Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion FriscaFebeLumbanGaol FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Ulkuskorneaadalahkeadaanpatologikkorneayangditandaiolehadanyainfiltratsupuratifdisertaidefekkorneabergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalahkesehatanmatayangmenempatiurutankeduadalampenyebabutamakebutaan.Ulkuskorneadapatdisebabkan olehtrauma,reaksitoksik,alergi,autoimun,daninfeksi.Laki-laki,50tahun,datangdengankeluhanpenglihatanpadamata kiriberkurangsejak±1bulansebelummasukrumahsakit.Sekitar1bulansebelummasukrumahsakit,pasienmengeluh mata kirinya terkena debu padi saat bekerja. Pasien menggosok-gosok matanya dan kemudian merasakan mata kirinya menjadimerah,nyeri,silau,danberair.Padapemeriksaanfisikdidapatkankeadaanumumbaik,komposmentis,tekanan o darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5 C, dan pada status generalis tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan oftalmologis okuli sinistra pasien tersebut didapatkan visus 1/∞, konjungtiva bulbi mixed injeksi(+),korneakeruh,defek(+)Ø3mm,kameraokulianteriorsulitdinilai,danhipopion(+).Pasiendidiagnosissebagai ulkus kornea okuli sinistra, dengan penatalaksanaan berupa edukasi untuk istirahat yang cukup, menghindari mata dari paparan angin, debu, air dan tidak memegang mata yang meradang. Selain itu diberikan terapi medikamentosa berupa siklopegik,antibiotikoral,dantopicaldananalgetik.Prognosispasieninisecaraumumbaik. Katakunci:hipopion,kornea,ulkus A50YearsOldManwithCornealUlcerandHypopion Abstract Cornealulcerisastateofthecorneapathologycharacterizedbythepresenceofsuppurativeinfiltratesandcornealdefects resonated,discontinuityofcornealtissuethatcanoccurfromtheepitheliumtothestroma.InIndonesia,cloudingofthe cornea ranks second in the cause of blindness. Corneal ulcers can be caused by trauma, toxic reactions, allergic, autoimmune, and infectious. Male, 50 years old, complained of decreased vision in the left eye since ± 1 month before enteringtheHospital.Patientscomplainthathislefteyeexposedtoricedustatworkaboutonemonthbeforeenteringthe hospital. The patient rubbed his eyes and then felt her left eye becomes red, painful, glare, and watery. On physical examinationfoundthegeneralconditionisingoodcondition,composmentis,bloodpressure110/80mmHg,heartrate o 80x/min,respiratoryrate20x/min,thetemperature36,5 C,andthestatusgeneralistnoabnormalitiesfound.Ontheleft oculi ophthalmological examination of these patients obtain edvisual acuity 1/∞, conjunctival bulbi: mixedinjection(+), cornea:cloudy,defects(+)Ø3mm,cameraoculianterior:difficulttoassess,hypopyon(+).Patientsdiagnosedasacorneal ulcerintheleftoculi,withtheformofmanagementeducationforsufficientrest,avoidingtheeyesfromexposuretowind, dust, water, and do not hold the inflamed eye. In addition, medical therapy is given in the form of siklopegik, oral and topicalantibiotics,andanalgesics.Thepatient'sprognosisisgenerallygood. Keywords:corneal,hypopion,ulcer Korespondensi:FriscaFebeLumbanGaol,S.Ked,alamatJl.SumantriBrojonegoroNo.12AsramaTiaraBandarLampung,HP 081369928474,[email protected] Pendahuluan Kerusakan pada sel-sel endotel kornea akan menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan dari kornea yang akanbertahanlamakarenapotensiperbaikan fungsi endotel yang terbatas. Akan tetapi, cedera pada epitel kornea hanya akan menyebabkan edema lokal sesaat yang akan menghilang dengan beregenerasinya sel-sel epitelkorneatersebut.1 JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|76 Korneamerupakanselaputbeningmata yang berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat kornea yang tembus cahaya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesens. Kornea terdiri dari 5 lapis, yakni: epitel gepeng, membran bowman, stroma, membran descement,danendotel.18,23,24 Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion 19 Gambar1.AnatomiKornea Ulkuskorneamerupakansuatukeadaan patologi kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung,diskontinuitasjaringankorneayang dapat terjadi dari epitel hingga stroma kornea.2,3,11 Ulkus kornea merupakan masalah kesehatan mata yang menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan setelah katarak.13 Ulkus kornea disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan apabila kekeruhan tersebut terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan pada stroma kornea dan meninggalkan jaringan parut. Faktor predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, kekurangan gizi, adanya kelemahan atau gangguan pada permukaan mata, dan yang kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3,10,12,13,17,22 Kasus Pasien laki-laki, 50 tahun, pekerjaan petani, datang ke Poliklinik Mata dengan keluhanpenglihatanpadamatakiriberkurang sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan mata merah, nyeri, silaudanterasaberair.Menurutpasien,sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit tampak bercak putih pada mata sebelah kiri disertai dengan keluhan nyeri yang semakin hebat. Bintik putih tersebut semakin lama semakin membesar hingga saat diperiksa pasien tidak lagidapatmelihatmenggunakanmatakirinya. Sekitar satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh mata kirinya terkena debu padi saat bekerja. Pasien menggosok-gosok matanya dan kemudian merasakanmatakirinyamenjadimerah,nyeri, silaudanberair.Pasienberobatkedokter,lalu keluhan berkurang. Namun, dua minggu setelahnyapasienmerasakanadabercakputih padamatakirinyadisertaidengannyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5oC. Pada status generalis tidak didapatkan kelainan.Padastatusoftalmologisokulidextra tidak didapatkan kelainan.Pada status oftalmologis okuli sinistra didapatkan visus: 1/∞, palpebra superior: edem (+), palpebra inferior: spasme (+), bulbus oculi: ortoforia, eksoftalmus (-), endoftalmus (-), konjungtiva bulbi: mixed injeksi (+), konjungtiva fornix: hiperemis(+),konjungtivapalpebra:hiperemis (+), kornea: keruh (+), defek (+) Ø 3 mm (pemeriksaan menggunakan kaca pembesar/LUP), kamera okuli anterior sulit dinilai, hipopion (+), iris, pupil dan lensa sulit dinilai, tensio oculi dalam batas normal, sistem kanalis lakrimalis diperiksa secara digitalnormal. JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|77 Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion Gambar2.UlkusKorneaOkuliSinistra Diagnosis kerja pada pasien adalah ulkus kornea okuli sinistra. Terapi yang diberikan berupa terapi non-medikamentosa yaitu istirahat yang cukup, menghindari mata dari paparan angin, debu, air, dan tidak memegang mata yang meradang. Sedangkan terapi medikamentosa berupa sikloplegik yaituatropinsulfat0,5%eyedrops4gttIokuli sinistra, antibiotik topikal berupa levofloxacin eye drops 6 gtt I okuli sinistra, antibiotik sistemikberupaciprofloxacintablet2x500mg selama5hari,analgetiksistemikberupaasam Mefenamat tablet 3x500 mg atau sampai nyeri mata hilang. Prognosis pasien ini secara umumbaik. Pembahasan Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.4,14 Gejala klinis pada ulkus korneasecaraumumdapatberupapenurunan visusdisertaidenganmatayangmerah,nyeri, silau, dan berair. Adanya riwayat trauma sebelumnya, semakin memperjelas 4,5,6,7 kemungkinansuatuulkus. Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 50 tahundengankeluhanpenglihatanpadamata kiriberkurangsejak±1bulansebelummasuk rumah sakit. Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, pada mata sebelah kiri pasien tampak bercak putih disertai dengan keluhan nyeri yang semakin hebat. Bintik putih semakin membesar tiap harinya hingga saat diperiksa pasien tidak lagi dapat melihat menggunakanmatakirinya. Sekitar 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh mata kirinya terkena debu padi saat bekerja. Pasien menggosokgosok matanya dan kemudian merasakan mata kirinya menjadi merah, nyeri, silau, dan berair. Dari uraian di atas, keluhan yang muncul sesuai dengan gambaran klinis ulkus JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|78 kornea dimana mata terasa memerah, nyeri dan berair. Sebagian besar lesi pada kornea, baik superficial maupun profunda, dapat menyebabkan nyeri dan fotofobia karena kornea memiliki banyak serat nyeri.5,15 Rasa sakit ini diperberat dengan gesekan palpebra terutamapalpebrasuperiorpadakornea.5 Lesidikorneajugadapatmenyebabkan penglihatan yang kabur, terutama bila lokasi lesi yang berada di sentral. Fotofobia terjadi akibat kontraksi iris yang mengalami peradangan. Dilatasi pembuluh darah iris merupakan refleks akibat iritasi dari ujung sarafkornea.5,15 Pada mata kiri pasien terdapat bintik putih yang semakin lama semakin membesar. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akanberwarnahijauditengahnya.4 Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya ulkus kornea, yakni kerusakanpadaepitelkorneadaninfeksipada bagian kornea yang mengalami erosi tersebut.16 Kerusakan epitel kornea dapat disebabkan trauma akibatbenda asing, silia dengan arah yang salah, trauma kecil pada penggunaan lensa kontak, kekeringan epitel pada xerosis, dan keratomalacia yang dapat menyebabkan nekrosis pada epitel kornea.3,10,12,13,16 Perubahan-perubahan yang terjadi akibat kerusakan dari epitel kornea dapat dideskripsikanmenjadi4tahap,yakni:16 1. Tahap progresif infiltrasi. Infiltrasi PMN dan/ataulimfositkedalamepitelterjadi padatahapini. 2. Tahap ulserasi aktif. Nekrosis dan pengelupasan dari epitelium, membran Bowman dan stroma kornea terjadi pada fase ulserasi aktif. Adanya akumulasieksudatpurulenpadakornea yang disebabkan oleh hiperemia dari Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion jaringan pembuluh darah sirkumkornel. Dapat terjadi kongesti vaskular iris dan badan silier akibat toksin yang diserap dari ulkus. Kadang disertai dengan hipopion yang terjadi akibat eksudasi dari pembuluh darah iris dan badan silierkebilikmatadepan.Ulserasidapat meluas atau semakin dalam yang menyebabkan perforasi atau descemetocele. Gambar3.TahapdariUlkusKorneaLokal 3. Tahap regresi. Tahap ini diinduksi mekanisme defensif host dan tatalaksana yang mendukung respon host normal. Di sekitar ulkus terdapat garis pembatas yang terdiri dari leukosit. Kadang proses ini disertai dengan vaskularisasi superfisial yang dapat menyebabkan peningkatan responimun.Padatahapiniulkusmulai sembuhdanepitelmulaitumbuh. 4. Tahap sikatrik. Penyembuhan berlanjut menjadi epitelisasi progresif. Stroma menebal dan memenuhi bagian bawah epitel sehingga menekan permukaan epitel ke arah anterior. Tahap sikatrik dari proses penyembuhan berbedabeda. Ulkus yang sangat superfisal dan hanya melibatkan epitel akan sembuh tanpa meninggalkan opasitas. Ulkus yang melibatkan membran Bowman dan lamela stroma superfisial akan membentuk nebula. Pada ulkus yang mengenai sepertiga, bahkan lebih dari sepertiga stroma kornea, akan menimbulkan makula dan leukoma padaprosespenyembuhannya. Pada anamnesis diketahui bahwa mata pasienpernahterkenadebupadisaatbekerja. 16 Inimenandakanadanyariwayattraumaakibat benda asing sebelumnya. Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringanyangmerusakepitelkornea.4,16 Pada pemeriksaan oftalmologis, ditemukanadanyaepifora,injeksikonjungtiva, injeksisiliaris,injeksiepisklera,korneaedema terdapat infiltrat serta gambaran defek bergaungberwarnaputih.4,5,6,7 Pada status oftalmologis okuli sinistra pasiendidapatkanvisus1/∞.Lesipadakornea umumnya mengaburkan penglihatan, 5 terutama jika terletak di sentral. Konjungtiva bulbi mixed injeksi (+), konjungtiva forniks hiperemis(+),konjungtivapalpebrahiperemis (+). Kornea keruh (+), defek (+) Ø 3 mm, kamera oculi anterior dangkal, dan hipopion (+). Hipopion dapat terjadi karena adanya eksudasi dari pembuluh darah iris dan badan silierkebilikmatadepan.16 Ulkus kornea dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, reaksi toksik, alergi, dan autoimun.Penyebabinfeksipadaulkuskornea adalah bakteri (Pseudomonas dan Staphylococcus), jamur (Fusarium dan Candida), parasit (Acanthamoeba), dan virus (Herpes simplex). Selain radang dan infeksi penyebab lain ulkus kornea ialah defisiensi vitamin A, lagoftalmus akibat parese saraf ke JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|79 Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion VIII,lesisarafkeIIIatauneurotrofik,danulkus mooren.2,4,7 Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentukulkuskornea,yaitu:4 1. Ulkuskorneasentral a. Ulkus kornea bakterialis. Biasanya kokus gram positif, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniaakan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak yang supuratif. Bila ulkus disebabkan pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaanulkus.20,22 b. Ulkus kornea fungi. Bila ulkus disebabkan oleh jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu dikelilingi infiltrat halus di sekitarnya(fenomenasatelit). c.Ulkus kornea virus. Ulkus yang disebabkan oleh virus akan memberikan gambaran ulkus berbentuk dendrit dan akan terdapathipestesipadakornea. d. Ulkuskorneaacanthamoeba 2. Ulkuskorneaperifer a. Ulkus marginal. Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,toksikataualergi,dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa,danlain-lain. b. Ulkus mooren atau ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden. Merupakan ulkus yang berjalan progresifdariperiferkorneakearah sentral. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkansatupulauyangsehat padabagianyangsentral. c.Ulkus cincin atau ring ulcer. Terlihat injeksiperikornealsekitarlimbus.Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkalataudalam,kadang-kadang timbulperforasi. JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|80 Diagnosisdapatditegakkanberdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium berguna untuk membantu membuat diagnosa kausa.Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. Pemeriksaan bakteri dilakukan dengan kerokan kornea dan pemeriksaanmikrobiologigram,kultur,danuji resistensi.4,6,7,8,21 Pada pasien tersebut belum dilakukan pemeriksaan penunjang karena pemeriksaan ini dilakukan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit. Untuk pemeriksaan penunjang mungkin akan dilaksanakan ketika pasien dalamruangperawatan. Berdasarkan keluhan utama dari penderita, yaitu adanya penurunan penglihatan disertai dengan mata merah, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya ulkuskornea,keratitis,glaukomaakut,uveitis anterior,danendofthalmitis.1 Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, terdapat riwayat kemasukan debu padi pada mata kiri pasien yang kemudian dikucek oleh pasien hingga mata kiri menjadi merah, nyeri, silau dan berair. Penderita juga mengeluhadanyabintikputihpadamatayang timbulsetelahkejadian.Diagnosisyangsangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus korneadankeratitis.4 Diagnosis glaukoma akut dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat penurunan penglihatan tidak terjadi secara tiba-tiba dan tidak disertai dengan nyeri kepala hebat. Kemungkinan diagnosis uveitis anterior juga dapat disingkirkan karena pada penderita ini ditemukan adanya infiltrat dan gambarantukakdikorneayangmenunjukkan bahwa ini adalah bukanmurni suatu uveitis anterior. Diagnosis endofthalmitis dapat dipikirkan karena terdapat faktor penyebab berupa ulkus kornea. Akan tetapi, segmen posterior tidak dapat dinilai, sehingga diagnosis endofthalmitis tidak dapat ditegakkansecarapasti.4 Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan siklopegik, antibiotika yang sesuai topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasientidakdapatmemberiobatsendiri,tidak Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.1,4,18,19 Pasien ini mendapatkan terapi sikloplegik berupa Atropin Sulfat 0,5% Eye Drops 4 gtt I Okuli Sinistra dan antibiotik topikal berupa Levofloxacin Eye Drops 6 gtt I Okuli Sinistra. Pasien tersebut juga mendapatkan antibiotik sistemik yakni Ciprofloxacin tablet sebanyak 2x500 mg selama 5 hari, dan analgetik sistemik, Asam Mefenamat tablet 3x500 mg (sampai nyeri matahilang). Pasien tersebut telah mendapatkan pengobatan umum yang sesuai untuk ulkus kornea. Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi tambahan berupa antibiotik sistemik dan analgetik sistemik. Alasan pemberian antibiotik sistemik adalah untuk upaya pencegahan atau preventif terhadap infeksi lebih lanjut. Analgetik sistemik diberikan karena pasien mengeluhkan nyeri yang semakin hebat. Pasien ini dirawat dengan alasan pasien tidak dapat memberikan obat sendiridanterancamperforasi. Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.Secara umum ulkus diobati sebagai berikut:4 Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator, sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari, diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder, dan debridement sangat membantu penyembuhan. Diberikan antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanyadiberilokalkecualikeadaanberat. Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karenajaringankorneabersifatavaskular.9 Prognosis pada kasus ini, ad vitam baik karena tidak mengancam kematian, ad functionam kearah baik karena visusnya kemungkinan bisa kembali normal dan letak ulkus berada di perifer sehingga tidak begitu mengganggu pembiasan cahaya ke pupil.Selain itu, ulkus hanya mengenai satu bola mata (unilateral), sehingga pasien tidak akan kehilangan fungsi penglihatannya. Prognosis adsanationamnya juga kearah baik karenatentunyasaatpenglihatansudahpulih kembali tidak akan mengganggu dalam aktivitasbekerjapasien. Simpulan Pasien Tn. A, laki-laki berusia 50 tahun didiagnosis berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksan fisik yaitu ulkus kornea okuli sinistra. Etiologi belum diketahui secara pasti karena harus didukung dengan pemeriksaan sediaan apus swab kornea. Terapi yang telah diberikan berupa antibiotik oral dan topikal, analgetik,dansikloplegik. DaftarPustaka 1. EvaPR,WhitcherJP.VaughandanAsbury opthalmologiumum.Edisike-17.Jakarta: EGC.2012.hlm.76-89. 2. Eltis M. Contact lens related microbial keratitis: case report and review. J Optom.2011;4(4):122-127. 3. Gondhowiardjo TD, Simanjuntak GW. Menejemen klinis Perdami. Jakarta: PP Perdami.2006.hlm.17-34. 4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisike-4.Jakarta:BalaiPenerbitanFKUI. 2012.hlm.145-167. 5. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at a glance.Massachusetts:BlackwellScience. 2005.hlm.29-39. 6. UpadhyayMP,SrinivasanM,WhitcherJP. Managing corneal disease: focus on suppurative keratitis. Community Eye HealthJournal.2009;22(71):39-41. 7. Afshari NA, Mah FR, Tu EY, Tuli SS. Confronting corneal ulcers: pinpointing etiology is crucial for treatment decision making.2012.hlm.45-52. 8. Sutphin JE. External disease and cornea. San Francisco: American Academy of Ophthalmology.2007.hlm.45-47. 9. American Academy of Ophtalmologi. Infectious disease of external eyes. Clinicalaspects.SanFransisco.2008.hlm. 185-187. 10. Narsani AK, Jatoi SM, Lohana MK, Dabir SA, Gul S, Khanzada MA. Hospital Base Epidemiology, risk factors and microbiological diagnosis of bacterial corneal ulcer. Int J Ophthalmol. 2009; 2(4):362-366. 11. Ibrahin YW, Boase DL, Cree IA. Incidence of infectious corneal ulcers, JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|81 Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. portsmouthstudy uk. J Clinic Experiment Ophthalmol.2012.hlm.1-4. Ahmed S, Ghosh A, Tarafder S, Miah MRA. Predisposing factors and aetiologic diagnosis of infectious corneal ulcer. Bangladesh J Med Microbiol. 2010; 04(1):28-31. Shanthi J, Vanaja PR, Balagurunathan R. Laboratory diagnosis and prevalence studyofcornealinfectionsfromatertiary eye care hospital. Advances in Applied ScienceResearch.2012;3(3):1598-1602. Gaurav SS, Ashish K. Clinical study of causativemicrobialagentsofsuppurative keratitis case in rural area. International Journal of Medical Research and Health Sciences.2013;2(1):59-62. Eva PR, Whitcher JP. 2012. Vaughan & Asbury’sOphthalmologi.Edisike-17.USA: TheMcGrawHillCompany.2007. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi: New Age International (P) Limited Publisher.2007. Katara RS, Patel ND, Sinha M. A Clinical Microbiological Study of Corneal Ulcer Patients at Western Gujarat, India. Acta MedicaIranica.2013;51(6):399-403. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach. Edisike-7.USA:SaundersElsevier.2011 JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|82 19. WippermanJL,DorschJN.Evaluationand Management of Corneal Abrasions. American Family Physician. 2013; 87(2):114-120. 20. SuekeH,ShankarJ,NealTJ,HorsburghM, GilbertR,KayeSB.Newdevelopmentsin antibacterial chemotherapy for bacterial keratitis. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.2013.hlm.19-35. 21. Sharma K, Mehta S, Singh VA, Jamwal S, SharmaT,ManjhiPK.Aprofileofcorneal ulcers-2yearsstudyfromruralhospital, Haryana. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 2014; 13(11):94-97. 22. Wong RLM, Gangwani RA, Yu LWH, Lai JSM. Review article: new treatments for bacterial keratitis. Journal of Ophtalmology.2012.hlm.1-7 23. Ruberti JW, Roy AS, Roberts. Corneal structure and function. Corneal Biomechanics and Biomaterials. 2011; 13:269-295. 24. Gandhi S, Jain S. The Anatomy and physiology of cornea. Springer-Verlag BerlinHeidelberg.2015. 25. Teichmann J, Valtink M, Nitschke M, GrammS,FunkRHW,EngelmannK,etal. Tissue engineering of the corneal endothelium: a review of carrier materials. Journal of Functional Biomaterials. 2013; 4:178-208.