PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN

advertisement
7
2012, No.1297
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2012
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN LUAR NEGERI
DAN HIBAH KEMENTERIAN PERTANIAN
PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN LUAR NEGERI
DAN HIBAH KEMENTERIAN PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan program-program pembangunan pertanian yang berkelanjutan
jelas memerlukan dana yang cukup besar, yang idealnya dapat diperoleh
dari sumber dana dalam negeri. Namun karena adanya keterbatasan dana
dalam negeri maka Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) merupakan
salah satu alternatif sumber pembiayaan pembangunan yang dapat
digunakan.
Berbagai manfaat dan hasil positif dari PHLN terhadap pembangunan
pertanian, antara lain (a) menstimulus percepatan kegiatan, (b)
meningkatkan proses alih teknologi, (c) meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia, (d) menyediakan infrastruktur, serta (e) memberdayakan
masyarakat pertanian. Nilai tambah dan manfaat dari kegiatan PHLN
tersebut masih dapat diperluas guna mendukung pembangunan pertanian
dalam negeri. PHLN dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
kerjasama bilateral, kerjasama regional, dan kerjasama multilateral.
Untuk mengatur proses penerimaan PHLN, Pemerintah telah mengeluarkan
aturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 yang
mengatur Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan/atau Penerimaan
Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri yang selama
ini dijadikan dasar hukum PHLN. Peraturan Pemerintah ini disempurnakan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah. Peraturan
Pemerintah tersebut dijabarkan lagi dalam Peraturan Menteri atau Peraturan
lainnya. Dalam rangka melaksanakan PHLN sesuai dengan peraturan dan
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
8
ketentuan yang berlaku saat ini, maka Pedoman Pengelolaan Pinjaman dan
Hibah Kementerian Pertanian juga harus disesuaikan.
B. Maksud dan Tujuan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan untuk merencanakan, mengelola
dan mengawasi kegiatan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah di Kementerian
Pertanian.
Pedoman ini bertujuan untuk:
1. meningkatkan pemahaman bagi pembuat kebijakan, perencana, unit
teknis serta pengelola kegiatan PHLN;
2. meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kualitas perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan kegiatan
PHLN;
3. mendukung transparansi dan akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP).
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman ini meliputi peraturan dan ketentuan tata cara
pengelolaan kegiatan proyek PHLN, mulai dari kebijakan pemanfaatan,
perencanaan, pengusulan, penatausahaan, pelaporan, dan penugasan tenaga
asing. Selain itu, Pedoman juga mencakup mekanisme dan tanggung-jawab
dari masing-masing unit di Kementerian Pertanian dalam setiap proses
kegiatan PHLN.
Pedoman ini mengacu kepada peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Sekretariat Negara, maupun instansi terkait lainnya.
D. Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disingkat dengan K/L adalah
kementerian
negara/lembaga
pemerintah
non
kementerian
negara/lembaga negara.
www.djpp.depkumham.go.id
9
2012, No.1297
3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.
5. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan kementerian/lembaga yang bersangkutan.
6. Menteri Pertanian adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahaan di bidang pertanian.
7. Menteri Keuangan adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.
8. Menteri
Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang selanjutnya disebut Menteri
Perencanaan adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.
9. Instansi Pelaksana atau Executing Agency adalah K/L/Pemda/BUMN
yang melaksanakan kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri
dan/atau Hibah.
10. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN adalah
Menteri Keuangan.
11. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa BUN
adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan di tingkat pusat dan Kepala
KPPN di tingkat daerah.
12. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang
diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat
oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga
negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
13. Hibah Pemerintah yang selanjutnya disebut Hibah adalah setiap
penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan,
rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari Pemberi
Hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri
atau luar negeri.
14. Pemberi Pinjaman Luar Negeri adalah kreditor yang memberikan
pinjaman kepada Pemerintah.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
10
15. Pemberi Hibah adalah pihak yang berasal dari dalam negeri atau luar
negeri yang memberikan Hibah kepada Pemerintah.
16. Penerima Penerusan Pinjaman Luar Negeri adalah Pemerintah Daerah
dan BUMN.
17. Perjanjian Pinjaman Luar Negeri adalah kesepakatan tertulis mengenai
pinjaman antara Pemerintah dan Pemberi Pinjaman Luar Negeri.
18. Perjanjian Hibah adalah kesepakatan tertulis mengenai Hibah antara
Pemerintah dan Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumen
perjanjian pemberian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan.
19. Perjanjian Pinjaman yang bersumber dari Hibah yang selanjutnya
disebut Perjanjian Pinjaman Hibah, adalah kesepakatan tertulis
mengenai pinjaman antara Pemerintah dan penerima pinjaman Hibah
yang dituangkan dalam dokumen perjanjian atau dokumen lain yang
dipersamakan.
20. Perjanjian Penerusan Hibah adalah dokumen perjanjian untuk penerusan
Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan antara Pemerintah dan
Penerima Penerusan Hibah.
21. Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri adalah kesepakatan tertulis
antara Pemerintah dan Penerima Penerusan Pinjaman Luar Negeri untuk
penerusan Pinjaman Luar Negeri.
22. Perjanjian Hibah yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri yang
selanjutnya disebut Perjanjian Hibah Pinjaman Luar Negeri adalah
kesepakatan tertulis antara Pemerintah dan penerima Hibah mengenai
Hibah yang dituangkan dalam dokumen perjanjian atau dokumen lain
yang dipersamakan.
23. Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah yang
selanjutnya disingkat DRPLN-JM adalah daftar rencana kegiatan yang
layak dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri untuk periode jangka
menengah.
24. Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat
RPJM adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk
periode 5 (lima) tahun.
25. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
www.djpp.depkumham.go.id
11
2012, No.1297
26. Pinjaman Tunai adalah Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk devisa
dan/atau rupiah yang digunakan untuk pembiayaan defisit APBN dan
pengelolaan portofolio utang.
27. Pinjaman Kegiatan adalah Pinjaman Luar Negeri yang digunakan untuk
membiayai kegiatan tertentu.
28. Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri yang selanjutnya
disingkat DRPPLN adalah daftar rencana kegiatan yang telah memiliki
indikasi pendanaan dan siap dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri untuk
jangka tahunan.
29. Rencana Pemanfaatan Hibah yang selanjutnya disebut RPH adalah
dokumen yang memuat arah kebijakan, strategi, dan pemanfaatan Hibah
jangka menengah sesuai dengan prioritas pembangunan nasional.
30. Daftar Rencana Kegiatan Hibah yang selanjutnya disingkat DRKH
adalah daftar rencana kegiatan yang layak dibiayai dengan Hibah dan
telah mendapatkan indikasi pendanaan dari Pemberi Hibah.
31. Daftar Kegiatan adalah daftar rencana kegiatan yang telah tercantum di
dalam DRPPLN dan siap untuk diusulkan kepada dan/atau dirundingkan
dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri.
32. Kreditor Multilateral adalah lembaga keuangan internasional yang
beranggotakan beberapa negara, yang memberikan pinjaman kepada
Pemerintah.
33. Kreditor Bilateral adalah pemerintah negara asing atau lembaga yang
ditunjuk oleh pemerintah negara asing atau lembaga yang bertindak
untuk pemerintah negara asing yang memberikan pinjaman kepada
Pemerintah.
34. Kreditor Swasta Asing adalah lembaga keuangan asing, lembaga
keuangan nasional, dan lembaga non keuangan asing yang berdomisili
dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik
Indonesia yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah berdasarkan
perjanjian pinjaman tanpa jaminan dari Lembaga Penjamin Kredit
Ekspor.
35. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor adalah lembaga yang ditunjuk negara
asing untuk memberikan jaminan, asuransi, pinjaman langsung, subsidi
bunga, dan bantuan keuangan untuk meningkatkan ekspor negara yang
bersangkutan atau bagian terbesar dari dana tersebut dipergunakan
untuk membeli barang/jasa dari negara bersangkutan yang berdomisili
dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik
Indonesia.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
12
36. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
selanjutnya disingkat RKA-KL adalah dokumen perencanaan anggaran
yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga
yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan
Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan
untuk melaksanakannya.
37. Pemantauan adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan secara berkala
untuk menyediakan informasi tentang status perkembangan suatu
kegiatan, serta mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan
merumuskan tindak lanjut yang diperlukan.
38. Evaluasi kinerja kegiatan adalah kegiatan yang secara sistematis
mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai
pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan.
39. Pendapatan Hibah adalah setiap Hibah yang menyebabkan pemerintah
mendapat manfaat secara langsung untuk mendukung tugas dan fungsi
K/L atau diteruskan kepada Pemda dan BUMN.
40. Pendapatan Hibah Langsung adalah pendapatan hibah yang pencairan
dananya dilaksanakan tidak melalui KPPN dan pengesahannya
dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara.
41. Belanja Hibah adalah setiap pengeluaran Pemerintah dalam bentuk uang,
barang, jasa, dan/atau surat berharga yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib, dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus.
42. Aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat
usaha di kemudian hari.
43. Tenaga Asing adalah sebutan bagi warga negara asing yang bekerja di
Indonesia dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah.
E. Klasifikasi Pinjaman dan Hibah
Menurut jenisnya, Pinjaman Luar Negeri (PLN) terdiri dari:
1. Pinjaman Tunai: pinjaman program, pembiayaan likuiditas jangka
pendek, pembiayaan kontinjensi, pembiayaan untuk permodalan.
2. Pinjaman Kegiatan: pinjaman proyek, credit line.
www.djpp.depkumham.go.id
13
2012, No.1297
Klasifikasi Hibah tersebut dapat dibagi, sebagai berikut:
1. Menurut Sumber Dana Hibah
a. Hibah Dalam Negeri: lembaga keuangan dalam negeri, lembaga non
keuangan dalam negeri, pemerintah daerah, perusahaan asing yang
berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah negara Republik
Indonesia, lembaga lainnya, dan perorangan.
b. Hibah Luar Negeri: negara asing, lembaga di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa, lembaga multilateral, lembaga keuangan asing,
lembaga non keuangan asing, lembaga keuangan nasional yang
berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara
Republik Indonesia, dan perorangan.
2. Menurut Bentuk Hibah
a. Uang Tunai
b. Uang untuk membiayai kegiatan
c. Barang/Jasa
d. Surat Berharga.
3. Menurut Jenis dan Mekanisme Pencairan Dana
a. Hibah Terencana: hibah yang penerimaannya melalui mekanisme
perencanaan, dibelanjakan oleh K/L, dan pencairan dananya melalui
KPPN,
b. Hibah Langsung: hibah yang dilaksanakan tidak melalui mekanisme
perencanaan, dibelanjakan oleh pemberi hibah atau pihak ketiga, dan
pencairannya secara langsung tanpa melalui KPPN.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
14
F. Prosedur Umum Pinjaman Luar Negeri dan Hibah
Secara umum, pengelolaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah dapat dilihat
dalam Gambar 1 berikut:
Perencanaan
Pengusulan dan Penilaian
Perundingan
Pengelolaan Rekening
Penandatanganan
Penganggaran dan Revisi DIPA
Registrasi
Pengesahan
Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi
Pengelolaan Aset
Penugasan Tenaga Ahli Asing
Kinerja Triwulanan
Pelaporan
Keuangan dan Rekonsiliasi Triwulanan
Laporan Akhir
Gambar 1. Prosedur Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah
Pada semua tahap tersebut, Satuan Kerja (Satker) pelaksana proyek diharuskan
memahami dan melaksanakan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku
sehingga pinjaman luar negeri dan hibah yang dikelola oleh Kementerian
Pertanian dapat diadministrasikan dengan sebaik-baiknya.
www.djpp.depkumham.go.id
15
2012, No.1297
BAB II
KEBIJAKAN PEMANFAATAN PINJAMAN LUAR NEGERI
DAN HIBAH
A. Kebijakan Pinjaman dan Hibah Nasional
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014 bahwa sumber pembiayaan luar negeri, baik Pinjaman
maupun Hibah Luar Negeri, terus diupayakan dengan tetap mengutamakan
kedaulatan dan kepentingan nasional serta meningkatkan efektivitas
pemanfaatannya sesuai prioritas pembangunan nasional.
Pemanfaatan PHLN harus dilihat tidak hanya dari sisi pendanaan tetapi juga
sebagai sarana untuk bertukar informasi dan pembelajaran dalam rangka
memperkuat dan menyempurnakan sistem perencanaan, anggaran,
pengadaan, pemantauan dan evaluasi nasional serta kapasitas kelembagaan
dan sumber daya manusia.
Prinsip yang harus dipahami dalam melakukan Pinjaman Luar Negeri dan
penerimaan Hibah, adalah transparan, akuntabel, efisien dan efektif, kehatihatian, tidak disertai ikatan politik, dan tidak memiliki muatan yang dapat
mengganggu stabilitas keamanan negara.
Kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri dan/atau menerima Hibah
yang berasal dari Luar Negeri dan Dalam Negeri hanya dapat dilakukan
oleh Menteri Keuangan. Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
BUMN dilarang melakukan perikatan dalam bentuk apapun yang dapat
menimbulkan kewajiban untuk melakukan Pinjaman Luar Negeri.
Penggunaan Pinjaman Luar Negeri tersebut diprioritaskan untuk (a)
membiayai defisit APBN, (b) membiayai kegiatan prioritas
Kementerian/Lembaga,
(c)
mengelola
portofolio
utang,
(d)
diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah atau BUMN, (e) dihibahkan
kepada Pemerintah Daerah.
Untuk mengurangi beban utang pemerintah, maka rasio stok utang
pemerintah termasuk utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) secara konsisten akan diturunkan hingga mencapai sekitar 24% pada
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
16
akhir tahun 2014. Meningkatnya peringkat Indonesia sebagai negara Lower
Middle Income Country juga berdampak pada akses pinjaman murah dari
lembaga keuangan multilateral tidak dapat diperoleh lagi. Oleh karena itu,
pengelolaan dana pinjaman luar negeri harus dilandasi oleh suatu prinsip
kehati-hatian (prudent borrowing policy), prinsip borrower driver serta
pemanfaatan yang semakin optimal.
Sementara itu, hibah sebagai penerimaan negara mempunyai proporsi yang
kecil, namun sifat hibah yang tidak memiliki resiko pengembalian
merupakan sumber pendanaan yang potensial untuk dimanfaatkan. Dalam
upaya optimalisasi penggunaan hibah, pemerintah akan terus meningkatkan
kapasitas lembaga penerima hibah dan menyempurnakan peraturan
pelaksanaan mengenai tata kelola hibah pemerintah yang lebih kondusif dan
fleksibel namun tetap akuntabel disesuaikan dengan karakteristik hibah.
Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pemanfaatan PHLN, antara lain:
1.Penyempurnaan peraturan-peraturan terkait PHLN;
2.Peningkatan kualitas perencanaan dan kapasitas pelaksanaan proyek
melalui penegakan aturan kesiapan proyek, penajaman fokus
pemanfaatan PHLN yang lebih selektif untuk membiayai atau
mendukung program/kegiatan prioritas nasional;
3.Peningkatan penggunaan sistem nasional dan harmonisasi kegiatan mitramitra pembangunan;
4.Penguatan kualitas pemantauan dan evaluasi.
Pokok-pokok kebijakan perencanaan kegiatan PHLN:
1.Prinsip pengusulan oleh pimpinan tertinggi (one gate policy)
a. Usulan kegiatan PHLN hanya dapat dilakukan
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN;
oleh
b. Usulan kegiatan disampaikan kepada Menteri Perencanaan.
2.Pembagian fungsi yang jelas
a. Proses perencanaan dan persiapan dikoordinasikan oleh Bappenas;
b. Negosiasi dengan calon penyedia PHLN dikoordinasikan oleh
Kementerian Keuangan.
3.Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan
a. Kejelasan rencana kebutuhan dan arah pemanfaatan PHLN;
www.djpp.depkumham.go.id
17
2012, No.1297
b. Keterbukaan daftar kegiatan PHLN (Blue Book dan Green Book);
c. Lending Program penyedia PHLN disusun berdasarkan DRPPHLNJM.
