PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIDIARE PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS TAHUN 2009 Dewi Sekar Tanjung, Anjar Mahardian Kusuma, Indri Hapsari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto 53182 PO. Box 202 Abstrak Diare merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortilitas anak di negara yang berkembang. Empat – Lima % dari kasus diare akan jatuh ke dalam keadaan dehidrasi, dan 60% dari padanya akan meninggal, apabila tidak mendapat pertolongan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mrngevaluasi penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas apakah sudah sesuai dengan standar pelayanan medis menurut Ikatan Dokter Indonesia dan untuk mengetahui ada tidaknya potensial (Drug Related Problem’s) DRPs pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu melakukan penelusuran terhadap tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien anak dalam memberikan obat antidiare di instalasi rawat inap RSUD Banyumas tahun 2009. Hasil penelitian ini adalah penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009 sudah sesuai dengan standar pelayanan medik menurut Ikatan Dokter Indonesia dan ditemukan kasus potensial DRPs pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009. Kata kunci : Diare, obat antidiare, pasien anak, DRPs, RSUD Banyumas Abstract Diarhea is one of the main cause of morbility and mortility of child in developing country. Four to five % from diarrhea case will become dehydration, and 60 % will dead, if it is not care well. Aims of this research was to know utilization antidiarhea drug to child patient in hospital installation of General Public Hospital (RSUD) Banyumas, did it suitable with standar of medical services according to Indonesian Doktor Society and to know there or aren’t there of Drug Related Problem’s (DRPs) in child patient in hospital Installation of RSUD Banyumas 2009. This research has been conducted with retrospective method that is investigation action which done by medic to child patient in giving antidiarhea drug in hospital installation of RSUD Banyumas 2009. Result of this research show that utilization antidiarhea drug in child patient in hospital installation of RSUD Banyumas in 2009was suitable with standard of medical services according to Indonesian Doctor Society and found case of DRPs in utilization antidiarhea drug to child patient in hospital installation of RSUD Banyumas in 2009. Key word : Diarhea, antidiarhea drug, child patient, DRPs, RSUD Banyumas 52 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 penduduk setiap tahun (Umar et al, Pendahuluan Diare merupakan salah satu penyebab utama mortilitas anak 2004). morbilitas dan Diare pada anak merupakan negara yang sindrom penyakit yang mengganggu di berkembang. Dalam berbagai hasil kegiatan survei kesehatan Rumah Tangga diare berakibat fatal. Apabila buang air menempati kisaran urutan ke-2 dan k-3 besarnya cair, sering dan dalam jumlah berbagai penyebab kematian bayi di banyak, apalagi disertai muntah, tentu Indonesia. akan sangat merisaukan ibu maupun Sebagian disebabkan oleh besar infeksi. diare Banyak anak setiap orang dan yang merawat dampak yang terjadi karena infeksi tersebut. Diare saluran cerna antara lain pengeluaran penyebab kematian toksin utama yang dapat menimbulkan pada bahkan masih anak merupakan dan anak. dapat kesakitan Faktor yang gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan mempengaruhi timbulnya diare antara dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, lain : gizi, sikap masyarakat terhadap gangguan keseimbangan elektrolit dan diare keseimbangan asam dan basa (Veni , ekonomi dan lingkungan (Wilharta, 2009). 1989 : 68). itu sendiri, keadaan sosial Diare sampai saat ini masih Angka kematian akibat diare menjadi masalah kesehatan, tidak saja adalah 12% diantara seluruh penyebab di negara berkembang tetapi juga di kematian. Diare merupakan penyebab negara maju. Penyakit diare masih 15% kematian bayi dan 26% penyebab sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar kematian anak balita. Diduga 4-5% Biasa) dengan penderita yang banyak dari kasus diare akan jatuh ke dalam dalam waktu yang singkat. Di negara keadaan maju walaupun sudah terjadi perbaikan daripadanya akan meninggal, apabila kesehatan dan ekonomi masyarakat tidak mendapat pertolongan yang tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi memadai (Harsono dan Sadikan, 1989 dan masih menjadi masalah kesehatan. : 755). Di negara berkembang, diare infeksi dehidrasi, Proses menyebabkan kematian sekitar 3 juta dan 60% pengobatan menggambarkan