Pria 50 Tahun dengan Ulserasi Kornea dan Hipopion A 50 Years

advertisement
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
FriscaFebeLumbanGaol
FakultasKedokteran,UniversitasLampung
Abstrak
Ulkuskorneaadalahkeadaanpatologikkorneayangditandaiolehadanyainfiltratsupuratifdisertaidefekkorneabergaung,
diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan
masalahkesehatanmatayangmenempatiurutankeduadalampenyebabutamakebutaan.Ulkuskorneadapatdisebabkan
olehtrauma,reaksitoksik,alergi,autoimun,daninfeksi.Laki-laki,50tahun,datangdengankeluhanpenglihatanpadamata
kiriberkurangsejak±1bulansebelummasukrumahsakit.Sekitar1bulansebelummasukrumahsakit,pasienmengeluh
mata kirinya terkena debu padi saat bekerja. Pasien menggosok-gosok matanya dan kemudian merasakan mata kirinya
menjadimerah,nyeri,silau,danberair.Padapemeriksaanfisikdidapatkankeadaanumumbaik,komposmentis,tekanan
o
darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5 C, dan pada status generalis tidak didapatkan
kelainan. Pada pemeriksaan oftalmologis okuli sinistra pasien tersebut didapatkan visus 1/∞, konjungtiva bulbi mixed
injeksi(+),korneakeruh,defek(+)Ø3mm,kameraokulianteriorsulitdinilai,danhipopion(+).Pasiendidiagnosissebagai
ulkus kornea okuli sinistra, dengan penatalaksanaan berupa edukasi untuk istirahat yang cukup, menghindari mata dari
paparan angin, debu, air dan tidak memegang mata yang meradang. Selain itu diberikan terapi medikamentosa berupa
siklopegik,antibiotikoral,dantopicaldananalgetik.Prognosispasieninisecaraumumbaik.
Katakunci:hipopion,kornea,ulkus
A50YearsOldManwithCornealUlcerandHypopion
Abstract
Cornealulcerisastateofthecorneapathologycharacterizedbythepresenceofsuppurativeinfiltratesandcornealdefects
resonated,discontinuityofcornealtissuethatcanoccurfromtheepitheliumtothestroma.InIndonesia,cloudingofthe
cornea ranks second in the cause of blindness. Corneal ulcers can be caused by trauma, toxic reactions, allergic,
autoimmune, and infectious. Male, 50 years old, complained of decreased vision in the left eye since ± 1 month before
enteringtheHospital.Patientscomplainthathislefteyeexposedtoricedustatworkaboutonemonthbeforeenteringthe
hospital. The patient rubbed his eyes and then felt her left eye becomes red, painful, glare, and watery. On physical
examinationfoundthegeneralconditionisingoodcondition,composmentis,bloodpressure110/80mmHg,heartrate
o
80x/min,respiratoryrate20x/min,thetemperature36,5 C,andthestatusgeneralistnoabnormalitiesfound.Ontheleft
oculi ophthalmological examination of these patients obtain edvisual acuity 1/∞, conjunctival bulbi: mixedinjection(+),
cornea:cloudy,defects(+)Ø3mm,cameraoculianterior:difficulttoassess,hypopyon(+).Patientsdiagnosedasacorneal
ulcerintheleftoculi,withtheformofmanagementeducationforsufficientrest,avoidingtheeyesfromexposuretowind,
dust, water, and do not hold the inflamed eye. In addition, medical therapy is given in the form of siklopegik, oral and
topicalantibiotics,andanalgesics.Thepatient'sprognosisisgenerallygood.
