evaluasi penggunaan obat antidiare pada pasien

advertisement
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIDIARE PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT
INAP RSUD BANYUMAS TAHUN 2009
Dewi Sekar Tanjung, Anjar Mahardian Kusuma, Indri Hapsari
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh Purwokerto 53182 PO. Box 202
Abstrak
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortilitas anak di
negara yang berkembang. Empat – Lima % dari kasus diare akan jatuh ke dalam keadaan
dehidrasi, dan 60% dari padanya akan meninggal, apabila tidak mendapat pertolongan
yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mrngevaluasi penggunaan obat
antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Banyumas apakah sudah sesuai dengan standar pelayanan medis menurut Ikatan Dokter
Indonesia dan untuk mengetahui ada tidaknya potensial (Drug Related Problem’s) DRPs
pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD
Banyumas pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu
melakukan penelusuran terhadap tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis kepada
pasien anak dalam memberikan obat antidiare di instalasi rawat inap RSUD Banyumas
tahun 2009. Hasil penelitian ini adalah penggunaan obat antidiare pada pasien anak di
instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009 sudah sesuai dengan standar
pelayanan medik menurut Ikatan Dokter Indonesia dan ditemukan kasus potensial DRPs
pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD
Banyumas pada tahun 2009.
Kata kunci : Diare, obat antidiare, pasien anak, DRPs, RSUD Banyumas
Abstract
Diarhea is one of the main cause of morbility and mortility of child in developing
country. Four to five % from diarrhea case will become dehydration, and 60 % will dead,
if it is not care well. Aims of this research was to know utilization antidiarhea drug to
child patient in hospital installation of General Public Hospital (RSUD) Banyumas, did it
suitable with standar of medical services according to Indonesian Doktor Society and to
know there or aren’t there of Drug Related Problem’s (DRPs) in child patient in hospital
Installation of RSUD Banyumas 2009. This research has been conducted with
retrospective method that is investigation action which done by medic to child patient in
giving antidiarhea drug in hospital installation of RSUD Banyumas 2009. Result of this
research show that utilization antidiarhea drug in child patient in hospital installation of
RSUD Banyumas in 2009was suitable with standard of medical services according to
Indonesian Doctor Society and found case of DRPs in utilization antidiarhea drug to child
patient in hospital installation of RSUD Banyumas in 2009.
Key word : Diarhea, antidiarhea drug, child patient, DRPs, RSUD Banyumas
52
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
penduduk setiap tahun (Umar et al,
Pendahuluan
Diare merupakan salah satu
penyebab
utama
mortilitas
anak
2004).
morbilitas
dan
Diare pada anak merupakan
negara
yang
sindrom penyakit yang mengganggu
di
berkembang. Dalam berbagai hasil
kegiatan
survei kesehatan Rumah Tangga diare
berakibat fatal. Apabila buang air
menempati kisaran urutan ke-2 dan k-3
besarnya cair, sering dan dalam jumlah
berbagai penyebab kematian bayi di
banyak, apalagi disertai muntah, tentu
Indonesia.
akan sangat merisaukan ibu maupun
Sebagian
disebabkan
oleh
besar
infeksi.
diare
Banyak
anak
setiap orang
dan
yang merawat
dampak yang terjadi karena infeksi
tersebut.
Diare
saluran cerna antara lain pengeluaran
penyebab
kematian
toksin
utama
yang
dapat
menimbulkan
pada
bahkan
masih
anak
merupakan
dan
anak.
dapat
kesakitan
Faktor
yang
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan
mempengaruhi timbulnya diare antara
dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
lain : gizi, sikap masyarakat terhadap
gangguan keseimbangan elektrolit dan
diare
keseimbangan asam dan basa (Veni ,
ekonomi dan lingkungan (Wilharta,
2009).
1989 : 68).
itu
sendiri,
keadaan
sosial
Diare sampai saat ini masih
Angka kematian akibat diare
menjadi masalah kesehatan, tidak saja
adalah 12% diantara seluruh penyebab
di negara berkembang tetapi juga di
kematian. Diare merupakan penyebab
negara maju. Penyakit diare masih
15% kematian bayi dan 26% penyebab
sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar
kematian anak balita. Diduga 4-5%
Biasa) dengan penderita yang banyak
dari kasus diare akan jatuh ke dalam
dalam waktu yang singkat. Di negara
keadaan
maju walaupun sudah terjadi perbaikan
daripadanya akan meninggal, apabila
kesehatan dan ekonomi masyarakat
tidak mendapat pertolongan yang
tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi
memadai (Harsono dan Sadikan, 1989
dan masih menjadi masalah kesehatan.
: 755).
Di negara berkembang, diare infeksi
dehidrasi,
Proses
menyebabkan kematian sekitar 3 juta
dan
60%
pengobatan
menggambarkan suatu proses normal
53
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
atau "fisiologik" dari pengobatan, di
Ikatan Dokter Indonesia dan ada atau
mana diperlukan pengetahuan, keahlian
tidaknya DRPs pada penggunaan obat
sekaligus
pertimbangan
antidiare pada pasien anak di instalasi
profesional dalam setiap tahap sebelum
rawat inap RSUD Banyumas pada tahun
membuat
2009.
berbagai
suatu
keputusan.
