BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Penelitian ini mengambil acuan teori mengenai keterampilan menulis
teks eksposisi, penguasaan kalimat efektif, dan keaktifan siswa. Sesuai dengan
judul penelitian Hubungan antara Penguasaan Kalimat Efektif dan Keaktifan
Siswa dengan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi pada Siswa Kelas X MIPA
SMA Negeri 5 Surakarta. Kajian teori ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang memadai sebagai pijakan dalam penelitian ini. Selain memuat
kajian teori, pada bab ini juga terdapat penelitian yang relevan, kerangka berpikir,
dan hipotesis penelitian
1. Hakikat Keterampilan Menulis
Pada hakikat keterampilan menulis teks eksposisi akan dijelaskan beberapa
pengertian mengenai pengertian menulis, tahap-tahap menulis, jenis-jenis tulisan,
tujuan menulis, pengertian teks eksposisi, ciri-ciri teks eksposisi, strutur teks
ekspsisi dan pedoman penilaian teks eksposisi. Aspek-aspek tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengertian Menulis
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas
(SMA) telah dikenal dengan adanya kemampuan berbahasa yang meliputi
membaca, menulis, menyimak dan mendengarkan. Salah satu keterampilan yang
harus dimiliki oleh siswa SMA dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
yang berlandas pada Kurikulum 2013 adalah keterampilan menulis.
Pada dasarnya, keterampilan menulis merupakan kegiatan yang
menciptakan sesuatu gagasan dalam bentuk tulisan pada sebuah media.Melahirkan
gagasan melalui kegiatan menulis memang tidkalah mudah.Perlu latihan-latihan
khusus agar bisa menjadi optimal.Keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang dianggap rumit karena melaksanakan keterampilan menulis berarti harus
mampu menguasai kaidah kebahasaan yang baik dan benar agar gagasan yang
9
10
diciptakan mampu dimengerti oleh pembaca. Menulis merupakan aktivitas
melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspekaspek kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca
(Andayani,2009:29). Meskipun keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang rumit, keterampilan menulis mutlak perlu dikuasai karena memiliki manfaat.
Melalui kegiatan menulis seseorang mampu mempengaruhi orang lain sehingga
mampu melakukan perubahan dalam kehidupan pembacanya menuju pada
perubahan yang positif. Seperti pendapat seorang ahli yang bertumpu pada
pendapat Nurgiyantoro (dalam Andayani, 2009:28) bahwa:
Menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan melalui
bahasa.Aktivitas pertama menekankan gagasan melalui bahasa,
sedangkan yang kedua gagasan. Dalam tulisan, gagasan cemerlang yang
tersirat dalam tulisan akan mampu memikat pembaca dan pada akhirnya
membuat pembaca melakukan perubahan-perubahan besar yang berarti
dalam hidupnya. Keterampilan menulis memerlukan media dalam
pelaksanaanya.
Sejalan dengan hal itu, (Alek dan Achmad, 2010:106) berpendapat
bahwa “menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.” Keterampilan menulis
itu merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Untuk
mendapatkan keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan
tentang toeri menulis apalagi hanya menghafalkan definisi istilah-istilah yang
terdapat dalam bidang karang-mengarang. Hal ini dapat dikaitkan dengan
pendapat Sujanto (2000:60) bahwa “Keterampilan menulis tumbuh dengan
latihan-latihan dengan mengatasi kecemasan dan kebimbangan menuju kepada
kepercaan diri sendiri”.
Sejalan dengan pendapat di atas, Suyitno dan Purwadi (1998:1)
berpendapat bahwa:
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh pengarang, sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan lukisan grafik itu.Gambaran atau lukisan
mungkin dapat mengungkapkan makna-makna, tetapi menggambarkan
kesatuan-kesatuan bahasa.Menulis merupakan suatu representasi bagian
kesatuan-kesatuan bahasa.
11
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis
adalah sebuah kegiatan yang menuangkan gagasan dalam sebuah media yang
dimiliki pengarang melalui suatu bahasa, dengan tidak mengabaikan aspek-aspek
kebahasaan yang baik dan benar agar dapat dipahami pembaca. Keterampilan
menulis
tersebut
diperoleh
dengan
cara
latihan-latihan
secara
teratur.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang kompleks yang tidak dapat
dikuasai begitu saja tanpa melalui latihan-latihan mengingat kegiatan menulis
merupakan kegiatan yang paling tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan dengan
tiga keterampilan berbahasa yang lain.
b. Tahap-tahap Menulis
Untuk dapat menghasilkan suatu tulisan, penulis harus melalui beberapa tahap
penulisan. Tahap penulisan menurut Andayani (2009: 29-30) meliputi beberapa
tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap inspirasi, dan (4)
tahap verifikasi. Berikut merupakan penjabaran tiap-tiap tahap penulisan:
1) Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi:menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan
masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran, dan
refleksi terhadap realitas yang dihadapi.
2) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang
dimilikinya sedemikian rupa sehingga mengantarkanya pada ditemukannya
pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya.
3) Tahap Inspirasi
Tahapinspirasi yaitu gagasan seakan-akan tiba dan berloncatan pada pikiran
kita.Ide yang muncul pada pemikiran kita setelah direnungkan.Atau dapat juga
muncul dengan stimulus.
4) Tahap Verifikasi
Pada tahap ini, apa yang dituliskan akan diperiksa kembali, diselesaikan, dan
disusun sesuaifokus tulisan.
Setelah melalui tahap-tahap penulisan penulis mampu melahirkan sebuah gagasan
dalam bentuk tulisan.Penulis perlu memperhatikan kualitas tulisanya berdasarkan
12
beberapa kriteria. Kriteria tulisan yang baik menurut Alek dan Achmad
(2010:108), yakni: (1) kesesuaian topik, (2) kesesuaian antarparagraf, dan (3)
pemilihan kata dan rangkaian kalimat. Berikut merupakan penjabaran tiap-tiap
kriteria tulisan:
1) Kesesuaian Topik
a) relevansi
b) akurasi
2) Kesesuaian Antarparagraf
a) pengaruh terhadap pembaca
b) kerekatan, argumen, ide, dan bukti.
c) gampang dimengerti
d) informasi diatur dengan terstruktur
e) hubungan antarkalimat berjalan dengan “lembut”
f) menukik langsung ke persoalan
g) ide logis
h) ide dan bukti relevan satu dengan yang lain
3) Pemilihan Kata dan Rangkaian Kalimat
a) tidak ada kesalahan
b) formasi kata teratur dengan baik
c) pilihan kata bervariasi.
d) model kalimat bervariasi.
Keterampilan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keterampilan menulis teks eksposisi.Keterampilan menulis teks eksposisi tersebut
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dalam kompetensi dasar
pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas pada Kurikulum
2013.Keterampilan menulis dilatih bukan tanpa tujuan, namun setiap penulis
memiliki tujuan saat melahirkan sebuah gagasan.Seperti pendapat Kusumaningsih
dkk (2013: 67) bahwa tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi
secera tidak langsung. Pada kegiatan menulis proses komunikasi terjadi secara
tidak langsung. Mengingat hal tersebut maka isi tulisan dan lambang grafik yang
13
dipergunakan harus benar-benar jelas guna pesan yang disampaikan akan tepat
sasaran.
c. Tujuan Menulis
Tarigan (dalam Kusumaningsih, dkk. 2013: 67) mengemukakan bahwa
“terdapat beberapa tujuan menulis, yaitu (1) tujuan penugasan, (2) tujuan
altruistik, (3) tujuan persuasif, (4) tujuan informasional, (5) tujuan menyatakan
diri, (6) tujuan kreatif, dan (7) tujuan pemecahan masalah.”
Tujuan menulis yang pertama adalah ujuan penugasan. Penulis tidak
memiliki tujuan, untuk apa dia menulis, tanpa mengetahui tujuanya. Dia menulis
karena mendapatkan tugas, bukan atas keinginanya. Misalnya siswa ditugaskan
merangkum sebuah buku.Tujuan yang kedua adalah tujuan altruistik.Penulis ingin
menolong para pembaca untuk memahami suatu permasalahan atau peristiwa dan
membuat hidup para pembaca lebih mudah melalui tulisan tersebut.Tujuan
persuasif berarti penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar para
pembaca yakin akan kebenaran idea tau gagasan yang dituangkan oleh penulis.
