BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Penelitian ini mengambil acuan teori mengenai keterampilan menulis teks eksposisi, penguasaan kalimat efektif, dan keaktifan siswa. Sesuai dengan judul penelitian Hubungan antara Penguasaan Kalimat Efektif dan Keaktifan Siswa dengan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi pada Siswa Kelas X MIPA SMA Negeri 5 Surakarta. Kajian teori ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang memadai sebagai pijakan dalam penelitian ini. Selain memuat kajian teori, pada bab ini juga terdapat penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian 1. Hakikat Keterampilan Menulis Pada hakikat keterampilan menulis teks eksposisi akan dijelaskan beberapa pengertian mengenai pengertian menulis, tahap-tahap menulis, jenis-jenis tulisan, tujuan menulis, pengertian teks eksposisi, ciri-ciri teks eksposisi, strutur teks ekspsisi dan pedoman penilaian teks eksposisi. Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pengertian Menulis Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) telah dikenal dengan adanya kemampuan berbahasa yang meliputi membaca, menulis, menyimak dan mendengarkan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa SMA dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang berlandas pada Kurikulum 2013 adalah keterampilan menulis. Pada dasarnya, keterampilan menulis merupakan kegiatan yang menciptakan sesuatu gagasan dalam bentuk tulisan pada sebuah media.Melahirkan gagasan melalui kegiatan menulis memang tidkalah mudah.Perlu latihan-latihan khusus agar bisa menjadi optimal.Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang dianggap rumit karena melaksanakan keterampilan menulis berarti harus mampu menguasai kaidah kebahasaan yang baik dan benar agar gagasan yang 9 10 diciptakan mampu dimengerti oleh pembaca. Menulis merupakan aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspekaspek kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca (Andayani,2009:29). Meskipun keterampilan menulis merupakan keterampilan yang rumit, keterampilan menulis mutlak perlu dikuasai karena memiliki manfaat. Melalui kegiatan menulis seseorang mampu mempengaruhi orang lain sehingga mampu melakukan perubahan dalam kehidupan pembacanya menuju pada perubahan yang positif. Seperti pendapat seorang ahli yang bertumpu pada pendapat Nurgiyantoro (dalam Andayani, 2009:28) bahwa: Menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan melalui bahasa.Aktivitas pertama menekankan gagasan melalui bahasa, sedangkan yang kedua gagasan. Dalam tulisan, gagasan cemerlang yang tersirat dalam tulisan akan mampu memikat pembaca dan pada akhirnya membuat pembaca melakukan perubahan-perubahan besar yang berarti dalam hidupnya. Keterampilan menulis memerlukan media dalam pelaksanaanya. Sejalan dengan hal itu, (Alek dan Achmad, 2010:106) berpendapat bahwa “menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.” Keterampilan menulis itu merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Untuk mendapatkan keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang toeri menulis apalagi hanya menghafalkan definisi istilah-istilah yang terdapat dalam bidang karang-mengarang. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Sujanto (2000:60) bahwa “Keterampilan menulis tumbuh dengan latihan-latihan dengan mengatasi kecemasan dan kebimbangan menuju kepada kepercaan diri sendiri”. Sejalan dengan pendapat di atas, Suyitno dan Purwadi (1998:1) berpendapat bahwa: Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh pengarang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lukisan grafik itu.Gambaran atau lukisan mungkin dapat mengungkapkan makna-makna, tetapi menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.Menulis merupakan suatu representasi bagian kesatuan-kesatuan bahasa. 11 Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang menuangkan gagasan dalam sebuah media yang dimiliki pengarang melalui suatu bahasa, dengan tidak mengabaikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar agar dapat dipahami pembaca. Keterampilan menulis tersebut diperoleh dengan cara latihan-latihan secara teratur. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang kompleks yang tidak dapat dikuasai begitu saja tanpa melalui latihan-latihan mengingat kegiatan menulis merupakan kegiatan yang paling tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa yang lain. b. Tahap-tahap Menulis Untuk dapat menghasilkan suatu tulisan, penulis harus melalui beberapa tahap penulisan. Tahap penulisan menurut Andayani (2009: 29-30) meliputi beberapa tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap inspirasi, dan (4) tahap verifikasi. Berikut merupakan penjabaran tiap-tiap tahap penulisan: 1) Tahap Persiapan Tahap ini meliputi:menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran, dan refleksi terhadap realitas yang dihadapi. 2) Tahap Inkubasi Tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa sehingga mengantarkanya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. 3) Tahap Inspirasi Tahapinspirasi yaitu gagasan seakan-akan tiba dan berloncatan pada pikiran kita.Ide yang muncul pada pemikiran kita setelah direnungkan.Atau dapat juga muncul dengan stimulus. 4) Tahap Verifikasi Pada tahap ini, apa yang dituliskan akan diperiksa kembali, diselesaikan, dan disusun sesuaifokus tulisan. Setelah melalui tahap-tahap penulisan penulis mampu melahirkan sebuah gagasan dalam bentuk tulisan.Penulis perlu memperhatikan kualitas tulisanya berdasarkan 12 beberapa kriteria. Kriteria tulisan yang baik menurut Alek dan Achmad (2010:108), yakni: (1) kesesuaian topik, (2) kesesuaian antarparagraf, dan (3) pemilihan kata dan rangkaian kalimat. Berikut merupakan penjabaran tiap-tiap kriteria tulisan: 1) Kesesuaian Topik a) relevansi b) akurasi 2) Kesesuaian Antarparagraf a) pengaruh terhadap pembaca b) kerekatan, argumen, ide, dan bukti. c) gampang dimengerti d) informasi diatur dengan terstruktur e) hubungan antarkalimat berjalan dengan “lembut” f) menukik langsung ke persoalan g) ide logis h) ide dan bukti relevan satu dengan yang lain 3) Pemilihan Kata dan Rangkaian Kalimat a) tidak ada kesalahan b) formasi kata teratur dengan baik c) pilihan kata bervariasi. d) model kalimat bervariasi. Keterampilan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis teks eksposisi.Keterampilan menulis teks eksposisi tersebut merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dalam kompetensi dasar pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas pada Kurikulum 2013.Keterampilan menulis dilatih bukan tanpa tujuan, namun setiap penulis memiliki tujuan saat melahirkan sebuah gagasan.Seperti pendapat Kusumaningsih dkk (2013: 67) bahwa tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi secera tidak langsung. Pada kegiatan menulis proses komunikasi terjadi secara tidak langsung. Mengingat hal tersebut maka isi tulisan dan lambang grafik yang 13 dipergunakan harus benar-benar jelas guna pesan yang disampaikan akan tepat sasaran. c. Tujuan Menulis Tarigan (dalam Kusumaningsih, dkk. 2013: 67) mengemukakan bahwa “terdapat beberapa tujuan menulis, yaitu (1) tujuan penugasan, (2) tujuan altruistik, (3) tujuan persuasif, (4) tujuan informasional, (5) tujuan menyatakan diri, (6) tujuan kreatif, dan (7) tujuan pemecahan masalah.” Tujuan menulis yang pertama adalah ujuan penugasan. Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis, tanpa mengetahui tujuanya. Dia menulis karena mendapatkan tugas, bukan atas keinginanya. