Laporan Tugas Akhir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang P4S Makin Makmur merupakan sebuah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya Makin Makmur. P4S Makin Makmur berada dibawah naungan dari BBPP Lembang. Kegiatan yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur adalah kegiatan penyuluhan kepada petani di sekitar Desa Wangunsari, budidaya tanaman hortikultura terutama sayuran dataran tinggi, peternakan, dan pengolahan tahu. Tanaman hortikultura yang dibudidayakan di P4S Makin Makmur adalah tanaman sayuran dataran tinggi meliputi selada crop, labu zucchini, cabai, tomat, mentimun jepang, brokoli, selada. Salah satu sayuran ekslusif yang dibudidayakan di P4S Makin Makmur adalah labu zucchini. Labu zucchini disebut dengan tanaman ekslusif disebabkan peluang pasar untuk labu zucchini tersebut masih terbatas pada konsumen di kotakota besar. Dalam beberapa tahun terakhir ini, konsumen di kota-kota besar mulai menggemari sayuran ekslusif, terutama aneka sayuran Jepang. Masyarakat Indonesia sebenarnya telah lama mengenal aneka jenis sayuran ekslusif asal Jepang, hanya namanya saja yang berbeda. Aneka jenis sayuran ekslusif Jepang yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah (1) Daikon yaitu lobak berumbi besar, (2) Kyuuri yaitu mentimun, (3) Nasubi yaitu terung ungu, (4) Edamame yaitu kedelai, dan (5) Zucchini yaitu labu sucini (Rukmana,1998). Peluang pasar untuk sayuran Jepang dan Korea masih terbuka lebar seiring dengan bermunculan restoran Jepang dan Korea. Di Indonesia ada sekitar 55 restoran Jepang yang dapat dijadikan pasar potensial (Astari, 2011). Pada Program Studi Agribisnis 1 Laporan Tugas Akhir kenyataannya tidak banyak petani yang menanam sayuran Jepang dan Korea tersebut karena permintaan pasar akan tanaman sayuran tersebut tidak banyak dan biasanya petani membudidayakan jika distributor meminta labu zucchini dalam jumlah banyak karena tanaman labu zucchini di Lembang masih merupakan tanaman orderan. Disebut sebagai tanaman orderan disebabkan labu zucchini akan dibudidayakan oleh petani jika permintaan pasar labu zucchini dalam jumlah banyak dan jika permintaan pasar sedikit maka hanya beberapa petani yang membudidayakan dan yang berkeinginan saja. Peredaran tanaman labu zucchini baru sebatas di restoran, hotel terkemuka dan sebagian pasar swalayan. Petani yang menanam labu zucchini sampai saat ini belum begitu banyak, hanya di daerah pertanian tertentu saja. Di Jawa Barat misalnya, baru daerah Cikole, Lembang, Cipanas, dan Cianjur. Itupun penanamannya hanya sebagai tanaman pendamping atau tumpang sari (Astari, 2011). Walaupun penanamannya dilakukan secara khusus untuk labu zucchini, para petani tetap harus memperhatikan pasarnya terlebih dahulu dengan memastikan bahwa ada pasar yang menerima produknya tersebut agar petani tidak dirugikan. P4S Makin Makmur melakukan budidaya labu zucchini di lahan selada crop disebabkan permintaan untuk labu zucchini tidak banyak dan labu zucchini merupakan tanaman orderan sehingga P4S Makin Makmur hanya membudidayakan labu zucchini sebagai tanaman pendamping di lahan selada crop. Salah satu teknik budidaya yang dapat digunakan oleh petani di Indonesia adalah dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak dan pada umumnya masyarakat awam menyebut mulsa plastik hitam perak dengan sebutan “MPHP”. Program Studi Agribisnis 2 Laporan Tugas Akhir Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan. Biaya awal yang biasanya dikeluarkan oleh petani seperti biaya pembelian MPHP dan pemupukan secara total yang dilakukan sebelum penanaman. Penggunaan mulsa plastik hitam perak pada budidaya labu zucchini dapat meningkatkan hasil dan pendapatan (Wardjito, 2001). Saat ini penggunaan mulsa plastik hitam perak sudah hampir menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses produksi tanaman sayuran. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis mulsa pada berbagai jenis tanaman secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil awal dan total hasil dari berbagai tanaman, meningkatkan kualitas hasil tanaman dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi usaha tani itu sendiri (Wardjito, 2001). Lembang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Lembang berada pada ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut. Titik tertingginya ada di puncak Gunung Tangkuban Parahu. Sebagai daerah yang terletak di pegunungan, suhu rata-rata berkisar antara 17°C-27 °C. Lembang merupakan daerah pertanian yang terkenal dan terdapat di utara Kota Bandung. Hasil-hasil pertanian yang dihasilkan menopang berbagai kebutuhan pokok untuk Kota Bandung. Hasil-hasil pertanian dari Lembang berupa teh, sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Para petani di Lembang, pada umumnya menggunakan mulsa plastik hitam perak untuk budidaya pada tanaman sayuran. Penggunaan mulsa plastik hitam perak tersebut dikarenakan tanah di daerah Lembang merupakan tanah yang subur sehingga akan mengakibatkan mudahnya tanaman liar pengganggu tanaman Program Studi Agribisnis 3 Laporan Tugas Akhir seperti gulma untuk tumbuh disekitar tanaman, sehingga dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi pertumbuhan gulma disekitar tanaman dan dapat mengurangi tenaga kerja dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Hasil produksi yang diperoleh juga lebih maksimal dibanding jika tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini adalah: 1. Mendeskripsikan proses budidaya dan finansial tanaman labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan MPHP di P4S Makin Makmur. 2. Menganalisis efisiensi biaya budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP di P4S Makin Makmur. Program Studi Agribisnis 4 Laporan Tugas Akhir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditi Labu Zucchini Menurut Astari (2011), zucchini (Curcubita pepo L) tergolong kedalam keluarga labu namun bentuknya sepintas serupa dengan mentimun. Sayuran yang terkenal dengan “Summer Squash” ini memiliki permukaan halus, berwarna hijau atau kuning, bahkan ada yang bergaris ataupun berbintik. Tanaman labu zucchini tumbuh tegak seperti tanaman labu pada umumnya. Tanaman yang memiliki tinggi antara 25 sampai 40 cm ini memiliki tangkai daun panjang, berbentuk hampir silindris dengan pangkal membesar, dan helai daun bulat yang menjari. Bunga labu zucchini yang berwarna kuning keluar dari daerah antara batang utama dengan tangkai daun. Labu zucchini ini mengandung vitamin C, mangan, magnesium, vitamin A, kalium, kalsium, besi, folat, tembaga, riboflavin, niasin, dan fosfor. Dalam 100 gram labu zucchini terkandung 1,6 gram serat; protein 0,9 gram; lemak 0,3 gram, karbohidrat 4,3 gram; dan kalori sebanyak 20 kalori. Labu zucchini sangat baik dikonsumsi ketika menjalani program diet karena labu zucchini rendah kalori dan lemak. Serat yang terkandung dalam labu zucchini mampu mengikat zat karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker di dalam tubuh (Rukmana, 1998). Gambar 1. Buah labu zucchini Program Studi Agribisnis 5 Laporan Tugas Akhir 2.1.1 Perkembangan labu zucchini dalam pasar pertanian nasional