BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] Pembimbing: (1) Prof. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd., (2) Drs. H. Bustanul Arifin, S.H., M.Hum. ABSTRAK: Tujuan penelitian adalah untuk (1) mendeskripsikan jenis bentukan kata dan (2) mendeskripsikan ketepatan bentukan kata dalam karangan bahasa Indonesia yang ditulis pelajar Thailand. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Tahapan dalam penelitian ini mencakup (1) pengumpulan data, (2) analisis data, dan (3) penyusunan laporan penelitian. Analisis data meliputi identifikasi, pengodean, klasifikasi, dan verifikasi data. Hasil penelitian berupa pelajar Thailand menggunakan bentukan kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk. Bentukan tersebut ada yang tepat dan ada yang tidak tepat. Kata Kunci: jenis bentukan kata, ketepatan bentukan kata, karangan pelajar Thailand, Program Darmasiswa. ABSTRACT: This research aims are (1) to describe types of word form and (2) to describe the accuracy of word form in Indonesian text written by Thai students. This research use qualitative descriptive design. The research procedurals are (1) data gathering, (2) data analyzing, and (3) description of results. Data analyze includes data identification, coding, classification, and verification. Research result is Thai students use affix words, reduplication words, and compound words. The formation word are correct and incorrect. Keywords: types of words form, accuracy of word form, Thai students write, Darmasiswa Program. Posisi Indonesia yang berada pada urutan keempat negara berpenduduk terbanyak di dunia memiliki pengaruh yang cukup besar bagi pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia. Posisi ini menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting sehingga banyak diajarkan di banyak negara di dunia. Hal ini berpengaruh pada minat orang asing untuk belajar bahasa Indonesia menjadi cukup tinggi. Untuk memudahkan orang asing belajar bahasa Indonesia, maka perlu diadakan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). BIPA merupakan sebuah wadah bagi orang non-Indonesia untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia. Program BIPA telah banyak dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri, baik di benua Asia, Eropa, Amerika, maupun Australia. Salah satu program belajar bahasa Indonesia di Asia adalah Program Darmasiswa. Program ini merupakan program non-gelar yang dilaksanakan selama satu tahun dan Vania Maherani adalah mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 2012 2 diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia. Program ini dibuka bagi seluruh mahasiswa atau pelajar asing dari berbagai negara. Program ini berisi kegiatan belajar bahasa Indonesia, seni, musik, dan kerajinan tangan. Peserta program dapat memilih sendiri universitas atau sekolah tinggi yang bergabung dalam program ini. Program Darmasiswa dimulai pada tahun 1974 dan berlangsung hingga kini (Depdiknas, 2007:2). Sasaran akhir pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (selanjutnya PBIPA) adalah terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Keterampilan tersebut meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Salah satu keterampilan yang diajarkan oleh pengajar BIPA yaitu keterampilan menulis. Tarigan (1982:5) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses perkembangan. Oleh karena itu, tulisan atau karangan pelajar asing tersebut dapat mencerminkan perkembangan kemampuan belajar bahasa. Kemampuan-kemampuan tersebut antara lain kemampuan menyusun bahan atau ide, kemampuan memanfaatkan kata, kalimat, dan contoh, kemampuan menarik minat pembaca, dan kemampuan meyakinkan pembaca. Salah satu kegiatan yang dirancang dalam pembelajaran keterampilan menulis dapat berupa menulis kalimat, menulis karangan sederhana, sampai dengan menulis makalah untuk diseminarkan dalam seminar di kelasnya (Suyitno, 2010:36). Dalam praktiknya, pelajar ditugasi menulis karangan, yakni mulai dari menulis laporan sederhana sampai dengan menulis makalah. Dalam aktivitas belajar di kelas, pengajar memberikan pelatihan menulis berupa menulis sebuah karangan tiap minggu dengan tema atau topik tertentu. Tema atau topik mingguan tersebut adalah hasil kesepakatan pengajar dan pelajar di kelas tentang hal-hal yang akan dibahas atau dipelajari di minggu berikutnya. Hasil dari proses menulis adalah tulisan atau karangan. Dalam karangan terdapat karangan atau tulisan yang memiliki gagasan dan ide tertentu. Dalam setiap karangan terdapat beberapa jenis bentukan kata yang menciptakan makna berbeda. Bentukan kata tersebut termasuk dalam kajian morfologi (Tarigan, 1989:78). Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis bentukan kata, meliputi berimbuhan, kata ulang, dan kata gabungan (Chaer, 1989:16). Afiks merupakan hasil dari afiksasi atau pengimbuhan. Kata ulang berasal dari reduplikasi atau pengulangan, sedangkan kata majemuk merupakan hasil dari pemajemukan atau komposisi. Setiap bentuk dasar kata harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses pemajemukan agar dapat digunakan dalam kalimat atau tuturan tertentu (Chaer, 2003a:169). Proses afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan termasuk dalam proses morfologis atau proses pembentukan kata. Afiksasi bukan hanya sekedar perubahan bentuk kata saja, tetapi juga pengubahan leksem menjadi kata kompleks. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Reduplikasi atau perulangan adalah sebuah proses morfologis untuk membentuk morfem baru dengan melakukan pengulangan sehingga memunculkan morfem ulang. Pemajemukan atau komposisi merupakan sebuah proses penggabungan leksem menjadi satu kata, yakni kata majemuk. Pemajemukan atau komposisi adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem 3 dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru (Chaer, 2003a:185). Penelitian ini difokuskan pada bentukan kata yang digunakan pelajar Thailand Program Darmasiswa. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menitikberatkan pada bentukan kata dalam karangan bahasa Indonesia yang ditulis pelajar Thailand sebagai salah satu petunjuk pemerolehan bahasa kedua pelajar asing. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentukan kata yang digunakan pelajar dalam karangan bahasa Indonesia Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM Tahun 2010-2011 dan ketepatan bentukan kata dalam karangan bahasa Indonesia yang ditulis pelajar Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM Tahun 2010-2011. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2006:35), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa, bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Setiyadi (2006:219), penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari manusia dan perilakunya yang dapat diamati sehingga tujuan dari penelitian ini adalah pemahaman individu tertentu dan latar belakangnya secara utuh. Penelitian ini dilaksanakan di CIS-BIPA Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dilakukan di kelas (klasikal) selama Program Darmasiswa CISBIPA UM berlangsung. Waktu penelitian antara bulan September sampai Desember tahun 2010.Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pelajar Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM tahun 2010-2011 yang berjumlah 4 orang. Keempat pelajar tersebut termasuk dalam tingkat menengah (intermediate). Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data tertulis, yakni berasal dari jurnal mingguan yang ditulis selama pembelajaran berlangsung. Adapun data dalam penelitian ini adalah bentukan kata dalam karangan bahasa Indonesia pelajar Thailand. Data bentukan kata terdiri atas kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan tabel panduan analisis data. Tahapan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data (identifikasi data, pengodean, klasifikasi data), mengecek keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, dan penyajian data. Selanjutnya, peneliti menyusun laporan penelitian, konsultasi dengan pembimbing, penggandaan (sementara). Kemudian peneliti mengajukan laporan penelitian dan konsultasi. Peneliti mempertahankan dalam ujian laporan penelitian yang dilanjutkan dengan pembenahan atau revisi. Terakhir, peneliti melakukan penggandaan akhir laporan penelitian. 