Keywords:corneal,hypopion,ulcer
Korespondensi:FriscaFebeLumbanGaol,S.Ked,alamatJl.SumantriBrojonegoroNo.12AsramaTiaraBandarLampung,HP
081369928474,[email protected]
Pendahuluan
Kerusakan pada sel-sel endotel kornea
akan menyebabkan edema kornea dan
hilangnya sifat transparan dari kornea yang
akanbertahanlamakarenapotensiperbaikan
fungsi endotel yang terbatas. Akan tetapi,
cedera pada epitel kornea hanya akan
menyebabkan edema lokal sesaat yang akan
menghilang dengan beregenerasinya sel-sel
epitelkorneatersebut.1
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|76
Korneamerupakanselaputbeningmata
yang berfungsi sebagai membran pelindung
dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat kornea yang tembus
cahaya disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgesens. Kornea
terdiri dari 5 lapis, yakni: epitel gepeng,
membran bowman, stroma, membran
descement,danendotel.18,23,24
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
19
Gambar1.AnatomiKornea Ulkuskorneamerupakansuatukeadaan
patologi kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea
bergaung,diskontinuitasjaringankorneayang
dapat terjadi dari epitel hingga stroma
kornea.2,3,11
Ulkus kornea merupakan masalah
kesehatan mata yang menempati urutan
kedua dalam penyebab utama kebutaan
setelah katarak.13 Ulkus kornea disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri,
jamur, dan virus dan apabila kekeruhan
tersebut terlambat didiagnosis atau diterapi
secara tidak tepat akan mengakibatkan
kerusakan pada stroma kornea dan
meninggalkan jaringan parut. Faktor
predisposisi terjadinya ulkus kornea antara
lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa
kontak, kekurangan gizi, adanya kelemahan
atau gangguan pada permukaan mata, dan
yang kadang-kadang tidak diketahui
penyebabnya.3,10,12,13,17,22
Kasus
Pasien laki-laki, 50 tahun, pekerjaan
petani, datang ke Poliklinik Mata dengan
keluhanpenglihatanpadamatakiriberkurang
sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan disertai dengan mata merah, nyeri,
silaudanterasaberair.Menurutpasien,sejak
10 hari sebelum masuk rumah sakit tampak
bercak putih pada mata sebelah kiri disertai
dengan keluhan nyeri yang semakin hebat.
Bintik putih tersebut semakin lama semakin
membesar hingga saat diperiksa pasien tidak
lagidapatmelihatmenggunakanmatakirinya.
Sekitar satu bulan sebelum masuk
rumah sakit, pasien mengeluh mata kirinya
terkena debu padi saat bekerja. Pasien
menggosok-gosok matanya dan kemudian
merasakanmatakirinyamenjadimerah,nyeri,
silaudanberair.Pasienberobatkedokter,lalu
keluhan berkurang. Namun, dua minggu
setelahnyapasienmerasakanadabercakputih
padamatakirinyadisertaidengannyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum baik, compos mentis,tekanan
darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5oC. Pada
status
generalis
tidak
didapatkan
kelainan.Padastatusoftalmologisokulidextra
tidak didapatkan kelainan.Pada status
oftalmologis okuli sinistra didapatkan visus:
1/∞, palpebra superior: edem (+), palpebra
inferior: spasme (+), bulbus oculi: ortoforia,
eksoftalmus (-), endoftalmus (-), konjungtiva
bulbi: mixed injeksi (+), konjungtiva fornix:
hiperemis(+),konjungtivapalpebra:hiperemis
(+), kornea: keruh (+), defek (+) Ø 3 mm
(pemeriksaan
menggunakan
kaca
pembesar/LUP), kamera okuli anterior sulit
dinilai, hipopion (+), iris, pupil dan lensa sulit
dinilai, tensio oculi dalam batas normal,
sistem kanalis lakrimalis diperiksa secara
digitalnormal.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|77
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
Gambar2.UlkusKorneaOkuliSinistra
Diagnosis kerja pada pasien adalah
ulkus kornea okuli sinistra. Terapi yang
diberikan berupa terapi non-medikamentosa
yaitu istirahat yang cukup, menghindari mata
dari paparan angin, debu, air, dan tidak
memegang mata yang meradang. Sedangkan
terapi medikamentosa berupa sikloplegik
yaituatropinsulfat0,5%eyedrops4gttIokuli
sinistra, antibiotik topikal berupa levofloxacin
eye drops 6 gtt I okuli sinistra, antibiotik
sistemikberupaciprofloxacintablet2x500mg
selama5hari,analgetiksistemikberupaasam
Mefenamat tablet 3x500 mg atau sampai
nyeri mata hilang. Prognosis pasien ini secara
umumbaik.
Pembahasan
Ulkus kornea merupakan hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea.4,14 Gejala klinis pada ulkus
korneasecaraumumdapatberupapenurunan
visusdisertaidenganmatayangmerah,nyeri,
silau, dan berair. Adanya riwayat trauma
sebelumnya,
semakin
memperjelas
4,5,6,7
kemungkinansuatuulkus.
Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 50
tahundengankeluhanpenglihatanpadamata
kiriberkurangsejak±1bulansebelummasuk
rumah sakit. Sejak 10 hari sebelum masuk
rumah sakit, pada mata sebelah kiri pasien
tampak bercak putih disertai dengan keluhan
nyeri yang semakin hebat. Bintik putih
semakin membesar tiap harinya hingga saat
diperiksa pasien tidak lagi dapat melihat
menggunakanmatakirinya.
