8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pasar Modal
2.1.1.1. Pengertian pasar modal
Bursa Efek Indonesia mendefinisakan pasar modal
sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan baik surat hutang (obligasi)
ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan
lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
investasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai
sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan lainnya.
Undang-undang Pasar Modal No. 8 yahun 1995 tentang Pasar
Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang
bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan
efek.
Pasar
modal
menurut
Tandelilin
(2010)
merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal
juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan
8
9
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun
seperti saham dan obligasi.
Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian
suatu negara karena menurut Bursa Efek Indonesia pasar
modal menjalankan dua fungsi yaitu pertama sarana bagi
masayrakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan
seperti saham, obligasi, reksadana dan instrumen lainnya,
kedua sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana
perusahaan
untuk
mendapatkan
dana
dari
masyarakat
pemodal (investor).
2.1.1.2. Jenis-Jenis Pasar Modal
Pasar modal dikategorikan menjadi 4 tipe:
2.1.1.2.1. Pasar perdana sarana bagi perusahaan menawarkan
saham atau obligasi untuk pertama kalinya ke masyarakat
umum. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana,
perusahaan
emiten
sebelumnya
informasi mengenai perusahaan
akan
secara
mengeluarkan
detail
yang
berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan
kepada
calon
investor,
sehingga
dapat
memperkirakan perkembangan perusahaan pada masa
yang akan datang. Surat berharga yang baru dijual dapat
berupa penawaran perdana ke publik atau tambahan surat
berharga baru apabila perusahaan sudan going public.
2.1.1.2.2. Pasar sekunder merupakan tempat perdagangan atau jual
beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas
10
emiten dijual di pasar perdana. Dengan adanya pasar
sekunder investor dapat melakukan perdagangan sekuritas
untuk mendapat keuntungan. Perdagangan di pasar
sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar yaitu pasar
lelang dan pasar nogoisasi.
2.1.1.2.3. Pasar
ketiga
merupakan
pasar
perdagangan
surat
berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga
dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan
penjual pada saaat pasar kedua tutup. Dalam pasar ketiga
ini
tidak
memiliki
pusat
lokasi
perdagangan
yang
dinamakan floor trading (lantai bursa).
2.1.1.2.4. Pasar keempat pasar modal yang dilakukan diantara
institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk
broker. Pasar keempat umunya dilaksanakan oleh investor
besar karena menghemat biaya transaksi daripada jika
dilakukan di pasar sekunder, yaitu dengan menggunakan
jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham
dalam jumlah blok yang besar.
2.1.1.3. Sejarah Pasar Modal Indonesia
Penulisan perkembangan pasar modal Indonesia yang
ditulis disini mengacu sepenuhnya pada uraian Bursa Efek
Indonesia. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh
sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek
telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
11
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak
tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal
tidak
berjalan
beberapa
seperti
periode
yang
kegiatan
diharapkan,
pasar
bahkan
modal
pada
mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari
pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia,
dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek
tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali
pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian
pasar
modal
mengalami
pertumbuhan
seiring
dengan
berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di
Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk
di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918
: Bursa Efek di Batavia ditutup selama
Perang Dunia I.
1925 – 1942
: Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali
bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
Awal th 1939
: Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
12
1942 – 1952
: Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali
selama Perang Dunia II.
1956
:
Program
nasionalisasi
perusahaan
Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977
: Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh
Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM
(Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar
modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong
sebagai emiten pertama.
1977 – 1987
: Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu.
Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat
lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen
Pasar Modal.
1987
:
Ditandai
dengan
hadirnya
Paket
Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan
bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990
: Paket deregulasi dibidang Perbankan dan
Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988
: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai
beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang
13
dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker
dan dealer.
Desember 1988 :
Pemerintah
mengeluarkan
Paket
Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan
perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang
positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989
:
Bursa
Efek
Surabaya
(BES)
mulai
beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta
yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992
menjadi
: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah
Badan
Pengawas
Pasar
Modal.
