BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aktifitas atau kegiatan yang tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan manusia. Semua orang membutuhkan pariwisata atau travelling sebagai suatu pelampiasan batin dalam menjalankan kehidupannya. Memasuki abad ke-21, perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas. Hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berdasarkan Garis Besar Halauan Negara (GBHN) tahun 1993, dikatakan bahwa Pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakan sektor ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional. Salah satu fasilitas penunjang pariwisata adalah hotel. Hotel merupakan salah satu unsur pariwisata yang mempunyai peranan besar dalam memberikan pelayanan bagi wisatawan. Hotel bukanlah tujuan utama wisatawan, tetapi hotel merupakan tempat dimana wisatawan beristirahat dan mengatur kegiatan selanjutnya. Oleh 2 karena itu, hotel dengan berbagai fasilitasnya harus mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Tercatat pada tahun 2013, terdapat 1778 hotel berbintang dengan total jumlah tamu per hari mencapai 132.195 orang dan rata-rata mempekerjakan 103 orang pada tiap usaha. 1 Jika dilihat dari statistik tersebut, usaha perhotelan khususnya yang berbintang mampu menyerap sekitar 183.134 tenaga kerja di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut hanya mencakup pada hotel berbintang saja, belum termasuk hotelhotel kelas melati dan akomodasi lainnya yang berhubungan dengan pariwisata. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, suatu hotel berusaha untuk mewujudkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mewujudkannya, hotel dituntut untuk mengutamakan kualitas pelayanan kepada para tamunya. Hotel dengan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk memenuhi harapan tamu. Maka dari itu, memiliki karyawan yang berkualitas menjadi suatu hal yang berarti dan penting di dalam suatu hotel karena tamu-tamu yang ingin menikmati berbagai fasilitas yang terdapat di dalam hotel hampir semuanya menginginkan pelayanan dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Tenaga kerja profesional didapatkan pihak hotel dari akademi-akademi yang memiliki jurusan Perhotelan dan juga kursus-kursus profesi lain yang memiliki jurusan tersebut. Selain dari pelajaran di bangku kuliah, diadakan juga On The Job Training di Hotel berbintang. Dengan demikian, dapat dipraktekkan langsung ilmu 1 . Badan Pusat Statistik, “Jumlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja dan Jumlah Tamu per Hari Menurut Provinsi, Tahun 2013(Hotel Berbintang)”, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=16&notab=1 diakses pada tanggal 15 Oktober 2014 jam 10.13 WIB 3 yang didapat dari bangku kuliah. Apabila sebuah hotel memberikan pelayanan yang baik, maka para tamu jugalah yang akan menjadi alat promosi yang baik bagi hotel tersebut. Sehingga, pihak hotel dapat meraih keuntungan dengan datangnya para pelanggan baru. Guna meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pekerja, diperlukan adanya suatu motivasi kerja. Biasanya, sebuah perusahaan akan memberikan uang insentif bulanan untuk meningkatkan serta mempertahankan gairah dan motivasi kerja. Uang insentif tersebut biasanya dikaitkan dengan prestasi dan produktivitas kerja. Dalam industri perhotelan, uang insentif ini disebut dengan uang servis. Uang servis lazim dikenakan terhadap jasa pelayanan pada hotel, restoran, dan usaha pariwisata lainnya yang menjadi bagian pendapatan bagi pekerja/buruh. Service charge dikenakan pada saat terjadi transaksi penjualan seperti penjualan kamar, makanan dan minuman, laundry, kolam renang, dan hal-hal lain yang ditentukan oleh management. Servis charge yang diterima akan diperhitungkan setiap bulannya dan kebanyakan manajemen operator Hotel akan membagi nilai servis tersebut kepada karyawannya namun ada pula manajemen yang tidak membagikan service charge tersebut. Kebijakan membagi service charge adalah merupakan kebijakan manajemen sebagai operator pada suatu Hotel.2 Bisnis jasa seperti perhotelan memang tidak akan lepas dengan istilah Service Charge dan Tax. Total servis charge yang dikumpulkan 2 Yenny Kamal, “Catatan Tentang Service Charge”, https://www.scribd.com/doc/209617111/CatatanTentang-Servis-Charge diakses pada tanggal 17 Oktober 2014 jam 19.08 WIB 4 dalam kurun waktu tertentu misalnya sebulan akan dibagikan kembali kepada karyawan sebagai tunjangan Servis. Tentunya, nilai tunjangan servis untuk masingmasing karyawan tidak selalu sama, tergantung kebijakan yang diterapkan masingmasing hotel. Hal ini juga berlaku untuk tarif