Menurut Astari (2011), labu zucchini merupakan salah satu jenis sayuran baru di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan karena belum banyak petani yang mengembangkan labu zucchini, hanya dibeberapa daerah saja seperti Cikole, Lembang, Cipanas, dan Cianjur. Pada awalnya labu zucchini ini hanya ditanam di daerah subtropis, namun setelah adanya berbagai inovasi labu zucchini bisa dikembangkan didaerah beriklim tropis salah satunya Indonesia, dengan kualitas produk yang lebih baik. Selain dapat dikonsumsi dalam masakan segar, labu zucchini dapat dijadikan asinan yang dikemas dalam kemasan kalengan atau botol. Hal ini merupakan peluang baru di bisnis makanan olahan yang dikembangkan secara agroindustri. Menurut Ditjen Hortikultura (2009), konsumsi sayuran di Indonesia terus meningkat. Tingkat konsumsi sayuran perkapita sebesar 37,59 kilogram perkapita per tahun (2008) menjadi 54,75 kilogram perkapita per tahun. Maka kebutuhan sayur yang belum dapat dipenuhi sebesar 17,16 kilogram perkapita per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk pengembangan sayuran masih besar. 2.1.2 Karakteristik labu zucchini Bentuk buah labu zucchini impor ini, sepintas seperti mentimun hijau, baik warna kulit maupun besarnya. Hanya saja bedanya, labu zucchini memiliki tangkai buah lebih besar, besarnya hampir sama dengan pangkal buahnya, panjang buah labu zucchini antara 15 cm - 30 cm dengan diameter 4 cm - 10 cm. Sedangkan bobotnya ada yang mencapai 500 gram lebih paling kecil bobotnya 200 gram (Rukmana, 1998). Program Studi Agribisnis 6 Laporan Tugas Akhir Buahnya muncul pada setiap ketiak daun, yang tumbuh di sekeliling pohon. Uniknya, meski berbuah sangat lebat tetapi pohonnya tidak merambat, paling panjang hanya 70 cm. Buah Labu zucchini sangat bagus dan menarik karena memiliki kulit sangat beragam. Warna buahnya ada yang hijau muda, hijau tua dengan kulit mengkilap, ada yang hijau bintik-bintik putih seperti mentimun. Warna buah yang sangat favorit, di pasaran adalah warna kuning cerah mengkilap, sehingga harganya pun unggul. Selain itu, buah labu zucchini yang tidak merambat ini memiliki biji agak bulat dan pipih mirip dengan biji labu besar, bijinya oleh produsen bibit dijadikan sebagai bahan pembibitan yang baik (generatif). Pada umumnya buah labu zucchini ini, dipanen pada saat masih muda, sedangkan bila dipanen dan dikonsumsi sudah tua kurang banyak diminati karena memiliki rasa yang kurang enak. Sebab bila dipanen telah tua, dagingnya keras dan banyak serat. Sedangkan daging labu zucchini ini sangat tebal, dengan warna putih bersih dan banyak mengandung air (Anonim, 2012). Gambar 2. Tanaman labu zucchini dengan MPHP Program Studi Agribisnis 7 Laporan Tugas Akhir 2.1.3 Klasifikasi tanaman labu zucchini Menurut Rukmana (1998), dalam ilmu tumbuh-tumbuhan (botani) tanaman labu zucchini termasuk kedalam labu-labuan (Cucurbitaceae). Kedudukan tanaman labu zucchini dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Cucurbita Spesies : Cucurbita pepo L. Nama umum labu zucchini adalah “summer squash”, yakni jenis labu besar untuk ditanam pada musim panas. Labu besar yang umum ditanam pada musim dingin adalah “winter squash”. Di Indonesia labu zucchini disebut “labu sucini”. Labu zucchini populer disebut “labu sayur”, Karena pada umumnya dijadikan bahan sayur-sayuran. Karakteristik (ciri khas) dari tanaman labu zucchini adalah sebagai berikut : 1. tumbuhnya tidak merambat 2. buah berbentuk bulat panjang seperti mentimun 3. umumnya buah dipanen muda untuk bahan sayur Program Studi Agribisnis 8 