4.Meningkatkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi.
B. Kebijakan Pinjaman dan Hibah Kementerian Pertanian
Agenda pembangunan ekonomi dalam RPJMN yang terkait dengan
pembangunan pertanian, antara lain (1) revitalisasi pertanian, (2)
peningkatan investasi dan ekspor non-migas, (3) pemantapan stabilisasi
ekonomi makro, (4) penanggulangan kemiskinan, (5) pembangunan
perdesaan, dan (6) perbaikan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Dalam Rencana Strategi Kementerian Pertanian (2010-2014), ada beberapa
kebijakan strategis yang memerlukan penanganan, antara lain:
1. Pembangunan infrastruktur pertanian meliputi pembangunan dan
rehabilitasi jaringan irigasi, perluasan lahan pertanian terutama di luar
Jawa, pencegahan konversi lahan terutama di Jawa, pengembangan jalan
usahatani dan jalan produksi serta infrastruktur lainnya.
2. Kebijakan pembiayaan untuk mengembangkan lembaga keuangan yang
khusus melayani sektor pertanian, lembaga keuangan mikro,
pembiayaan pola syariah, dan lainnya.
3. Kebijakan perdagangan yang memfasilitasi kelancaran pemasaran baik
di pasar dalam negeri maupun ekspor.
4. Kebijakan pengembangan industri yang lebih menekankan pada
agroindustri skala kecil di perdesaan dalam rangka meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan petani.
5. Kebijakan investasi yang kondusif untuk lebih mendorong minat
investor dalam sektor pertanian.
6. Pembiayaan pembangunan yang lebih memprioritaskan anggaran untuk
sektor pertanian dan sektor-sektor pendukungnya.
7. Perhatian pemerintah daerah pada pembangunan pertanian meliputi:
infrastruktur
pertanian,
pemberdayaan
penyuluh
pertanian,
pengembangan instansi lingkup pertanian, menghilangkan berbagai
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
18
pungutan yang mengurangi daya saing pertanian, serta alokasi APBD
yang memadai.
Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama, yaitu:
1. Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan;
2. Peningkatan Diversifikasi Pangan;
3. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor;
4. Peningkatan Kesejahteraan Petani;
Pemanfaatan peluang PHLN harus mendukung untuk pencapaian 4 target
utama Kementerian Pertanian tersebut.
BAB III
PERENCANAAN, PENGUSULAN, DAN PENANDATANGANAN
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH
A. Perencanaan
Beberapa proses kegiatan yang harus menjadi perhatian dalam merencanakan
Pinjaman Luar Negeri, antara lain:
1. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan bagian dari
persetujuan APBN.
2. Menteri Keuangan menyusun rencana batas maksimal Pinjaman Luar
Negeri yang ditinjau setiap tahun.
3. Menteri Perencanaan menyusun rencana pemanfaatan Pinjaman Luar
Negeri yang dituangkan dalam dokumen, seperti:
a. Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri (RPPLN);
b. Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri – Jangka Menengah (DRPLNJM/Blue Book);
c. Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri (DRPPLN/Green
Book);
d. Daftar Kegiatan.
www.djpp.depkumham.go.id
19
2012, No.1297
Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh Kementerian/Lembaga (K/L) dalam
memanfaatkan PHLN adalah:
1. Transparan;
2. Akuntabel;
3. Efisien dan efektif;
4. Kehati-hatian;
5. Tidak disertai ikatan politik; dan
6. Tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan
negara.
Untuk Pinjaman Luar Negeri, penggunaannya ditujukan untuk:
1. Membiayai defisit APBN (berbentuk pinjaman tunai);
2. Mengelola portofolio utang (berbentuk pinjaman tunai);
3. Membiayai kegiatan prioritas K/L (berbentuk pinjaman kegiatan);
4. Diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah (dalam bentuk pinjaman
kegiatan);
5. Dihibahkan kepada Pemerintah Daerah (dalam bentuk pinjaman
kegiatan); dan/atau
6. Diterus pinjamkan kepada BUMN (dalam bentuk pinjaman kegiatan).
B. Pengusulan dan Penandatanganan Pinjaman Luar Negeri
1. Pengusulan dan Penilaian
K/L dan BUMN menyampaikan usulan kegiatan yang dibiayai Pinjaman
Luar Negeri kepada Menteri Perencanaan dengan berpedoman pada
RPJMN dan memperhatikan RPPLN. Selanjutnya, Menteri Perencanaan
melakukan
penilaian
kelayakan
usulan
kegiatan
dengan
mempertimbangkan RPPLN. Hasil penilaian dituangkan dalam DRPLNJM, yang dapat diperbaharui dan disempurnakan sesuai kebutuhan
dan/atau perkembangan perekonomian nasional.
Penilaian kelayakan usulan Pinjaman Luar Negeri dilakukan oleh Menteri
Perencanaan dengan mempertimbangkan kelayakan teknis dan
keselarasan perencanaan kegiatan. Hasil dari penilaian ini dituangkan
dalam dokumen DRPLN-JM. Apabila usulan Pinjaman Luar Negeri telah
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
20
tercantum dalam DRPLN-JM, maka K/L harus menyiapkan rencana
kegiatan dengan membuat dokumen Readiness Criteria yang berisi:
a. Rencana pelaksanaan kegiatan;
b. Indikator kinerja pemantauan dan evaluasi;
c. Organisasi dan manajemen pelaksanaan kegiatan; dan
d. Rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali, dalam hal
kegiatan memerlukan lahan.
2. Perundingan
Perundingan atau negosiasi Pinjaman Luar Negeri hanya dapat dilakukan
oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa melakukan
perundingan sesuai ketentuan dan persyaratan Pinjaman Luar Negeri.
Bahan-bahan perundingan disiapkan oleh eselon I calon pelaksana proyek
di masing-masing K/L.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan
perundingan Pinjaman Luar Negeri, yaitu:
a. Pelaksanaan perundingan melibatkan unsur Kementerian Keuangan,
Kementerian PPN/Bappenas, K/L, Pemda, BUMN, dan/atau instansi
terkait lainnya.
b. Perundingan dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri dilakukan
setelah dokumen Readiness Criteria kegiatan dipenuhi.
c. Apabila diperlukan, Menteri Keuangan dapat meminta dokumen
kesiapan perundingan kepada Menteri/Pimpinan pada K/L, Gubernur
dan Bupati/Walikota pada Pemda, dan Direktur Utama BUMN
pengusul kegiatan.
3. Penandatanganan Perjanjian
Hasil perundingan dituangkan dalam Perjanjian Pinjaman Luar Negeri
yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi
kuasa dan Pemberi Pinjaman Luar Negeri.
Perjanjian tersebut memuat paling sedikit:
a. jumlah
b. peruntukan
www.djpp.depkumham.go.id
21
2012, No.1297
c. hak dan kewajiban,
d. ketentuan dan persyaratan.
Salinan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri disampaikan oleh Kementerian
Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan instansi terkait
lainnya.
Pinjaman Luar Negeri yang dipinjamkan ke daerah, dituangkan dalam
Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri dan ditandatangani oleh
Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa dan gubernur,
bupati/walikota, atau direksi BUMN. Sedangkan Pinjaman Luar Negeri
yang dihibahkan dituangkan dalam Perjanjian Hibah Pinjaman Luar
Negeri ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi
kuasa dan gubernur atau bupati/walikota.
C. Pengusulan dan Penandatanganan Hibah
1. Hibah Terencana
a. Perencanaan
Hibah yang direncanakan mencakup:
1) Hibah yang diberikan untuk mempersiapkan dan/atau mendampingi
pinjaman;
2) Hibah yang telah masuk dalam dokumen perencanaan yang
disepakati bersama antara Pemerintah dan Pemberi Hibah;
3) Hibah yang memerlukan dana pendamping;
4) Hibah yang dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) melalui Pemerintah; dan/atau
5) Hibah dalam rangka kerjasama antar instansi dengan Pemberi
Hibah luar negeri di luar negeri.
Menteri Perencanaan menyusun rencana kegiatan jangka menengah
dan tahunan yang bersumber dari Hibah dengan berpedoman pada
RPJMN. Rencana kegiatan jangka menengah dan tahunan mencakup
Rencana Pemanfaatan Hibah (RPH) dan Daftar Rencana Kegiatan
Hibah (DRKH).
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
22
RPH memuat arah kebijakan, strategi, dan pemanfaatan Hibah jangka
menengah sesuai dengan prioritas pembangunan nasional, sedangkan
DRKH memuat rencana tahunan kegiatan K/L, Pemda, BUMN yang
layak dibiayai dengan Hibah dan telah mendapatkan indikasi
pendanaan dari Pemberi Hibah. DRKH ini digunakan sebagai salah
satu bahan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah.
Untuk mendapatkan masukan lebih lanjut dari instansi terkait kegiatan
hibah yang akan dilaksanakan, Unit Eselon I pelaksana perlu
melakukan rapat koordinasi terlebih dahulu.
b. Pengusulan dan Penilaian
Menteri/Pimpinan Lembaga mengusulkan kegiatan yang akan dibiayai
dengan Hibah kepada Menteri Perencanaan. Selanjutnya, Menteri
Perencanaan melakukan penilaian usulan kegiatan dengan
berpedoman pada RPJMN serta memperhatikan RPH dan dituangkan
dalam DRKH serta disampaikan kepada Menteri Keuangan.
Menteri Perencanaan melakukan penilaian usulan kegiatan Hibah
berdasarkan kelayakan teknis dan keselarasan perencanaan kegiatan.
Hasil penilaian Menteri Perencanaan ini kemudian dituangkan dalam
dokumen DRKH. Menteri Perencanaan menyampaikan dokumen
DRKH kepada:
1) Menteri Keuangan sebagai bahan pengusulan kepada calon Pemberi
Hibah,
2) K/L yang usulan kegiatannya tercantum dalam DRKH.
Apabila terdapat usulan kegiatan Hibah yang telah memenuhi
kelayakan dan kesiapan, namun belum tercantum dalam dokumen
DRKH, usulan tersebut dapat diajukan kepada calon Pemberi Hibah
dan diusulkan untuk dicantumkan dalam dokumen DRKH pada tahun
berikutnya.
c. Perundingan
Perundingan Hibah Terencana dilakukan oleh Menteri Keuangan atau
pejabat yang diberi kuasa. Pelaksanaan perundingan melibatkan unsur
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan, dan/atau K/L
terkait lainnya.
www.djpp.depkumham.go.id
23
2012, No.1297
d. Penandatanganan Perjanjian
Perjanjian Hibah adalah kesepakatan tertulis mengenai hibah antara
Pemerintah dengan Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumen
perjanjian atau dokumen lain yang dipersamakan.
Dalam hal Hibah yang direncanakan, penandatanganan perjanjian
Hibah dilakukan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi
kuasa. Perjanjian Hibah tersebut paling sedikit memuat:
1) jumlah;
2) peruntukan;
3) ketentuan dan persyaratan;
4) kesediaan melaporkan capaian kinerja dan keuangan secara
triwulanan;
5) kesediaan pihak donor untuk menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) barang dan jasa.
Selanjutnya, Menteri Keuangan menyampaikan salinan Perjanjian
Hibah kepada BPK dan pimpinan instansi terkait lainnya.
2. Hibah Langsung
a. Perencanaan
Menteri/Pimpinan Lembaga dapat menerima Hibah Langsung dari
Pemberi Hibah dengan memperhatikan prinsip dalam penerimaan
Hibah. Menteri/Pimpinan Lembaga akan mengkonsultasikan rencana
penerimaan Hibah langsung tersebut pada tahun berjalan kepada
Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan, dan lembaga terkait
sebelum dilakukan penandatanganan perjanjian Hibah.
Dalam hal menerima tawaran Hibah baik dalam bentuk uang, barang
dan jasa, diharapkan setiap unit kerja eselon I diharapkan lebih teliti
dan cermat serta menyesuaikan dengan rencana strategis di masingmasing unit kerja dan mendukung program kerja Kementerian
Pertanian. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan untuk hibah yang
berpotensi mengandung ikatan politis, bersifat donor-driven serta
tidak mendukung prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas pada
laporan keuangan pemerintah.
b. Perundingan
Perundingan Hibah Langsung dapat dilakukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga yang menerima hibah atau pejabat yang diberi kuasa. Di
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
24
Kementerian Pertanian, setiap unit eselon I yang mendapatkan
tawaran hibah perlu melakukan rapat koordinasi tentang substansi dan
mekanisme kerjasama baik dengan unit pelaksana teknis, pihak donor
maupun pihak terkait lainnya sebelum memutuskan menerima ataupun
menolak suatu tawaran Hibah.
c. Penandatanganan Perjanjian
Dalam hal Hibah Langsung, penandatanganan perjanjian Hibah
dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang diberi
kuasa melakukan penandatanganan Perjanjian Hibah. Perjanjian
Hibah tersebut paling sedikit memuat:
1) jumlah;
2) peruntukan;
3) ketentuan dan persyaratan;
4) kesediaan melaporkan capaian kinerja dan keuangan secara
triwulanan;
5) kesediaan pihak donor untuk menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) barang dan jasa.
Selanjutnya, Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan salinan
Perjanjian Hibah tersebut kepada Menteri Keuangan, BPK, dan
pimpinan instansi terkait lainnya.
Di Kementerian Pertanian, proses perjanjian Hibah tidak boleh
dilakukan secara personal dan oleh unit kerja teknis baik yang ada di
Pusat maupun Daerah kecuali setelah mendapat persetujuan oleh
Menteri Pertanian u.p. Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala
Badan sesuai dengan substansi hibah yang diterima.
D. Prosedur Pengusulan Pinjaman dan Hibah Kementerian Pertanian
Pengusulan Pinjaman Luar Negeri Kementerian Pertanian disampaikan
melalui surat Direktur Jenderal/Kepala Badan kepada Menteri Pertanian
dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal. Selanjutnya usulan tersebut
diteruskan kepada Menteri Perencanaan oleh Menteri Pertanian atau
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Pertanian.
www.djpp.depkumham.go.id
25
2012, No.1297
Pengusulan kegiatan Hibah Luar Negeri dari Unit Eselon I lingkup
Kementerian Pertanian diusulkan oleh Sekretariat Ditjen/Sekretariat Badan
kepada Pusat KLN, dengan menyertakan dokumen pendukung berupa:
1. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan Hibah/DIPK (dokumen yang berisi
ringkasan informasi untuk pengusulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah);
dan
2. Dokumen Usulan Kegiatan Hibah (dokumen yang memuat latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, sumber daya yang dibutuhkan, dan hasil yang
diharapkan termasuk rencana pelaksanaan untuk mendapatkan gambaran
kelayakan atas usulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah).
Daftar Hibah yang diusulkan telah melakukan proses seleksi prioritas,
substansi, dan administrasi.
Selanjutnya, Pusat KLN akan menyampaikan kepada Menteri Perencanaan
melalui surat Menteri Pertanian atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
Pertanian untuk dimasukkan dalam Blue Book/Green Book/RPH/DRKH.
Usulan kegiatan PHLN untuk masuk dalam DRPHLN-JM/Blue Book adalah
per lima tahun. Namun demikian, setiap tahun tetap dapat dilakukan
pengusulan baru maupun revisi terhadap DRPHLN-JM/Blue Book.