Sekitar 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengeluh mata kirinya terkena
debu padi saat bekerja. Pasien menggosokgosok matanya dan kemudian merasakan
mata kirinya menjadi merah, nyeri, silau, dan
berair.
Dari uraian di atas, keluhan yang
muncul sesuai dengan gambaran klinis ulkus
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|78
kornea dimana mata terasa memerah, nyeri
dan berair. Sebagian besar lesi pada kornea,
baik superficial maupun profunda, dapat
menyebabkan nyeri dan fotofobia karena
kornea memiliki banyak serat nyeri.5,15 Rasa
sakit ini diperberat dengan gesekan palpebra
terutamapalpebrasuperiorpadakornea.5
Lesidikorneajugadapatmenyebabkan
penglihatan yang kabur, terutama bila lokasi
lesi yang berada di sentral. Fotofobia terjadi
akibat kontraksi iris yang mengalami
peradangan. Dilatasi pembuluh darah iris
merupakan refleks akibat iritasi dari ujung
sarafkornea.5,15
Pada mata kiri pasien terdapat bintik
putih yang semakin lama semakin membesar.
Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan
berwarna putih pada kornea dengan defek
epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein
akanberwarnahijauditengahnya.4
Ada dua faktor utama yang
menyebabkan terjadinya ulkus kornea, yakni
kerusakanpadaepitelkorneadaninfeksipada
bagian kornea yang mengalami erosi
tersebut.16 Kerusakan epitel kornea dapat
disebabkan trauma akibatbenda asing, silia
dengan arah yang salah, trauma kecil pada
penggunaan lensa kontak, kekeringan epitel
pada xerosis, dan keratomalacia yang dapat
menyebabkan
nekrosis
pada
epitel
kornea.3,10,12,13,16
Perubahan-perubahan yang terjadi
akibat kerusakan dari epitel kornea dapat
dideskripsikanmenjadi4tahap,yakni:16
1.
Tahap progresif infiltrasi. Infiltrasi PMN
dan/ataulimfositkedalamepitelterjadi
padatahapini.
2.
Tahap ulserasi aktif. Nekrosis dan
pengelupasan dari epitelium, membran
Bowman dan stroma kornea terjadi
pada fase ulserasi aktif. Adanya
akumulasieksudatpurulenpadakornea
yang disebabkan oleh hiperemia dari
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
jaringan pembuluh darah sirkumkornel.
Dapat terjadi kongesti vaskular iris dan
badan silier akibat toksin yang diserap
dari ulkus. Kadang disertai dengan
hipopion yang terjadi akibat eksudasi
dari pembuluh darah iris dan badan
silierkebilikmatadepan.Ulserasidapat
meluas atau semakin dalam yang
menyebabkan
perforasi
atau
descemetocele.
Gambar3.TahapdariUlkusKorneaLokal
3.
Tahap regresi. Tahap ini diinduksi
mekanisme
defensif
host
dan
tatalaksana yang mendukung respon
host normal. Di sekitar ulkus terdapat
garis pembatas yang terdiri dari
leukosit. Kadang proses ini disertai
dengan vaskularisasi superfisial yang
dapat menyebabkan peningkatan
responimun.Padatahapiniulkusmulai
sembuhdanepitelmulaitumbuh.
4.
Tahap sikatrik. Penyembuhan berlanjut
menjadi epitelisasi progresif. Stroma
menebal dan memenuhi bagian bawah
epitel sehingga menekan permukaan
epitel ke arah anterior. Tahap sikatrik
dari proses penyembuhan berbedabeda. Ulkus yang sangat superfisal dan
hanya melibatkan epitel akan sembuh
tanpa meninggalkan opasitas. Ulkus
yang melibatkan membran Bowman
dan lamela stroma superfisial akan
membentuk nebula. Pada ulkus yang
mengenai sepertiga, bahkan lebih dari
sepertiga stroma kornea, akan
menimbulkan makula dan leukoma
padaprosespenyembuhannya.
Pada anamnesis diketahui bahwa mata
pasienpernahterkenadebupadisaatbekerja.