suatu proses normal 53 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 atau "fisiologik" dari pengobatan, di Ikatan Dokter Indonesia dan ada atau mana diperlukan pengetahuan, keahlian tidaknya DRPs pada penggunaan obat sekaligus pertimbangan antidiare pada pasien anak di instalasi profesional dalam setiap tahap sebelum rawat inap RSUD Banyumas pada tahun membuat 2009. berbagai suatu keputusan. Kenyataannya dalam praktek, sering dijumpai kebiasaan pengobatan Metode Penelitian (peresepan, prescribing habit) yang Penelitian ini dilakukan dengan tidak berdasarkan proses dan tahap menggunakan ilmiah tersebut (Anonim, 2009). yaitu melakukan penelusuran terhadap metode retrospektif Penggunaan obat yang tidak tindakan yang dilakukan oleh tenaga rasional merupakan masalah serius medis kepada pasien anak dalam dalam pelayanan kesehatan oleh karena memberikan obat antidiare di instalasi kemungkinan dampak negatif yang rawat inap RSUD Banyumas tahun 2009, terjadi. Yang jelas masih banyak hal kemudian hasil penelusuran tersebut yang yang dapat ditingkatkan dalam berupa data rekam medik pemakaian obat umumnya dan khususnya dalam peresepan obat Bahan yang digunakan untuk (prescribing). Secara singkat, pemakaian penelitian adalah catatan rekam medik obat obat antidiare pada pasien anak yang (lebih sempit peresepan obat dikatakan tidak kemungkinan atau lagi adalah berada di RSUD Banyumas tahun 2009. prescribing), rasional untuk dianalisis secara deskriptif non analitik. apabila memberikan Batasan Variabel Operasional manfaat kecil atau tidak ada sama sekali Diare adalah keadaan buang- (Anonim, 2009). buang air dengan banyak cairan dan Dari latar belakang di atas merupakan gejala dari penyakit- dapat ditarik rumusan masalah yaitu penyakit tertentu atau gangguan lain apakah kesesuaian penggunaan obat (Depkes RI, 2007). Drugs antidiare pada pasien anak di instalasi Problems (DRPs) didefinisikan sebagai rawat inap RSUD (Rumah Sakit Umum peristiwa yang tidak diinginkan yang Daerah) Banyumas sudah sesuai dengan dialami oleh pasien yang melibatkkan standar atau kemungkinan melibatkan terapi pelayanan medis menurut 54 Related PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 obat dan ISSN 1693-3591 berpotensi bertentangan Jalannya Penelitian dengan hasil yang diinginkan pasien. Penelitian dilakukan dengan Kategori DRPs antara lain adalah butuh pengambilan data secara retrospektif obat, tidak perlu obat, obat tidak tepat, dari kartu rekam medik pasien anak dosis kurang, dosis berlebih, interaksi rawat inap di instalasi rawat inap RSUD obat, ketidaktaatan pasien ( Cipolle, Banyumas pada tahun 2009 dengan Strand, dan Morley, 1998). Rekam diagnosa diare. Data yang diambil medik meliputi menurut Direktur Jendral surat Keputusan pelayanan medik adanya dan anamnesia, identitas pasien, lama perawatan, diagnosa awal dan akhir, adalah berkas yang diberisikan catatan dokumen : penyakit penyerta lain, tentang identitas, golongan obat, macam obat, cara pemeriksaan, diagnosis, pemberian obat, DRPs, dan tes pengobatan, tindakan dan pelayanan laboratorium sebagai penunjang serta lain yang diberikan kepada seorang keadaan pulang pasien. penderita selama di rawat di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat Pengambilan Sampel inap (Siregar dan Lia, 2003 : 17-18). Sampel penelitian diambil dari Tahun 2009 adalah sejak 1 Januari data rekam medik dengan jumlah sampai dengan 31 Desember 2009. keseluruhan kasus diare (populasi) yaitu Obat antidiare terdiri dari Lacto B dan 485 Zink. Desember Penggunan golongan dan obat macam meliputi obat yang kasus dari bulan 2009. menggunakan Januari Penelitian rumus – ini (Nawawi, digunakan, jalur pemberian, DRPs serta 149:2001) karena perkiraan distribusi lama perawatannya. Pasien anak yang normal menjalani perawatan di instalasi rawat persentase inap RSUD Banyumas adalah pasien membuat anak yang berusia antara 0–14 tahun. menentukan ukuran sampel yang cocok Tempat yaitu 5 % = 0,05. Untuk mendapatkan penelitian adalah RSUD Banyumas. populasi kecil, perkiraan sehingga kemungkinan kekeliruan dalam sampel minimal akan digunakan rumus sebagai berikut : 55 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 Z 1 α n≥pq 2 b ISSN 1693-3591 2 Z 1 α n≥pq 2 b Dimana : n ≥ 0,117 x 0,883 1,96 2 0,05 n = jumlah sampel minimum n ≥ 0,103 x 1536,64 ≥ = sama dengan atau lebih besar p = 2 n ≥ 158,27 proporsi populasi persentase kelompok pertama p Berdasarkan rumus di atas diperoleh = jumlah pasien rawat inap anak penderita diare jumlah sampel minimum (n) 158,7. oleh Jumlah pasien anak rawat karena sampel adalah manusia maka dibulatkan menjadi 159 kasus. 