Kanker getah bening (Limfoma) dan Transfer Factor Kanker getah bening atau sering disebut juga dengan limfoma merupakan penyakit kanker yang menyerang bagian sel darah putih dan akan mengumpul di bagian kelenjar getah bening. Sel tersebut cepat membelah diri dan tumbuh secara tidak terkontrol. Makanya sering kali penyakit ini mengeluarkan benjolan-benjolan pada bagaian kelenjar getah bening. Pembesaran kelenjar getah bening 55% sering berada pada daerah kepala dan leher. Penyakit Limfoma dapat menyerang disegala usia, namun lebih sering menyerang usia tua 65 tahun. Karena limfosit beredar ke seluruh bagaian tubuh, jadi selain pada kelenjar getah bening letak yang sangat suka terkena Limfoma adalah bagian limpa dan sumsum tulang. Selain itu dapat pula terbentuk pada perut, hati/yang jarang sekali pada otak. Pada umumnya lebih dari satu bagiandalam tubuh yang terserang oleh penyakit tersebut. Limfoma di otak/di urat saraf tulang belakang disebut limfoma susunan saraf pusat (SSP). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Limfoma Hodgkin Limfoma Hodgkin, juga diketahui sebagai penyakit Hodgkin, adalah tipe limfoma yang pertama kali dideskripsikan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Secara klinis, Limfoma Hodgkin dikarakterisasikan dengan penyebaran penyakit melalui satu grup nodus limfa menuju lainnya dan dengan perkembangan gejala B dengan penyakit yang sudah jauh berkembang. Secara pathologi, penyakit ini dikarakterisasikan oleh kehadiran sel Reed-Sternberg. Limfoma Hodgkin adalah salah satu dari kanker pertama yang dapat disembuhkan oleh radiasi. Nantinya limfoma Hodgkin merupakan salah satu yang pertama kalinya dapat disebuhkan oleh kombinasi kemoterapi. Rata penyembuhan sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat disembuhkan. Non-Hodgkin limfoma Non-Hodgkin limfoma (NHLs) adalah kelompok beragam kanker darah yang mencakup setiap jenis limfoma Hodgkin limfoma, kecuali Jenis NHL bervariasi secara signifikan dalam keparahan mereka, dari indolen sampai yang sangat agresif. Limfoma non-Hodgkin diklasifikasikan menurut penelitian 1982 yang mengakui 16 jenis. Perumusan penelitian kini dianggap usang, dan klasifikasi yang umum digunakan terutama untuk perbandingan statistik dengan dekade sebelumnya. Kurang agresif limfoma non-Hodgkin yang kompatibel dengan kelangsungan hidup jangka sementara lebih agresif, limfoma non Hodgkin dapat dengan cepat berakibat fatal tanpa pengobatan. Tanpa mempersempit, label adalah kegunaan yang terbatas bagi pasien atau dokter. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma non Hodgkin. Follicular lymphoma Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium : Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak. Apa penyebab Limfoma ? Dokter tidak selalu bisa menjelaskan mengapa ada orang yang mengidap limfoma sedangkan orang lain terhindar dari penyakit ini. Namun, kita tahu bahwa orang dengan faktor-faktor risiko tertentu lebih besar kemungkinannya terkena limfoma. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah (misalnya gangguan autoimmune), atau menderita infeksi tertentu (misalnya virus Human immunodeficiency, HIV) memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi terkena penyakit limfoma non-Hodgkin ini. Meskipun limfoma non-Hodgkin bisa terjadi pada orang muda, tapi kemungkinan terkena penyakit ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar orang dengan limfoma non-Hodgkin berusia lebih dari 60 tahun. Gejala Limfoma Non-Hodgkin dapat menyebabkan berbagai gejala : Kelenjar getah bening yang bengkak di leher, ketiak atau selangkangan tapi tidak ada rasa sakit Kehilangan berat badan tanpa alasan Demam Keringat bercucuran saat malam Batuk-batuk, sukar bernafas, atau nyeri di dada Lemah dan letih yang tidak kunjung sembuh Nyeri, bengkak atau merasa begah di perut Umumnya, gejala-gejala ini bukan akibat kanker. Masalah kesehatan lainnya juga bisa menyebabkan gejala seperti ini. Orang yang mengalami gejala ini harus ke dokter untuk didiagnosis dan dirawat sedini mungkin. 