Kenyataannya dalam praktek, sering
dijumpai
kebiasaan
pengobatan
Metode Penelitian
(peresepan, prescribing habit) yang
Penelitian ini dilakukan dengan
tidak berdasarkan proses dan tahap
menggunakan
ilmiah tersebut (Anonim, 2009).
yaitu melakukan penelusuran terhadap
metode
retrospektif
Penggunaan obat yang tidak
tindakan yang dilakukan oleh tenaga
rasional merupakan masalah serius
medis kepada pasien anak dalam
dalam pelayanan kesehatan oleh karena
memberikan obat antidiare di instalasi
kemungkinan dampak negatif yang
rawat inap RSUD Banyumas tahun 2009,
terjadi. Yang jelas masih banyak hal
kemudian hasil penelusuran tersebut
yang
yang
dapat
ditingkatkan
dalam
berupa
data
rekam
medik
pemakaian
obat
umumnya
dan
khususnya
dalam
peresepan
obat
Bahan yang digunakan untuk
(prescribing). Secara singkat, pemakaian
penelitian adalah catatan rekam medik
obat
obat antidiare pada pasien anak yang
(lebih
sempit
peresepan
obat
dikatakan
tidak
kemungkinan
atau
lagi
adalah
berada di RSUD Banyumas tahun 2009.
prescribing),
rasional
untuk
dianalisis secara deskriptif non analitik.
apabila
memberikan
Batasan Variabel Operasional
manfaat kecil atau tidak ada sama sekali
Diare adalah keadaan buang-
(Anonim, 2009).
buang air dengan banyak cairan dan
Dari latar belakang di atas
merupakan
gejala
dari
penyakit-
dapat ditarik rumusan masalah yaitu
penyakit tertentu atau gangguan lain
apakah kesesuaian penggunaan obat
(Depkes RI, 2007). Drugs
antidiare pada pasien anak di instalasi
Problems (DRPs) didefinisikan sebagai
rawat inap RSUD (Rumah Sakit Umum
peristiwa yang tidak diinginkan yang
Daerah) Banyumas sudah sesuai dengan
dialami oleh pasien yang melibatkkan
standar
atau kemungkinan melibatkan terapi
pelayanan
medis
menurut
54
Related
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
obat
dan
ISSN 1693-3591
berpotensi bertentangan
Jalannya Penelitian
dengan hasil yang diinginkan pasien.
Penelitian
dilakukan
dengan
Kategori DRPs antara lain adalah butuh
pengambilan data secara retrospektif
obat, tidak perlu obat, obat tidak tepat,
dari kartu rekam medik pasien anak
dosis kurang, dosis berlebih, interaksi
rawat inap di instalasi rawat inap RSUD
obat, ketidaktaatan pasien ( Cipolle,
Banyumas pada tahun 2009 dengan
Strand, dan Morley, 1998). Rekam
diagnosa diare. Data yang diambil
medik
meliputi
menurut
Direktur
Jendral
surat
Keputusan
pelayanan
medik
adanya
dan
anamnesia,
identitas
pasien,
lama
perawatan, diagnosa awal dan akhir,
adalah berkas yang diberisikan catatan
dokumen
:
penyakit
penyerta
lain,
tentang
identitas,
golongan obat, macam obat, cara
pemeriksaan,
diagnosis,
pemberian obat, DRPs, dan
tes
pengobatan, tindakan dan pelayanan
laboratorium sebagai penunjang serta
lain yang diberikan kepada seorang
keadaan pulang pasien.
penderita selama di rawat di rumah
sakit, baik rawat jalan maupun rawat
Pengambilan Sampel
inap (Siregar dan Lia, 2003 : 17-18).
Sampel penelitian diambil dari
Tahun 2009 adalah sejak 1 Januari
data rekam medik dengan jumlah
sampai dengan 31 Desember 2009.
keseluruhan kasus diare (populasi) yaitu
Obat antidiare terdiri dari Lacto B dan
485
Zink.
Desember
Penggunan
golongan
dan
obat
macam
meliputi
obat
yang
kasus
dari
bulan
2009.
menggunakan
Januari
Penelitian
rumus
–
ini
(Nawawi,
digunakan, jalur pemberian, DRPs serta
149:2001) karena perkiraan distribusi
lama perawatannya. Pasien anak yang
normal
menjalani perawatan di instalasi rawat
persentase
inap RSUD Banyumas adalah pasien
membuat
anak yang berusia antara 0–14 tahun.
menentukan ukuran sampel yang cocok
Tempat
yaitu 5 % = 0,05. Untuk mendapatkan
penelitian
adalah
RSUD
Banyumas.
populasi
kecil,
perkiraan
sehingga
kemungkinan
kekeliruan
dalam
sampel minimal akan digunakan rumus
sebagai berikut :
55
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
Z 1 α 
n≥pq  2 
 b 


ISSN 1693-3591
2
Z 1 α 
n≥pq  2 
 b 


Dimana :
n ≥ 0,117 x 0,883  1,96 
2
 0,05 


n = jumlah sampel minimum
n ≥ 0,103 x 1536,64
≥ = sama dengan atau lebih besar
p =
2
n ≥ 158,27
proporsi populasi persentase
kelompok pertama
p
Berdasarkan rumus di atas diperoleh
=
jumlah pasien rawat inap anak penderita diare jumlah sampel minimum (n) 158,7. oleh
Jumlah pasien anak rawat
karena sampel adalah manusia maka
dibulatkan menjadi 159 kasus.
485
p=
× 100%
4129
Analisis Data
= 11,7 %
Data–data
= 0,117
dijabarkan
q = proporsi sisa di dalam populasi
yang
dalam
diperoleh
bentuk
tabel,
selanjutnya dianalisis secara deskriptif
q = 1,00 - p
non analitik dengan membandingkan
q = 1,00 – 0,117 = 0,883
standar pelayanan medis penyakit diare
menurut ikatan dokter Indonesia.