Tulisan semacam ini biasanya digunakan untuk menawarkan sebuah produk atau
kegiatan politik. Tujuan informasional berarti penulis memberikan informasi atau
keterangkan kepada pembaca. Pada hal ini penulis menginformasikan sesuatu
kepada pembaca mengenai sesuatu atau hal baru agar lebih dipahami para
pembaca. Tujuan menyatakan diri berarti penulis berusaha memperkenalkan diri
kepada pembaca. Biasanya berbentuk biografi dan puisi.Tujuan kreatif penulis,
yakni bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilainilai kesenian melalui tulisan penulis, sedangkan tujuan pemecahan masalah
berarti penulis bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi. Contoh: skripsi,
tesis, atau disertasi
Pada kegiatan menulis, penulis dapat menuangkan gagasannya dalam
beberapa jenis teks. Setiap jenis teks memiliki ciri khusus. Seperti teks eksposisi
yang memiliki ciri khusus, salah satunya bersifat informatif. Menurut teknik
pemaparannya paragraf dapat dibagi ke dalam empat macam, yaitu paragraf
deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif (Arifin dan Tasai,1985: 108).
Berikut merupakan penjabaran tiap-tiap jenis teks:
14
1) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf
ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata
ruang atau tata letak.Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau
dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil
yang tertangkap oleh pancaindera (Arifin dan Tasai,1985: 108).
Contoh paragraf deskriptif:
Solo Grand Mall (SGM) adalah sebuah mall yang sangat
sempurna di kota Solo. Semua barang ada di sana. Begitu masuk pintu
depan toko itu tergelar show room sepeda motor terbuka, furniture dari
berbagai produk juga menghiasi di sana. Tidak tertinggal stand produk
roti, dan pernik-pernik asessoris ikut andil menyemarakkan kemegahan
mall itu. Di lantai dasar mall itu terdapat stand khusus yang menjajagan
segala kebutuhan rumah tangga. Stand itu sering dinamakan
“hypermart”. Di depannya, tergelar lahan parkir yang sangat luas untuk
menampung khusus sepeda motor. Belum lagi di lantai dua,
kesemarakkan mall itu semakin bertambah dengan hadirnya stand-stand
yang menyediakan barang elektronik, segala merk kaca mata dalam dan
luar negeri, stand butik, stand hand phone dari merk Nokia, Ericson,
Samsung, Philips. Area bermain-main anak pun tersedia di mall itu,
namanya “Time Zone”.Khusus lantai 4, dan 5 digunakan parkir mobil
para pengunjung.Di sekitar jalan mall itu, banyak warung-warung kecil
penjual buah-buahan, makanan kecil, sampai warung makan (Arifin dan
Tasai 1985: 108).
2) Paragraf Ekspositoris
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan.Paragraf ini
menampakkan suatu objek.Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja.
Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau
keruangan (Arifin dan Tasai,1985: 108).
Contoh paragraf ekspositoris:
Pasar Klewer adalah pasar yang sangat kompleks yang berada di
kota Bengawan. Di lantai dasar terdapat kurang lebih seratus lima puluh
kios penjual dasar kain. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk
setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besar uang masuk ke
kas Pemerintah Kota Surakarta dari Pasar Klewer yang menjadi ciri
masyarakat Solo itu. (Arifin dan Tasai 1985: 108)
3) Paragraf Argumentatif
15
Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam
ekspositoris.Paragraf argumentatif disebut juga persuasi.Paragraf ini lebih
bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek.
Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analitis (Arifin dan
Tasai,1985: 109).
Contoh paragraf argumentatif:
Dalam pelajaran matematika, murid kelas VI mempunyai nilai
yang cukup baik. Amir mendapat nilai 9, Badu dan Zain mendapat nilai
8, Siti dan Zaenab mendapat 7. Tidak seorang pun yang bernilai
jelek.Data dikatakan bahwa murid kelas VI cukup pintar (Arifin dan
Tasai,1985: 109).
4) Paragraf Naratif
Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh
sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam
novel, cerpen, atau hikayat (Arifin dan Tasai,1985: 109).
Contoh paragraf naratif:
Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali
dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan, ayah mengatakan bahwa aku
akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Slamet yang
telah memperkenalkan aku dengan Siti.(Arifin dan Tasai,1985: 109).
d. Pengertian Teks Eksposisi
Teks yang diajarkan dalam pembelajaran kelas X semester pertama
Kurikulum 2013 meliputi beberapa teks, yakni: teks laporan hasil observasi, Teks
Prosedur Kompleks, dan teks Eksposisi. Pada Kompetensi Dasar 4.2:
Memproduksi teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang
akan dibuat baik secara lisan/tulisan. Eksposisi merupakan teks yang memaparkan
informasi dan dilengkapi argumentasi yang disdasarkan pada fakta.Seperti
pendapat Semi (dalam Kusumaningsih, dkk. 2013: 80) eksposisi adalah tulisan
yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu.Eksposisi
biasanya dikembangkan dengan susunan logis dengan pola pengembangan
gagasan seperti definisi, klasifikasi, ilustrasi, perbandingan, pertentangan, dan
analisis fungsional.
16
Teks eksposisi terwujud dalam berbagai bentuk di berbagai media,
namun kita tidak pernah menyadari bentuk teks eksposisi. Eksposisi dapat
berbentuk sebagai artikel, wacana, berita, dan laporan.Untuk itu, perlu mengetahui
ciri khusus yang menjadi penanda bahwa teks tersebut merupakan teks eksposisi.
Murtono (2010:37) berpendapat bahwa “eksposisi adalah jenis tulisan atau
penuturan yang mengemukakan pendapat atau gagasan mengenai suatu fakta,
gejala, atau kejadian yang dengan jelas, yang seringkali juga berlebihan jelasnya.”
Untuk memperjelas apa yang dikemukakan tersebut biasanya disertai dengan alat
penjelas, misalnya: grafik, statistik, denah, peta dan sebagainya. Ciri utama teks
eksposisi adalah terdapat pendapat penulis yang disertai oleh fakta yang valid
sehingga paparanya bersifat informatif
Pendapat yang sama dikemukakan oleh (Keraf, 1995: 7) bahwa
“Eksposisi adalah suatu wacana yang berusaha menguraikan suatu obyek sehingga
memeperluas pandangan atau pengetahuan pembaca”. Sifat eksposisi yang
informatif dapat menambah wawasan bagi pembacanya. Selain itu, teks eksposisi
merupakan teks yang memuat pendapat penulis beserta fakta yang mendasari
sehingga menulis teks eksposisi layak untuk dipelajari. Usaha untuk mengasah
keterampilan menulis teks eksposisi dapat dilakukan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas X semester pertama pada Kurikulum 2013.
Lebih lanjut Parera (1987:05) berpendapat bahwa eksposisi bertujuan
untuk memberikan informasi. Pengarang dan penulis berusaha memaparkan
kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar memahaminya dan pengarang
mempunyai sejumlah data dan bukti sehingga, ia berusaha menjelaskan persoalan
dan kejadian ini demi kepentingan anda sendiri.
Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian Janah tentang Hubungan
Minat Baca dan Pengusaan Kosakata dengan Kemampuan Menulis Teks
Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul.Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mengetahui hubungan minat baca dengan kemampuan
menulis teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul, (2)
mengetahui hubungan penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis teks
eksposisi siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul, dan (3) mengetahui
17
hubungan minatbaca dan penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis teks
eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul.
Populasi dalam penelitian tersebut adalah 19 sekolah dengan jumlah 3220
siswa.Sampel penelitian diambil 10% sehingga didapat sampel sebesar 325 siswa.
Teknik penyampelan yang digunakan adalah random sampling. Pengumpulan
data menggunakan metode kuesioner dan tes tulis. Uji persyaratan analisis
digunakan uji normalitas, linearitas, dan multikolinearitas. Teknik analisis yang
digunakan adalah korelasi Product Moment.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulakan: (1) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara minat baca terhadap kemampuan menulis teks
eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul yang ditunjukkan
dengan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,585 dan nilai r-hitung lebih besar dari
rtabel dengan N= 325 pada taraf kesalahan 5% (0,585 > 0,113), yang berarti
bahwa semakin tinggi minat baca siswa maka akan semakin tinggi pula
kemampuan menulis teks eksposisi;(2) terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis teks
eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul yang dibuktikan
dengan koefisiensi korelasi (rx1y) sebesar 0,559 dan nilai rhitung lebih besar
daripada nilai r-tabel dengan N= 325 pada taraf kesalahan 5% (0,559 > 0,113)
yang berarti bahwa semakin tinggi penguasaan kosakata maka akan semakin
tinggi pula kemampuan siswa dalam menulis teks eksposisi siswa kelas X SMA
Negeri se-Kabupaten Bantul; dan (3) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan
menulis teks eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul
yang ditunjukkan dengan nilai Ry (1,2) sebesar 0,736 dan koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,541. R Square menunjukkan hubungan yang positif antara minat
baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis teks eksposisi
sebesar 0,541 atau 54,1%
Keterampilan menulis teks eksposisi memang tidaklah serta-merta ada
begitu saja tanpa adanya latihan. Keterampilan menulis teks eksposisi pelru
dikembangkan sehingga akan meningkatkan kualitas hasil teks eksposisi yang
18
diproduksi mengingat variabel keterampilan menulis teks eksposisi sangat penting
dikuasai oleh siswa kelas X SMA dalam Kurikulum 2013 karena telah masuk
dalam Kompetensi Dasar yang harus dicapai.