Secara umum, prosedur pengusulan PHLN pada Kementerian Pertanian
disajikan dalam Gambar 2 berikut:
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
26
USULAN KEMENTAN
BLUE BOOK/GREEN BOOK
BAPPENAS
MENTERI PERTANIAN
SEKRETARIS JENDERAL
Pusat Kerjasama Luar Negeri
Kebijakan PHLN dan
kelengkapan dokumen
Biro Perencanaan
Kesesuaian dengan Rencana
Strategis Kementan
Unit Eselon I
* Usulan sudah diseleksi prioritas, substansi maupun administrasi dan surat
pengusulan ditandatangani oleh SesBadan/SesDitjen
* Usulan dari Pemerintah Daerah diusulkan melalui unit eselon I terkait
Gambar 2. Prosedur Pengusulan PHLN Kementerian Pertanian
BAB IV
PENATAUSAHAAN DAN PELAKSANAAN
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH
Proses selanjutnya setelah penandatanganan dokumen pinjaman luar negeri dan
hibah adalah penatausahaan proyek tersebut untuk dimasukkan ke dalam sistem
anggaran Negara (on-budget). Proses penatausahaan ini dimulai dari proses
registrasi proyek, pembukaan dan pengelolaan rekening proyek, penganggaran
dan revisi Rencana Kerja dan Anggaran K/L atau Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (RKA-KL/DIPA), dan pengesahan pinjaman dan hibah. Proses
penatausahaan tersebut dapat dilakukan secara paralel dengan kegiatan
pelaksanaan proyek sehingga diharapkan tujuan proyek dapat dicapai sesuai
dengan periode proyek tersebut. Namun apabila diperlukan, proyek
pinjaman/hibah tersebut dapat diperpanjang dengan mengacu pada prosedur
perpanjangan proyek pinjaman dan hibah.
www.djpp.depkumham.go.id
27
2012, No.1297
A. Registrasi
Registrasi merupakan proses pendaftaran pinjaman luar negeri dan hibah ke
dalam sistem akuntansi negara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang Kemenkeu (DJPU). K/L tidak perlu mengusulkan
registrasi tersebut ke DJPU karena penandatanganan dan registrasi proyek
Pinjaman Luar Negeri dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Sedangkan
untuk proyek hibah, K/L harus mengajukan permohonan registrasi kepada
DJPU setelah dokumen proyek hibah tersebut ditandatangani oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat lain yang diberi kuasa.
Proses registrasi diperlukan tidak hanya untuk hibah luar negeri juga untuk
hibah dalam negeri. Nomor register tersebut merupakan dasar pengajuan ijin
pembukaan rekening dan pencantuman nomor register ke dalam DIPA.
Satu perjanjian hibah/dokumen yang dipersamakan hanya memiliki satu
nomor register. Dalam hal perjanjian tersebut lebih dari satu K/L ataupun
satu unit kerja yang menerima hibah, maka salah satu dari K/L atau unit
kerja ditunjuk sebagai Instansi Pelaksana (Executing Agency) yang akan
mengajukan proses registrasi.
Pusat KLN memfasilitasi pengusulan registrasi Pinjaman dan Hibah Luar
Negeri ke Kementerian Keuangan melalui Direktur Evaluasi, Akuntansi,
dan Setelmen (EAS) di DJPU dengan tembusan ke Direktur Pinjaman dan
Hibah (PH) di DJPU, Kementerian Keuangan dan Direktur Pangan dan
Pertanian Bappenas. Surat permintaan pengusulan proses registrasi tersebut
harus disertai dokumen pendukungnya, berupa:
1. Surat pengantar dari Sekretaris Direktorat Jenderal atau Sekretaris Badan.
2. Perjanjian Hibah/Memorandum of Understanding/dokumen lain yang
dipersamakan.
3. Grant Summary atau ringkasan perjanjian hibah dan Disbursement Plan.
(sesuai format PMK No.191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah).
4. Surat Pernyataan Kesediaan untuk menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) untuk hibah dalam bentuk barang dan jasa.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
28
B. Pembukaan dan Pengelolaan Rekening Pinjaman dan Hibah
1. Pengelolaan Rekening
Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku
Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam
rangka pelaksanaan APBN dapat memiliki rekening:
a. Rekening Penerimaan, yaitu rekening untuk menampung pendapatan
negara dalam rangka APBN, seperti Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP);
b. Rekening Pengeluaran, yaitu rekening untuk menampung uang keperluan
Belanja Negara dalam rangka APBN dan sifatnya pasti di setiap K/L
maupun Satker yang memiliki DIPA;
c. Rekening Pemerintah Lainnya, yaitu rekening selain rekening penerimaan
dan rekening pengeluaran yang digunakan untuk tujuan khusus yang
berkaitan dengan bidang tugasnya / tupoksinya, seperti Hibah, Titipan,
Kerjasama, penampungan, Satker BLU.
Berkenaan dengan Hibah, rekening yang digunakan adalah “Rekening
Pemerintah Lainnya” yang dibuka oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
atau Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku PA atau KPA dalam rangka
pengelolaan Hibah Langsung dalam bentuk uang.
Jasa Giro/bunga yang diperoleh dari Rekening Hibah disetor ke Kas
Negara sebagai PNBP, kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian Hibah
atau dokumen yang dipersamakan.
Rekening Hibah yang sudah tidak digunakan sesuai dengan tujuan
pembukaannya wajib ditutup oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau
Kepala Kantor/Satuan Kerja dan saldonya disetor ke Rekening Kas
Umum Negara, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah atau
dokumen yang dpersamakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal proses pengelolaan rekening
lingkup Kementerian Pertanian:
a. Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening
Permohonan persetujuan pembukaan rekening penerimaan,
pengeluaran dan rekening lainnya dalam rangka pelaksanaan anggaran
www.djpp.depkumham.go.id
29
2012, No.1297
di lingkungan Kementerian/Kepala Kantor/Satuan Kerja disampaikan
oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran
kepada Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Biro Keuangan dan
Perlengkapan, dengan menggunakan formulir tertentu, dilampiri
dengan:
1) Untuk Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran dilampiri
Foto copy dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) dan Surat
Pernyataan Penggunaan Rekening.
2) Untuk Rekening Lainnya dilampiri dengan Surat Pernyataan
Penggunaan Rekening dengan menggunakan formulir tertentu,
dengan catatan:
a)
Tujuan penggunaan rekening harus jelas.
b)
Sumber dana harus jelas.
c)
Untuk Rekening BLU agar dijelaskan jenis rekening.
Surat persetujuan pembukaan rekening tersebut kemudian diteruskan
ke Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala KPPN berwenang
menolak permohonan persetujuan pembukaan rekening yang diajukan
apabila permohonan tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas. Bank
Indonesia/Bank Umum/Kantor Pos wajib menolak permintaan
pembukaan rekening oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala
Kantor/Satuan Kerja selaku PA/KPA tanpa adanya persetujuan
tertulis dari Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala KPPN.
b. Pembukaan Rekening
Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Kantor/Satuan Kerja
selaku PA/KPA dapat membuka rekening penerimaan dan/atau
rekening pengeluaran serta rekening lainnya dengan persetujuan
Bendahara Umum Negara.
Untuk Rekening Penerimaan maupun Rekening Pengeluaran
permohonan izin pembukaan rekeningnya ditujukan ke Kuasa BUN
Daerah (KA KPPN), sedangkan untuk Rekening Lainnya
permohonan izin pembukaan rekeningnya ditujukan ke Kuasa BUN
Pusat (Dirjen PBN).
Persetujuan pembukaan rekening tersebut dikuasakan kepada:
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
30
1) Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
untuk
pengguna
anggaran/kuasa anggaran yang pembayarannya dilaksanakan oleh
Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
2) Kepala KPPN untuk PA/KPA yang pembayarannya dilaksanakan
oleh KPPN.
SP Penggunaan
Rekening
SATKER /
UPT
ESELON I
TERKAIT
SETJEN
c.q
RO KP
KUASA
BUN
PUSAT /
DITJEN
PBN
Persetujuan Pembukaan
Rekening
Gambar 3. Alur Pembukaan Rekening
c. Penertiban Rekening
Sebagai kelanjutan atas Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
57/PMK.05/2007, maka ruang lingkup penertiban rekening
dilaksanakan terhadap seluruh rekening di lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga /Kantor/ Satuan Kerja yang telah ada sebelum
ditetapkannya peraturan ini.
Dalam hal penertiban rekening ada beberapa tahapan diantaranya:
1) Evaluasi Rekening
Evaluasi terhadap rekening dimaksud dilakukan melalui:
a) Identifikasi keberadaan dan kepemilikan rekening.
b) Verifikasi rekening mencakup: dasar hukum dan tujuan
pembukaan rekening, jenis rekening, sumber dana rekening,
nomor rekening, mutasi terakhir, nama bank, nama pejabat
yang melakukan pembukaan rekening.
c) Pengelompokan rekening, antara lain:
(1) Rekening Bendahara
Pengeluaran.
Penerimaan
dan
Bendahara
(2) Rekening penampungan sementara.
www.djpp.depkumham.go.id
31
2012, No.1297
(3) Rekening penampungan dana jaminan.
(4) Rekening penampungan dana titipan.
(5) Rekening sumbangan dan penerimaan lain-lain.
(6) Rekening penampungan dana dukungan pelayanan khusus
yang bersifat permanen.
(7) Rekening yang tidak jelas.
2) Penyelesaian Penertiban Rekening
Berdasarkan evaluasi tersebut di atas, ditetapkan penyelesaian
penertiban sebagai berikut:
a) Rekening tetap dipertahankan, apabila digunakan untuk
operasional bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satuan Kerja.
b) Rekening dipertahankan sementara untuk ditutup pada saat
semua kegiatan telah diselesaikan, apabila rekening tersebut
adalah rekening penampungan sementara.
c) Rekening dipertahankan dan cukup diungkapkan pada Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Kantor Satuan Kerja,
apabila rekening tersebut kepemilikannya ada pada pihak ke
tiga, namun pencairannya memerlukan ijin Menteri/Pimpinan
Lembaga.
d) Rekening dialihkan menjadi rekening Perhitungan Pihak
Ketiga (PPK) yang berada dalam pengelolaan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, apabila rekening tersebut
dipergunakan untuk menampung dana titipan yang dapat
dicairkan tanpa melalui prosedur normatif APBN.
e) Rekening dipertahankan sementara untuk dialihkan ke Badan
Layanan Umum (BLU), apabila rekening tersebut untuk
menampung dana dukungan pelayanan khusus yang bersifat
permanen.
f) Rekening ditutup dan saldonya disetorkan ke Rekening Kas
Umum Negara, apabila rekening tersebut dapat dipastikan
dimiliki oleh kementerian negara/lemabga dan tidak
didapatkan alasan yang cukup untuk mepertahankan
keberadaannya.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
32
g) Rekening yang tidak jelas, dilakukan penelitian lebih lanjut/
investigasi untuk memastikan kepemilikannya.
3) Tindak Lanjut dan Langkah-Langkah Penyelesaian Penertiban
Rekening
Dalam hal rekomendasi berupa rekening dipertahankan, maka
langkah-langkah yang harus dilaksanakan:
a) Menteri//Kepala
Kantor/Satuan
Kerja
menyampaikan
permintaan persetujuan atas rekening yang telah dibuka kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala KPPN mitra
kerjanya dengan menggunakan formulir.
b) Direktur Jenderal Perbendaharaan
menerbitkan Surat Persetujuan.
atau
Kepala
KPPN
c) Direktorat Jenderal Perbendaharaan atau KPPN mencatat data
rekening.
Dalam hal rekomendasi berupa rekening dipertahankan sementara
untuk ditutup pada saat semua kegiatan telah diselesaikan maka
langkah-langkah yang harus dilaksanakan:
a) Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja
menyampaikan permintaan persetujuan atas rekening yang
telah dibuka, kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan atau
Kepala KPPN mitra kerjanya dengan menggunakan formulir,
dengan terlebih dahulu diajukan ke Eselon I terkait yang
kemudian diteruskan ke Sekretaris Jenderal c.q Kepala Biro
Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian.
b) Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan
Persetujuan dengan jangka waktu tertentu.
Surat
c) Direktorat Jenderal Perbendaharaan mencatat data rekening.
Dalam hal rekomendasi berupa rekening dipertahankan dan cukup
diungkapkan pada Laporan Keuangan Kementerian Negara/
Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja dimaksud, maka langkah-langkah
yang harus dilaksanakan:
a) Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Kantor/Satuan
Kerja menyampaikan permintaan persetujuan atas rekening
www.djpp.depkumham.go.id
33
2012, No.1297
yang telah dibuka kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan
atau Kepala KPPN mitra kerjanya dengan menggunakan
formulir.
b) Direktur Jenderal
Persetujuan.
Perbendaharaan
menerbitkan
Surat
c) Direktorat Jenderal Perbendaharaan mencatat data rekening.
Dalam hal rekomendasi berupa rekening dialihkan menjadi
rekening Perhitungan Pihak Ketiga yang berada dalam
pengelolaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja menyerahkan pengelolaan
Rekening kepada Menteri Keuangan Cq. Direktur Jenderal
Perbendaharaan untuk dikelola sebagai Rekening PFK. Serah
kelola dimaksud agar dituangkan dalam Berita Acara.
Dalam hal rekomendasi berupa rekening dipertahankan sementara
untuk dialihkan ke Badan Layanan Umum (BLU),
Menteri/Pimpinan Lembaga membentuk satuan kerja yang akan
mengelola uang yang ada dalam rekening tersebut untuk
selanjutnya satuan kerja yang telah dibentuk dimintakan ijin untuk
melakukan pengelolaan keuangan sebagai BLU kepada Menteri
Keuangan.
Sebelum permintaan ijin untuk melakukan pengelolaan keuangan
sebagai BLU disetujui, langkah-langkah yang harus dilaksanakan:
a) Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan permintaan
persetujuan untuk mengelola rekening yang telah dibuka
kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan menggunakan
formulir.
b) Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan Surat
Persetujuan pengelolaan rekening untuk jangka waktu
tertentu.
c) Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat meperpanjang jangka
waktu persetujuan pengelolaan Rekening apabila jangka
waktu yang disetujui untuk pengelolaan rekening telah
berakhir dan proses pembentukan BLU belum selesai.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
34
d) Direktorat Jenderal Perbendaharaan mencatat data rekening.
Dalam hal rekomendasi berupa Rekening ditutup dan saldonya
disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara, langkah-langkah
yang harus dilaksanakan:
a) Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala KPPN
memerintahkan secara tertulis kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja untuk menutup Rekening
terkait dan menyetorkan saldonya ke Rekening Kas Umum
Negara dengan menggunakah formulir.
b) Kementerian
Negara/Lembaga/kantor/Satuan
Kerja
mengirimkan satu lembar fotocopy masing-masing kepada
KPPN terkait dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
Dalam hal rekomendasi berupa dilakukan penelitian lebih
lanjut/investigasi untuk memastikan status dan kepemilikannya,
Tim Penertiban Rekening menyampaikan kepada aparat pengawas
fungsional untuk dilakukan investigasi.
d. Penutupan Rekening
Dalam rangka pengelolaan kas, Direktur Jenderal Perbendaharaan
atau Kepala KPPN berdasarkan perintah Direktur Jenderal
Perbendaharaan
dapat
memerintahkan
Menteri/Pimpinan
Lembaga atau Kepala Kantor/Satuan Kerja dan Bank
Sentral/Bank Umum/Kantor Pos untuk melakukan penutupan
dan/atau pemindahbukuan sebagian atau seluruh dana yang ada
pada rekening dimaksud ke rekening Kas Umum Negara.
Langkah-langkah Penutupan rekening:
1) Rekening yang sudah tidak digunakan sesuai dengan tujuan
pembukaannya harus ditutup dan saldonya dipindahkan ke
rekening Kas Umum Negara.
2) Rekening Kas Umum Negara dimaksud adalah Rekening
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
115/PMK.06/2006 tentang Penetapan Rekening Kas Umum
Negara, yaitu:
www.djpp.depkumham.go.id
35
2012, No.1297
a) Setoran dalam Rupiah dan Valuta Asing Non US Dollar,
dengan:
Nomor Rekening
:
502.000000
Nama Rekening
:
Bendahara Umum Negara
b) Setoran dalam Valuta Asing US Dollar, dengan:
Nomor Rekening
:
600.502411
Nama Rekening
:
Rekening Kas Umum
Negara Dalam Valuta
3) Penyetoran/Pemindahbukuan menggunakan
424311 pendapatan dari penutupan rekening.
kode
Akun:
4) Copy bukti setor agar dikirim kepada: Kasubdit Kas Umum
Negara Direktorat Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Jalan Lapangan Banteng Timur 2 Jakarta.