16
Inimenandakanadanyariwayattraumaakibat
benda asing sebelumnya. Ulkus kornea
biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma
ringanyangmerusakepitelkornea.4,16
Pada
pemeriksaan
oftalmologis,
ditemukanadanyaepifora,injeksikonjungtiva,
injeksisiliaris,injeksiepisklera,korneaedema
terdapat infiltrat serta gambaran defek
bergaungberwarnaputih.4,5,6,7
Pada status oftalmologis okuli sinistra
pasiendidapatkanvisus1/∞.Lesipadakornea
umumnya
mengaburkan
penglihatan,
5
terutama jika terletak di sentral. Konjungtiva
bulbi mixed injeksi (+), konjungtiva forniks
hiperemis(+),konjungtivapalpebrahiperemis
(+). Kornea keruh (+), defek (+) Ø 3 mm,
kamera oculi anterior dangkal, dan hipopion
(+). Hipopion dapat terjadi karena adanya
eksudasi dari pembuluh darah iris dan badan
silierkebilikmatadepan.16
Ulkus kornea dapat disebabkan oleh
trauma, infeksi, reaksi toksik, alergi, dan
autoimun.Penyebabinfeksipadaulkuskornea
adalah
bakteri
(Pseudomonas
dan
Staphylococcus), jamur (Fusarium dan
Candida), parasit (Acanthamoeba), dan virus
(Herpes simplex). Selain radang dan infeksi
penyebab lain ulkus kornea ialah defisiensi
vitamin A, lagoftalmus akibat parese saraf ke
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|79
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
VIII,lesisarafkeIIIatauneurotrofik,danulkus
mooren.2,4,7
Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2
bentukulkuskornea,yaitu:4
1.
Ulkuskorneasentral
a. Ulkus kornea bakterialis. Biasanya
kokus gram positif, Staphylococcus
aureus
dan
Streptococcus
pneumoniaakan
memberikan
gambaran ulkus yang terbatas,
berbentuk bulat atau lonjong,
berwarna putih abu-abu pada anak
tukak yang supuratif. Bila ulkus
disebabkan pseudomonas maka
ulkus akan terlihat melebar dengan
cepat, bahan purulen berwarna
kuning hijau terlihat melekat pada
permukaanulkus.20,22
b. Ulkus kornea fungi. Bila ulkus
disebabkan oleh jamur maka
infiltrat akan berwarna abu-abu
dikelilingi infiltrat halus di
sekitarnya(fenomenasatelit).
c.Ulkus kornea virus. Ulkus yang
disebabkan oleh virus akan
memberikan
gambaran
ulkus
berbentuk dendrit dan akan
terdapathipestesipadakornea.
d. Ulkuskorneaacanthamoeba
2.
Ulkuskorneaperifer
a. Ulkus marginal. Bentuk ulkus
marginal dapat simpel atau cincin.
Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu
dan
terdapat
pada
infeksi
stafilococcus,toksikataualergi,dan
gangguan sistemik pada influenza
disentri basilar gonokok arteritis
nodosa,danlain-lain.
b. Ulkus
mooren
atau
ulkus
serpinginosa kronik/ulkus roden.
Merupakan ulkus yang berjalan
progresifdariperiferkorneakearah
sentral. Sering menyerang seluruh
permukaan kornea dan kadang
meninggalkansatupulauyangsehat
padabagianyangsentral.
c.Ulkus cincin atau ring ulcer. Terlihat
injeksiperikornealsekitarlimbus.Di
kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir
kornea, di dalam limbus, bisa
dangkalataudalam,kadang-kadang
timbulperforasi.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|80
Diagnosisdapatditegakkanberdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp, dan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium berguna untuk membantu
membuat diagnosa kausa.Pemeriksaan jamur
dilakukan dengan sediaan hapus yang
memakai larutan KOH. Pemeriksaan bakteri
dilakukan dengan kerokan kornea dan
pemeriksaanmikrobiologigram,kultur,danuji
resistensi.4,6,7,8,21
Pada pasien tersebut belum dilakukan
pemeriksaan penunjang karena pemeriksaan
ini dilakukan saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit. Untuk pemeriksaan penunjang
mungkin akan dilaksanakan ketika pasien
dalamruangperawatan.