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku.Tujuan yang kedua adalah tujuan altruistik.Penulis ingin menolong para pembaca untuk memahami suatu permasalahan atau peristiwa dan membuat hidup para pembaca lebih mudah melalui tulisan tersebut.Tujuan persuasif berarti penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar para pembaca yakin akan kebenaran idea tau gagasan yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini biasanya digunakan untuk menawarkan sebuah produk atau kegiatan politik. Tujuan informasional berarti penulis memberikan informasi atau keterangkan kepada pembaca. Pada hal ini penulis menginformasikan sesuatu kepada pembaca mengenai sesuatu atau hal baru agar lebih dipahami para pembaca. Tujuan menyatakan diri berarti penulis berusaha memperkenalkan diri kepada pembaca. Biasanya berbentuk biografi dan puisi.Tujuan kreatif penulis, yakni bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilainilai kesenian melalui tulisan penulis, sedangkan tujuan pemecahan masalah berarti penulis bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi. Contoh: skripsi, tesis, atau disertasi Pada kegiatan menulis, penulis dapat menuangkan gagasannya dalam beberapa jenis teks. Setiap jenis teks memiliki ciri khusus. Seperti teks eksposisi yang memiliki ciri khusus, salah satunya bersifat informatif. Menurut teknik pemaparannya paragraf dapat dibagi ke dalam empat macam, yaitu paragraf deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif (Arifin dan Tasai,1985: 108). Berikut merupakan penjabaran tiap-tiap jenis teks: 14 1) Paragraf Deskriptif Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak.Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera (Arifin dan Tasai,1985: 108). Contoh paragraf deskriptif: Solo Grand Mall (SGM) adalah sebuah mall yang sangat sempurna di kota Solo. Semua barang ada di sana. Begitu masuk pintu depan toko itu tergelar show room sepeda motor terbuka, furniture dari berbagai produk juga menghiasi di sana. Tidak tertinggal stand produk roti, dan pernik-pernik asessoris ikut andil menyemarakkan kemegahan mall itu. Di lantai dasar mall itu terdapat stand khusus yang menjajagan segala kebutuhan rumah tangga. Stand itu sering dinamakan “hypermart”. Di depannya, tergelar lahan parkir yang sangat luas untuk menampung khusus sepeda motor. Belum lagi di lantai dua, kesemarakkan mall itu semakin bertambah dengan hadirnya stand-stand yang menyediakan barang elektronik, segala merk kaca mata dalam dan luar negeri, stand butik, stand hand phone dari merk Nokia, Ericson, Samsung, Philips. Area bermain-main anak pun tersedia di mall itu, namanya “Time Zone”.Khusus lantai 4, dan 5 digunakan parkir mobil para pengunjung.Di sekitar jalan mall itu, banyak warung-warung kecil penjual buah-buahan, makanan kecil, sampai warung makan (Arifin dan Tasai 1985: 108). 2) Paragraf Ekspositoris Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan.Paragraf ini menampakkan suatu objek.Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan (Arifin dan Tasai,1985: 108). Contoh paragraf ekspositoris: Pasar Klewer adalah pasar yang sangat kompleks yang berada di kota Bengawan. Di lantai dasar terdapat kurang lebih seratus lima puluh kios penjual dasar kain. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besar uang masuk ke kas Pemerintah Kota Surakarta dari Pasar Klewer yang menjadi ciri masyarakat Solo itu. (Arifin dan Tasai 1985: 108) 3) Paragraf Argumentatif 15 Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam ekspositoris.Paragraf argumentatif disebut juga persuasi.Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analitis (Arifin dan Tasai,1985: 109). Contoh paragraf argumentatif: Dalam pelajaran matematika, murid kelas VI mempunyai nilai yang cukup baik. Amir mendapat nilai 9, Badu dan Zain mendapat nilai 8, Siti dan Zaenab mendapat 7. Tidak seorang pun yang bernilai jelek.Data dikatakan bahwa murid kelas VI cukup pintar (Arifin dan Tasai,1985: 109). 4) Paragraf Naratif Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat (Arifin dan Tasai,1985: 109). Contoh paragraf naratif: Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan, ayah mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Slamet yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.(Arifin dan Tasai,1985: 109). d. Pengertian Teks Eksposisi Teks yang diajarkan dalam pembelajaran kelas X semester pertama Kurikulum 2013 meliputi beberapa teks, yakni: teks laporan hasil observasi, Teks Prosedur Kompleks, dan teks Eksposisi. Pada Kompetensi Dasar 4.2: Memproduksi teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan/tulisan. Eksposisi merupakan teks yang memaparkan informasi dan dilengkapi argumentasi yang disdasarkan pada fakta.Seperti pendapat Semi (dalam Kusumaningsih, dkk. 2013: 80) eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu.Eksposisi biasanya dikembangkan dengan susunan logis dengan pola pengembangan gagasan seperti definisi, klasifikasi, ilustrasi, perbandingan, pertentangan, dan analisis fungsional. 16 Teks eksposisi terwujud dalam berbagai bentuk di berbagai media, namun kita tidak pernah menyadari bentuk teks eksposisi. Eksposisi dapat berbentuk sebagai artikel, wacana, berita, dan laporan.Untuk itu, perlu mengetahui ciri khusus yang menjadi penanda bahwa teks tersebut merupakan teks eksposisi. Murtono (2010:37) berpendapat bahwa “eksposisi adalah jenis tulisan atau penuturan yang mengemukakan pendapat atau gagasan mengenai suatu fakta, gejala, atau kejadian yang dengan jelas, yang seringkali juga berlebihan jelasnya.” Untuk memperjelas apa yang dikemukakan tersebut biasanya disertai dengan alat penjelas, misalnya: grafik, statistik, denah, peta dan sebagainya. Ciri utama teks eksposisi adalah terdapat pendapat penulis yang disertai oleh fakta yang valid sehingga paparanya bersifat informatif Pendapat yang sama dikemukakan oleh (Keraf, 1995: 7) bahwa “Eksposisi adalah suatu wacana yang berusaha menguraikan suatu obyek sehingga memeperluas pandangan atau pengetahuan pembaca”. Sifat eksposisi yang informatif dapat menambah wawasan bagi pembacanya. Selain itu, teks eksposisi merupakan teks yang memuat pendapat penulis beserta fakta yang mendasari sehingga menulis teks eksposisi layak untuk dipelajari. Usaha untuk mengasah keterampilan menulis teks eksposisi dapat dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X semester pertama pada Kurikulum 2013. Lebih lanjut Parera (1987:05) berpendapat bahwa eksposisi bertujuan untuk memberikan informasi. Pengarang dan penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar memahaminya dan pengarang mempunyai sejumlah data dan bukti sehingga, ia berusaha menjelaskan persoalan dan kejadian ini demi kepentingan anda sendiri. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian Janah tentang Hubungan Minat Baca dan Pengusaan Kosakata dengan Kemampuan Menulis Teks Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hubungan minat baca dengan kemampuan menulis teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul, (2) mengetahui hubungan penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul, dan (3) mengetahui 17 hubungan minatbaca dan penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul. Populasi dalam penelitian tersebut adalah 19 sekolah dengan jumlah 3220 siswa.Sampel penelitian diambil 10% sehingga didapat sampel sebesar 325 siswa. Teknik penyampelan yang digunakan adalah random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan tes tulis. Uji persyaratan analisis digunakan uji normalitas, linearitas, dan multikolinearitas. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment. Berdasarkan analisis data dapat disimpulakan: (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat baca terhadap kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,585 dan nilai r-hitung lebih besar dari rtabel dengan N= 325 pada taraf kesalahan 5% (0,585 > 0,113), yang berarti bahwa semakin tinggi minat baca siswa maka akan semakin tinggi pula kemampuan menulis teks eksposisi;(2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul yang dibuktikan dengan koefisiensi korelasi (rx1y) sebesar 0,559 dan nilai rhitung lebih besar daripada nilai r-tabel dengan N= 325 pada taraf kesalahan 5% (0,559 > 0,113) yang berarti bahwa semakin tinggi penguasaan kosakata maka akan semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam menulis teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul; dan (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis teks eksposisi pada siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Bantul yang ditunjukkan dengan nilai Ry (1,2) sebesar 0,736 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,541. R Square menunjukkan hubungan yang positif antara minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis teks eksposisi sebesar 0,541 atau 54,1% Keterampilan menulis teks eksposisi memang tidaklah serta-merta ada begitu saja tanpa adanya latihan. Keterampilan menulis teks eksposisi pelru dikembangkan sehingga akan meningkatkan kualitas hasil teks eksposisi yang 18 diproduksi mengingat variabel keterampilan menulis teks eksposisi sangat penting dikuasai