Rekening Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja
yang sudah tidak digunakan sesuai dengan tujuan pembukaanya
harus
ditutup
oleh
Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala
Kantor/Satuan Kerja dan saldonya dipindahbukukan ke Rekening
Kas Umum Negara. Penutupan dan/atau pemindah bukuan tersebut
harus dilaporkan kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa
Bendahara Umum Negara.
e. Sanksi
Agar pengelolaan rekening dimaksud dapat dilaksanakan secara
tertib dan akuntabel maka Bendahara Umum Negara/Kuasa
Bendahara Umum Negara berwenang mengenakan sanksi berupa
Pembekuan Sementara Rekening dan Penutupan Rekening.
1) Pembekuan Sementara Rekening
Pembekuan sementara rekening dapat dilakukan apabila:
a) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja membuka Rekening
tanpa persetujuan Bendahara Umum Negara/Kuasa
Bendahara Umum Negara.
b) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja TIDAK melaporkan
pembukaan rekening yang dilakukannya kepada Bendahara
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
36
Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara paling
lambat 5 (lima) kerja sejak tanggal pembukaan rekening.
c) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja TIDAK mengajukan
permohonan persetujuan kepada Bendahara Umum Negara/
Kuasa Bendahara Umum Negara atas Rekening yang
dibuka sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 57/ PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening
Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja.
d) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja TIDAK menyajikan
Rekening yang dikelolanya dalam Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Kantor/Satuan Kerja.
2) Pencabutan Pembekuan Sementara Rekening
Pencabutan pembekuan sementara rekening dapat dilakukan
apabila:
a) Rekening yang dibuka oleh Menteri/Kepala Kantor/Satuan
Kerja telah mendapat persetujuan dari Bendahara Umum
Negara/Kuasa Umum Negara;
b) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja telah melaporkan
pembukaan rekening kepada Bendahara Umum Negara/
Kuasa Bendahara Umum Negara;
c) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja telah mengajukan
permohonan persetujuan kepada Bendahara Umum Negara/
Kuasa Bendahara Umum Negara atas rekening yang telah
dibuka sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan
57/ PMK.05/2007;
d) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja telah memperbaiki
laporan keuangan Kantor/Satuan Kerja dengan menyajikan
seluruh rekening yang dikelolanya.
3) Penutupan Rekening
Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara
Pusat dan di Daerah berwenang menutup rekening dan
memindah bukukan saldonya ke rekening Kas Umum Negara
apabila:
www.djpp.depkumham.go.id
37
2012, No.1297
a) Rekening tidak lagi digunakan sesuai dengan tujuan
pembukaannya dan belum ditutup oleh Menteri/Kepala
Kantor/ Satuan Kerja;
b) Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah tanggal pembekuan sementara,
belum melaksanakan tindak lanjut terhadap rekening yang
dibekukan sementara.
2. Pelaporan Rekening
a. Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran wajib melaporkan rekening dimaksud
kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara
dengan menggunakan formulir paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
tanggal pembukaan rekening dimaksud. Laporan pembukaan
disampaikan kepada:
1) Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran yang pembayarannya dilaksanakan
oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
2) Kepala KPPN untuk Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran yang pembayarannya dilaksanakan oleh KPPN.
b. Rekening tersebut harus dilaporkan dan disajikan dalam daftar
lampiran pada laporan Keuangan Kementerian/Kepala Kantor/ Satuan
Kerja dengan menggunakan formulir.
c. Setiap akhir semester daftar rekening wajib disampaikan oleh
Menteri/Kepala Kantor/Satuan Kerja kepada:
1) DirekturJenderal Perbendaharaan untuk PenggunaAnggaran/ Kuasa
Pengguna Anggaran yang pembayarannya dilaksanakan oleh
Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
2) Kepala KPPN untuk Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran yang pembayarannya dilaksanakan oleh KPPN.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
38
PA / KPA
LAPORAN
KEUANGAN
KPPN
DIREKTORAT
APK
KANWIL
DJPB
DIREKTORAT
PKN
Gambar 4. Pelaporan Rekening (Semesteran)
C. Penganggaran dan Revisi RKA-KL/DIPA
Untuk penganggaran Pinjaman Luar Negeri, Kementerian Pertanian harus
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Pinjaman Luar Negeri sebagai
bagian dari RKA-KL. Menteri Keuangan akan mengalokasikan dana
dalam APBN untuk membayar cicilan pokok, bunga, dan kewajiban
lainnya setiap tahun sampai berakhirnya masa pinjaman.
Pengusulan anggaran kegiatan PHLN beserta dana pendampingnya di
masing-masing unit eselon I untuk tahun anggaran berikutnya akan
dikoordinir oleh Pusat KLN. Selanjutnya Pusat KLN akan meneruskan
informasi ini ke Biro Perencanaan untuk dimasukkan ke usulan anggaran
Kementerian Pertanian tahun anggaran berikutnya.
Penganggaran Hibah mengacu pada PMK Nomor 191/PMK.05/2011
tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah dan PMK Nomor
230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi HIbah (SIKUBAH).
Penganggaran Hibah dilaksanakan sebagai bagian dari APBN dan
disesuaikan dengan bentuk hibah yang diterima, dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Hibah dalam bentuk uang tunai disetorkan langsung ke Rekening Kas
Umum Negara atau rekening yang ditentukan oleh Menteri Keuangan
sebagai bagian dari penerimaan APBN.
2. Hibah dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan dicantumkan
dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
3. Hibah dalam bentuk barang/jasa dinilai dengan mata uang Rupiah
pada saat serah terima untuk dicatat dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
www.djpp.depkumham.go.id
39
2012, No.1297
4. Hibah dalam bentuk surat berharga dinilai dengan mata uang Rupiah
pada saat serah terima untuk dicatat di dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
K/L pelaksana kegiatan wajib menyediakan dana pendamping, dalam hal
dipersyaratkan dalam Perjanjian Hibah.
Beberapa ketentuan mengenai dokumen pelaksanaan anggaran Hibah,
yaitu:
1. Dana Hibah untuk kegiatan yang belum selesai dilaksanakan,
ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran tahun berikutnya.
2. Dalam hal Hibah diterima setelah pagu APBN ditetapkan, dokumen
pelaksanaan anggaran Hibah dapat diterbitkan setelah K/L
menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan dan diusulkan
Menteri dalam perubahan APBN.
3. Dalam keadaan darurat, Hibah dalam bentuk uang untuk membiayai
kegiatan dapat dilaksanakan mendahului penerbitan dokumen
pelaksanaan anggaran.
Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat yang telah ditetapkan berdasarkan APBN pada tahun
Anggaran berjalan, Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (SP RKA-KL) dan/atau Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) pada Tahun Anggaran Berjalan.
Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal Anggaran
terkait dengan perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan
atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian
anggaran belanjanya sebagai akibat adanya:
1. Lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari
Pinjaman Luar Negeri dan Hibah;
2. Percepatan Penarikan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah;
3. Penerimaan Hibah setelah Undang-Undang mengenai APBN pada
Tahun Anggaran Berjalan ditetapkan yang diterima oleh Pemerintah
c.q. Kementerian Keuangan dan dilaksanakan oleh K/L;
4. Pengurangan alokasi Pinjaman Luar Negeri dan Hibah.
Usulan Revisi Anggaran paling sedikit dilampiri dengan dokumen RKASatuan Kerja yang memuat usulan perubahan atau pergeseran rincian
anggaran belanja beserta perubahan Arsip Data Komputer (ADK) RKAKL dan dilengkapi dengan dokumen pendukung antara lain meliputi:
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
40
1. Perhitungan anggaran yang diusulkan untuk dilakukan perubahan atau
pergeseran, termasuk penyediaan dana pendamping untuk PHLN yang
mensyaratkan adanya dana Rupiah Murni Pendamping;
2. Rincian sisa dana Pinjaman Luar Negeri dan Hibah yang
ditandatangani oleh kepala satuan kerja dan diketahui oleh kepala
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat, khusus
untuk perubahan pagu Pinjaman Luar Negeri dan Hibah sebagai akibat
dari lanjutan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah;
3. Surat keterangan dari pengelola kegiatan dan Annual Work Plan
(AWP) atau dokumen lain yang sejenis yang telah disetujui lender
dalam hal percepatan penarikan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah;
4. Naskah perjanjian hibah dan nomor register dalam hal penerimaan
hibah setelah APBN pada Tahun Anggaran Berjalan ditetapkan;
5. Surat persertujuan Menteri Keuangan dalam hal perubahan parameter
untuk penghitungan subsidi; dan
6. Kerangka Acuan Kerja, Rincian Anggaran Biaya dan Revisi DIPA
terakhir.
Gambar 5. Alur Dokumen dan Proses Revisi DIPA
Lingkup Sekretariat Jenderal
www.djpp.depkumham.go.id
41
2012, No.1297
Gambar 6. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran di Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA), Kementerian Keuangan.
Keterangan:
1. KPA menyiapkan usulan-usulan Revisi Anggaran yang akan
diajukan ke DJA.
2. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL)
kepada DJA yang dilengkapi dengan dokumen pendukung.
3. DJA melakukan penelaahan untuk menilai usulan revisi K/L.
4. Setelah melakukan penelaahan DJA memberikan persetujuan atau
penolakan terhadap usulan Revisi Anggaran.
5. Jika usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) ditolak, DJA akan
menetapkan Surat Pemberitahuan Penolakan Revisi Anggaran
(Revisi RKA-KL).
6a. Jika usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) disetujui, DJA akan
menetapkan Surat Penetapan RKA-KL Revisi (SP RKA-KL Revisi)
yang disampaikan ke KPA.
6b. SP RKA-KL Revisi disampaikan juga oleh DJA ke DJPBN.
7. Berdasarkan SP RKA-KL Revisi, KPA menyusun dan mencetak
Konsep DIPA Revisi.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
42
8. KPA menyampaikan Konsep DIPA Revisi bersama Arsip Data
Komputer (ADK) RKA-KL kepada Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN), Kementerian Keuangan.
Sebagai catatan, untuk tahun anggaran 2013, kemungkinan akan terjadi
perubahan alur dokumen dan mekanisme revisi, mengingat pada tahun
2013 kebijakan revisi ada di DJA (tidak lagi di DJPB)
Untuk kegiatan Hibah, proses penyesuain pagu Hibah dalam DIPA
adalah sebagai berikut:
1. PA/KPA pada K/L melakukan penyesuaian pagu belanja yang
bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang dalam DIPA K/L.
2. DJPU melakukan penyesuaian pagu Pendapatan Hibah dalam DIPA
Bagian Anggaran 999.02 berdasarkan rencana penarikan hibah.
3. Penyesuaian pagu belanja dilakukan melalui revisi DIPA yang
diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor
Wilayah (Kanwil) DJPB untuk disahkan sesuai Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran.
4. Penyesuaian pagu belanja adalah sebesar yang direncanakan akan
dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling
tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan.
5. Penyesuaian pagu pendapatan, dilakukan melalui revisi DIPA yang
diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk disahkan
sesuai ketentuan perundang-undangan.
6. Revisi menambah pagu DIPA tahun anggaran berjalan.
7. Hibah langsung yang sudah diterima tetapi belum dilakukan
penyesuaian pagu DIPA diproses melalui mekanisme revisi.
8. K/L dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari Hibah
Langsung tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA.
9. Dalam hal terdapat sisa pagu belanja yang bersumber dari Hibah
Langsung dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan pada DIPA
K/L tahun anggaran berjalan yang akan digunakan pada tahun
anggaran berikutnya, dapat menambah pagu belanja DIPA tahun
anggaran berikutnya.
10. Penambahan pagu DIPA setinggi-tingginya sebesar sisa uang yang
bersumber dari hibah pada akhir tahun berjalan.
www.djpp.depkumham.go.id
43
2012, No.1297
11. Penambahan pagu DIPA dilakukan melalui mekanisme revisi yang
diajukan
oleh
PA/KPA
kepada
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12. Untuk Pendapatan Hibah Langsung yang bersifat tahun jamak
(multiyears), pelaksanaan revisi penambahan pagu DIPA dapat
digabungkan dengan revisi penambahan pagu DIPA dari rencana
penerimaan Hibah Langsung tahun berikutnya.
D. Pengesahan Hibah Langsung
1. Pengesahan Dalam Bentuk Kas/Uang
a. Kepala Satker/UPT Pelaksana/Penerima Hibah mengajukan
permohonan nomor register atas hibah langsung kepada Unit Eselon
I terkait yang kemudian diteruskan ke Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian c.q Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri
(Pusat KLN) dengan melampirkan perjanjian hibah (grant
agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan dan ringkasan
hibahnya (grant summary). Kemudian oleh Pusat KLN akan diteliti
kelengkapannya dan diteruskan ke Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang c.q. Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen.
b. Kepala Satker/UPT Pelaksana/Penerima Hibah mengajukan
permohonan pembukaan rekening hibah kepada Unit Eselon I
terkait yang kemudian diteruskan kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian c.q Kepala Biro Keuangan dan
Perlengkapan dengan melampirkan surat pernyataan tentang
penggunaan Rekening dengan menggunakan formulir yang ada di
lampiran II PMK Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan
Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan
Kerja. Kemudian diteruskan kembali kepada BUN/Kuasa BUN.
c. Kepala Satker/UPT Pelaksana/Penerima Hibah melakukan revisi
DIPA
yang
diajukan
kepada
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB sebesar yang direncanakan
akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan,
paling tinggi sebesar perjanjian hibah.
d. Atas Pendapatan dan Belanja dari hibah langsung, Kepala
Satker/UPT
Pelaksana/Penerima
Hibah
membuat
dan
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
44
menyampaikan SP2HL (Surat Perintah Pengesahan Hibah
Langsung) ke KPPN (Hibah Luar Negeri di KPPN Jakarta VI, dan
Hibah Dalam Negeri di KPPN mitra kerjanya) dengan
menggunakan aplikasi dari DJPB Kementerian Keuangan dan
ditandatangani pejabat yang diberikan wewenang oleh Kepala
Satker/UPT Pelaksana/Penerima Hibah untuk pengesahan dengan
melampirkan:
1) Copy Rekening surat persetujuan pembukaan rekening;
2) SPTMHL (Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung);
3) SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak).
e. Kemudian KPPN menerbitkan SPHL (Surat Pengesahan Hibah
Langsung)
f. SPHL ini kemudian oleh Satker dilaporkan ke Biro Keuangan dan
Perlengkapan melalui surat KPA dengan tembusan ke Sekretaris
Ditjen / Badan masing-masing.