Tanggal
ini
diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995
dilaksanakan
: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ
dengan
sistem
computer
JATS
(Jakarta
Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. UndangUndang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995
: Bursa Paralel Indonesia merger dengan
Bursa Efek Surabaya.
2000
(scripless
Indonesia.
:
Sistem
Perdagangan
trading) mulai diaplikasikan
Tanpa
Warkat
di pasar modal
14
2002
:BEJ
mulai
mengaplikasikan
sistem
perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007
: Penggabungan Bursa Efek Surabaya
(BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
02 Maret 2009
: Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan
Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.
2.1.2. Efisiensi Pasar
Pada efisiensi pasar ini membahas mengenai bagaimana pasar
merespon infromasi yang mempengaruhi harga sekuritas menuju ke
arah keseimbangan baru. Istilah efisiensi mempunyai arti yang
berbeda sesuai dengan konteks penggunaan istilahnya. Misalnya dari
sudut pandang pengelolaan aset, efisiensi dapat diartikan sebagai
kondisi dimana aset-aset yang telah ada dapat dialokasikan dengan
optimal. Dalam kontekas aplikasi teknologi, efisiensi dapat diartikan
sebagai pengaplikasian teknologi yang memerlukan biaya operasi
paling murah. Sedangkan efisiensi pada sudut pandang investasi
menurut Tandelilin (2010) berarti harga pasar yang telah terbentuk
telah mencerminkan informasi yang tersedia. Jadi dapat dikatan bahwa
tidak ada seorang investor yang bisa mengambil keuntungan dari
pasar. Artinya jika pasar efisien dan semua informasi dapat diakses
secara mudah dengan biaya yang murah oleh semua pihak pasar,
maka harga yang terbentuk merupakan harga keseimbangan,
sehingga tidak ada seorang investorpun yang dapat memperoleh
15
keuntungan tidak normal dengan memanfaatkan infromasi yang
dimilikinya.
Konsep pasar efisien menggambarkan adanya suatu proses
peyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan baru
sebagai respon atas informasi baru yang masuk ke pasar. Proses
penyesuaian harga memang tidak harus berjalan dengan sempurna
melainkan yang tepenting adalah harga yang telah terbentuk tidak bias
dengan etimasi harga keseimbangan. Harga keseimbangan akan
terbentuk setelah investor sudah sepenuhnya menilai dampak dari
informasi tersebut.
Ada beberapa kondisi menurut Tandelilin (2010) yang harus
terpenuhi untuk mencapai pasar yang efisien:
2.1.2.1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk
memaksimalkan profit dan mereka juga merupakan price taker,
sehingga tindakan dari satu investor saja tidak akan mampu
mempengaruhi harga dari sekuritas.
2.1.2.2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat
yang sama dengan cara yang mudah dan murah.
2.1.2.3. Informasi yang terjadi bersifat random.
2.1.2.4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru,
sehingga harga sekuritas akan
berubah sesuai dengan
perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut.
Untuk memudahkan penelitian tentang efisiensi pasar, Fama
(1970) dalam Tandelilin (2010) mengklasifikasikan bentuk pasar yang
efisien ke dalam tiga tipe yaitu:
16
2.1.2.1. Efisien dalam bentuk lemah (weak form) yang berarti semua
infromasi di masa lalu akan tercermin dalam harga yang
terbentuk sekarang. Informasi masa lalu seperti harga dan
volume perdagangan tidak bisa digunakan untuk memprediksi
perubuahan harga di masa yang akan datang, karena sudah
tercermin pada harga saat ini.
2.1.2.2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong) berarti harga
pasar saha, yang telah terbentuk sekarang telah mencerminkan
informasi masa lalu ditambah dengan semua informasi yang
dipublikasikan
seperti
dividen,
penerbitan
saham
baru,
pengumuman stock split, dan peristiwa publikasi lainnya yang
mempengaruhi aliran kas di masa yang akan datang. Pada
bentuk pasar ini pengembalian tidak normal hanya terjadi di
sekitar pengumuman suatu peristiwa sebagai representasi dari
respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar
dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat bila informasi
terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar.
