BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Pemasaran Kebanyakan orang mungkin menempatkan komunikasi pemasaran berada di bawah periklanan dan promosi, namun pada perkembangannya saat ini, komunikasi pemasaran muncul sebagai suatu bentuk komunikasi yang lebih kompleks dan berbeda. Pada akhirnya, banyak akademisi dan praktisi mendefinisikan komunikasi pemasaran yaitu semua elemen-elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target audience pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran.33 Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.34 William G. Nickels dalam bukunya Marketing Communication and Promotion (1984) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai berikut: proses pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.35 Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan menggunakan bauran promosi (promotion mix) yaitu : iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) serta pemasaran langsung (direct marketing).36 33 Prisgunanto, Ilham. Komunikasi Pemasaran: Strategi & Taktik Dilengkapi Analisis SOSTAC & STOP-SIT. Jakarta: Ghalia, 2006, hal 8. 34 Fandi Tjipto.Strategi Pemasaran (jilid III).Yogyakarta: Andi, hal 219. 35 Purba, Amir dkk.Pengantar Ilmu Komunikasi.Medan: Pustaka Bangsa Press, 2006, hal 126. 36 Ibid. 127 . 11 12 Banyak ahli yang sepakat bahwa konsep inti komunikasi pemasaran adalah pertukaran (exchange). Alasan yang mendasari bahwa konsep inti pemasaran adalah pertukaran yaitu bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan satu individu dengan individu yang lainnya merupakan pertukaran. Tidak ada individu yang mendapatkan sesuatu tanpa memberikan sesuatu baik langsung ataupun tidak langsung. Alasan terjadinya pertukaran adalah untuk memuaskan kebutuhan. Pertukaran yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung memerlukan komunikasi yang membawa peran. Dengan demikian komunikasi memegang peranan penting dalam proses pertukaran. Pada tingkat dasar komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari akan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat berusaha membujuk konsumen agar berhasrat masuk dalam hubungan pertukaran (exchange relationship) pada pemasaran. Peran lain dari komunikasi adalah untuk membedakan (differenting) produk yang ditawarkan oleh satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya ini dilakukan dengan mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan berbeda dengan produk lainnya yang sejenisnya. 2.2. Periklanan Advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Menurut Dunn dan Barban, 1978, iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non-komersial, maupun pribadi yang berkepentingan. Menurut Masyarakat Periklanan Indonesia, iklan adalah bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Iklan mengandung enam prinsip dasar (Pengantar Periklanan, Rendra Widyatama) : Adanya pesan tertentu, dilakukan oleh komunikator (sponsor), dilakukan dengan cara non personal, disampaikan pada khalayak tertentu, dalam 13 penyampaian tersebut dilakukan dengan cara membayar, dan penyampaian pesan tersebut mengharapkan dampak tertentu. Menurut Frank Jefkins37, iklan bertujuan untuk mempersuasi orang agar membeli produk yang diiklankan tersebut. Sedangkan menurut Durianto, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Iklan sendiri menurut McCarthy pada dasarnya merupakan bagian dari bauran pemasaran (marketing mix), khususnya tercakup dalam bauran promosi (promotion mix). Seperti yang kita ketahui bahwa bauran pemasaran terdiri dari komponen-komponen 4 P yaitu: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 2.3. Kemasan Kemasan dapat didefinisikan sebagai keseleruhan tampilan fisik dari sebuah produk, termasuk desain, warna, bentuk dan material pembuatnya. Selain itu menurut Tom Duncan38 kemasan merupakan pembawa pesan tentang produk, kemasan adalah pembawa pesan terakhir yang dilihat oleh konsumen. Sedangkan pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk.39 Pada dasarnya kemasan hanya mempunyai fungsi utama untuk melindungi produk pada saat dikirim dari pabrik menuju pusat distribusi atau pengecer.40 Tetapi seiring dengan berkembangnya fungsi dari kemasan yang tidak hanya lagi sebagai wadah untuk melindungi maka fungsi dari kemasan pun berubah. Fungsi kemasan saat ini telah berkembang menjadi fungsi yang lebih luas seperti fungsi komunikasi, kreatif dan pemasaran.41 Bahkan menurut Jim 37 Jefkins, F.Periklanan.Jakarta: Penerbit Erlangga, hal 16. Duncan, Tom.Integrated Marketing Communication : Using Advertising and Promotion to Build Brands.New York: McGraw-Hill, 2002, hal 481. 