1
Permohonan
No. Register
Pemberian
No. Register
2
SP2HL
-Copy Rek
-SPTMHL
-SPTJM
DJPB
BIRO
KP
PKL
N
PA/KPA
KEMENTAN
Tembusan
SATKER/
ESELON I
7
KPPN
KHUSUS
Permohonan
Pembukaan
Rekening
GA
GS
DJPU
(EAS)
Permohonan
Pengesahan
Pendapatan
dan Belanja
Persetujuan
Pembukaan
Rekening
4
Tembusan
Tembusan
Persetujuan
Revisi DIPA
SPHL
Permohonan
Revisi DIPA
Persetujuan
8
- SP Penggunaan Rek
- SP Penggunaan Dana
Hibah
SP
Dana HL
masuk DIPA
3
BIRO
REN
6
DJPB /
KANWIL
DJPB
5
Gambar 7. Pengesahan Hibah Langsung Berbentuk Kas (Uang Tunai)
www.djpp.depkumham.go.id
45
2012, No.1297
2. Pengesahan Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga
a. Kepala Satker/UPT Pelaksana/penerima Hibah Langsung setelah
menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga, segera
membuat BAST (Berita Acara Serah Terima) atau BAPH (Berita
Acara Penyerahan Hibah) minimal memuat:
1) Tanggal Serah Terima;
2) Pihak pemberi dan penerima hibah serta tandatangan masingmasing;
3) Tujuan penyerahan;
4) Nilai Nominal;
5) Bentuk hibah;
6) Rincian harga per barang.
b. Kepala Satker/UPT Pelaksana/Penerima
Hibah Langsung
mengajukan surat permohonan register kepada Sekretaris Jenderal
c/q Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri, yang selanjutnya
diteruskan ke DJPU c.q.Direktur Evaluasi Akuntansi dan
Setelmen dengan melampirkan Perjanjian hibah dan ringkasan
hibah, atau bila tidak terdapat dokumennya maka bisa digantikan
dengan BAPH/BAST dan SPTMHL.
c. Kepala Satker/UPT Pelaksana/Penerima
Hibah Langsung
mengajukan SP3HL-BJS (Surat Perintah Pengesahan Pendapatan
Hibah Langsung Barang, Jasa dan Surat Berharga) kepada DJPU
c.q. Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen dengan
melampirkan BAST/BAPH dan SPTMHL (didalamnya
dicantumkan nilai BJS dalam satuan mata uang rupiah dan apabila
satuannya mata uang asing maka dikonversikan ke rupiah
berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal BAST. Serta apabila di
dokumen tidak terdapat nilai barang/jasa/surat berharga, maka
harus diestimasi nilainya).
d. Kepala Satker/UPT Pelaksana/Penerima
Hibah Langsung
mengajukan MPHL-BJS (Memo Pencatatan HIbah Langsung
Barang Jasa dan Surat Berharga) dengan menggunakan aplikasi
dari DJPB Kementerian Keuangan atas seluruh Belanja barang
(untuk pencatatan persediaan), modal (untuk pencatatan aset tetap
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
46
dan aset lainnya) dan pengeluaran pembiayaan (untuk pencatatan
surat berharga) dan Pendapatan Hibah langsung bentuk barang
jasa dan surat berharga(sebesar nilai yang tercantum dalam
SP3HL-BJS) dengan melampirkan SPTMHL, SP3HL-BJS dan
SPTJM.
e. Kemudian KPPN menerbitkan persetujuan MPHL-BJS.
f.
MPHL-BJS yang sudah disetujui oleh KPPN ini kemudian oleh
Satker dilaporkan ke Biro Keuangan dan Perlengkapan melalui
surat KPA dengan tembusan ke Sekretaris Ditjen/Badan masingmasing.
Gambar 8. Pengesahan Hibah Langsung Berbentuk Barang/
Jasa/Surat Berharga
E. Perpanjangan Pinjaman dan Hibah
Apabila sebuah proyek Pinjaman ataupun Hibah akan diperpanjang
periode proyeknya, diharapkan unit eselon I melakukan rapat koordinasi
terlebih dahulu dengan instansi teknis terkait termasuk Kementerian
Keuangan, Bappenas dan pihak Donor.
www.djpp.depkumham.go.id
47
2012, No.1297
Untuk rencana perpanjangan proyek Pinjaman Luar Negeri, setelah
disepakati hal-hal yang terkait dengan rencana perpanjangan tersebut
maka usulan perpanjangan tersebut akan disampaikan melalui surat
Sekretaris Jenderal kepada Kementerian Keuangan dan Bappenas disertai
pertimbangan teknis dan dokumen pendukung lainnya. Selanjutnya
Kementerian Keuangan akan meneruskan usulan perpanjangan tersebut
ke pihak Donor untuk mendapatkan persetujuan.
Untuk rencana perpanjangan proyek Hibah, setelah melakukan rapat
koordinasi terlebih dahulu dengan instansi teknis terkait, sebaiknya ada
pernyataan tertulis dari pihak donor serta dibuat amandemen terhadap
perjanjian Hibah yang memuat rencana perpanjangan dan aktivitas yang
akan dilakukan selama periode perpanjangan. Amandemen tersebut
ditandatangani oleh pihak yang menandatangani perjanjian Hibah di awal
proyek.
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN LUAR NEGERI
DAN HIBAH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011, setiap proyek
pinjaman luar negeri dan hibah harus dilaporkan perkembangannya setiap 3
(tiga) bulan (triwulan). Kegiatan ini meliputi: pemantauan, evaluasi,
rekonsiliasi, dan pelaporan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk
memastikan proyek tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hasil
pemantauan dan evaluasi tersebut kemudian dituangkan dalam laporan
perkembangan proyek untuk proyek yang masih berjalan dan laporan akhir
proyek untuk proyek yang telah berakhir.
A. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Proyek
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.08/2011
tentang Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi atas Pinjaman dan Hibah
kepada Pemerintah, pemantauan dan evaluasi mencakup tahapan:
1. Pelaksanaan, yang meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap
perkembangan proses pengadaan barang dan/jasa, kinerja pelaksanaan
fisik kegiatan, perkembangan realisasi penyerapan dana, perkembangan
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
48
pencapaian indicator masukan dan keluaran, permasalahan yang dihadapi,
dan tindak lanjut yang diperlukan.
2. Paska kegiatan, yang meliputi evaluasi terhadap keluaran, dampak,
kesinambungan, dan indikator keberhasilan lainnya.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pinjaman Luar
Negeri dan Hibah dapat dilakukan melalui rapat koordinasi, penyusunan
laporan maupun dengan melakukan kunjungan lapangan secara periodik.
Pusat KLN melalui Sekretariat PHLN akan mengkoordinir pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan PHLN bersama-sama dengan unit
eselon I lingkup Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan dan Biro
Keuangan dan Perlengkapan.
Laporan hasil pemantauan dan evaluasi tersebut disampaikan dalam bentuk
Laporan Triwulanan pelaksanaan kegiatan dan Laporan Paska Kegiatan
dengan mengikuti format yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan
dan Kementerian Perencanaan. Selanjutnya, Kementerian Keuangan akan
mengadakan rapat rekonsiliasi untuk mencocokkan data kinerja keuangan
triwulanan, sedangkan Kementerian Perencanaan/Bappenas akan
mengadakan rapat pemantauan kinerja kegiatan untuk mencocokkan data
kinerja kegiatan dengan semua K/L.
B. Pelaporan Pinjaman dan Hibah
Setiap K/L pelaksana kegiatan wajib menyampaikan laporan kepada
Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan secara triwulanan mengenai:
1. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
2. Kemajuan fisik kegiatan;
3. Realisasi penyerapan;
4. Permasalahan dalam pelaksanaan;
5. Rencana tindak lanjut penyelesaian masalah.
Untuk itu, setiap Kementerian/Lembaga yang mengelola kegiatan Pinjaman
dan Hibah diwajibkan pula untuk menyampaikan laporan triwulanan
tersebut sesuai dengan format Kementerian Keuangan dan Bappenas paling
lambat 15 hari kerja setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.
www.djpp.depkumham.go.id
49
2012, No.1297
Menteri Keuangan melakukan koordinasi pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan triwulanan mengenai realisasi penyerapan PHLN dan aspek
keuangan lainnya. Sedangkan Menteri Perencanaan melakukan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan triwulanan mengenai kinerja pelaksanaan kegiatan
PHLN.
Merujuk pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4527/Kpts/
OT.160/11/2011 perihal penetapan Pusat KLN sebagai Koordinator
Pelaporan PHLN dan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan keakuratan
data maka informasi mengenai proyek PHLN di Kementerian Pertanian
dibuat dalam 1 (satu) bentuk Laporan.
Selanjutnya, surat Menteri Keuangan No: S-182/MK.08/2012 tanggal 13
Maret 2012 perihal Himbauan Pertanggungjawaban Hibah telah menetapkan
kebijakan satu pintu (One Gate Policy) pengelolaan Hibah melalui
Sekretaris Jenderal. Sehubungan dengan hal tersebut, penyampaian Laporan
ataupun informasi terkait kegiatan Pinjaman dan Hibah di Kementerian
Pertanian akan disampaikan melalui surat Sekretaris Jenderal, dengan
tembusan kepada Pusat KLN, Biro Perencanaan dan Biro Keuangan dan
Perlengkapan.
C. Pelaporan Kinerja
Sesuai dengan kebijakan satu pintu, maka Pelaporan Kinerja Pinjaman dan
Hibah dengan Bappenas dikoordinir oleh Biro Perencanaan. Selanjutnya
surat pengantar Sekretaris Jenderal untuk menyampaikan Laporan Kinerja
Triwulanan Pinjaman dan Hibah tersebut akan dikoordinir oleh Biro
Perencanaan dengan tembusan kepada Pusat Kerjasama Luar Negeri dan
Biro Keuangan dan Perlengkapan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Pasal 76
menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota
atau direksi BUMN, selaku pelaksana kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman
Luar Negeri dan/atau Hibah, masing-masing harus menyampaikan laporan
triwulan kepada Menteri dan Menteri Perencanaan.
Mekanisme pelaksanaan pelaporan kinerja PHLN diatur sebagai berikut:
1. Project Mangement Unit/PMU menyusun laporan triwulan mengenai
kinerja pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari PHLN terdiri dari:
a) Lampiran I yang memuat paling sedikit mengenai:
1) pelaksanaan pengadaan barang/jasa,
2) kemajuan fisik kegiatan,
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
50
3) realisasi penyerapan,
4) permasalahan dalam pelaksanaan, dan
5) rencana tindak lanjut penyelesaian masalah;
b)Lampiran 2 terdiri dari:
1) Lampiran 2A yaitu Rencana Penarikan Pinjaman Luar Negeri,
2) Lampiran 2B yaitu Formulir Indikator Kenerja Output (selama usia
proyek), dan
3) Lapmpiran 2C yaitu Formulir Indikator Kinerja Output tahun
berjalan;
c) Lampiran 3 yang terdiri dari:
1) Lampiran 3A yang memuat Data Hibah,
2) Lampiran 3B yang berisi Rencana Penarikan Hibah Luar Negeri
Tahun Berjalan.
2. Laporan tersebut oleh PMU disampaikan ke Sekretaris Ditjen/Badan Unit
Eselon I dan Bappenas pada saat rapat konsolidasi pemantauan.
3. Setelah dikompilasi oleh Sekretaris Ditjen/Badan Unit Eselon I terkait
menyampaikan laporan ke Sekretaris Jenderal c.q Biro Perencanaan
paling lambat 5 (lima) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir
(surat sesdit/badan).
4. Sekretaris Jenderal c.q Biro Perencanaan menyusun dan menyampaikan
laporan triwulanan pelaksanaan PHLN Kementerian Pertanian kepada
Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.
5. Penyusunan laporan triwulan pelaksanaan proyek/kegiatan PHLN
mengikuti sebagaimana format terlampir.
D. Pembukuan dan Rekonsiliasi
1. Pembukuan
a) Satuan Kerja (Satker) membukukan dokumen transaksi keuangan
seperti:
1) Belanja yang bersumber dari hibah langsung bentuk uang;
2) Saldo Kas di K/L dari hibah;
3) Belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah;
4) Belanja Modal untuk pencatatan aset tetap atu aet lainnya dari
hibah
www.djpp.depkumham.go.id
51
2012, No.1297
b) Pendapatan hibah dalam bentuk uang diakui pada saat kas diterima atau
pada saat pengesahan dilakukan pleh KPPN. Pendapatan hibah dalam
bentuk barang/jasa/surat berharga diakui pada saat dilakukan
pengesahan oleh DJPU. Pengembalian pendapatan hibah pada periode
penerimaan, dibukukan sebagai pengurang pendapatan. Pengembalian
pendapatan hibah atas penerimaan tahun anggaran lalu, dibukukan
sebagai pengurang ekuitas dana.
c) Pendapatan hibah dalam bentuk uang dicatat sebesar nilai nominal
hibah yang diterima. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat
berharga dicatat sebesar nilai nominal hibah yang diterima pada saat
terjadi serah terima barang/jasa/surat berharga dan apabila nilai
nominal barang/jasa/surat berharga tidak diketahui maka dapat
dilakukan estimasi nilai wajarnya. Pendapatan hibah dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yakni membukukan penerimaan brito dan tidak
mencatat jumlah netto.
d) Belanja hibah dalam bentuk uang, diakui pada saat terjadi pengeluaran
kas dan dicatat sebesar nilai nominal pada saat terjadi pengeluaran
hibah. Belanja hibah yang direalisasikan dalam bentuk
barang/jasa/surat berharga diakui pada saat pengeluaran kas atas
perolehan barang /jasa/surat berharga yang akan dihibahkan dan dicatat
sebesar nilai nominal perolehan barang/jasa/surat berharga yang
dihibahkan. Dalam hal penyerahan barang, jasa, dan surat berharga
diperoleh bukan dari belanja hibah, penyerahan tersebut tidak diakui
sebagai belanja hibah. Penerimaan kembali belanja hibah yang terjadi
pada periode pengeluaran belanja hibah, dibukukan sebagai pengurang
belanja hibah pada periode yang sama. Penerimaan kembali belanja
hibah atas belanja hibah periode tahun anggaran yang lalu, dibukukan
sebagai pendapatan lain-lain.
e) Atas hibah yang diterima dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang
langsung diterushibahkan, diakui adanya pendapatan hibah dan belanja
hibah pada saat yang sama dengan nilai yang sama dan diakui pada saat
pengesahan dilakukan oleh KPPN serta dicatat sebesar nilai nominal
barang/jasa/surat berharga. Apabila nilai nominalnya tidak diketahui,
maka dilakukan estimasi nilai wajarnya.
f) Realisasi pendapatan hibah dan belanja hibah dinyatakan dalam mata
uang rupiah dan dalam hal realisasi pendapatan hibah dan belanja hibah
dalam mata uang asing, maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs transaksi.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
52
g) Belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang untuk pengesahan
persediaan dari hibah dan belanja modal untuk pengesahan aset tetap /
aset lainnya dari hibah, disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
Satker.
h) Pendapatan Hibah langsung dalam bentuk uang yang sampai akhir
tahun belum digunakan dan belum disahkan, disajikan dalam Neraca
Satker. Pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang yang telah
disahkan dan masih terdapat sisa pada akhir tahun anggaran, disajikan
dalam Neraca Satker dan merupakan bagian dari Saldo Anggaran lebih.
Aset yang diperoleh dari pendapatan hibah dalambentuk barang
disajikan dalam Neraca Satker. Aset yang diperoleh dari pendapatan
hibah dalam bentuk surat berharga disajikan dalam Neraca BUN
Pengelola Investasi Pemerintah.
i) Belanja hibah dalam bentuk barang /surat berharga yang sampai akhir
tahun anggaran belum diserahkan kepada penerima hibah, disajikan
dalam neraca BUN Pengelola Hibah.
j) Pendapatan dalam bentuk barang/jasa/surat berharga dan belanja
barang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untuk
pengesahan aset tetap / aset lainnya dari hibah, pengeluaran
pembiayaan untuk pengesahan surat berharga, tidak dibukukan dalam
Laporan Arus Kas.
k) Dalam rangka pelaksanaan Sistem Akuntansi Hibah, penerima hibah
mencatat realisasi belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang
untuk mencatat persediaan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan
aset tetap/ aset lainnya dari hibah dalam Laporan Realisasi Anggaran
dan mengungkapkan Pendapatan hibah dalam Calk.