Laporan Tugas Akhir 2.1.4 Morfologi tanaman labu zucchini Menurut Rukmana (1998), tanaman labu zucchini tumbuh tegak setinggi 25 cm – 40 cm atau lebih. Seluruh bagian tanaman banyak mengandung air (herbaceous). Pangkal batang tidak tampak karena tertutup oleh tangkai daun yang tumbuh di sekeliling batang. Tangkai daun umumnya berukuran panjang, bentuknya bulat memanjang, tumbuh tegak pada kemiringan 300 – 450 dari letak batang, dan permukaan kulit tangkai berbulu atau berduri-duri kecil. Daun labu zucchini umumnya berukuran lebar yang tumbuh pada ujung tangkai dan melekat secara tunggal. Bentuk daun bervariasi, antara lain menjari, agak bulat, atau bulat bergerigi. Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau tua dan permukaannya berduri kecil (Rukmana, 1998). Bunga labu zucchini berwarna kuning hingga kuning kemerahan. Bunga tanaman ini memiliki 5 kelopak, pada bagian pangkalnya terdapat gelembung yang merupakan bakal biji. Fase generatif ditandai dengan tumbuhnya bunga dari ketiak dasar tangkai daun. Kemudian, sebagian bunga menjadi buah dan sebagian lagi layu (berguguran). Tiap tanaman labu zucchini dapat menghasilkan 5 – 50 buah atau lebih, tergantung pada varietas dan kesuburan tanah (Rukmana, 1998). Calon buah terletak di belakang mahkota bunga sehingga jika calon buah tumbuh maka mahkota bunga akan terdorong dan akhirnya menempel pada ujung buah (Imdad dan Abdjad, 2001). Buah labu zucchini berbentuk panjang lonjong, mirip buah mentimun. Panjang buah sekitar 15 cm -23 cm, dengan diameter 4 cm – 8,5 cm, dan berat tiap buah sekitar 200 gram – 400 gram. Buah labu zucchini tumbuh pada ketiak daun disekeliling batang. Penampilan buah labu zucchini amat menarik karena warna kulit buah amat bervariasi. Ada yang berwarna hijau Program Studi Agribisnis 9 Laporan Tugas Akhir muda atau hijau tua polos mengilap, ada yang berwarna hijau berbintik-bintik putih, dan terdapat juga varietas labu zucchini yang berkulit kuning cerah mengilap (Rukmana, 1998). Buah labu zucchini umumnya dipanen pada saat masih muda sebagai bahan sayur-mayur. Buah yang sudah tua memiliki rasa yang kurang enak karena sudah mengeras dan banyak berserat. Struktur buah terdiri atas empat bagian yakni kulit luar, daging buah, rongga buah, dan biji. Daging buah labu zucchini amat tebal, berwarna putih bersih, dan banyak mengandung air. Buah labu zucchini stadium tua akan membentuk rongga kecil dibagian tengah sebagai tempat melekat biji (Rukmana, 1998). Biji labu zucchini berbentuk agak bulat dan pipih mirip dengan biji labu besar. Biji dapat digunakan sebagai bahan perbanyak secara generatif (Rukmana, 1998). Di lingkungan tropis Indonesia, tanaman labu zucchini tumbuh semusim (annual). Produksi buah labu zucchini banyak dijual di pasar – pasar swalayan sebagai sayur ekslusif. Gambar 3. Benih labu zucchini Program Studi Agribisnis 10 Laporan Tugas Akhir 2.1.5 Syarat tumbuh a. Keadaan iklim Tanaman labu zucchini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang memiliki suhu minimal 180C – 240C dengan kelembaban udara 60%90%. Tanaman ini cocok ditanam pada lahan terbuka maupun green house (Rukmana, 1998). Di Indonesia, tanaman ini umumnya tumbuh subur pada dataran menengah (medium) sampai dataran tinggi (pegunungan) mulai dari ketinggian 600 meter sampai 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Bila ditanam pada dataran rendah, labu zucchini tumbuh kurang produktif, berbuahnya sangat rendah (Rukmana, 1998). Daerah yang bayak ditanami labu zucchini adalah Cipanas (Cianjur) dan Lembang (Bandung). Daerah tersebut umumnya