Z½ = derajat koefisien konfidensi pada
95 % = 1,96
Hasil dan Pembahasan
b = persentase perkiraan kemungkinan
membuat
kekeliruan
Berdasarkan
dalam
penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti dengan
menentukan ukuran sample 5 %=
data yang diambil dari rekam medik
0,05 (Nawawi, 149:2001).
pasien anak yang menderita penyakit
diare di intalasi rawat inap RSUD
Dari rumus tersebut diperoleh sampel
Banyumas pada tahun 2009 diperoleh
minimum dengan perhitungan sebagai
data penelitian sebagai berikut
berikut :
56
PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
Jumlah pasien anak penderita diare di
instalasi rawat inap berdasar jenis
kelamin
Pasien anak yang menderita
diderita
penyakit diare di instalasi rawat inap
penelitian atau teori yang menunjukkan
RSUD Banyumas pada tahun 2009
adanya hubungan antara jenis kelamin
terdiri dari anak laki-laki
laki
dan anak
dengan penyakit diare. Diare yang
perempuan dengan perincian sebagai
terjadi pada anak sebagian besar
berikut:
disebabkan
Apabila
data
dibuat
oleh
anak
laki
laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan.
Secara
khusus
oleh
belum
makanan
ada
yang
grafik
terinfeksi kuman atau bakteri. Makanan
dalam bentuk diagram lingkaran maka
yang terinfeksi ini bisa saja disebabkan
seperti grafik di bawah ini.
karena lingkungan yang kotor atau
dipegang
pegang oleh tangan yang kotor.
Grafik pasien berdasarkan jenis kelamin
Keadaan ini yang biasanya terjadi pada
anak laki-laki.
laki. Bakteri - bakteri tersebut
antara
Laki-laki
46,54%
54,46%
lain
Salmonella,
Shigella,
Campylobacter,, dan jenis Coli tertentu
(Tan dan Rahardja, 2002 : 270-271).
270
Walau lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki,
laki, tetapi perbandingannya
Gambar 1.. Grafik pasien
berdasarkan
arkan jenis kelamin
anak
tidak jauh antara anak perempuan
dengan anak laki-laki
laki yang sakit diare,
dapat dikatakan hampir seimbang. Oleh
Gambar 1 di atas memberikan
gambaran
tentang
jumlah
karena itu anak-anak
anak baik laki-laki
laki
pasien
maupun
penderita diare pada tahun 2009 di
peluang
instalasi rawat inap RSUD Banyumas
perempuan
yang
sama
mempunyai
besar
untuk
menderita sakit
it diare, selama penyebab
sebanyak 159 pasien yang terdiri dari
timbulnya sakit diare tetap merata di
pasien anak laki-laki
laki sebanyak
seba
85
semua wilayah.
(53,46%) dan pasien anak perempuan
Jumlah pasien anak penderita diare di
instalasi rawat inap berdasar umur
Anak yang menderita diare
sebanyak 74 (46,54%). Hal ini berarti
bahwa penyakit diare lebih banyak
yang dirawat di instalasi rawat inap di
57
PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
RSUD Banyumas meliputi berbagai usia
Hal
tersebut
dapat
terjadi
seperti yang dapat dilihat pada gambar
karena anak yang berumur 0-1
0 tahun
diagram lingkaran berikut.
biasanya mudah terkena infeksi seperti
Grafik pasien diare berdasarkan umur
infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi
parasit, dan secara psikis juga mudah
5,03%
0-1 th
terpengaruh seperti keadaan terkejut
>1-5 th
dan ketakutan, dan mudah mengalami
34,59%
> 5 th
60,38%
keracunan makanan dan minuman di
mana
Gambar 2.. Grafik pasien diare
berdasarkan umur
Hal
anak
yang
mempunyai
sistim
sempurna,
dibanding
imun
yang
anak
yang
berumur 5 - 14 tahun. Oleh karena itu
adalah anak yang berumur 1 – 5 tahun
imunisasi
yaitu sebesar 34,59% (55 pasien), dan
untuk
meningkatkan
kekebalan tubuh pada anak umur
um 0 – 1
terkecil adalah anak yang berumur
berum 5 –
tahun sangat penting dilakukan untuk
14 tahun yaitu sebesar 5,03% (8
mencegah
pasien).
atas
dapat
berumur 1 – 5 tahun atau anak yang
60,38% (96 pasien), terbesar kedua
di
yang
anak umur 0 – 1 tahun belum
berumur 0 – 1 tahun yaitu sebesar
Data
lain
sangat rentan terhadap diare yaitu pada
diare yang dirawat di instalasi rawat
adalah
dapat
menyebabkan anak umur 0 – 1 tahun
bahwa dari 159 pasien anak penderita
terbesar
tersebut
menyebabkan diare (Umar et al, 2004).
Gambar 2 tersebut diketahui
inap,
keadaan
dari
serangan
berbagai
penyakit.
menunjukkan
bahwa penyakit diare paling banyak
tahun, yang berarti anak yang berumur
Lama perawatan yang dijalani oleh
pasien diare di intalasi rawat inap
Perawatan yang dilakukan pada
0 – 1 tahun beresiko tinggi terhadap
pasien anak yang menderita penyakit
penyakit diare, disusul oleh anak yang
diare di instalasi
nstalasi rawat inap bervariasi
berumur 1 – 5 tahun, dan yang beresiko
tergantung dari waktu yang dibutuhkan
paling rendah terhadap diare adalah
masing-masing
masing pasien dalam proses
anak yang berumur 5 – 14 tahun.
penyembuhan.
menyerang anak yang berumur 0-1
0
58
Secara
rinci
dapat
PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
diketahui lama perawatan tersebut
waktu
pada gambar diagram lingkaran berikut:
membutuhkan
kan waktu selama 6 hari
hari
(8,80%),
kemudian
(7,55%), dan paling sedikit adalah yang
Grafik pasien diare berdasar lama perawatan
1 hari
membutuhkan waktu ≥ 7 hari (6,29%).
7,55%
6,29%
5
2 hari
10,69%
8,80%
Apabila dibuat rata-rata
rata maka waktu
3 hari
yang dibutuhkan untuk merawat sakit
4 hari
22,02%
19,50%
5 hari
diare adalah berkisar 2 sampai 5 hari.