2. Rekonsiliasi
Satker melakukan Rekonsiliasi dan pencocokan data atas belanja yang
bersumber dari hibah dan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari
hibah, belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari
hibah, pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari
hibah dengan KPPN secara bulanan yang dituangkan dalam Berita Acara
Rekonsiliasi (BAR). Prosedur Rekonsiliasi ini adalah:
a) Melakukan Rekonsiliasi dengan Internal antara Bendahara
Pengeluaran dengan Petugas SAI agar kesamaan data bisa tercapai.
b) Melakukan Rekonsiliasi dengan pihak Donor terhadap hibah yang
diterima.
www.djpp.depkumham.go.id
53
2012, No.1297
c) Melakukan Rekonsiliasi dengan Unit Eselon 1 masing-masing,
terutama dengan bagian Keuangan (SAI) dan bagian Kerjasama.
d) Melakukan Rekonsiliasi antara Sekretariat Jenderal yang diwakili oleh
Pusat Kerjasama Luar Negeri, Biro Perencanaan dan Biro Keuangan
dan Perlengkapan dengan Unit Eselon I yang satkernya menerima
hibah.
e) Melakukan Rekonsiliasi antara Sekretariat Jenderal yang diwakili oleh
Pusat Kerjasama Luar Negeri, Biro Perencanaan dan Biro Keuangan
dan Perlengkapan dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
(DJPU) Kementerian Keuangan dalam hal Pendapatan Hibah.
f) Melakukan Rekonsiliasi antara Sekretariat Jenderal yang diwakili oleh
Pusat Kerjasama Luar Negeri, Biro Perencanaan dan Biro Keuangan
dan Perlengkapan dengan KPPN Jakarta VI dalam hal Belanja Hibah.
g) Koordinasi antara Pusat KLN, Biro Perencanaan, Biro Keuangan dan
Perlengkapan untuk memfinalisasi Laporan Hibah Kementerian
Pertanian sebagai dokumen pendukung penyusunan Laporan
Keuangan Kementerian Pertanian.
DJPU
Triwulanan
Triwulanan
Setjen
Triwulan
DONOR
Triwulanan
Satker / Unit
Eselon I
Bulanan
KPPN
Gambar 9. Rekonsiliasi dan Pencocokan Data Hibah
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
54
BAB VI
PENGADAAN DAN PENGELOLAAN ASET
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH
Salah satu komponen proyek pinjaman luar negeri dan hibah adalah pengadaan
barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa PHLN mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012. Setelah selesai pelaksanaan proyek, setiap
barang milik proyek harus dialihkan menjadi barang atau aset milik Negara.
Pengalihan tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.05/2011. Oleh karena itu, pengadaan dan pengelolaan aset pinjaman
dan hibah perlu diatur tersendiri supaya tidak menimbulkan permasalahan di
kemudian hari setelah proyek berakhir.
A. Pedoman Umum Pengadaan Barang dan Jasa
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibiayai dari PHLN, wajib memahami:
a. Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN)/ Naskah
Perjanjian Hibah Luar Negeri (NPHLN) atau Dokumen kesepahaman.
b. Ketentuan ketentuan pelaksanaan proyek Barang/Jasa setelah NPPLN
/NPHLN disepakati Pemerintah Repbulik Indonesia dan pemberikan
pinjaman /hibah.
2. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai oleh Lembaga Penjamain Kredit
Ekspor/Kredit
Swasta
Asing
dilakukan
melalui
pelelangan
Pelelangan/Seleksi Internasional.
3. Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus
merupakan proyek prioritas yang tercantum dalam Daftar Rencana
Prioritas Pinjaman Hibah Luar Negeri (DRPPHLN).
4. Dalam Pengadaan Barang/Jasa yang dananya bersumber dari Lembaga
Pinjaman Kredit Ekspor, peserta pelelangan/seleksi internasional
memasukan penawaran administratif, teknis, harga ketentuan dan norma
yang berlaku secara internasional.
5. Evaluasi penawaran sumber pendanan sebagaimana dimaksud pada ayat 4
dilakukan dengan metode perhitungan biaya efektif.
1. Pengadaan Barang dan Jasa PHLN
a. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dana PHLN terdiri dari kegiatan:
www.djpp.depkumham.go.id
55
2012, No.1297
1) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan PHLN;
2) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan PHLN.
b. PA/KPA merencanakan pengadaan Barang/Jasa dengan standar nasional
dan kemampuan/pontensi nasioanal.
c. Dalam merencanakan pengadaan Barang/jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf a, harus dimaksimalkan penggunaan produksi dalam
negeri sesuai dengan kemempuan/potensi nasional dan standar nasional
dalam hal:
1) Studi kelayakan dan rencang bangunan proyek;
2) Penyiapan Dokumen Pengadaan/KAK;
3) Penyusunan HPS.
d. Kriteria dan tata cara evaluasi dalam Dokumen Pengadaan
mencantumkan rumusan peran serta Penyedia Barang/Jasa nasional dan
preferensi harga yang ditetapkan.
e. Dalam penyusunan rencana Kontrak, perlu dicantumkan kewajiban
penggunaan produksi dalam negeri.
2. Pelelangan dan Seleksi Internasional
a. Pengadaan Barang/jasa yang dilaksanakan melalui Pelelangan/seleksi
internasional harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
Penyedia Barang/Jasa nasional.
b. Dokumen Pengadaan melalui Pelelangan/Seleksi internasional di tulis
dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
c. Dalam hal terjadi penaksiaran arti yang berbeda terhadap dokumen
Pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka dokumen yang
berbahasa Indonesia menjadi acuan.
d. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dengan kredit ekspor, kredit
lainnya dan/atau hibah:
1) Dilakukan melalui persaingan usaha yang sehat;
2) Dilaksanakan dengan persyaratan yang paling menguntungkan
Negara, dari segi teknis dan harga;
3) Dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan komponen dalam
negeri dan Penyedia Barang/Jasa nasional.
e. Pemilih Penyedia Barang/Jasa yang dibiayai dengan kredit ekspor,
kredit lainnya dan/atau, hibah dilakukan di dalam negeri.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
56
f. Dalam Dokumen pengadaan yang di ikuti oleh Penyedia Barang/Jasa
asing membuat hal-hal sebagai berikut:
1) Adanya kerjasama antara Penyedia Barang/Jasa asing dengan industri
dalam negeri;
2) Adanya ketentuan yang jelas mengenai tata cara pelaksanaan
pengalihan kemampuan, pengetahuan, keahlian dan ketrampilan;
3) Ketentuan bahwa seluruh proses pengadaan sedapat mungkin
dilaksanakan di wilayah Indonesia.
3. Keikutsertaan Perusahaan Asing
a. Perusahaan asing dapat ikut serta dalam pengadaan Barang/Jasa dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk pengadaan Pekerjaan Kontruksi dengan nilai diatas
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Rp.
2) Untuk pengadaan Barang /Jasa Lainnya dengan nilai diatas
20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
Rp.
3) Untuk pengadaan Pekerjaan Konsultansi dengan nilai diatas
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Rp.
b. Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, harus dilakukan kerjasama usaha dengan perusahaan
nasional dalam bentuk kemitraan, subkontrol dan lain-lain dalam hal
terdapat perusahaan nasional yang memiliki Kemampuan dibidang yang
bersangkutan.
B. Pengelolaan dan Serah Terima Aset
Dalam menerima asset PHLN maka Pimpinan K/L/Satuan Kerja yang
menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga membuat dan
menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST) bersama dengan
Pemberi Hibah.
BAST tersebut paling sedikit memuat: tanggal serah terima, pihak pemberi
dan penerima hibah, tujuan penyerahan, nilai nominal, bentuk hibah dan
rincian harga per barang.
BAST berfungsi sebagai berikut:
1. Dokumen sumber bagi pemberi hibah dan penerima hibah;
www.djpp.depkumham.go.id
57
2012, No.1297
2. Dokumen sumber awal untuk penyusunan dokumen-dokumen sumber
lainnya untuk pertanggungjawaban hibah;
3. Dokumen sumber untuk perencanaan penerimaan hibah (disbursement
plan).
Setelah serah terima asset PHLN dilakukan maka selanjutnya aset dalam
bentuk barang akan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku untuk Barang
Milik Negara (BMN).
BAB VII
EVALUASI DAN PELAPORAN AKHIR PHLN
A. Evaluasi Akhir Proyek
Secara umum evaluasi akhir proyek/kegiatan mencakup beberapa hal sebagai
berikut:
1. Keragaan dan hasil yang telah dicapai, membandingkan apa yang dicapai
dengan target yang dicanangkan dan mengidentifikasi penyebab dari
kegagalan atau keberhasilan.
2. Keabsahan dari suatu perencanaan proyek, dengan meninjau ulang
asumsi-asumsi yang mendasari perencanaan, pelaksnaan teknis,
pengorganisasian, pola manajemen dan sebagainya.
3. Relevansi dan keabsahan dari tujuan suatu proyek, dengan memeriksa
secara kritis keragaan proyek dan hasil yang telah dicapai, serta
membandingkan dengan latar belakang pelaksnaan proyek atau masalah
yang ingin dipecahkan dengan pelaksanaan proyek tersebut.
4. Tingkat effisensi dan tingkat pencapaian hasil dalam proses pelaksnaan
proyek, mengadakan pemeriksaan kembali terhadap efisensi ekonomis
dan financial dari suatu proyek dibandingkan dengan prosedur pelaksnaan
proyek secara keseluruhan.
5. Tingkat effektifitas pencapaian tujuan, mengadakan pengamatan atau
realisasi, akibat dan dampak proyek dibandingkan dengan apa yang
diharapkan semula.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
58
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan indikator keberhasilan dan
menggunakan alat ukur kerangka logis (input, kegiatan, output, outcomes,
benefit dan impact).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Bappenas Nomor 4 Tahun 2011 bahwa
hasil evaluasi PHLN disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas
paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya perjanjian PHLN. Hasil
evaluasi tersebut diperlukan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan
maupun perencanaan kegiatan PHLN di masa yang akan datang.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini akan dikoordinir oleh Pusat KLN
melalui Sekretariat PHLN bekerjasama dengan unit eselon I lingkup
Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan dan Biro Keuangan dan
Perlengkapan.
B. Pengelolaah Sisa Dana Hibah
Berdasarkan pengelolaan sisa dana hibah dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
mekanismenya, sebagai berikut:
1. Sisa Dana Hibah Dikembalikan Kepada Donor
a. Belum pernah dilakukan pengesahan
1) Pada saat pengajuan pengesahan pendapatan dicatat sebesar nilai
nettonya (pendapatan hibah dicantumkan sama dengan jumlah
belanja yang bersumber dari hibah yang telah direalisasikan).
2) Sisa dana kemudian disetorkan langsung kepada Pemberi Hibah.
3) Transaksi pengembalian dana Hibah kepada Pemberi Hibah cukup
diungkapkan dalam CaLK.
b. Telah dilakukan pengesahan pendapatan
1) Satker mengajukan SP4HL kepada KPPN sebesar jumlah yang
dikembalikan ke donor dengan dilampiri copy rekening atas Hibah,
copy Bukti Transfer kepada Pemberi Hibah, dan SPTJM;
2) Penerbitan SP4HL disesuaikan
pengembalian ke donor.
2. Sisa Dana Hibah Setor ke Kas Negara
dengan
tanggal dan
tahun
a. Belum pernah dilakukan pengesahan
www.djpp.depkumham.go.id
59
2012, No.1297
1) Pada pengajuan SP2HL, pendapatan dicatat sebesar nettonya
(pendapatan hibah dicantumkan sama dengan jumlah belanja yang
bersumber dari Hibah yang telah direalisasikan);
2) Sisa dana hibah disetorkan ke Kas Negara melalui Bank Persepsi
dengan SSBP:
a) Kode Akun 431XXX (sama dengan akun pendapatan yang ada
di SP2HL);
b) Kode BA.999.02;
c) Kode Satker : 977263;
d) Keterangan “penyetoran sisa dana hibah langsung tahun yang
lalu”.
3) SSBP kemudian dikirim ke Ditjen Pengelola Utang.
b. Telah dilakukan pengesahan pendapatan.
Sisa dana hibah disetorkan ke Kas Negara melalui Bank Persepsi
dengan SSBP:
1) Kode Akun 431XXX (sama dengan akun pendapatan yang ada di
SP2HL)
2) Kode BA.999.02
3) Kode Satker: 977263
4) Keterangan “penyetoran sisa dana hibah langsung tahun yang lalu”.
5) SSBP kemudian dikirim ke Ditjen Pengelola Utang
6) Kemudian untuk keperluan pembukaan maka Satker wajib
membuat SP4HL dengan dilampiri copy SSBP
7) Dokumen SP4HL juga harus disampaikan ke Ditjen Pengelola
Utang
8) Tahun SSBP sama dengan tahun SP4HL/SP3HL.
3. Digunakan Pada Tahun Berikutnya
a. Apabila sisa dana hibah tidak dikembalikan ke Donor dan/atau tidak
disetor ke Kas Negara (masih di rekening Kementerian), sisa dana
hibah langsung di tahun lalu dapat digunakan pada tahun berikutnya;
b. Kementerian agar mengajukan penyesuaian pagu belanja yang
bersumber dari hibah pada DIPA pada tahun berikutnya.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
60
C. Laporan Keuangan PHLN
Kementerian Pertanian sebagai entitas akuntansi dan entitas pelaporan
khususnya pelaksanaan belanja yang sumber dananya berasal dari hibah,
diwajibkan melaporkan belanja tersebut dalam LRA. Selain itu aset yang
berasal dari realisasi belanja atas hibah dicatat dan dilaporkan dalam neraca
dan laporan Barang Milik Negara (BMN). Pencatatan dan pelaporan tersebut
dilakukan melalui Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI), dan tidak
terpisahkan dari Laporan Keuangan BA.018.
Periode laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya dua kali dalam
setahun, yaitu laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan.
Laporan Keuangan yang dihasilkan melalui aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi (SAK dan SIMAK BMN) dan antara lain melaporkan hibah harus
direkonsiliasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan setiap semester.
1. Komponen Laporan Keuangan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah
Laporan keuangan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah paling kurang terdiri
dari 3 komponen:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
b. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) dan Catatan Atas Laporan
Barang Milik Negara (CaMN),
c. Laporan Managemerial Report. Pendapatan Hibah dalam bentuk
Barang dan Jasa
dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) sebagai transaksi non kas.
Transaksi pendapatan hibah dan penelusuran ke daerah diungkapkan
dalam Catatan Atas Laporan keuangan (CaLK) dan Catatan Atas Laporan
Barang Milik Negara (CaLBMN).
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan iktisar sumber, lokasi dan
pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam
satu periode pelaporan dengan menggunakan aplikasi Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK).
Dari sisi akuntansi, Hibah dibedakan menjadi:
1) Hibah Terencana
www.djpp.depkumham.go.id
61
2012, No.1297
Hibah Terencana adalah hibah yang teralokasikan dalam Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) satuan kerja pada tahun yang
bersangkutan. Alokasi anggaran atas hibah tersebut harus dicatat
dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai pagu belanja,
dan jika sudah ada realisasi harus dicatat dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) sebagai realisasi belanja.
2) Hibah Langsung
Hibah Langsung adalah hibah secara langsung kepada satuan kerja
dan tidak teralokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) pada tahun yang bersangkutan. Alokasi anggaran atas hibah
tersebut tidak tercatat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
sebagai pagu belanja, dan jika sudah ada realisasi harus dicatat
dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai realisasi belanja.
Pencatatan kedua jenis hibah tersebut dalam aplikasi SAK
berdasarkan dokumen sumber yang akurat.
b. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan
informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di
dalam standar akuntansi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara
wajar.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Hibah secara khusus
meliputi:
1) Menyajikan informasi kebijakan Hibah, pencapaian target undangundang APBN, kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan;
3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan Laporan Keuangan
dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan
atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
62
4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi
pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan
Keuangan;
5) Penjelasan atas perkiraan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca;
6) Menyajikan basis pengukuran atas hibah;
7) Menyajikan secara rinci sumber-sumber atau jenis-jenis hibah;
8) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka Laporan
Keuangan.
c. Catatan Atas Laporan Barang Milik Negara
Laporan Barang Milik Negara (BMN) mencakup seluruh transaksi
BMN yang dikelola oleh Kementerian Negara/Lembaga yang berasal
dari dana APBN, Hibah dan Trasfer.
Laporan BMN Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari Laporan
SIMAK-BMN, Laporan Kuasa Penguna Barang, Intrakomtabel,
Ektrakomtabel dan Gabungan, Kondisi Barang, Catatan atas Laporan
BMN, Transfer Masuk, dan Hibah dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK–
BMN ).
2. Penyajian dan Pengungkapan Hibah
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja
dalam LRA, dan rincian lebih lanjut klasifikasi belanja menurut fungsi
disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dalam pos
Penerimaan Hibah sebagai belanja yang berasal dari hibah.