4Life Transfer Factor paling efektif meningkatkan efektifitas NK-Sel untuk melawan kanker getah bening Penelitian terbaru menunjukkan bahwa system immune yang baik dapat melawan sel-sel kanker, salah satu sel dalam system immune tubuh adalah namanya NK sel (Nature Killer-sel). NK sel ini bertugas melawan sel-sel kanker dalam tubuh, tetapi permasalahan yang timbul adalah tidak semua system immune dalam tubuh kita bekerja dalam tingkat optimal. Faktor yang mempengaruhi karena molekul transfer factor dalam tubuh kita berkurang atau melemah. Padahal hanya molekul transfer factor yang memberikan informasi dan mendidik system immune dalam tubuh. Kalau molekul transfer factor berkurang atau melemah mengakibatkan tidak berfungsinya secara maksimal system immune tubuh. Beruntunglah kini dapat dijumpai molekul transfer factor buatan manusia yang terbuat dari ekstrak colostrum dan kuning telur yang efektif meningkatkan efektifitas NK-sel dalam melawan sel kanker. Penelitian independent selama 7 tahun menunjukkan bahwa transfer factor paling efektif meningkatkan kemampuan NKsel yang secara langsung mampu melawan sel-sel kanker dalam tubuh. Apa itu Transfer Factor ? Transfer Factor adalah bagian molekul paling unik didalam tubuh Anda. Ia membawa pesan penting untuk selsel kekebalan atau imun ke seluruh tubuh, membantu sistem imun berjuang lebih keras dan lebih efektif untuk menjaga Anda tetap dalam keadaan baik. Transfer factors adalah molekul kecil berukuran 3,500-6,000 kDa berat molekul, terdiri dari oligoribonucleotides yang melekat pada molekul peptida. Dahulu, molekul ini hanya didapat dari proses dialisa (pemecahan) sel darah putih, tapi sekarang dapat disarikan dari bovine colostrum. Mereka diproduksi oleh sel limfosit-T dan dapat mentransfer kemampuan untuk mengenal pathogen kepada sel yang belum pernah kontak dengan pathogen tersebut (fungsi memori). Mereka juga memperkuat kemampuan sistem imun untuk bereaksi (fungsi inducer/perangsang) terhadap pathogen. Transfer factor memungkinkan sel-T lebih mengenal terhadap pathogen. Di sisi lain, Transfer Factor bisa bertindak sebagai produk gen yang membantu sel-T lain menyerang. Mekanisme kerja Transfer Factor terhadap kanker Transfer Factor memberikan kepintaran kepada sistem imun dalam tiga cara penting, yaitu : Mendidik. Transfer factor membantu sel imun mengidentifikasi invasi kuman, virus, bakteri, jamur, sel kanker lebih cepat. Merangsang. Transfer factor membantu mempercepat respon sistem imun tubuh terhadap penyerbu setelah diidentifikasi (immune stimulator). Menenangkan. Transfer Factor mengingat susunan spesifik dan setiap kuman, virus, bakteri, jamur, sel kanker yang telah dikalahkan oleh sistem imun Anda, sehingga apabila ia kembali lagi, tubuh Anda tahu persis apa itu, dan apa yang harus dilakukan (immune modulator). Terapi dengan Transfer Factor meningkatkan responsif NK-sel untuk menghancurkan sel-sel abnormal seperti tumor dan kanker. Sebelum kita mengerti kegunaan/fungsi transfer factor, sangat penting bila kita mengerti dulu tentang paradigma sel TH1 helper/TH2 helper. Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel. Sel TH1, mengatur imunitas seluler (cell-mediated immune), memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-gamma, and TNF-alpha. Sel TH2 cells, mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody, memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13. Jika anda telah mengerti dan familiar dengan keadaan fenotip dominan TH1/TH2 pada seseorang, anda dapat lebih mudah mengidentifikasi kondisi tubuh atau kondisi penyakit pada orang tersebut dan membuat terapi yang tepat. Respon sel imun seluler atau sel-TH1 helper sangat penting terhadap kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap berbagai serangan virus, jamur, parasit, kanker, dan organisme intraselular. Imunitas seluler dapat dites dengan : 1. 2. 3. 4. Skin tests-delayed hypersensitivity skin testing; Response to non-specific mitogens, such as phytohemagglutinin (PHA), concavalina, or pokeweed mitogens; Response to specific mitogens, such as diptheria, tetanus, or candida; Response to alloantigens-mixed lymphocyte reaction 5. 6. 7. 8. 9. 10. T-cell subsets; IL-2R NK cell level; NK cell activity; IL1 assay; and IL2 and interferon gamma, and other Cytokines Karena kanker berhubungan dengan kondisi defisiensi/penurunan kondisi TH1, transfer factor harus dipertimbangkan pada terapi peningkatan imun pasien kanker. Faktor-faktor yang dapat menurunkan imunitas seluler/TH1 dan terjadi peningkatan dominant-TH2 adalah: umur, perawatan kanker yang sitotoksik, stress setelah pembedahan, penyakit metastatis, dll. Cell-mediated immunity (CMI) dapat menjadi predictor tingkat morbiditas dan mortalitas pada usia di atas 60 tahun. Pada pasien dengan liver metastases atau colon rectal carcinoma, CMI adalah faktor prediksi seseorang dapat bertahan atau tidak. Penurunan imunitas seluler seiring dengan peningkatan sirkulasi imun kompleks, mengindikasikan buruknya prognosis pada pasien kanker. Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien dengan kanker kulit multiple terdapat kerusakan/penurunan CMI. Pada penelitian pasien kanker rahim, yang dibandingkan dengan grup control, mereka yang menjalani kemoterapi terjadi penurunan pada parameter imunnya (seperti, penurunan cell-mediated immunity), sementara grup yang menerima immunotherapy (dalam hal ini, thymopeptin) parameter imunnya berada dalam batas normal. Penurunan imunitas pada pasien kanker, menyebabkan mereka mudah terkena infeksi oleh berbagai virus, seperti herpes zoster and cytomegalovirus (CMV). Infeksi terjadi sebagai akibat dari terapi cytotoxic therapy dan defisiensi imunitas seluler / TH1. Kondisi dominant-TH1, ditandai dengan peningkatan jumlah IL-2 dan IFNgamma, bertindak sebagai stimulator imun dan membatasi pertumbuhan tumor. Sebaliknya, kondisi dominantTH2, ditandai dengan IL-4 and IL-10 cytokines, bertindak sebagai penghambat imun dan menstimulasi pertumbuhan tumor. Perkembangan HIV menjadi infeksi HHV8 disertai Kaposi sarcoma, ulcerative colitis, berkembangnya kanker kolon, obesitas, dan peningkatan kejadian terjadinya karsinoma, semuanya adalah berhubungan dengan peningkatan kondisi TH2 (dan penurunan kondisi TH1). Studi menunjukkan bahwa pergeseran kondisi menjadi dominant-TH2 terjadi sebelum transformasi kanker. Ketika sel kanker tumbuh, sel menjadi semakin hypoxic. Hal ini menyebabkan imunitas seluler lebih tertekan, dan terjadi penurunan daya tahan. Studi menunjukkan bahwa respon imun TH2 berhubungan dengan kondisi proangiogenesis, yang memfasilitasi pertumbuhan kanker. Transfer factor menunjukkan kemampuan memperbaiki imunitas seluler pada pasien yang mengalami penurunan imunitas. Karena Transfer Factor dapat meningkatkan imunitas seluler atau TH1, maka ia sangat menolong pada kondisi seperti ini. Sebagai contoh, dengan memerintahkan cell-mediated immunity melawan pengganggu dan antigen spesifik pada jaringan prostate, Transfer Factor sangat efektif pada perawatan Kanker prostate yang sudah metastasis pada stadium D3 hormone-unresponsive. Follow-up menunjukkan peningkatan rata-rata hidup pada 50 pasien, dengan penyembuhan total pada 2 pasien, kemungkinan sembuh pada 6 pasien, dan tidak terjadinya metastasis pada semua pasien. Penggunaan Transfer factor menunjukkan perbaikan pertahanan sebagai suatu hal penting untuk menghentikan perkembangan sel kanker. Hasil test laboratorium*) secara independent menemukan bahwa Transfer Factor Plus 800% lebih kuat dari berbagai zat nutrisi lainnya yang ditemukan dalam berbagai literature nutrisi maupun medis, sehingga sangat efektif meningkatkan efektifitas NK-sel dalam melawan kanker Transfer Factor*) 30 x lebih kuat dari Alfalfa, Maca, Propolis, Ginseng dan Green tea 29 x lebih kuat dari Noni dan Aloe Vera 19 x lebih kuat Colostrum 15 x lebih kuat dari Cordyceps 8 x lebih kuat dari Lingzhi atau Gano (* Sumber: Jeunesse Inc. – Institute of Longevity Medicine, California, USA) Pendapat para praktisi medis tentang Transfer Factor Saya seorang dokter kanker, saya mendorong pasien saya yang menjalani kemoterapi dan terapi radiasi mengkonsumsi Transfer Factor, ini membantu memodulasi system kekebalan. Saya mempunyai pasien dengan infeksi herpes kronis yang mengkonsumsi Transfer Factor dan melaporkan perbaikan. “Transfer Factor adalah produk berbasis ilmu pengetahuan dengan data yang sangat baik dari berbagai peneliti.” Duane Townsend, MD. “Transfer Factor adalah terobosan yang paling menjanjikan dalam perawatan kesehatan. Kita baru saja memulai mengeksplorasi semua potensi Transfer Factor, Neuriceuticals seperti Transfer Factor adalah gelombang masa depan” Dr. Victor Tutelian, MD, MPH. “Transfer Factor adalah produk yang paling menarik untuk system kekebalan yang pernah saya lihat dalam 18 tahun saya mempraktekan kedokteran. Hal ini benar-benar merevolusi praktek saya, khususnya dalam hal penyakit kronis.” Dr. Kenneth Singleton, MD, MPH.