2.1.2.3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form) berarti harga pasar
saham yang tebentuk saat ini telah mencerminkan informasi
masa lalu, informasi yang dupublikasikan ditambah infromasi
yang tidak dipublikasikan
2.1.3. Obligasi
2.1.3.1. Pengertian Obligasi
Pengertian obligasi menurut Bursa Efek Indonesia yaitu,
obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang
17
yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada
periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah
ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan
Zalmi
(2012)
mendefinisikan obligasi sebagai surat utang yang diterbitkan
oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana.
Pihak penerbit akan membayarkan sejumlah bunga (coupon),
misalnya setiap enam bulan, kemudian pada saat jatuh tempo
(maturity) utang
pemegang
pokoknya
obligasi.
akan
Berdasarkan
dikembalikan
definisi
kepada
diatas
dapat
disimpulkan bahwa obligasi merupakan surat hutang yang
mempunyai masa jatuh tempo lebih dari satu tahun, dimana
pihak yang menerbitkan obligasi akan memberikan imbalan
berupa bunga obligasi (coupon) kepada pemegang obligasi
sesuai dengan waktu perjanjian yang di tentukan sebelumnya.
Obligasi merupakan salah satu alternatif pendanaan yang
digunakan
perusahaan
untuk
menjalankan
kegiatan
operasionalnya. Pemegang obligasi merupakan kreditur bagi
pihak yang menerbitkan obligasi tersebut dan tidak memiliki hak
kemepilikan
atas perusahaan, tetapi pemegang obligasi
mempunyai hak untuk mendapatkan pembayaran terlebih
dahulu
dibandingkan
pegang
saham,
termasuk
perusahaan dilikuidasi (Zalmi, 2012).
2.1.3.2. Karakteristik Obligasi
Obligasi memiliki beberapa karakteristik yaitu:
apabila
18
2.1.3.2.1. Nilai nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu
obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada
saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2.1.3.2.2. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima
pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran
kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon
obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
2.1.3.2.3. atuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang
obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali atau nilai
nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo
obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan
diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam
waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi,
sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan
dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam
waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh
tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya.
2.1.3.2.4. Penerbit/emiten
(issuer)
mengetahui
dan
mengenal
penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam
melakukan
investasi
obligasi
ritel.
Mengukur
resiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat
melakukan pembayaran kupon dana atau pokok obligasi
tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat
(rating)
obligasi
yang
dikeluarkan
oleh
lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
19
2.1.3.3. Jenis-Jenis Obligasi
Ada beberapa jenis obligasi dengan berbagai macam
karakteristik, yaitu:
2.1.3.3.1. Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds) merupakan
obligasi
yang
diterbitkan
oleh
perusahaan
dengan
menggunakan jaminan aset real, sehingga jika perusahaan
gagal memenuhi kewajibanya maka pemegang obligasi
berhak mengambil alih aset tersebut.
2.1.3.3.2. Obligasi tanpa jaminan adalah obligasi yang diterbitkan
tanpa menggunakan suatu jaminan aset real tertentu.
2.1.3.3.3. Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan
hak kepada pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi
tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada harga
yang sudah ditetapkan sehingga pemegang obligasi
mempunyai kesempatan mendapkan capital gain. Emiten
juga memperoleh keutungan karena tingkat kupon yang
diberikan
kepada
pemegang
obligasi
lebih
rendah
dibanding obligasi biasa.
2.1.3.3.4. Obligasi yang disertai warrant, dengan adanya warrant
pemegang obligasi mempunyai hak untuk membeli saham
perusahaan pada harga yang ditentukan. Umumnya
obligasi ini juga memberikan keuntungan untuk pemegang
saham karena mempunyai kesempatan untuk memperoleh
capital gain dari selisih kenaikan harga saham, dan untuk
emiten karena kupon yang diberikan lebih rendah.