Adapun hasil penelitian yang menunjukan terdapat beberapa cara untuk
meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi siswa adalah penelitian Dymok
dan Nicholson tahun 2010 dengan judul “High 5! Strategies to Enhance
Comprehension of Expository Text”.Penelitian tesebut memaparkan lima cara
meningkatkan pemahaman mengenai teks eksposisi. Lima cara tersebut, yaitu (1)
Activating background knowledge, (2) Questioning, (3) Analyzing Text Structure,
(4) Creating Mental Images, (5) Summarizing. Pada tahap Activating background
knowledge guru hendaknya memberikan sebuah gambaran mengenai suatu hal
yang akan di tuliskan atau dibaca dalam teks eskposisi. ”Activating relevant
background knowledge helps readers make connections between what they know
and what they are reading.” (Dymok dan Nicolson 2010: 167). Mengaktifkan
pengetahuan dasar mengenai materi yang akan dibahas menolong siswa mampu
menghubungkan antara apa yang mereka tahu dengan apa yang mereka baca.
Sebagai contoh, ketika guru mampu memberi pemahaman pada siswa mengenai
planet Mars dan Jupiter maka siswa akan terbantu untuk memahami sebuah teks
yang membahas mengenai sistem tata surya. Untuk itu guru dituntut memiliki
wawasan yang luas agar mampu memeberikan pemahaman pada siswa mengenai
sesuatu yang bersifat informatif dan inovatif.
Pada tahap Questioning guru hendaknya mampu mendorong siswa
membuat sebuah pertanyaan mengenai teks eksposisi yang disajikan oleh guru
baik mengenai fakta dalam substansi teks maupun pesan yang terkandung secara
implisit pada teks seperti pendapat Dymok dan Nicolson (2010: 167) “Prior to
reading, good readers also ask themselves questions that activate background
knowledge.”. Dengan begitu siswa menerima banyak kesempatan untuk
memahami teks eksposisi melalui pemaparan fakta serta tujuan implisit yang
terkandung di dalam teks eskposisi.Pada tahap Analyzing text structure siswa
diminta menandai kata kunci yang mencirikan setiap bagian struktur teks
eksposisi. Dymok dan Nicolson (2010: 168) “Text structure awareness, or the
19
ability to analyze text in terms of its structure, is a mental awareness of how
writers organize information”. Siswa hendaknya menandai ciri setiap bagian
struktur teks. Struktur thesis yang berarti gambaran awal ditandai dengan adanya
kalimat fakta; agrumentasi, yakni berisi pendapat penulis yang didasarkan fakta
sebuah pokok bahasan ditandai dengan kalimat opini, dan penegasan ulang
pendapat, yakni penulisan kembali alasan penulis mengenai suatu hal.Pada tahap
Creating Mental Images siswa diminta menggamparkan alur point penting sebuah
teks eksposisi dari awal hingga akhir. ”Creating a mental image of the text being
read (or being able to visualize how texts are structured) enhances (Dymok dan
Nicolson 2010: 171). Siswa mampu memahami teks eksposisi dengan baik bila
siswa mampu melihat gambaran struktur teks mulai dari gambaran awal,
argumentasi penulsi, hingga penegasan ulang pendapat.
Tahap terakhir adalah summarizing, pada tahap ini siswa diminta untuk
merangkum gagasan pokok yang terdapat pada teks eksposisi. “Knowing how to
summarize the main ideas has a positive impact on comprehension (Calfee &
Patrick, 1995; NICHD, 2000). To most of us, a summary is concise and gives only
the main points. Research shows that the ability to summarize a text can enhance
comprehension (Dymok dan Nicolson 2010: 171). Melalui lima cara tersebut
siswa diharapakan mampu meningkatkan pemahaman terhadap teks eksposisi.
Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa keterampilan menulis teks eksposisi
merupakan variabel yang didapat dengan terus berlatih mengingat keterampilan
menulis teks kesposisi merupakan kecakapan menuangkan gagasan berupa
paparan informasi baru disertai dengan pendapat yang didasarkan pada fakta yang
valid (eksposisi) dalam sebuah media yang dimiliki pengarang melalui suatu
bahasa, dengan tidak mengabaikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar
agar dapat dipahami pembaca gagasan. Keterampilan menulis teks eksposisi
merupakan variabel yang dapat ditingkatkan beberapa melalui cara seperti diatas
sehingga dapat dihipotesiskan bahwa peningkatan keterampilan teks eksposisi
bukan tidak mungkin dilakukan melalui variabel kontrol, seperti penguasaan
kalimat efektif dan keaktifan siswa.
20
e. Ciri Teks Eksposisi
Setiap teks memiliki ciri yang membedakan anata satu teks dengan yang
lain. Ciri teks eksposisi yang mendasar yakni bersifat informatif dan mengandung
pendapat penulis yang didasarkan pada fakta. Seperti pendapat Semi (dalam
Kusumaningsih, dkk 2013: 80)
Ciri penanda eksposisi sebagai berikut: (1) berupa tulisan yang
memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan
tentang apa, mengapa, kapan, bagaimana, (3) disampaikan dengan lugas
dengan bahasa baku, (4) menggunakan nada netral, tidak memihak, dan
memaksakan sikap penulis kepada pembaca
Sejalan dengan hal tersebut, (Dawud, dkk. 2004: 233) mengemukakan
bahwa “Ciri menonjol dari sebuah teks eksposisi umumnya menjawab pertanyaan
apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana”. Berita di surat kabar dapat
dikatakan sebagai contoh sebagian besar karangan eksposisi. Tulisan paparan
menggugah pikiran tanpa bermaksud menggugah perasaan atau memengaruhi
sikap pembaca. (Dawud dkk, 2004: 233) mengemukakan bahwa ada beberapa
bentuk dasar pemaparan, yaitu:
1) Definisi, bentuk pemaparan ini dianggap paling ilmiah. Sebab merupakan
dasar bagi semua wacana yang sifatnya menjelaskan.
2) Analisis, yaitu proses memisah atau memecah keseluruhan ke dalam
bagian-bagiannya.
3) Perbandingan dan pertentangan, yang bertujuan menyajikan informasi
mengenai suatu hal yang sudah dikenal. Tujuan lainnya yaitu mungkin
ingin menjelaskan dua hal dan melaksanakannya dengan jalan
menghubungkan keduanya dengan beberapa prinsip umum (teori) yang
seharusnya dapat berlaku terhadap keduanya dan dapat dianggap sudah
dikenal oleh penganggap.
4) Ilustrasi (contoh), wacana eksposisi yang memaparkan suatu
permasalahan pada sebuah pernggambaran sehingga pembaca mudah
mengasosiasikan maksud penulis melalui penggambaran tersebut.
Lebih lanjut ciri teks eksposisi menurut Alwasilah (2005:111) bahwa dalam
pokoknya eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi,
menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan.Penulis berniat untuk
memberi informasi atau memberi petunjuk pada pembaca.
Alwasilah (2005:111) mengemukakan bahwa eksposisi mengandalkan
strategi pengembangan alinea seperti lewat pemerincian, proses, sebab akibat,
21
klarifikasi,
definisi,
analisis,
komperasi,
dan
kontras.Hasani
(2005:30)
menambahkan bahwa ciri teks eksposisi, antara lain: (1) penjelasanya bersifat
informatif; (2) pembahasan masalahnya bersifat objektif; (3) penjelasanya
disertakan bukti-bukti yang konkret; (4) pembahasanya bersifat logis atau sesuai
penalaran; (5) data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar
terjadi atau historis; (6) suatu analisis yang bersifat objektif terdapat seperangkat
fakta. Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa ciri teks teksposisi, yakni
harus memaparkan informasi terkait apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana
dalam suatu hal yang mengandung fakta dengan penyajian menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kaidah.
f. Struktur Eksposisi
Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan
teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis memadukan kedua unsur
itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan memadai kualitas sebuah
eksposisi. Walaupun demikian, Keraf (1995:8) berpendapat bahwa “Sebagai
bentuk tulisan yang paling umum digarap, eksposisi tetap mengandung tiga
bagian utama, yaitu sebuah pendahuuan, Tubuh eksposisi, dan kesimpulan”.Pada
bagian pendahuluan di dalamnya menyajikan latar belakang, alasan memilih
topik, pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan
tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan.Selanjutnya pada bagian tubuh
eksposisi meliputi pengembangan organisasi atau kerangka karangan, penyajian
uraian tiap bagian secara terperinci. Pada bagian kesimpulan mengenai apa yang
disajikan dalam isi teks eksposisi. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang
disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi pembaca.