Proses pengiriman Laporan Keuangan LRA, Neraca dan CaLK dilakukan
Satker penerima Hibah dengan menyampaikan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Neraca setiap bulan kepada Sekretariat Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang-Wilayah (UAPPA/B-W) atau Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang-Eselon I (UAPPA/B EI).
Kemudian UAPPA/B-W atau UAPPA/B-EI menyampaikan LRA dan
Neraca tingkat UAPPA/B-W atau UAPPA/B-EI kepada Unit Akuntansi
Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) setiap bulannya, dimana
penyampaian Laporan Keuangan semester LRA dan Neraca ini disertai
dengan CaLK. Proses ini digambarkan sebagai berikut:
www.djpp.depkumham.go.id
63
2012, No.1297
d
c
Satker Penerima
PHLN
a
Sekretariat
UAPPA/BW
b
LRA & Neraca
Bulanan
UAPA/B
UAPPA/B E-I
c
e
Gambar 10. Proses Pengiriman LRA, Neraca dan CaLK
Tata cara Pelaporan Keuangan Pinjaman mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 Tentang Sistem Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, serta Peraturan Direktur Jenderal
perbendaharaan nomor Per-65/Pb/2010 Tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Aplikasi dalam
penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAK) yang terdiri dari
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan SIMAK BMN. Laporan
Keuangan tahunan disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
3. Prosedur Pelaporan Keuangan PHLN tingkat UAKPA/B
a. Laporan Hibah Tingkat UAKPA
Prosedur pelaporan keuangan terkait hibah tingkat UAKPA diatur
sebagai berikut:
1)
Petugas SAK menerima data:
a) Dokumen sumber yang berkaitan dengan hibah terencana
(tercantum dalam DIPA/ on budget) yaitu: SP2D (Surat
Perintah Pencairan Dana)
b) Dokumen sumber yang berkaitan dengan Hibah Langsung.
Dalam bentuk uang yaitu SPHL (Surat Pengesahan Hibah
Langsung), SP2HL (Surat Perintah Pengesahan Hibah
Langsung), SP3HL (Surat Pengesahan Pengembalian
Pendapatan Hibah Langsung) dan fotokopi rekening posisi
terakhir untuk dana hibah
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
64
2)
Menerima dan memverifikasi data sumber (SAK dan SIMAK
BMN)
3)
Petugas SAK melakukan pencatatan transaksi keuangan terkait
hibah terencana dan pinjaman melalui aplikasi SAK (untuk satker
yang mengelola dana hibah) menggunakan aplikasi sakpa.
4)
Petugas SAK menggabungkan data ADK SIMAK BMN ke dalam
SAK. Proses penggabungan data ADK ke dalam SAK mengacu
pada Manual Pengoperasian Aplikasi SAK.
5)
Petugas SAK mencetak laporan keuangan terkait hibah dan
pinjaman secara bulanan, semesteran dan tahunan (Neraca, LRA).
Proses pencetakan dan format output laporan keuangan sesuai
SAP. Untuk laporan keuangan semesteran dan tahunan yang
terdapat dana hibah dijelaskan dan CaLK baik hibah terencana
maupun hibah langsung.
6)
Hasil pencatatan transaksi yang sudah berupa laporan keuangan
(LRA & Neraca) disampaikan oleh petugas SAK dilaporkan
kepada KPA untuk mendapatkan pengesahan.
7)
KPA melakukan koreksi terhadap laporan keuangan terkait hibah
dan pinjaman yang dibuat oleh petugas SAK.
8)
Setelah laporan keuangan terkait hibah dan pinjaman disahkan
oleh KPA, maka petugas SAK melakukan rekonsiliasi setiap
bulan dengan Direktorat KPPN setempat selaku kuasa Bendahara
Umum Negara (BUN).
9)
KPPN menerbitkan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang harus
ditandatangani oleh KPA dan KPPN.
10) Petugas SAK melakukan back up data kemudian mencetak dan
mengirimkan laporan keuangan tersebut baik soft copy maupun
hard copy ke UAPPA-W dan tembusannya disampaikan ke
UAPPA-E1 (untuk laporan semesteran dan tahunan dilengkapi
dengan CaLK).
11) Petugas SAK menyimpan dokumen sumber laporan keuangan
terkait hibah dan pinjaman (DIPA, POK, SPM, SP2D, LRA &
Neraca, MoU,BAST, Nomor register) secara baik dan tertib.
www.djpp.depkumham.go.id
65
2012, No.1297
b. Laporan BMN Tingkat UAKPB
Prosedur pelaporan BMN tingkat UAKPB diatur sebagai berikut:
1) Petugas BMN menerima data:
a) Dokumen sumber yang berkaitan dengan hibah langsung bentuk
barang/jasa/surat berharga (BJS) yaitu MoU, selanjutnya apabila
sudah dikeluarkan BAST oleh negara donor, memo pencatatan
hibah langsung (MPHL) yang diterbitkan oleh KPA kemudian
diinput kedalam Aplikasi SIMAK BMN sebagai hibah.
b) Data tambah/kurang dan mutasi barang perolehan hibah dari
petugas pengelola barang. Petugas BMN pada waktu menerima
dokumen sumber tersebut, terlebih dahulu harus melakukan
verifikasi kelengkapan dokumen sumber dan menandatangani
bukti tanda terima dokumen.
2) Petugas BMN melakukan perekaman data belanja modal, belanja
barang (kapitalisasi), bukti tambah/kurang dan mutasi barang hibah
melalui aplikasi SIMAK BMN. Proses perekaman data tersebut
mengacu pada Bagan Akun Standar (BAS). Setelah selesai
melakukan perekaman, petugas BMN melakukan koreksi data hasil
rekaman dengan mengacu pada dokumen sumber. Bila ditemukan
kesalahan dalam perekaman maka akan dilakukan koreksi perbaikan
dan bila tidak ditemukan kesalahan, maka dilakukan pencetakan
laporan BMN paling lambat tanggal 5 setiap bulan.
3) Petugas BMN mencetak laporan BMN bulanan, semesteran dan
tahunan (Posisi BMN di Neraca, Intrakomptabel dan
ekstrakomptabel) dan menyampaikan laporan BMN kepada KPA.
Pencetakan dan format output laporan BMN sesuai SAP. Untuk
laporan BMN semesteran dan tahunan dilengkapi dengan CaLBMN
yng terkait hibah barang.
4) KPA melakukan koreksi terhadap laporan BMN terkait hibah yang
dibuat oleh petugas BMN.
5) Setelah laporan BMN disahkan oleh KPA, maka petugas BMN
menyerahkan laporan BMN terkait hibah kepada petugas SAK.
6) Petugas BMN melakukan backup data (ADK) kemudian mencetak
dan mengirimkan laporan BMN tersebut baik soft copy maupun hard
copy ke UAPPA/B-W dan tembusannya disampaikan ke UAPPA/BE1 (untuk laporan semesteran dan tahunan dilengkapi dengan
CaLBMN yang disertai penjelasan Hibah Barang).
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
66
7) Petugas BMN menyimpan dokumen sumber (DIPA, DIPA revisi,
POK, BAST BMN, Bukti Kepemilikan BMN, SPM dan SP2D,
faktur Pembelian, SK Penghapusan BMN, MoU, nomor Register dan
Dokumen Sumber Lainnya yang sah) dan dokumen laporan BMN
dan ADK secara baik dan tertib.
4. Laporan Keuangan PHLN Tingkat UAPPA/B-W
a. Prosedur Pelaporan Keuangan PHLN di Tingkat UAPPA-W
Prosedur pelaporan keuangan pinjaman luar negeri dan hibah di tingkat
UAPPA-W diatur sebagai berikut:
1) Petugas SAK tingkat UAPPA-W menerima laporan keuangan
terkait hibah dan pinjaman berupa back up data dan print out dari
UAKPA wilayah setempat.
2) Petugas SAK UAPPA-W melakukan verifikasi laporan keuangan
terkait hibah dan pinjaman yang disampaikan oleh UAKPA dengan
dokumen sumber maupun laporan SIMAK BMN tingkat wilayah.
Bila terjadi ketidaksesuaian data tersebut maka petugas SAK
UAPPA-W melakukan konfirmasi ke satker yang bersangkutan
untuk diperbaiki dan dikirim kembali hasil perbaikannya.
3) Petugas SAK UAPPA-W melakukan penggabungan pencatatan
transaksi terkait hibah dan pinjaman (belanja barang, belanja modal,
belanja bansos) yang merupakan entitas laporan keuangan propinsi
yang disampaikan oleh UAKPA/B melalui aplikasi SAK.
4) Petugas SAK mencetak laporan keuangan UAPPA-W terkait hibah
dan pinjaman secara bulanan, semesteran dan tahunan (Neraca,
LRA). Proses pencetakan dan format output laporan keuangan
sesuai SAP. Untuk laporan keuangan semesteran dan tahunan yang
terdapat dana hibah dijelaskan dan CaLK UAPPA-W baik hibah
terencana maupun hibah langsung.
5) Kepala Sekretariat UAPPA-W melakukan koreksi terhadap laporan
keuangan terkait hibah dan pinjaman hasil penggabungan yang
dibuat oleh petugas SAK wilayah.
6) Setelah laporan keuangan terkait hibah dan pinjaman gabungan
disahkan oleh Kepala Sekretariat UAPPA-W, selanjutnya petugas
SAK wilayah melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan setempat.
www.djpp.depkumham.go.id
67
2012, No.1297
7) Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat menerbitkan Berita Acara
Rekonsiliasi (BAR) yang harus ditandatangani oleh Kepala
Sekretariat UAPPA-W dan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
setempat.
8) Petugas SAK melakukan back up data dan mengirimkan laporan
keuangan terkait hibah dan pinjaman tersebut baik soft copy
maupun hard copy ke UAPPA-E1 dan tembusannya disampaikan ke
UAPA/B.
9) Petugas SAK wilayah menyimpan dokumen sumber laporan
keuangan terkait hibah dan pinjaman (DIPA, POK, SPM, SP2D,
LRA & Neraca, MoU, BAST, nomor register) secara baik dan
tertib.
b. Prosedur Pelaporan BMN Hibah di Tingkat UAPPB-W
Prosedur pelaporan BMN terkait hibah tingkat UAPPB-W diatur
sebagai berikut:
1) Petugas BMN tingkat UAPPB-W menerima laporan BMN terkait
hibah berupa back up data dan print out dari UAKPB wilayah
setempat.
2) Petugas BMN di sekretariat UAPPB-W melakukan verifikasi
terhadap laporan BMN terkait hibah yang disampaikan oleh
UAKPB. Bila ditemukan ketidaksesuaian data maka laporan
tersebut dikembalikan kepada satker yang bersangkutan untuk
diperbaiki dan dikirim kembali ke sekretariat UAPPB-W.
3) Petugas BMN di sekretariat UAPPB-W melakukan penggabungan
transaksi yang merupakan entitas laporan BMN provinsi yang
disampaikan oleh UAKPB melalui SIMAKBMN.
4) Petugas BMN di sekretariat UAPPB-W menyampaikan hasil
penggabungan laporan BMN terkait hibah tersebut kepada Kepala
Sekretariat UAPPB-W untuk mendapat pengesahan.
5) Petugas BMN di sekretariat UAPPB-W mencetak laporan BMN
bulanan, semesteran dan tahunan (Posisi BMN di Neraca,
Intrakomptabel dan ekstrakomptabel) dan menyampaikan laporan
BMN kepada KPA. Pencetakan dan format output laporan BMN
sesuai SAP. Untuk laporan BMN semesteran dan tahunan
dilengkapi dengan CaLBMN yang terkait hibah barang.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
68
6) Kepala Sekretariat UAPPB-W melakukan koreksi terhadap laporan
BMN terkait hibah hasil penggabungan yang dibuat oleh petugas
BMN UAPPB-W.
7) Setelah laporan BMN gabungan disahkan oleh Kepala Sekretariat
UAPPB-W,
maka petugas BMN di sekretariat UAPPB-W
menyerahkan kepada petugas SAK di sekretariat UAPPA/B-W
untuk dijadikan bahan verifikasi laporan keuangan terkait hibah
tingkat wilayah.
8) Petugas BMN melakukan back up data dan mengirimkan laporan
BMN terkait hibah tersebut (semesteran dan tahunan) baik soft copy
maupun hard copy ke UAPPB-E1 dan tembusannya disampaikan ke
UAPPB.
9) Petugas BMN di sekretariat UAPPB-W menyimpan dokumen
sumber dan laporan BMN secara baik dan tertib.
5. Laporan Keuangan PHLN Tingkat UAPPA/B-E1
a. Prosedur Pelaporan PHLN di Tingkat UAPPA-E1
Prosedur pelaporan keuangan pinjaman luar negeri dan hibah tingkat
UAPPA-E1 diatur sebagai berikut:
1) Petugas SAK tingkat UAPPA/B-E1 menerima laporan keuangan
terkait hibah dan pinjaman berupa back up data dan print out dari
sekretariat UAPPA/B-W
2) Petugas SAK UAPPA/B-E1 melakukan verifikasi laporan keuangan
terkait hibah dan pinjaman dengan dokumen sumber dan laporan
SIMAK BMN terkait hibah yang disampaikan oleh UAPPA/B-W.
Bila terjadi ketidaksesuaian data tersebut maka petugas SAK
UAPPA/B-E1 melakukan konfirmasi ke sekretariat UAPPA/B-W
yang bersangkutan untuk diperbaiki dan dikirim kembali hasil
perbaikannya.
3) Petugas SAK UAPPA/B-E1 melakukan penggabungan pencatatan
transaksi keuangan dan barang yang merupakan entitas laporan
keuangan unit eselon I yang disampaikan oleh UAPPA/B-E1 melalui
aplikasi SAK.
4) Petugas SAK mencetak laporan keuangan UAPPA/B-E1 terkait
hibah dan pinjaman secara bulanan, semesteran dan tahunan (Neraca,
LRA). Proses pencetakan dan format output laporan keuangan sesuai
SAP. Untuk laporan keuangan semesteran dan tahunan yang terdapat
www.djpp.depkumham.go.id
69
2012, No.1297
dana hibah dijelaskan dan CaLK UAPPA/B-E1 baik hibah terencana
maupun hibah langsung.
5) UAPPA/B-E1 melakukan koreksi terhadap laporan keuangan terkait
hibah dan pinjaman hasil penggabungan dan selanjutnya UAPPA/BE1 melakukan rekonsiliasi dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Ditjen Perbendaharaan menerbitkan Berita Acara
Rekonsiliasi (BAR) yang ditandatangani oleh Pimpinan unit Eselon I
dan pejabat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
6) UAPPA/B-E1 melakukan perbaikan laporan keuangan terkait hibah
dan pinjaman berdasarkan hasil rekonsiliasi dengan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
7) UAPPA/B-E1 melakukan back up data dan mengirimkan laporan
keuangan terkait hibah dan pinjaman baik soft copy maupun hard
copy ke UAPA dengan tembusan kepada Inspektorat Jenderal
Kementan sebagai bahan reviu.
8) Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian melakukan reviu
terhadap laporan keuangan terkait hibah dan pinjaman unit Eselon I.
9) UAPPA/B-E1 menyimpan dokumen sumber dan laporan keuangan
(DIPA, POK, SPM, SP2D, LRA & Neraca, BAST, MoU, nomor
register) secara baik dan tertib.
b. Prosedur Pelaporan BMN Hibah di Tingkat UAPPB-E1
Prosedur pelaporan BMN hibah tingkat UAPPB-E1 diatur sebagai
berikut:
1) Petugas BMN tingkat UAPPB-E1 menerima laporan BMN terkait
hibah berupa back up data dan print out dari UAPPA/B- wilayah.
2) Petugas BMN UAPPB-E1 melakukan verifikasi terhadap laporan
BMN terkait hibah yang disampaikan oleh UAPPA/B-W.
