UNIVERSITAS INDONESIA Gerakan Sosial Masyarakat Kota Dalam Memperjuangkan Legalisasi Permukiman Liar Studi Kasus Pemukiman Kampung Tanah Merah Jakarta Utara TUGAS KARYA AKHIR CARLOS ROY FAJARTA 0606095885 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DEPOK JUNI 2013 Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA Gerakan Sosial Masyarakat Kota Dalam Memperjuangkan Legalisasi Permukiman Liar – Studi Kasus Pemukiman Kampung Tanah Merah Jakarta Utara TUGAS KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana CARLOS ROY FAJARTA 0606095885 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DEPOK JUNI 2013 Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Segala proses dan pencapaian yang penulis raih sampai detik ini dalam penyusuna penelitian semua karena berkat dan anugerah daripadaNya yang selalu menyertai saya setiap saat. Tugas Karya Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial di Jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Tugas Karya Akhir dengan tema gerakan sosial ini penulis harapkan dapat memberikan sumbangsih dalam perkembangan penelitian dengan tema serupa. Selama melakukan proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telahmemberikan dukungan dan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Indera R.I Pattinasarany, MA ,selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI, yang masih memberikan kesempatan bagi penulis dan tetap memberikan semangat untuk tetap menyelesaikan tugas karya akhir ini; 2. Nanu Sundjojo, S.Sos, M.Si ,selaku dosen pembimbing yang membantu dan mendukung serta mengarahkan penulis untuk menyusun karya ilmiah dengan baik dan benar; 3. Raphaella Dewantari Dwianto, MA., Ph.D , selaku dosen penguji ahli yang membantu penulis dalam memperbaiki isi dan pemikiran-pemikiran penulis yang masih harus di perbaiki; 4. Dr. Ida Ruwaida Noor, M.Si , selaku penasehat akademis penulis yang telah memberikanpengetahuan, saran, dan mengenalkan kepada penulis tentang dunia kampus dan tetap memantau progress akademis penulis selama menjalani masa perkuliahan; 5. Yosef Hilarius, S.Sos, M.Si , selaku sekretaris sidang dan juga dosen yang sangat peduli terhadap perkembangan kemajuan karya akhir penulis dan memberikan cambuk semangat agar penulis tetap konsisten dalam menyelesaikan studi ini; 6. Dr. Rosa Diniari, MA , selaku ketua sidang saat pengujian tugas karya akhir ini akan dilangsungkan, terima kasih mba Dini atas ketersediannya mnjadi ketua sidang dan support dan doanya untuk penulis; 4. Informan Sumber Penelitian yang telah memberikan sumber data sehingga proses penelitian ini dapat berjalan dengan lancar sampai selesai nya penulisan karya akademis ini v Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 5. Kepada kedua orang tua penulis yang telah mendukung secara penuh baik dari segi materil dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya 6. Kedua kakak penulis, yang selama ini terus mendukung penulis agar dapat menyelesaikan studinya 7. Seluruh teman-teman Mahasiswa Sosiologi angkatan 2006 yang selama proses perkuliahan banyak membantu penulis dalam menambah pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru mengenai dunia perkuliahan. 8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun turut berkontribusi dalam proses penyusunan Tugas Karya Akhir ini. Penulis memiliki harapan semoga Tugas Karya Akhir ini dapat berguna bagi semua pihak. Dan sebagai sebuah karya, Tugas Karya Akhir ini tidak lepas dari kekurangan dsn keterbatasan. Oleh karena itu masukan dan kritik bagi penelitian ini sangat diterima bagi penulis penelitian ini agar karya akademis ini bisa menjadi lebih baik lagi. Terima kasih. Depok, Penulis vi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 ABSTRAK Nama : Carlos Roy Fajarta Program Studi : Sosiologi Judul : “Gerakan Sosial Masyarakat Kota Dalam Memperjuangkan Legalisasi Permukiman Liar – Studi Kasus Permukiman Kampung Tanah Merah Jakarta Utara”. Tugas Karya Akhir ini membahas tentang gerakan sosial yang terjadi di permukiman liar perkotaan, dengan mengambil studi kasus pada permukiman kampung Tanah Merah Jakarta Utara. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses gerakan sosial yang terjadi di dalam kelompok masyarakat tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan yang terjadi pada masyarakat yang bermukim di kampung tanah merah berhasil melakukan pergerakan sosial dalam proses memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara, yakni pemberian KTP dan pengesahan RT dan RW yang ada pada permukiman kampung tanah merah tersebut. Dari proses gerakan sosial yang terjadi pada masyarakat tanah merah tersebut secara konseptual sejalan dengan pemikiran dari Castell mengenai aliansi organisasi yang membuat sebuah gerakan sosial dapat berlangsung atas dasar prakarsa Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB), serta pemikiran Tilly mengenai mobilisasi dan sumber daya yang membuat sebuah gerakan dapat eksis dan tetap berlangsung. Kata Kunci: Permukiman Liar, Gerakan Sosial, Kota. viii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 ABSTRAK Name : Carlos Roy Fajarta Study Program: Sosiologi Judul : “Social Movement of Urban Communities in Struggle of Illegal Settlement Legalization - Case Study Tanah Merah Village in North Jakarta”. The focus of this thesis discusses the social movements that occur in urban settlements, with a case study on Tanah Merah village settlements in North Jakarta. By using qualitative methods, this study is a descriptive research, which aims to provide an overview of the social movements that occur in certain communities. The results showed that the movement that occurs in people who live in Tanah Merah villages had succes did social movements in the process of fighting for their rights as citizens, namely the provision of ID card and validation RT RW and village settlements which exist on that settlement because of Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) organization. The social movements that occurred in the red soil is conceptually in line with the thinking of the alliance Castell organization that makes a social movement can take place, as well as thinking about Tilly and the mobilization of resources to make a movement can exist and persist. Kata Kunci: Illegal Housing, Social Movement, City. ix Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN JUDUL KARYA AKHIR UNTUK KEAKURATAN DATA....................................................................................... iv KATA PENGANTAR.......................................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN ILMIAH.................................................... vi ABSTRAK............................................................................................................................ viii DAFTAR ISI.......................................................................................................................... x DAFTAR TABEL................................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1 1.2 Permasalahan Penelitian......................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................... 8 1.4 Signifikansi Penelitian............................................................................................ 8 1.5 Batasan Penelitian................................................................................................... 9 1.6 Sistematika Penelitian............................................................................................. 9 BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................... 12 2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................................12 2.1.1 Penelitian Tentang Permukiman Liar.....................................................12 2.1.2 Penelitian Tentang Gerakan Sosial.........................................................18 2.2 Kerangka Konsep..................................................................................................24 2.1.1 Permukiman Kota...................................................................................24 2.1.2 Permukiman Liar.................................................................................... 26 2.1.3 Gerakan Sosial........................................................................................ 28 x Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................................... 32 3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................................... 32 3.2 Jenis Penelitian...................................................................................................... 33 3.3 Unit Analisis Penelitian......................................................................................... 34 3.4 Subyek dan Lokasi Penelitian............................................................................... 34 3.5 Metode Pengumpulan Data................................................................................... 35 3.6 Penentuan Informan Penelitian............................................................................. 35 3.7 Teknik Analisa Data............................................................................................. 36 3.8 Etika Penelitian..................................................................................................... 36 3.9 Periodesasi Penelitian........................................................................................... 37 3.10 Keterbatasan Penelitian...................................................................................... 37 BAB 4 GAMBARAN UMUM TENTANG PERMUKIMAN LIAR KAMPUNG TANAH MERAH DAN PROSES GERAKAN SOSIAL YANG TERJADI DI DALAMNYA.... 38 4.1 Sejarah Tanah Merah............................................................................................. 38 4.2 Karakteristik Permukiman Liar Tanah Merah....................................................... 41 4.2.1 Karakteristik Fisik.................................................................................. 41 4.2.2 Karakteristik Sosial................................................................................ 43 4.3 Gerakan Masyarakat Tanah Merah Sebelum Pemberian KTP & Pengesahan RT&RW ……………………………………………………………………………………. 45 BAB 5 ANALISIS GERAKAN SOSIAL MASYARAKAT TANAH MERAH............... 60 BAB 6 PENUTUP.................................................................................................................. 62 6.1 Kesimpulan Gerakan Sosial Di Permukiman Liar Tanah Merah Jakarta Utara.... 62 6.2 Saran...................................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 64 xi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Arus Migrasi Penduduk Daerah ke Kota Jakarta Pada Tahun 2010................ 1 Tabel 1.2 Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta dari tahun 2000 ke tahun 2010 ............. 2 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Akses jalan menuju kampung tanah merah..................................................... 40 Gambar 1.2 Peta lokasi wilayah Tanah Merah................................................................... 42 Gambar 1.3 Demonstrasi Warga Tanah Merah ke Kemendagri......................................... 52 Gambar 1.4 Simbolisasi Unjuk Rasa Warga Tanah Merah................................................ 53 Gambar 1.5 Karnaval Sedekah Bumi.................................................................................. 55 Gambar 1.6 Kedatangan Gubernur Jakarta Jokowi dan Dinas terkait................................ 57 Gambar 1.7 Proses penerbitan KTP bagi Warga Tanah Merah oleh Dukcapil................... 57 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I (Pedoman Wawancara).................................................................................. xiii Lampiran II (Foto Dokumentasi Penelitian)...................................................................... xiv Lampiran III (Transkrip Wawancara)................................................................................ xvii xii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dan sebagai pusat perekonomian negara Indonesia merupakan tempat utama dan tujuan bagi masyarakat untuk mencari peluang dan kesempatan hidup yang lebih baik, sehingga membuat orang ingin pergi ke kota seribu impian ini. Begitu banyaknya arus masyarakat yang masuk ke dalam Jakarta membuat kota ini sudah didera banyak masalah sejak dulu dalam berbagai aspek, terutama dalam aspek tempat tinggal yang layak bagi masyarakatnya. Pertambahan jumlah penduduk di Jakarta sendiri memang sangat besar dan signifikan dalam setiap tahunnya, hal ini dikarenakan Jakarta memiliki daya penarik yang sangat besar dan membuat masyarakat di pedesaan berbondongbondong pergi ke Jakarta untuk mencari kehidupan dan perekonomian yang lebih baik. Arus masuk penduduk ke kota Jakarta ini didorong dengan adanya pembangunan infrastruktur yang terpusat di Jakarta, selain itu kesempatan dan peluang kerja yang disediakan kota ini juga cukup banyak dan melimpah, sehingga banyak pandangan masyarakat jika ingin pasti dapat mencari pekerjaan sebaiknya pergi ke Jakarta. Menurut Data BPS pada tahun 2010, arus migrasi dari daerah menuju Jakarta mencapai 42% dan di dominasi oleh gender laki-laki. Tabel. 1.1 Arus Migrasi ke kota Jakarta pada tahun 2010 Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 2 Hal ini yang menyebabkan kota Jakarta mengalami kelangkaan tanah sebagai tempat tinggal arus urbanisasi yang masuk ke dalam kota Jakarta. Dengan segala pembangunan dan ekonomi, membuat lokasi tanah atau lahan yang masih kosong memiliki nilai yang sangat tinggi, karena lokasinya berada didalam megahnya pembangunan infrasturktur di Jakarta. Menurut Badan Pusat Statistik sendiri, pertumbuhan penduduk di Jakarta dalam periode 10 tahun (2000 s/d 2010) mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari tabel data statistik berikut: Tabel. 1.2 Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta dari tahun 2000 ke tahun 2010 Dari data BPS diatas, terlihat pertumbuhan penduduk di Jakarta mengalami pertumbuhan dari 8.347.083 di tahun 2000 kemudian pada 10 tahun setelahnya, yakni pada tahun 2010 penduduk di Jakarta mencapai 9.607.787. Atau bisa dikatakan pertumbuhan penduduk di Jakarta dalam kurun waktu sepuluh tahun mengalami peningkatan 15,1%. Pertumbuhan penduduk sebesar ini membuat kepadatan penduduk melonjak tinggi, dan keterbatasan jumlah tanah dan rumah yang ada menjadi permasalahan krusial yang menimpa Jakarta. Kelangkaan lahan Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 3 dan nilai guna tanah yang dekat dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial, membuat tanah di Jakarta kian diburu oleh masyarakat menegah ke atas, sehingga masyarakat pendatang yang perekonomiannya masih lemah terpaksa mencari alternatif tempat tinggal. Kondisi dari kepadatan penduduk di kota Jakarta terutama di daerah Jakarta Utara pada lokasi penelitian ini yakni di Tanah Merah dilakukan memiliki kondisi yang sangat padat dan tata ruang nya masih belum sempurna, hal ini terlihat dari jarak antara satu rumah warga dengan warga lain yang saling menempel dan susunan rumah yang kurang beraturan, serta tata kelola saluran air yang tidak terencana dengan baik, sehingga saat musim penghujan akan menimbulkan genangan air di jalan perkampungan. Harga tanah dan rumah yang kian melonjak di Jakarta dan sekitarnya merupakan dampak dari pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum serta berbagai tempat hiburan dan rekreasi yang berpusat di Jakarta. Semakin banyak para pengembang properti yang membangun perumahan bagi masyarakat di Jakarta, namun sebagian besar hanya terserap dan di tujukan kepada segmen masyarakat golongan ke atas dan menengah, sedangkan untuk golongan masyarakat kelas bawah masih sangat terbatas. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Konsultan Properti Cushman & Wakefield Indonesia pada tahun 2013 yang di kutip oleh Kompas.com, harga rumah tapak dalam jangka waktu kurang lebih 3 tahun mengalami kenaikan harga sampai dengan 100%. Dari tahun ke tahun harga rumah di jakarta mengalami kenaikan yang sangat ekstrim dan cenderung tidak terkendali dikarenakan pembagunan di Jakarta yang semakin pesat dalam setiap tahunnya. Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan minat warga dalam memebeli dan memiliki tanah dan rumah di jakarta, selain sebagai tempat tinggal, banyak warga dari golongan ke atas melakukan pembelian tersebut sebagai investasi dalam jangka panjang. Kategori pembagunan perumahan yang selama ini dibangun oleh pihak pengembang perumahan juga pada umumnya merupakan segmen mengenah ke atas, dimana harga rumah yang dibangun harganya bisa mencapai 500 juta hingga bermilyar-milyar. Akibat dari dampak ini harga tanah semakin tidak terkendali dan melonjak tinggi, sehingga masyarakat kelas bawah tidak mampu untuk membeli rumah dengan harga tersebut. Kecenderungan para developer Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 4 membangun perumahan lebih ke arah segmen kelas pasar menengah ke atas dengan harga mahal. Terbatasnya pemukiman yang terjangkau bagi golongan masyarakat ke bawah ini membuat masyarakat di kelas ini sering kali tidak mempunyai pilihan lain selain tinggal di tanah yang sebenarnya bukan milik mereka secara sah di mata hukum, yakni tanah milik negara, pribadi maupun swasta (perusahaan). Namun demikian hal ini merupakan solusi paling logis dan alternatif satu satunya bagi mereka yang masih bertahan hidup di Jakarta, karena ketidakmampuan mereka secara ekonomi untuk membeli tanah dan rumah yang saat ini harganya ratusan juta rupiah. Permasalahan pemukiman itu sendiri bukan merupakan topik yang baru jika kita berbicara mengenai Jakarta, kota ini memiliki banyak permasalahan pemukiman liar yang sifatnya illegal namun belum diselesaikan permasalahannya karena keterbatasan anggaran APBD dan birokrasi saat dulu masih belum begitu baik. Hingga akhir 2012 kemarin saat pemimpin Jakarta yang baru, Joko Widodo (dikenal dengan sebutan akrab Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama terpilih hingga saat ini mereka bertugas, masih banyak masalah pemukiman yang masih harus diselesaikan oleh mereka. Tanah Merah adalah nama sebuah kawasan yang terletak di Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Tanah Merah merupakan lokasi yang kurang lebih hampir sama dengan lokasi-lokasi permukiman liar dan kumuh lain nya di Jakarta yang muncul akibat dari urbanisasi yang sangat meningkat tajam di Jakarta pada era tahun 1970 sampai dengan 1980an. Pada periode ini Jakarta sedang dalam proses pembangunan besar-besaran, dan banyak warga yang datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Pada saat itu banyak para penduduk yang menempati tanah merah merupakan pekerja di sektor informal, seperti buruh bangunan, ataupun penggarap lahan, sehingga pendapatan mereka yang tidak seberapa membuat mereka mau tidak mau harus menempati tempat tinggal mereka yang mereka sendiri sadari bahwa tanah tersebut merupakan tanah milik negara, dalam hal ini tanah merah merupakan tanah milik pemerintah Jakarta, yang sebenarnya akan diberikan kepada Pertamina untuk dikelola sebagai tempat pemrosesan bahan bakar minyak. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 5 Meskipun begitu tetap saja banyak warga yang datang dan menempati tanah merah dikarenakan lahan tersebut saat dulu masih kosong. Tanah Merah adalah sebuah wilayah yang muncul disebabkan karena ketidak tegasan pemerintah dalam mengambil keputusan, dimana dari era tahun 1970 sampai 1985 pemerintah justru malah membiarkan banyak penduduk untuk berpindah ke lokasi tersebut. Tempat tinggal warga yang sebelumnya merupakan bangunan semi permanen, pada saat itu banyak dirubah menjadi bangunan permanen. Selain itu masuk nya listrik pln yang saat itu masuk karena insiatif warga maupun pembangunan-pembangunan jalan yang merupakan cikal bakal dari kampung tanah merah saat ini pada era itu justru dibiarkan pemerintah. Barulah pada akhir tahun 1988 ke atas pemerintah disaat itu baru mulai menertibkan lokasi tersebut dengan melakukan pendaatan warga dan peneritban bagi warga yang saat itu tidak membayar uang sewa kepada pemerintah setempat. Diawal tahun 1990an, Pertamina mensosialisasikan kepada warga melalu pemerintah Jakarta Utara, bahwa di daerah permukiman warga yang ditempati akan dijadikan sebagai ruang perluasan dari depo Pertamina yang pada saat itu direncakan bahwa Pertamina akan melakukan perluasan. Namun perundingan antara Pertamina dengan warga tanah merah serta pemerintah jakarta utara pada saat itu berjalan dalam jangka waktu yang lama, hal ini dikarenakan tidak ditemukannya kesepakatan harga tanah yang akan diserahkan warga kepada Pertamina, dan ada pula proses pembodohan warga dengan hanya menghitung bangunan dan jumlah warga yang tinggal dalam satu rumah. Karena tidak menemukan kesepakatan diantara pihak warga dengan pihak pemerintah dan Pertamina, maka hingga akhir 1992 kesepakatan tersebut tidak membuahkan hasil. Persengkataan yang terjadi antara Pertamina dengan warga tanah merah pada intinya disebabkan karena perbedaan pemahaman mengenai status kepemilikan tanah tersebut. Warga tanah merah merasa mereka berhak menempat tanah negara karena pada tahun 1980an, pemerintah sendiri yang mengijinkan warga untuk membangun tempat tinggal di lokasi tersebut. Namun Pertamina menganggap bahwa lokasi tanah merah yang sekarang diduduki warga sebenarnya Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 6 merupakan tanah yang mereka miliki dengan dasar diperbolehkan oleh pemerintah Jakarta Utara untuk digunakan sebagai perluasan pembangunan depo. Seringkali banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah jakarta dan Pertamina untuk merelokasi warga ke lokasi lain, namun hal ini ditolak oleh warga karena beragam alasan. Permasalahan yang muncul di tanah merah pada umumnya adalah terlantarnya warga dalam mengakses atas fasilitas sosial dan fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan semenjak permasalahan dengan warga dan Pertamina pada tahun 1992 tidah membuahkan hasil, dan justru pengadilan disaat itu memenangkan warga tanah merah dan memberikan peringatan bagi pertmaina dan pemerintah jakarta utara untuk menghentikan penggusuran yang mereka lakukan, maka hubungan antara pemerintah jakarta dengan warga tanah merah menjadi sangat renggang. Bahkan warga tanah merah sendiri merasa bahwa diri mereka sudah tidak dianggap oleh pemerintah Jakarta, hal ini ditandai dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dikarenakan masalah administrasi dalam mengurus pendidikan anak, akses ke puskesmas setempat, saat proses akan mencari pekerjaan dimana warga tidak memiliki kk dan KTP, serta disaat proses kelahiran dan kematian, dimana warga tidak dapat dilayani oleh dinas terkait dalam mengurus akte kelahiran ataupun akte kematian. Pada era pergantian pemerintahan jakarta di tahun 2012, dimana pada saat itu terjadi pergantian pemimpin dari yang tadinya dipimpin oleh Fauzi Bowo kemudian berganti dipimpin oleh Joko Widodo, warga mendapatkan apa yang mereka impikan selama ini. Di saat proses pergantian pemerintahan tersebut, bapak Gubernur Jakarta yang baru saat itu me-realisasikan permintaan warga agar mereka diakui sebagai bagian dari warga jakarta dengan memberikan KTP dan mengesahkan RT dan RW yang ada. Namun demikian meski mereka telah mendapatkan hak administratif mereka (KTP dan Pembentukan RT & RW) bukan berarti perjuangan masyarakat tanah merah berhenti di situ. Karena secara esensial permasalahan yang mereka hadapi tidak hanya permasalahan administratif semata, kepastian dalam menempati tanah yang mereka tempati sekarang di masa yang akan datang membuat gerakan sosial Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 7 di Masyarakat Tanah merah terus berlanjut sebagai antisipasi apabila muncul ancaman penggusuran dari Pertamina. 1.2 Permasalahan Penelitian Meski memang permasalahan secara administratif kependudukan seperti pembagian KTP dan pembentukan RT dan RW sudah dilakukan di Kampung Tanah Merah Jakarta Utara, namun sebenarnya masih ada masalah fundamental mengenai pemukiman abu-abu (status kepemilikan tanah nya masih ilegal) ini, yakni mengenai bagaimana jaminan tempat tinggal mereka di masa yang akan datang, karena mengingat tanah yang mereka tempati saat ini sifat nya masih sengketa dengan Pertamina, dan pemberian KTP & Pembentukan RT dan RW bukan berarti mereka sudah sah memiliki tanah tersebut di mata hukum. Selain masalah kepemilikan tanah yang masih abu-abu, masalah per-ekonomian di kampung Tanah Merah masih mengalami permasalahan yang biasa terjadi di permukiman kumuh lainnya, yakni tingkat perekonomian mereka masih rendah dan hal ini berdampak langsung terhadap kehidupan mereka sehari hari, karena akses ke fasos dan fasum sebelum pembuatan KTP dan rt/rw oleh Jokowi, mereka masih harus membayar ekstra untuk mendapatkan fasos dan fasum. Ke depannya sendiri, masyarakat tanah merah memang memiliki potensi untuk tetap tinggal di lokasi yang sekarang mereka tinggal, asalkan permasalahan sengketa dengan pihak Pertamina dapat dimusyawarahkan, dimana menurut Kepala Dinas dan Kependudukan Dan Catatan Sipil Purna Hutapea, langkah awal untuk membuat semacam zona penyangga antara Depo Pertamina dengan pemukiman warga harus menjadi prioritas utama sebagai syarat pembentukan RT & RW yang sah. Selain itu pula akses fasilitas sosial dan fasilitas umum di pemukiman tanah merah setelah disahkannya RT & RW serta pembuatan KTP berdampak positif bagi kegiatan warga tanah merah, yakni mereka dapat lebih mudah mengakses fasilitas fasilitas seperti pelayanan kesehatan, pendidikan gratis, dan layanan layanan sosial lainnya. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 8 Segala alasan – alasan di ataslah yang menarik penulis untuk mengangkat kasus tentang pemukiman Tanah Merah. Dari berbagai macam sudut dan aspek yang ada di dalam kehidupan masyarakat di Tanah Merah tersebut, maka fokus dan permasalahan yang diangkat dari kasus pemukiman ilegal khususnya yang dikaitkan dengan pemukiman Tanah Merah adalah: Bagaimanakah gerakan masyarakat Tanah Merah untuk mendapatkan pengakuan hukum dari pemerintah DKI Jakarta atas permukiman mereka dalam kurun waktu 1990 sampai dengan tahun 2012? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana proses gerakan sosial yang terjadi di kampung tanah merah jakarta utara sebelum berlangsungnya pembagian KTP dan pengesahan RT dan RW di kampung tanah merah Jakarta Utara. Selain itu penelitian ini juga berusaha melihat bagaimana pergerakan yang selama ini dilakukan warga tanah merah dapat terus berlanjut dan konsisten sehingga bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya. 1.4 Signifikansi Penelitian: Penelitian yang dilakukan oleh penulis memposisikan penulis selain sebagai outsider yang berupaya untuk mendalami mengenai kondisi sosial yang ada di tempat penelitian penulis dan dalam proses interaksinya, peneliti berusaha agar tetap memposisikan netral sebagai pendengar dan pengamat yang cermat dan berusaha membangun rapor yang baik kepada informan dalam penelitian ini. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang gerakan sosial dari sudut pandang sosiologi perkotaan, sehingga diharapkan dapat membantu bagi para peneliti lain yang ingin mempelajari lebih jauh mengenai gerakan sosial dari golongan masyarakat kelas bawah dengan karakteristiknya masing-masing yang unik dan khas. Selain itu diharapkan dengan adanya tulisan ini pemaknaan dari ruang bagi masyarakat Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 9 miskin di permukiman liar di perkotaan dapat ditelaah lebih lanjut secara sosiologis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi masyarakat maupun organisasi gerakan yang selama ini berjuang membela kepentingan warga tanah merah dalam proses melakukan gerakan sosial supaya tetap terus berlangsung dan tidak stagnan di tempat. Selain itu bagi pemerintahan DKI Jakarta untuk lebih mendalami permasalahan kependudukan di Jakarta, terutama di tanah merah yang memiliki nilai historis yang sangat luas, sehingga dalam mengambil sebuah kebijakan atau keputusan dapat mempertimbangkan aspek-aspek yang ada di dalam masyarakat tanah merah. Lebih lanjut, penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi bahan refleksi dan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis dan membuka kemungkinan lanjutan penulisan proses setelah tercapainya tujuan gerakan sosial di tanah merah ini. 1.5 Batasan Penelitian Penulis membatasi fokus pembahasannya dari sisi masyarakat, dimana wujud konkrit gerakan sosial yang terjadi di perkampungan tanah merah dari sisi warga masyarakat dan organisasi yang ada di wilayah tersebut, karena yang akan menjadi fokus dan inti dari permasalahan yang terjadi di daerah tersebut hampir secara keseluruhan merupakan gerakan aktif dari masyarakatnya. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan Pada bab pendahuluan dalam karya tulis ini terdapat penjelasan mengenai latar belakang masalah yang diangkat dalam penelitian, selain itu pada bagian ini juga menjelaskan tentang permasalahan penelitian yang menjadi dasar dari pertanyaan penelitian yang ada. Terdapat pula penjelasan lain Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 10 yang mencakup tujuan penelitian, signifikasni penelitian, serta batasan dalam peneliitian BAB 2 Kerangka Pemikiran Dalam bab ini akan diisi dengan tinjauan pustaka dan kerangka konsep yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini. Pada bagian tinjauan pustaka terdiri dari beberapa referensi penelitian sejenis yang dirasa dapat membantu menajamkan dan memperkaya permasalahanpermasalahan sejenis pada tulisan ini. Sedangkan pada kerangka konsep yang digunakan adalah konsep permukiman liar dan konsep gerakan sosial. BAB 3 Metode Penelitian Pada bab ketiga ini akan menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan, yakni terdiri dari metode penelitian, jenisi penelitian, unit analisis penelitian, subyek dan lokasi penelitian, teknik analisis data, periodesasi peneltian, etika penelitian dan keterbatasan penelitian BAB 4 Gambaran Gerakan Sosial Warga Tanah Merah Sebelum diberikannya KTP dan pengesahan RT & RW Pada bab ke empat ini akan dijelaskan tentang gambaran pelaksanaan Gerakan Sosial yang dilakukan oleh warga Kampung Tanah Merah Jakarta Utara dalam memperjuangkan hak mereka sebagai warga negara yang sah, dan perjuangan mereka dalam memperoleh pengakuan secara administratif oleh pihak pemerintah DKI Jakarta, yakni dalam wujud konkrit pemberian KTP dan pengesahan RT & RW yang ada di pemukiman tersebut. BAB 5 Analisis Gerakan Sosial yang terjadi di permukiman Tanah Merah, yang dilakukan oleh warga sekitar dan diorganisir oleh organisasi setempat Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 11 Pada bagian bab ini akan dijelaskan mengenai analisis penulis terhadap gerakan sosial yang terjadi di permukiman tanah merah Jakarta Utara. Proses analisis ini dilakukan dengan merujuk konsep-konsep yang ada tentang Permukiman Liar dan Gerakan Sosial. Analisis pada bab ini juga terdiri dari dua bagian, yakni gerakan sosial sebelum pemberian KTP & pengesahan RT & RW dan gerakan sosial sesudah pemberian KTP & pengesahan RT & RW. Lebih lanjut dalam bagian ini juga di jelaskan bagaimana dampak dari gerakan sosial ini bagi masyarakat tanah merah pada khususnya dan bagi masyarakat luas secara umumnya. BAB 6 Penutup Dalam bagian terakhir bab penulisan ini akan dimuat mengenai kesimpulan dan saran yang diajukan penulis terhadap gerakan sosial yang terjadi di permukiman Tanah Merah. Pada bagian saran menjelaskan tentang masukan-masukan perihal gerakan sosial di permukiman tanah merah baik terhadap warga tanah merah itu sendiri, organisasi yang mengorganisir gerakan sosial tersebut, dan untuk pemerintah. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 12 BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penelitian Tentang Pemukiman Liar A. Studi Eksploratif Tentang Perkampungan Liar di Jakarta (1981) Penelitian yang meneliti tentang perkampungan liar ini merupakan skripsi sosiologi Universitas Indonesia yang ditulis oleh Saraswati Sunindyo. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami persoalan perkampungan liar dan kehidupan masyarakatnya. Diadakan di kampung sawah yang terletak di kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Sebuah perkampungan yang dianggap liar oleh pemerintah setempat, dan telah diancam penggusuran, karena daerah tersebut akan segera di bangun sesuai dengan perencanaan kota. Dalam Penelitian ini dipergunakan metode survei dengan menggunakan daftar pertanyaan. Dengan mewawancarai seluruh kepala keluarga (566) yang ada di kampung sawah. Wawancara dalam survei ini dibantu oleh empat orang penduduk setempat yang telah dilatih terlebih dahulu. Penelitian ini dilengkapi dengan pengamatan menggunakan teknik partisipasi terbatas. Juga diadakan wawancara mendalam terhadap sembilan orang kepala keluarga guma menyusun riwayat kehidupan mereka. Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran bahwa Kampung Sawah didirikan oleh para penggarap pada tahun 1955. Semula daerah ini merupakan rawa-rawa, diolah menjadi areal persawahan dan kemudian berkembang menjadi daerah permukiman yang padat. Penduduk kampung sawah tekah merupakan satu kesatuan masyarakat yang berhasil menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Dalam kehidupan bersama tersebut terdapat kemampuan untuk menyerap penderitaan sesamanya. Status sebagai penduduk liar, mengakibatkan tidak adanya akses pelayanan sosial dan administrasi. Seringkali status tersebut menyebabkan semakin bertambahnya kesulitan hidup yang harus dihadapi. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 13 Daerah liar seperti Kampung Sawah harus menghadapi resiko penggusuran setiap saat. Namun menggusur dan mengusir penduduk dari pemukiman liar semacam itu tidak menyelesaikan persoalan secara tuntas. Tanpa memberi pemecahan masalah perumahan bagi mereka, maka mereka akan hanya berpindah ke daerah-daerah serupa atau mendirikan tepat pemukiman baru. Aspek-aspek kehidupan mereka pentung untuk diteliti lebih lanjut secara dalam dan terperinci. Daerah atau perkampungan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah sebuah perkampungan yang biasa disebut perkampungan liar, yang dimaksud dengan perkampungan liar ialah sebuah kampung yang didirikan oleh para pendatang berpenghasilan rendah tanpa menempuh formalitas resmi yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Kampung yang dipilih sebagai sasaran penelitian ini adalah Kampung Sawah, yang terletak di Kelurahan Tanjung Duren, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Pada tahun 1980 Kampung tersebut telah diancam penggusuran, suatu hal yang sering terjadi di Jakarta. Munculnya daerah-daerah permukiman liar adalah suatu hal yang tidak dapat dielakan, pemukiman liar itu menempati tanah milik pemerintah maupun swasta. Usaha untuk menertibkan daerah-daerah tersebut, seringkali hanya bersifat pengusiran atau penggusuran. Penduduk daerah tersebut tetap tidak dapat menemukan jalan keluar dari masalah perumahan yang dihadapi. Pemecahan yang lazim hanyalah dengan berpindah dari satu daerah hunian liar ke daerah hunian liar yang lain. Di pemukiman liar yang baru mereka bisa tinggal sampai satpol pp mengusir mereka dari tempat pemukiman liar yang mereka baru tinggali tersebut. Daerah hunian liar muncul sebagai akibat dari derasnya arus urbanisasi ke Jakarta, dimana para pendatang miskin tersebut berusaha memenuhi kebutuhannya akan perumahan dengan jalan membangun rumah atau gubukgubuk di daerah-daerah yang kosong. Daerah-daerah semacam itu muncul di tempat yang lebih memungkinkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Daerah hunian liar muncul di lokasi yang strategis, dimana para penghuninya dapat dengan mundah mencari pekerjaan dan tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, sehingga biaya hidup dapat ditekan seminimal mungkin. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 14 Pertambahan penduduk di tempat tersebut tetap terjadi walaupun kondisi lingkungan yang sangat buruk dan adanya perasaan tidak aman karena akan digusur, Pemukiman liar adalah sebuah gejala yang tidak dapat dihindari mengingat bahwa tidak sedikit diantara para penduduk yang menempati daerahdaerah tersebut adalah pendatang yang sudah lama tinggal di Jakarta, dan selama tidak ada solusi jangka panjang, maka mereka akan berpindah-pindah saja ke lokasi lain. Tujuan Penelitian dari skripsi ini: Pertama, Melihat segi sosial ekonomi penduduk miskin di Jakarta, yang bertempat tinggal di Kampung Sawah, yang dimana kebanyakan dari penghuninya adalah pendatang dari luar Jakarta, dimana mereka moncoba bertahan dalam kehidupan kota Jakarta. Kedua, menggali secara mendalam bagaimana Kampung Sawah sebuah perkampungan yang di bangun oleh para pendatang miskin tersebut dapat beridiri, berkembang dari hari kehari hingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang boleh dikatakan telah mapan. Ketiga, memperhatikan dan mencari pemahaman akan masalah masalah yang dihadapi oleh keluarga yang tinggal di daerah liar tersebut dan usaha yang di jalankan dalam mengatasinya, serta bagaimana mempertahankan kehidupan mereka di Jakarta. Keempat, memberi gambaran dan pemahan tentang penduduk miskin di Jakarta, khususnya dalam masalah perumahan an hunian liar, sebagai suatu titik pandangan yang lain bagi para pengambil keputusan di dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul karenanya. Dari data yang diperoleh kesan yang paling mendalam adalah bahwa bagi penghuni Kampung Sawah yang tinggal di pemukiman liar merupakan salah satu cara yang harus ditempuh dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka. Akses terhadap pelayanan sosial dan administrasi dan pelayanan umum lainnya sangat terbatas. Sedangkan sebagian pekerjaan yang mereka miliki bersifat informal seperti berdagang di pinggir jalan atau menarik becak yang rawan ditertibkan juga. Pengalaman yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa banyak praduga tentang ciri ciri sosial dan perilaku yang tidak selalu sesuai dengan Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 15 kenyataan. Dan kebijkan pemerintah seringkali tidak memperhatikan esensi permalasahan yang paling inti, sehingga permasalahan tersebut seringkali terjadi berulang-ulang. Hasil peneltian tersebut membantu penulis melihat skripsi ini sebagai pintu masuk awal yang menggambarkan deskripsi dan contoh bagaimana permasalahan permukiman liar dapat terjadi dan pokok permasalahan yang dijelaskan dari hasil penelitian tersebut, membantu penulis untuk merumuskan permasalahan yang terjadi pada penelitian penulis di tanah merah. B. Proses Pemukiman Liar, Dinamika Sosial Dibalik Keberadaannya (2006) Thesis Universitas Indonesia yang dilakukan oleh Muhamad Gauzal ini mendeskripsikan tentang dinamika di dalam proses terjadinya permukiman liar. Keberadaan pemukiman liar telah menjadi kontradiksi di kalangan pemerhati kota dan bagaimana masa depannya masih merupakan tanda tanya yang besar. Permukiman ini seringkali terletak pada lokasi-lokasi yang berada di luar peruntukannya. Letak lokasi dan kualitas ruang yang tercipta memberikan dampak negatif pada ekologi perkotaan, pencitraan sebuah kota, sekaligus keselamatan penghuni permukiman itu sendiri. Namun pula pada sisi lain disadari bahwa keberadannya telah memberikan kontribusi dalam penyediaan perumahan murah yang hingga kini belum dapat diakomodasi oleh otoritas kota. Kontradiksi ini akan senantiasa menimbulkan kerancuan yang menyebabkan kebingungan dalam bagaimana menyikapi keberadaannya di perkotaan. Oleh karena itu, suatu cara pandang yang melihat formasi fisik sebagian bagian dari proses diperkenalkan untuk dapat memberikan pemahamanpemahaman baru mengenai permasalahan ini. Dalam cara pandang ini pemukiman liar terkonstruksi oleh dan sekaligus mereproduksi dinamika sosial masyarakatnya. Suatu kerangka teoritis multidisipliner yang melibatkan konsep reproduksi sosial, habitus, dan vita aktiva digunakan untuk mengungkap dinamika Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 16 sosial yang tersirat dari data yang ditangkap melalui observasi partisipan di kontrakan Marpaung, Situ Rawa Besar, Depok. Dengan analisa ditemukan bahwa praktik pemukiman liar merupakan hasil pergumulan agen-agen dengan kuasa tertentu dimana pihak pemukim liar itu sendiri lebih menjadi yang terdominasi oleh pihak-pihak lainnya dalam sistem sosial mikro maupun makro. Kemudian, praktik-praktik lain (sektor informal) yang muncul dari dualisme kota dalam konteks lokal secara langsung berkaitan erat dengan formasi ruang yang terbentuk. Habitus pemukim liar itu sendiri terwujud dalam praktik bertinggal masyarakat miskin yang membentuk subbudaya yang khusus yang membedakannya dengan kelompok masyarakat yang lain. Dari situ, kontradiksi dapat dikatakan timbul oleh derajat pencitraan yang berbeda-beda dari tiap agen yang berkepentingan. Citra dapat dilihat sebagai suatu hal yang memicu perubahan kepentingan agen yang kemudian berdampak pada reproduksi sosial. Reproduksi sosial itulah yang kemudian memberi jalan pada apropriasi ruang pemukiman liar. Pemahaman mengenai ini akan mengajak semua pihak untuk mereflesi realitas-realitas yang tercerap, sehingga perumusan solusi (apropriasi ruang) dapat sejalan dengan dinamika sosial masyarakat terdominasi. Pada tulisan ini yang dijadikan objek analisis adalah pemukiman liar. Alasan utama penggunaan istilah liar, agar tidak disalahpahami, mengacu pada makna kata tersebut yang multidimensi. Liar berarti tidak jinak, tidak terpelihara, tidak sopan, jalang, dan ganas. Liar mewakili citra perumahan rakyat miskin dalam berbagai aspek, dan yang paling utama adalah keberadaannya yang menganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Liar juga memiliki makna tumbuh dengan sendirinya, tidak terkontrol oleh aturan-aturan yang diberlakukan oleh sistem. Kesimpulannya, liar mewakili keberadaan yang tidak diinginkan kecuali tentu saja oleh selain penghuninya itu sendiri. Permukiman liar dalam hal ini memiliki makna suatu ruang yang dihuni oleh sekelompok masyarakat miskin perkotaan dengan karakteristik sesuai dengan makna yang timbul dari istilah liar. Keberadaan permukiman liar di kota-kota telah memunculkan pandangan yang berbeda-beda dalam masyarakat. Pandangan konservatif umumnya melihat Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 17 gejala ini sebagai sebuah praktik atau tindakan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku sehingga harus disingkirkan. Pandangan ini diperkuat oleh adanya penelitian yang memunculkan stereotipe para pemukim liar seperti halnya kaum kelas menengah sebagai oportunis yang berusaha mencari keuntungan maksimal dari kondisi seminimal mungkin. Argumentasi ini muncul dengan adanya perumahan yang disediakan oleh pemerintah namun diperjualbelikan guna mendapatkan keuntungan ekonomi. Pandangan-pandangan ini telah lazim digunakan oleh pihak otoritas dalam melegitimasi penggusuran-penggusuran perumahan semacam ini. Berbagai pandangan lain melihat sisi positif dari keberadaan permukiman liar, yang seringkali berkarakteristik memiliki kehidupan sosial dan kekerabatan tinggi sehingga menjadikannya sebuah wadah sistem sosial yang menarik untuk diamati ditengah-tengah individualistis yang menjadi ciri kehidupan kota modern. Pandangan ini mendukung paham neo liberal yang beranggapan bahwa pemerintah mempunyai obligasi untuk menyediakan perumahan bagi setiap kebutuhan masyarakatnya khususnya yang lemah secara ekonomi. Memfokuskan pada aspek internal permukiman liar, pola kegiatan keruangan yang terlihat pada permukiman liar menunjukkan suatu budaya yang khusus yang tercakup dalam suatu habitus yang berbeda dengan agen-agen lain di perkotaan. Suatu habitus kolektif dapat diturunkan menyangkut persepsi mereka tentang tempat tinggal.makna tempat bertingga bagi komunitas ini lebh meruapakan suatu tempat yang dapat mewadahi aktivitas bertahan hidup di perkotaan. Pemahaman mengenai habitus pemukiman liar akan mengoptimalkan suatu perumusan kebijakan mengenai masa depan mereka di perkotaan. Penelitian ini dirasa menambah wasawasan penulis mengenai dimanika yang terjadi dalam permukiman liar, selain itu berbagai macan temuan yang terdapat dalam penelitian tersebut, membantu penulis untuk lebih luas dalam melihat aspek-aspek yang membuat permukiman liar dan bagaimana proses yang terjadi di dalam permukiman tersebut, sehingga penulis dapat lebih dengan mudah memahami secara garis besar kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di dalam permukiman liar. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 18 2.1.2 Penelitian Tentang Peran Gerakan Sosial A. Gerakan Sosial Di Kabupaten Mimika - Studi Kasus Tentang Konflik Pembangunan Proyek Pertambangan Freeport (2002) Penelitian Disertasi Universitas Indonesia yang dilakukan oleh Ngadisah ini melihat tentang bagaimana sebuah gerakan sosial dapat terjadi di Mimika. Benih-benih konflik pembangunan sesungguhnya sudah mulai tumbuh semenja awal tahun 1990-an, dimana masyarakat mulai berani melakukan protes atu unjuk rasa terhadap rencana pembangunan proyek. Beberapa proyek yang diprotes pada saat itu antara lain: pembagunan pelabuhan peti kemas (Jakarta), Waduk Kedung Ombo (Jateng), Waduk Nipah (Jatim), PLTA Danau Lindu (Sulteng). Disamping itu, protes terhadap masalah tanah akibat pembangunan juga terus meningkat. Hal ini merupakan indikasi bahwa ada ketidakpuasaan masyarakat terhadap proses perencanaan pembagunan di berbagai daerah. Proyek lain yang mendapatkan perlawanan adalah proyek pertambangan Freeport di Kabupaten Mimika – Irian Jaya (Papua). Proyek ini ditentang sejak awal berdirinya sampai sekarang. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk diteliti mengapa proyek itu diprotes, mengapa protes berkepanjangan dan bagaimana protes bisa berkembang menjadi gerakan sosial, serta apakah gerakan-gerakan masyarakat disana bisa dikategorikan sebagai gerakan sosial. Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa salah satu gerakan rakyat yang tergabung dalam lembaga adat suku Amungme (Lemasa) memenuhi syarat untuk disebut sebagai gerakan sosial. Sumber atau akar masalah yang melatarbelakangi lahirnya gerakan sosial adalah konflik. Mula-mula ada konflik antar suku, kemudian dengan Freeport, pendatang pada umumnya dan perkembangan terakhir adalah konflik masyarakat dengan pemerintah. Ini berarti terjadi eskalasi konflik dari konflik horizontal ke konflik pembangunan dan akhirnya menjadi konflik vertikal. Kehadiran Freeport di Mimika, di samping sebagai sumber konflik baru, uga menjadi pemicu terjadinya protes. Protes adalah manifestasi dari adanya konflik, terutama dalam hubungannya dengan institusi kekuasaan. Melalui protes, Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 19 masyarakat berharap dapat menciptakan perubahan-perubahan dari keadaan yang kurang menguntungkan ke arah yang lebih baik. Protes dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari perlawanan fisik sampai melakukan pemberontakan (perlawanan politik). Protes atas proyek pertambangan Freeport berlangsung lama karena: Tuntutan masyarakat berkembang terus (dari tuntutan pengakuan hak atas tanah sampai merdeka), Pemenuhan hanya dari sudut pendekatan ekonomi yaitu pemberian dana, padahal tuntuannya yang paling dalam adalah pengakuan eksistensi dan kesederajatan, Banyaknya pihak yang terlibat dalam perilaku kolektif protes, dengan motivasi yang berbeda-beda, Konflik tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Oleh karena tuntutan-tuntutan tidak dipenuhi secara memuaskan, maka protes itu berkembang menjadi gerakan sosial. Kemudian karena pengaruh faktorfaktor politik, teknis, kepemimpinan, dan lingkungan strategis global, berkembanglah gerakan sosial itu menjadi gerakan politik. Jadi, gerakan politik itu sesungguhnya adalah kelanjutan dari konflik-konflik yang tidak tertangani. Konflik itu sendiri sumbernya adalah kebijakan pembangunan yang mengabaikan keberadaan dan peran masyarakat lokal. Mereka sesungguhnya berkeinginan untuk menjadi subjek pembangunan, merencanakan apa yang terbaik bagi dirinya bersama-sama pemerintah dan dihargai adat-istiadatnya, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Namun perlakuan yang diberikan Freeport maupun pemerintah sangat berbeda, oleh karena itu, gerakan sosial yang terbentuk hakekatnya adalah sebuah bentuk perlawanan atau protes terhadap kebijakan pemerintah, terutama dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan proyek besar seperti PTFI mempunyai dampak lingkungan fisik dan sosial yang sangat besar. Namun masyarakat sekitarnya tidak disiapkan lebih dulu untuk menghadapi perubahan-perubahan itu. Perencanaan proyek hanyalah mencakup aspek-aspek teknis dan finansial, tanpa memperhitungkan biaya sosial yang akan ditanggung. Termasuk dalam biaya sosial adalah hancurnya adat kebiasaan, penghidupan, nilai-nilai spiritual dan hak-hak masyarakat. Pengabaian atas itu semua menyebabkan masyarakat tidak siap Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 20 menghadapi kontak dengan budaya baru, sehingga mereka merasa terpinggirkan. Didalam ketidakberdayaan itu muncul keberanian untuk menolak. Oleh karena itu untuk mempersiapkan masyarakat yang dalam pelaksanaan pembangunan, perlu dikembangkan perencanaan sosial yang dilakukan lebih dahulu sebelum perencanaan fisik, atau dipadukan dengan perencanannya, dengan catatan pelaksanaannya lebih awal agar masyarakat siap dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan di daerahnya. Masyarakat kecil atau masyarakat lokal atau masyarakat lapisan bawah tidak bisa diabaikan keberadaannya, karena menyimpan potensi yang luar biasa. Seberapapun julahnya, mereka harus tetap dihargai hak-hak dan martabatnya. Bila ini diabaikan maka negara akan menuai badai karena dianggap disfungsional, tidak mampu menjadi pengayom dan penyelenggara kesejahteraan sosial, dan ancamannya adalah disintegrasi bangsa, negara dilawan oleh rakyatnya. Pelaksanaan pembangunan akhirnya akan diprotes atau ditentang masyarakat kalau tidak memberi manfaat bagi mereka. Oleh karena itu orientasi pembangunan seharusnya bukan untuk mengejar pertubuhan ekonomi yang akhirnya menciptakan ketidakadilan tetapi menciptakan kesejahteraan, artinya pemenuhan lebutuhan lahir dan batin bagi sebanyak-banyaknya orang atau pendekatan pemerataan. Mempersiapkan sebelum sebuah proyek dibangun adalah sutu keharusan, karena pelaksanaan pembagunan yang meninggalkan masyarakatnya akan berakibat kontra produktif bagi pembangunan itu sendiri. Hasil-hasil pembagunan fisik dapat dihancurkan dalam waktu singkat bila masyarakat marah karena mereka tidak dapat terlibat dalam proses pembangunan. Keterlibatan masyarakat sangat penting bukan hanya agar mereka dapat menikmati hasil, tetapi keterlibatan dalam setiap proses memberikan kebanggaan, harga diri, dan rasa memiliki. Untuk itu, maka perencanaan sosial harus ada secara nasional maupun pada setiap perencanaan proyek. Penelitian ini secara signifikan membantu dan menambah referensi penulis mengenai apa yang dimaksud dengan gerakan sosial dalam sebuah masyarakat. Dan secara esensi meski lokasi dan segmennya yang berbeda, namun esensi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 21 perjuangan gerakan sosial yang ditemukan pada penelitian Ngadisah tersebut kurang lebih dapat penulis temukan dan manfaatkan sebagai pedoman dalam penulisan penelitian penulis. B. Berjuang Melawan Diskriminasi: Studi Kasus Pada Gerakan Sosial Orang Indonesia Keturunan Tionghoa (2002) Thesis Universitas Indonesia yang ditulis Johanes Herlijanto ini membahas tentang bagaimana diskriminasi yang terjadi pada kelompok masyarakat tertentu. Meskipun orang-orang Tionghoa seringkali digambarkan sebagai entitas tunggal yang bersifat statis, namun pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap tingkah laku mereka justru menghasilkan kesimpulan yang sebaliknya. Serangkaian penelitian terhadap orang-orang Tionghoa yang menyebar di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memperlihatkan bahwa mereka ternyata bukan hanya beragam, namun juga memiliki potensi untuk beradaptasi, berubah, dan mengusahakan suatu perubahan. Berdasarkan pengalaman semacam itu pulalah, maka ketika akhir-akhir ini orang-orang Tionghoa di Indonesia (atau lebih tepatnya, orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa) membangun suatu gerakan sosial untuk melawan berbagai diskriminasi yang mereka alami, usaha untuk menguak kembali keberagaman identitas, pandangan, dan pola dalam gerakan inilah yang dilakukan di dalam penelitian ini. Pemahaman terhadap suatu gerakan sosial seyogyanya dimulai dari sebuah upaya penelusuran kembali hal-hal yang menjadi dasar dari berbagai keresahan dan ketidakpuasan yang memunculkannya. Dan mengingat gerkana orang Tionghoa ini mengusung tema diskriminasi, maka patutlah ‘dicurigai’ bahwa diskriminasi inilah yang menjadi basis dari merebaknya ketidakpuasan mereka. Kecurigaan ini semakin menguat ketika penelusuran sejarah melalu berbagai literatur yang ada memperlihatkan bahwa orang-orang Tionghoa pun menjadi korban dari sistem yang diskriminatif yang dibangun oleh pemerintahan kolonial belanda dan yang dikembangkan secara lebih sistematik semasa tiga dasawarsa pemerintahan orde baru. Dalam kurun waktu itulah hak-hal sosial, politik, dan budaya orang Tionghoa digolongkan sebagai sebuah cultural genocide. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 22 Diskriminasi dalam bidang sosial, politik, dan budaya inilah yang agaknya mendasari munculnya gerakan sosial ini, sebuah gerakan yang bukan berbasis kepentingan kelas ataupun ekonomi. Namun keresahan dan ketidakpuasan ini barulah berkembang menjadi perlawanan setelah situasi yang kondusif tercipta. Situasi ini adalah berakhirnya perang dingin menyusul bubarnya negara Uni Soviet, perkembangan situasi pasca peristiwa Mei, serta berakhirnya pemerintahan orde baru. Selain itu adanya jaringan yang telah lama berkembang, yaitu gerakan pro demokrasi dan jaringan tradisional Tionghoa yang berlandaskan guanxi pun turut mendukung penyebaran gerakan ini. Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa gerakan yang dihasilkan oleh ketidakpuasan di atas ternyata tidak seragam. Ada orang-orang Tionghoa yang memahami masalah diskriminasi ini sebagai masalah entnik Tionghoa dan mengharapkan penyelesaian melalu penghidupan kembali identitas dan budaya Tionghoa. Kelompok ini tampaknya dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berorientasi lebih banyak ke dalam dan sangat rentan terhadap pengaruh etnosentrisme. Namun adapula sekelompok orang Tionghoa yang menganggap masalah diskriminasi ini semata-mata sebagai salah satu kasus dari intervensi negara yang berlebihan, dan oleh sebab itu penyelesainnya harus dilakukan dalam kerangka yang lebih luas: hengkangnya negara dari wilayah-wilayah sipil dan pembentukan civil society yang kuat, yang merupakan akar dari suatu masyarakat yang demokratis. Kelompok ini tampaknya lebih dikategorikan sebagai kelompok yang berorientasi keluar. Perbedaan pandangan diantara kelompok-kelompok ini pada giliriannya menghasilkan berbagai variasi pula pada pola-pola gerakan yang mereka kembangkan, yang menyebakan gerakan ini dipenuhi dengan keberagaman. Dengan demikian fenomena gerakan sosial ini sekali lagi memperkuat pemahaman yang ditampilkan pada awal tulisan ini, yaitu bahwa masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang beragam. Terdapat karakter yang kurang lebih sama dalam beragam definisi mengenai Gerakan Sosial, yakni pada aspek keterorganisiran, aspek kebersamaan, Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 23 aspek usaha menentang sistem yang ada, aspek kesinambungan, dan aspek kepemimpinan informal. Rajendra Singh memberi penekanan pada situasi sosial yang tidak setara, dimana terdapat dominasi dari suatu pihak pada pihak lainnya. Apabila situasi semacam ini dipertahankan secara paksa oleh institusi-institusi dan agen-agen sosial, mka akan terciptalah situasi yang kontra yang biasanya bersifat menolak, melawan, dan memberontak terhadap sistem dominasi tersebut. Singh mendefinisikan gerakan sosial sebagai suatu fenomena yang mengekspresikan usaha-usaha kolektif dari orang-orang untuk menuntut persamaan dan keadilan sosial, dan yang merefleksikan perjuangan orang-orang tersebut dalam mempertahankan identitas budaya dan simbolik, serta warisan budaya leluhur mereka. Mobilisasi yang dilakukan gerakan sosial diarahkan untuk memperbaiki situasi-situasi yang mereka keluhkan dan berjuang bagi tujuan dan target-target tertentu. Upaya penahaman terhadap gerakan sosial ini dumulai dengan menelusuri kembali apa yang menjadi dasar bagi berbagai keresahan, ketidakpuasan, dan persepi mengenai ketidak adilan di kalangan orang-orang Tionghoa yang menjadi aktor-aktor dari gerakan ini. Ini dilakukan mengingat ketidakpuasan, yang seringkali dianggap sebagai salah satu penyebab bagi munculnya gerakan sosial tampaknya masih tetap memiliki peran yang signifikan pada masa-masa kini, meskipun sumber dari ketidakpuasan itu telah mengalami perubahan. Usaha pencarian ini menghasilkan temuan yang mendukung kecurigaan yang ada bahwa salah satu sumber dari ketidakpuasan yang berkembang adalah diskriminasi yang selama ini dialami, kesimpulan ini diambil setelah mencermati berbagai data mengenai diskriminasi-diskriminasi yang mereka alami selama ini, khususnya pada periode pemerintahan orde baru, dan juga berdasarkan pengamatan terhadap pemahaman-pemahaman di kalangan aktor mengenai masalah ini. Pengamatan terhadap pemahaman ini memperlihatkan bahwa orang-orang Tionghoa, khususnya para aktor gerakan ini, bukan hanya ‘menerima’ perlakuan yang diskriminasi ini, tetapi juga ‘menyadari’ adanya perlakuan ini dan menganggap bahwa praktik-praktik semacam ini perlu untuk ditentang. Kesadaran ini sekali lagi memperkuat dugaan bahwa ada hubungan yang erat antara praktikpraktik diskriminasi dengan munculnya gerakan sosial orang Tionghoa ini. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 24 Penelitian ini membantu penulis untuk secara lebih kaya mendeskripsikan bagaimana sebuah gerakan sosial dapat terbentuk dan bermula dari diskriminasi yang terjadi, sehingga membuat kelompok yang didiskriminasikan tersebut merasa tidak dianggap dan kecewa sehingga memulai munculnya gerakan sosial. Dalam konteks peneltian penulis, diskriminasi dan pengacuhan yang terjadi pada masyarakat Kampung Tanah Merah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Jakarta secara tidak langsung merupakan bentuk diskriminasi dan penghilangan hak-hak warga negara sebagai warga negara Indonesia yang sah. 2.2 Kerangka Konsep Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penulis menggunakan beberapa konsep terkait dengan permukiman liar dan gerakan sosial. Pemilihan konsep yang ada mengacu pada tujuan serta permasalahan penelitian yang dilakukan di bagian awal tulisan ini, selain itu pemilihan konsep juga didasarkan pada pertimbangan untuk menyesuaikan terhadap data-data yang didasarkan pada temuan di lapangan selama penulisan ini berlangsung 2.2.1 Permukiman Kota Secara teoritis dan ideal, rancangan dalam pembangunan perkotaan di negara-negara maju seperti di Eropa dan di Amerika sudah memiliki rencana tata ruang kota yang sudah mapan dan tersusun dengan segala fungsi nya yang kompleks, sehingga setiap bagian dari tata ruang kota di negara tersebut memiliki aspek rasionalitas. Misalnya: kawasan sektor industri memiliki kompleks nya sendiri, kawasan tempat tinggal sudah memiliki ruang dan lokasinya masingmasing, sehingga tidak memungkinkan adanya sebuah lokasi di kota tersebut yang di bangun tidak sesuai dengan tata ruang awalnya. Dalam konsep permukiman kota, lokalisasi menjadi landasan utama dalam memberikan akses bagi masyarakat miskin yang tidak memiliki modal untuk Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 25 memiliki lahan di daerah perkotaan. Selain sumber daya modal yang dimiliki oleh masyarakat kelas atas, terdapat pula kohesi sosial kelompok diantara masyarakat miskin di area perkotaan yang muncul sebagai kekuatan sosial baru dalam menempati ruang perkotaan. Kohesi sosial pada kelompok masyarakat miskin ini terbentuk karena adanya persamaan kondisi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang legal, dan persamaan tujuan untuk memiliki tempat tinggal di perkotaan yang meski tidak legal namun mereka dapat hidup dan dapat aktif menjadi pekerja meski sebagian besar berada dalam sektor informal. Kota tidak otomatis sebagai pusat modernisasi dan belum tentu pula menghimpun semua struktur modernitas. Castells menyebut tentang “Kota Ganda” yang didiami bersama oleh orang miskin dan kaya, masyarakat maju dan masyarakat dunia ketiga. (Hans-Dieter:2002,13). Dalam menciptakan lokalitas dan kohesi sosial yang nanti nya akan berujung kepada gerakan sosial, maka di butuhkan sebuah kreatifitas sosial. Kreatifitas sosial adalah kondisi di dalam masyarakat yang mengkoordinasi sumber daya yang mereka miliki berdasarkan interaksi dan pengetahuan yang merupakan wujud dari refleksi dan konseptualisasi dari kondisi mereka di perkotaan, sehingga masyarakat tersebut dapat bereaksi dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di perkotaan. Namun yang paling penting dengan adanya reaksi dan adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat ini dapat menciptakan suatu baru yang menjadi kekuatan baru di area perkotaan. Kreatifitas sosial di area perkotaan menciptakan lokalitas, di mana kebiasaan selama ini dalam sektor industri untuk mendapatkan keuntungan harus melauli proses produksi barang dapat dicapai tidak melulu dengan produksi dan modal, namun dengan kreatifitas dalam lokalitas, maka produksi ruang dan ilmu pengetahuan atau informasi yang menghasilkan kelas sosial dan gerakan sosial, yang menjadi kekuatan utama bagi masyarakat miskin di area perkotaan (Hans-Dieter:2002, 25). Namun tidak demikian yang terjadi di negara-negara berkembang di negara dunia ketiga. Pembangunan dan pemanfaatan ruang tata kota di negaranegara tersebut tidak sepenuhnya mengikuti pandangan teoritis diatas, setiap lahan di ruang kota yang kosong bisa di bangun menjadi apa saja tanpa harus mengikuti tata ruang kota yang sudah dirancangkan sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 26 kekuatan dan kepentingan kelompok-kelompok tertentu (bisa dari pemerintah, masyarakat, maupun pemegang modal – pengusaha) yang mempengaruhi dan mengintervensi pengelolaan di lokasi lahan tersebut. 2.2.2 Permukiman Liar / Illegal Settlement Menurut Basundoro (2004) permukiman liar adalah suatu tempat atau wilayah tertentu yang dijadikan tempat hunian oleh sekelompok orang secara ilegal. Permukiman liar adalah suatu wilayah hunian yang telah berkembang tanpa meminta ijin kepada otoritas yang terkait untuk membangun; merupakan permukiman yang tidak sah atau semi-legal status, infrastruktur dan jasa pada umumnya tidak cukup (Suyogo, 2009). Permukiman liar berbeda dengan permukiman kumuh. Permukiman kumuh belum tentu permukiman liar karena ada di beberapa daerah dimana permukiman kumuh yang ada di wilayah tersebut berdiri secara legal. Menurut Suyogo (2009), terdapat tiga karakteristik yang bisa membantu kita memahami permukiman liar: 1. Physical ( Phisik ) Kurangnya pemaksimaksimalan fasilitas dan infrastruktur. Seperti halnya rumah yang didirikan semipermanen atau hanya sekedar gubuk, kurang layak atau tidak memiliki fasilitas kamar kecil, tidak memiliki RT dan RW yang jelas. 2. Social ( Sosial ) Kebanyakan penghuni liar mempunyai pendapatan tergolong lebih rendah, diantaranya bekerja sebagai tenaga kerja upah atau dalam perusahaan sektor informal. Kebanyakan mendapat gaji atau upah minimum atau dapat juga pendapatan tinggi karena bekerja sambilan. Penghuni liar sebagian besar orang pindah. Tetapi banyak juga penghuni liar dari generasi ke generasi secara turun temurun. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 27 3. Legal ( undang – undang) Penghuni liar adalah ketiadaan kepemilikan lahan padahal diatasnya mereka sudah membangun rumah. Ini bisa jadi merupakan tanah pemerintah lowong atau daratan publik, parcels tanah pinggiran seperti pinggiran rel kereta api atau tanah kesultanan (sultan ground). Permukiman liar di perkotaan menjadi masalah tersendiri bagi kota atau wilayah yang bersangkutan. Keberadaan permukiman liar dianggap mengganggu pemandangan kota yang berisi gedung-gedung megah. Keberadaan permukiman liar juga memberikan masalah tersendiri terhadap proses registrasi penduduk di wilayah tempat permukiman liar tersebut berada. Keberadaan mereka secara ilegal diwilayah tempat tinggal mereka menyulitkan mereka untuk memperoleh KTP yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses regristrasi penduduk diwilayah setempat. Registrasi penduduk adalah proses yang pelaporan dan pencatatan kelahiran, kematian, dan migrasi (Rusli, 2005). Bentuk lain dari permukiman perkotaan adalah pemukiman liar, yang terwujud dari hasil pendudukan dan penggunaan secara tidak sah atas bidangbidang tanah milik negara, milik perorangan atau perusahaan negara atau swasta. Pendudukan secara tidak sah umumnya dilakukan di daerah-daerah perkotaan adalah pendudukan di bidang-bidang tanah sepanjang rel kereta api, sepanjang bantaran sungai, di kolong jembatan, atau di sepanjang jalan raya, atau di tanahtanah kosong milik pemerintah yang terdapat di sekitar persimpangan jalan raya. Pemukiman liar di Jakarta juga menduduki daerah berawa-rawa di bagian Jakarta Utara, menimbunnya dan menjadikannya sebagai pemukiman. Pada umumnya pemukiman liar mempunyai tingkatan kepadatan dan kesemrawutan yang tinggi walapun ada juga yang tertata rapi dan baik.Ciri-ciri transien dan anomi (warga tidak merasa sebagai penghuni tetap tetapi transien, sehingga masing-masing merasa masa bodoh dengan lingkungan tetangga dan warga lainnya) dari warga pemukiman liar sebenernya sama dengan yang terjadi di pemukiman kumuh, hanya bedanya kehidupan di pemukiman kumuh masih secara langsung atau tidak langsung berada di bawah pengendalian pejabat kelurahan, sedangkan di pemukiman liar pengendalian sosial dan keamanan dari lokasi pemukiman dari Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 28 pemukiman dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Kehidupan di pemukiman liar dan kumuh memperlihatkan adanya keteraturan sosial di pemukiman tersebut karena adanya tokoh-tokoh jagoan sesepuh di sana (Parsudi Suparlan:1996, 3-50). 2.2.3 Gerakan Sosial / Social Movement Gerakan Sosial adalah suatu kolektivitas yang bertindak dengan sebentuk keajegan untuk mendorong atau mencegah terjadinya perubahan dalam masyarakat atau kelompok di mana mereka menjadi bagian daripadanya. Gerakan Sosial merupakan suatu tindakan yang telah membentuk pola tingkah laku, identitas, kepentingan yang khas sebelum mengorganisasikan diri dan memobilisasi sumber daya untuk mencapai tujuannya. Para pelaku gerakan sosial merupakan individu-individu atau kelompok rasional dan penuh integritas yang tengah mengembangkan strategi untuk memenuhi kepentingan-kepentingan mereka. Hubungan antara perasaan “ketidakadilan” dan “keterabaian” bersifat tidak langsung, dan hanya dapat menjadi gerakan sosial apabila terdapat sumber daya yang memadai untuk mobilisasi dan ada peluang untuk aksi kolektif (Darmawan Triwibowo:2006, 157). Gerakan sosial adalah sebuah aktifitas yang terorganisir yang mendorong atau mencegah terjadinya sebuah perubahan sosial. Di mana di dalam nya terdapat teori Deprivasi yang mengatakan bahwa tujuan dari gerakan sosial yang ingin di capai muncul karena banyak orang yang tidak merasa puas dengan kondisinya, misalkan orang yang memiliki pendapatan yang terbatas dan kurang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, kondisi pekerjaan yang tidak memuaskan, hak politik, dan sifat alamiah dari manusia dalam melakukan sebiah gerakan sosial demi mencapai keadilan sosial (John Macionis:2008, 615) Gerakan diklasifikasikan sebagai suatu bentuk perilaku kolektif tertentu yang diberi nama gerakan social (social movement) dimana ditekankan pada segi kolektif, segi kesengajaan, organisasi dan kesimanbunan. Jary dan Jary mendefiniskan gerakan sosial sebagai suatu aliansi sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 29 sosial dalam suatu masyarakat. Gerakan sosial ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya. Giddens dan Light, Keller dan Calhoun menyebutkan ciri gerakan sosial yaitu penggunaan cara yang berada di luar institusi yang ada. Kornblum mengatakan gerakan yang berupaya mempertahankan nilai dan institusi masyarakat disebut gerakan konservatif. Orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang ekonomi (seperti hilangnya peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya: sandang, pangan, papan). Perubahan Sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun alam, tanpa adanya pengerahan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan terjadi, meskipun tingkat deprivasi tinggi. Keberhasilan suatu gerakan sosial bergantung pada faktor manusia seperti kepemimpinan, organisasi, dan keterlibatan, serta faktor sumber daya lain seperti dana dan sarana. Gerakan sosial merupakan perilaku kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada didalamnya. Ciri gerakan sosial ialah penggunaan cara yang berada di luar institusi yang ada (Kamanto Sunarto:2004, 195-199). Perasaan komunitas adalah perasaan di antara anggota masyarakat bahwa mereka saling memerlukan dan bahwa tanah yang mereka tinggali memberikan kehidupan kepada semuanya. Unsur-unsur perasaan Komunitas yakni: Pertama, Seperasaan, yakni dimana seseorang berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut. Kedua, Sepenanggungan, dimana setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat membut peran dia dalam kelompok dapat berjalan. Faktor ketiga adalah saling memerlukan, dimana individu memili rasa ketergantungan pada komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik dan psikologis (Soerjono Soekanto:1990, 164). Secara sosiologis di tingkat kemasyarakatan pembagunan kota besar di Indonesia sangat dikuasai oleh pemilik modal, menghasilkan masyarakat yang secara sosial tidak sehat (social unhealthy society). Karakteristik masyarakat ini sebagian besar menetap di pinggiran kota, kelompok strata menengah ke bawah Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 30 dan sangat bergantung pada pekerjaan di pusat kota. Pembagunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat dijangkau oleh kelompok masyarakat ini, sehingga konflik lahan di daerah perkotaan cenderung meningkat (Budhy Thahjati Sugijanto Soegijoko:2005, 200) Peran akar rumput politik dan gerakan sosial perkotaan dalam proses perubahan perkotaan telah menjadi isu sentral dalam teori perkotaan. Castell memulai pemikirannya dengan definisi urbanisasi sebagai 'produksi sosial bentuk spasial'. Dalam hal ini, proses sosial tidak hanya menjadi terkonsentrasi dalam ruang yang terbatas, tetapi juga tertanam dalam bentuk seperti budaya dan ideologi. Gerakan sosial perkotaan merupakan sebuah gerakan sosial dan politik berbasis lokal yang timbul dalam menanggapi meningkatnya isu politisasi seputar penyediaan pelayanan sosial perkotaan, termasuk perumahan, transportasi, dan pendidikan. Gerakan ini dianggap mampu menghasilkan perubahan signifikan perkotaan jika mereka dalam praktiknya melakukan tiga jenis tuntutan: konsumsi kolektif, aspirasi budaya, dan kontrol politik pemerintah. Mereka juga bisa berhasil mencapai tujuan mereka jika mereka meminta dukungan dari struktur kelembagaan seperti media massa, profesional, dan partai politik. Dengan demikian, Castells menyimpulkan bahwa kesadaran dan aksi sosial dapat memainkan peran kunci dalam mengubah kondisi dasar kehidupan perkotaan sehari-hari. Selain keberadaan 'kelompok strategis’ (pengembang swasta, kelompok politik, dll), lawan dari kelompok strategis tersebut seperti LSM sering muncul dan memainkan peran kunci dalam proses protes sosial perkotaan (Gumilar Soemantri:2007, 28-31) Mobilisasi Sumber Daya merupakan faktor penting yang memungkinkan gerakan sosial untuk bertahan terhadap tuntutan mereka adalah mobilisasi sumber daya. Secara sosiologis dari pengertian ini adalah pengumpulan dan pengorganisasian sumber daya seperti waktu, uang, informasi, orang keterampilan dan kemampuan untuk mendapatkan perhatian dari media massa, dimana pada saat ini sumber daya utama ter-ekspose nya gerakan sosial adalah melalui teknologi komunikasi melalui media massa (James M Henslin:2008, 646). Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 31 Castells mengaku bahwa informasi memainkan sebuah peran penting dalam pengorganisasian aktivitas ekonomi di masyarakat kontemporer. Castell berargumen bahwa penerapan dari teknologi informasi ini membawa peningkatan pada produktivitas dan efisiensi (John Scott:2012, 349-351). Castells menekankan bahwa bentuk spasial masyarakat berhubungan erat dengan seluruh mekanisme dari perkembangan dan kemajuan.Castells melihat kota tidak hanya sebagai lokasi yang berbeda (sebagai daerah destinasi urbanisasi), tetapi juga sebagai bagian integral dari proses konsumsi kolektif, yang berubah merupakan aspek inheren dari industri kapitalisme. Castellls menekankan pentingnya perjuangan kelompok kurang mampu untuk mengubah kondisi hidup mereka. Masalah perkotaan merangsang berbagai gerakan sosial, berkaitan dengan memeperjuangkan kondisi perumahan yang layak (Anthony Giddens:2009, 216). Menurut pemikiran Castells, Pembuatan Aliansi (yang kemudian mendapatkan sekutu untuk mendukung perjuangan dan pergerakannya) dan masuk serta menekan ke dalam sistem politik (yang kemudian juga mendapatkan posisi kemenangan karena adanya bantuan dan dukungan dari dalam jaringan kekuasaan partai yang berkuasa) akan menjadi syarat utama dari tekanan grass root untuk menjadi kekuatan grass root dalam menentukan arah kebijakan perkotaan yang ditetapkan oleh pemerintah kota (Manuel Castells:1977, 423). Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan. Metodologi berguna sebagai alat yang mempermudah analisa dari topik peneleitian yang akan dibahas kemudian. Dalam bagian metode penelitian akan dijelaskan tentang pendekatan yang akan dipakai, jenis penelitian, unit analisis penelitian, subyek dan lokasi penelitian, metode pengumpulan data, penentuan informan, teknik analisis data, etika penelitian, dan keterbatasan penelitian. 3.1 Pendekatan Penelitan Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berupaya untuk menginterpretasikan data dengan cara memberi arti dan analisis terhadap hasil data yang telah diperoleh selama penelitian berlangsung (Neuman, 2003, p.148). Penggunaan studi kasus dalam penelitian kualitatif berupaya untuk memahami fenomena yang terjadi dalam objek penelitian yang diangkat. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk memberikan gambaran tentang gerakan sosial yang terjadi di dalam masyarakat perkotaan, dengan strategi studi kasus, penulis memilih untuk mengangkat kasus tanah merah, karena dirasa gerakan sosial di tempat tersebut memiliki banyak unsur yang memenuhi aspek-aspek terjadinya gerakan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana sebuah gerakan sosial dapat terjadi dari awal hingga proses nya dari waktu ke waktu. Untuk memahami tentang pengalaman masyarakat tersebut, penulis lebih memilih untuk menggunakan pendekatan penelitian berbasis kualitatif, karena dirasa dapat lebih menjelaskan pengalaman dan kejadian-kejadian yang terjadi selama gerakan sosial itu berlangsung baik saat sebelum pemberian KTP dan pengesahan RT & RW maupun sesudahnya. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 33 3.2 Jenis Penelitian Berdasarkan waktu, penelitian ini tergolong dalam penelitian case study. Penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran mengenai proses gerakan sosial yang terjadi di permukiman kampung tanah merah dari awal mula nya gerakan tersebut terjadi hingga saat ini yang masih terus berjalan gerakan sosial nya. Penelitian ini lebih memfokuskan pada bagaimana sebuah gerakan sosial di tempat tersebut dapat berlangsung, dimana penulis menitikberatkan pada analisis model pelaksanaan gerakan sosial yang dipimpin oleh para pengurus RT dan RW bayangan selama belum di sahkan dan proses pengisian dan pengaturan koordinasi sesudah di sahkannya RT dan RW tersebut. Penulis melihat gerakan sosial yang terjadi di kampung tanah merah sudah terjadi semenjak era tahun 1990-an, dimana saat penulis sedang mengadakan observasi terhadap subjek penelitian, gerakan sosial ini masih tengah berjalan, oleh karena itu di sini penulis bermaksud untuk mengupas lebih jauh bagaimana gerakan sosial tersebut awal mula terjadi, dan proses-proses serta hambatan yang terjadi selama proses gerakan sosial tersebut hingga saat ini. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, karena penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran tentang proses gerakan sosial yang terjadi di permukiman kampung tanah merah Jakarta Utara. Proses tersebut di deskripsikan saat awal mula proses terjadinya, saat sebelum di sahkan RT dan RW, dan saat sesudah di sahkan nya RT dan RW. Berdasarkan manfaat, penelitian ini merupakan penelitian terapan, di mana penelitian ini dapat secara langsung memberikan masukan bagi pemerintah terkati tentang permasalahan yang terjadi di tanah merah Jakarta Utara, dan bagaimana solusi atau penyelesaian masalah yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat dalamnya dapat menemukan sebuah jalan keluar bersama yang tidak merugikan pihak manapun dalam proses pengambilan kebijakan. Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini tergolong ke dalam teknik field research, yakni bentuk penelitian studi kasus pada suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis, penelitian ini mengambil studi kasus gerakan sosial yang terjadi di permukiman Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 34 liar tanah merah jakarta utara baik saat sebelum pengesahan RT dan RW dan pembagian KTP maupun saat sesudahnya. 3.3 Unit Analisa Penelitian Unit analisa penelitian ini adalah gerakan sosial, di mana penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gerakan sosial yang terjadi di permukiman liar kampung tanah merah Jakarta Utara. Penelitian ini berusaha untuk menfokuskan analisis gerakan sosial berdasarkan pengalaman masyarakat dan pengurus koordinasi lapangan gerakan sosial dan observasi mengenai bagaimana kegiatan gerakan sosial tersebut masih dapat berjalan sampai saat ini. 3.4 Subyek dan Lokasi Penelitian Subyek penelitian ini adalah pelaku gerakan sosial yang berkaitan langsung dengan proses perjuangan masyarakat tanah merah dalam meraih hakhak nya sebagai warga negara Indonesia, yakni memiliki identitas resmi, dan dapat mengakses fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah disediakan negara. Namun demikian penulis tidak hanya melihat bagaimana warga secara umum melakukan perjuangannya, namun juga bagaimana para pemimpin gerakan warga tersebut dapat terbentuk di tengah-tengah gerakan tersebut, dan dapat mengkoordinasi gerakan tersebut menjadi sebuah gerakan yang sifatnya dapat diatur dan terarah sesuai dengan tujuan awalnya. Lokasi penelitian dalam tulisan ini mengambil di daerah Jakarta Utara, tepatnya di Kampung Tanah Merah yang merupakan sebuah lokasi yang masuk ke dalam 3 kelurahan secara administratif, yakni Kelurahan Tugu Selatan, Kelurahan Rawa Badak Selatan, dan Kelurahan Kelapa Gading Barat. Penulis memilih lokasi penelitian di lokasi ini karena beberapa alasan, pertama, gerkanan sosial yang terjadi di tanah merah memiliki karakteristik khusus dan dalam cakupan skala permukiman liar di Jakarta, tanah merah merupakan salah satu permukiman liar terbesar di Jakarta pada umumnya, hal ini mejadikannya sebuah objek penelitian yang menarik untuk melihat dinamikan bagaimana mungkin sebuah permukiman Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 35 liar yang sebegitu besarnya menempati lahan yang bukan untuk peruntukannya dapat bertahan dari era 1990-an hingga saat proses penulisan tulisan ini berlangsung. Alasan lainnya, dikarenakan waktu penelitian yang tidak banyak dan panjang, sehingga penulis lebih memilih lokasi yang berjarak tidak terlalu jauh dari jangkauan penulis, untuk memudahkan dan efisiensi waktu penulis dalam mengobservasi langsung ke tempat penelitian. 3.5 Metode Pengumpulan Data Dengan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kegiatan wawancara mendalam dan observasi di tempat pelaksanaan penelitian yang menjadi dasar dari data utama (primer), sedangkan dat sekunder diperoleh melalui penelusuran dokumen dan karya akademis terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis. Wawancara mendalam diperoleh melalui informan yang merupakan pihakpihak yang mengetahui secara mendalam tentang proses gerakan sosial yang terjadi di permukiman liar tanah merah Jakarta Utara, yakni perwakilan pengurus RW, perwakilan pengurus RT, dan perwakilan pengurus pengatur koordinasi gerakan sosial. Data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen yang diberikan dari pengurus gerakan sosial, foto-foto yang menunjang data primer, maupun kajian literatur terkait dan berbagai artikel empirik yang dapat mendukung dalam proses penyusunan penelitian. Data-data yang nantinya ditemukan dilapangan akan dijabarkan dan kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep yang berhubungan dan kemudian dianalisis untuk menjadi sebuah kesimpulan tertentu. 3.6 Penentuan Informan Penelitian Penentuan informan penelitian dilakukan dengan gate keeper dan kemudian dilanjutkan dengan teknik snowballing. Gate keeper adalah pihak yang memiliki otoritas formal maupun informal untuk mengakses lokasi penelitian Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 36 yang ada. Gate keeper berguna untuk membawa masuk peneliti kedalam situasi dan kondisi lapangan, yang sebelumnya mungkin belum banyak diketahui oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis memiliki seorang gate keper, yakni salah satu seorang warga yang ikut aktif dalam gerakan sosial, dan sudah tinggal lama di lokasi penelitian penulis. Snowballing merupakan teknik penentuan informan yang digunakan berdasar basis informasi dan rekomendasi atas pihak-pihak tertentu yang dianggap lebih menguasai tentang permasalahan atau topik yang diajukan dalam penelitian ini. Pemilihan informan pada penulisan ini di dasarkan karena informan tersebut merupakan informan kunci dan dianggap paling mengetahu sejarah dan proses yang terjadi selama ini di kampung Tanah Merah. 3.7 Teknik Analisa Data Teknik analisa data dimulai dengan proses pengumpulan data, proses interpretasi data, dan kemudian proses penulisan laporan. Pada awal data selesai dikumpulkan, penulis berusaha membuat pengkodean (coding), sesuai dasar penelitian kualitatif, yakni memisahkan informasi dan data ke dalam kategori atau tema yang sesuai dengan konteks penelitian. Pengkodean dilakukan atas dasar hasil temuan dari wawancara mendalam dan observasi yang kemudian dikelompokan dengan dasar konsep yang digunakan dalam penelitian. Setelah proses pengkodean, maka penulis membuat interpretasi dari data-data yang ada dan kemudian menyimpulkannya. 3.8 Etika Penelitian Etika penelitian yang digunakan oleh penulis berhubungan dengan perlindungan penulis terhadap informa penelitian. Hal ini dilakukan agar nantinya para informan tidak dirugikan atas terjadinya suatu hal dari penelitian yang dilakukan. Aspek yang digunakan ini adalah informed consent, yakni kesediaan yang disadari. Para informan penelitian menyadari dan mengetahui tujuan serta diadakannya penelitian ini, hal ini akan mempermudah penulis dalam memperoleh data dan informasi terkait subyek penelitian. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 37 3.9 Periodesasi Penelitian Periodesasi penelitian dilakukan kurang lebih selama 6 bulan (Januari sampai dengan Juni 2013) mulai dari proses awal tahan penyusunan RD sampai proses penyusunan laporan skripsi ini. 3.10 Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan. Kekurangan utama dalam penelitian ini adalah sangat terbatasnya waktu yang dimiliki peneliti dalam proses penulisan ini yang berdampak penulisan yang dilakukan penulis hanya melihat dari sudut pandang masyarakat, dan tidak melihat dari sudut pandang pemerintah. Selain itu pencarian informan lainnya yang berguna untuk memperjelas dan mendukung informasi yang diterima dari informan utama sangat sulit karena banyak tokoh-tokoh pada masa itu yang sudah pindah ke tempat lain. Dan yang terakhir penulis belum mampu mendapatkan informasi yang lebih dalam lagi dari aktor-aktor yang berada di belakang permukiman Tanah Merah. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 38 BAB 4 GAMBARAN UMUM TENTANG PERMUKIMAN LIAR KAMPUNG TANAH MERAH DAN PROSES GERAKAN SOSIAL YANG TERJADI DI DALAMNYA 4.1 Sejarah Tanah Merah Tanah Merah, adalah sebuah lokasi sebuah tanah kosong yang pada tahun 1960an masih merupakan rawa-rawa, dimana masih sangat jarang sekali terdapat permukiman penduduk disana. Semenjak awal munculnya Pertamina sebagai pemegang hak milik disebagian lokasi tanah merah, maka perkembangan kampung tanah merah kian pesat. Hal ini bermula disaat Pertamina memulai membangun Depo nya di kawasan tersebut pada era tahun 1960-an. Dari proses pembangunan tersebut, lahan-lahan yang berada di sekitar depo tersebut pun berkembang dan menjadi lahan-lahan pertanian, yang digarap oleh orang-orang tertentu yang memiliki tanah tersebut, kemudian perlahan-lahan semakin banyak muncul bangunan rumah sebagai tempat tinggal disana. Tanah Merah adalah sebuah lokasi yang sudah ditinggali oleh penduduk dari masa penjajahan belanda, hampir sama seperti dengan kawasan-kawasan lain di Jakarta. Pada masa sebelum masa kemerdekaan sendiri, bahkan sudah terdapat beberapa permukiman yang kebanyakan di huni oleh orang Belanda dan etnis Tionghoa. Seiring dengan berjalannya era kemerdekaan hingga tahun 1958 dimana pemerintah saat itu mengeluarkan undang-undang yang menghapus hak milik tanah bagi warga negara asing, serta pada era tahun 1965 terjadinya pemberontakan PKI, membuat penduduk etnis Tionghoa yang masih bertahan di wilayah tersebut meninggalkan lokasi tersebut. Dan seiring berjalannya waktu kebanyakan warga Tionghoa yang sudah berstatus warga negara indonesia, berpindah ke lokasi yang dekat dengan kawasan Tanah Merah, yakni di Kelapa Gading yang saat ini dikenal dengan pusat hiburan dan belanja di Jakarta Utara. Pada tahun 1968 Pertamina meminta izin kepada Gubernur DKI Jakarta pada masa itu untuk pembangunan Depo Pertamina, dimana yang pada awalnya permintaan izin tersebut hanya mencakup lahan dengan luas 14 hektar, yang Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 39 nantinya akan digunakan untuk keperluan pembangunan instalasi pengolahan bahan bakar minyak. Pada tahun 1974 sempat terjadi pengurukan besar-besaran yang dilakukan pemerintah, dan pada saat itu pun sudah banyak ditemukan beberapa areal persawahan dan beberapa bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi para penggarap persawahan. Pada awal tahun 1980, pemerintah Jakarta Utara justru mendukung adanya penggarapan di lokasi tanah merah yang sudah diuruk sebelumnya, hal ini dimaksudkan supaya lahan di tanah merah dapat dimanfaatkan oleh warga Jakarta dan tidak terlantar. Kurang lebih dalam kurun waktu 20 tahun (1970 sampai 1990) pemerintah Jakarta sendiri tidak merasa keberatan dengan masuknya warga yang menggarap dan membangun tempat tinggal di kawasan tanah merah tersebut. Perkembangan utama lokasi tanah merah terjadi pada era tahun 1980 sampai tahun 2000, di mana di era tersebut, banyaknya penduduk yang masuk ke Jakarta dan tidak tertampung, membuat masyarakat ini berbondong-bondong menempati kawasan tanah merah dan kemudian mulai membangun tempat tinggal mereka. Dari sinilah cikal bakal munculnya permukiman tanah merah, apalagi dengan timbulnya sengketa dengan Pertamina yang tidak selesai dengan tuntas dikarenakan Pertamina tidak memenuhi kewajibannya sesuai keputusan pengadilan, maka penggusuran yang sempat terjadi yang dilakukan oleh pemkot Jakarta Utara pada era awal 1990-an tidak dilanjutkan karena menurut pengadilan tata usaha negara, baik Pertamina maupun pemerintah kota jakarta utara waktu itu telah melakukan pelanggaran hukum dengan melakukan pengusiran paksa bagi warga tanah merah yang sudah tinggal dan membangun rumah di sana. Semenjak keputusan dari pengadilan itulah maka permukiman tanah merah semakin kian ramai dengan bangunan-bangunan tempat tinggal dan jumlah penduduk yang masuk ke kawasan tersebut semakin meningkat. Hingga dari keputusan pengadilan tersebut hingga saat ini belum ada kembali proses penggusuran yang dilakukan secara fisik, namun seiring berjalannya waktu masyarakat tetap masih mengalami trauma karena penggusuran paksa yang pernah dialami pada tahun 1990an tersebut. Arus masuk masyarakat pendatang yang semakin membludak di tahun 1990an, membuat lahan-lahan yang tadinya masih rawa-rawa kemudian diuruk oleh warga yang akan bertempat tinggal di situ, Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 40 kemudian mulai lah terbentuk permukiman-permukiman yang meski di bagian terluarnya nampak teratur karena menghadap langsung jalan utama, namun pada bagian dalam masuk ke gang-gang kecil, mulai tidak beratur pembangunannya. Secara administratif sendiri tanah merah termasuk ke dalam tiga kelurahan di jakarta utara, yakni kelurahan tugu selatan, kelurahan rawa badak selatan, dan kelurahan kelapa gading barat. Memang sempat ada keinginan untuk membuat kelurahan sendiri saat kampung tanah merah belum mendapatkan pengakuan dari pemerintah kota, namun hal tersebut tidak dilakukan karena para pengurus RT dan RW masih berkonsentrasi dan memprioritaskan bagaimana supaya warga di kampung tanah merah mendapatkan pengakuan secara administratif dari pemerintah kota Jakarta. Tanah merah sendiri dilihat dari lokasi dan aksesnya, memang dirasa cukup strategis, hal ini dikarenakan kampung tersebut berada di tengah-tengah yang berbatasan langsung dengan kawasan Kelapa Gading yang selama ini dikenal dengan permukiman mewah dan memiliki bangunan-bangunan mal dan apartemen megah serta pusat ruko dan perkantoran, dan juga berbatasan langsung dengan kawasan plumpang, lokasi perumahan menengah ke atas dan menengah ke bawah yang hampir sebagian lokasinya memiliki tata ruang kota yang cukup baik. Hal inilah yang membuat kampung tanah merah menjadi sangat strategis bagi warga yang selama ini mata pencahariannya selain informal, dan juga lokasinya mendukung untuk tempat tinggal sementara untuk bekerja, karena lokasinya yang berdekatan dengan pusat bisnis dan hiburan tersebut. Gambar. 