Hal ini berbeda dengan yang ditulis dalam Kemendikbud (2013: 84),
struktur teks eksposisi terbagi menjadi tiga, yaitu 1) tesis (pernyataan pendapat),
2) argumentasi (alasan yang digunakan untuk mempertahankan pendapat), dan 3)
penegasan ulang pendapat.Seiring bertembahnya pengembangan paragraf jenis
teks semakin beragam pula.Untuk teks eksposisis saja terdapat beberapa jenis
berdasarkan struktur teks eksposisi. Sejalan dengan pendapat Dymock dan
Nicholson (2010: 168) yang berpendapat bahwa “Exposition has many types of
22
structures, and some are complex. The use of design sketches to capture the
structure helps hugely in terms of comprehension (Calfee & Patrick, 1995;
Dymock, 2009; Dymock & Nicholson, 2007). Capturing the design of the text in
the mind as soon as possible is part of text structure awareness. Teachers need to
teach each type of expository text structure (e.g., cause–effect, description,
problem–solution), so students can internalize all of the structures.Namun begitu,
perbedaan struktur tiap tipe paragraf eksposisi tidak signifikan sehingga masih
menonjolkan ciri khas teks eksposisi yang mengandung argumentasi penulis yang
di dasarkan fakta.Penjabaran materi dalam teks eksposisi juga bersifat informatif.
Pendapat Keraf (1995) memaparkan bahwa struktur teks eksposisi seperti
umunya teks lain yang berisi pendahuluan, initi (tubuh), serta penutup teks
(kesimpulan) memang tepat namun belum terspesifikasi pada ciri teks eksposisi
sehingga belum dapat membedakan struktur teks eksposisi dengan teks lain. Pelu
diperinci secara jelas dan lagi setiap bagian struktur untuk dapat menunjukan
perbedaan struktur teks eksposisi dengan yang lain. Pendapat Kemendikbud
(2014)─Tesis, argumentasi, penegasan pendapat─dapat melengkapi pengertian
struktur teks eksposisi secara tradisional. Meskipun eksposisi memiliki banyak
tipesiswa tidak akan kesulitan memahami karena pemahaman struktur yang tepat
bahwa siswa telah tahu ciri penting teks eksposisi, yaitu memaparkan hal baru dan
terdapatpendapat penulis (argumentasi). Seperti pendapat Dymock (2010) bahwa
teks eksposisi sangatlah beragam tergantung tipe teks.Dengan memahami ciri
khusus teks eksposisi tersebut dapat memudahkan dalam menganalisis struktur
eksposisi.
g. Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksposisi
Untuk mengetahui kualitas teks eksposisi perlu dilakukan pengukuran
terhadap teks eskposisi yang telah diproduksi.Pengukuran dapat didasarkan pada
beberapa kriteria. Kriteria atau syarat penyajian karangan yang baik menurut
Keraf (2004: 172-174) adalah ”(1)Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas,
(2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan, (3)
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, dan (4) Harus
menggunakan pasangan simbol yang konsisten”
23
Sejalan dengan pendapat diatas (Keraf, 1981: 3) mengemukakan bahwa
“Pada hakikatnya sebuah teks eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan
dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya”.Oleh sebab itu,
dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, pengarang yang akan menulis
sebuah teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Syarat menulis teks
eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Syarat menulis teks eksposisi menurut
Keraf (1981: 6), yaitu: (1) pengarang harus mengetahui tentang subjek atau topik
garapannya dan, (2) kemampuan untuk menganalisis persoalan tersebut secara
jelas dan konkrit. Lebih lanjut, Menurut Hasani (2005) ciri teks eksposisi, antara
lain: (1) penjelasannya bersifat informatif; (2) pembahasan masalahnya bersifat
objektif; (3) penjelasanya disertakan bukti-bukti yang konkret; (4) pembahasanya
bersifat logis atau sesuai penalaran; (5) data faktual, misalnya tentang suatu
kondisi yang benar-benar terjadi atau historis; dan (6) suatu analisis yang bersifat
objektif terdapat seperangkat fakta.
Ciri teks eksposisi yang baik dan benar tersebut diformulasikan kedalam
teknik penilaian yang dilengkapi dengan rambu-rambu atau peraturan penilaian
keterampilan menulis. Slamet (2007: 117) syarat-syarat penerapan rambu-rambu
penyusunan tulisan ada beberapa aspek tata tulis.Aspek-aspek tersebut meliputi
(1) ejaan, (2) diksi, (3) struktur kalimat, dan (4) struktur paragraf. Lebih jelasnya
aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan menulis teks eksposisi dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1.Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
No Nama Judul
Skor Aspek Penilaian
Jumlah
Isi Organisasi Kosakata Pengembangan Mekanik
Bahasa
1.
2.
3.
4.
Diadaptasi dari Nurgiantoro (2010:441-442)
24
Penskoran pada penilai keterampilan menulis teks eksposisi menggunakan
skor yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Berikut merupakan
keterangan kriteria tiap aspek beserta skor. Pada kriteria penilaian isi, terdapat 4
kriteria (1) sangat baikapabila hasil teks siswa padat informasi, substansi obejktif
dan sangat faktual, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan
tuntas dengan skor 4; (1) baik, yakni penjelasanya cukup informasi, substansi
cukup objektif dan cukup faktual, pengembangan tesis terbatas, relevan tapi tidak
lengkap dengan skor 3; (3) sedang, yakni pada penjelasanya informasi terbatas,
substansi kurang objektif dan kurang faktual, pengembangan tesis tak cukup,
permasalahan tak cukup skor 2; (4) kurang, yakni tidak berisi, tidak ada substansi,
tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
Pada Kriteria penilaian organisasi karangan terdapat 4 kriteria: (1) sangat
baikapabilaekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata
dengan baik, urutan logis, kohesif dengan skor 4; (2) baik, yakni kurang lancar,
kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan
logis tapi tidak lengkap dengan skor 3; (3) sedang, yakni pada penjelasanya tidak
lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis
dengan skor 2; (4) kurang, yakni tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak
layak nilai dengan skor 1.
Pada kriteria kosa kata terdapat 4 kriteria: (1) sangat baik apabila
pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai
pembentukan kata.dengan skor 4; (2) baik, yakni pemanfaatan potensi kata agak
canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tapi tidak
mengganggu dengan skor 3; (3) sedang, yakni pemanfaatan potensi kata terbatas,
sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan merusak makna dengan skor 2;
(4) kurang, yakni: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang
kosakata rendah, tidak layak nilai dengan skor 1.
Pada kriteria pengembangan bahasa terdapat 4 kriteria: (1) sangat baik
apabila kontruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan
penggunaan bentuk bahasa dengan skor 4; (2) baik, kontruksi sederhana tetapi
efektif, kesalahan kecil pada kontruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan
25
tetapi makna tidak kabur dengan skor 3; (3) sedang terjadi kesalahan serius dalam
konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur dengan skor 2; (4) kurang,
yakni: tidak menguasai aturan sintaksis, terjadi banyak kesalahan, tidak
komunikatif, tidak layak nilai dengan skor 1.
Pada kriteria ejaan/mekanik terdapat 4 kriteria: (1) sangat baik apabila
menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.dengan skor
4; (2) baik, kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan
makna dengan skor 3; (3) : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan
atau kabur dengan skor 2; (4) kurang, yakni tidak menguasai aturan penulisan,
terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tulisan tidak layak
nilai.dengan skor 1.
Berdasarkan pada teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
pengertian, struktur, ciri, dan penilaian teks eksposisi maka perlu dipaparkan
sintesis teori dari variabel keterampilan menulis teks eksposisi. Keterampilan
Menulis Teks eksposisi merupakan Keterampilan atau kecakapan siswa dalam
menulis teks yang bersifat memaparkan informasi baru yang memiliki ciri adanya
pendapat penulis yang didasarkan pada fakta. Teks eksposisi merupakan teks yang
memiliki struktur bentuk bervariasi, yakni eksposisi definisi, eksposisi berita,
eksposisi pertentangan, dan eksposisi perbandingan. Meskipun begitu, bentuk
variatif teks eksposisi tidak meninggalkan ciri khusus, yakni menonjolkan
pendapat penulis yang didasarkan pada fakta valid berupa data, grafik, angka,
tabel, atau peta. Dalam hal penulisan teks eksposisi, perlu menggunakan rambu
berdasarkan kriteria yang terbagi menjadi lima aspek mendasar, yakni isi,
organisasi karangan, kosa kata, pengembangan bahasa, dan ejaan. Lima aspek
tersebut masing-masing diberikan bobot penilaian sesuai kebutuhan penelitian.