25,16%
6 hari
Hal ini menunjukkan bahwa penyakit
>=7 hari
Gambar 3.. Grafik pasien
berdasarkan lama perawatan
diare pada anak adalah penyakit yang
diare
membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam proses penyembuhannya. Hal ini
Gambar
3
di
atas
dapat
terjadi
memberi penjelasan bahwa perawatan
yang
diperlukan
dalam
merupakan
proses
menderita diare cair akut dehidrasi
hari sebanyak 40 pasien (25,16%), 4 hari
berat atau dehidrasi tidak berat dengan
sebanyak 31 pasien (19,50%), 5 hari
penyakit
sebanyak 14 pasien (8,80%), 6 hari
penyerta
seperti
infeksi,
kurang gizi, epilepsi, dan lain-lain
lain
sebanyak 12 pasien (7,55%), dan ≥ 7
sehingga
hari sebanyak 10 pasien (6,29%).
yang
yang
membutuhkan
lama
diarenya,
dibutuhkan untuk proses perawatan
untuk
karena
perawatan
menyembuhkan
harus
dilakukan
dengan hati-hati
hati agar tidak terjadi
dan pengobatan penyakit diare
d
pada
interaksi antara obat yang satu dengan
anak paling banyak adalah selama 3 hari
obat yang lain dan saling memberi efek
(25,16%), paling banyak kedua adalah
samping
yang membutuhkan waktu 2 hari
adalah
dapat
dari 5 hari adalah pada pasien yang
2 hari sebanyak 35 pasien (22,01%), 3
ketiga
yang
Pada pasien yang dirawat lebih
satu hari sebanyak 17 pasien (10,69%),
(22,01%),
penyakit
diare
al, 2004).
penyakit diare dengan lama perawatan
perawatan
penyakit
berlangsung selama 3 – 7 hari (Umar et
penyembuhan anak yang menderita
Waktu
karena
terhadap
penyakit
yang
diderita oleh anak.
yang
Di samping didasarkan pada
membutuhkan waktu 4 hari (19,50%),
jenis diare dan ada tidaknya penyakit
selanjutnya adalah yang membutuhkan
penyerta pada pasien, lama perawatan
59
PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
juga dapat dipengaruhi oleh ketahanan
untuk memulihkan kondisi kesehatan
tubuh
anak.
masing-masing
masing
berbeda
satu
sama
anak
lain.
yang
Kondisi
ketahanan tubuh yang dimiliki pada
masing-masing
masing
pasien anak
Kondisi pasien saat pulang dari rumah
sakit
Setelah
mendapatkan
sedikit
banyak
yak dipengaruhi oleh keadaan gizi
perawatan dan pengobatan di rumah
dan umur pasien. Berdasarkan rekam
sakit ketika pulang kondisi pasien yang
medik, pada anak yang berumur 0-1
0
menderita penyakit diare beragam ada
tahun walau sakitnya diare cair akut
yang pulang dalam keadaan sembuh,
tanpa dehidrasi tanpa demam, muntah
dan
tanpa
penyakit
membaik
peserta
tetapi
meninggal.
memerlukan waktu perawatan lebih
ada
juga
yang
Kondisi
disi tersebut secara
terperinci dapat dilihat pada gambar
dari 3 hari, demikian
n halnya pada anak
diagram lingkaran sebagai berikut:
yang kurang gizi, membutuhkan waktu
perawatan lebih dari 3 hari.
Grafik keadaan pasien diare saat pulang
Lama perawatan pasien diare di
3,14%
Sembuh
RSUD Banyumas sudah sesuai dengan
28,24%
standar pelayanan medis rumah sakit
Membaik
Meninggal
78,62%
menurut Ikatan Dokter Indonesia, di
mana lama perawatan
awatan pada pasien
diare
menurut
Standar
Gambar 4.. Grafik keadaan pasien diare
saat pulang
Pelayanan
Medis lama perawatan untuk penderita
Gambar 4 di atas memberi
diare adalah 3-5
5 hari. Dan kebanyakan
gambaran bahwa setelah mengalami
pasien anak di instalasi rawat inap RSUD
perawatan dan pengobatan di rumah
Banyumas dirawat selama 1-5
1 hari yaitu
sakit selama beberapa hari kemudian
sebanyak 137 pasien (86,16 %) dan
pulang pasien dalam keadaan sembuh
yang lebih dari 5 hari sebanyak 22
pasien (13,84).
sebanyak 29 pasien (18,24%), membaik
Masa pemulihan 2-3
2
sebanyak 125 pasien (78,62%) dan yang
minggu dengan hasil terapi sembuh
pulang
total biasanya dilakukan di rumah oleh
dalam
kead
keadaan
meninggal
sebanyak 5 pasien (3,14%). Data ini
keluarga pasien dengan memberikan
menjelaskan bahwa sebagian besar
makanan yang bergizi dan seimbang
60
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
pasien diare pada anak pulang dari
memang
rumah sakit dalam keadaan membaik,
memulihkan kesehatan yang dapat
dan sedikit pasien yang pulang dalam
dilakukan
keadaan sembuh serta masih saja
terbatasnya ruang rawat inap yang
terjadi kematian pada pasien anak
tidak sebanding dengan pasien masuk
penderita diare sebanyak 5 pasien.
yang segera memerlukan perawatan
Di
satu
sisi
hal
di
atas
sehingga
sudah
di
baik
rumah,
pasien
tinggal
atau
yang
karena
keadaannya
menunjukkan bahwa pengobatan yang
membaik sudah boleh pulang dengan
diupayakan
pertimbangan medis dari dokter.
di
RSUD
Banyumas
terhadap pasien anak yang menderita
Berdasarkan
rekam
medik,
diare cukup baik, karena dari 159 pasien
pasien yang meninggal dunia adalah
anak yang menderita diare terdapat 5
pasien yang kurang dari 2 tahun 1 anak.
pasien anak yang meninggal. Apabila itu
Pasien ini mengalami perawatan rata-
adalah hitungan tetap berapa anak yang
rata 1 hari. Penyakit yang diderita
meninggal
per
di
adalah diare cair akut tidak dehidrasi
Indonesia.