20
2.1.3.3.5. Obligasi
tanpa
kupon
adalah
obligasi
yang
tidak
memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini biasanya
ditawarkan pada harga dibawah nilai parnya sehingga
investor memperoleh keuntungan dari perbedaan harga
pasar dan nilai parnya pada saat obligasi tersebut dibeli.
2.1.3.3.6. Obligasi dengan tingkat bunga mengambang adalah
obligasi yang bunganya disesuaikan dengan tingkat bunga
pasar yang berlaku. Umunya obligasi ditawarkan pada
dengan menggunakan kupon sebesar presentase suku
bunga deposito atau bisa juga dikombinasikan dengan
besarnya tingkat suku bunga tetap.
2.1.3.3.7. Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak
kepada pemegang obligasi untuk menerima pelunasan
obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh
tempo.
2.1.3.3.8. Junk bond obligasi yang memberikan tingkat keuntungan
(kupon) yang sangat tinggi tetepai juga mengandung resiko
yang tinggi. Biasanya diterbitkan oleh perusaaan yang
beresiko tinggi atau oleh perusahaan yang ingin membiayai
suatu rencana merger atau akuisisi.
2.1.3.3.9. Sovereign bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh
suatu negara dalam mata uangnya sendiri, tetapi dijual di
negara lain dalam mata uang negara tersebut.
21
2.1.4. Obligasi Syariah (Sukuk)
2.1.4.1. Pengertian Sukuk
Berdasarkan peraturan Bapepam & LK (sekarang menjadi
OJK) No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, definisi
Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided
share) atas:
2.1.4.1.1. Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat);
2.1.4.1.2. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul a’yan) tertentu
baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
2.1.4.1.3. Asa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan
ada;
2.1.4.1.4. Aset
proyek
tertentu
(maujudat
masyru’
mu’ayyan);
dan/atau
2.1.4.1.5. Kegiatan
investasi
yang
telah
ditentukan
(nasyath
ististmarin khashah).
Pada dasarnya sukuk berasal dari bahasa Arab yang
merupakan bentuk jamak „Sakk’ yang mempunyai arti dokumen
atau sertifikat, yang pada pertengahan abad ke 20 sering
digunakan oleh perdangan muslim sebagai dokumen yang
menunjukkan
kewajiban
finansial
yang
berasal
dari
perdagangan atau aktivitas komersial lainnya. Sementara
pengertian sukuk berdasarkan Standar Syariah The Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions
22
(AAOIFI) yaitu sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang
mewakilkan atas bagian kepemilikan yang tidak terbagi pasa
aset berwujud, hak manfaat, dan jasa atau kepemilikan pada
suatu aset proyek atau kegiatan investasi tertentu. Dewan
syarian Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pengertian
obligasi
syariah
Dalam
fatwa
No.
32/DSN-
MUI/IX/2002 yaitu suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada
pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jetuh tempo. Sukuk merupakan aset yang
didasari lebih dari sekuiritas dengan underlying asset sebagai
jaminan yang berdasarkan pada prinsip syariah dalam sifat dan
penggunaanya
(Godlewski,
et
al.,
2013).
Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian sukuk
adalah surat berhagarga jangka panjang yang dalam aturan
dan penguananya didasarkan pada prinsip syariah dengan
imbalan
yang
diberikan
oleh
pemegang
sukuk
adalah
merupakan bagi hasil dan pelunasan kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
2.1.4.2. Karakteristik Sukuk
Sukuk dapat menunjukkan kepemilikan parsial dari
hutang, aset, proyek, bisnis atau investasi. Beberapa struktur
sukuk antara lain :
23
2.1.4.2.1. Murabaha (cost-plus selling)
2.1.4.2.2. Salam (pre-payment of an asset for future delivery)
2.1.4.2.3. Ijara ( rental / lease agreement)
2.1.4.2.4. Istisna ( build to-own property)
2.1.4.2.5. Mudaraba (patership forms)
2.1.4.2.6. Musharaka (patership forms)
Banyaknya jenis akad yang ada pada obligasi syariah,
tetapi hanya beberapa yang sering digunakan dalam obligasi
syariah di pasar modal Indonesia. Menurut peraturan OJK No
IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan
efek syariah di pasar modal Indonesia, yaitu :
2.1.4.2.1. Akad Mudharabah (Qiradh) adalah perjanjian dimana pihak
yang menyediakan dana (Shahib al-mal) berjanji kepada
pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal
dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modal
tersebut.