oleh siswa kelas X SMA dalam Kurikulum 2013 karena telah masuk dalam Kompetensi Dasar yang harus dicapai. Adapun hasil penelitian yang menunjukan terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi siswa adalah penelitian Dymok dan Nicholson tahun 2010 dengan judul “High 5! Strategies to Enhance Comprehension of Expository Text”.Penelitian tesebut memaparkan lima cara meningkatkan pemahaman mengenai teks eksposisi. Lima cara tersebut, yaitu (1) Activating background knowledge, (2) Questioning, (3) Analyzing Text Structure, (4) Creating Mental Images, (5) Summarizing. Pada tahap Activating background knowledge guru hendaknya memberikan sebuah gambaran mengenai suatu hal yang akan di tuliskan atau dibaca dalam teks eskposisi. ”Activating relevant background knowledge helps readers make connections between what they know and what they are reading.” (Dymok dan Nicolson 2010: 167). Mengaktifkan pengetahuan dasar mengenai materi yang akan dibahas menolong siswa mampu menghubungkan antara apa yang mereka tahu dengan apa yang mereka baca. Sebagai contoh, ketika guru mampu memberi pemahaman pada siswa mengenai planet Mars dan Jupiter maka siswa akan terbantu untuk memahami sebuah teks yang membahas mengenai sistem tata surya. Untuk itu guru dituntut memiliki wawasan yang luas agar mampu memeberikan pemahaman pada siswa mengenai sesuatu yang bersifat informatif dan inovatif. Pada tahap Questioning guru hendaknya mampu mendorong siswa membuat sebuah pertanyaan mengenai teks eksposisi yang disajikan oleh guru baik mengenai fakta dalam substansi teks maupun pesan yang terkandung secara implisit pada teks seperti pendapat Dymok dan Nicolson (2010: 167) “Prior to reading, good readers also ask themselves questions that activate background knowledge.”. Dengan begitu siswa menerima banyak kesempatan untuk memahami teks eksposisi melalui pemaparan fakta serta tujuan implisit yang terkandung di dalam teks eskposisi.Pada tahap Analyzing text structure siswa diminta menandai kata kunci yang mencirikan setiap bagian struktur teks eksposisi. Dymok dan Nicolson (2010: 168) “Text structure awareness, or the 19 ability to analyze text in terms of its structure, is a mental awareness of how writers organize information”. Siswa hendaknya menandai ciri setiap bagian struktur teks. Struktur thesis yang berarti gambaran awal ditandai dengan adanya kalimat fakta; agrumentasi, yakni berisi pendapat penulis yang didasarkan fakta sebuah pokok bahasan ditandai dengan kalimat opini, dan penegasan ulang pendapat, yakni penulisan kembali alasan penulis mengenai suatu hal.Pada tahap Creating Mental Images siswa diminta menggamparkan alur point penting sebuah teks eksposisi dari awal hingga akhir. ”Creating a mental image of the text being read (or being able to visualize how texts are structured) enhances (Dymok dan Nicolson 2010: 171). Siswa mampu memahami teks eksposisi dengan baik bila siswa mampu melihat gambaran struktur teks mulai dari gambaran awal, argumentasi penulsi, hingga penegasan ulang pendapat. Tahap terakhir adalah summarizing, pada tahap ini siswa diminta untuk merangkum gagasan pokok yang terdapat pada teks eksposisi. “Knowing how to summarize the main ideas has a positive impact on comprehension (Calfee & Patrick, 1995; NICHD, 2000). To most of us, a summary is concise and gives only the main points. Research shows that the ability to summarize a text can enhance comprehension (Dymok dan Nicolson 2010: 171). Melalui lima cara tersebut siswa diharapakan mampu meningkatkan pemahaman terhadap teks eksposisi. Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa keterampilan menulis teks eksposisi merupakan variabel yang didapat dengan terus berlatih mengingat keterampilan menulis teks kesposisi merupakan kecakapan menuangkan gagasan berupa paparan informasi baru disertai dengan pendapat yang didasarkan pada fakta yang valid (eksposisi) dalam sebuah media yang dimiliki pengarang melalui suatu bahasa, dengan tidak mengabaikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar agar dapat dipahami pembaca gagasan. Keterampilan menulis teks eksposisi merupakan variabel yang dapat ditingkatkan beberapa melalui cara seperti diatas sehingga dapat dihipotesiskan bahwa peningkatan keterampilan teks eksposisi bukan tidak mungkin dilakukan melalui variabel kontrol, seperti penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa. 20 e. Ciri Teks Eksposisi Setiap teks memiliki ciri yang membedakan anata satu teks dengan yang lain. Ciri teks eksposisi yang mendasar yakni bersifat informatif dan mengandung pendapat penulis yang didasarkan pada fakta. Seperti pendapat Semi (dalam Kusumaningsih, dkk 2013: 80) Ciri penanda eksposisi sebagai berikut: (1) berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, bagaimana, (3) disampaikan dengan lugas dengan bahasa baku, (4) menggunakan nada netral, tidak memihak, dan memaksakan sikap penulis kepada pembaca Sejalan dengan hal tersebut, (Dawud, dkk. 2004: 233) mengemukakan bahwa “Ciri menonjol dari sebuah teks eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana”. Berita di surat kabar dapat dikatakan sebagai contoh sebagian besar karangan eksposisi. Tulisan paparan menggugah pikiran tanpa bermaksud menggugah perasaan atau memengaruhi sikap pembaca. (Dawud dkk, 2004: 233) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dasar pemaparan, yaitu: 1) Definisi, bentuk pemaparan ini dianggap paling ilmiah. Sebab merupakan dasar bagi semua wacana yang sifatnya menjelaskan. 2) Analisis, yaitu proses memisah atau memecah keseluruhan ke dalam bagian-bagiannya. 3) Perbandingan dan pertentangan, yang bertujuan menyajikan informasi mengenai suatu hal yang sudah dikenal. Tujuan lainnya yaitu mungkin ingin menjelaskan dua hal dan melaksanakannya dengan jalan menghubungkan keduanya dengan beberapa prinsip umum (teori) yang seharusnya dapat berlaku terhadap keduanya dan dapat dianggap sudah dikenal oleh penganggap. 4) Ilustrasi (contoh), wacana eksposisi yang memaparkan suatu permasalahan pada sebuah pernggambaran sehingga pembaca mudah mengasosiasikan maksud penulis melalui penggambaran tersebut. Lebih lanjut ciri teks eksposisi menurut Alwasilah (2005:111) bahwa dalam pokoknya eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan.Penulis berniat untuk memberi informasi atau memberi petunjuk pada pembaca. Alwasilah (2005:111) mengemukakan bahwa eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea seperti lewat pemerincian, proses, sebab akibat, 21 klarifikasi, definisi, analisis, komperasi, dan kontras.Hasani (2005:30) menambahkan bahwa ciri teks eksposisi, antara lain: (1) penjelasanya bersifat informatif; (2) pembahasan masalahnya bersifat objektif; (3) penjelasanya disertakan bukti-bukti yang konkret; (4) pembahasanya bersifat logis atau sesuai penalaran; (5) data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau historis; (6) suatu analisis yang bersifat objektif terdapat seperangkat fakta. Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa ciri teks teksposisi, yakni harus memaparkan informasi terkait apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana dalam suatu hal yang mengandung fakta dengan penyajian menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah. f. Struktur Eksposisi Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan memadai kualitas sebuah eksposisi. Walaupun demikian, Keraf (1995:8) berpendapat bahwa “Sebagai bentuk tulisan yang paling umum digarap, eksposisi tetap mengandung tiga bagian utama, yaitu sebuah pendahuuan, Tubuh eksposisi, dan kesimpulan”.Pada bagian pendahuluan di dalamnya menyajikan latar belakang, alasan memilih topik, pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan.Selanjutnya pada bagian tubuh eksposisi meliputi pengembangan organisasi atau kerangka karangan, penyajian uraian tiap bagian secara terperinci. Pada bagian kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam isi teks eksposisi. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi pembaca. Hal ini berbeda dengan yang ditulis dalam Kemendikbud (2013: 84), struktur teks eksposisi terbagi menjadi tiga, yaitu 1) tesis (pernyataan pendapat), 2) argumentasi (alasan yang digunakan untuk mempertahankan pendapat), dan 3) penegasan ulang pendapat.Seiring bertembahnya pengembangan paragraf jenis teks semakin beragam pula.Untuk teks eksposisis saja terdapat beberapa jenis berdasarkan struktur teks eksposisi. Sejalan dengan pendapat Dymock dan Nicholson (2010: 168) yang berpendapat bahwa “Exposition has many types of 22 structures, and some are complex. The use of design sketches to capture the structure helps hugely in terms of comprehension (Calfee & Patrick, 1995; Dymock, 2009; Dymock & Nicholson, 2007). Capturing the design of the text in the mind as soon as possible is part of text structure awareness. Teachers need to teach each type of expository text structure (e.g., cause–effect, description, problem–solution), so students can internalize all of the structures.Namun begitu, perbedaan struktur tiap tipe paragraf eksposisi tidak signifikan sehingga masih menonjolkan ciri khas teks eksposisi yang mengandung argumentasi penulis yang di dasarkan fakta.Penjabaran materi dalam teks eksposisi juga bersifat informatif. Pendapat Keraf (1995) memaparkan bahwa struktur teks eksposisi seperti umunya teks lain yang berisi pendahuluan, initi (tubuh), serta penutup teks (kesimpulan) memang tepat namun belum terspesifikasi pada ciri teks eksposisi sehingga belum dapat membedakan struktur teks eksposisi dengan teks lain. Pelu diperinci secara jelas dan lagi setiap bagian struktur untuk dapat menunjukan perbedaan struktur teks eksposisi dengan yang lain. Pendapat Kemendikbud (2014)─Tesis, argumentasi, penegasan pendapat─dapat melengkapi pengertian struktur teks eksposisi secara tradisional. Meskipun eksposisi memiliki banyak tipesiswa tidak akan kesulitan memahami karena pemahaman struktur yang tepat bahwa siswa telah tahu ciri penting teks eksposisi, yaitu memaparkan hal baru dan terdapatpendapat penulis (argumentasi). Seperti pendapat Dymock (2010) bahwa teks eksposisi sangatlah beragam tergantung tipe teks.Dengan memahami ciri khusus teks eksposisi tersebut dapat memudahkan dalam menganalisis struktur eksposisi. g. Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Untuk mengetahui kualitas teks eksposisi perlu dilakukan pengukuran terhadap teks eskposisi yang telah diproduksi.Pengukuran dapat didasarkan pada beberapa kriteria. Kriteria atau syarat penyajian karangan yang baik menurut Keraf (2004: 172-174) adalah ”(1)Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas, (2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan, (3) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, dan (4) Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten” 23 Sejalan dengan pendapat diatas (Keraf, 1981: 3) mengemukakan bahwa “Pada hakikatnya sebuah teks eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya”.Oleh sebab itu, dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, pengarang yang akan menulis sebuah teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Syarat menulis teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Syarat menulis teks eksposisi menurut Keraf (1981: 6), yaitu: (1) pengarang harus mengetahui tentang subjek atau topik garapannya dan, (2) kemampuan untuk menganalisis persoalan tersebut secara jelas dan konkrit. Lebih lanjut, Menurut Hasani (2005) ciri teks eksposisi, antara lain: (1) penjelasannya bersifat informatif; (2) pembahasan masalahnya bersifat objektif; (3) penjelasanya disertakan bukti-bukti yang konkret; (4) pembahasanya bersifat logis atau sesuai penalaran; (5) data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau historis; dan (6) suatu analisis yang bersifat objektif terdapat seperangkat fakta. Ciri teks eksposisi yang baik dan benar tersebut diformulasikan kedalam teknik penilaian yang dilengkapi dengan rambu-rambu atau peraturan penilaian keterampilan menulis. Slamet (2007: 117) syarat-syarat penerapan rambu-rambu penyusunan tulisan ada beberapa aspek tata tulis.Aspek-aspek tersebut meliputi (1) ejaan, (2) diksi, (3) struktur kalimat, dan (4) struktur paragraf. Lebih jelasnya aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan menulis teks eksposisi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1.Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval No Nama Judul Skor Aspek Penilaian Jumlah Isi Organisasi Kosakata Pengembangan Mekanik Bahasa 1. 2. 3. 4. Diadaptasi dari Nurgiantoro (2010:441-442) 24 Penskoran pada penilai keterampilan menulis teks eksposisi menggunakan skor yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Berikut merupakan keterangan kriteria tiap aspek beserta skor. Pada kriteria penilaian isi, terdapat 4 kriteria (1) sangat baikapabila hasil teks siswa padat informasi, substansi obejktif dan sangat faktual, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas dengan skor 4; (1) baik, yakni penjelasanya cukup informasi, substansi cukup objektif dan cukup faktual, pengembangan tesis terbatas, relevan tapi tidak lengkap dengan skor 3; (3) sedang, yakni pada penjelasanya informasi terbatas, substansi kurang objektif dan kurang faktual, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup skor 2; (4) kurang, yakni tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan. Pada Kriteria penilaian organisasi karangan terdapat 4 kriteria: (1) sangat baikapabilaekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif dengan skor 4; (2) baik, yakni kurang lancar, kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tapi tidak lengkap dengan skor 3; (3) sedang, yakni pada penjelasanya tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis dengan skor 2; (4) kurang, yakni tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai dengan skor 1. Pada kriteria kosa kata terdapat 4 kriteria: (1) sangat baik apabila pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.dengan skor 4; (2) baik, yakni pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tapi tidak mengganggu dengan skor 3; (3) sedang, yakni pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan merusak makna dengan skor 2; (4) kurang, yakni: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosakata rendah, tidak layak nilai dengan skor 1. Pada kriteria pengembangan bahasa terdapat 4 kriteria: (1) sangat baik apabila kontruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk bahasa dengan skor 4; (2) baik, kontruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada kontruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan 25 tetapi makna tidak kabur dengan skor 3; (3) sedang terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur dengan skor 2; (4) kurang, yakni: tidak menguasai aturan sintaksis, terjadi banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai dengan skor 1. Pada kriteria ejaan/mekanik terdapat 4 kriteria: (1) sangat baik apabila menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.dengan skor 4; (2) baik, kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna dengan skor 3; (3) : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur dengan skor 2; (4) kurang, yakni tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tulisan tidak layak nilai.dengan skor 1. Berdasarkan pada teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian, struktur, ciri, dan penilaian teks eksposisi maka perlu dipaparkan sintesis teori dari variabel keterampilan menulis teks eksposisi. Keterampilan Menulis Teks eksposisi merupakan Keterampilan atau kecakapan siswa dalam menulis teks yang bersifat memaparkan informasi baru yang memiliki ciri adanya pendapat penulis yang didasarkan pada fakta. Teks eksposisi merupakan teks yang memiliki struktur bentuk bervariasi, yakni eksposisi definisi, eksposisi berita, eksposisi pertentangan, dan eksposisi perbandingan. Meskipun begitu, bentuk variatif teks eksposisi tidak meninggalkan ciri khusus, yakni menonjolkan pendapat penulis yang didasarkan pada fakta valid berupa data, grafik, angka, tabel, atau peta. Dalam hal penulisan teks eksposisi, perlu menggunakan rambu berdasarkan kriteria yang terbagi menjadi lima aspek mendasar, yakni isi, organisasi karangan, kosa kata, pengembangan bahasa, dan ejaan. Lima aspek tersebut masing-masing diberikan bobot penilaian sesuai kebutuhan penelitian. Pemberian bobot dalam kriteria ini diharapakan mampu menjadi standar penulisan teks eksposisi yang baik. 2. Hakikat Penguasaan Kalimat Efektif Pada dasarnya keterampilan menulis tersusun dari kemampuan penguasaan komposisi yang baik, seperti ejaan, pemilihan kata, dan penguasaan kalimat efektif.Kalimat efektif merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh 26 terhadap kenaikan keterampilan menulis.Melalui penguasaan kalimat efektif.Seseorang mampu menyampaikan pendapat atau amanat dalam bentuk kalimat yang efektif sesuai dengan konteks.Lebih lanjut penulis akan paparkan pengertian kalimat efektif, ciri kalimat efektif, serta pengukuran penguasaan kalimat efektif. a. Pengertian Kalimat Efektif Kalimat merupakan unsur penting dalam membentuk suatu paragraf yang baku. Dalam menulis sebuah eksposisi hendaknya disajikan dalam sebuah kalimat efektif.Hal ini berdasar pada prinsip penulisan teks eksposisi yang harus disajikan dalam kalimat yang logis, jelas, padat, serta tidak multitafsir. Seperti pendapat seorang ahli yang berpendapat bahwa “Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis” (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi 2014: 24) Sejalan dengan hal tersebut, “kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara atau penulisnya” (Rahardi, 2009: 129). Pada komunikasi baik lisan maupun tulis hendaknya dikemas dalam bahasa yang efektif agar pesan yang disampaikan tidak tertukar maknanya. Bahasa yang efektif sangat diperlukan terutapa dalam komunikasi tulis yang menuntut susunan kalimat yang baik dan benar.