4 HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Jenis Bentukan Kata Berdasarkan hasil analisis data, data yang berupa bentukan kata meliputi (1) kata berafiks, (2) kata ulang, dan (3) kata majemuk. Bentukan kata berafiks meliputi bentukan kata berprefiks, sufiks dan konfiks. Bentukan kata berprefiks terdiri atas kata dengan prefiks ber-, meN-, di-, peN-, se-, dan ter-. Bentukan kata dengan sufiks meliputi sufiks -an dan -wan. Sedangkan bentukan kata berkonfiks meliputi kata berkonfiks di-i, di-kan, ke-an, meN-kan, meN-i, memper-kan, peNan, dan per-an. Bentukan kata ulang ditemukan dalam karangan pelajar Thailand. Bentukan kata ulang tersebut meliputi kata ulang utuh, kata ulang berimbuhan, dan kata ulang semu (bukan kata ulang sebenarnya). Tidak terdapat bentukan kata ulang berubah bunyi dan kata ulang sebagian pada karangan pelajar Thailand. Terakhir, bentukan kata majemuk yang digunakan oleh pelajar Thailand meliputi bentukan kata majemuk dengan kelas kata verba – nomina (KK + KB), verba – adjektiva (KK + KS), dan nomina – adjektiva (KB + KS). Hasil Penelitian Ketepatan Bentukan Kata Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa pelajar Thailand dapat menggunakan bentukan kata dengan tepat dan tidak tepat. Kriteria yang digunakan ada lima poin, yaitu (1) benar, (2) cermat, (3) tepat, (4) lazim, dan (5) serasi (Soedjito dan Djoko, 2011:47-56). Bentukan kata yang tepat misalnya pada penggunaan bentukan kata ulang “Meskipun dia adalah dosen saya, tetapi dia masih mudah, Maka dia dipanggil Mas oleh murid-murid di kelasnya”. Bentukan kata ulang utuh muridmurid merupakan bentukan yang tepat. Kata ulang murid-murid dibentuk dengan cara menggabungkan morfem pada bentuk dasarnya, yaitu bentuk dasar nomina murid digabungkan dengan morfem ulang atau {R} menjadi murid-murid dan membentuk makna „banyak murid atau lebih dari satu murid‟. Bentukan kata tersebut tepat karena sesuai dengan kaidah tata bahasa, menghasilkan hubungan makna yang kontekstual, dan ada dalam kenyataan berbahasa. Bentukan kata yang tidak tepat misalnya pada “ Setelah itu mereka satu pada mengangkat papan dinding dan megambil palu dan dipakukan”. Bentukan kata megambil tidak memenuhi syarat kebenaran dan kelaziman. Pada bentukan tersebut, perubahan fonem /N/ menjadi // pada afiks meN- tidak terjadi. Bentukan yang tepat yakni mengambil, terdiri dari morfem {meN-} dan {ambil} yang mengalami proses morfologis berupa afiksasi. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Jenis Bentukan Kata Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pelajar Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM tahun 2010-2011 dapat menggunakan beragam jenis bentukan kata. Total jumlah bentukan kata yang digunakan pelajar asing yaitu 22 jenis bentukan. Bentukan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni 1) bentukan kata berafiks, 2) bentukan kata ulang, dan 3) bentukan kata majemuk. Keberagaman jenis bentukan kata dalam karangan pelajar Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM merupakan informasi yang dapat dijadikan sebagai petunjuk perkembangan belajar bahasa Indonesia mereka. Suyitno (2008:38) menyatakan bahwa pada tingkat kemampuan menengah (intermediate) 5 pelajar asing diberikan materi bahasa, di antaranya afiksasi (meN-, meN-kan, meN-i, se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-, ter-, dan peN-, peN-an, per-an, ber-an, memper-kan, member-kan). Pelajar Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM yang menjadi subjek penelitian ini termasuk dalam tingkat menengah (intermediate). Pelajar Thailand dapat menggunakan bentukan kata berprefiks ber- yang digabungkan dengan bentuk dasar verba (KK), adjektiva (KS), numeralia (KBil), dan nomina (KB). Semuanya berfungsi untuk membentuk verba (KK). Pelajar Thailand juga menggunakan prefiks meN- yang digabungkan dengan bentuk dasar verba (KK) dan nomina (KB). Keduanya berfungsi untuk membentuk kata kerja. Selanjutnya, prefiks di- juga digabungkan dengan bentuk dasar verba (KK). Fungsinya untuk membentuk verba pasif (KK). Prefiks peN- digabungkan pelajar Thailand dengan bentuk dasar verba (KK). Prefiks peN- berfungsi untuk membentuk nomina (KB). Prefiks se- digabungkan dengan bentuk dasar nomina (KB). Fungsinya untuk membentuk numeralia (KBil). Terakhir, pelajar Thailand dapat menggunakan bentukan kata berprefiks ter- yang digabungkan dengan bentuk dasar adjektiva (KS) dan verba (KK). Keduanya berfungsi