485 p= × 100% 4129 Analisis Data = 11,7 % Data–data = 0,117 dijabarkan q = proporsi sisa di dalam populasi yang dalam diperoleh bentuk tabel, selanjutnya dianalisis secara deskriptif q = 1,00 - p non analitik dengan membandingkan q = 1,00 – 0,117 = 0,883 standar pelayanan medis penyakit diare menurut ikatan dokter Indonesia. Z½ = derajat koefisien konfidensi pada 95 % = 1,96 Hasil dan Pembahasan b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan Berdasarkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menentukan ukuran sample 5 %= data yang diambil dari rekam medik 0,05 (Nawawi, 149:2001). pasien anak yang menderita penyakit diare di intalasi rawat inap RSUD Dari rumus tersebut diperoleh sampel Banyumas pada tahun 2009 diperoleh minimum dengan perhitungan sebagai data penelitian sebagai berikut berikut : 56 PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 Jumlah pasien anak penderita diare di instalasi rawat inap berdasar jenis kelamin Pasien anak yang menderita diderita penyakit diare di instalasi rawat inap penelitian atau teori yang menunjukkan RSUD Banyumas pada tahun 2009 adanya hubungan antara jenis kelamin terdiri dari anak laki-laki laki dan anak dengan penyakit diare. Diare yang perempuan dengan perincian sebagai terjadi pada anak sebagian besar berikut: disebabkan Apabila data dibuat oleh anak laki laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Secara khusus oleh belum makanan ada yang grafik terinfeksi kuman atau bakteri. Makanan dalam bentuk diagram lingkaran maka yang terinfeksi ini bisa saja disebabkan seperti grafik di bawah ini. karena lingkungan yang kotor atau dipegang pegang oleh tangan yang kotor. Grafik pasien berdasarkan jenis kelamin Keadaan ini yang biasanya terjadi pada anak laki-laki. laki. Bakteri - bakteri tersebut antara Laki-laki 46,54% 54,46% lain Salmonella, Shigella, Campylobacter,, dan jenis Coli tertentu (Tan dan Rahardja, 2002 : 270-271). 270 Walau lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, laki, tetapi perbandingannya Gambar 1.. Grafik pasien berdasarkan arkan jenis kelamin anak tidak jauh antara anak perempuan dengan anak laki-laki laki yang sakit diare, dapat dikatakan hampir seimbang. Oleh Gambar 1 di atas memberikan gambaran tentang jumlah karena itu anak-anak anak baik laki-laki laki pasien maupun penderita diare pada tahun 2009 di peluang instalasi rawat inap RSUD Banyumas perempuan yang sama mempunyai besar untuk menderita sakit it diare, selama penyebab sebanyak 159 pasien yang terdiri dari timbulnya sakit diare tetap merata di pasien anak laki-laki laki sebanyak seba 85 semua wilayah. (53,46%) dan pasien anak perempuan Jumlah pasien anak penderita diare di instalasi rawat inap berdasar umur Anak yang menderita diare sebanyak 74 (46,54%). Hal ini berarti bahwa penyakit diare lebih banyak yang dirawat di instalasi rawat inap di 57 PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 RSUD Banyumas meliputi berbagai usia Hal tersebut dapat terjadi seperti yang dapat dilihat pada gambar karena anak yang berumur 0-1 0 tahun diagram lingkaran berikut. biasanya mudah terkena infeksi seperti Grafik pasien diare berdasarkan umur infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi parasit, dan secara psikis juga mudah 5,03% 0-1 th terpengaruh seperti keadaan terkejut >1-5 th dan ketakutan, dan mudah mengalami 34,59% > 5 th 60,38% keracunan makanan dan minuman di mana Gambar 2.. Grafik pasien diare berdasarkan umur Hal anak yang mempunyai sistim sempurna, dibanding imun yang anak yang berumur 5 - 14 tahun. Oleh karena itu adalah anak yang berumur 1 – 5 tahun imunisasi yaitu sebesar 34,59% (55 pasien), dan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada anak umur um 0 – 1 terkecil adalah anak yang berumur berum 5 – tahun sangat penting dilakukan untuk 14 tahun yaitu sebesar 5,03% (8 mencegah pasien). atas dapat berumur 1 – 5 tahun atau anak yang 60,38% (96 pasien), terbesar kedua di yang anak umur 0 – 1 tahun belum berumur 0 – 1 tahun yaitu sebesar Data lain sangat rentan terhadap diare yaitu pada diare yang dirawat di instalasi rawat adalah dapat menyebabkan anak umur 0 – 1 tahun bahwa dari 159 pasien anak penderita terbesar tersebut menyebabkan diare (Umar et al, 2004). Gambar 2 tersebut diketahui inap, keadaan dari serangan berbagai penyakit. menunjukkan bahwa penyakit diare paling banyak tahun, yang berarti anak yang berumur Lama perawatan yang dijalani oleh pasien diare di intalasi rawat inap Perawatan yang dilakukan pada 0 – 1 tahun beresiko tinggi terhadap pasien anak yang menderita penyakit penyakit diare, disusul oleh anak yang diare di instalasi nstalasi rawat inap bervariasi berumur 1 – 5 tahun, dan yang beresiko tergantung dari waktu yang dibutuhkan paling rendah terhadap diare adalah masing-masing masing pasien dalam proses anak yang berumur 5 – 14 tahun. penyembuhan. menyerang anak yang berumur 0-1 0 58 Secara rinci dapat PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 diketahui lama perawatan tersebut waktu pada gambar diagram lingkaran berikut: membutuhkan kan waktu selama 6 hari hari (8,80%), kemudian (7,55%), dan paling sedikit adalah yang Grafik pasien diare berdasar lama perawatan 1 hari membutuhkan waktu ≥ 7 hari (6,29%). 