2.1.4.2.2. Akad ijarah adalah perjanjian (Akad) dimana pihak yang
memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi
jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk
menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan
atas
suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki
pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa dan atau upah (ujrah), tanpa
diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang
menjadi obyek ijarah.
24
Beberapa karakteristik dari sukuk menurut Christope J
pada artikel yang berjudul Sukuk Vs Conventional Bonds : A
Stock Market Perspective yaitu :
2.1.4.2.1. Surat berharga harus mewakili kepemilikan pada aset
berwujud (tengible assets), hasil dari hak pakai atau
pendapatan perusahaan;
2.1.4.2.2. Pembayaran kepada investor merupakan hasil yang
dihitung setelah pajak;
2.1.4.2.3. Nilai yang dilunasi saat jatuh tempo mencerminkan harga
pasar saat ini berdasarkan dari underlying assets bukan
dari nilai investasi asli.
Maka dapat dilihat kelebihan obligasi syariah yaitu
strukturnya terjamin oleh aset yang nyata. Maka pemegang
obligasi ini memperoleh hak penjualan atas aset dan juga
berhak memperoleh pendapata dari aset. Selain itu obligasi
syariah ini juga mempunyai ciri khas
yang mencerminkan
kewajiban kepada pemegangnya, maka sertifikat tersebut tidak
dapat diperjualbelikan pada pasar sekunder, sehingga menjadi
instrumen jangka panjang hingga jatuh tempo atau dijual pada
nilai nominal.
2.1.5. Signalling Theory
Informasi yang dikeluarkan perusahaan merupakan unsur
penting untuk investor dan pelaku bisnis dalam mengambil keputusan
investasi di luar perusahaan. Pada hakekatnya informasi menyajikan
25
keterangan, catatan atau gambaran untuk keadaan masa lalu, saat ini
maupun untuk keadaan pada masa yang akan datang. Adanya
infromasi yang relevan, akurat, lengkap dan tepat waktu merupakan
alat analisis bagi para investor dalam melakukan pengambilan
keputusan investasi di pasar modal.
Menurut Ross (1997) signalling theory menyatakan bahwa pihak
eksekutif
perusahaan
memiliki
informasi
lebih
baik
mengenai
perusahaan akan terdorong untuk menyampaikan infromasi tersebut
kepada calon investor agar harga saham perusahaanya meningkat.
Signalling theory adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaa (Brigham dan Houston,
2006).
Hartono
(2008)
menyatakan
bahwa
informasi
yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika suatu
informasi baru yang relevan masuk ke pasar, maka investor akan
menganalisis dan mengintreprestasikan informasi tersebut sebagai
sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Sinyal tersebut
dapat dilihat melalui rekasi pasar yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan pada harga saham dan volume perdagangan.
Adanya pengumuman penerbitan obligasi mengandung informasi
bagi para investor yang nantinya investor akan melakukan penilaian
dari
informasi
tersebut
sehingga
mempengaruhi
keputusan
investasinya. Penerbitan obligasi memberikuan suatu pertanda (signal)
dalam pengambilan keputusan investasi, sehingga signalling theory
26
berlaku dalam penelitian ini. Dengan demikian signalling theory dapat
dartikan sebagai sebuah pertanda dari pihak perusahaan yang
ditujukan
untuk
investor
dalam
bentuk
informasi
khususnya
pengumuman penerbitan obligasi dalam penelitian ini, yang kemudian
akan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi.