Berdasarkan keluhan utama dari
penderita,
yaitu
adanya
penurunan
penglihatan disertai dengan mata merah,
maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya
ulkuskornea,keratitis,glaukomaakut,uveitis
anterior,danendofthalmitis.1
Berdasarkan
riwayat
perjalanan
penyakit, terdapat riwayat kemasukan debu
padi pada mata kiri pasien yang kemudian
dikucek oleh pasien hingga mata kiri menjadi
merah, nyeri, silau dan berair. Penderita juga
mengeluhadanyabintikputihpadamatayang
timbulsetelahkejadian.Diagnosisyangsangat
memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus
korneadankeratitis.4
Diagnosis glaukoma akut dapat
disingkirkan karena tidak ada riwayat
penurunan penglihatan tidak terjadi secara
tiba-tiba dan tidak disertai dengan nyeri
kepala hebat. Kemungkinan diagnosis uveitis
anterior juga dapat disingkirkan karena pada
penderita ini ditemukan adanya infiltrat dan
gambarantukakdikorneayangmenunjukkan
bahwa ini adalah bukanmurni suatu uveitis
anterior.
Diagnosis
endofthalmitis
dapat
dipikirkan karena terdapat faktor penyebab
berupa ulkus kornea. Akan tetapi, segmen
posterior tidak dapat dinilai, sehingga
diagnosis endofthalmitis tidak dapat
ditegakkansecarapasti.4
Pengobatan umumnya untuk ulkus
kornea adalah dengan siklopegik, antibiotika
yang sesuai topikal dan subkonjungtiva, dan
pasien dirawat bila mengancam perforasi,
pasientidakdapatmemberiobatsendiri,tidak
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
terdapat reaksi obat, dan perlunya obat
sistemik.1,4,18,19
Pasien ini mendapatkan terapi
sikloplegik berupa Atropin Sulfat 0,5% Eye
Drops 4 gtt I Okuli Sinistra dan antibiotik
topikal berupa Levofloxacin Eye Drops 6 gtt I
Okuli Sinistra. Pasien tersebut juga
mendapatkan antibiotik sistemik yakni
Ciprofloxacin tablet sebanyak 2x500 mg
selama 5 hari, dan analgetik sistemik, Asam
Mefenamat tablet 3x500 mg (sampai nyeri
matahilang).
Pasien tersebut telah mendapatkan
pengobatan umum yang sesuai untuk ulkus
kornea. Pada kasus ini, pasien mendapatkan
terapi tambahan berupa antibiotik sistemik
dan analgetik sistemik. Alasan pemberian
antibiotik sistemik adalah untuk upaya
pencegahan atau preventif terhadap infeksi
lebih lanjut. Analgetik sistemik diberikan
karena pasien mengeluhkan nyeri yang
semakin hebat. Pasien ini dirawat dengan
alasan pasien tidak dapat memberikan obat
sendiridanterancamperforasi.
Pengobatan pada ulkus kornea
bertujuan untuk menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi
reaksi radang dengan steroid.Secara umum
ulkus diobati sebagai berikut:4 Tidak boleh
dibebat, karena akan menaikkan suhu
sehingga akan berfungsi sebagai inkubator,
sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu
hari, diperhatikan kemungkinan terjadinya
glaucoma sekunder, dan debridement sangat
membantu
penyembuhan.
Diberikan
antibiotika yang sesuai dengan kausa.
Biasanyadiberilokalkecualikeadaanberat.
Prognosis ulkus kornea tergantung
pada tingkat keparahan, cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme
penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi
yang timbul. Ulkus kornea yang luas
memerlukan waktu penyembuhan yang lama,
karenajaringankorneabersifatavaskular.9
Prognosis pada kasus ini, ad vitam
baik karena tidak mengancam kematian, ad
functionam kearah baik karena visusnya
kemungkinan bisa kembali normal dan letak
ulkus berada di perifer sehingga tidak begitu
mengganggu
pembiasan
cahaya
ke
pupil.Selain itu, ulkus hanya mengenai satu
bola mata (unilateral), sehingga pasien tidak
akan kehilangan fungsi penglihatannya.
Prognosis adsanationamnya juga kearah baik
karenatentunyasaatpenglihatansudahpulih
kembali tidak akan mengganggu dalam
aktivitasbekerjapasien.
Simpulan
Pasien Tn. A, laki-laki berusia 50 tahun
didiagnosis berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksan fisik yaitu ulkus kornea okuli
sinistra. Etiologi belum diketahui secara pasti
karena harus didukung dengan pemeriksaan
sediaan apus swab kornea. Terapi yang telah
diberikan berupa antibiotik oral dan topikal,
analgetik,dansikloplegik.
DaftarPustaka
1. EvaPR,WhitcherJP.VaughandanAsbury
opthalmologiumum.Edisike-17.Jakarta:
EGC.2012.hlm.76-89.