7,55% 6,29% 5 2 hari 10,69% 8,80% Apabila dibuat rata-rata rata maka waktu 3 hari yang dibutuhkan untuk merawat sakit 4 hari 22,02% 19,50% 5 hari diare adalah berkisar 2 sampai 5 hari. 25,16% 6 hari Hal ini menunjukkan bahwa penyakit >=7 hari Gambar 3.. Grafik pasien berdasarkan lama perawatan diare pada anak adalah penyakit yang diare membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penyembuhannya. Hal ini Gambar 3 di atas dapat terjadi memberi penjelasan bahwa perawatan yang diperlukan dalam merupakan proses menderita diare cair akut dehidrasi hari sebanyak 40 pasien (25,16%), 4 hari berat atau dehidrasi tidak berat dengan sebanyak 31 pasien (19,50%), 5 hari penyakit sebanyak 14 pasien (8,80%), 6 hari penyerta seperti infeksi, kurang gizi, epilepsi, dan lain-lain lain sebanyak 12 pasien (7,55%), dan ≥ 7 sehingga hari sebanyak 10 pasien (6,29%). yang yang membutuhkan lama diarenya, dibutuhkan untuk proses perawatan untuk karena perawatan menyembuhkan harus dilakukan dengan hati-hati hati agar tidak terjadi dan pengobatan penyakit diare d pada interaksi antara obat yang satu dengan anak paling banyak adalah selama 3 hari obat yang lain dan saling memberi efek (25,16%), paling banyak kedua adalah samping yang membutuhkan waktu 2 hari adalah dapat dari 5 hari adalah pada pasien yang 2 hari sebanyak 35 pasien (22,01%), 3 ketiga yang Pada pasien yang dirawat lebih satu hari sebanyak 17 pasien (10,69%), (22,01%), penyakit diare al, 2004). penyakit diare dengan lama perawatan perawatan penyakit berlangsung selama 3 – 7 hari (Umar et penyembuhan anak yang menderita Waktu karena terhadap penyakit yang diderita oleh anak. yang Di samping didasarkan pada membutuhkan waktu 4 hari (19,50%), jenis diare dan ada tidaknya penyakit selanjutnya adalah yang membutuhkan penyerta pada pasien, lama perawatan 59 PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 juga dapat dipengaruhi oleh ketahanan untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuh anak. masing-masing masing berbeda satu sama anak lain. yang Kondisi ketahanan tubuh yang dimiliki pada masing-masing masing pasien anak Kondisi pasien saat pulang dari rumah sakit Setelah mendapatkan sedikit banyak yak dipengaruhi oleh keadaan gizi perawatan dan pengobatan di rumah dan umur pasien. Berdasarkan rekam sakit ketika pulang kondisi pasien yang medik, pada anak yang berumur 0-1 0 menderita penyakit diare beragam ada tahun walau sakitnya diare cair akut yang pulang dalam keadaan sembuh, tanpa dehidrasi tanpa demam, muntah dan tanpa penyakit membaik peserta tetapi meninggal. memerlukan waktu perawatan lebih ada juga yang Kondisi disi tersebut secara terperinci dapat dilihat pada gambar dari 3 hari, demikian n halnya pada anak diagram lingkaran sebagai berikut: yang kurang gizi, membutuhkan waktu perawatan lebih dari 3 hari. Grafik keadaan pasien diare saat pulang Lama perawatan pasien diare di 3,14% Sembuh RSUD Banyumas sudah sesuai dengan 28,24% standar pelayanan medis rumah sakit Membaik Meninggal 78,62% menurut Ikatan Dokter Indonesia, di mana lama perawatan awatan pada pasien diare menurut Standar Gambar 4.. Grafik keadaan pasien diare saat pulang Pelayanan Medis lama perawatan untuk penderita Gambar 4 di atas memberi diare adalah 3-5 5 hari. Dan kebanyakan gambaran bahwa setelah mengalami pasien anak di instalasi rawat inap RSUD perawatan dan pengobatan di rumah Banyumas dirawat selama 1-5 1 hari yaitu sakit selama beberapa hari kemudian sebanyak 137 pasien (86,16 %) dan pulang pasien dalam keadaan sembuh yang lebih dari 5 hari sebanyak 22 pasien (13,84). sebanyak 29 pasien (18,24%), membaik Masa pemulihan 2-3 2 sebanyak 125 pasien (78,62%) dan yang minggu dengan hasil terapi sembuh pulang total biasanya dilakukan di rumah oleh dalam kead keadaan meninggal sebanyak 5 pasien (3,14%). Data ini keluarga pasien dengan memberikan menjelaskan bahwa sebagian besar makanan yang bergizi dan seimbang 60 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 pasien diare pada anak pulang dari memang rumah