39 Kotler,Philip.Principles of Marketing.New Jersey: Prentice-Hall A Division of Simon & Schuster Inc, Englewood Cliff ,1986, hal 457. 40 Globe, Marc. Emotional Branding. New York: Allworth Press, 2003, hal 212. 41 Cenadi, Christine Suharto. "Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran." Jurnal Nirmana Vol. 2, 2000: 92-103. 38 14 Blythe42, fungsi kemasan produk adalah untuk menambah nilai produk tersebut dengan dapat dijadikan sebagai tempat, mainan, atau bahkan sebagai penghias ruangan oleh konsumennya. Menurut Paul C. Peter dan Jerry Olson43, fungsi utama kemasan produk antara lain : 1. Melindungi produk meskipun banyak terjadi perpindahan jalur distribusi menuju ke tempat yang mampu dijangkau konsumen 2. Kemasan harus ekonomis dan tidak membuat produk menjadi lebih mahal secara signifikan 3. Kemasan harus memberikan kemudahan bagi konsumen dalam penyimpanan produk dan penggunaannya 4. Kemasan harus secara efektif mempromosikan produk itu sendiri kepada konsumen Keuntungan yang diberikan sebuah kemasan menurut Berkowitz44 dikategorikan dalam tiga hal, yaitu : 1. Communication benefits, merupakan keuntungan utama yang diberikan sebuah kemasan produk karena kemasan mengandung informasi seperti instruksi menggunakan produk ataupun bahan yang terkandung di dalamnya 2. Functional benefits, memiliki peran fungsional, seperti kenyamanan, proteksi, dan penyimpanan 3. Perceptual benefits, kemasan juga bermanfaat dalam menanamkan persepsi tertentu di dalam benak konsumen. Kemasan yang baik dan yang akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut45 : 42 Blythe, Jim. Marketing Communication. England: Prentice Hall, 2000, hal 130. J. Paul Peter, Jerry C. Olson. Consumer Behavior & Marketing Strategy. New York: McGrawHill, 2005, hal 410. 44 Eric N. Berkowitz, Roger A. Kerin, William Rudelius. Marketing. Missouri: Times Mirror/Mosby College Publishing, 1986, hal 274. 45 Wirya, Irwan.Kemasan yang Menjual.Jakarta: PT. Gramedia Pusta Utama, 1999, hal 8. 43 15 1. Faktor pengamanan Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. 2. Faktor ekonomi Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. 3. Faktor pendistribusian Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Pada tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan. 4. Faktor komunikasi Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. 5. Faktor ergonomi Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. 6. Faktor estetika Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal. 16 7. Faktor identitas Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang lain 8. Faktor promosi Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru. 9. Faktor lingkungan Saat ini masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari sorotan masyarakat. Oleh karena itu penggunaan bahan kemasan juga harus mempertimbangkan dampak penggunaannya terhadap lingkungan sekitar, seperti memilih menggunakan bahan yang dapat dengan mudah didaur ulang dan diuraikan oleh alam. Bauran dari berbagai faktor fungsional ini meliputi daya tarik praktis dan daya tarik visual. Menurut Irwan Wirya46, daya tarik pada kemasan terbagi menjadi dua, yaitu daya tarik visual atau estetika dan daya tarik praktis atau fungsional : a. Daya tarik visual mencakup penampilan kemasan seperti unsur grafis yang menciptakan suatu kesan. Unsur grafis tersebut antara lain adalah : warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak. b. Daya tarik praktis merupakan efektifitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen ataupun distributor. Misalnya untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis suatu kemasan, antara lain : mudah dibawa, melindungi produk,dapat digunakan kembali, mudah dibuka dan disimpan. Oleh karena itu kemasan yang baik mempunyai beberapa syarat, diantaranya adalah harus menarik perhatian konsumen dalam waktu singkat, harus bisa menjelaskan kemampuan produk, menciptakan keyakinan dan menimbulkan 46 Wirya, Irwan. Kemasan yang Menjual. Jakarta: PT. Gramedia Pusta Utama, 1999, hal 15. 