untuk membentuk verba pasif (KK). Bentukan kata bersufiks –an dan –wan juga dapat digunakan pelajar Thailand Program Darmasiswa. Sufiks –an digunakan pelajar Thailand dengan menggabungkan dengan bentuk dasar verba (KK) dan nomina (KB). Fungsinya untuk membentuk nomina (KB). Pelajar Thailand juga dapat menggunakan bentukan kata bersufiks –wan yang digabungkan dengan bentuk dasar verba (KK). Fungsinya untuk membentuk nomina (KB). Pelajar Thailand juga dapat menggunakan bentukan kata berkonfiks. Konfiks di-i digunakan pelajar Thailand dengan menggabungkannya dengan bentuk dasar verba (KK) dan adjektiva (KS). Keduanya berfungsi untuk membentuk verba pasif (KK). Konfiks di-kan digunakan pelajar Thailand dengan menggabungkannya dengan bentuk dasar nomina (KB), verba (KK), dan adjektiva (KS). Ketiganya berfungsi untuk membentuk kata verba pasif (KK). Pelajar Thailand juga menggunakan bentukan kata berkonfiks ke-an yang digabungkan dengan nomina (KB). Konfiks ke-an berfungsi untuk membentuk nomina (KB). Konfiks meN-kan digabungkan dengan bentuk dasar adjektiva (KS), nomina (KB), dan verba (KK). Ketiganya berfungsi untuk membentuk verba intransitif (KK). Pelajar Thailand dapat menggabungkan konfiks meN-i dengan bentuk dasar adjektiva (KS), verba (KK), nomina (KB). Ketiganya berfungsi untuk membentuk verba (KK). Pelajar Thailand dapat menggabungkan konfiks memper-kan dengan bentuk dasar nomina (KB). Fungsinya untuk membentuk verba (KK). Konfiks peN-an digabungkan dengan bentuk dasar nomina (KB) dan verba (KK). Fungsinya untuk membentuk nomina (KB). Terakhir, pelajar Thailand dapat menggabungkan konfiks per-an dengam bentuk dasar nomina (KB) dan verba (KK). Keduanya berfungsi untuk membentuk nomina (KB). Selain kata berafiks, pelajar Thailand juga dapat menggunakan bentukan kata ulang. Bentukan kata ulang utuh terbentuk dari pengulangan bentuk dasar nomina (KB) dan verba (KK). Bentukan kata ulang sebagian terbentuk dari pengulangan bentuk dasar adjektiva dengan prefiks ber-. Pengulangan bentuk dasar adjektiva (KS) dan nomina (KB) dapat membentuk kata ulang semu. 6 Bentukan kata majemuk terdapat dalam karangan pelajar Thailand Program Darmasiswa. Bentukan kata majemuk tersebut dibentuk dengan menggabungkan dua bentuk dasar. Pelajar Thailand dapat menggunakan bentukan kata majemuk dengan menggabungkan dua bentuk dasar berkelas kata verba – nomina (KK + KB), verba – adjektiva (KK + KS), dan nomina – adjektiva (KB + KS). Dapat dijelaskan bahwa jenis bentukan kata yang digunakan pelajar Thailand bermacam-macam (beragam). Keberagaman bentukan kata yang digunakan telah sesuai dengan tingkat kemampuan mereka yakni tingkat menengah (intermediate). Hal tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk pemerolehan bahasa Indonesia pelajar Thailand. Ketepatan Bentukan Kata Bentukan kata yang digunakan pelajar Thailand ada yang tepat dan ada yang tidak tepat. Kriteria ketepatan dan ketidaktepatan menurut Soedjito dan Djoko (2011:47-56) ada lima poin, yaitu (1) benar, (2) cermat, (3) tepat, (4) lazim, dan (5) serasi. Ketidaktepatan bentukan kata termasuk dalam kesalahan pada tataran morfologis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Chaer (2003b:136) bahwa kesalahan pada tataran morfologis, misalnya kesalahan terjadi dalam pembentukan kata dengan menggunakan afiks-afiks tertentu pada dasar-dasar tertentu. Selama proses pembelajaran bahasa kedua, bagi orang asing khususnya pelajar Thailand sangat sukar menebak kapan harus menggunakan suatu afiks tertentu pada bentuk dasar tertentu karena memang sampai saat ini belum ada buku yang menjelaskan cara penggunaan afiks-afiks itu (Chaer, 2003b:137-138). Pelajar asing mampu menggunakan bentukan kata berafiks dengan tepat. Namun, kesalahan (ketidaktepatan) penggunaan bentukan kata berafiks pada pelajar asing juga terjadi. Bentukan kata berafiks meliputi bentukan kata berprefiks, bersufiks, dan berkonfiks. Penggunaan bentukan kata berafiks yang tepat banyak terdapat pada prefiks ber-, peN-, dan ter-, sufiks –an, sufiks -i dan – wan, serta konfiks di-i, ke-an, meN-kan, meN-i, dan memper-kan. Sementara itu, bentukan kata berafiks yang tidak tepat banyak terdapat pada prefiks meN-, di-, dan se-, sufiks –i, serta konfiks di-kan, peN-an, dan