1.1 Akses jalan dari kampung tanah merah menuju ke kelapa gading (kiri) dan akses menuju ke Plumpang (kanan) (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis, 2013) Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 41 Berdasarkan uraian sejarah diatas maka Tanah Merah merupakan daerah abu-abu, atau biasa disebut tanah sengketa yang belum jelas kepastian hukum pemilik sah nya. Semenjak pemerintah kota jakarta utara dan Pertamina kalah banding dalam pengadilan pada era 1990an, maka bisa dikatakan permukiman tersebut menjadi seperti duri di dalam daging bagi pemerintah kota jakarta selama ini. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut memang menjadi sebuah ironi jika diberikan begitu saja kepada warga yang sudah puluhan tahun tinggal di sana, dan karena hal tersebutlah semenjak kalah dari pengadilan, pemerintah Jakarta seperti tidak mengacuhkan warga kampung tanah merah, atau tidak menganggap penduduk tanah merah sebagai bagian dari penduduk Jakarta. Pembangunan yang ada di tanah merah sendiri secara umum dilakukan oleh warga sendiri secara swadaya dan gotong royong bersama-sama dengan warga lain. Selama ini pembangunan yang ada di Tanah Merah semuanya adalah hasil swadaya masyarakat Tanah Merah. Dimulai dari pembangunan jalan, masuknya listrik, masuknya saluan air bersih, pembangunan saluran air buangan, dan fasilitas-fasilitas pendidikan dan kesehatan yang ada di sana, hampir sebagian besar dibangun dan di swadayakan oleh masyarakat sekitar, meski memang ada banyak juga yayayasan dan organisasi sosial yang ikut membantu dalam keegiatan dan pendanaan di sana. 4.2 Karakteristik Permukiman Liar Tanah Merah 4.2.1 Karakter Fisik: Bila melihat dari karakter lingkungan pada awal sebelum munculnya permukiman penduduk, tanah merah merupakan sebuah lokasi yang masih sangat jarang penduduknya, kalaupun ada beberapa orang yang tinggal di sana pada sebelum era 1980an, hal tersebut dikarenakan lokasi lahan tanah merah merupakan lahan rawa-rawa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan garapan untuk dijadikan lahan untuk bercocok tanam. Secara geografis, kampung tanah merah berbatasan langsung dengan depo Pertamina Plumpang di bagian barat, Jalan Plumpang Semper di Sebelah Utara, Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 42 perlimaan Semper di sebelah timur dan Kelapa Gading di sebelah selatan, berikut gambar kawasan tanah merah: Gambar 1.2 Kawasan Tanah Merah (Sumber: Google Map) Sedangkan jika melihat dari fisik bangunan yang ada di kampung tanah merah, kecenderungan saat ini rumah-rumah yang ada di kampung tanah merah sudah bersifat permanen, dimana secara garis besar jenis rumah yang ada merupakan rumah sederhana, meski tidak menampik pula temuan dilapangan bahwa ada pula rumah-rumah megah yang berada di kampung tanah merah tersebut, meski jumahnya tidak banyak. Terdapat pula bangunan-bangunan semi permanen yang lokasinya berada jauh dari jalan utama, dan berdekatan dengan pembuangan sampah warga. Selain untuk dihuni oleh warganya, rumah dan lahan yang ada juga kemudian banyak yang dikomersialisasikan untuk dibangun menjadi kontrakan ataupun kost-kostan berharga ekonomis, dimana usaha ini sangat menjanjikan, karena lokasinya yang berdekatan dengan pusat-pusat hiburan dan perdangan di Kelapa Gading, Tanjung Priok, Sunter, dan Plumpang. Apabila melihat dari susunan tempat tinggal penduduk di tanah merah, kebanyakan tidak beraturan, antar satu rumah dan satu rumah yang lain saling menempel dan berdekatan, sehingga rawan sekali permukiman di sini apabila ada kebakaran langsung dapat menjalar dengan cepat ke rumah yang lain. Sepanjang jalan yang ada saat ini pada awalnya merupakan bentuk awal dari jalan yang Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 43 dibentuk dari pemerintah Jakarta Utara dengan mendasarkan pada lokasi depo Pertamina yang akan dibangun. Napak di sisi-sisi jalan dinding beton yang membatasi antara depo dengan permukiman warga, dan terdapat semacam saluran air yang dibuat untuk membatasi atau memisahkan dua tempat tersebut. Saat ini di tanah merah selain sebagian besar terdiri dari permukiman warga, banyak juga dapat ditemukan lokasi yang dijadikan sebagai gudang atau tempat usaha, seperti gudang tempat menaruh barang-barang dari pelabuhan, ataupun usaha barang bekas atau besi bekas yang memang sebagian besar usaha yang dilakukan warganya adalah dalam hal mengumpulkan barang-barang bekas tersebut. 4.2.2 Karakter Sosial: Bila melihat dari segi perekonomian, karakteristik masyarakat yang bertempat tinggal di tanah merah, hampir sebagian besar dapat dikatakan memiliki status menengah ke bawah hingga masuk dalam kategori masyarakat tidak mampu. Hal ini bukan tanpa sebab, dikarenakan sulitnya akses ke fasilitas sosial dan fasilitas umum selama belum diakui oleh pemerintah kota, dan persaingan yang semakin ketat dalam mencari pekerjaan di Jakarta, membuat daya saing warga kampung tanah merah masih cukup rendah dan kalah bersaing dengan warga lainnya. Namun demikian bukan berarti warga kampung tanah merah berdiam diri dengan kondisi tersebut, karena mereka berinisiatif melakukan usaha-usaha lain di sektor informal. Hampir kebanyakan dari penduduk tetap dan sesepuh di kampung tanah merah bekerja di sektor informal, hal ini terlihat jika anda mengunjungi kampung tanah merah pada malam hari, maka anda akan disajikan dengan suguhan pemandangan yang sangat khas dengan permukiman padat penduduk lainnya, dimana permukiman yang sampai saat ini masih dianggap abu-abu dari sisi kepemilikan tahanya berubah menjadi hingar bingar kesibukan dan aktivitas masyarakat yang tinggal didalamnya. Banyak sekali ditemukan warung kelontong dari yang ukurannya kecil hingga yang besar, lalu banyak pula terdapat usaha warung-warung makan yang tersebar hampir di setiap pelosok gang di setiap permukiman ini, belum lagi ditambah usaha-usaha penjualan alat elektronik dan Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 44 counter pulsa yang menjamur di sana sini, menambah kemeriahan malam di kampung tanah merah yang penuh dengan lampu-lampu putih nya, yang menandakan bahwa permukiman ini meruapakan permukiman yang sangat hidup dan dinamis pergerakan sektor ekonominya. Sedangkan bila melihat kampung tanah merah dari sis etnisitas dan juga multi agama, warga di tanah merah ini berasal dari berbagai macam suku di Indonesia, seperti Jawa, Batak, NTT, Ambon, Papua, serta ke lima agama pun masing-masing terdapat dalam sistem kepercayaan warga tanah merah dan kesemuanya itu dibungkus rapih dengan kerukunan diantar warga masyarakatnya. Keberanekaragaman dan perbedaan yang ada pada warga tanah merah justru tidak menimbulkan permasalahan berarti, hal ini disebabkan meski segala macam suku bangsa dan agama yang berbeda-beda, namun semuanya tetap hidup rukun dan memiliki tenggang rasa yang tinggi diantar warga masyarakatnya. Hal ini nampak nyata dengan adanya tempat ibadah baik Gereja maupun Mushola yang berdekatan lokasinya, namun mereka bisa hidup dengan rukun tanpa konflik yang berarti. Kemajemukan masyarakat dan rasa kebersamaan yang sudah terpupuk selama puluhan tahun menghadapi permasalahan bersama memang menjadi esensi dasar mengapa masyarakat di kampung tanah merah bisa begitu bersatu padu dalam perbedaan-perbedaannya. Namun demikian dari para pemimpin informal di kampung tersebut tetap mengutamakan kepentingan bersama di atas dari kepentingan individu, hal inilah yang membuat warga di kampung tanah merah begitu kompak dan bersatu padu. Apabila dilihat dari segi sosial, maka pola hubungan yang terjadi di kampung tanah merah masih berpatokan kepada pemimpin-pemimpin informal atau sesepuh yang sudah tinggal di lokasi tersebut hingga puluhan tahun. Kepemimpinan informal ini memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam perkembangannya di tanah merah. Dampak positif nya antara lain sebagai penggerak gerakan memperjuangkan tempat tinggal mereka dari era tahun 1990 sampai dengan sebelum terbentuknya sebuah wadah aspirasi melalui organisasi yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 45 4.3 Gerakan Sosial Masyarakat Tanah Merah Sebelum Pemberian KTP dan Pengesahan RT & RW Gerakan tanah merah pada umumnya jika dilihat dari segi waktu dan perjalanan terdiri dari dua generasi yang berbeda, namun memiliki satu tujuan yang sama, yakni memperjuangkan tempat tinggal warga dan mengakomodasi setiap bentuk aspirasi warga dan sebagai penggerak utama gerakan-gerakan warga tanah merah. Pertama yakni generasi era tahun 1990-an dimana para penggerak dari gerakan di era ini adalah warga-warga sesepuh yang sudah puluhan tahun tinggal di lokasi tersebut, mereka inilah yang mempelopori perjuangan gerakan di Tanah Merah dari proses penggusuran yang dilakukan oleh Pertamina melalui persetujuan pemerintah kota Jakarta Utara. Pak Sugianto adalah salah satu dari sesepuh yang sudah tinggal lama di kampung tanah merah, dia mengalami langsung bagaimana pada saat era 1992, proses penggusuran yang dilakukan pemerintah jakarta utara di saat itu terjadi. Nama tanah merah sendiri berasal karena pada awalnya di lokasi tersebut merupakan daerah rawa-rawa, yang kemudian di timbun dengan tanah berwarna merah, sehingga pada saat proses penimbunan tersebut, sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan tanah merah yang sangat luas, sehingga pada saat itulah warga yang melihat hal tersebut menyebutnya Tanah Merah (Artikel Internet: seputar marhaenis blogspot, Mei 2013). Pak Sugianto sendiri sudah menempati tanah merah semenjak tahun 1985, dimana di saat pak Sugianto baru akan menempati lokasi tersebut, sudah ada kurang lebih dua ribu sampai dengan tiga ribu kepala keluarga sampai dengan tahun 1990an. Selama menempati tanah merah, pak Sugianto dikenal oleh warga lainnya sebagai penggerak dan tokoh yang paling vokal dalam memperjuangkan keberlangsungan permukiman tanah merah. Hal ini dikarenakan pak Sugianto sendiri adalah salah satu pejuang pada masa era kemerdekaan, dan merasakan langsung bagaimana jajahan dari belanda dan jepang. Karena sifatnya yang selalu membantu warga dan dapat mengkoordinasi warga meski tanpa membentuk organisasi saat itu, maka pak Sugianto dipercaya oleh warga tanah merah sebagai pemimpin informal di kampung tersebut dan menjadi kunci utama dari ide dan Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 46 pemikiran gerakan warga tanah merah pada saat era 1990an, yakni era dimana warga tanah merah akan digusur oleh pemerintah Jakarta Utara dan Pertamina. Pada saat itu berbagai macam cara di upayakan oleh pak Sugianto dan wargawarga lainnya, ia memerintahkan warga agar tetap tinggal dan menempati rumah nya masing-masing, dan jangan ada yang mau menerima uang gusuran yang di berikan oleh Pertamina saat itu yang hanya sebesar tiga puluh ribu per meter persegi, sangat jauh lebih kecil dibandingkan tuntutan warga sebesar seratus lima puluh ribu per meter persegi. Dan dalam berbagai macam perlawanan dengan pemerintah di pengadilan, meski di saat terakhir sempat dikatakan kalau pihak warga mengalami kurangnya jumlah penggungat yang hadir, namun kuasa hukum warga tanah merah saat itu Almarhun H. M Dault SH mengganggap itu bukanlah masalah selama secara fisik, warga tanah merah tetap menguasai dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Gerakan generasi pertama ini pada awalnya tidak berstruktur karena masih mengutamakan kepentingan individu meski dilakukan secara kolektif (misalnya demonstrasi), namun seiring berajalannya waktu, gerakan ini menjadi lebih berstruktur meskipun belum memiliki organisasi, dikarenakan tuntutan dan ancaman yang mereka rasakan bersama dengan adanya keputusan penertiban dan penggusuran tanah merah. Namun peran dari pak Sugianto di era 1990 sampai tahun 2000an sebelum FKTMB berdiri memiliki peran yang sangat sentral dan penting bagi warga tanah merah. Pada saat melakukan gerakan yang ingin diperjuangkan oleh pak Sugianto, langkah-langkah damai dan fisik dilakukan dengan koordinasi dan bantuan dari perwakilan masyarakat di kampung lainnya, langkah tersebut yakni: perjuangan dalam mempertahankan permukman mereka di tahun 1992 saat akan terjadi penggusuran, dimana banyak warga Tanah Merah terlibat bentrok dengan aparat yang bertugas menggusur wilayah tersebut, banyak warga dan termasuk pak Sugianto sendiri pasang badan dalam mempertahankan permukiman mereka, selain itu pak sugianto dan para pemimpin informal lainnya juga berjuang dan mengkritisi kebijakan ganti rugi yang dilakukan Pertamina yang dilakukan dengan diam-diam ke masyarakat dengan cara mengajak masyarakat tanah merah agar jangan mau menerima sepeserpun uang dari Pertamina karena tuntutan nilai besar Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 47 ganti rugi atas permukiman mereka yang akan di gusur tidak sesuai dengan permintaan warga. Hingga di atas era tahun 1992, pak Sugianto dikenal sebagai pemimpin informal tanah merah yang paling vokal terhadap penderitaan warga tanah merah karena ketidakmampuan dan ketidakberdayaan masyarakat tanah merah dalam mendapatkan pelayanan sosial dan pendidikan, serta rasa aman dalam menempati tempat tinggal mereka saat ini. Demonstrasi yang dilakukan pak sugianto setelah era tersebut diantaranya menduduki bagian luar kantor pemerintahan bersama warga-warga lainnya dan melakukan demonstrasi menuntut hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh warga tanah merah. Dilihat dari sisi historis gerakannya maka tanah merah memiliki banyak sekali nilai sejarahnya, hal ini banyak dikemukakan oleh para sesepuh tanah merah yang mengalami langsung proses dan suka duka selama tinggal dan bermukim di kawasan tersebut. Sebelum di sahkan nya RT dan RW serta penerbitan KTP bagi penduduk tanah merah, perjuangan dan gerakan yang dilakukan oleh masyarakat tanah merah sangat panjang, dari era 1990an hingga tahun 2012 masyarakat tanah merah berjuang menuntut hak-haknya untuk tinggal di permukiman dan melawan segala macam bentuk tindakan-tindakan penggusuran yang dilakukan represif pada masanya. Penduduk tanah merah memiliki permasalahan krusial, yakni permasalahan sengketa tanah yang tidak kunjung habis peyelesaiannya. Bermula dari reformasi agraria yang dicanangkan pemerintahan orde baru, kemudian masyarakat penggarap masuk ke tanah merah, namun dikarenakan kepentingan dari para pemilik modal yang menginginkan kawasan tanah merah untuk dikomersialisasikan, maka terjadi konflik kepentingan antara para pemilik modal dengan warga yang sudah menetap di kampung tanah merah semenjak era 1980an. Perjuangan tersebut terutama terjadi pada saat era 1990an, dimana terjadi upaya pembongkaran yang dilakukan pemerintah kota Jakarta Utara di bantu oleh pihak aparat dalam mengusir para warga dan merobohkan rumah-rumah yang mereka bangun di kawasan sengketa tersebut. Perjuangan di saat itu dipimpin oleh Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 48 para sesepuh yang sudah lama tinggal di kampung tanah merah, mereka melakukan gerakan demonstrasi baik di kantor pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, namun suara mereka tidak diacuhkan oleh pemerintah saat itu. Segala usaha pun di tempuh baik dari jalur komunikasi formal maupun informal dengan pejabat dinas terkait masalah kependudukan, hingga jalur hukum yang menentang pembongkaran di era tahun 1990an tersebut. Bahkan para sesepuh (pemimpin informal) atau biasa di kenal dengan istilah tokoh masyarakat ini seringkali dihadapkan pada situasi-situasi genting yang mengancam keselamatan jiwanya. Apalagi pada masa orde baru, pemerintah seringkali melakukan tindakan represif untuk membungkam masyarakat atau organisasi yang tidak sejalan dengan program dan kepentingan pemerintah saat itu. Namun banyak tokoh tersebut yang selamat karena mereka meminta bantuan dan perlindungan dari lembaga bantuan hukum pada saat itu. Terlepas dari keputusan pengadilan yang memenangkan warga penduduk tanah merah dari tindakan penggusuran yang dilakukan pemerintah jakarta utara dan Pertamina di belakangnya, perjuangan yang dialami oleh warga tanah merah belumlah usai. Karena kemenangan di pengadilan tersebut bukan berarti membuat pemerintah jakarta utara mengaminkan keputusan pengadilan tersebut dan memberi restu bagi warga kampung tanah merah untuk dengan sah menempati tempat tinggal mereka tersebut. Perjuangan yang paling dirasakan masyarakat tanah merah tersebut pada umumnya hal-hal yang berhubungan langsung dengan sektor-sektro birokrasi pemerintahan, dimana karena statusnya yang dianggal illegal oleh pemerintah, maka pelayanan kependudukan bagi warga tanah merah dengan adanya konflik di tahun 1990an, maka selama kurang lebih 20 tahun semenjak permasalahan tanah merah mencuat, praktis warga disana tidak ada sama sekali mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dki Jakarta. Generasi perjuangan