berketinggian 1.000 m – 1.200 m dpl, bersuhu minimum 170 C – 180 C dan maksimum 230 C – 250 C, kelembaban udara (rH) 70% - 90%, dan curah hujan bulanan 190 mm – 250 mm, tergantung pada perubahan cuaca atau iklim (Rukmana, 1998). b. Keadaan tanah Daerah pegunungan (dataran tinggi) umumnya mempunyai jenis tanah andosol. Tanah jenis andosol paling baik untuk tanaman labu zucchini, asalkan keadaannya subur, gembur, aerasi dan drainasenya baik, banyak mengandung bahan organik (humus), dan mempunyai reaksi tanah (pH) antara 5,5 – 6,8 (Rukmana, 1998). Karakteristik tanah andosol ditandai dengan lapisan tanah bagian dalam (solum) cukup tebal antara 1 m – 2 m, berwarna hitam kelabu sampai cokelat tua, Program Studi Agribisnis 11 Laporan Tugas Akhir berstruktur remah, teksturnya debu atau lempung berdebu sampai lempung, pH tanah 5,0 – 7,0, kandungan bahan organik tinggi, dan produkstivitasnya sedang sampai tinggi. Tanah yang digunakan bercocok tanam sayuran dapat digilir (dirotasi) dengan tanaman labu zucchini (Rukmana, 1998). Dewasa ini terdapat kecenderungan (trend) pergeseran usaha tani sayuran dataran tinggi ke dataran menengah. Di dataran menengah umumnya dijumpai jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning (PMK). Kedua jenis tanah ini umumnya mempunyai sifat fisik kurang baik karena bereaksi masam dan kandungan haranya rendah. Oleh karena itu, tanah-tanah di dataran menengah pada ketinggian 300 m – 800 m dpl. Perlu pengelolaan yang baik dengan cara pemberian dosis pupuk organik cukup tinggi, pengolahan tanah secara sempurna, dan pengapuran tanah (limming) (Rukmana, 1998). 2.2 Aspek Produksi 2.2.1 Persiapan bahan tanaman dan penyemaian Menurut Rukmana (1998), tanaman labu zucchini umumnya diperbanyak secara generatif dengan biji. Dewasa ini benih labu zucchini hibrida banyak diperdagangkan di kios – kios atau toko sarana produksi pertanian sehingga para petani mudah untuk membelinya. Hal yang paling penting dalam persiapan bahan tanaman (benih) labu zucchini adalah sebagai berikut : a. tentukan varietas komersial, unggul, dan dapat beradaptasi dengan baik di dataran tropis Indonesia. b. perhatikan kemasan (label) benih pada rincian petunjuknya, terutama keterangan masa berlakunya benih, dan karakteristik lainnya. Program Studi Agribisnis 12 Laporan Tugas Akhir c. pilih benih yang baik, yakni ukurannya seragam, berkulit bernas, tidak keriput atau berbintik – bintik, dan tidak mengandung hama dan penyakit. Kebutuhan benih tiap satuan luas lahan ditentukan oleh varietas labu zucchini, jarak tanam, kesuburan tanah, dan sistem tanam. Sistem labu zucchini dapat ditanam secara langsung dengan benih di kebun (lapang) atau disemai dahulu di persemaian. Tiap gram labu zucchini berisi 10 – 20 butir sehingga tiap hektar lahan dibutuhkan sekitar 1,5 kg benih (sistem tanam langsung) atau hanya 0,5 kg benih (sistem semai) (Rukmana, 1998). Untuk memperoleh pertumbuhan bibit atau tanaman yang seragam, sebelum benih disemai atau ditanam langsung di kebun (lapangan) diperam terlebih dahulu hingga berkecambah. Cara pengecambahan benih labu zucchini adalah mula-mula benih direndam dalam air dingin atau air hangat bersuhu 550 C selama 15 – 30 menit. Kemudian benih ditiriskan dan diperam dalam lipatan kain atau kertas tisu yang dibasahi. Pemeraman benih dilakukan diruang gelap selama 2 – 3 hari, tergantung pada daya kecambah benih. Benih yang berkecambah atau bakal akar telah tumbuh sepanjang 2 mm – 4 mm dapat segera ditanam langsung di kebun atau disemai terlebih dahulu (Rukmana, 1998). Tata cara penyemaian benih (biji) labu zucchini meliputi tahap – tahap sebagai berikut : a. siapkan alat dan bahan yang terdiri dari polybag (kantong plastik) ukuran 10 cm x 8 cm yang telah dilubangi kecil bagian dasarnya, medium semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang halus (1:1) atau campuran tanah dengan pupuk Super TW plus (5:1), gembor, dan sarana penunjang lainnya. Program Studi Agribisnis 13 Laporan Tugas Akhir b. isi polybag dengan medium semai hingga cukup penuh, kemudian simpan secara berjajar dan teratur pada bedengan. c. siram medium semai dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah. d. semaikan benih (biji) labu zucchini satu per satu dalam polybag sedalam 1 cm – 1,5 cm. e. pasang sungkup berbentuk setengah lingkaran menutup permukaan bedengan. Tinggi sungkup minimal 50 cm dari permukaan bedengan, lalu tutup dengan atap dari lembaran plastik bening (transparan). Benih labu zucchini akan muncul ke permukaan medium persemaian pada umur 2 – 5 hari setelah semai. Bibit muda dipelihara dengan intensif selama kurang lebih 14 hari atau berdaun 3 – 5 helai (Rukmana, 1998). 2.2.2 Persiapan lahan Persiapan lahan untuk kebun labu zucchini dapat dilakukan dengan dua cara (metode), yaitu berupa bedengan nonmulsa dan bedengan bermulsa plastik hitam perak. Tata laksana persiapan lahan kebun labu zucchini adalah sebagai berikut (Rukmana, 1998) : a. Metode bedengan nonmulsa Tahap – tahap persiapan lahan berupa bedengan nonmulsa adalah : 1. Bersihkan lahan dari pepohonan, batu – batu kerikil, dan rumput – rumput liar (gulma). 2. Olah tanah sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur dengan cangkul atau bajak. 3. Kering-anginkan tanah tersebut selama minimal 15 hari untuk menguapkan gas-gas beracun dalam tanah. Program Studi Agribisnis 14 Laporan Tugas Akhir 4. Olah tanah kedua kalinya sambil dibentuk bedegan – bedengan selebar 120 cm – 150 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, dan jarak antarbedengan 60 cm – 70 cm. 5. Lakukan pemberian pupuk organik (kotoran ternak 20 ton/ha) dengan cara disebar merata bersama lapisan tanah atas ataupun dimasukkan ke tiap lubang tanam sebanyak 2 kg. 6. Ratakan atau rapikan kembali bedengan hingga siap ditanami. b. Metode bedengan bermulsa plastik Jenis mulsa plastik yang umum digunakan adalah mulsa plastik hitam perak (MPHP). Permukaan mulsa plastik yang berwarna hitam dipasang menutupi permukaan bedengan, sedangkan permukaan yang berwarna perak berada disebelah atas (Rukmana,1998). Keuntungan persiapan lahan dengan MPHP (Rukmana, 1998) adalah: Warna hitam mulsa plastik dapat menekan pertumbuhan gulma (rumput liar). Warna perak mulsa plastik dapat memantulkan kembali sinar matahari sehingga mampu mengendalikan serangan hama kutu daun (aphids) dan thrips. Mulsa plastik dapat mengurangi bahaya pencucian (erosi) tanah dan unsur hara tanpa penguapan zat makanan dari tanah akibat proses evapontranspirasi ataupun hujan. Pemberian pupuk anorganik secara dapat dilakukan secara total sebelum tanam. MPHP dapat mencegah risiko serangan penyakit busuk buah. Program Studi Agribisnis 15 Laporan Tugas Akhir Dapat menekan biaya pemeliharaan tanaman, terutama pengairan, penyiangan, dan pengendalian organisme hama penyakit. Dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil sehingga perakaran tanaman tumbuh leluasa dan normal. Waktu pemasangan MPHP yang paling baik adalah pada siang hari saat sinar matahari terik, agar mulsa plastik elastis dan menutup permukaan bedengan secara merata. Tata cara persiapan lahan sistem MPHP adalah (Rukmana,1998) : 1. Bersihkan lahan dari rumput liar dan pepohonan yang tidak berguna. 