sakit dalam keadaan membaik, memulihkan kesehatan yang dapat dan sedikit pasien yang pulang dalam dilakukan keadaan sembuh serta masih saja terbatasnya ruang rawat inap yang terjadi kematian pada pasien anak tidak sebanding dengan pasien masuk penderita diare sebanyak 5 pasien. yang segera memerlukan perawatan Di satu sisi hal di atas sehingga sudah di baik rumah, pasien tinggal atau yang karena keadaannya menunjukkan bahwa pengobatan yang membaik sudah boleh pulang dengan diupayakan pertimbangan medis dari dokter. di RSUD Banyumas terhadap pasien anak yang menderita Berdasarkan rekam medik, diare cukup baik, karena dari 159 pasien pasien yang meninggal dunia adalah anak yang menderita diare terdapat 5 pasien yang kurang dari 2 tahun 1 anak. pasien anak yang meninggal. Apabila itu Pasien ini mengalami perawatan rata- adalah hitungan tetap berapa anak yang rata 1 hari. Penyakit yang diderita meninggal per di adalah diare cair akut tidak dehidrasi Indonesia. Hal dengan dan dehidrasi tidak berat disertai berbagai hasil survei kesehatan Rumah dengan penyakit penyerta. Kepada Tangga di mana diare menempati semua kisaran urutan ke-2 dan ke-3 sebagai pihak rumah sakit tidak memberi penyebab kematian bayi di Indonesia rehidrasi sebagai pertolongan yang (Veni , 2009). paling dibutuhkan pada pasien yang 100.000/tahun ini sesuai pasien meninggal tersebut, Berdasarkan rekam medik di terkena diare bahkan pada pasien yang RSUD Banyumas, pasien yang pulang tidak mengalami dehidrasi sekalipun. dalam kondisi membaik lebih banyak Pihak rumah sakit mungkin mempunyai dibandingkan pertimbangan sendiri mengapa tidak dengan pasien yang pulang dalam kondisi sembuh. Hal ini diberi dapat disebabkan oleh beberapa hal, penyerta yang diderita oleh pasien. rehidrasi terkait penyakit antara lain permintaan keluarga pasien Berdasarkan hal di atas dapat terkait dengan biaya pengobatan dan diambil garis besarnya bahwa pasien alasan dapat melanjutkan perawatan meninggal disebabkan oleh faktor umur sendiri di rumah, dokter membolehkan yang beresiko tinggi terhadap kematian pulang dengan melihat kondisi pasien apabila terkena diare yaitu dibawah 2 61 PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 tahun, adanya penyakit penyerta yang dehidrasi tak berat (DCA dtb) sebanyak diperberat kondisinya oleh diare, di 62 pasien (34%) dan diare cair akut mana dehidrasi berat (DCA db) sebanyak 7 keadaan ini menjadi pertimbangan bagi tenaga medik di pasien 4,4%). RSUD Banyumas untuk tidak memberi Data rehidrasi kepada pasien di atas menunjukkan sebagai bahwa diare cair akut tanpa dehidrasi pertolongan yang sangat diperlukan lebih banyak dialami oleh anak-anak anak bagi pasien yang menderita diare. yaitu sebesar besar 51,57% dibanding dengan diare cair akut dehidrasi tidak berat sebesar 34%, diare cair akut saja Klasifikasi diare yang diderita oleh pasien Diare yang terjadi pada pasien sebesar 5,03%, dan yang paling kecil adalah diare cair akut (DCA) dehidrasi pada saat dibawa ke RSUD Banyumas berat yaitu 4,4%. Adanya pasien anak untuk mendapat perawatan meliputi berbagai kondisi/tingkatan yang menderita diare cair akut di RSUD diare Banyumas sebagaimana tercantum pada gambar menunjukkan masyarakat diagram lingkaran sebagai berikut: belum bahwa mengetahui bagaimana cara memberi pertolongan kepada anak yang terserang diare dan Grafik klasifikasi diare yang diderita pasien anak mengatasinya dengan baik. 4,40% 5,03% Diare cair akut tanpa dehidrasi DCA DCA td paling banyak diderita derita oleh pasien anak 34% 51,57% DCA dtb di DCA db instalasi rawat inap di RSUD Banyumas,, menurut peneliti hal ini Gambar 5.. Grafik klasifikasi diare yang diderita pasien anak Gambar 5 tersebut dapat disebabkan diketahui bahwa pasien yang menjalani menderita diare selama 1 atau 2 hari di perawatan dan pengobatan di instalasi rumah tetapi tidak kunjung ku membaik rawat inap RSUD Banyumas adalah keadaannya, di sisi lain gizi yang tidak pasien dengan diare cair akut (DCA) cukup sebanyak 8 pasien (5,03%), diare cair memperlambat proses dehidrasi karena akut tanpa dehidrasi (DCA td) sebanyak diare, demikian halnya pada pasien 82 pasien (51,57%), ,57%), diare cair akut yang mengalami diare cair akut dehirasi keluarga pasien baru membawa ke rumah setelah anak 62 pada anak juga dapat PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 tidak berat. Pada pasien ISSN 1693-3591 yang umumnya belum mengetahui gejala menderita diare cair akut saja, menurut penyakit peneliti keluarga langsung membawa bahwa penyakit diare adalah penyakit pasien begitu yang dapat menyebabkan kematian dan mengetahui anaknya mengalami gejala salah