17 kesan menyeluruh yang menyenangkan terhadap produk.47 Kemasan tidak hanya iklan terakhir yang dilihat konsumen tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas sebuah brand. Kenyataannya, kemasan sering menjadi satu-satu nya yang membedakan dengan brand lainnya.48 2.3.1. Desain Kemasan Menurut Hine, desain kemasan terbagi menjadi dua bagian untuk menunjang tampilan kemasan secara keseluruhan49, yaitu : 1. Structural Design (tampilan bentuk kemasan) 2. Surface Design atau graphic design (tampilan desain permukaan kemasan) 1. Structural Design Desain struktur adalah desain kemasan yang berkaitan dengan tampilan bentuk dari kemasan. Dalam membuat desain struktural yang harus diperhatikan adalah aspek fungsional kemasan. Selain aspek fungsional struktur desain juga harus menarik perhatian konsumen dan mempromosikan produk yang dikemas.50 Menurut Meyers dan Lubliners51, bentuk kemasan dapat mengkomunikasikan citra tertentu yang akan mempengaruhi persepsi, emosi dan memotivasi keinginan seseorang akan produk yang dilihatnya sebelum mereka melihat label terdepan pada produk tersebut. Menurut Mona Doyle52 positioning sebuah produk dapat dimanipulasi dengan memilih bentuk dan bahan dari kemasan dan akan mempengaruhi persepsi konsumen. Pada produk Proman Energenesis, bentuk kemasan yang dipakai adalah bentuk botol dengan bentuk lebih besar dari produk minuman energi yang ada dengan bahan yang terbuat dari kaca. 47 F, Rosenbluth and Diane McFerrin Peters. The Customers Comes Second. New York: William Morrow & Co, 1992. 48 Duncan, Tom.Principles of Advertising & IMC.New York : McGraw-Hill, 2005,hal 481 49 Underwood, Robert L. "The Communicate Power of Product Packaging : Creating Brand Identity via Lived and Mediated Experience." Journal of Marketing Theory and Practice, 2003: 62-76. 50 Kirwan, Mark J. Paper and Paperboard Packaging Technology. Oxford: Blackwell Publishing, 2005, hal 265. 51 Meyers, Herbert M. & Murray Lubliner. The Marketers Guide to Succesfull Package Design. Chicago : NTC Business Books, 1998, hal 3. 52 Doyle, Mona. Packaging Strategy : Winning The Consumer. Lancaster: Technomic Publishing Co, 1996, hal 91. 18 2. Surface Design Desain permukaan berkaitan dengan bagian luar atau sisi cetak suatu kemasan. Melalui desain permukaan suatu produk maka kemungkinan dalam mengkomunikasikan identitas suatu merek dan keunggulan dari suatu produk hampir menjadi tak terbatas. Komponen dalam desain permukaan dapat mengkombinasikan komunikasi beberapa pesan yang bersifat informatif, seperti nama produk, jenis produk, informasi kandungan produk dan berat produk. Pesan yang ditampilkan juga bersifat emosional, seperti pesan emosional, penggunaan simbol, warna kemasan dan ilustrasi gambar.53 Elemen-elemen dari surface design menurut Herbert Meyers54, adalah : a. Brand name (Merek produk) Merek adalah sebuah nama atau istilah untuk menyebut suatu produk dan membedakannya dari produk pesaingnya. Merek harus unik secara visual dan disesuaikan dengan produk yang dikemasnya sehingga utuh dalam mewakili kepribadian dari produk, mudah diingat, mudah dikenal, dan memberikan citra yang positif kepada produk. Dalam penelitian ini, brand name dari produk yang diteliti adalah Proman Energenesis. b. Sub brand (Sub merek) Dengan sub merek maka suatu produk dapat lebih dibedakan dan pemberian sub merek adalah cara yang paling umum. Menurut Aaker55 submerek membedakan sebuah produk dalam satu rangkaian produk dalam sistem merek. c. Copy Copy adalah informasi berupa teks yang tercantum di dalam kemasan. Biasanya copy digunakan untuk mengkomunikasikan 53 Doyle, Mona. Packaging Strategy : Winning The Consumer. Lancaster: Technomic Publishing Co, 1996, hal 96. 