BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan bagian dari cara untuk meningkatkan pencapaian pendidikan. Pengembangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan antara kompetensi sikap, keteramapilan dan pengetahuan. Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum 2013 sangat penting bagi terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran. Kurikulum 2013 mengedepankan peserta didik aktif dan kreatif, selalu tidak takut untuk mencoba berbagai hal di dalam proses belajar. Peserta didik aktif dalam berdiskusi dan berbagi pendapat bersama peserta didik yang lainnya. Kurikulum memiliki rencana, tujuan, isi, dan bahan pembelajaran yang nantinya dapat dikembangkan oleh setiap guru di sekolah. Isi dari kurikulum 2013 meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pemahaman, dan keterampilan. Aspek sikap spiritual dan sikap sosial siswa tercantum dalam kompetensi inti satu dan kompetensi inti dua. Sedangkan aspek pemahaman dan keterampilan terdapat pada kompetensi tiga dan empat. 12 13 Pada kurikulum 2013, guru diwajibkan untuk menginformasikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran sebelum masuk pada kegiatan inti. Dalam kurikulum 2013 guru tidak perlu menyusun silabus, guru hanya perlu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Format penilaian dalam pembelajaran pun sudah disediakan di dalam buku guru. Berdasarkan pemaparan di atas guru memiliki peranan yang sangat besar untuk merencanakan dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan terarah dan terencana sebagai upaya pencapaian pembelajaran. 2.1.1 Kompetensi Inti Mulyasa (2014:174), “Kompetensi inti merupakan peningkatan kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran”. Kompetensi inti perlu ditingkatkan dari hasil pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Keterampilan peserta didik dikatakan meningkat apabila telah terbukti bahwa peserta didik itu mampu mengembangkan keterampilannya bukan hanya di dalam kelas namun di luar kelas. Tim Kemendikbud 2013 (2013: 83), kompetensi inti memiliki pengertian sebagai berikut. Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran kompetensi dasar yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. Kompetensi inti menjadi unsur organisatoris komepetensi dasar yaitu semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam kompetensi inti. 14 Kompetensi inti meningkatkan penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik. Kompetensi inti juga menjadi unsur organisatoris kompetensi dasar dan proses pembelajaran. Pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 68 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah memaparkan kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap spiritual (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan keterampilan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), sedangkan secara langsung yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan keterampilan (kompetensi inti 4). Sesuai dengan pemaparan di atas pembelajaran menangkap makna teks eksposisi terdapat dalam aspek keterampilan (kompetensi inti 4) dengan kompetensi intinya mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori. Kompetensi inti yang terdapat dalam pembelajaran menangkap makna teks eksposisi merupakan 15 kompetensi inti jenjang SMP VII yang memuat tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 2.1.2 Kompetensi Dasar Selain kompetensi inti, di dalam Kurikulum 2013 juga terdapat kompetensi dasar. Kompetensi dasar harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik pada setiap peserta didik, karna tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan pengetahuan yang sama dengan peserta didik lainnya. Kemampuan peserta didik harus menguasai pelajaran. Apabila peserta didik mampu berkembang dalam pelajaran, maka ia akan mampu berkembang di luar pelajarannya. Menurut Mulyasa (2013:175), “Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran diuraikan menjadi kompetensi dasar. Kompetensi dasar yang dikelompokan menjadi empat, yaitu dalam kelompok kompetensi sikap spritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan”. Kompetensi dasar itu kompetensi yang harus di capai oleh semua peserta didik pada setiap mata pelajaran yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh semua peserta didik yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Permendikbud tahun 2013, nomor 68 menjelaskan tentang kompetensi dasar sebagai berikut. Kompetensi Dasar di rumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok 1: Kelompok Kompetensi dasar sikap spritual dalam rangka menjabarkan K1, Kelompok 2: Kelompok Kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan K2, Kelompok 3: Kelompok 16 Kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan K3, Kelompok 4: Kelompok Kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan K4 Keemapat kelompok kompetensi di atas menjabarkan mengenai sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikembangkan. Rumusan yang terdapat dalam kompetensi dasar harus dikembangkan dengan cara memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, dan ciri dari suatu mata pelajaran. Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah kompetensi dasar adalah kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik pada semua mata pelajaran yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Pembelajaran menangkap makna teks eksposisi terdapat pada kompetensi dasar 4.1 yaitu menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan. Belajar dengan mengacu pada kompetensi dasar berarti belajar dengan proses yang berkala, pengujian yang dilakukan pun berkala sehingga dapat menganalisis perkembangan hasil yang dicapai oleh siswa. 2.1.3 Alokasi Waktu Alokasi waktu atau penetapan waktu pembelajaran di dalam kelas telah ditentukan dan disesuaikan dengan jenjang sekolah. Penetapan waktu belajar dalam kelas dikemukakan secara berbeda oleh Mulyasa (2008:206), mengatakan “Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhati-kan jumlah minggu efektif dan alokasi mata pelajaran perminggu dengan memper-timbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan”. Alokasi waktu pembelajaran harus memperhatikan jumlah minggu efektif dan dilihat dari kalender akademik yang dibuat oleh sekolah. Jumlah efektif 17 belajar harus mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, kedalam materi, dan tingkat keberhasilan penyampaian materi. Majid (2014:216), mengatakan bahwa alokasi waktu adalah jumlah waktu yang di-butuhkan untuk ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu, dengan memerhati-kan: 1). Minggu efektif per semester; 2) Alokasi waktu mata pelajaran per minggu; dan 3) Jumlah kompetensi per semester. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, alokasi waktu adalah waktu yang ditetapkan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk memerkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan dalam menyampaikan materi. Penetapan waktu pembelajaran di SMP adalah 45 menit per jam pelajaran. Dengan adanya jam belajar ini dan pengurangan jumlah kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses belajar mengajar yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses belajar mengajar di kelas juga harus tepat sesuai dengan waktunya. Apabila waktu belajar kurang, maka akan mengurangi tingkat prestasi peserta didik. Begitu sebaliknya, apabila waktu belajar di kelas sesuai maka peserta didik akan meningkat dalam belajarnya. 2.2 Menangkap Makna Teks Eksposisi 2.2.1 Pengertian Menangkap Makna Teks Eksposisi Menurut Tim Penyusun (1990:900) “Menangkap adalah sebagai berikut: menangkap adalah memegang (sesuatu yang bergerak cepat, lepas, dsb); memegang (binatang, pencuri, penjahat, dsb) dengan tangan atau alat”. Makna merupakan arti atau pengertian yang diberikan terkait suatu bentuk kebahasaan. Makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada 18 sebuah tanda linguistik. Oleh karena itu menangkap makna berarti dapat memahami arti. Khususnya dalam memahami makna sebuah bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif dalam membaca. Maka dari itu salah satu keterampilan berbahasa yang penulis lakukan untuk penelitian ini adalah menulis. Pemilihan keterampilan manulis ini penulis tujukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentunya dalam menulis. 2.2.2 Langkah-langkah Menangkap Makna Teks Eksposisi Adapun langkah-langkah menangkap makna teks eksposisi sebagai berikut. a. Judul bacaan Untuk menemukan makna dan informasi dalam teks atau bacaan, yakni dengan memahami judul teks tersebut (jika terdapat judul teksnaya). Judul dapat memberikan gambaran mengenai informasi yang akan kita peroleh dari bacaan itu. Setelah itu kita dapat membaca keseluruhan isi bacaa. Informasi dari sebuah teks berita makna-makna kata maupun makna kalimatnya dapat kita gali. Informasi dapat digali dengan mengajukan pertanyaan apa, siapa, dimana mengapa, dan bagaimana, karena teks yang baik akan mamapu memberi jawaban atau infomasi dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Makna yang terkandung dalam sebuah teks dapat dibedakan menjadi dua yaitu: b. Makna tersurat Yaitu makna yang secara langsung dinyatakan dalam bacaan. Diantaranya; menetukan pernyataan umum, deretan penjelas, serta interpretasi dalam teks eksposisi. 