satu penyebab kematian anak diare dan memahami diare merupakan tertinggi di Indonesia sehingga tidak penyakit yang tidak boleh dipandang segera membawa anak berobat, dan ringan karena dapat menyebabkan masyarakat belum tahu bagaimana kematian. Pada pasien diare cair akut memberi pertolongan kepada anak dengan menurut yang menderita diare sehingga masih peneliti keluarga baru membawa ke ada anak yang dibawa ke rumah sakit rumah sakit setelah anak mengalami dalam keadaan dehidrasi. diare beberapa hari di rumah dan Pengobatan yang pasien anak Pengobatan ke rumah dehidrasi keadaannya sakit berat, memburuk sampai mengalami dehirasi berat. Data hasil diare, belum memahami dilakukan yang pada dilakukan oleh rumah sakit untuk mengatasi penelitian yang penyakit diare pada anak antara lain menggambarkan sedikitnya diare cair seperti yang terdapat pada tabel akut yang diderita pasien anak di berikut. instalasi rawat inap di RSUD Banyumas menunjukkan bahwa masyarakat pada Tabel 1. Jenis pengobatan penyakit diare yang diberikan kepada pasien No.Jenis pengobatan 1. Lacto B 2. Zinc Berdasar Dosis Jumlah 2 x 1 sachet 155 Presentase 97,48 Cara pemberian PO 1 x 10 mg 45 28,30 PO atau IV 1 x 20 mg 111 69,81 PO atau IV dapat sebanyak 2 kali dalam sehari yang yang diberikan lewat mulut (PO) dilakukan dilakukan untuk mengatasi penyakit kepada 155 pasien (97,48%), Zinc diare pada anak di instalasi rawat inap dengan dosis 10mg dengan pemberian RSUD Banyumas meliputi Lacto B sebanyak 1 kali dalam sehari kepada 45 sebanyak 1 sachet dengan pemberian pasien (28,30%) atau 20mg dengan diketahui tabel 1 bahwa pengobatan 63 PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 pemberian sebanyak 1 kali dalam sehari Related kepada 111 pasien (69,81%), pemberian menggunakan zinc lewat mulut (PO) bisa juga melalui (Subjective, Subjective, Objective, Assessment, and intra vena (IV). Plan), Hasil penelitian tentang rekam medik pasien dengan (DRPs (DRPs), metode SOAP 100 pelayanan medik ini didasarkan pada data Problems 50 ada anak 0 penderita erita diare, dan didapatkan hasil 1 bahwa pada dasarnya penggunaan obat 3 4 5 Keterangan grafik : prosedur pelayanan medis rumah sakit 1. Obat yang dibutuhkan menurut Indonesia. 2. Tidak perlu obat Pemberian terapi pada pasien diare di 3. Obat tidak tepat RSUD Banyumas dengan rehidrasi oral 4. Dosis kurang atau parenteral, sudah sesuai dengan 5. Dosis berlebih standar prosedur pelayanan medis 6. Interaksi obat rumah sakit menurut Ikatan Dokter 7. Ketidaktaatan pasien Dokter 7 oleh tenaga medik sesuai dengan standar Ikatan 6 Gambar 6.. Grafik DRPs pemberian obat pada pasien diare di RSUD Banyumas antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas 2 Indonesia, Butuh tambahan obat (need ( for additional drug therapy) therapy Sebanyak 26 kasus (16.35%) DRPs pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas Drug Related Programs (DRPs) berdasarka tabel 2 diketahui membutuhkan tambahan obat. Tidak merupakan suatu kejadian yang tidak semia gejala harus diterapi, namun diharapkan dari pengalaman pasien sebaiknya akibat penyebab terapi mengganggu obat sehingga dievaluasi gejala tersebut mengenai muncul, keberhasilan gejala – gejala yang berhubungan penyembuhan yang diharapkan (Strand langsung dengan keselamatan nyawa dkk, 1999). sebaiknuya baiknuya diberikan terapi tambahan. Dari 159 kasus diare akut yag Khusus dalam terapi diare rehidrasi diteliti, dilakukan evaluasi tentang Drug adalah salah satu terapi yang utama 64 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 sehingga sebaiknya rehidrasi diberikan. tidak mendapat pertolongan yang 4-5% dari kasus diare akan jatuh ke memadai (Harsono dan Sadikan, 1989 : dalam keadaan dehidrasi, dan 60% 755) daripadanya akan meninggal, apabila Tabel 2. DRPs “Ada Obat yang dibutuhkan” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009 Nama Obat (2) Rehidrasi plan B Penilaian Jumlah kasus (3) (4) Penilaian pada kasus diare dehidrasi tidak 6 berat, anak kehilangan cukup banyak cairan, sehingga harus diberi rehidrasi untuk mengganti cairan yang hilang. Rehidrasi plan C Anak yang menderita dehidrasi berat 1 memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Rehidrasi plan A Anak yang menderita diare tetapi tidak 16 mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan tambahan guna mencegah terjadinya dehidrasi Antipiretik Anak yang menderita demam membutuhkan 3 antipiretik untuk menurunkan panas Tidak perlu obat (unnecessary drug) pasien yang menderita diare disertai Tidak ditemukan adanya kasus dengan gejala demam, kejang, sesak pemberian obat diare kepada pasien nafas, muntah, atau