Pemberian bobot dalam kriteria ini diharapakan mampu menjadi standar penulisan
teks eksposisi yang baik.
2. Hakikat Penguasaan Kalimat Efektif
Pada dasarnya keterampilan menulis tersusun dari kemampuan penguasaan
komposisi yang baik, seperti ejaan, pemilihan kata, dan penguasaan kalimat
efektif.Kalimat efektif merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh
26
terhadap
kenaikan
keterampilan
menulis.Melalui
penguasaan
kalimat
efektif.Seseorang mampu menyampaikan pendapat atau amanat dalam bentuk
kalimat yang efektif sesuai dengan konteks.Lebih lanjut penulis akan paparkan
pengertian kalimat efektif, ciri kalimat efektif, serta pengukuran penguasaan
kalimat efektif.
a. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat merupakan unsur penting dalam membentuk suatu paragraf
yang baku. Dalam menulis sebuah eksposisi hendaknya disajikan dalam sebuah
kalimat efektif.Hal ini berdasar pada prinsip penulisan teks eksposisi yang harus
disajikan dalam kalimat yang logis, jelas, padat, serta tidak multitafsir. Seperti
pendapat seorang ahli yang berpendapat bahwa “Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis” (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi
2014: 24)
Sejalan dengan hal tersebut, “kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri
pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara
atau penulisnya” (Rahardi, 2009: 129). Pada komunikasi baik lisan maupun tulis
hendaknya dikemas dalam bahasa yang efektif agar pesan yang disampaikan tidak
tertukar maknanya. Bahasa yang efektif sangat diperlukan terutapa dalam
komunikasi tulis yang menuntut susunan kalimat yang baik dan benar.(Sabarianto,
2001:94) berpendapat bahwa selain keefektifan sebuah kalimat, strukturnya juga
harus benar karena bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan
kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang strkturnya masih salah merupakan
kalimat tidak baku.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan bahasa
utamanya dalam komunikasi dalam bentuk tulisan.Bukan hanya susunan
kalimatnya yang harus tepat, namun juga kelengkapan unsur sebuah kalimat harus
diperhatiakn.Kelengkapan unsur suatu kalimat sangat menentukan kejelasan
sebuah kalimat. Oleh sebeb itu sebuah kalimat harus memiliki paling kurang
subjekdan predikat.Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-
27
aturan Ejaan Yang Disempurnakan (Akhadiah,1988:107). Kelengkapan unsur
maupun ketaatan kaidah kebahasaan dalam menyusun kalimat dirangkum dalam
sebuah kalimat efektif.Hal tersebut ditegaskan Akhadiah (1988:107) mengenai
fungsi kalimat efektif, adalah kalimat yang benar dan jelas yang dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat.
Lebih lanjut Kusumaningsih, dkk (2013: 57) menyatakan bahwa kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagsan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran pembaca atau penulis. Kalimat efektif mengutamakan keefektifan kalimat
sehingga kejelasan kalimat itu terjamin. Komunikasi efektif dapat terjalin apabila
pesan yang disampaikan tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh
pembaca.Wijayanti, dkk (2013: 66) mengemukakan pendapat bahwa dalam
menulis, penulis seyogianya menyampaikan pikirannya dalam rangkaian kalimat
efektif. Setiap kalimat yang disususnya hendaknya mudah dipahami, singkat, dan
jelas. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan
informasi yang sama dengan informasi yang diterima pembaca
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: (1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis, (2)
Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca
seperti yang dipikirkan oleh penulis. (Murtono, 2010: 18)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disintesiskan bahwa penguasaan
kalimat efektif adalah penguasaan mengenai konsep kalimat yang jelas, singkat,
mudah dipahami, logis, dan tidak menimbulkan muliti tafsir sehingga pesan yang
dibaca atau didengar pembaca sama isinya dengan pesan yang ditulis oleh penulis
dalam kalimatnya
Penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan dalam keterampilan
menulis.Karena kalimat efektif merupakan syarat unsur kohesi dan koherensi
suatu wacana. Suatu wacana yang telah terpenuhi unsur kohesi dan koherensinya
dapat menyampaikan pesan dalam wacana tersebut. Pada penulisan teks Eksposisi
kalimat efektif mutlak diperlukan. Hal tersebut dikarenakan teks eksposisi
merupakan teks yang memaparkan opini penulis tentang suatu permasalahan.
28
Pada pemaparan pendapat penulis dituntut untuk mengemas pendapatnya dalam
sebuah kalimat yang efektif agar pesan yang disampaikan dapat dipahami
pembaca dengan baik.
b. Ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki beberapa ciri.Kusumaningsih, dkk, (2013: 5763) mengemukakan bahwa “terdapat tujuh ciri kalimat efektif, yaitu: (1)
kesepadanan, (2) kepararelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5) kevermatan, dan
(6) koherensi, dan (7) kelogisan.
1) Kesepadanan
Kesepadanan ialah kesepadanan atau keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dengan struktur bahasa yang dipakai.Kesepadanan kaliamat ini diperlihatkan
oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Adapun
kesepadanan kaliamt memiliki ciri
a) Kalimat mempunyai subjek dan predikat yang jelas
Ketidak jelasan subjek dan predikat dapat dicegah dengan menghindari
pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada di depan subjek
Contoh: Bagi semua peserta diharap berkumpul
b) Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh: Hasil rapat itu dia kurang memahami
Seharusnya dia kurang memahami hasil rapat itu
c) Kata penghubung intrakaliamt tidak dapat dipakai pada kalimat tunggal
Contoh: kami dating agak terlambat. Sehingga kami tidak mengikuti acara
pertama
Seharusnya: kami tidak mengikuti acara perta karena dating terlambat
d) Predikat kalimat didak didahului kata yang
Contoh: bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu
Seharusnya: bahasa Indonesia dari bahasa melayu
2) kepararelan
Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat. Apabila bentuk pertama menggunakan ungkapan nomina, bentuk
29
kedua dan seterusnya harus nomina juga dst. Apabila bentuk pertama verba
bentuk kedua juga verba.
3) ketegasan
Perlakuan penonjolan pada ide pokok kaliamat. Kalimat tersebut diberi
penekanan. Terdapat beberapa bentuk penekanan kalimat, yaitu
a) Meletakakan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat.
Contoh: bekerjalah yang sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah agar
pekerjaan itu dapat selesai dengan baik.
b) Membuat urutan kata yang logis.
Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus juta. Tapi bermiliyar dia telah
membantu anak terlantar
c) Melakukan pengulangan kata (repetisi)
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
e) Mempergunakan partikel penekanan
4) Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunkan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan berarti menghilangkan
segala unsur yang menyalahi tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan.
Penghematan dapat dilakukan dengan beberapa hal:
a) Menghilangkan pengulangan subjek
b) Menghindari pemakaian subordinat hiponimi kata
Contoh: Ia memekai kebaya warna kuning
Kata warna dihilangkan
c) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Seperti misalnya, contohnya seperti, agar supaya, maju ke depan dll
d) Tidak menjamakkan unsur yang berbentuk jamak.
Para calon-calon dll.
5) Kecermatan
Kecermatan berearti kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda.Kalimat
yang cermat dapat dipahami dengan mudah dakam satu makna saja.Hal
tersebut bertujuan agar maksud penulis dan pembaca daspat selaras.
30
6) Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu denganbagian
yang lainnya sehingga kalimat itu memiliki makna yang utuh dan
keberadaanya bisa berdiri sebagai bentuk yang mandiri.
7) Kelogisan
Ide kalimat itu tepat diterima oleh akal dan sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.