19 c. Makna tersirat Yaitu makna yang secara tidak langsung dinyatakan dalam teks. Makna ini dapat diperoleh setelah kita memahami isi teks tersebut. Diantaranya; menentukan tema, unsur-unsur yang terkandung dalam teks. d. Menentukan kesimpulan Setelah belajar menemukan makna dan informasi dalam sebuah teks maka kita akan dapat menyimpulkan suatu teks. Menyimpulkan teks berarti manyampaikan pendapat akhir dari uraian teks yang berupa informasi atau data yang telah disampaikan. Untuk mendapatkan simpulan kita harus mamahami setiap kalimat agar simpulan yang dihasilkanpun benar. Simpulan sering ditandai dengan kata-kata: karena itu, oleh karena itu, jadi, untuk itu, itulah sebabnya, kesimpulannya, ringkasnya, dengan demikian, intinya. Dalam menangkap makna teks alangkah baiknya kita memperhatikan langkah-langkah untuk menangkap makna agar pada saat menangkap makna teks tersebut tidak ada kekeliruan. 2.3 Teks Eksposisi 2.3.1 Pengertian Teks Eksposisi Teks eksposisi berkecenderungan untuk lebih menekankan pembuktian dari suatu proses penalaran,mempengaruhi pembaca dengan data yang lengkap, berkeinginan mengubah pandangan pembaca agar menerima pendapat penulis. Seperti yang telah dikemukakan oleh Kosasih (2014:23-24) dalam bukunya sebagai berikut. Karangan yang menyampaikan argumentasi dengan tujuan untuk meyakinkan orang lain. Dalam pengembanganya, teks eksposisi dapat menggunakan fakta, con- 20 toh, gagasan-gagasan penulisnya, ataupun pendapat-pendapat para ahli. Bahkan teks dapat dilengkapi dengan media visual, seperti tabel, grafik, peta, dan yang lain. Menutut Keraf (1981:3) eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat mempeluas pandangan atau pengetahuan sese-orang yang membaca uraian tersebut. Berdsarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa teks eksposisi adalah karangan yang menyampaikan argumentasi dengan tujuan untuk meyakinkan orang lain dan memaparkan fakta-fakta mengenai sesuatu yang dapat memperluas pengetahuan seseorang. 2.3.2 Stuktur Teks Eksposisi Struktur teks merupakan bagian-bagian atau tahapan-tahapan yang terdapat dalam suatu teks yang bertujuan untuk memberikan ciri pada setiap strukturnya. Seperti yang dikemukakan oleh Kosasih (2014:24-25) stuktur teks eksposisi terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu tesis, rangkaian argumen, dan kesimpulan, penjelasannya sebagai berikut. a. Tesis Tesisi, bagian yang memperkenalkan persoalan, isu, atau pendapat umum yang merangkum keseluruhan isi tulisan. Pendapat tersebut biasanya sudah menjadi kebenaran umum yang tidak terbantahkan lagi. b. Rangkaian Argumen 21 Rangkaian argumen, yang berisi sejumlah pendapat dan fakta-fakta yang mendukung tesis c. Kesimpulan Kesimpulan, yang berisi penegasan kembali tesisi yang di ungkapkan pada bagian awal. 2.3.3 Jenis-jenis Teks Eksposisi Terdapat dalam situs http://smktehnikcomunity.blogspot.com/2013/03/jenisjenis-paragraf-eksposisi.html#ixzz4Eo6alHl2 (diakses pada 02 Mei 2016) yang tidak diketahui pengarangnya, ada beberapa jenis paragraf eksposisi, sebagai berikut. a. Eksposisi berita, berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar; b. Eksposisi ilustrasi, pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung seperti ilustrasi berikut ini, dapat diilustrasikan seperti, bagai-kan. c. Eksposisi proses, sering ditemukan dalam buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu. d. Eksposisi perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain. e. Eksposisi pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. frase penghubung yang biasa digunakan adalah “akan tetapi, meskipun begitu, sebaliknya. 22 f. Eksposisi definisi, batasan pengertian sesuatu dengan menfokuskan pada karakteristik sesuatu itu. g. Eksposisi analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing dikembangkan secara berurutan. h. Eksposisi klasifikasi, membagi sesuatu dan mengelompokkan ke dalam kategori-kategori 2.3.4 Ciri-ciri Teks Eksposisi Setiap teks mempunyai ciri-ciri yang dapat membedakan dengan yang lain. Ciri-ciri teks eksposisi anara lain sebagai berikut. a. Memaparkan, menjelaskan menyampaikan informasi, mengajarkan dan menerangkan suatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. b. Berusaha menjelaskan tentang sesuatu c. Gaya bersifat informatif d. Menggunakan bahasa baku e. Disajikan dengan nada netral tidak memancing emosi f. Fakta juga dipakai sebagai alat konkretisasi 2.4 Metode College Ball 2.4.1 Pengertin Metode College Ball Model college ball merupakan salah satu model pembelajaran yang masih jarang digunakan, oleh karena itu penulis tertarik untuk menggunakannya. College 23 Ball atau permainan bola guling merupakan suatu teknik strategi belajar mengajar yang dikembangkan oleh Melvin L. Silberman sebagai cabang dari pembelajaran Active Learning. Menurut Silberman (2007:251) “model college ball merupakan satu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Ia memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang telah dikuasai peserta didik, dan fungsi untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi, meringkas poin-poin kunci”. 