per-an. Ketepatan bentukan kata ulang adalah pelajar Thailand Program Darmasiswa dapat menggunakan bentukan kata ulang dengan tepat. Namun, pelajar Thailand juga tidak mampu menggunakan bentukan kata ulang dengan tepat sehingga menimbulkan kesalahan. Bentukan kata ulang terdiri atas bentukan kata ulang utuh, kata ulang sebagian, dan kata ulang semu. Bentukan kata ulang yang digunakan pelajar Thailand tersebut tepat banyak terdapat pada kata ulang semu, sedangkan bentukan kata ulang yang digunakan pelajar Thailand tersebut tidak tepat banyak terdapat pada kata ulang utuh. Pelajar Thailand dapat menggunakan bentukan kata majemuk dengan tepat. Namun, ketidaktepatan (kesalahan) penggunaan bentukan kata majemuk juga terjadi. Bentukan kata majemuk yang benar banyak terdapat pada kata majemuk dengan bentuk dasar verba – nomina (KK + KB) dan verba – adjektiva (KK + KS). Bentukan kata majemuk yang tidak tepat banyak terdapat pada nomina – nomina (KB + KB) dan nomina – adjektiva (KB + KS). Berdasarkan penggunaan bentukan kata dalam karangan pelajar Thailand dapat disimpulkan dugaan bahwa terjadi ketidaktepatan penggunaan bentukan 7 kata atau kesalahan morfologis yang disebabkan oleh error. Kesalahan ini merupakan sebuah penyimpangan dari tata bahasa penutur asli dewasa yang mencerminkan kompetensi pembelajar (Brown, 2007:283). Selain error, ketidaktepatan bentukan kata juga disebabkan adanya transfer negatif, yakni hambatan yang berupa terjadinya intrusi atau transfer kaidah-kaidah bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, terutama apabila bahasa pertama memiliki kaidah-kaidah yang berbeda dengan kaidah dalam bahasa kedua (Arifuddin, 2010:115). Perbedaan struktur atau kaidah bahasa pertama pelajar Thailand (bahasa Thai) dan bahasa target mereka (bahasa Indonesia) menyebabkan pelajar mengalami kesulitan dan membuat kesalahan morfologis yaitu ketidaktepatan penggunaan bentukan kata. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa jenis bentukan kata yang digunakan pelajar Thailand bermacam-macam (beragam). Bentukan tersebut terdiri dari bentukan kata berafiks (berimbuhan), kata ulang, dan kata majemuk. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa pelajar Thailand Program Darmasiswa CIS-BIPA UM Tahun 2010-2011 menggunakan bentukan kata yang tepat dan tidak tepat. Ketidaktepatan tersebut meliputi ketidakbenaran (tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa), ketidaklaziman (belum diterima oleh umum), dan ketidakserasian (tidak sesuai dengan konteks kalimat). Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan saran untuk pengajar BIPA dan tutor BIPA. Saran untuk pengajar BIPA agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai pedoman penyusunan materi pembelajaran dan pemajanan bahasa Indonesia agar kesalahan (ketidaktepatan) yang terjadi dapat dikurangi. Selanjutnya, saran ditujukan kepada tutor BIPA untuk memetakan kesalahan (ketidaktepatan) yang muncul dari pelajar asing, kemudian mencari tahu penyebabnya dan mengoreksi kesalahan tersebut dengan menggunakan etika yang tepat. DAFTAR RUJUKAN Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Press. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian – Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Pearson Education. Chaer, Abdul. 1989. Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah. Chaer, Abdul. 2003a. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2003b. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdiknas. 2007. Darmasiswa – Indonesian Scholarship Program. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Setiyadi, Ag. Bambang. 2006. Metode Penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. 8 Soedjito dan Djoko Saryono. 2011. Kosakata Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing. Suyitno, Imam. 2008. Pembelajaran BIPA: Isu Strategis Implikasinya dalam Pembelajaran BIPA. Malang: UM. Suyitno, Imam. 2010. Pengembangan Materi Pembelajaran BIPA Berdasarkan Tujuan Belajar Pelajar Asing. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing pada Fakultas Sastra, Malang, 30 September. Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi LAN Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 1989. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.