3) Petugas BMN UAPPB-E1 melakukan penggabungan pencatatan
transaksi belanja (belanja barang, belanja modal, dan belanja sosial)
yang merupakan entitas laporan BMN unit eselon I yang
disampaikan oleh UAPPB-E1 melalui sistem BMN.
4) Petugas BMN di sekretariat UAPPB-E1 mencetak laporan BMN
bulanan, semesteran dan tahunan (Posisi BMN di Neraca,
Intrakomptabel dan ekstrakomptabel) dan menyampaikan laporan
BMN kepada KPA. Pencetakan dan format output laporan BMN
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
70
sesuai SAP. Untuk laporan BMN semesteran dan tahunan
dilengkapi dengan CaLBMN yang terkait hibah barang.
5) Petugas BMN UAPPB-E1 menyampaikan hasil penggabungan
laporan BMN terkait hibah tersebut kepada Pimpinan unit Eselon I.
6) Pimpinan unit Eselon I melakukan koreksi laporan BMN terkait
hibah hasil penggabungan yang dibuat oleh petugas BMN UAPPBE1.
7) Setelah laporan BMN gabungan disahkan oleh Pimpinan unit
Eselon I selanjutnya petugas BMN UAPPB-E1 melakukan
rekonsiliasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
8) Ditjen Perbendaharaan menerbitkan Berita Acara Rekonsiliasi
(BAR) yang ditandatangani oleh Pimpinan unit Eselon I dan pejabat
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
9) Petugas BMN melakukan back up data dan mengirimkan laporan
BMN terkait hibah tersebut baik soft copy maupun hard copy ke
UAPA dengan tembusan kepada Inspektorat Jenderal Kementan
sebagai bahan reviu.
10) Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian melakukan reviu
terhadap laporan BMN terkait hibah unit Eselon I.
11) Petugas BMN unit Eselon I menyimpan dokumen sumber laporan
BMN terkait hibah (DIPA, POK, SPM, SP2D, LRA & Neraca,
MoU, BAST, dan nomor Register) secara baik dan tertib.
6. Laporan Keuangan Tingkat UAPA
a. Prosedur Pelaporan Keuangan PHLN di Tingkat UAPA-E1
Prosedur pelaporan keuangan terkait pinjaman luar negeri dan hibah di
tingkat UAPA-E1 diatur sebagai berikut:
1) Petugas SAK tingkat UAPA/B menerima laporan keuangan terkait
hibah dan pinjaman berupa back up data dan print out dari
UAPPA/B- E1.
2) Petugas SAK UAPA/B melakukan verifikasi terhadap laporan
keuangan terkait hibah dan pinjaman yang disampaikan oleh
UAPPA/B-E1.
3) Petugas SAK UAPA/B melakukan penggabungan pencatatan
transaksi belanja hibah dan pinjaman (belanja barang, belanja
www.djpp.depkumham.go.id
71
2012, No.1297
modal, dan belanja sosial) yang merupakan entitas laporan
keuangan unit eselon I yang disampaikan oleh UAPPA/B-E1
melalui SAK.
4) Petugas SAK mencetak laporan keuangan UAPA/B terkait hibah
dan pinjaman secara bulanan, semesteran dan tahunan (Neraca,
LRA). Proses pencetakan dan format output laporan keuangan
sesuai SAP. Untuk laporan keuangan semesteran dan tahunan yang
terdapat dana hibah dijelaskan dan CaLK UAPA/B baik hibah
terencana maupun hibah langsung.
5) Petugas SAK UAPA/B melakukan rekonsiliasi LRA dengan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
6) Dirjen Perbendaharaan menerbitkan Berita Acara Rekonsiliasi
(BAR).
7) Menyampaikan draf laporan keuangan terkait hibah dan pinjaman
kepada Inspektorat Jenderal untuk di reviu.
8) Inspektorat Jenderal menerbitkan Surat pernyataan hasil reviu
kepada Menteri Pertanian
9) Menteri Pertanian melakukan koreksi terhadap laporan keuangan
terkait hibah dan pinjaman hasil reviu Inspektorat Jenderal
Kementan.
10) Menteri Pertanian menyampaikan Laporan Keuangan terkait hibah
dan pinjaman kepada Menteri Keuangan.
11) UAPA menyimpan dokumen sumber laporan keuangan terkait
hibah dan pinjaman dari UAPPA/B-E1 (DIPA, SPM, SP2D, LRA,
Neraca dan CaLK, MoU, BAST, Nomor Register) secara baik dan
tertib.
b. Prosedur Pelaporan BMN Hibah di Tingkat UAPB-E1
Prosedur pelaporan BMN terkait hibah tingkat UAPB-E1 diatur
sebagai berikut:
1) Petugas BMN tingkat UAPB menerima laporan BMN terkait hibah
berupa back up data dan print out dari UAPPA/B- E1.
2) Petugas BMN UAPB melakukan verifikasi terhadap laporan BMN
terkait hibah yang disampaikan oleh UAPPA/B-E1.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
72
3) Petugas BMN UAPB melakukan penggabungan pencatatan
transaksi yang merupakan entitas laporan BMN terkait hibah unit
eselon I yang disampaikan oleh UAPPA/B-E1 melalui sistem BMN.
4) Petugas BMN di sekretariat UAPB mencetak laporan BMN
bulanan, semesteran dan tahunan (Posisi BMN di Neraca,
Intrakomptabel dan ekstrakomptabel) dan menyampaikan laporan
BMN kepada KPA. Pencetakan dan format output laporan BMN
sesuai SAP. Untuk laporan BMN semesteran dan tahunan
dilengkapi dengan CaLBMN yang terkait hibah barang.
5) Petugas BMN menyerahkan laporan hasil penggabungan ke petugas
SAK Kementerian Pertanian.
6) Petugas BMN melakukan back up data dan mengirimkan laporan
BMN terkait hibah tersebut baik soft copy maupun hard copy ke
Kementerian Keuangan.
7) Petugas BMN UAPA menyimpan dokumen sumber laporan BMN
terkait hibah dari UAPPA/B-E1 (DIPA, POK, SPM, SP2D, LRA &
Neraca, MoU, BAST, dan Nomor Register) secara baik dan tertib.
D. Pengawasan
Pengawasan internal kegiatan PHLN dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
sedangkan pengawasan melekat dilakukan oleh pejabat pimpinan pelaksana
(Eselon I dan II). Untuk pengawasan eksternal juga dilakukan oleh BPK dan
BPKP. Pengawasan dilakukan berupa pengawasan regular berdasarkan
program kerja tahunan maupun pemeriksaan non regular.
BAB VIII
PENUGASAN TENAGA AHLI ASING
A. Peraturan Nasional
Penugasan tenaga asing di Indonesia bertujuan untuk membantu
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, memperlancar
pelaksanaan proyek pembangunan yang memerlukan keahlian khusus yang
belum cukup dimiliki oleh tenaga Indonesia, dan memperkaya wawasan
kebudayaan.
www.djpp.depkumham.go.id
73
2012, No.1297
Peraturan tentang penugasan tenaga asing ini mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku antara lain Undang-Undang Nomor 09 Tahun
1992 tentang Keimigrasian dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
Sebagai penanggung jawab penugasan tenaga asing di Indonesia, Sekretariat
Negara telah membuat ketentuan pokok dalam pemanfaatan tenaga asing di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. tenaga asing yang akan dimanfaatkan adalah mereka yang memiliki
pengetahuan yang tidak atau belum cukup dimiliki oleh tenaga Indonesia.
2. tenaga asing harus mampu mengalihkan keahliannya dan pengetahuannya
kepada tenaga-tenaga Indonesia.
3. dalam bidang-bidang keahlian yang telah dimiliki oleh tenaga Indonesia
pada prinsipnya harus menggunakan tenaga Indonesia.
4. penugasan tenaga asing di Indonesia harus atas sepengetahuan dan
dengan persetujuan Pemerintah Indonesia.
5. tenaga asing dilarang melakukan kegiatan di luar bidang–bidang tugas
yang telah disetujui Pemerintah Indonesia.
Sesuai dengan ketentuan pokok di atas, maka tenaga asing yang bertugas di
Indonesia wajib mematuhi ketentuan umum sebagai berikut:
1. mematuhi peraturan perundang-undangan RI.
2. menghormati keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak
mendukung gerakan separatis dan teroris.
3. bekerja selama jangka waktu yang telah ditentukan.
4. melakukan koordinasi dengan instansi pelaksana baik di tingkat pusat dan
daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan kerja.
5. menyampaikan laporan hasil kerja yang disertai data lengkap secara
berkala kepada mitra kerjasama teknik dan/atau instansi pelaksana baik di
tingkat pusat dan/atau daerah.
6. dilarang melakukan kegiatan/bekerja di luar penugasannya.
7. tidak terlibat dalam kegiatan politik.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
74
8. tidak melakukan tindakan atau kegiatan apapun, baik langsung atau tidak
langsung, yang patut diduga mengganggu ketenteraman, kehidupan, adat
istiadat, kebudayaan, dan agama masyarakat setempat.
9. tidak terlibat dalam kegiatan komersial.
10. tidak terlibat dalam penyebaran suatu agama.
11. tidak terlibat dalam kegiatan intelijen dan/atau klandestain serta tidak
membawa peralatan dan/atau perlengkapan yang berkaitan dengan
persenjataan dan amunisi serta alat perlengkapan khusus intelijen.
12. tidak menggalang dana di Indonesia untuk mendukung program dan
kegiatannya.
Bagi penugasan di daerah-daerah tertentu (Aceh, Ambon, Irian Jaya dan
daerah-daerah perbatasan dengan negara lain) harus terlebih dahulu
dimintakan security clearance dari instansi yang berwenang di bidang
keamanan di antaranya BAIS TNI, BIN dan Baintelkam POLRI sebelum
usulan penugasannya di proses lebih lanjut. Pengusulan penugasan di daerahdaerah tersebut di atas agar diajukan sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum
masa tugasnya dimulai.
B. Penugasan Tenaga Ahli Asing di Kementerian Pertanian
Sebagai instansi pelaksana, Kementerian Pertanian melalui Pusat Kerjasama
Luar Negeri hanya dapat memfasilitasi rekomendasi dan pengurusan
perijinan penugasan tenaga asing dalam suatu proyek kerjasama teknik
Pinjaman dan Hibah yang telah ditandatangani dan dikelola oleh
Kementerian Pertanian.
Kantor Perwakilan Mitra Kerjasama Teknik
/Sekneg/ instansi Pelaksana
1.
2.
1
3.
Surat Pengantar dengan Tujuan Penugasan/ Alasan
Perpanjangan.
Dokumen kelengkapan
(TOR, CV, Salinan Paspor).
Laporan tugas sebelumnya (untuk perpanjangan).
2
PKLN KEMENTAN
Instansi Teknis/
Pemerintah Daerah
3
BIRO KTLN – SETNEG
à Surat Persetujuan
DIREKTORAT KONSULER –
KEMENLU
à Ijin tinggal dan exit-permit
Gambar 11. Mekanisme Pengusulan Penugasan Tenaga Ahli Asing
di Kementerian Pertanian
www.djpp.depkumham.go.id
75
2012, No.1297
Keterangan:
1. Kantor perwakilan mitra kerjasama teknik/Sekretariat Negara/Instansi
Pelaksana mengirimkan surat pengantar ke Pusat KLN yang berisi tujuan
penugasan atau alasan perpanjangan (untuk perpanjangan tugas) dan
dilampiri :
a.
b.
c.
d.
Term of Reference (TOR),
Curriculum Vitae (CV),
Salinan paspor,
Laporan tugas penugasan sebelumnya (untuk perpanjangan tugas).
2. Untuk mendukung pengusulan tenaga ahli dimaksud, diperlukan surat
persetujuan dari instansi teknis/pemerintah daerah selaku National Project
Coordinator (NPC).
3. Setelah mendapat surat persetujuan dari instansi teknis/ pemerintah daerah,
Pusat Kerjasama Luar Negeri menindak lanjutinya dengan mengirimkan:
a. Surat permohonan persetujuan ke Sekretariat Negara untuk mendapatkan
Surat Persetujuan Penugasan,
b. Surat permohonan ijin tinggal dan exit-permit ke Direktorat Konsuler
Kementerian Luar Negeri.
Apabila penugasan seorang tenaga asing tidak ada hubungannya dengan proyek
Pinjaman dan Hibah yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian ataupun
tidak terprogram dalam suatu proyek (Individual Request) maka Pusat
Kerjasama Luar Negeri tidak dapat memberikan rekomendasi bagi penugasan
tersebut. Untuk itu maka kantor perwakilan mitra kerjasama teknik dapat
mengajukan surat permohonan persetujuannya langsung ke Sekretariat Negara.
Surat Persetujuan yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara merupakan dasar
legalitas penugasan tenaga asing di Indonesia dalam kerangka kerjasama teknik
dan dasar bagi pemberian fasilitas kerjasama teknik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, surat tersebut juga
merupakan salah satu syarat pengurusan visa, izin tinggal, izin keluar–masuk
kembali (Multiple Exit and Reentry Permit–MERP, Single Exit and Reentry
Permit–SERP, Exit Permit Only–EPO, IMTA, SKLD, dan SKJ).
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam rangka menertibkan dan
menghindari penyalahgunaan tugas oleh tenaga ahli asing yang ada di
Kementerian Pertanian, antara lain:
1. penugasan tersebut terkait dengan kegiatan kerjasama teknik dan kegiatan
PHLN yang ada di Kementerian Pertanian.
www.djpp.depkumham.go.id
2012, No.1297
76
2. setiap tenaga asing memiliki surat penugasan resmi (Sekretariat Negara dan
Kementerian Luar Negeri).
3. pemberian rekomendasi penugasan tenaga asing dapat diberikan apabila
perjanjian kerjasama/PHLN telah ditandatangani dengan pihak Kementerian
Pertanian.
4. diharapkan setiap unit eselon I mendata, mendampingi dan mengevaluasi
penugasan tenaga ahli asing yang terkait dengan kegiatan PHLN di unit
masing-masing.
BAB IX
PENUTUP
Pinjaman Luar Negeri dan Hibah yang merupakan alternatif sumber
pembiayaan
pembangunan
nasional
masih
dibutuhkan
oleh
Kementerian/Lembaga untuk mendanai tugas pokok dan fungsinya.
Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah ini perlu diatur untuk menjamin
terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan serta meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan kualitas penggunaannya sehingga tujuan penerimaan
Pinjaman Luar Negeri dan Hibah dapat dicapai. Untuk itu, pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah yang merupakan penyempurnaan
Peraturan Pemerintah sebelumnya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Luar
Negeri serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011, pengelolaan pinjaman luar
negeri mengalami penyempurnaan, di antaranya pemisahan kewenangan dan
tanggung jawab masing-masing institusi yang terkait serta penyempurnaan
konsep mengenai batas maksimum pinjaman luar negeri yang dimaksudkan
sebagai alat pengendali dalam rangka pengelolaan portofolio utang secara
optimal dan pemenuhan kebutuhan riil pembiayaan. Dari sisi Hibah,
mekanisme penerimaan Hibah juga dipermudah dan disederhanakan sehingga
tidak menimbulkan proses birokrasi yang rumit yang dapat menimbulkan
disinsentif bagi calon pemberi Hibah karena terkesan dipersulit. Untuk itu,
www.djpp.depkumham.go.id
77
2012, No.1297
maka dalam proses penerimaan Hibah telah dibuka dua jenis alternatif, yaitu
Hibah Terencana, yang dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan dan
Hibah Langsung, yaitu Hibah yang tidak perlu mengikuti mekanisme
perencanaan namun tetap diregistrasikan dan ditatausahakan.
Pedoman Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah Kementerian Pertanian
ini disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 2011 dan peraturan turunannya. Dengan terbitnya pedoman
ini, diharapkan satker pelaksana kegiatan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah di
Kementerian Pertanian dapat merencanakan, mengelola, dan mengawasi
kegiatan tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga Kementerian
Pertanian dapat mencapai predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam
pelaporan keuangannya.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSWONO
www.djpp.depkumham.go.id
Download