Hal
dengan
dan dehidrasi tidak berat disertai
berbagai hasil survei kesehatan Rumah
dengan penyakit penyerta. Kepada
Tangga di mana diare menempati
semua
kisaran urutan ke-2 dan ke-3 sebagai
pihak rumah sakit tidak memberi
penyebab kematian bayi di Indonesia
rehidrasi sebagai pertolongan yang
(Veni , 2009).
paling dibutuhkan pada pasien yang
100.000/tahun
ini
sesuai
pasien
meninggal
tersebut,
Berdasarkan rekam medik di
terkena diare bahkan pada pasien yang
RSUD Banyumas, pasien yang pulang
tidak mengalami dehidrasi sekalipun.
dalam kondisi membaik lebih banyak
Pihak rumah sakit mungkin mempunyai
dibandingkan
pertimbangan sendiri mengapa tidak
dengan
pasien
yang
pulang dalam kondisi sembuh. Hal ini
diberi
dapat disebabkan oleh beberapa hal,
penyerta yang diderita oleh pasien.
rehidrasi
terkait
penyakit
antara lain permintaan keluarga pasien
Berdasarkan hal di atas dapat
terkait dengan biaya pengobatan dan
diambil garis besarnya bahwa pasien
alasan dapat melanjutkan perawatan
meninggal disebabkan oleh faktor umur
sendiri di rumah, dokter membolehkan
yang beresiko tinggi terhadap kematian
pulang dengan melihat kondisi pasien
apabila terkena diare yaitu dibawah 2
61
PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
tahun, adanya penyakit penyerta yang
dehidrasi tak berat (DCA dtb) sebanyak
diperberat kondisinya oleh diare, di
62 pasien (34%) dan diare cair akut
mana
dehidrasi berat (DCA db) sebanyak 7
keadaan
ini
menjadi
pertimbangan bagi tenaga medik di
pasien 4,4%).
RSUD Banyumas untuk tidak memberi
Data
rehidrasi
kepada
pasien
di
atas
menunjukkan
sebagai
bahwa diare cair akut tanpa dehidrasi
pertolongan yang sangat diperlukan
lebih banyak dialami oleh anak-anak
anak
bagi pasien yang menderita diare.
yaitu sebesar
besar 51,57% dibanding dengan
diare cair akut dehidrasi tidak berat
sebesar 34%, diare cair akut saja
Klasifikasi diare yang diderita oleh
pasien
Diare yang terjadi pada pasien
sebesar 5,03%, dan yang paling kecil
adalah diare cair akut (DCA) dehidrasi
pada saat dibawa ke RSUD Banyumas
berat yaitu 4,4%. Adanya pasien anak
untuk mendapat perawatan meliputi
berbagai
kondisi/tingkatan
yang menderita diare cair akut di RSUD
diare
Banyumas
sebagaimana tercantum pada gambar
menunjukkan
masyarakat
diagram lingkaran sebagai berikut:
belum
bahwa
mengetahui
bagaimana cara memberi pertolongan
kepada anak yang terserang diare dan
Grafik klasifikasi diare yang diderita pasien anak
mengatasinya dengan baik.
4,40% 5,03%
Diare cair akut tanpa dehidrasi
DCA
DCA td
paling banyak diderita
derita oleh pasien anak
34%
51,57%
DCA dtb
di
DCA db
instalasi
rawat
inap
di
RSUD
Banyumas,, menurut peneliti hal ini
Gambar 5.. Grafik klasifikasi diare yang
diderita pasien anak
Gambar 5 tersebut dapat
disebabkan
diketahui bahwa pasien yang menjalani
menderita diare selama 1 atau 2 hari di
perawatan dan pengobatan di instalasi
rumah tetapi tidak kunjung
ku
membaik
rawat inap RSUD Banyumas adalah
keadaannya, di sisi lain gizi yang tidak
pasien dengan diare cair akut (DCA)
cukup
sebanyak 8 pasien (5,03%), diare cair
memperlambat proses dehidrasi karena
akut tanpa dehidrasi (DCA td) sebanyak
diare, demikian halnya pada pasien
82 pasien (51,57%),
,57%), diare cair akut
yang mengalami diare cair akut dehirasi
keluarga
pasien
baru
membawa ke rumah setelah anak
62
pada
anak
juga
dapat
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
tidak
berat.
Pada
pasien
ISSN 1693-3591
yang
umumnya belum mengetahui gejala
menderita diare cair akut saja, menurut
penyakit
peneliti keluarga langsung membawa
bahwa penyakit diare adalah penyakit
pasien
begitu
yang dapat menyebabkan kematian dan
mengetahui anaknya mengalami gejala
salah satu penyebab kematian anak
diare dan memahami diare merupakan
tertinggi di Indonesia sehingga tidak
penyakit yang tidak boleh dipandang
segera membawa anak berobat, dan
ringan karena dapat menyebabkan
masyarakat belum tahu bagaimana
kematian. Pada pasien diare cair akut
memberi pertolongan kepada anak
dengan
menurut
yang menderita diare sehingga masih
peneliti keluarga baru membawa ke
ada anak yang dibawa ke rumah sakit
rumah sakit setelah anak mengalami
dalam keadaan dehidrasi.
diare beberapa hari di rumah dan
Pengobatan yang
pasien anak
Pengobatan
ke
rumah
dehidrasi
keadaannya
sakit
berat,
memburuk
sampai
mengalami dehirasi berat.