2. Eltis M. Contact lens related microbial
keratitis: case report and review. J
Optom.2011;4(4):122-127.
3. Gondhowiardjo TD, Simanjuntak GW.
Menejemen klinis Perdami. Jakarta: PP
Perdami.2006.hlm.17-34.
4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata.
Edisike-4.Jakarta:BalaiPenerbitanFKUI.
2012.hlm.145-167.
5. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at a
glance.Massachusetts:BlackwellScience.
2005.hlm.29-39.
6. UpadhyayMP,SrinivasanM,WhitcherJP.
Managing corneal disease: focus on
suppurative keratitis. Community Eye
HealthJournal.2009;22(71):39-41.
7. Afshari NA, Mah FR, Tu EY, Tuli SS.
Confronting corneal ulcers: pinpointing
etiology is crucial for treatment decision
making.2012.hlm.45-52.
8. Sutphin JE. External disease and cornea.
San Francisco: American Academy of
Ophthalmology.2007.hlm.45-47.
9. American Academy of Ophtalmologi.
Infectious disease of external eyes.
Clinicalaspects.SanFransisco.2008.hlm.
185-187.
10. Narsani AK, Jatoi SM, Lohana MK, Dabir
SA, Gul S, Khanzada MA. Hospital Base
Epidemiology,
risk
factors
and
microbiological diagnosis of bacterial
corneal ulcer. Int J Ophthalmol. 2009;
2(4):362-366.
11. Ibrahin YW, Boase DL, Cree IA. Incidence
of
infectious
corneal
ulcers,
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|81
Frisca|Pria50TahundenganUlserasiKorneadanHipopion
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
portsmouthstudy uk. J Clinic Experiment
Ophthalmol.2012.hlm.1-4.
Ahmed S, Ghosh A, Tarafder S, Miah
MRA. Predisposing factors and aetiologic
diagnosis of infectious corneal ulcer.
Bangladesh J Med Microbiol. 2010;
04(1):28-31.
Shanthi J, Vanaja PR, Balagurunathan R.
Laboratory diagnosis and prevalence
studyofcornealinfectionsfromatertiary
eye care hospital. Advances in Applied
ScienceResearch.2012;3(3):1598-1602.
Gaurav SS, Ashish K. Clinical study of
causativemicrobialagentsofsuppurative
keratitis case in rural area. International
Journal of Medical Research and Health
Sciences.2013;2(1):59-62.
Eva PR, Whitcher JP. 2012. Vaughan &
Asbury’sOphthalmologi.Edisike-17.USA:
TheMcGrawHillCompany.2007.
Khurana
AK.
Comprehensive
Ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi:
New Age International (P) Limited
Publisher.2007.
Katara RS, Patel ND, Sinha M. A Clinical
Microbiological Study of Corneal Ulcer
Patients at Western Gujarat, India. Acta
MedicaIranica.2013;51(6):399-403.
Kanski JJ, Bowling B. Clinical
ophthalmology: a systemic approach.
Edisike-7.USA:SaundersElsevier.2011
JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|82
19. WippermanJL,DorschJN.Evaluationand
Management of Corneal Abrasions.
American Family Physician. 2013;
87(2):114-120.
20. SuekeH,ShankarJ,NealTJ,HorsburghM,
GilbertR,KayeSB.Newdevelopmentsin
antibacterial chemotherapy for bacterial
keratitis.
Springer-Verlag
Berlin
Heidelberg.2013.hlm.19-35.
21. Sharma K, Mehta S, Singh VA, Jamwal S,
SharmaT,ManjhiPK.Aprofileofcorneal
ulcers-2yearsstudyfromruralhospital,
Haryana. IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences (IOSR-JDMS). 2014;
13(11):94-97.
22. Wong RLM, Gangwani RA, Yu LWH, Lai
JSM. Review article: new treatments for
bacterial
keratitis.
Journal
of
Ophtalmology.2012.hlm.1-7
23. Ruberti JW, Roy AS, Roberts. Corneal
structure and function. Corneal
Biomechanics and Biomaterials. 2011;
13:269-295.
24. Gandhi S, Jain S. The Anatomy and
physiology of cornea. Springer-Verlag
BerlinHeidelberg.2015.
25. Teichmann J, Valtink M, Nitschke M,
GrammS,FunkRHW,EngelmannK,etal.
Tissue engineering of the corneal
endothelium: a review of carrier
materials. Journal of Functional
Biomaterials.
2013;
4:178-208.
Download