(Sabarianto, 2001:94) berpendapat bahwa selain keefektifan sebuah kalimat, strukturnya juga harus benar karena bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang strkturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan bahasa utamanya dalam komunikasi dalam bentuk tulisan.Bukan hanya susunan kalimatnya yang harus tepat, namun juga kelengkapan unsur sebuah kalimat harus diperhatiakn.Kelengkapan unsur suatu kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebeb itu sebuah kalimat harus memiliki paling kurang subjekdan predikat.Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan- 27 aturan Ejaan Yang Disempurnakan (Akhadiah,1988:107). Kelengkapan unsur maupun ketaatan kaidah kebahasaan dalam menyusun kalimat dirangkum dalam sebuah kalimat efektif.Hal tersebut ditegaskan Akhadiah (1988:107) mengenai fungsi kalimat efektif, adalah kalimat yang benar dan jelas yang dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Lebih lanjut Kusumaningsih, dkk (2013: 57) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagsan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat efektif mengutamakan keefektifan kalimat sehingga kejelasan kalimat itu terjamin. Komunikasi efektif dapat terjalin apabila pesan yang disampaikan tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh pembaca.Wijayanti, dkk (2013: 66) mengemukakan pendapat bahwa dalam menulis, penulis seyogianya menyampaikan pikirannya dalam rangkaian kalimat efektif. Setiap kalimat yang disususnya hendaknya mudah dipahami, singkat, dan jelas. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima pembaca Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis, (2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan oleh penulis. (Murtono, 2010: 18) Dari beberapa pendapat diatas dapat disintesiskan bahwa penguasaan kalimat efektif adalah penguasaan mengenai konsep kalimat yang jelas, singkat, mudah dipahami, logis, dan tidak menimbulkan muliti tafsir sehingga pesan yang dibaca atau didengar pembaca sama isinya dengan pesan yang ditulis oleh penulis dalam kalimatnya Penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan dalam keterampilan menulis.Karena kalimat efektif merupakan syarat unsur kohesi dan koherensi suatu wacana. Suatu wacana yang telah terpenuhi unsur kohesi dan koherensinya dapat menyampaikan pesan dalam wacana tersebut. Pada penulisan teks Eksposisi kalimat efektif mutlak diperlukan. Hal tersebut dikarenakan teks eksposisi merupakan teks yang memaparkan opini penulis tentang suatu permasalahan. 28 Pada pemaparan pendapat penulis dituntut untuk mengemas pendapatnya dalam sebuah kalimat yang efektif agar pesan yang disampaikan dapat dipahami pembaca dengan baik. b. Ciri Kalimat Efektif Kalimat efektif memiliki beberapa ciri.Kusumaningsih, dkk, (2013: 5763) mengemukakan bahwa “terdapat tujuh ciri kalimat efektif, yaitu: (1) kesepadanan, (2) kepararelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5) kevermatan, dan (6) koherensi, dan (7) kelogisan. 1) Kesepadanan Kesepadanan ialah kesepadanan atau keseimbangan antara pikiran (gagasan) dengan struktur bahasa yang dipakai.Kesepadanan kaliamat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Adapun kesepadanan kaliamt memiliki ciri a) Kalimat mempunyai subjek dan predikat yang jelas Ketidak jelasan subjek dan predikat dapat dicegah dengan menghindari pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada di depan subjek Contoh: Bagi semua peserta diharap berkumpul b) Tidak terdapat subjek yang ganda Contoh: Hasil rapat itu dia kurang memahami Seharusnya dia kurang memahami hasil rapat itu c) Kata penghubung intrakaliamt tidak dapat dipakai pada kalimat tunggal Contoh: kami dating agak terlambat. Sehingga kami tidak mengikuti acara pertama Seharusnya: kami tidak mengikuti acara perta karena dating terlambat d) Predikat kalimat didak didahului kata yang Contoh: bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu Seharusnya: bahasa Indonesia dari bahasa melayu 2) kepararelan Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Apabila bentuk pertama menggunakan ungkapan nomina, bentuk 29 kedua dan seterusnya harus nomina juga dst. Apabila bentuk pertama verba bentuk kedua juga verba. 3) ketegasan Perlakuan penonjolan pada ide pokok kaliamat. Kalimat tersebut diberi penekanan. Terdapat beberapa bentuk penekanan kalimat, yaitu a) Meletakakan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat. Contoh: bekerjalah yang sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah agar pekerjaan itu dapat selesai dengan baik. b) Membuat urutan kata yang logis. Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus juta. Tapi bermiliyar dia telah membantu anak terlantar c) Melakukan pengulangan kata (repetisi) d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan e) Mempergunakan partikel penekanan 4) Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunkan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan berarti menghilangkan segala unsur yang menyalahi tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan. Penghematan dapat dilakukan dengan beberapa hal: a) Menghilangkan pengulangan subjek b) Menghindari pemakaian subordinat hiponimi kata Contoh: Ia memekai kebaya warna kuning Kata warna dihilangkan c) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat Seperti misalnya, contohnya seperti, agar supaya, maju ke depan dll d) Tidak menjamakkan unsur yang berbentuk jamak. Para calon-calon dll. 5) Kecermatan Kecermatan berearti kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda.Kalimat yang cermat dapat dipahami dengan mudah dakam satu makna saja.Hal tersebut bertujuan agar maksud penulis dan pembaca daspat selaras. 30 6) Koherensi Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu denganbagian yang lainnya sehingga kalimat itu memiliki makna yang utuh dan keberadaanya bisa berdiri sebagai bentuk yang mandiri. 7) Kelogisan Ide kalimat itu tepat diterima oleh akal dan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Sejalan dengan pendapat diatas, Wijayanti, dkk (2013: 70-73) mengungkapkan bahwa “Ciri-ciri lain kalimat efektif Kebervariasian, Ketepatan, Kebenaran struktur dan, keringkasan. ”Lebih lanjut Akhadiah (1988:107) menambahkanciri-ciri kalimat efektif yaitu, “(1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk, (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata, (5) kevariasinan dalam struktur kalimat.Kemudian, Rahardi (2009:129-135) mengungkapkan bahwa ciri kalimat efektif, yaitu: (1) kesepadanan struktur; (2) kepararelan bentuk; (3) ketegasan makna; (4) kehematan kata; (5) kecermatan dan kesatuan; (6) kepaduan makna; (7) kelogisan makna. Ciri lain dikemukakan Mustakim (1994: 90-111), yaitu: (1) kelengkapan; (2) kesejajaran; (3) kehematan; dan (4) variatif Kesepadanan dan kesatuan berarti bahwa kalimat harus memiliki unsurunsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah dengan objek, keterangan, dan unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpaduan arti yang merupakan ciri keutuhan kalimat.Kesejajaran bentuk berarti bahwa kalimat harus menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang dipakai dalam susunan serial. Penekanan berarti menekankan atau menonjolkan inti gagasan.Kehematan dalam mempergunakan kata merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuklainya yang dianggap tidak diperlukan, sedangkan kevariasian dalam struktur kalimat menggunakan kalimat yang tidak monoton. c. Aspek-aspek Pengukur Penguasaan Kalimat Efektif Penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa terhadap suatu variabel. Basuki dan Hariyanto (2014: 8) mengatakan bahwa 31 “Penilaian adalah proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan belajar peserta didik dan bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.” Sudjana (2005: 22) juga berpendapat bahwa penilaian berfungsi sebegai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.” Kingsley dalam Sudjana (2005: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan/ psikomotorik, (b) pengetahuan/kognitif, (c) dan sikap. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.Penguasaan kalimat efektif merupakan hasil belajar ranah kognitif.Untuk mengetuahui penguasaan kalimat efektif perlu dilakukan pengukuran dalam bentuk tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.Tes objektif digunakan dalam menilai hasil belajar dari materi yang luas.Penguasaan kalimat efektif memiliki cakupan indikator yang banyak serta memiliki materi yang luas sehingga tes objektif pilihan berganda cocok untuk digunakan. Soal tes objektif dibuat berdasarkan kisi-kisi yang diranyang mengacu pada indikator.Indikator tersebut meliputi ciri-ciri kalimat efektif yang telah disebutkan di atas.Namun begitu, melihat kondisi objek penelitian yang hanya memiliki sebagian pengetahuan dasar unsur kalimat efektif maka indikator disesuaikan dengan objek penelitian.Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kisi-kisi penguasaan kalinat efektif No 1. 2 3 4 5 Unsur-unsur kalimat efektif No butir soal Kehematan Kesatuan Kesejajaran Kecermatan Kelogisan Jumlah Jumlah 12 12 12 12 12 60 Penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan dalam keterampilan menulis karena kalimat efektif merupakan syarat unsur kohesi dan koherensi suatu wacana.Suatu wacana yang telah terpenuhi unsur kohesi dan koherensinya dapat 32 menyampaikan pesan dalam wacana tersebut.Pada penulisan teks Eksposisi kalimat efektif mutlak diperlukan. Hal tersebut dikarenakan teks eksposisi merupakan teks yang memaparkan opini penulis tentang suatu permasalahan.Pada pemaparan pendapat penulis dituntut untuk mengemas pendapatnya dalam sebuah kalimat yang efektif agar pesan yang disampaikan dapat dipahami pembaca dengan baik.Siswa yang memiliki penguasaan kalimat efektif tinggi tingkat keterampilan menulis teks eksposisinya juga tinggi dari pada siswa yang hanyamemiliki penguasaan kalimat efektif rendag.Dengan demikian,diduga terdapat hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi siswa. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Ardiani R Tahun 2012 dengan judul “Hubungan penguasaan Kalimat Efektif dan Motivasi Menulis Surat Niaga”. Penelitian tersebut menguji hunungan antara Kalimat Efektif dan Motivasi menulis terhadap kemampuan menulis surat niaga. Variabel penguasaan kalimat efektif dalam penelitian tersebut memiliki hubungan positif dengan menulis surat niaga. Sehingga terdepat kemungkinan besar bahwa variabel penguasaan kalimat efektif memiliki hubungan positif dengan keterampilan lain seperti menulis teks ekspoisi. Adapun penelitian yang mendukung keterkaitan antara variabel kaliamat efektif dengan keterampilan menulis ditunjukan oleh sebuah penelitian Rukayah tahun 2014 yang telah dipublikasikan secara internasional dalam jurnal internasional Macrothink Institute, dengan judul “The Writing Skill of 3th Grade Students of Sibulue Subdistrict Junior High School of Bone Regency”. Penelitian tersebut bertujuan (1) untuk menggambarkan tingkat penulisan pengetahuan siswa berdasarkan tes objektif yang meliputi: penjabaran dari isi tulisan, susunan ayat, penggunaan kalimat efektif, penggunaan kosakata, penggunaan ejaan dan tanda baca, (2) untuk menggambarkan tingkat keterampilan menulis siswa berdasarkan uji subjektif yang meliputi: penjabaran dari isi tulisan, susunan ayat, penggunaan kalimat efektif, penggunaan kosakata, penggunaan ejaan dan tanda baca, dan (3) untuk mengungkapkan hubungan antara pengetahuan menulis berdasarkan uji obyektif dan keterampilan menulis berdasarkan tes subjektif. Populasi penelitian 33 tersebut adalah 675 siswa kelas 3 SMP Kecamatan Sibulue. Jumlah sampel adalah 135 siswa, dengan menggunakan teknik cluster sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua jenis tes, yaitu tes objektif dan subjektif dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif kuantitatif dan inferensial dengan sebelumnya melakukan uji normalitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan penulisan siswa dari kecamatan Sibulue SMP sangat rendah menurut 85% dari persentase keberhasilan dan skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Adapun nilai rata-rata melalui tes objektif dalam lima komponen pengetahuan menulis hanya mencapai 52,02 dan persentase keberhasilan mencapai 36,23%. Skor rata-rata dari tes subjektif dalam lima komponen keterampilan menulis hanya mencapai 50,38 dengan persentase keberhasilan 47,40%. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan menulis berdasarkan uji obyektif dan keterampilan menulis berdasarkan uji subjektif: koefisien korelasi = 0,23 (korelasi yang rendah). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas 3 SMP Kecamatan Sibulue baik di tes objektif dan subjektif tidak mencapai belum target kemampuan menulis seperti yang diharapkan dalam kategori cukup 85%. Selain itu juga pada penetitian Talebzadeh tahun 2012 dengan judul “Effects of Sentence Making, Composition Writing and Cloze Test Assignments on Vocabulary Learning of Pre-intermediate EFL Students” yang memaparkan hasil temuanya bahwa Penelitian tersebut bertujuan untuk menyelidiki efek dari tiga tugas menulis (membuat kalimat, menulis komposisidan tes close book) dari kosa kata belajar dan mencoba untuk membandingkan efektivitas tugas ini untuk melihat manasalah satumemiliki efek terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketigatugas secara signifikan efektif untuk membantu peserta didik belajarkosakata baru dan bahkan peserta didik tidak berbeda secara signifikan satu sama lain dalam pre-test. Selain itu, kelompok yang menulis komposisimelakukan signifikan lebih baik dalam tes posting daripada dua kelompok lainnya tetapi perbedaan antara dua kelompok lainnyatidak signifikan. Pada penelitian tersebut juga dilakukan wawancara dilakukan oleh peneliti. Hasil wawancaramenegaskan 34 efek menguntungkan dari tugas ini pada pembelajaran kosakata peserta didik. Seperti pendapat Telebzadeh (2012: 717) bahwa“They found out that composition writing had a great effect on learning second language vocabulary. The results suggest a wider application of composition writing strategies to promote meaningful learning.” Penguasaan komposisi termasuk penguasaan kalimat efektif memiliki dampak baik terhadap keterampilan berbahasa.Keterampilan berbahasa baik berbicara, mambaca, menyimak, dan menulis membutuhkan penguasaan komposisi. Unsur penguasaan komposisi yang dibutuhkan dalam menulis adalah penguasaan kalimat efektif. Sepertihalnya penguasaan komposisi di atas, pengetahuan menulis sangat penting dikuasai. Pengetahuan menulis atau writing skill atau writing knowledge of student yang dimaksud di atas meliputi, penjabaran dari isi tulisan, susunan ayat, penggunaan kalimat efektif, penggunaan kosakata, penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal tersebut dapat menjadi dasar terlaksananya penelitian ini mengingat tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan antara penguasaan kalimat efektif dengan menulis.Selain itu, Meskipun koefisien korelasi yang terbentuk merupakan korelasi yang rendah, Berdasar pada hasil penelitian Rukayah, penguasaan kalimat efektif memiliki hubungan positif terhadap keterampilan menulis terutama menulis teks eksposisi. Berdasarkan pada teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli serta hasil beberapa penelitian terdahulu mengenai pengertian, ciri kalimat efektif, dan penilaian teks eksposisi