Data
hasil
diare,
belum
memahami
dilakukan
yang
pada
dilakukan
oleh rumah sakit untuk mengatasi
penelitian
yang
penyakit diare pada anak antara lain
menggambarkan sedikitnya diare cair
seperti yang terdapat pada tabel
akut yang diderita pasien anak di
berikut.
instalasi rawat inap di RSUD Banyumas
menunjukkan bahwa masyarakat pada
Tabel 1. Jenis pengobatan penyakit diare yang diberikan kepada pasien
No.Jenis
pengobatan
1. Lacto B
2. Zinc
Berdasar
Dosis
Jumlah
2 x 1 sachet 155
Presentase
97,48
Cara pemberian
PO
1 x 10 mg
45
28,30
PO atau IV
1 x 20 mg
111
69,81
PO atau IV
dapat
sebanyak 2 kali dalam sehari yang
yang
diberikan lewat mulut (PO) dilakukan
dilakukan untuk mengatasi penyakit
kepada 155 pasien (97,48%), Zinc
diare pada anak di instalasi rawat inap
dengan dosis 10mg dengan pemberian
RSUD Banyumas meliputi Lacto B
sebanyak 1 kali dalam sehari kepada 45
sebanyak 1 sachet dengan pemberian
pasien (28,30%) atau 20mg dengan
diketahui
tabel
1
bahwa pengobatan
63
PHARMACY,, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
pemberian sebanyak 1 kali dalam sehari
Related
kepada 111 pasien (69,81%), pemberian
menggunakan
zinc lewat mulut (PO) bisa juga melalui
(Subjective,
Subjective, Objective, Assessment, and
intra vena (IV).
Plan),
Hasil
penelitian
tentang
rekam
medik
pasien
dengan
(DRPs
(DRPs),
metode
SOAP
100
pelayanan medik ini didasarkan pada
data
Problems
50
ada
anak
0
penderita
erita diare, dan didapatkan hasil
1
bahwa pada dasarnya penggunaan obat
3
4
5
Keterangan grafik :
prosedur pelayanan medis rumah sakit
1. Obat yang dibutuhkan
menurut
Indonesia.
2. Tidak perlu obat
Pemberian terapi pada pasien diare di
3. Obat tidak tepat
RSUD Banyumas dengan rehidrasi oral
4. Dosis kurang
atau parenteral, sudah sesuai dengan
5. Dosis berlebih
standar prosedur pelayanan medis
6. Interaksi obat
rumah sakit menurut Ikatan Dokter
7. Ketidaktaatan pasien
Dokter
7
oleh
tenaga medik sesuai dengan standar
Ikatan
6
Gambar 6.. Grafik DRPs pemberian obat
pada pasien diare di RSUD Banyumas
antidiare pada pasien anak di instalasi
rawat inap RSUD Banyumas
2
Indonesia,
Butuh tambahan obat (need
(
for
additional drug therapy)
therapy
Sebanyak 26 kasus (16.35%)
DRPs pada penggunaan obat antidiare
pada pasien anak di instalasi rawat
inap RSUD Banyumas
Drug Related Programs (DRPs)
berdasarka
tabel
2
diketahui
membutuhkan tambahan obat. Tidak
merupakan suatu kejadian yang tidak
semia gejala harus diterapi, namun
diharapkan dari pengalaman pasien
sebaiknya
akibat
penyebab
terapi
mengganggu
obat
sehingga
dievaluasi
gejala
tersebut
mengenai
muncul,
keberhasilan
gejala – gejala yang berhubungan
penyembuhan yang diharapkan (Strand
langsung dengan keselamatan nyawa
dkk, 1999).
sebaiknuya
baiknuya diberikan terapi tambahan.
Dari 159 kasus diare akut yag
Khusus dalam terapi diare rehidrasi
diteliti, dilakukan evaluasi tentang Drug
adalah salah satu terapi yang utama
64
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
sehingga sebaiknya rehidrasi diberikan.
tidak
mendapat
pertolongan
yang
4-5% dari kasus diare akan jatuh ke
memadai (Harsono dan Sadikan, 1989 :
dalam keadaan dehidrasi, dan 60%
755)
daripadanya akan meninggal, apabila
Tabel 2. DRPs “Ada Obat yang dibutuhkan” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di
Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009
Nama Obat
(2)
Rehidrasi plan B
Penilaian
Jumlah kasus
(3)
(4)
Penilaian pada kasus diare dehidrasi tidak
6
berat, anak kehilangan cukup banyak cairan,
sehingga
harus
diberi
rehidrasi
untuk
mengganti cairan yang hilang.
Rehidrasi plan C
Anak
yang
menderita
dehidrasi
berat
1
memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan
dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik.
Rehidrasi plan A
Anak yang menderita diare tetapi tidak
16
mengalami dehidrasi harus mendapatkan
cairan tambahan guna mencegah terjadinya
dehidrasi
Antipiretik
Anak yang menderita demam membutuhkan
3
antipiretik untuk menurunkan panas
Tidak perlu obat (unnecessary drug)
pasien yang menderita diare disertai
Tidak ditemukan adanya kasus
dengan gejala demam, kejang, sesak
pemberian obat diare kepada pasien
nafas, muntah, atau disertai oleh
diare
tidak
penyakit penyerta seperi meningitis
untuk
atau epilepsi, ditemukan ada obat yang
mengatasi penyakit diare. Pada obat-
tidak dibutuhkan oleh pasien tetapi
obatan lain selain obat diare seperti
diberikan yang disajikan pada tabel 3
dengan
dibutuhkan
obat
oleh
yang
pasien
yang terdapat pada beberapa kasus
65
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
Obat tidak tepat (wrong drug)
Tidak
ditemukan
pilek, batuk atau disertai oleh penyakit
adanya
penyerta seperi meningitis, epilepsi,
kasus pemberian obat kepada pasien
febris, RFA, dermatitis atau miliria, dll.
diare dengan obat yang tidak tepat.