Sejalan dengan pendapat diatas, Wijayanti, dkk (2013: 70-73)
mengungkapkan bahwa “Ciri-ciri lain kalimat efektif Kebervariasian, Ketepatan,
Kebenaran struktur dan, keringkasan. ”Lebih lanjut Akhadiah (1988:107)
menambahkanciri-ciri kalimat efektif yaitu, “(1) kesepadanan dan kesatuan, (2)
kesejajaran bentuk, (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata,
(5) kevariasinan dalam struktur kalimat.Kemudian, Rahardi (2009:129-135)
mengungkapkan bahwa ciri kalimat efektif, yaitu: (1) kesepadanan struktur; (2)
kepararelan bentuk; (3) ketegasan makna; (4) kehematan kata; (5) kecermatan dan
kesatuan; (6) kepaduan makna; (7) kelogisan makna. Ciri lain dikemukakan
Mustakim (1994: 90-111), yaitu: (1) kelengkapan; (2) kesejajaran; (3) kehematan;
dan (4) variatif
Kesepadanan dan kesatuan berarti bahwa kalimat harus memiliki unsurunsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah dengan objek, keterangan, dan
unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan
keterpaduan arti yang merupakan ciri keutuhan kalimat.Kesejajaran bentuk berarti
bahwa kalimat harus menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau
konstruksi bahasa yang dipakai dalam susunan serial. Penekanan berarti
menekankan atau menonjolkan inti gagasan.Kehematan dalam mempergunakan
kata merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuklainya yang
dianggap tidak diperlukan, sedangkan kevariasian dalam struktur kalimat
menggunakan kalimat yang tidak monoton.
c. Aspek-aspek Pengukur Penguasaan Kalimat Efektif
Penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap suatu variabel. Basuki dan Hariyanto (2014: 8) mengatakan bahwa
31
“Penilaian adalah proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang keberhasilan belajar peserta didik dan
bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.” Sudjana (2005: 22)
juga berpendapat bahwa penilaian berfungsi sebegai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.” Kingsley dalam Sudjana (2005: 22)
membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan/ psikomotorik, (b)
pengetahuan/kognitif, (c) dan sikap.
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai hasil belajar, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.Penguasaan kalimat efektif merupakan hasil
belajar ranah kognitif.Untuk mengetuahui penguasaan kalimat efektif perlu
dilakukan pengukuran dalam bentuk tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.Tes
objektif digunakan dalam menilai hasil belajar dari materi yang luas.Penguasaan
kalimat efektif memiliki cakupan indikator yang banyak serta memiliki materi
yang luas sehingga tes objektif pilihan berganda cocok untuk digunakan.
Soal tes objektif dibuat berdasarkan kisi-kisi yang diranyang mengacu
pada indikator.Indikator tersebut meliputi ciri-ciri kalimat efektif yang telah
disebutkan di atas.Namun begitu, melihat kondisi objek penelitian yang hanya
memiliki sebagian pengetahuan dasar unsur kalimat efektif maka indikator
disesuaikan dengan objek penelitian.Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Kisi-kisi penguasaan kalinat efektif
No
1.
2
3
4
5
Unsur-unsur kalimat efektif No butir soal
Kehematan
Kesatuan
Kesejajaran
Kecermatan
Kelogisan
Jumlah
Jumlah
12
12
12
12
12
60
Penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan dalam keterampilan
menulis karena kalimat efektif merupakan syarat unsur kohesi dan koherensi suatu
wacana.Suatu wacana yang telah terpenuhi unsur kohesi dan koherensinya dapat
32
menyampaikan pesan dalam wacana tersebut.Pada penulisan teks Eksposisi
kalimat efektif mutlak diperlukan.
Hal tersebut dikarenakan teks eksposisi merupakan teks yang
memaparkan opini penulis tentang suatu permasalahan.Pada pemaparan pendapat
penulis dituntut untuk mengemas pendapatnya dalam sebuah kalimat yang efektif
agar pesan yang disampaikan dapat dipahami pembaca dengan baik.Siswa yang
memiliki penguasaan kalimat efektif tinggi tingkat keterampilan menulis teks
eksposisinya juga tinggi dari pada siswa yang hanyamemiliki penguasaan kalimat
efektif rendag.Dengan demikian,diduga terdapat hubungan antara penguasaan
kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi siswa.
Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Ardiani R Tahun 2012
dengan judul “Hubungan penguasaan Kalimat Efektif dan Motivasi Menulis Surat
Niaga”. Penelitian tersebut menguji hunungan antara Kalimat Efektif dan
Motivasi menulis terhadap kemampuan menulis surat niaga. Variabel penguasaan
kalimat efektif dalam penelitian tersebut memiliki hubungan positif dengan
menulis surat niaga. Sehingga terdepat kemungkinan besar bahwa variabel
penguasaan kalimat efektif memiliki hubungan positif dengan keterampilan lain
seperti menulis teks ekspoisi.
Adapun penelitian yang mendukung keterkaitan antara variabel kaliamat
efektif dengan keterampilan menulis ditunjukan oleh sebuah penelitian Rukayah
tahun 2014 yang telah dipublikasikan secara internasional dalam jurnal
internasional Macrothink Institute, dengan judul “The Writing Skill of 3th Grade
Students of Sibulue Subdistrict Junior High School of Bone Regency”. Penelitian
tersebut bertujuan (1) untuk menggambarkan tingkat penulisan pengetahuan siswa
berdasarkan tes objektif yang meliputi: penjabaran dari isi tulisan, susunan ayat,
penggunaan kalimat efektif, penggunaan kosakata, penggunaan ejaan dan tanda
baca, (2) untuk menggambarkan tingkat keterampilan menulis siswa berdasarkan
uji subjektif yang meliputi: penjabaran dari isi tulisan, susunan ayat, penggunaan
kalimat efektif, penggunaan kosakata, penggunaan ejaan dan tanda baca, dan (3)
untuk mengungkapkan hubungan antara pengetahuan menulis berdasarkan uji
obyektif dan keterampilan menulis berdasarkan tes subjektif. Populasi penelitian
33
tersebut
adalah 675 siswa kelas 3 SMP Kecamatan Sibulue. Jumlah sampel
adalah 135 siswa, dengan menggunakan teknik cluster sampling. Data
dikumpulkan dengan menggunakan dua jenis tes, yaitu tes objektif dan subjektif
dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif kuantitatif dan
inferensial dengan sebelumnya melakukan uji normalitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan penulisan siswa dari kecamatan Sibulue SMP
sangat rendah menurut 85% dari persentase keberhasilan dan skor rata-rata yang
diperoleh oleh siswa. Adapun nilai rata-rata melalui tes objektif dalam lima
komponen pengetahuan menulis hanya mencapai 52,02 dan persentase
keberhasilan mencapai 36,23%. Skor rata-rata dari tes subjektif dalam lima
komponen keterampilan menulis hanya mencapai 50,38 dengan persentase
keberhasilan 47,40%. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat
korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan menulis berdasarkan uji
obyektif dan keterampilan menulis berdasarkan uji subjektif: koefisien korelasi =
0,23 (korelasi yang rendah). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan
menulis siswa kelas 3 SMP Kecamatan Sibulue baik di tes objektif dan subjektif
tidak mencapai belum target kemampuan menulis seperti yang diharapkan dalam
kategori cukup 85%.
Selain itu juga pada penetitian Talebzadeh tahun 2012 dengan judul
“Effects of Sentence Making, Composition Writing and Cloze Test Assignments on
Vocabulary Learning of Pre-intermediate EFL Students” yang memaparkan hasil
temuanya bahwa Penelitian tersebut bertujuan untuk menyelidiki efek dari tiga
tugas menulis (membuat kalimat, menulis komposisidan tes close book) dari kosa
kata belajar dan mencoba untuk membandingkan efektivitas tugas ini untuk
melihat manasalah satumemiliki efek terbaik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketigatugas secara signifikan efektif untuk membantu peserta didik
belajarkosakata baru dan bahkan peserta didik tidak berbeda secara signifikan satu
sama lain dalam pre-test. Selain itu, kelompok yang menulis komposisimelakukan
signifikan lebih baik dalam tes posting daripada dua kelompok lainnya tetapi
perbedaan antara dua kelompok lainnyatidak signifikan. Pada penelitian tersebut
juga dilakukan wawancara dilakukan oleh peneliti. Hasil wawancaramenegaskan
34
efek menguntungkan dari tugas ini pada pembelajaran kosakata peserta didik.
Seperti pendapat Telebzadeh (2012: 717) bahwa“They found out that composition
writing had a great effect on learning second language vocabulary. The results
suggest a wider application of composition writing strategies to promote
meaningful learning.”
Penguasaan komposisi termasuk penguasaan kalimat efektif memiliki
dampak baik terhadap keterampilan berbahasa.Keterampilan berbahasa baik
berbicara, mambaca, menyimak, dan menulis membutuhkan penguasaan
komposisi. Unsur penguasaan komposisi yang dibutuhkan dalam menulis adalah
penguasaan kalimat efektif. Sepertihalnya penguasaan komposisi di atas,
pengetahuan menulis sangat penting dikuasai. Pengetahuan menulis atau writing
skill atau writing knowledge of student yang dimaksud di atas meliputi, penjabaran
dari isi tulisan, susunan ayat, penggunaan kalimat efektif, penggunaan kosakata,
penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal tersebut dapat menjadi dasar terlaksananya
penelitian ini mengingat tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan antara
penguasaan kalimat efektif dengan menulis.Selain itu, Meskipun koefisien
korelasi yang terbentuk merupakan korelasi yang rendah, Berdasar pada hasil
penelitian Rukayah, penguasaan kalimat efektif memiliki hubungan positif
terhadap keterampilan menulis terutama menulis teks eksposisi.
