan pribadi. Ia harus lebih mementingkan
tugas dan kewajibannya daripada menuntut hak semata-mata, dan pengorbanan diri atas
nama masyarakat tidak harus dilaksanakan atas dasar kepentingan diri sendiri (selfinterest).
Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran itulah, fasisme dan nazisme memandang liberalisme
sebagai satu ajaran dan gerakan yang lebih berorientasi kepada pemuasan kebutuhan
materiel dengan mengabaikan soal-soal moral dan spiritual. Sebaliknya, fasisme
menganggap ideologi mereka lebih mendasarkan diri pada nilai-nilai spiritual dan loyalitas
daripada sekedar pemenuhan kebutuhan perseorangan. Selain itu fasisme bukanlah
ideologi yang bersifat dogmatis dan kaku, akan tetapi merupakan ideologi yang luwes
dimana ajaran-ajarannya diterima sebagai suatu kenyataan darurat sesuai dengan suasana
yang ada dalam masyarakat dan negara yang ada. Hakikat fasisme adalah kepercayaan
dan instink, dan bukannya akal atau ajaran.
Fasisme menolak dengan tegas gerakan Pasifisme, akan tetapi lebih menyukai bentukbentuk kekerasan. Mereka juga menolak demokrasi dan liberalisme dengan segala macam
pranata pendukungnya. Sebaliknya fasisme cenderung mendekati nasionalisme dan
imperealime, serta lebih tertarik kepada tradisi-tradisi jaman romawi.
Negara dalam pandangan fasis dianggap terlepas dan ada diatas setia perintah moral.
Negara berdiri diatas semua individu dan mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding
individu. Kebebasan individu dibatasi untuk memberikan perhatian sepenuhnya terhadap
negara. Negara adalah diatas segala-galanya. Negara mempunyai peranan sangat penting
dalam membentuk individu-individu yang tercakup didalamnya. Untuk itu negara harus
melakukan pengawasan mutlak kepada setiap aspek kehidupan individu, yang meliputi
pendidikan, kehidupan ekonomi, dan memaksakan tercapainya keselarasan antara kerja
dan modal. Dari segi inilah nampak bahwa fasisme menolah sosialisme-Maxist maupun
kapitalisme.
2015
19
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
-
http://guslossy.xtgem.com/Pancasila%20sbg%20Ideologi%20Nasional (diunduh 20
April 2015 Pukul 10.00)
-
https://ismail403.wordpress.com/2013/05/07/pancasila-sebagai-ideologi-nasional/
(diunduh 20 April 2015, Pukul 10.00)
2015
20
Pancasila
Drs. Eddy Hermawan, MBA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download