54 Meyers, Herbert M. & Murray Lubliner. The Marketers Guide to Succesfull Package Design. Chicago : NTC Business Books, 1998. 55 Aaker, David.Buliding Strong Brand. New York: The Free Press, 1996, hal 256. 19 positioning dan keunggulan suatu produk kepada konsumen. Copy pada bagian depan kemasan ―Minuman Energi produk Proman Energenesis adalah Berkarbonasi‖ dan ”Sensasi Kesegaran”. Sedangkan pada bagian belakang kemasan terdapat copy mengenai resep minuman dan informasi nilai gizi. d. Colour (Warna) Warna merupakan elemen visual dari desain kemasan yang mengkomunikasikan banyak aspek dari mulai kegunaan hingga aspek emosional suatu produk. Dengan warna kita dapat membangun perasaan atau mood tertentu dari konsumen yang melihat kemasan produk. Proman Energenesis mempunyai warna hitam dove sebagai warna dasar kemasan dengan warna merah dan warna emas sebagai warna dominan-nya. e. Foto dan Ilustrasi Kedua elemen ini dapat digunakan untuk keperluan dalam mengkomunikasikan produk seperti menunjukkan wujud produk, fungsi produk, pemakaian produk dan nilai tambah untuk menarik perhatian dari konsumen dengan nilai estetikan yang ditampilkan. Ilustrasi sifatnya tidak nyata dan lebih fantasi, sedangkan fotografi adalah gambar asli yang sifatnya lebih nyata dan lebih harfiah. Dalam kemasan Proman Energenesis, ilustrasi yang digunakan adalah ilustrasi dari logo Proman Energenesis, yaitu gambar seorang laki – laki yang berikat kepala dan memiliki sayap sedang membentangkan sayap tersebut. Sedangkan tidak ada elemen fotografi yang ditampilkan oleh kemasan Proman Energenesis. 2.3.1.1. Kriteria Desain Kemasan Menurut Bob Cotton56, desain suatu kemasan juga harus bisa memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : 56 Cotton, Bob. The New Guide to Graphic Design. Oxford: Phaidon Press Limited, 1990, hal 71. 20 1. Stands Out (menonjol) Kemasan haruslah menonjol. Apabila tidak menonjol maka ia akan kehilangan fungsinya karena suatu produk harus bersaing dengan berpuluh-puluh produk lainnya di dalam kategori yang sama. 2. Contents (isi) Kemasan haruslah dapat memberi informasi tentang isi kemasan dan apa yang terkandung di dalam produk. Misalnya informasi tentang penggunaan, zat yang terkandung dan masa kadaluwarsa produk. 3. Distinctive (unik) Kemasan haruslah mempunyai desain yang unik dan berbeda dari produk pesaingnya. 4. Suitable (kesesuaian) Desain kemasan haruslah sesuai dengan produk yang dikemas di dalamnya. Sebagai contoh bila produk di dalamnya berbentuk cairan maka akan dikemas dengan botol atau pouch. Sedangkan menurut Terrence A. Shimp57 menyatakan bahwa suatu kemasan yang baik juga harus mempunyai visibilitas (visibiliy), informasi (information), daya tarik emosional (emotional appeal), dan fungsi (workability) 1. Visibilitas Visibilitas terkait dengan kemampuan suatu kemasan untuk menarik perhatian pada poin pembelian. Tujuannya adalah untuk memiliki suatu kemasan yang menonjol atau lain dari yang lain di atas rak. Kemasan berwarna cerah efektif untuk menarik perhatian konsumen, selain itu grafik kemasan, ukuran, dan bentuk juga meningkatkan visibilitas produk. 2. Informasi Informasi berhubungan dengan instruksi pemanfaatan produk, berbagai keuntungan yang disebut-sebut, slogan, serta informasi tambahan yang 57 Shimp, Terrence A.Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003, hal 312. 21 dihadirkan pada atau dalam suatu kemasan. Informasi berguna untuk menstimulasi pembelian uji coba, mendorong perilaku pembelian ulang, dan menyediakan berbagai instruksi penggunaan produk. 3. Daya Tarik Emosional Daya tarik emosional merupakan kemampuan kemasan untuk menimbulkan rasa ketertarikan kepada produk. Desain kemasan dapat membangkitkan perasaan tertentu melalui penggunaan warna, bentuk kemasan, serta pelengkap lainnya. 4. Fungsi Fungsi merujuk pada fungsi suatu kemasan lebih dari sekedar cara berkomunikasi. Beberapa maslaah dalam fungsi kemasan antara lain adalah, apakah kemasan dapat melindungi isi produk? Apakah kemasan mudah disimpan oleh distributor maupun konsumen? Apakah kemasan dapat memudahkan konsumen dalam menggunakan produk? Apakah kemasan tidak mudah rusak? Apakah kemasan ramah lingkungan? Pada penelitian ini, elemen-elemen desain kemasan yang akan digunakan oleh peneliti dalam mengukur tingkat pengetahuan khalayak pada desain kemasan adalah elemen structural design berupa bentuk dari kemasan, serta elemen surface design yang terdiri dari brand name, copy, warna, dan ilustrasi. 