disertai oleh diare tidak penyakit penyerta seperi meningitis untuk atau epilepsi, ditemukan ada obat yang mengatasi penyakit diare. Pada obat- tidak dibutuhkan oleh pasien tetapi obatan lain selain obat diare seperti diberikan yang disajikan pada tabel 3 dengan dibutuhkan obat oleh yang pasien yang terdapat pada beberapa kasus 65 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 Obat tidak tepat (wrong drug) Tidak ditemukan pilek, batuk atau disertai oleh penyakit adanya penyerta seperi meningitis, epilepsi, kasus pemberian obat kepada pasien febris, RFA, dermatitis atau miliria, dll. diare dengan obat yang tidak tepat. Misalnya Begitu juga pada obat-obatan lain yang clorampenicol untuk mengobati pasien diberikan kepada pasien diare seperti yang mengalami kejang atau dengan pada beberapa kasus pasien yang penyakit penyerta epilepsi (Depkes, menderita diare disertai dengan gejala 2000). obat diazepam dan demam, kejang, sesak nafas, muntah, Tabel 3. DRPs “Ada Obat yang tidak dibutuhkan” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009 Nama Obat (2) Andansentron Jml Kasus (4) 3 Penilaian (3) Penilaian diagnosis pasien tidak mengalami sesak napas atau mengalami gangguan pada pernapasan, dikhawatirkan tubuh mengalami resisten terhadap pemberian andansentron Domperidon Penilaian diagnosis pasien tidak muntah, dikhawatirkan tubuh 3 mengalami gangguan sekresi pada usus terhadap pemberian domperidon. Zybach Penilaian diagnosis pasien tidak mengalami infeksi saluran pernapasan, dikhawatirkan tubuh mengalami hematologi karena pemberian zybach 1 perubahan merkipun bersifat sementara. Vometa Penilaian diagnosis pasien tidak muntah, dikhawaritkan tubuh mengalami gangguan sekresi pada lambung 1 terhadap pemberian vometa. Dosis kurang ( dosage drug) Ditemukan adanya dosis Dosis berlebih (dosage too high) kurang, Ditemukan pemberian adanya dosis berlebih, pemberian obat pada pasien diare 66 yang rawat inap di RSUD PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 Banyumas, dosisnya ada yang melebihi ada yang kurang dari kebutuhan pasien kebutuhan pasien menurut umur / menurut umur / berat badan pasien, hal berat badan pasien, hal ini dapat dilihat ini dapat dilihat pada tabel 4 pada tabel 5 obat pada pasien diare yang rawat inap di RSUD Banyumas, dosisnya Tabel 4. DRPs “Ada Obat yang kurang dosis” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009 Nama Obat Dosis yang diberikan (1) Paracetamol (3) Piracetam Diazepam Dosis seharusnya <250mg (4) 250-500mg < 120 mg 120 – 250mg <60mg 60 -120mg <184,6mg 184,6mg <276,9mg 276,9mg <514,3mg 514,3mg <2mg 2 - 4mg <1,35mg 1,35 - 2,25mg <1,2mg 1,2 – 2mg terpisah satu sama lain, dan memberi Interaksi obat ( adverse drug reaction) Tidak adanya antara lactobacillus, zinc dan rehidrasi. pengobatan Pada obat-obatan lain yang diberikan antidiare yang diberikan kepada pasien kepada pasien diare karena adanya anak yang menderita diare oleh tenaga penyakit penyerta atau gejala penyakit medik, pengobatan yang diberikan lain yang muncul bersamaan dengan merupakan pengobatan dasar meliputi diare, lactobaccilus, zinc dan rehidrasi, yang mengacu pada buku IONI (Depkes, mempunyai cara kerja, fungsi dan efek 2000) dan buku Drug Interaction Facts interaksi obat, ditemukan manfaat kepada tubuh secara simultan pada 67 setelah ditelusuri dengan PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 (D.S. Tatro) tidak ditemukan adanya hig) 37 kasus (23,27%), interaksi obat ( interaksi obat. adverse drug reaction) tidak ditemukan, Ketidaktaatan pasien dan ketidaktaatan pasien tidak terdapat Dalam kategori DRPs ini tidak pada rekam medik. ditemukan dalam rekam medik pasien Berdasar uraian di atas maka diare yang menjalani rawat inap di dapat ditarik sebagai kesimpulan awal instalasi rawat inap anak di RSUD bahwa ada DRPs pada penggunaan obat Banyumas. antidiare pada pasien anak di instalasi Hasil penelitian evaluasi ini yaitu DRPs pada rawat inap RSUD Banyumas pada tahun obat yang 2009 karena ada pasien yang dibutuhkan (need for additional drug membutuhkan obat tidak diberikan, ada therapy) untuk pasien diare tetapi tidak pasien yang tidak membutuhkan obat diberikan sebanyak 26 kasus (16,35 %), tetapi diberi obat, ada pasien yang tidak perlu obat (unnecessary drug) 8 diberi obat dengan dosis yang kurang kasus (5,03 %), dosis kurang ( dosage dan ada pasien yang diberi obat dengan drug) tak sebanyak 27 kasus (16,98%), dosis berlebih. dosis berlebih sebanyak (dosage too 68 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 Tabel 5. DRPs “Ada Obat dengan dosis lebih” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009 Nama