Misalnya
Begitu juga pada obat-obatan lain yang
clorampenicol untuk mengobati pasien
diberikan kepada pasien diare seperti
yang mengalami kejang atau dengan
pada beberapa kasus pasien yang
penyakit penyerta epilepsi (Depkes,
menderita diare disertai dengan gejala
2000).
obat
diazepam
dan
demam, kejang, sesak nafas, muntah,
Tabel 3. DRPs “Ada Obat yang tidak dibutuhkan” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di
Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009
Nama Obat
(2)
Andansentron
Jml
Kasus
(4)
3
Penilaian
(3)
Penilaian diagnosis pasien tidak mengalami sesak napas atau
mengalami gangguan pada pernapasan, dikhawatirkan tubuh
mengalami resisten terhadap pemberian andansentron
Domperidon
Penilaian diagnosis pasien tidak muntah, dikhawatirkan tubuh
3
mengalami gangguan sekresi pada usus terhadap pemberian
domperidon.
Zybach
Penilaian diagnosis pasien tidak mengalami infeksi saluran
pernapasan,
dikhawatirkan
tubuh
mengalami
hematologi karena pemberian zybach
1
perubahan
merkipun bersifat
sementara.
Vometa
Penilaian diagnosis pasien tidak muntah, dikhawaritkan tubuh
mengalami
gangguan
sekresi
pada
lambung
1
terhadap
pemberian vometa.
Dosis kurang ( dosage drug)
Ditemukan
adanya
dosis
Dosis berlebih (dosage too high)
kurang,
Ditemukan
pemberian
adanya
dosis
berlebih, pemberian obat pada pasien
diare
66
yang
rawat
inap
di
RSUD
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
Banyumas, dosisnya ada yang melebihi
ada yang kurang dari kebutuhan pasien
kebutuhan pasien menurut umur /
menurut umur / berat badan pasien, hal
berat badan pasien, hal ini dapat dilihat
ini dapat dilihat pada tabel 4
pada tabel 5
obat pada pasien diare yang
rawat inap di RSUD Banyumas, dosisnya
Tabel 4. DRPs “Ada Obat yang kurang dosis” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di
Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009
Nama Obat
Dosis yang diberikan
(1)
Paracetamol
(3)
Piracetam
Diazepam
Dosis seharusnya
<250mg
(4)
250-500mg
< 120 mg
120 – 250mg
<60mg
60 -120mg
<184,6mg
184,6mg
<276,9mg
276,9mg
<514,3mg
514,3mg
<2mg
2 - 4mg
<1,35mg
1,35 - 2,25mg
<1,2mg
1,2 – 2mg
terpisah satu sama lain, dan memberi
Interaksi obat ( adverse drug reaction)
Tidak
adanya
antara lactobacillus, zinc dan rehidrasi.
pengobatan
Pada obat-obatan lain yang diberikan
antidiare yang diberikan kepada pasien
kepada pasien diare karena adanya
anak yang menderita diare oleh tenaga
penyakit penyerta atau gejala penyakit
medik, pengobatan yang diberikan
lain yang muncul bersamaan dengan
merupakan pengobatan dasar meliputi
diare,
lactobaccilus, zinc dan rehidrasi, yang
mengacu pada buku IONI (Depkes,
mempunyai cara kerja, fungsi dan efek
2000) dan buku Drug Interaction Facts
interaksi
obat,
ditemukan
manfaat kepada tubuh secara simultan
pada
67
setelah
ditelusuri
dengan
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
(D.S. Tatro) tidak ditemukan adanya
hig) 37 kasus (23,27%), interaksi obat (
interaksi obat.
adverse drug reaction) tidak ditemukan,
Ketidaktaatan pasien
dan ketidaktaatan pasien tidak terdapat
Dalam kategori DRPs ini tidak
pada rekam medik.
ditemukan dalam rekam medik pasien
Berdasar uraian di atas maka
diare yang menjalani rawat inap di
dapat ditarik sebagai kesimpulan awal
instalasi rawat inap anak di RSUD
bahwa ada DRPs pada penggunaan obat
Banyumas.
antidiare pada pasien anak di instalasi
Hasil
penelitian
evaluasi
ini
yaitu
DRPs
pada
rawat inap RSUD Banyumas pada tahun
obat
yang
2009
karena
ada
pasien
yang
dibutuhkan (need for additional drug
membutuhkan obat tidak diberikan, ada
therapy) untuk pasien diare tetapi tidak
pasien yang tidak membutuhkan obat
diberikan sebanyak 26 kasus (16,35 %),
tetapi diberi obat, ada pasien yang
tidak perlu obat (unnecessary drug) 8
diberi obat dengan dosis yang kurang
kasus (5,03 %), dosis kurang ( dosage
dan ada pasien yang diberi obat dengan
drug) tak sebanyak 27 kasus (16,98%),
dosis berlebih.