Berdasarkan pada teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli serta hasil
beberapa penelitian terdahulu mengenai pengertian, ciri kalimat efektif, dan
penilaian teks eksposisi maka perlu dipaparkan sintesis teori dari variabel
penguasaan kalimat efektif. Penguasaan kalimat efektif merupakan kecakapan
seseorang terhadap penggunaan penyusunan kalimat yang memiliki kehematan,
kecermatan, kesejajaran, kesepadanan, dan kelogisan sebuah kalimat. Dalam hal
pengukuran penguasaan kalimat efektif, perlu menggunakan tes yang berbentuk
tes objektif atau pilihan berganda dengan pada indikator penguasaan ciri kalimat
efektif seperti tersebut di atas.
3. Hakikat Keaktifan Menulis
Keaktifan siswa adalah salah satu variabel yang berhubungan positif
dengan keterampilan menulis teks eksposisi.Keaktifan siswa merupakan unsur
35
pendukung belajar dari dalam diri siswa.Melalui kekatifan siswa mampu
melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks
dengan baik melalui perolehan wawasan yang untuk menyelesaikan hambatan
yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi.
a. Pengertian Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja
tanpa mengadakan transformasi Gage dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono,
2006 : 45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan
sesuatu.Anak
mampu
untuk
mencari,
menemukan
dan
menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar
anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Ahmadi dan Prasetya (1977:57) membagi keaktifan menjadi dua yaitu
keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.Keaktifan jasmani yaitu murid berbuat
dengan seluruh anggota badannya, seperti membuat sesuatu, bermain maupun
bekerja.Jadi tidak hanya duduk melihat, mendengarkan dan pasif semata. Termos
(2013: 67) mengemukakan bahwa “Active learning, on the other hand, involves an
interactive environment in which questions, participations, and critical thinking
are essential. The efforts exerted to increase engagement are extensive in
instigating students’ involvement and interest as well as enhancing their
understanding” Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran dengan paradigm
yang baruyang dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Dari teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah siswa
aktif mengolah informasi yang diterima dan berusaha dengan seluruh anggota
badannya untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan mengenai materi dalam
pembelajaran yang sedang dilaksanakanya.
b. Jenis-jenis Keaktifan
Keaktifan terklasifikasi dalam beberapa kegiatan. Aktifitas utamanya
dalam hal pembelajaran bahasa terbagi menurut menurut empat keterampilan
36
berbahasa, salah satunya adalah menulis. Keaktifan dalam menulis merupakan
hal penting untuk dapat ditingkatkan dalam pembelajaran bahasa. Menurut Paul
D. dalam Doly (2015: 3) jenis keaktifan belajar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati pekerjaan orang lain
2) Kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi
3) Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan
4) Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis
laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan
tes, dan mengisi angket
5) Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar,
membuat grafik, diagram peta, dan pola
c. Upaya Meningkatkan Keaktifan Menulis
Menurut Gagne dan Briggs dalam Martinis (2013: 84) menjelaskan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan faktor
yang mempengaruhi keaktifan dalam belajar untuk menumbuhkan aktivitas dan
partisipasi siswa, masing-masing diantaranya yaitu:
1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa)
3) Mengingat kompetensi belajar kepada siswa
4) Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari)
5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
7) Memberi umpan balik (feed back)
8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau dan terukur
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.
37
Dengan meningkatkan keaktifan siswa melalui beberapa hal di atas maka
dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam hal menulis.
Keaktifan merupakan variabel yang disinyalir mampu mempengaruhi hasil belajar
siswa. Seperti pada hasil penelitian Ramlah, Firmasyah, dan Zuabair (2014)
dengan judul “Pengaruh gaya Belajar dan Keaktifan Siswa terhadap Prestasi
Belajar Matematika (Survai Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kab.
Karawang). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika. Untuk mengetahui pengaruh
keaktifan siswa terhadap prestasi belajar Matematika serta untuk mengetahui
pengaruh gaya belajar dan keaktifan siswa terhadap prestasi belajar Matematika.
Metode penelitian yang digunakan adalah ekpos facto.Sampel berukuran
235 siswa yang dipilih secara random sampling dari seluruh siswa SMP N yang
ada di kecamatan Klari kabupaten Karawang. Pengumpulan data dilaksanakan
dengan teknik penyebaran angket gaya belajar dan angket keaktifan siswa.
Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas dan
homogenitas, dan uji ANOVA. Penelitian tersebut dilaksanakan dari bulan Juni
sampai Juli 2014.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan gaya
belajar terhadap prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai sig =
0,001 < 0,05. Terdapat pengaruh yang signifikan keaktifan terhadap prestasi
belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F tabel = 3,
08, dengan sig= 0,00< α = 0,05. Sehingga, menolak hipotesis „tidak terdapat
pengaruh interaksi metode pembelajaran kooperatif dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar Matematika.‟
Adapun penelitian yang mendukung keterkaitan antara variabel keaktifan
dengan pembelajaran bahasa tersmasuk pembelajaran menulis ditinjukan dalam
sebuah hasil penelitian Aidinlou dan Gobhadi tahun 2012 dengan judul
“Examination of Relationships between Factors Affecting on Oral Participation of
ELT Students and Language Development: A Structural Equation Modeling
Approach”.Penelitian tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa partisipasi
kelasdianggap sebagai variabel yang memiliki hubungan positif dengan
38
pembelajaran bahasa. Pada pembelajaran bahasa siswa diharapkan muncul secara
aktif ke dalam proses pembelajaran untuk membantu memperkuat transfer materi
dengan memunculkan keaktifan dalam kelas. Pada penelitian tersebut menunjukan
bahwa Partisipasi Oral (OP) penting bagi siswa dari Pelatihan Bahasa Inggris
(ELT). Penelitian ini mencobauntuk menentukan faktorsiswa yang paling
berpengaruh dalam partisipasi lisan mereka di kelas bahasaasing dan hubungan
dengan Inggrisperkembangan bahasa (ELD). Pengolahan data penelitian tersebut
menggunakan software LISREL untuk menentukan persamaan struktural
pemodelan.Interpretasi
dari
hasil
yang
diperoleh
dari
SEM
danhasil
hipotesispengujian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
faktor yang mempengaruhi partisipasi lisan dan jugahubungan antara partisipasi
lisan dan perkembangan bahasa. Hasil SEM menunjukkan bahwamodel akhir
berdasarkanELT telah membuktikan bahwa ELD dikendalikan dengan OP sebesar
65%.Oleh karena itu, model yang diusulkan dari penelitian ini dapatmeningkatkan
keberhasilan studi ELD di L2. Oleh karena itu model akhir telah
membuktikanbahwa ELD dikendalikan olehfaktor pendidikan (EF) lebih dari
faktor-faktor sosial (SOF) dan faktor siswa (SF).Struktur umummodel yang
disajikan harus berlaku untuk siswa dari ELT danlingkungan belajar bahasa
kedua. Temuanmenyarankan studi kasus ini sesuai dengan kriteria yang unik dari
pelajar 'bahasa kedua'.
Pada penelitian Aidinlou, Assadi dan Ghobadi, Partisipasi siswa
merupakan keaktifan dalam pembelajaran bahasa. Partisispasi siswa atau
keaktifan dalam penelitian tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa pada penelitian tersebut memang
hanya dalam lingkup berbicara. Namun demikian, empat keterampilan dalam
berbahasa sangat berkaitan erat sepertihalnya berbicara dengan menulis utamanya
menulis teks eksposisi. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil penelitian di atas
mempu menjadi acuan dasar terlaksananya penelitian ini dengan hipotesis bahwa
keaktifan memiliki hubungan positif terhadap keterampilan menulis teks
eksposisi. Pada hasil Ramlah, Firmansyah, dan Zubair menunjukan pengaruh
keaktifan dengan prestasi belajar matematika. Meskipun demikian, dapat
39
dijadikan dasar pelaksanaan penelitian yang menguji hubungan antara variabel
keaktifan dengan pembelajaran bahasa, utamanya dalam hal menulis teks
eksposisi mengingat keaktifan merupakan variabel yang berpengaruh pada
pembelajaran apapun termasuk pembelajaran bahasa.
d. Indikator Keaktifan
Keaktifan dapat dilihat dari beberapa ciri penanda.Ciri penanda keaktifan dapat
dilihat dari keterlibatan siswa secara optimal dalam pembelajaran.Keterlibatan
tersebut dapat berbentuk sering bertanya, berpendapat, berdiskusi, dan terlibat
penuh dalam pemecahan masalah. Seperti pendapat Sudjana (2005 :61)
keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
(1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) Terlibat dalam
pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila
tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari
berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah. (5)
Melaksanakan diskusi kelompok; (6) Menilai kemampuan dirinya dan
hasil yang diperolehnya; (g) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa
yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang
dihadapinya; (h) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya
Dari ciri – ciri keaktifan menurut Sudjana di atas, maka dapat diambil delapan
indikator antara lain
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya: Maksud dari indikator ini
adalah siswa ikut serta dalam proses pembelajaran misalnya siswa
mendengarkan, memperhatikan, mencatat dan mengerjakan soal dan
sebagainya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah: Maksud dari indikator tersebut adalah
ikut aktif dalam menyelesaikan masalah yang sedang dibahas dalam kelas,
misalnya ketika guru memberi masalah/ soal siswa ikut membahas.