dari para pemimpin informal sebelumnya di era 1990-an mulai diturunkan kepada anak mereka, dan pada era tahun 2000an, di bantu dengan dukungan dari para pemimpin informal sebelumnya dibentuklah sebuah organisasi di kampung tanah merah yang dikenal dengan nama “Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB)”, yang saat itu dipimpin oleh Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 49 seorang tokoh muda yang peduli dan prihatin dengan kondisi masyarakat tanah merah saat itu yakni Moh. Huda. Dan pada era tahun 2000an dimana organisasi FKTMB (Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu) yang merupakan sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak warga tanah merah, yang dipimpin oleh Moh. Huda sebagai Ketua dari organisasi tersebut. Proses pendirian FKTMB sendiri pada awalnya didirkan oleh generasi pertama yakni Pak Sugianto, hal ini dikarenakan mereka dalam kondisinya yang sekarang sudah tidak terlalu mampu melakukan aksi-aksi fisik, namun meski begitu mereka tetap dapat berkontribusi ke organisasi tersebut dengan pengaruhnya ke warga tanah merah dan pemikiranpemikiran yang didasarkan pada tujuan awal pergerakan dan mengutamakan kepentingan warga tanah merah. Selama proses perjuangan setelah didirikannya FKTMB, banyak berbagai macam halangan dari berbagai pihak, namun pak sugianto dan Moh. Huda tetap saling bersinergi sehingga perjuangan mereka tidak berhenti di tengah jalan. FKTMB sendiri sebagai organisasi memiliki kepengurusan dan kegiatan organisasi sama seperti organisasi-organisasi berbadan hukum lainnya. Selain itu kepengurusan dari organisasi tersebut juga terdiri dari para perwakilan dari kepengurusan masing-masing wilayah kampung tanah merah, serta dibantu oleh para relawan dari anak muda yang peduli dengan perjuangan di kampung tanah merah Jakarta Utara tersebut. Dengan adanya FTKMB, maka perjuangan dan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh warga kampung tanah merah lebih mudah terorganisir dan dapat dikontrol agar tidak lepas dari tujuan utamanya. FKTMB beserta jajarannya sendiri semenjak awal didirikannya hingga saat ini, masih fokus dengan permasalahan-permasalahan yang seringkali timbul di Tanah Merah. Karena meski mungkin apabila dilihat dari luar sekilas, masyarakat di tanah merah memang terlihat rukun dan bersatu, namun apabila dikupas satu demi satu bergai macam konflik kepentingan atar sesama warga kampung tanah merah, maka dapat dikatan kampung tanah merah memiliki interaksi yang sangat dinamis, yang tidak luput juga dari permasalahan-permasalahan individu di dalamnya. Disinilah Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 50 fungsi dari organisasi FKTMB berperan dalam me-mediasi pihak-pihak yang bertikai karena suatu hal, sehingga meskipun ada konflik yang sedang terjadi di dalam warga kampung tanah merah sendiri, tujuan utama dan perjuangan yang selama ini mereka bangun tidak terpecah begitu saja. Selain fungsi mediasi yang dilakukan organisasi tersebut untuk masalahmasalah yang muncul antar warga, FKTMB juga memiliki fungsi lainnya yang sangat membantu bagi masyarakat tanah merah dalam kehidupannya sehari-hari. Fungsi tersebut adalah fungsi advokasi, yakni sebuah gerakan yang mereka lakukan untuk menuntut hak-hak yang seharusnya di dapatkan warga sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hak tersebut diantara lain hal untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan hidup dari pemerintah sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945, dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak. Terutama pada sektor kesehatan dan pendidikan bagi warga kampung tanah merah, yang dirasa selama ini menjadi permasalahan sosial yang cukup krusial selain permasalahan status tanah. Agar dapat mempermudah pelayanan dan gerakannya, FKTMB mendirikan banyak posko yang lokasi nya menyebar di masing-masing RT yang ditempati warga, dimana di posko tersebut dikelola oleh para pengurus RT dan RW masingmasing yang juga merupakan anggota dan relawan dari organisasi tersebut. FKTMB pada umumnya selalu melihat kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah pusat, karena keberadaan mereka oleh pemerintah daerah pada waktu itu dianggap tidak ada karena statusnya yang menempati tanah illegal, maka setiap kali pemerintah pusat merancangkan sebuah program atau layanan bagi masyarakat miskin di Indonesia, organisasi ini dengan aktif melakukan peninjauan dari segi teknis dan hukum kebijakan pemerintah pusat tersebut. Salah satu hasil yang terlihat dari kerja organisasi tersebut yakni program jaminan kesehatan masyarakat yang dikeluarkan Menteri Kesehatan pada era tersebut sehingga dapat dinikmati oleh warga penduduk Kampung Tanah Merah. Semenjak itu segala macam permasalahan kesehatan yang dialami penduduk kampung tanah merah sudah mulai dapat dilayani oleh puskesmas dan rumah sakit negeri di lokasi sekitar tanah merah dimana dalam prosesnya fungsi dari organisasi FKTMB beserta para relawan memiliki andil yang sangat penting Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 51 sehingga warga tanah merah dapat mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Pada bidang pendidikan organisasi ini juga membantu agar kesempatan meraih pendidikan bagi anak-anak dari warga kampung tanah merah terhalang permasalahan administrasi, dimana hanya karena permasalahan KTP dan KK yang memang disaat itu masih barang yang sangat langka karena pemerintah kota tidak mengakui keberadaan warga kampung tanah merah. Sedangkan di bidang sosial, organisasi ini juga mendagakan kegiatan-kegiatan gotong royong ataupun program pembangunan sarana dan prasarana di permukiman kampung tanah merah dengan menggerakkan sumber dana yang diperoleh dari pengumpulan swadaya warga kampung tanah merah. RT & RW di Tanah Merah memang sudah terbentuk bahkan sebelum FKTMB didirikan, namun seiring dengan kelahiran organisasi tersebut, kepengurusan dalam RT & RW bayangan tersebut semakin dapat mencapai tujuan bersama, karena organisasi FKTMB juga memiliki peran dan membantu dalam mengorganisir para pengurus RT & RW bayangan yang nantinya menjadi RT & RW yang sah. Hal ini dikarenakan kepengurusan warga yang selama ini menjadi bagian dari organisasi tersebut juga dipimpin oleh para wakil dari masing-masing kepengurusan di dalam wilayah-wilayah kampung tanah merah. Sehingga pergerakan FKTMB praktis efektif karena mereka yang bergabung di organisasi tersebut sudah dikenal oleh masyarakatnya masing-masing, sehingga lebih memudahkan organisasi dalam mensosialisasikan program dan kegiatan-kegiatan mereka dalam rangka mensejahterakan warga kampung tanah merah. Organisasi ini juga melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya yang bergerak dalam bidang yang sama, yakni perlindungan terhadap hak tempat tinggal bagi masyarakat tidak mampu di daerah lainnya. FKTMB aktif pula dalam melakukan komunikasi dengan organisasi-organisasi yang berkecimpung di perjuangan yang sama, dan juga ikut solidaritas mendukung perjuangan organisasi lain di lokasi mereka yang sedang bermasalah, sebagai contoh kasus Mesuji di Lampung, ataupun penggusruan di Jatinegara Kaum, para aktivis FKTMB ikut memperjuangkan hak-hak mereka dengan mengirimkan perwakilan untuk turun langsung ke lokasi-lokasi tersebut pada masanya. Dengan adanya kerjasama dengan organisasi-organisasi tersebut, FKTMB banyak Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 52 mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai pergerakan dan strategi agar gerakan yang mereka bangun selama ini tetap dapat berjalan dan bahkan makin kuat ke depannya. Bila dilihat dari struktur organisasi ini sendiri, secara umum memiliki pembagian tugas per masing-masing divisi, sehingga proses pelaksanaan kegiatan gerakan dapat berjalan lebih lancar dan semakin mudah diatur. FKTMB sendiri juga merupakan kegiatan dan pergerakan yang sangat cair, hal ini akibat dari bahwa seluruh warga tanah merah yang tinggal di lokasi tanah merah, merupakan bagian dan anggota dari relawan FKTMB, sehingga setiap individu yang tinggal di tanah merah, memiliki tujuan dan kepentingan bersama dalam memperjuangkan dan bergerak melakukan gerakan secara bersama-sama dan kompak. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana demonstrasi besar-besaran yang dilakukan dan diprakarsai oleh pengurus FKTMB saat itu, diikuti oleh ribuan warga tanah merah yang turun langsung ke jalan dan melakukan demonstrasi untuk menuntut tempat tinggal mereka supaya diperjuangkan pengakuan secara administratif terhadap permukiman mereka saat itu. Gambar. 1.3 Demonstrasi Besar-Besaran Warga Kampung Tanah Merah ke kantor Kementrian Dalam Negeri (Sumber: Video Rekaman Anggota FKTMB) Gerakan organisasi ini memegang peranan vital dalam keberhasilan pengakuan oleh pemerintahan Jakarta baru yang dipimpin oleh Joko Widodo Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 53 sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tepatnya pada tahun 2011 dan 2012, wacana adanya hak KTP dari Kementrian Dalam Negeri menjadi sebuah pondasi bagi FKTMB dalam bergerak dan melakukan perjuangan bagi warga tanah merah yang ingin mendapatkan pengakuan dari pemerintah pusat akan KTP. Pada masa itu Jakarta masih dipimpin oleh Gubenur sebelumnya, yakni pak Fauzi Bowo. Selama era pemerintahan Fauzi Bowo terutama di puncak perjuangannya di tahun 2011 dan 2012, pemerintah Jakarta di saat itu seperti tidak mendengarkan tuntuan warga Tanah Merah. Namun sikap pemerintah daerah itu tidak menyurutkan api perjuangan yang dinyalakan oleh organisasi FKTMB kepada warga Tanah Merah. Dengan inisiatif dari organisasi tersebut, maka dilakukanlah demonstrasi besar-besaran ke Kementrian Dalam Negeri dan Balai Kota Jakarta, dan dikarenakan jawaban dari para pejabat yang terkait disaat bertemu dengan perwakilan FKTMB tidak membuahkan hasil yang konkrit dan cenderung hanya memberikan sebuah jawaban yang melemparkan masalah ke dinas lain yang berkaitan, maka FKTMB melakukan demonstrasi dengan cara menduduki pelataran depan kementrian dalam negeri. Di dalam menjalankan aksi demonstrasi damai warga Tanah Merah selalu mengupayakan cara-cara damai dan tidak berbuat keributan atau anarkis. Hal ini dikarenakan para pemimpin pergerakan di organisasi tersebut telah mensosialisasikan kepada warga Tanah Merah yang ikut berdemonstrasi agar tertib dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang berujung pada bentrok dan merugikan warga lainnya. Gambar. 1.4 Gerakan 1000 BH (kiri) dan Pembangunan WC Umum Permanen (kanan) di Kemendagri (Sumber:Foto Jurnalis Detik.com) Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 54 Pada masa demonstrasi membuat kamp-kamp di luar kantor kementerian dalam negeri tersebut, peran organisasi ini terlihat kembali dengan mengatur dan mengorganisir warga untuk bergantian berdemonstrasi, selama 20 hari tinggal di kamp tersebut, pendemo selain melakukan yel-yel menuntut hak mereka yakni KTP, organisasi ini juga meluncurkan ide-ide yang kreatif dalam menyampaikan tuntutan mereka, terutama karena selama 20 hari mereka melakukan demo siang dan malam di depan kantor kementrian, tidak ada respon dari pemerintah, seperti aksi seribu bra, dan juga membangun sebuah jamban, yang merupakan sebagai simbol dari kepengecutan dan kekotoran pemerintah pada saat itu dalam merespons tuntutan warga nya sendiri. Meski pada akhirnya demonstrasi ini dibubarkan paksa oleh satpol pp dan bangunan wc umum dan tenda-tenda dibersihkan, namun bukan berarti perjuangan warga tanah merah berhenti sampai disitu. Di era menjelang berakhirnya kepememimpinan Fauzi Bowo dan kampanye Pilkada Gubernur 2012 lah warga Tanah Merah mendapatkan angin segar dari salah satu bakal calon Gubernur DKI yakni Joko Widodo, disitu Joko Widodo menjanjikan akan memperjuangkan tuntutan yang diperjuangkan warga tanah merah selama ini, yakni dengan memberikan KTP bagi warga di kampung tersebut. FKTMB selaku pemimpin gerakan dengan aktif mengikuti dan mendukung Joko Widodo sebagai calon gubernur baru Jakarta saat itu, dikarenakan program-programnya sangat pro rakyat. Peran pak Sugianto sebagai sesepuh di kampung tersebut juga ikut mengambil peran penting sehingga pak Joko Widodo mau menyuarakan kepentingan masyarakat tanah merah. Hal ini dikarenakan pak Sugianto sendiri sudah mengenal pak Joko Widodo jauh sebelum pak Jokowi mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jakarta, dan disaat ia meminta dukungan dari Jokowi di GOR Jakarta Utara saat kampanye pemilihannya, pak Jokowi diberikan berbagai macam data-data mengenai sejarah Tanah Merah, dan perjuangan yang selama ini dilakukan pak Sugianto dan FKTMB, maka disaat itu pak Jokowi mulai memiliki keyakinan untuk memperjuangkan permintaan warga tanah merah akan KTP dan RT&RW yang sah. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 55 Namun sebagai penggerak dari gerakan masyarakat tanah merah selama ini, anggota FKTMB tidak begitu mudah percaya dengan janji-janji pemimpin selama ini, namun karena warga tanah merah dan masyarakat pada umumnya telah mengenal karakter Jokowi dan keberpihakan Jokowi dengan rakyat miskin, maka pada saat kampanye putaran kedua tersebut organisasi FKTMB ikut membantu mensosialisasikan agar warga tanah merah memilih Jokowi dalam pilkada putaran ke dua DKI Jakarta saat itu. Namun tentu saja FKTMB tentu akan menuntut janji-janji manis yang didengungkan oleh Jokowi saat kampanye pilkada putaran kedua tersebut. Gambar. 1.5 Karnaval Sedekah Untuk Bumi yang menggambarkan Persatuan dalam Keberanekaragaman budaya bangsa (Sumber: Jurnalis Merdeka.com & Jurnalis Antara) Pada saat kampanye pilkada putaran kedua dimana saat itu tersisa dua calon yakni Fauzi Bowo dan Joko Widodo, muncul kampanye negatif berbau SARA dari salah satu bakal calon Gubernur, dan hal ini ditanggapi FKTMB dengan serius. Isu-isu pemecah persatuan itu dimentahkan oleh FKTMB dengan melakukan aksi Pawai Karnaval yang bertajuk “Sedekah Bumi” yang berisikan kegiatan long march warga Tanah Merah dari depan koramil dekat dengan pintu masuk kampung tanah merah dari Plumpang, menuju ke Jalan Yos Sudarso, dimana warga yang melakukan long march menggunakan baju adat daerah masing-masing dan melakukan syukuran dengan mengarak nasi tumpeng sebagai bentuk rasa kebersamaan dan menolak dengan keras isu-isu yang ingin memecah belah opini masyarakat. Hingga proses pilkada putarak kedua selesai organisasi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 56 tersebut dengan sigap mengatur agar warga Tanah Merah semuanya memilih pak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta yang baru. Setelah terpilihnya Gubernur DKI yang baru yakni Jokowi, warga tanah merah yang diwakili oleh FKTMB segera menuntut janji-janji gubernur baru mereka saat kampanye dulu. Organisasi ini kembali mengatur masyarakat agar melakukan demonstrasi kembali ke balai kota untuk menagih janji sang gubernur. Dalam setiap gerakan demonstrasi yang dilakukan warga tanah merah, pihak koordinasi lapangan dari FKTMB selalu menngatur barisan demonstran warga tanah merah agar selalu tertib dan damai dalam berdemonstrasi. Dari pihak FKTMB sendiri juga ikut membantu proses pengesahan pada saat pembentukan kepengurusan RT dan RW, namun mengenai pemimpin yang akan memimpin masing-masing warga di wilayah masing-masing, organisasi tersebut menyerahkan penuh pilihan dan aspirasi warga untuk memilih perwakilan dari RT dan RW masing-masing wilayah, agar nantinya para pengurus yang terpilih oleh warganya sendiri, benar-benar mengerti betul permasalahan yang dihadapi warga di wilayah tersebut dan dapat berkoordinasi dengan baik dan melakukan sosialisasi bagi warganya masing-masing. Dalam proses pendataan itu sendiri bukan berarti tanpa hambatan, dikarenakan banyaknya warga yang masih memiliki KTP lama yang menembak dan memiliki alamat yang tidak jelas, maka banyak dari warga yang diminta untuk mengikuti dan membuat KTP kembali dari awal memlaulu prosedur yang sudah disosialisasikan kepada para pengurus RT dan RW di kampung tanah merah tersebut. Salah satu tantangan disaat proses pendataan tersebut hingga saat ini adalah bagaimana caranya agar dapat mengkoordinasi warga saat setelah tujuan bersama mereka sudah tercapai, dan bagaimana agar setiap wilayah di kampung tanah merah meskipun memiliki lokasi dan pemimpin wilayah yang berbeda sekalipun dan mempunyai karakternya masing-masing, tetapi dapat bersatu mementingkan kepentingan bersama. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 57 Gambar. 