maka perlu dipaparkan sintesis teori dari variabel penguasaan kalimat efektif. Penguasaan kalimat efektif merupakan kecakapan seseorang terhadap penggunaan penyusunan kalimat yang memiliki kehematan, kecermatan, kesejajaran, kesepadanan, dan kelogisan sebuah kalimat. Dalam hal pengukuran penguasaan kalimat efektif, perlu menggunakan tes yang berbentuk tes objektif atau pilihan berganda dengan pada indikator penguasaan ciri kalimat efektif seperti tersebut di atas. 3. Hakikat Keaktifan Menulis Keaktifan siswa adalah salah satu variabel yang berhubungan positif dengan keterampilan menulis teks eksposisi.Keaktifan siswa merupakan unsur 35 pendukung belajar dari dalam diri siswa.Melalui kekatifan siswa mampu melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang untuk menyelesaikan hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi. a. Pengertian Keaktifan Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi Gage dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Ahmadi dan Prasetya (1977:57) membagi keaktifan menjadi dua yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.Keaktifan jasmani yaitu murid berbuat dengan seluruh anggota badannya, seperti membuat sesuatu, bermain maupun bekerja.Jadi tidak hanya duduk melihat, mendengarkan dan pasif semata. Termos (2013: 67) mengemukakan bahwa “Active learning, on the other hand, involves an interactive environment in which questions, participations, and critical thinking are essential. The efforts exerted to increase engagement are extensive in instigating students’ involvement and interest as well as enhancing their understanding” Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran dengan paradigm yang baruyang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dari teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah siswa aktif mengolah informasi yang diterima dan berusaha dengan seluruh anggota badannya untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan mengenai materi dalam pembelajaran yang sedang dilaksanakanya. b. Jenis-jenis Keaktifan Keaktifan terklasifikasi dalam beberapa kegiatan. Aktifitas utamanya dalam hal pembelajaran bahasa terbagi menurut menurut empat keterampilan 36 berbahasa, salah satunya adalah menulis. Keaktifan dalam menulis merupakan hal penting untuk dapat ditingkatkan dalam pembelajaran bahasa. Menurut Paul D. dalam Doly (2015: 3) jenis keaktifan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati pekerjaan orang lain 2) Kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi 3) Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan 4) Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket 5) Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram peta, dan pola c. Upaya Meningkatkan Keaktifan Menulis Menurut Gagne dan Briggs dalam Martinis (2013: 84) menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan faktor yang mempengaruhi keaktifan dalam belajar untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa, masing-masing diantaranya yaitu: 1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran 2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa) 3) Mengingat kompetensi belajar kepada siswa 4) Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari) 5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran 7) Memberi umpan balik (feed back) 8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran. 37 Dengan meningkatkan keaktifan siswa melalui beberapa hal di atas maka dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam hal menulis. Keaktifan merupakan variabel yang disinyalir mampu mempengaruhi hasil belajar siswa. Seperti pada hasil penelitian Ramlah, Firmasyah, dan Zuabair (2014) dengan judul “Pengaruh gaya Belajar dan Keaktifan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survai Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kab. Karawang). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika. Untuk mengetahui pengaruh keaktifan siswa terhadap prestasi belajar Matematika serta untuk mengetahui pengaruh gaya belajar dan keaktifan siswa terhadap prestasi belajar Matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah ekpos facto.Sampel berukuran 235 siswa yang dipilih secara random sampling dari seluruh siswa SMP N yang ada di kecamatan Klari kabupaten Karawang. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik penyebaran angket gaya belajar dan angket keaktifan siswa. Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas dan homogenitas, dan uji ANOVA. Penelitian tersebut dilaksanakan dari bulan Juni sampai Juli 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05. Terdapat pengaruh yang signifikan keaktifan terhadap prestasi belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F tabel = 3, 08, dengan sig= 0,00< α = 0,05. Sehingga, menolak hipotesis „tidak terdapat pengaruh interaksi metode pembelajaran kooperatif dan gaya belajar terhadap prestasi belajar Matematika.‟ Adapun penelitian yang mendukung keterkaitan antara variabel keaktifan dengan pembelajaran bahasa tersmasuk pembelajaran menulis ditinjukan dalam sebuah hasil penelitian Aidinlou dan Gobhadi tahun 2012 dengan judul “Examination of Relationships between Factors Affecting on Oral Participation of ELT Students and Language Development: A Structural Equation Modeling Approach”.Penelitian tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa partisipasi kelasdianggap sebagai variabel yang memiliki hubungan positif dengan 38 pembelajaran bahasa. Pada pembelajaran bahasa siswa diharapkan muncul secara aktif ke dalam proses pembelajaran untuk membantu memperkuat transfer materi dengan memunculkan keaktifan dalam kelas. Pada penelitian tersebut menunjukan bahwa Partisipasi Oral (OP) penting bagi siswa dari Pelatihan Bahasa Inggris (ELT). Penelitian ini mencobauntuk menentukan faktorsiswa yang paling berpengaruh dalam partisipasi lisan mereka di kelas bahasaasing dan hubungan dengan Inggrisperkembangan bahasa (ELD). Pengolahan data penelitian tersebut menggunakan software LISREL untuk menentukan persamaan struktural pemodelan.Interpretasi dari hasil yang diperoleh dari SEM danhasil hipotesispengujian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor yang mempengaruhi partisipasi lisan dan jugahubungan antara partisipasi lisan dan perkembangan bahasa. Hasil SEM menunjukkan bahwamodel akhir berdasarkanELT telah membuktikan bahwa ELD dikendalikan dengan OP sebesar 65%.Oleh karena itu, model yang diusulkan dari penelitian ini dapatmeningkatkan keberhasilan studi ELD di L2. Oleh karena itu model akhir telah membuktikanbahwa ELD dikendalikan olehfaktor pendidikan (EF) lebih dari faktor-faktor sosial (SOF) dan faktor siswa (SF).Struktur umummodel yang disajikan harus berlaku untuk siswa dari ELT danlingkungan belajar bahasa kedua. Temuanmenyarankan studi kasus ini sesuai dengan kriteria yang unik dari pelajar 'bahasa kedua'. Pada penelitian Aidinlou, Assadi dan Ghobadi, Partisipasi siswa merupakan keaktifan dalam pembelajaran bahasa. Partisispasi siswa atau keaktifan dalam penelitian tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa pada penelitian tersebut memang hanya dalam lingkup berbicara. Namun demikian, empat keterampilan dalam berbahasa sangat berkaitan erat sepertihalnya berbicara dengan menulis utamanya menulis teks eksposisi. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil penelitian di atas mempu menjadi acuan dasar terlaksananya penelitian ini dengan hipotesis bahwa keaktifan memiliki hubungan positif terhadap keterampilan menulis teks eksposisi. Pada hasil Ramlah, Firmansyah, dan Zubair menunjukan pengaruh keaktifan dengan prestasi belajar matematika. Meskipun demikian, dapat 39 dijadikan dasar pelaksanaan penelitian yang menguji hubungan antara variabel keaktifan dengan pembelajaran bahasa, utamanya dalam hal menulis teks eksposisi mengingat keaktifan merupakan variabel yang berpengaruh pada pembelajaran apapun termasuk pembelajaran bahasa. d. Indikator Keaktifan Keaktifan dapat dilihat dari beberapa ciri penanda.Ciri penanda keaktifan dapat dilihat dari keterlibatan siswa secara optimal dalam pembelajaran.Keterlibatan tersebut dapat berbentuk sering bertanya, berpendapat, berdiskusi, dan terlibat penuh dalam pemecahan masalah. Seperti pendapat Sudjana (2005 :61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) Terlibat dalam pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah. (5) Melaksanakan diskusi kelompok; (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya; (g) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya; (h) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya Dari ciri – ciri keaktifan menurut Sudjana di atas, maka dapat diambil delapan indikator antara lain 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya: Maksud dari indikator ini adalah siswa ikut serta dalam proses pembelajaran misalnya siswa mendengarkan, memperhatikan, mencatat dan mengerjakan soal dan sebagainya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah: Maksud dari indikator tersebut adalah ikut aktif dalam menyelesaikan masalah yang sedang dibahas dalam kelas, misalnya ketika guru memberi masalah/ soal siswa ikut membahas. 