Obat Dosis yang diberikan Dosis seharusnya (3) >60mg (4) 60mg >120mg 60 -120mg > 200 mg 100 – 200mg > 100mg 50 – 100mg > 500mg 250 – 500mg > 1,2mg 0,3 – 1,2mg > 1,13mg 0,03 – 1,13mg > 1,3mg 0,07 – 1,3mg > 12,5mg 6,25 – 12,5mg > 28,4mg 15 – 28,4mg Clorampenical > 200mg 100 – 200mg Diazepam > 2mg 1,2 – 2mg > 2,4mg 1,5 – 2,4mg (1) Paracetamol Ampicillin Dexamethason Cefixime Ada hal yang dapat dicermati yang membandingkan CRO (oralit) pada penggunaan obat antidiare di dengan cairan intravena/infus pada RSUD bahwa anak dengan derajat dehidrasi ringan kebutuhan sampai berat menunjukkan bahwa CRO mutlak yang harus diberikan kepada mengurangi lamanya perawatan di RS pasien yang menderita diare. Sebuah sampai 29 jam. Sebuah studi lain juga penelitian meta analisis internasional menyimpulkan rehidrasi Banyumas adalah adalah suatu 69 CRO menangani PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan asidosis (keasaman Hal darah – dilakukan hal ntuk berikut perlu meningkatkan meningkat) lebih cepat dan aman kesehatan anak di Banyumas, antara dibandingkan cairan infus (Meadows et lain Kepada RSUD Banyumas atau pihak all, 2005). Penelitian lain menunjukkan terkait keuntungan lain oralit pada diare pengetahuan dengan dehidrasi ringan-sedang adalah memberikan mengurangi diare, tentang penyakit diare dan bagaimana meningkatkan (mengembalikan) berat mengatasi diare seindiri. Kepada tenaga badan anak, dan efek samping lebih medis RSUD Banyumas untuk tetap minimal memberikan rehidrasi pada pasien diare lamanya dibandingkan cairan infus untuk meningkatkan masyarakat penyuluhan dengan kesehatan (Payne et all, 2004). apapun klasifikasinya karena rehidrasi Kesimpulan sangat diperlukan oleh pasien diare Berdasarka hasil penelitian dan pembahasan terhadap untuk mengganti kehilangan cairan evaluasi dalam jumlah banyak. Kepada tenaga penggunaan obat antidiare pada pasien medis anak di instalasi rawat inap RSUD memperhatikan pemberian obat yang Banyumas pada tahun 2009 maka dapat dibutuhkan pasien sesuai umur/ berat disimpulkan bahwa penggunaan obat badan antidiare pada pasien anak di instalasi memberikan obat dengan dosis kurang rawat inap RSUD Banyumas pada tahun atau berlebih. 2009 sudah sesuai dengan standar Ucapan Terima Kasih pelayanan medik menurut RSUD Banyumas pasien sehingga untuk tidak Ikatan Kami mengucapkan terima kasih Dokter Indonesia. Ditemukan kasus kepada Direktur RSUD Banyumas atas DRPs pada penggunaan obat antidiare ijin yang diberikan kepada kami untuk pada pasien anak di instalasi rawat inap melaksanakan penelitian ini serta RSUD Banyumas pada tahun 2009, yaitu seluruh staf RSUD Banyumas atas pada obat yang dibutuhkan oleh pasien kerjasamanya. (need for additional drug therapy), obat yang tidak dibutuhkan (unnecessary drug), dosis yang kurang ( dosage drug) dan dosis berlebih (dosage too hig). 70 PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011 ISSN 1693-3591 Indonesia, Jakarta Arculapius. Daftar Pustaka : Media Meadows S, Banks JB. Intravenous Fluids for Children with Gastroenteritis. Clinical Inquiries, American Family Physician, January 1 2005. American Academy of Family Physicians. Anonim, 2002, Standar Pelayanan Medik, Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia. Anonim, 2008, Informatiorium Obat Nasional Indonesia 2008, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Mutschler, E. 1991, Dinamika Obat (Terjemahan) Matilda B, Edisi V, Bandung : ITB. Anonim, 2009/2010, MIMS Indonesia: Petunjuk Konsultasi Edisi 9, PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Kedokteran EGC. Anonim, 2008, Profil BLUD RSU Banyumas, Banyumas. Payne J, Elliot E. Gastroenteritis in Children. Clin Evid 2004; 12: 13. BMJ Publishing Group Ltd 2004. Cipole, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGraw-Hill Companies, Inc, New York. Siregar C, Amalia L., 2004, Farmasi Rumah Sakit dan Terapan, Jakarta : EGC. Depkes RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian. Soekanto, S., 1989, Aspek Hukum Kesehatan, Jakarta : INDHILL.CO. Jellife, D, B., 1994, Kesehatan Anak di Daerah Tropis, Jakarta : Bumi Aksara. Tan, H. T., dan Rahardja, K., 2002, Obatobat Penting, Edisis V, Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Loehoeri, S. dan Wirjoatmodjo, M., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Jakarta : Kedokteran EGC. Zein Umar et al, 2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri, Sumatera : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Mansjoer., Atriyanti,K.K., savitri, R., Wardani W.I., Setiowulan, W., 2002, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Fakultas Kedokteran Universitas 71