2.4. Tingkat Pengetahuan Knowledge atau pengetahuan menurut Kotler58 didefinisikan sebagai pengetahuan yang dimiliki konsumen mengenai produk. Definisi lainnya dari knowledge menurut John C. Mowen59 adalah sejumlah pengalaman dan informasi yang dimiliki seseorang mengenai sebuah produk atau layanan 58 Kottler, Philip. Marketing Management the Millenium Edition. New Jersey: McGraw-Hill, 2001, hal 555. 59 Mowen, John C. Consumer Behavior, 4th edition. London: Prentice-Hall, 1995, hal 122. 22 2.5. Brand / Merek Brand atau merek adalah nama, istilah, desain, simbol, atau bentuk lain yang mengidentifikasikan barang, jasa, institusi, atau ide yang dijual oleh pemasar60. rancangan Menurut Kotler61, brand adalah istilah kombinasi nama atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakanya dari produk pesaing. Jean-Noel Kapferer62 mendefinisikan merek sebagai suatu simbol yang digunakan untuk membedakan satu produk atau jasa dari sebuah perusahaan dengan perusahaan lain. Merek mempunyai lebih luas daripada produk, seperti yang dikemukakan oleh Geoffrey Randall : ―A product is something that is made in a factory; a brand is something that is bought by the consumer.‖. Merek memiliki eksistensi lebih ketimbang actual product/service, karena merek memiliki nyawa tersendiri yang dapat mendukung produk seutuhnya, serta dapat membawa nilai dan identitas tersendiri ke dalam area produk baru. Maka dari itu merek adalah keseluruhan kombinasi dari produk dan nilai tambahan (added value)63. Tujuan pemberian brand adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh pesaing64. Menurut Tjiptotno65 brand digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu: 1. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan pembelian ulang. 60 Moriarty, Sandra E. Creative Advertising, Theory and Practice. New Jersey: Prentice Hall, 1986, hal 70. 61 Kotler, Philip. Principles of Marketing. New Jersey : Prentice-Hall A Division of Simon & Schuster Inc, Englewood Cliff , 1986, hal 63. 62 Kapferer, Jean Noel. Strategic Brand Manangement (2nd ed.). New Delhi: Kogan Page, 2001, hal 187. 63 Randall, Geoffrey. Branding: A Practical Guide to Planning Your Strategy. New Delhi: Crest Publishing House, 2003, hal 4. 64 Rangkuti, Freddy.The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Stategi Pembangunan Merek. Jakarta: Gramedia, 2004, hal 2. 65 Tjiptono, Fandi. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi, 1997, hal 106. 23 2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk. 3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen. 4. Untuk mengendalikan pasar. Kekuatan brand sangat penting di dalam pemasaran, apalagi kebanyakan orang membeli berulang-ulang bahkan menjadi teratur membeli terutama consumer goods. Hal ini membuat konsumen dihadapkan dengan banyak pilihan, dan tentu saja hanya produk dengan brand yang terkenal yang banyak mendapat perhatian 66. Brand image adalah impresi total yang tercipta di dalam pikiran atau benak konsumen mengenai sebuah merek dan termasuk keseluruhan asosiasi, fungsi dan di luar fungsi. Menurut model The Cherminatory and McDonald, brand Image terbentuk dari dimensi-dimensi yang dikategorikan menjadi empat dimensi67, yaitu: 1. Core Product yang merupakan inti dari produk itu sendiri. Terdiri atas layanan produk yang bisa menyelesaikan masalah dan manfaat yang dicari konsumen ketika membeli produk. 2. Actual Product yaitu dimensi produk yang terlihat atau tangible. Dimensi ini terdiri dari function, packaging, price, efficacy, features, dan design. 3. Augmented Product merupakan dimensi produk yang diharapkan oleh konsumen yang dijadikan nilai tambah produk tersebut diluar kegunaan produk itu sendiri. Dimensi ini terdiri dari before sales service, during sales service, after sales service, delivery availability, advice,finance, adds-on, warrantees, dan guarantees. 