dosis berlebih sebanyak (dosage too
68
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
Tabel 5. DRPs “Ada Obat dengan dosis lebih” pada Pengobatan Pasien Diare Akut di
Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Banyumas Tahun 2009
Nama Obat
Dosis yang diberikan
Dosis seharusnya
(3)
>60mg
(4)
60mg
>120mg
60 -120mg
> 200 mg
100 – 200mg
> 100mg
50 – 100mg
> 500mg
250 – 500mg
> 1,2mg
0,3 – 1,2mg
> 1,13mg
0,03 – 1,13mg
> 1,3mg
0,07 – 1,3mg
> 12,5mg
6,25 – 12,5mg
> 28,4mg
15 – 28,4mg
Clorampenical
> 200mg
100 – 200mg
Diazepam
> 2mg
1,2 – 2mg
> 2,4mg
1,5 – 2,4mg
(1)
Paracetamol
Ampicillin
Dexamethason
Cefixime
Ada hal yang dapat dicermati
yang
membandingkan
CRO
(oralit)
pada penggunaan obat antidiare di
dengan cairan intravena/infus pada
RSUD
bahwa
anak dengan derajat dehidrasi ringan
kebutuhan
sampai berat menunjukkan bahwa CRO
mutlak yang harus diberikan kepada
mengurangi lamanya perawatan di RS
pasien yang menderita diare. Sebuah
sampai 29 jam. Sebuah studi lain juga
penelitian meta analisis internasional
menyimpulkan
rehidrasi
Banyumas
adalah
adalah
suatu
69
CRO
menangani
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
dan
asidosis
(keasaman
Hal
darah
–
dilakukan
hal
ntuk
berikut
perlu
meningkatkan
meningkat) lebih cepat dan aman
kesehatan anak di Banyumas, antara
dibandingkan cairan infus (Meadows et
lain Kepada RSUD Banyumas atau pihak
all, 2005). Penelitian lain menunjukkan
terkait
keuntungan lain oralit pada diare
pengetahuan
dengan dehidrasi ringan-sedang adalah
memberikan
mengurangi
diare,
tentang penyakit diare dan bagaimana
meningkatkan (mengembalikan) berat
mengatasi diare seindiri. Kepada tenaga
badan anak, dan efek samping lebih
medis RSUD Banyumas untuk tetap
minimal
memberikan rehidrasi pada pasien diare
lamanya
dibandingkan
cairan
infus
untuk
meningkatkan
masyarakat
penyuluhan
dengan
kesehatan
(Payne et all, 2004).
apapun klasifikasinya karena rehidrasi
Kesimpulan
sangat diperlukan oleh pasien diare
Berdasarka hasil penelitian dan
pembahasan
terhadap
untuk mengganti kehilangan cairan
evaluasi
dalam jumlah banyak. Kepada tenaga
penggunaan obat antidiare pada pasien
medis
anak di instalasi rawat inap RSUD
memperhatikan pemberian obat yang
Banyumas pada tahun 2009 maka dapat
dibutuhkan pasien sesuai umur/ berat
disimpulkan bahwa penggunaan obat
badan
antidiare pada pasien anak di instalasi
memberikan obat dengan dosis kurang
rawat inap RSUD Banyumas pada tahun
atau berlebih.
2009 sudah sesuai dengan standar
Ucapan Terima Kasih
pelayanan
medik
menurut
RSUD
Banyumas
pasien
sehingga
untuk
tidak
Ikatan
Kami mengucapkan terima kasih
Dokter Indonesia. Ditemukan kasus
kepada Direktur RSUD Banyumas atas
DRPs pada penggunaan obat antidiare
ijin yang diberikan kepada kami untuk
pada pasien anak di instalasi rawat inap
melaksanakan
penelitian
ini
serta
RSUD Banyumas pada tahun 2009, yaitu
seluruh staf RSUD Banyumas atas
pada obat yang dibutuhkan oleh pasien
kerjasamanya.
(need for additional drug therapy), obat
yang tidak dibutuhkan (unnecessary
drug), dosis yang kurang ( dosage drug)
dan dosis berlebih (dosage too hig).
70
PHARMACY, Vol.06 No. 01 Agustus 2011
ISSN 1693-3591
Indonesia, Jakarta
Arculapius.
Daftar Pustaka
:
Media
Meadows S, Banks JB. Intravenous
Fluids for Children with
Gastroenteritis.
Clinical
Inquiries, American Family
Physician, January 1 2005.
American Academy of Family
Physicians.
Anonim, 2002, Standar Pelayanan
Medik, Jakarta : Ikatan Dokter
Indonesia.
Anonim, 2008, Informatiorium Obat
Nasional Indonesia 2008, Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
Mutschler, E. 1991, Dinamika Obat
(Terjemahan) Matilda B, Edisi V,
Bandung : ITB.
Anonim, 2009/2010, MIMS Indonesia:
Petunjuk Konsultasi Edisi 9, PT
Bhuana
Ilmu
Populer
(Kelompok Gramedia), Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan
Anak Sakit, Jakarta : Kedokteran
EGC.
Anonim, 2008,
Profil BLUD RSU
Banyumas, Banyumas.
Payne J, Elliot E. Gastroenteritis in
Children. Clin Evid 2004; 12: 13. BMJ Publishing Group Ltd
2004.
Cipole, R.J., Strand, L.M., and Morley,
P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practice,
McGraw-Hill
Companies, Inc, New York.
Siregar C, Amalia L., 2004, Farmasi
Rumah Sakit dan Terapan,
Jakarta : EGC.
Depkes RI, 2007, Pedoman Pengobatan
Dasar di Puskesmas, Jakarta :
Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian.
Soekanto, S., 1989, Aspek Hukum
Kesehatan,
Jakarta
:
INDHILL.CO.
Jellife, D, B., 1994, Kesehatan Anak di
Daerah Tropis, Jakarta : Bumi
Aksara.
Tan, H. T., dan Rahardja, K., 2002, Obatobat Penting, Edisis V, Jakarta :
PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Loehoeri, S. dan Wirjoatmodjo, M.,
1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 1, Jakarta :
Kedokteran EGC.
Zein Umar et al, 2004, Diare Akut
Disebabkan Bakteri, Sumatera :
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Mansjoer., Atriyanti,K.K., savitri, R.,
Wardani W.I., Setiowulan, W.,
2002,
Kapita
Selekta
Kedokteran, Jilid I, Edisi III,
Fakultas Kedokteran Universitas
71
Download