3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya: Maksud dari indikator tersebut adalah jika tidak
memahami materi/ penjelasan dari guru hendaknya siswa melontarkan
pertanyaan, baik pada guru/siswa lain.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan
masalah: Maksud indikator tersebut adalah berusaha mencari informasi /cara
40
yang bisa digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah /soal. Yaitu siswa
mencari informasi dari buku.
5) Melaksanakan diskusi kelompok: Maksud dari indikator tersebut adalah
melakukan kerja sama dengan teman diskusi untuk menyelesaikan masalah/
soal.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya: Maksud dari
indikator tersebut adalah menilai kemampuan dirinya yaitu dengan mencoba
mengerjakan soal setelah guru menerangkan materi.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah, yaitu siswa dapat
mengerjakan soal/ permasalahan, dengan mengerjakan LKS: Maksud dari
indikator tersebut adalah dapat menyelesaikan soal/ masalah yang pernah
diajarkan/ dibahas bersama. Yaitu siswa mengerjakan LKS.
8) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya: Maksud dari indikator
tersebut adalah menggunakan/ menerapkan rumus/ langkah – langkah yang
telah diberikan dalam soal yang dihadapi dalam kelas.
Berdasarkan pada teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli serta hasil
beberapa penelitian terdahulu mengenai pengertian, jenis keaktifan, dan faktor
yang mempengaruhi keaktifan maka perlu dipaparkan sintesis teori dari variabel
penguasaan kalimat efektif.Keaktifan siswa adalah salah satu variabel yang
berhubungan positif dengan keterampilan menulis teks eksposisi.Keaktifan siswa
merupakan unsur pendukung belajar dari dalam diri siswa.Melalui kekatifan siswa
mampu melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu
teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang untuk menyelesaikan
hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks
eksposisi.Siswa yang tingkat keaktifannya tinggi akan dapat memproduksi teks
eksposisi dengan baik, sedangkan siswa yang kekatifanya rendah, keterampilan
menulis teks eksposisinya juga rendah. Dengan demikian, diduga terdapat
hubugan antara keaktifan siswa dengan Keterampilan menulis teks eksposisi
41
B.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian beberapa teori
atau konsep yang relevan dengan
variabelpenelitian (penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis sebagai
variabel bebas) dan keterampilan menulis teks eksposisi sebagai variabel terikat,
dapat disusun kerangka berpikir penelitian sebagai berikut.
1. Hubungan Penguasaan Kalimat Efektif dengan Keterampilan Menulis
Eksposisi
Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan
penggunaan komposisi bahasa yang tepat, baik, dan benar.Keduanya tidak dapat
terpisah karena suatu karangan yang bagus tidak terlepas dari penggunaan
komposisi bahasa yang baik dan benar.Kaitanya denganmenulis teks eksposisi,
penguasaan komposisi utamanya penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan.
Penguasaan
kalimat
efektif
sangat
diperlukan
dalam
keterampilan
menulis.Karena kalimat efektif merupakan syarat unsur kohesi dan koherensi
suatu wacana.Suatu wacana yang telah terpenuhi unsur kohesi dan koherensinya
dapat menyampaikan pesan dalam wacana tersebut.Pada penulisan teks eksposisi
kalimat efektif mutlak diperlukan.Hal tersebut dikarenakan teks eksposisi
merupakan teks yang memaparkan opini penulis tentang suatu permasalahan.Pada
pemaparan pendapat penulis dituntut untuk mengemas pendapatnya dalam sebuah
kalimat yang efektif agar pesan yang disampaikan dapat dipahami pembaca
dengan baik.Siswa yang memiliki penguasaan kalimat efektif tinggi tingkat
keterampilan menulis teks eksposisinya juga tinggi dari pada siswa yang
hanyamemiliki penguasaan kalimat efektif rendah. Dengan demikian,diduga
terdapat hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis
teks eksposisi siswa.
2. Hubungan Keaktifan Siswa dengan Keterampilan Menulis Eksposisi
Untuk
menulis
teks
eksposisi
yang
baik,
menuntut
seseorang
mengaplikasikan penggunaan komposisi yang baik juga utamanya penggunaan
kalimat efektif.Untuk memenuhi keduanya diperlukan keaktifan siswa dalam hal
menulis.Keinginan siswa untuk aktif mampu memberikan dorongan pada siswa
42
untuk terus memperkaya wawasan mengenai struktur dan kaidah teks eksposisi
juga mengenai pengaplikasian kalimat efektif secara tepat.
Keaktifan siswa adalah salah satu variabel yang berhubungan positif dengan
keterampilan menulis teks eksposisi. Keaktifan siswa merupakan unsur
pendukung belajar dari dalam diri siswa.Melalui kekatifan siswa mampu
melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks
dengan baik melalui perolehan wawasan yang untuk menyelesaikan hambatan
yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi.Siswa yang
tingkat keaktifannya tinggi akan dapat memproduksi teks eksposisi dengan baik,
sedangkan
siswa
yang kekatifanya
rendah,
keterampilan
menulis
teks
eksposisinya juga rendah. Dengan demikian, diduga terdapat hubugan antara
keaktifan siswa dengan Keterampilan menulis teks eksposisi
3. Hubungan Penguasaan Kalimat Efektif dan Keaktifan Menulis Secara
Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Eksposisi
Keterampilan menulis eksposisi pada dasarnya membutuhkan penguasaan
kalimat efektif karena kalimat efektif merupakan unsur penting dalam membuat
wacana sebagai penyampai pesan.Kalimat efektif memuat kohesi dan koherensi
sebuah wacana dengan tujuan maksud yang disampaikan penulis akan tepat
sasaran pada benak pembaca. Mengingat teks eksposisi adalah teks yang
memeaparkan informasi danmenambah wawasan pembaca mengenai suatu
hal.Begitu juga dengan kekatifa siswa merupakan kunci dalam memahami materi
tentang unsur serta struktur yang harusdiperhatikan dalam menulis tekseksposisi
.Siswa yang memiliki keaktifa yang tinggi maka semakin banyak materi yang
diserap semakin paham pula materi tentang unsur serta struktur penulisanteks
eksposisi. Diduga,terdapat hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan
keaktifan siswa dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Penulis mencoba
menggambarkan kerangka berpikir penelitian ini dalam sebuah bagan agar dapat
dilihat secara jelas kerangka berpikir dalam penelitian ini.
43
3a
1a
Tinggi
2a
Tinggi
Tinggi
Keterampilan
Menulis teks
eksposisi (Y)
Penguasaan
Kal. efektif
Keaktifan
menulis
X2
X1
Rendah
Rendah
Rendah
1b
3b
2b
Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Antarvariabel Penelitian
Keterangan:
1. Hubungan penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks
eksposisi
a. Penguasaan kalimat efektif siswa tinggi diduga keterampilan menulis
teks eksposisinya juga tinggi.
b. Penguasaan kalimat efektif siswa rendah diduga keterampilan menulis
teks eksposisinya juga rendah.
2. Hubungan keaktifan siswa dengan keterampilan menulis teks eksposisi
a. Keaktifan
menulis
tinggi
diduga
keterampiln
menulis
teks
diduga
keterampiln
menulis
teks
eksposisinya juga tinggi.
b. Keaktifan
menulis
rendah
eksposisinya juga rendah.
44
3. Hubungan penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersamasama dengan keterampilan menulis teks eksposisi
a. Penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis tinggi diduga
keterampilan menulis teks eksposisinya juga tinggi.
b. Penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis rendah diduga
keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan kerangka berpikir di atas, maka
dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Terdapat hubungan positif antara kalimat efektif dan keterampilan menulis teks
eksposisi siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Surakarta
2. Terdapat hubungan positif antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis
teks eksposisi siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Surakarta
3. Terdapat hubungan positif antara kalimat efektif dan keaktifan siswa secara
bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi siswa kelas X
MIPA SMA Negeri 5 Surakarta
Download