4. Image Products merupakan keseluruhan makna pada sebuah produk yang tidak terlihat secara kasat mata (intangible). Terdiri dari dimensi quality perceptions, value perceptions, other user influences, reputation, corporate image, brand name, dan organization. 66 67 Wirya, Irwan. Kemasan yang Menjual. Jakarta: PT. Gramedia Pusta Utama, 1999, hal 5. Fil, Chriss and Tony Yeshin. Postgraduate Diploma Syllabus, Integrated Marketing Communication. Oxford: The Chartered Institute of Marketing, 2001, hal. 91. 24 Pada kenyataannya, merek memang lebih dari sekedar simbol fisik yang membedakan satu produk dengan produk lain, karena merek memiliki nilai tangible (terlihat) dan intangible (tidak terlihat) yang terwakili dalam sebuah trademark atau merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar apabila diatur dengan tepat68. Pada penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti dimensi tangible dan intangible dari suatu produk, dan kemudian dari dimensi tersebut akan diturunkan kembali menjadi sub-sub dimensi yang akan diturunkan menjadi indikatorindikator untuk mengukur tingkat pengetahuan pada merek Proman Energenesis. 2.6. Khalayak Khalayak yang dimaksud oleh peneliti adalah khalayak sasaran (target audience) karena objek yang akan diteliti adalah desain kemasan produk, yang berarti peneliti lebih melihat pada proses komunikasi daripada proses pemasarannya. Khalayak sasaran adalah penerima pesan yang merupakan sasaran dari terpaan iklan dalam penelitian ini adalah kemasan produk. Di dalam khayalak sasaran terdapat pasar sasaran atau target market. Khalayak sasaran sifatnya lebih luas ketimbang pasar sasaran karena khalayak sasaran lebih kepada sasaran untuk semua usaha komunikasi. Sedangkan pasar sasaran adalah sasaran yang ditentukan dan dipilih oleh produsen sesuai dengan konsep segmentasi pasar. 2.7. Hierarchy Of Effect Model Model komunikasi ini menjelaskan bagaimana tahapan mental yang akan dilalui oleh khalayak setelah melihat terpaan iklan suatu produk. Dalam penelitian ini kita melihat kemasan sebagai terpaan iklan kepada khalayak, hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Wells, Moriarty dan Burnett 69 yang menyatakan bahwa kemasan produk merupakan iklan terakhir yang dilihat konsumen sebelum mengambil keputusan untuk membeli produ. Tom Duncan70 juga menyatakan 68 69 70 Durianto, D., Sugiarto, & Sitinjak, T. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. Wells, William, Sandra Moriarty, and John Burnett. Advertising Principle and Practice, 7th edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Prentice Hall, 2006, hal 226. Duncan, Tom. Integrated Marketing Communication : Using Advertising and Promotion to Build Brands. New York : McGraw-Hill, 2002, hal 481. 25 bahwa kemasan merupakan iklan terakhir yang dilihat oleh konsumen, packaging is the last ad. Hierarcy of Effect Model menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mental yang harus dilalui oleh khalayak dan mempunyai enam proses mental. Tahapan tersebut dimulai dari bagaimana khalayak sadar akan suatu produk hingga berakhir pada tindakan untuk membeli produk. Menurut Leavidge dan Steiner, model ini memiliki tiga tahapan yang terdiri dari : a) Tahap Kognitif Tahapan ini meliputi apa yang dipikirkan dan diketahui oleh khalayak tentang suatu objek. Tahapan kognitif mempunyai dua komponen proses mental, yaitu komponen kesadaran (awareness) dan komponen pengetahuan (knowledge). Awareness sendiri berarti pengetahuan khalayak sasaran mengenai keberadaan suatu produk yang diiklankan71. Definisi dari awareness lainnya adalah proses penerimaan pesan melalui indera-indera pada titik terpaan awal sehingga menuju pada suatu kesadaran72. Knowledge menurut Kotler73 didefinisikan sebagai pengetahuan yang dimiliki konsumen mengenai produk. Definisi lainnya dari knowledge menurut John C. Mowen74 adalah sejumlah pengalaman dan informasi yang dimiliki seseorang mengenai sebuah produk atau layanan. b) Tahap Afektif Tahap afektif melibatkan perasaan emosional khalayak seperti perasaan suka ataupun tidak suka terhadap suatu produk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tahap afektif, respon emosional atau perasaan terjadi ketika diasosiasikan dengan merek yang diiklankan 71 Nuradi, et al. Kamus Istilah Periklanan Indonesia . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hal 12. 72 Duncan, Tom. Integrated Marketing Communication : Using Advertising and Promotion to Build Brands. New York : McGraw-Hill, 2002, hal 171. 73 Kottler, Philip. Marketing Management the Millenium Edition. New Jersey: McGraw-Hill, 2001, hal 555. 74 Mowen, John C. Consumer Behavior, 4th edition. London: Prentice-Hall, 1995, hal 122. 26 dan sikap terhadap merek mulai terbentuk. Tahapan ini memiliki tiga proses, yaitu liking (perasaan suka), preference (preferensi), dan conviction (keyakinan). Liking adalah perasaan khalayak baik suka ataupun tidak suka terhadap suatu produk. Menurut sumber lain Liking adalah perasaan konsumen terhadap produk75. Menurut Morarty liking menjadi hal penting karena peran iklan adalah untuk membangun sikap positif konsumen kepada produk76. Preference adalah kecenderungan atau preferensi khalayak terhadap suatu produk. Pengertian preference menurut Moriarty77 adalah keadaan konsumen cenderung menyukai sebuah produk dibandingkan dengan produk sejenis lainnya. Conviction didefinisikan sebagai keadaan mental yang tetap pada konsumen untuk membeli sebuah produk78. Definisi lain conviction adalah keadaan mental yang tetap pada konsumen untuk membeli sebuah produk79. Conviction juga dapat berarti keyakinan yang kuat yang sudah tertanam kuat di dalam pikiran seseorang80. c) Tahap Konatif Konatif adalah tahapan terakhir dan dalam tahapan Hierarcy of Effect Model, khalayak melakukan suatu respon terhadap terpaan iklan melalui tindakan atau perbuatan setelah sebelumnya khalayak menyadari, suka, dan yakin terhadap produk sehingga akhirnya membuat keputusan dengan tindakan pembelian (purchase). Pada tahap purchase, konsumen melakukan tindakan akhir berupa pembelian produk dengan brand yang disukainya. Menurut Dictionary of Marketing and Advertising, purchase 75 Kotler, loc.cit., Moriarty, Sandra E. Creative Advertising, Theory and Practice. New Jersey: Prentice Hall, 1986, hal 45. 77 Ibid. 78 Rosenberg, Jerry M. Dictionary of Marketing and Advertising. Canada: John Willey & Son, Inc., 1995, hal 40. 79 Moriarty, Sandra E. Creative Advertising, Theory and Practice. New Jersey: Prentice Hall, 1986, hal 40. 80 Wells, William, Sandra Moriarty, and John Burnett. Advertising Principle and Practice, 7th edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Prentice Hall, 2006, hal 160. 76 27 decision adalah tahapan akhir dari proses pembelian yang memuncak pada keputusan untuk membeli barang atau jasa dari penyedia barang atau jasa tertentu. Dalam penelitian ini, hierarchy of effects model akan digunakan oleh peneliti dalam mengukur tingkat pengetahuan (konwloedge) khalayak terhadap desain kemaasan. Peneliti membatasi penelitian pada tingkat kognisi, karena untuk membuktikan hipotesa riset, peneliti tidak perlu mengukur sampai tingkat konatif karena hanya sampai pada batas mengukur tingkat pengetahuan. Tabel 2.1 Lavidge and Steiner’s Hierarchy of Effects Model Stages Hierarchy of Effects Model Awareness Cognitive Stage Affective Stage Knowledge Liking Preference Conviction Behavioral Stage Purchase Sumber : Belch & Belch, Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perspective, 5th ed, USA : McGraw-Hill, 2001, p.118 2.8. Hubungan Antarvariabel Hubungan antarvariabel dalam penelitian ini bersifat bivariat, dimana satu variabel pengaruh (independent) mempengaruhi satu variabel terpengaruh (dependent). Variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah desain kemasan sedangkan variabel terpengaruhnya adalah tingkat pengetahuan pada merek. 28 2.9. Model Analisa Desain Kemasan Proman Energenesis Tingkat pengetahuan khalayak pada merek Proman Energenesis Variabel Independen 2.10. Variabel Dependen Hipotesis Teori Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian ini, adalah : Ho : Tidak ada pengaruh desain kemasan terhadap tingkat pengetahuan khalayak pada merek H1 : Ada pengaruh desain kemasan terhadap tingkat pengetahuan khalayak pada merek