1.6 Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiono beserta Jajaran berkunjung ke Kampung Tanah Merah perihal Pelaksanaan Pemberian KTP dan Pengesahan RT & RW Warga Tanah Merah. (Sumber: Kompas.com (Kiri) & Media Online Jakarta Utara (Kanan) Akhirnya saat yang dinanti puluhan tahun pun tiba, Pak Jokowi ditemani oleh Walikota Jakarta Utara, dan Dinas Kependudukan, serta dinas-dinas terkait datang ke kampung Tanah Merah dan membicarakan mengenai realisasi pemberian KTP sekaligus pengesahan RT dan RW di kampung Tanah Merah. Hal tersebut disambut dengan gembira dan positif warga tanah merah yang saat itu langsung mengerumuni rombongan pak Jokowi sekedar mengucapkan terima kasih dan bersalaman, namun ada pula yang mengutarakan uneg-unegnya selama tinggal di kampung tanah merah. Gambar 1.7 Warga Tanah Merah sedang mengantri dalam proses pembuatan KTP oleh dinas dukcapil Jakarta. (Sumber: Lensa Indonesia.com) Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 58 Pada akhir 2012, dimulailah pendataan bagi warga tanah merah yang akan mendapatkan KTP sah yang sesuai dengan alamat mereka sekarang. Selain itu pada bulan Januari 2013 sudah dibentuk RT & RW yang sah dan dibentuk kepengurusan secara formal yang dihadiri oleh pejabat-pejabat terkait baik dari pemerintah kota Jakarta Utara, dari pihak kecamatan, maupun pihak kelurahan. Hal ini menunjukkan secara administratif keberadaan warga tanah merah Jakarta Utara sudah mendapatkan pengakuan dari pemerintah daerah DKI Jakarta. Hingga penulisan ini berlangsung FKTMB masih tetap berjalan dan melakukan kegiatan-kegiatan rutinnya, dimana salah satunya yakni melakukan pertemuan rutin bagi para pengurus wilayah masing-masing Kampung Tanah Merah, agar meski saat ini para pengurus RT & RW sudah mulai disibukkan dengan pendataan warga yang akan menerima KTP, namun secara kesatuan visi dan misi pengurus Kampung Tanah Merah tetap dapat disatukan dan terus berjalan berdampingan ke depannya. Pak Sugianto sebagai sesepuh bersama Moh. Huda juga akan merencanakan berbagai macam gerakan yang akan dilakukan oleh FKTMB dan warga tanah merah untuk memperjuangkan kembali wilayah mereka, meskipun disaat langsung ditanyakan kepada Pak Sugianto disaat wawancara, beliau menolak untuk memberitahu rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh FKTMB dan warga lainnya, hal ini dikarenakan akan menjadi bias apabila pergerakan itu diberitahu disaat sekarang, dimana para pengurus RT dan RW masih disibukkan dengan proses pendataan administrasi warga tanah merah agar memiliki KTP yang jelas. Selain itu organisasi ini juga akan memperjuangkan berbagai macam akses ke fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada secara bertahap melalui kepengurusan RT & RW masing-masing, agar kehidupan warga Tanah Merah lebih terjamin kesejahterannya. Meski dalam pelaksanaannya saat ini belum terlalu terlihat secara nyata gerakannya, karena sebagian besar dari pengurus masing-masing wilayah kampung tanah merah masih fokus dengan pendataan warga, namun jika proses tersebut sudah selesai, maka secara bertahap FKTMB dan jajaran pengurus RT dan RW akan mengadakan komunikasi yang intens Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 59 dengan dinas-dinas pemerintah terkait dalam hal pengadaan fasos dan fasum dari pemerintah daerah untuk warga kampung tanah merah, yang dimana akses infrastruktur jalan dibeberapa bagian dari lokasi tersebut yang masih berbatu dan seringkali timbul genangan jika hujan datang. FKTMB akan terus menemani perjuangan warga tanah merah selalu ke depannya. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 60 BAB 5 ANALISIS PROSES GERAKAN SOSIAL TANAH MERAH Konsep permukian kota yang dijelaskan di kerangka konseptual, ternyata memang betul dan nyata terjadi di kota-kota di Indonesia. Di Jakarta sendiri, tanah merah merupakan salah satu contoh bentuk dari validasi bahwa adanya pengaruh dari kepentingan beragam kelompok yang menempati tanah merah. Sedangkan definisi dari permukian liar yang dijelaskan dari Parsudi Suparlan dan Basundoro & Sugoyo dapat terlihat pada permukiman Tanah Merah. Hal ini dikarenakan pada awal adanya tanah merah, lokasi ini merupakan lokasi lahan kosong yang merupakan milik dari negara, namun dengan tingkat kepadatan penduduk Jakarta yang sangat tinggi dan terbatasnya perumahan bagi warga kelas bawah, memaksa warga tanah merah yang saat ini menempati lokasi tersebut untuk masuk ke lahan kosong tersebut dan mendirikan bangunan tempat tinggal. Juga ketiga aspek yang mencirikan permukiman liar yakni minimnya fasum dan fasos, tingkat pendapatan penduduk nya yang rata-rata masih rendah, dan status tanah yang merupakan milik negara, ada dan merupakan karakteristik dari permukiman tanah merah. Tingkat kepadatan yang tinggi dan tata ruang yang masih belum direncanakan dengan baik juga terdapat dalam kondisi fisik di permukiman tanah merah. Terkait dengan pemaparan konsep yang dijabarkan di bab sebelumnya mengenai kerangka konseptual, maka sejatinya pendapat dari Manual Castells mengenai Aliansi yang dilakukan dengan Grass Root Movement terbukti pada kasus Gerakan Legalisasi Permukiman Tanah Merah Jakarta Utara. Hal ini terlihat dari bagaimana gerakan masyarakat yang merasa terabaikan dan merasa tidak puas dengan keberadannya melakukan sebuah gerakan sosial yang dilakukan di luar institusi formal, dalam hal ini dengan membentuk organisasi informal FKTMB sebagai garda terdepan dalam memimpin dan menyuarakan aspirasi warga Tanah Merah. FKTMB sendiri memiliki fungsi yang sangat beragam dalam keseharian aktivitasnya, yakni fungsi kontrol, fungsi mediasi, dan fungsi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 61 advokasi, yang menjadi kunci dalam keberlangsungan gerakan warga tanah merah. Selain itu perubahan dari “grassroot pressure” menjadi “grasroot power” dapat dilakukan dengan adanya strategi dari organisasi FKTMB untuk melakukan pendekatan kepada calon pemimpin Jakarta dimana saat itu Jokowi masih berstatus sebagai calon Gubernur Jakarta. Strategi ini sangat berhasil dalam membantu warga tanah merah dan FKTMB dalam mencapai tujuan utamanya, yakni mendpatkan pengakuan yang sah dari pemerintahan Jakarta baru di periode kepemimpinan Joko Widodo dan Basuki yang akan memimpin Jakarta selama lima tahun ke depan. Proses kerja sama yang dibangun oleh FKTMB dengan organisasiorganisasi lain yang memiliki kesamaan pandangan mengenai perjuangan dan perlindungan warga akan tempat tinggalnya juga sesuai dengan konsep dan pemikiran Castells mengenai Aliansi. Menurut Castells, aliasni akan terjadi apabila ada jalinan kerja sama dari sebuah organisasi dalam suatu masyarakat dengan pihak dari luar, seperti: LSM, Organisasi sejenis, Yayasan, dll). Di tanah merah sendiri FKTMB mendapatkan banyak manfaat dengan proses kerja sama dan masuk ke dalam jaringan organisasi tersebut, karena mereka akan banyak mendapatkan sumber daya yang sangat penting, seperti jaringan, informasi, dan strategi dalam melakukan pergerakan di dalam masyarakat. Mengenai konsep mobilisasi yang dipaparkan oleh Tilly yang merupakan bagian dari tahapan social movement, benar teruji dan terbukti di lapangan, dimana pergerakan warga tanah merah merupakan sebuah gerakan sosial yang menginginkan adanya perubahan yakni dari penduduk yang selama ini dianggap ilegal, sekarang dianggap legal secara administratif, meski memang masalah tanah yang ditinggali oleh warga masih belum selesai. Konsep Mobilisasi ini menurut Tilly selain dapat terjadi karena adanya pemimpin gerakan yang memperjuangkan nilai-nilai dasar dari gerakan dalam masyarakat tersebut, juga terutama sangat bergantung dari sumber daya manusia yang ada di dalam sebuah organisasi yang akan menjadi penggerak dari gerakan sosial. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 62 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Gerakan Sosial yang terjadi di Permukiman Liar Kampung Tanah Merah Dalam memobilisasi masyarakat tanah merah di era tahun 2000an hingga saat ini, FKTMB memiliki peranan yang tidak tergantikan sebagai otak dan mesin bagi munculnya gerakan sosial di kampung tanah merah. Dengan kepengurusan yang terwaiki dari masing-masing wilayah, dan kaderisasi yang diambil dari relawan-relawan generasi muda dari kampung tersebut, maka organisasi ini secara praktis dan informal menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak warga tanah merah. Dari berbagai deksripsi dan analisa yang sudah dipaparkan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa gerakan sosial yang terjadi di tanah merah merupakan sebuah gerakan sosial yang murni datang dari warga yang bertempat tinggal di sana, namun dalam proses perjuangannya, muncullah para pemimpinpemimin informal yang dianggap berpengaruh dan mampu mendapatkan suara dari warganya yang kemudian diangkat menjadi pengurus RT dan RW setempat. Selain itu gerakan sosial ini juga semakin dapat terorganisir dengan pembentukan Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) yang merupakan organisasi perwakilan dari pengurus-pengurus Kampung Tanah Merah, yang berfunsi mengatur jalannya gerakan sosial, dan melakukan pengadaan sumber dana yang ditarik secara swadaya ke masing-masing warga tanah merah demi kepentingan dan tercapainya tujuan bersama. 6.2 Saran Bagi masyarakat tanah merah, yakni agar kedepannya tetap mengutamakan upaya-upaya komunikasi secara damai dengan pemerintah setempat sebelum melakukan demonstrasi, agar apapun yang akan disuarakan masyarakat dapat terserap dan diwakilkan ke pengurus-pengurus RT dan RW masing-masing wilayah. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 63 Bagi pemerintah, agar dalam menangani permasalahan permukiman agar lebih bijaksana dalam mengambil keputusan, dimana apabila suatu saat nanti dilakukan penggusuran sekalipun, harus ada komunikasi secara mendalam dan intens dengan warga, dan pemerintah harus siap menyediakan lokasi baru sebagai tempat relokasi dari warga tanah merah di masa yang akan datang. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 64 DAFTAR PUSTAKA & LAMPIRAN Buku: Castells, Manuel. (1977). The Urban Question: A Marxist Approach. London: The Pitman Press. hal 423. Evers, Hans Dieter., & Korff Rudiger. (2002). Urbanisme Di Asia Tenggara, Makna Dan Kekuasaan Dalam Ruang Ruang Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal.13; 20. Giddens, Anthony. (2009). Sociology 6th Edition. Polity Press: Cambridge. hal. 208; 216; 1012. Henslin, M. James. (2008). Sociology, A Down To Earth Approach. Boston: Pearson. hal 636; 646. Macionis, J. John. (2008). Sociology, Twelfth Edition. New Jersey: Person Prentice Hall. hal. 615. Ramli, Rusli. (1992). Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki Lima. Jakarta: Ind Hill.Co Scott, John. (2012). Teori Sosial, Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 349 – 351. Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal 164. Soemantri R, Gumilar. (2007). Migration Within Cities, A Study of Socio- economic Proecesses, Intra-city Migration, and Grass-roots Politics in Jakarta. Depok: LP FEUI. hal. 28 – 31. Sugijanto Soegijoko, Budhy Thahjati. (2005). Bunga Rampai Kota Indonesia Dalam Abad 21, Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Urban and Regional Development Institute dan Yayasan Sugijanto Soegijoko. hal 200. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 65 Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hal. 195 – 199. Suparlan, Parsudi. (1996). Diktat Antroplogi Perkotaan. Antropologi FISIP UI. Triwibowo, Darmawan. (2006). Gerakan Sosial, Wahana Civil Society Bagi Demokratisasi. Jakarta: LP3ES. hal. 157. Jurnal: Ahsan, Reazul., & Quamruzzaman, & J.M. (2009). Informal Housing and Approaches towards the Low Income Society In Developing Cuntries. Univesity of South Australia. Karya Akademis: Danu Putra, Putu Jayan. (1999). Etnografi Keteraturan Kehidupan Sosial Masyarakat Miskin Yang Tinggal Di Permukiman Kumuh Liar Di Wilayah Tanah Merah Kampung Beting RW18 Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara. Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian. Tesis Universitas Indonesia. Gauzal, Muhamad. (2006). Proses Pemukiman Liar, Dinamika Sosial Dibalik Keberadaannya. FT UI - Teknik Arsitektur. Tesis Universitas Indonesia. Herlijanto, Johanes. (2002). Berjuang Melawan Diskriminasi: Studi Kasus Pada Gerakan Sosial Orang Indonesia Keturunan Tionghoa. FISIP UI - Sosiologi. Tesis Universitas Indonesia. Ngadisah. (2002). Gerakan Sosial Di Kabupaten Mimika (Studi Kasus Tentang Konflik Pembangunan Proyek Pertambangan Freeport. FISIP UI - Sosiologi. Disertasi Universitas Indonesia. Sunindyo, Saraswati. (1981). Skripsi: Kampung Sawah, Studi Eksploratif Tentang Perkampungan Liar di Jakarta. FISIP UI - Sosiologi. Skripsi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 66 Situs Web Internet: http://www.bps.go.id/ http://properti.kompas.com/index.php/read/2013/05/13/11071635/Ngeri.Harga.Ru mah.Mulai.Tak.Terkendali. http://seputar-marhaenis.blogspot.com/2012/04/perjuangan-rakyat-tanah-merahdari-aksi.html http://urb.im/blog/rtjk/130418i Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 LAMPIRAN I Pedoman Wawancara Untuk Pengurus RT & RW Tanah Merah: 1. Bagaimana proses gerakan yang selama ini terjadi di Tanah Merah? 2. Apa yang dilakukan kepengurusan RT & RW dalam proses gerakan sosial? 3. Permasalahan apa yang selama ini sering ditemui di dalam kehidupan warga tanah merah sehari-hari? 4. Bagaimana Komunikasi yang dilakukan dengan pihak pemerintah jakarta baik dari tingkat kelurahan, kecamatan dan walikota setelah pengesahan RT & RW serta penerbitan KTP bagi warga tanah merah? 5. Bagaimana kerja sama dan koordinasi antara sesama pengurus RT dan RW di kampung Tanah Merah? Pedoman Wawancara Untuk Pemimpin Organisasi di Tanah Merah: 1. Bagaimana Sejarah awal terjadinya pegerakan di Tanah Merah? 2. Apa yang menjadi dasar dan tujuan didirikannya organisasi di tanah merah? 3. Mengapa Organisasi dibutuhkan di tanah merah? 4. Bagaimana kegiatan dan program yang dilakukan organisasi selama ini? 5. Siapa yang terpilih menjadi pengurus dari organisasi dan bagaimana struktur organisasi? Pedoman Wawancara Untuk Masyarakat Warga Tanah Merah: 1.Apa yang menjadi tuntutan masyarakat selama ini? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh warga untuk mencapai tuntutan tersebut? 3. Apakah munculnya organisasi membantu warga dalam menyuarakan aspirasinya? 4. Apakah yang dirasakan warga saat sebelum dan sesudah diakui oleh pemda Jakarta? 5. Bagaimana harapan warga ke depannya mengenai tempat tinggal saat ini? xiii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 LAMPIRAN II Kantor RW 07 Kampung Tanah Merah – Jakarta Utara (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Pengunguman Mengenai Prosedur Untuk Pendataan KTP bagi warga Tanah Merah (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) xiv Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 Pak Sueb (Ketua RW 07 Kampung Tanah Merah – Kelurahan Tugu Selatan) saat selesai wawancara (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Moh. Huda Ketua FKTMB (Tengah), Herman Sekretaris FKTMB (Kanan), MochtarDiv. Advokasi(Kiri) (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) xv Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 Posko Induk Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) Pak Sugianto, Sesepuh Tanah Merah, Penggerak Gerakan Awal Tanah Merah, Ketua RW 8, Pendiri FKTMB (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis) xvi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 LAMPIRAN III Transkrip Wawancara: Informan 1: Nama Informan: Sueb Jenis Kelamin: Laki-Laki Jabatan: Ketua RW 07 Tanah Merah LokasiWawancara: Kantor RW 07 Waktu Wawancara: 28 Mei 2013 Pkl. 11.00 s/d 11.45 T: Permisi pak, selamat siang, saya dari UI sedang mengadakan penelitian mengenai tanah merah, boleh minta waktunya untuk bertanya mengenai kampung tanah merah? J: iya silahkan T: bagaimana sih kalau bapak deskripsikan tentang gerakan sosial yang terjadi kampung tanah merah selama ini? J: iya jadi pertama-tama kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pemerintah DKI Jakarta, yang telah memberikan perhatian yang luar biasa kepada warga kami, yang sudah lama menanti-nanti kesempatan ini. Artinya gerakan-gerakan atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah di lakukan oleh kawan-kawan masyarakat mendapatkan respon yang baik dari pemerintah. Kami juga tetap melakukan komunikasi kepada pemerintah sangat di sambut baik oleh pemda. Dan kami dari pengurus rt dan rw saat ini berkomitmen dengan adanya peresmian rt dan rw dan juga diterbitkannya ktp tugas kami ini ke depannya akan lebih berat. Kami akan melakukan suatu masukan kepada warga kita yang selama ini dikatakan lepas dari kesapakatan atau aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah, dengan adanya peresmian rt dan rw serta diterbitkannya ktp, kita memiliki kewajiban untuk mengikuti aturan-aturan yang sudah ada. T: tanah merah ini secara administratif terdiri dari berapa wilayah pak? J: jadi tanah merah ini terdiri atau masuk ke dalam 3 kelurahan, yakni kelurahan Tugu Selatan, Kelurahan Rawa Badak Selatan, dan Kelurahan Kelapa Gading Barat. Kalau tugu xvii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 selatan sendiri terdiri terdiri dari 1 rw yang memiliki 22 rt, kemudian di rawa badak selatan ada 3 rw yang sat ini sedang ada pemekaran, dan di rawa sengon ada satu rw. T: selama proses penerbitan ktp apakah ada masalah di lapangan pak? J: iya sejauh ini belum ada masalah yang terlalu signifikan, namun ada warga yang ber-ktp daerah dan warga yang belum ber ktp. harus mengkuti prosedur dari dukcapil, dimana harus mengisi blanko formulir sesuai dengan aturannya. Seringkali di lapangan ada warga yang mengalami kesulitan dan kesalahpahaman. Tapi kami sudah komunikasikan, dan kami akan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. T: apakah prose pemberikaan ktp akan mengarah ke e-ktp? J: sepertinya akan seperti itu karena memang program pemerintah akan menuju ke arah tersebut, jadi memang sekarang ini ada beberapa warga yang sudah memiliki ktp namun dengan alamat yang tidak benar karena proses nembak, maka harus membuat kembali ktp sesuai dengan prosedur dan data yang benar. T: bagaimana fungsi rt dan rw dalam menjembatani aspirasi warga, apakah di salurkan melalui kepengurusan rt dan rw atau turun langsung dalam melakukan gerakan sosial? J: jadi memang sebelumnya diresmikan rt dan rw, itu memang sudah terbentuk apa yang namanya rt dan rw bayangan. Jadi memang pada masa itu aspirasi warga tentang permasalahan tanah dan kependudukan diupayakan di selesaikan oleh organisasi yang ada dan gerakan dari para tokoh masyarakat, sedangkan pengurus rt dan rw menyelesiakan permasalahan yang sifatnya (06:45). xviii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xix Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xx Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxiii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxiv Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxv Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxvi Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxvii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxviii Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxix Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013 xxx Universitas Indonesia Gerakan sosial ..., Carlos Roy Fajarta, FISIP UI, 2013