2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode College Ball Sama halnya dengan metode ceramah, model pembelajaran college ball memiliki juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Mel Silberman (2009: 11-13) kelebihan dari belajar aktif adalah sebagai berikut. a. Siswa menjadi aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. b. Siswa menjadi ingat dan paham akan materi yang diajarkan karena pembelajaran college ball menekankan pada belajar agar siswa tidak lupa. c. Siswa dapat mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahamannya sendiri. d. Dapat membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Dapat membantu siswa untuk lebih menghargai pendapat orang lain. f. Proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak monoton. g. Metode ini bisa digunakan pada semua kelas. Disamping kelebihan, model pembelajaran college ball juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dari model pembelajaran ini antara lain. 24 a. Membutuhkan waktu yang lama. b. Siswa dikelompokkan cenderung bicara sendiri, dan memerlukan persiapan yang cukup matang. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui jika metode pembelajaran college ball lebih mempunyai kelebihan daripada kelemahan, sehingga metode pembelajaran ini dirasa cocok untuk diterapkan dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan di kelas agar kegiatan belajar di kelas lebih menyenangkan dan siswa pun ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2.4.3 Langkah-langkah Menggunakan Metode College Ball Langkah-langkah penggunaan metode College Ball sebagai mana disebut-kan oleh Silberman (2007:251) sebagai berikut. a. Kelompokkan peserta didik kedalam tim yang terdiri atas tiga atau empat anggota. Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah lembaga (atau tim olahraga, perusahaan,mobil, dan lain-lain) yang mereka wakili. b. Berilah setiap siswa kartu indeks. Masing-masing kelompok akan memegang kartunya untuk menunjukkan bahwa mereka menginginkan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan. Format permainan adalah undian, setiap kali anda menyampaikan pertanyaan, setiap anggota tim dapat menunjukan keinginan untuk menjawab. c. Aturan-aturan main yaitu: 1) Untuk menjawab pertanyaan angkat kartu; 25 2) Kartu dapat diangkat sebelum pertanyaan secara penuh disampaikan jika mengetahui jawabannya. Segera interupsi setelah pertanyaan dihentikan; 3) Tim memberikan skor satu point untuk setiap respon anggota yang benar; 4) Ketika seseorang menjawab dengan salah tim lain mengambil alih untuk menjawab. (Mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim yang lain menginterupsi pembacaan pertanyaan). 5) Setelah semua pertanyaan dilontarkan, itunglah skor keseluruhan dan umumkan pemenangnya. 6) Berdasarkan respon atas permainan, lakukan peninjauan ulang materi yang tidak jelas atau yang memerlukan penguatan kembali. Setiap metode belajar pasti memiliki langkah-langkah yang harus dilalui dan mengarahkan agar metode tersebut terstruktur dengan baik. 2.5 Hasil Penelitan Terdahulu yang Relavan Hasil penelitian terdahulu bertujuan untuk mengoprasikan penelitian yang dilaksanakan penulis dengan penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh. a. Pembelajaran Menginterpretasi Teks Negosiasi Melalui Menyimak Tayangan Video dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas X SMAN 14 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi dengan Menggunakan Startegi Explicit Instruction Pada Sisiwa Kelas X SMAN 12 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014. 26 Adapun tabel yang penulis sajikan untuk memperlihatkan perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Judul penelitian penulis Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi dengan Menggunakan metode College Ball Pada Siswa Kelas VII MTsN 1 Bandung 2015/2016 Judul penelitian terdahulu Nama peneliti terdahulu Jenis Persamaan Perbedaan Pembelajaran 1. Nenden Menginterpretasi Pujasari Teks Negosiasi Melalui Menyimak Tayangan Video dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X SMAN 14 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015 Skripsi Kata kerja yang digunakan adalah Menginterpret asi Peneliti terdahulu menggunakan teks negosiasi sedangakan penulis menggunakan teks eksposisi Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi dengan Menggunakan Startegi Explicit Instruction Pada Sisiwa Kelas X SMAN 12 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014 Skipsi Penulis terdahulu menggunakan kata kerja memproduksi sedangkan penulis menggunakan kata kerja menangkap makna 2. Dini Rahayu Materi yang dibahas tentang teks eksposisi 27 Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan, bahwa penggunaan kata kerja menangkap makna dapat membantu meningkatkan pembelajaran. Maka penulis tertarik untuk memakai kata kerja tersebut pada penelitian yang akan penulis lakukan.