2.1.6. Return dan Resiko
2.1.6.1. Pengertian Return
Return menurut Tandelilin (2010) yaitu merupakan salah satu
faktor
yang
merupakan
memotivasi
imbalan
investor
atas
berinteraksi
keberanian
dan
investor
juga
dalam
menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return
merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh investor atas
investasi yang dilakukan dan juga merupakan salah satu
motivasi untuk para investor dalam berinvestasi. Return
menurut Hartono (2008) dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu:
2.1.6.1.1. Return Realisasi
Merupakan return yang telah terjadi dan digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja perusahaan yang dihitung
berdasarkan data historis. Return ini juga dapat digunakan
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di
masa yang akan datang.
2.1.6.1.2. Return Ekspektasi
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor
di masa yang akan datang. Return ini digunakan untuk
27
pengambilan keputuasan investasi dan untuk mengukur
resiko di masa yang akan datang. Berbeda dengan return
realisasi yang difatnya telah terjadi, return ekspektasi ini
sifatnya belum terjadi.
2.1.6.2. Pengertian Resiko
Pengertian resiko menurut Brigham dan Houston (2006) yaitu
resiko merupakan kemungkinan adanya perbedaan return yang
diterimalebih
kecil
dibandingkan
dengan
return
yang
diharapkan, semakin besar perbedaan maka semakin besar
resiko investasinya. Menurut Hartono (2008) resiko dibagi
menjadi dua, yaitu:
2.1.6.2.1. Systematic Risk
Bagian dari resiko sekuritas yang tidak dapat dihindari atau
dihilangkan dengan membentuk portofolio seperti resiko
inflasi, resiko tingkat suku bunga, resiko pasar, dan resiko
nilai tukar.
2.1.6.2.2. Unsystematic Risk
Bagian dari resiko sekuritas yang dapat dihilangkan
dengan membentuk portofolio seperti resiko bisnis, resiko
likuiditas dan resiko finansial.
2.1.7. Saham
2.1.7.1. Pengertian saham
Saham merupakan salah satu bentuk investasi yang ada
di pasar modal dan merupakan instrumen yang populer. Saham
juga
merupakan
instrumen
investasi
pendanan
untuk
28
perusahaan. Definisi saham menurut Bursa Efek Indonesia
adalah sebagai berikut :
“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).”
2.1.7.2. Return Saham
Surat saham adalah dokumen bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan, maka
setiap pemegang saham berhak atas bagian laba yang
dibagikan
atau
deviden
sesuai
dengan
proporsi
kepemilikannya. Saham juga dapat diperjual belikan, adanya
perbedaan dari harga jual dan harga beli sehingga memberikan
keuntungan atau kerugian dari transaksi jual beli saham
tersebut. Menurut Zubir (2011) menyebutkan bahwa return
saham terdiri dari capital gain dan dividend yield. Capital gain
adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per
lembar dibagi dengan harga beli, dan dividend yield adalah
dividen per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar.
2.1.8. Abnormal Return
Abnormal
return
merupakan
kelebihan
dari
return
sesungguhnya terjadi terhadap return yang tidak normal.
yang
Dengan
29
demikian return tidak normal dapat dicari dari selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, sebagai berikut:
ARit = Rit – E (Rit)
Keterangan :
ARit = abnormal return saham
Rit
= return saham i pada periode t
E (Rit) = expected return saham i pada periode t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu
ke-t yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya
yang kemudian dibagi dengan harga sebelumnya atau dengan rumus
(Pit – Pit-1) / Pit-1. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang
diestimasi, model yang digunakan untuk menghitung return eskpektasi
adalah sebagai berikut:
2.1.8.1. Market adjusted model
Model ini beranggapan bahwa penduga untuk mengetimasi
return adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Maka
tidak diperlukan periode estimasi untuk membentuk model
estimasi, karena return yang diestimas sama dengan return
indeks pasar.