3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya: Maksud dari indikator tersebut adalah jika tidak memahami materi/ penjelasan dari guru hendaknya siswa melontarkan pertanyaan, baik pada guru/siswa lain. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah: Maksud indikator tersebut adalah berusaha mencari informasi /cara 40 yang bisa digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah /soal. Yaitu siswa mencari informasi dari buku. 5) Melaksanakan diskusi kelompok: Maksud dari indikator tersebut adalah melakukan kerja sama dengan teman diskusi untuk menyelesaikan masalah/ soal. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya: Maksud dari indikator tersebut adalah menilai kemampuan dirinya yaitu dengan mencoba mengerjakan soal setelah guru menerangkan materi. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah, yaitu siswa dapat mengerjakan soal/ permasalahan, dengan mengerjakan LKS: Maksud dari indikator tersebut adalah dapat menyelesaikan soal/ masalah yang pernah diajarkan/ dibahas bersama. Yaitu siswa mengerjakan LKS. 8) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya: Maksud dari indikator tersebut adalah menggunakan/ menerapkan rumus/ langkah – langkah yang telah diberikan dalam soal yang dihadapi dalam kelas. Berdasarkan pada teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli serta hasil beberapa penelitian terdahulu mengenai pengertian, jenis keaktifan, dan faktor yang mempengaruhi keaktifan maka perlu dipaparkan sintesis teori dari variabel penguasaan kalimat efektif.Keaktifan siswa adalah salah satu variabel yang berhubungan positif dengan keterampilan menulis teks eksposisi.Keaktifan siswa merupakan unsur pendukung belajar dari dalam diri siswa.Melalui kekatifan siswa mampu melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang untuk menyelesaikan hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi.Siswa yang tingkat keaktifannya tinggi akan dapat memproduksi teks eksposisi dengan baik, sedangkan siswa yang kekatifanya rendah, keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah. Dengan demikian, diduga terdapat hubugan antara keaktifan siswa dengan Keterampilan menulis teks eksposisi 41 B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian beberapa teori atau konsep yang relevan dengan variabelpenelitian (penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis sebagai variabel bebas) dan keterampilan menulis teks eksposisi sebagai variabel terikat, dapat disusun kerangka berpikir penelitian sebagai berikut. 1. Hubungan Penguasaan Kalimat Efektif dengan Keterampilan Menulis Eksposisi Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan penggunaan komposisi bahasa yang tepat, baik, dan benar.Keduanya tidak dapat terpisah karena suatu karangan yang bagus tidak terlepas dari penggunaan komposisi bahasa yang baik dan benar.Kaitanya denganmenulis teks eksposisi, penguasaan komposisi utamanya penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan. Penguasaan kalimat efektif sangat diperlukan dalam keterampilan menulis.Karena kalimat efektif merupakan syarat unsur kohesi dan koherensi suatu wacana.Suatu wacana yang telah terpenuhi unsur kohesi dan koherensinya dapat menyampaikan pesan dalam wacana tersebut.Pada penulisan teks eksposisi kalimat efektif mutlak diperlukan.Hal tersebut dikarenakan teks eksposisi merupakan teks yang memaparkan opini penulis tentang suatu permasalahan.Pada pemaparan pendapat penulis dituntut untuk mengemas pendapatnya dalam sebuah kalimat yang efektif agar pesan yang disampaikan dapat dipahami pembaca dengan baik.Siswa yang memiliki penguasaan kalimat efektif tinggi tingkat keterampilan menulis teks eksposisinya juga tinggi dari pada siswa yang hanyamemiliki penguasaan kalimat efektif rendah. Dengan demikian,diduga terdapat hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi siswa. 2. Hubungan Keaktifan Siswa dengan Keterampilan Menulis Eksposisi Untuk menulis teks eksposisi yang baik, menuntut seseorang mengaplikasikan penggunaan komposisi yang baik juga utamanya penggunaan kalimat efektif.Untuk memenuhi keduanya diperlukan keaktifan siswa dalam hal menulis.Keinginan siswa untuk aktif mampu memberikan dorongan pada siswa 42 untuk terus memperkaya wawasan mengenai struktur dan kaidah teks eksposisi juga mengenai pengaplikasian kalimat efektif secara tepat. Keaktifan siswa adalah salah satu variabel yang berhubungan positif dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Keaktifan siswa merupakan unsur pendukung belajar dari dalam diri siswa.Melalui kekatifan siswa mampu melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang untuk menyelesaikan hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi.Siswa yang tingkat keaktifannya tinggi akan dapat memproduksi teks eksposisi dengan baik, sedangkan siswa yang kekatifanya rendah, keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah. Dengan demikian, diduga terdapat hubugan antara keaktifan siswa dengan Keterampilan menulis teks eksposisi 3. Hubungan Penguasaan Kalimat Efektif dan Keaktifan Menulis Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Eksposisi Keterampilan menulis eksposisi pada dasarnya membutuhkan penguasaan kalimat efektif karena kalimat efektif merupakan unsur penting dalam membuat wacana sebagai penyampai pesan.Kalimat efektif memuat kohesi dan koherensi sebuah wacana dengan tujuan maksud yang disampaikan penulis akan tepat sasaran pada benak pembaca. Mengingat teks eksposisi adalah teks yang memeaparkan informasi danmenambah wawasan pembaca mengenai suatu hal.Begitu juga dengan kekatifa siswa merupakan kunci dalam memahami materi tentang unsur serta struktur yang harusdiperhatikan dalam menulis tekseksposisi .Siswa yang memiliki keaktifa yang tinggi maka semakin banyak materi yang diserap semakin paham pula materi tentang unsur serta struktur penulisanteks eksposisi. Diduga,terdapat hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Penulis mencoba menggambarkan kerangka berpikir penelitian ini dalam sebuah bagan agar dapat dilihat secara jelas kerangka berpikir dalam penelitian ini. 43 3a 1a Tinggi 2a Tinggi Tinggi Keterampilan Menulis teks eksposisi (Y) Penguasaan Kal. efektif Keaktifan menulis X2 X1 Rendah Rendah Rendah 1b 3b 2b Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Antarvariabel Penelitian Keterangan: 1. Hubungan penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi a. Penguasaan kalimat efektif siswa tinggi diduga keterampilan menulis teks eksposisinya juga tinggi. b. Penguasaan kalimat efektif siswa rendah diduga keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah. 2. Hubungan keaktifan siswa dengan keterampilan menulis teks eksposisi a. Keaktifan menulis tinggi diduga keterampiln menulis teks diduga keterampiln menulis teks eksposisinya juga tinggi. b. Keaktifan menulis rendah eksposisinya juga rendah. 44 3. Hubungan penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersamasama dengan keterampilan menulis teks eksposisi a. Penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis tinggi diduga keterampilan menulis teks eksposisinya juga tinggi. b. Penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis rendah diduga keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan positif antara kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Surakarta 2. Terdapat hubungan positif antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Surakarta 3. Terdapat hubungan positif antara kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Surakarta