service charge masing-masing hotel yang juga bisa bervariasi. Pengaturan tentang uang servis terdapat di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Pembagian Uang Servis Pada Usaha Hotel, Restoran, Dan Usaha Pariwisata Lainnya. Akan tetapi, di dalam peraturan tersebut belum diatur secara rinci mengenai cara pembagian uang servis. Pasal 9 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER-02/MEN/1999 menjelaskan bahwa pembagian uang servis diserahkan kepada pengusaha dan dengan mempertimbangkan azas pemerataan dan azas senioritas pekerja, yaitu separoh dibagi sama besar dan sisanya dibagi berdasarkan senioritas atau poin. Jika dilihat dari pasal tersebut, maka cara pembagian uang servis diserahkan kepada pengusaha dengan mempertimbangkan azas pemerataan dan azas senioritas pekerja yang artinya setiap pengusaha bebas menentukan cara pembagian uang servis. Tidak adanya aturan yang baku mengenai cara pembagian uang servis menimbulkan penerapan yang berbeda-beda di setiap usaha. Selain itu, jika dilihat kembali dalam pasal tersebut, pengusaha membagikan uang servis dengan mempertimbangkan azas pemerataan dan azas senioritas pekerja, yaitu separoh dibagi sama besar dan sisanya dibagi berdasarkan senioritas atau poin. Hal tersebut dapat 5 diartikan bahwa jumlah uang servis yang diterima oleh para pekerja berbeda-beda. Perbedaan besaran uang yang diterima tersebut dapat menimbulkan perselisihan baik antara sesama pekerja maupun antara pekerja dengan pengusaha. Perbedaan penerapan pembagian uang servis pada masing-masing usaha dan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang upaya apa yang dapat dilakukan manakala terjadi perselisihan terkait pembagian uang servis membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam terkait pembagian uang servis pada praktek di lapangan. Penulis dalam penelitian ini memilih lokasi penelitian di Hotel Puri Artha Yogyakarta. Hotel Puri Artha merupakan hotel berbintang 3 yang beralamat di Jl. Cendrawasih 36, Demangan Baru, Yogyakarta. Hotel Puri Artha merupakan salah satu sarana penting dalam menunjang kegiatan pariwisata di Yogyakarta yang dalam menjalankan operasionalnya mempekerjakan sejumlah karyawan. Hotel Puri Artha sebagai salah satu usaha yang bergerak di bidang perhotelan yang memberikan pelayanan jasa, maka dalam menjalankan operasionalnya sangat menjaga kualitas pelayanan yang diberikan. Guna mewujudkan hal tersebut, Hotel Puri Artha harus dapat membuat para pekerjanya bekerja dengan sungguh-sungguh salah satunya adalah dengan memberikan uang servis kepada para karyawannya. Atas alasan itulah peneliti berniat untuk melakukan penelitian di Hotel Puri Artha untuk mengetahui bagaimana cara penerapan pembagian uang servis di hotel tersebut. 6 Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan penelitian hukum dengan judul “Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Pembagian Uang Service Pada Usaha Hotel, Restoran, Dan Usaha Pariwisata Lainnya (Studi di Hotel Puri Artha Yogyakarta).” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pembagian uang servis pada praktek di Hotel Puri Artha Yogyakarta? 2. Bagaimana Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Terkait Pelaksanaan Pembagian Uang Servis? C. Tujuan Penelitian Sesuai permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan dari penulisan hukum ini adalah : 1. Tujuan Subyektif Penulis membuat penulisan hukum ini, agar penulis dapat memenuhi syarat kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif 7 Sesuai permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan objektif dari penulisan hukum ini adalah : a. Mengetahui dan mengkaji tentang pelaksanaan pembagian uang servis pada praktek di Hotel Puri Artha. b. Mengetahui dan mengkaji tentang perlindungan hukum bagi pekerja terkait pelaksanaan pembagian uang servis. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan di perpustakaan fakultas hukum Universitas Gadjah Mada, penulisan hukum yang berkaitan dengan “Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Pembagian Uang Service Pada Usaha Hotel, Restoran dan Usaha Pariwisata Lainnya” belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga penelitian ini adalah asli. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang ilmu hukum perdata khususnya hukum perburuhan yang berkaitan dengan pembagian uang servis. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, saran, maupun masukan bagi pihak pengusaha dan pegawai yang bergerak di bidang usaha 8 perhotelan, restoran, dan usaha-usaha pariwisata lainnya dalam menangani persoalan yang berkaitan tentang pembagian uang servis.