2.1.8.2. Mean adjusted model
Model ini berangapan bahwa return ekspektasi bernilai
konstan
yang
sama
dengan
rata-rata
sebelumnya selama periode estimasi.
2.1.8.3. Market model
return
realisasi
30
Perhitungan dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan
yaitu (1) membetuk model ekspektasi dengan menggunakan
data realisasi selama periode estimasi, dan (2) menggunakan
model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi pada
windows event.
2.2. Hipotesis
Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai perbedaan reaksi pasar
yang terjadi pada penerbitan obligasi konvensional dengan obligasi syariah.
Reaksi pasar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham
dapat dilihat melalui abnormal return pada setiap perusahaan selama
persitiwa. Penerbitkan obligasi memiliki informasi yang memengaruhi
perilaku pasar dan harga sekuritas, maka penelitian ini menggunakan
Cummulativ Abnormal Return saham sebagai ukuran untuk meilhat reaksi
pasar. Oleh karena itu hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H1 :Pengumuman penerbitan obligasi syariah berpengaruhpositif pada
reaksi pasar modal Indonesia.
H2 :Pengumuman penerbitan obligasi konvensional berpengaruh positif
pada reaksi pasar modal Indonesia
H3 :Pengumuman penerbitan kedua jenis obligasi berpengaruh positif pada
rekasi pasar modal Indonesia.
2.3. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk melihat rekasi pasar
modal terhadap penerbitan obligasi antara lain:
2.3.1. Ashhari (2009) dengan penelitian berjudul Conventional vs Islamic
Bond Announcements: the effects on Shareholders‟ wealth yang
31
dilakukan di bursa efek Malaysia menggunakan metode analisis
regresi berganda. Hasil dati penelitian ini adalah bahwa obligasi
konvensional tidak berpengaruh terhadap return saham sedangkan
obligasi syariah berpengaruh terhadap return saham.
2.3.2. Chirstope et al., (2013) yang meneliti reaksi pasar modal di Malaysia
terhadap penerbitan obligasi syariah (sukuk) dan obligasi konvensional
dengan
menggunakan
model
penelitian
event
study
yang
menghasilkan bahwa pasar saham tidak bereaksi signifikan terhadap
penerbitan obligasi konvensional, tetapi mempunyai reaksi yang
negatif terhadap penerbitan obligasi syariah (sukuk).
2.3.3. Rizky (2013) meneliti mengenai pengaruh penerbitan obligasi syariah
(sukuk) terhadap reaksi pasar modal Indonesia dengan model
penelitain event study yang menunjukkan bahwa penerbitan sukuk
mempunyai pengaruh sebesar 11,8 % terhadap reaksi di pasar modal
Indonesia.
2.3.4. Dwi (2015) meneliti mengenai analisis dampak penerbitan obligasi
syariah (sukuk) dan obligasi konvensional terhadap return saham di
Indonesia dengan menggunakan model event study dan metode
analisis regresi data panel dengan hasil tes keseluruhan bahwa nilai
obligasi, debt ratio dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
abnormal return.
2.4. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini diawali dengan adanya pengumuman penerbitan
obligasi baik konvensional atau syariah sebagai sebuah peristiwa karena
memiliki kandungan informasi yang mempengaruhi perilaku pasar dan harga
32
sekuritas.
Penerbitan
obligasi
menunjukkan
bahwa
perusahaan
membutuhkan dana yang akan digunakan untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya sehingga akan meningkatkan kegiatan investasi dan
opersional perusahaan. Meningkatnya kegiatan operasional yang berarti
meningkat pula kegiatan produksi barang dan jasa. Tersedianya penawaran
mendorong adanya pergerakan permintaan yang mempengaruhi roda
perekonomian. Adanya pergerakan permintaan jelas berpengaruh terhadap
income perusahaan yang menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
menjalankan aktivasnya. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
kinerja yang bagus dari sebuah perusahaan yang berdampak pada return
saham.
Pra Event
Event
Post Event
Abnormal Retrurn
Penerbitan
Obligasi
Abnormal Retrurn
Download