2. Olah tanah sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur dengan cangkul atau bajak, lalu kering-anginkan selama kurang lebih 14 hari. 3. Olah tanah kedua kalinya sambil membentuk bedengan – bedengan selebar 120 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan (maksimum 12 m), dan jarak antarbedengan 60 cm – 70 cm. 4. Sebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2, lalu campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas. 5. Sebarkan pupuk anorganik berupa campuran pupuk urea 500 kg/ha + TSP 300 kg/ha + KCL 300 kg/ha secara merata pada permukaan bedengan. Pupuk tersebut dicampur secara merata dengan lapisan tanah atas. 6. Siram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah agar pupuk larut ke dalam tanah. 7. Pemasangan MPHP dilakukan oleh dua orang, masing-masing pada posisi di ujung bedengan. Mulsa plastik yang berwarna hitam menutup permukaan tanah bedengan. Program Studi Agribisnis 16 Laporan Tugas Akhir 8. Biarkan bedengan bermulsa plastik kering – anginkan selama 3 – 5 hari agar unsur hara larut dan tidak toksis bagi bibit labu zucchini yang segera akan ditanam. 9. Buat lubang tanam dengan jarak 70 cm x 60 cm. Alat pelubang MPHP dapat berupa kaleng bekas susu bergagang yang diberi bara arang. Bedengan bermulsa plastik siap ditanami bibit labu zucchini. 2.2.3 Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Di daerah yang sumber airnya memadai, penanaman bibit labu zucchini dapat dilakukan setiap saat. Cara tanam sesuaikan dengan metode persiapan lahan. a. Sistem tanam benih langsung di kebun Sistem tanam benih langsung di kebun cocok dilakukan pada lahan bedengan nonmulsa. Tata cara menanam benih langsung di kebun (lapangan) adalah (Rukmana, 1998) : 1. Buat lubang tanam dengan tugal dan kored. Jarak antarbarisan 70 cm dan jarak dalam barisan 60 cm. 2. Masukkan benih labu zucchini 1 – 2 butir ke dalam tiap lubang, lalu tutup dengan tanah tipis. 3. Lakukan pemberian pupuk dasar sebanyak sepertiga bagian dari dosis anjuran, yakni sebanyak 180 kg/ha urea + 100 kg/ha TSP + 100 kg/ha KCl. Cara pemupukan adalah dengan ditugal atau dimasukkan ke dalam larikan sejauh 10 cm – 15 cm dari lubang tanam, lalu tutup dengan tanah setebal 5 cm – 10 cm. 4. Siram (airi) tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah. Program Studi Agribisnis 17 Laporan Tugas Akhir b. Sistem tanam bibit dari persemaian Sistem tanam ini cocok dipraktikkan pada bedengan bermulsa plastik dan benih labu zucchini disemai terlebih dahulu dalam polybag di persemaian. Bibit labu zucchini dapat dipindah tanam dari persemaian ke kebun pada umur 14 – 21 hari atau berdaun 3 – 5 helai. Tata cara tanam bibit labu zucchini pada bedengan bermulsa plastik adalah (Rukmana, 1998): 1. Gali tanah pada bidang lubang MPHP seukuran volume medium semai dalam polybag. 2. Angkut polybag berisi bibit labu zucchini dari persemaian ke lokasi kebun. 3. Siram medium semai dalam polybag hingga cukup basah, lalu keluarkan bibit labu zucchini bersama medium dan akar – akarnya secara hati – hati. Cara mengeluarkan bibit dari polybag adalah mula – mula posisi polybag dibalikkan sambil menjepit batang bibit, lalu dasar polybag ditarik ke arah atas hingga terpisah dari perakaran bibit labu zucchini. 4. Tanamkan bibit labu zucchini satu per satu ke dalam lubang tanam, lalu timbun dengan tanah sambil dipadatkan pelan-pelan pada bagian pangkal batang tanaman. 5. Siram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah. Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni saat udara tidak terlalu panas atau sinar matahari tidak terlalu terik. 2.2.4 Pemeliharaan tanaman Menurut Rukmana (1998), pemeliharaan tanaman labu zucchini meliputi kegiatan pokok sebagai berikut : Program Studi Agribisnis 18 Laporan Tugas Akhir a. Pemeliharaan tanaman sistem tanpa mulsa 1. Penyulaman dan penjarangan tanaman Penyulaman dilakukan seawal mungkin, yakni pada umur maksimum 15 hari setelah tanam (hst). Cara menyulam adalah dengan mengganti benih atau bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan benih atau bibit yang baru. Bibit yang tumbuh 2 batang/lubang sebaiknya diperjarang untuk disisakan satu tanaman yang terbaik. 2. Pengairan Pengairan pada fase awal pertumbuhan tanaman labu zucchini harus dilakukan secara kontinu, yakni 1 – 2 kali/hari, pagi atau sore hari terutama bila tidak hujan. Pengairan berikutnya cukup seminggu sekali tergantung pada keadaan tanah dan cuaca. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengairan adalah tanah tidak boleh becek (menggenang). Cara pengairan adalah dengan menyirami tanah di sekeliling perakaran tanaman labu zucchini hingga cukup basah. Bila sumber air memadai, pengairan dapat dilakukan dengan cara dileb. Pengairan sistem leb, umumya dilakukan pada lahan persawahan, juga dapat dilakukan pada lahan tegalan asal memiliki sumber air. Pengairan ini diterapkan pada tanah liat berpasir. Tekniknya dengan membuat parit dengan kedalaman 20 cm dan lebar 20 cm. Jarak tanaman dengan parit 20-40 cm. Pemasukan air ke areal tanam diatur per petak lahan sesuai keadaan lahan. Air dimasukkan dari parit yang letak kemiringannya lebih tinggi. Bagian akhir parit ditutup dulu dengan tanah agar air menggenang dalam parit. Bila air sudah meresap merata, pengaliran air dipindahkan ke parit pada petak lahan berikutnya. Program Studi Agribisnis 19 Laporan Tugas Akhir Caranya ujung parit dibuka hingga sisa air dari dalam parit berpindah seluruhnya ke parit lainnya. Lakukan demikian seterusnya sampai seluruh petak lahan terairi (Kristanto, 2008). 3. Penyiangan dan penggemburan tanah Rumput liar yang tumbuh di lahan kebun labu zucchini harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam. Cara penyiangan adalah dengan mencabut atau membersihkan rumput hingga bersih. Bersama-sama penyiangan dilakukan penggemburan tanah di sekeliling pangkal batang tanaman, lalu ditimbun membentuk guludan arah memanjang barisan tanaman. 4. Pemupukan susulan Pemupukan susulan dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam bersama-sama dengan kegiatan penyiangan. Pupuk susula pertama dan susulan kedua masing-masing menggunakan dosis seperti pada pemupukan dasar, yakni urea 180 kg/ha + TSP 100 kg/ha + KCl 100 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan disebar pada larikan di sekeliling tanaman sejauh 25 cm – 40 cm, kemudian ditutup tanah setebal 10 cm – 15 cm. 5. Perlindungan tanaman Perlindungan tanaman bertujuan mengendalikan hama dan penyakit. Perlindungan tanaman yang dianjurkan adalah pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Komponen pengendalian hama dan penyakit terpadu meliputi : Kultur teknis, yakni menggunakan benih atau bibit yang sehat (bebas hama penyakit), pengolahan tanah yang baik, tanam serempak, pemupukan berimbang, dan pergiliran tanaman. Program Studi Agribisnis 20 Laporan Tugas Akhir Fisis dan mekanis, yakni perendaman benih dalam air hangat 550 C selama 15 menit, mengumpulkan dan memusnahkan jasad organisme hama penyakit. Biologis (hayati), yakni memanfaatkan musuh alami (predator, parasitoid, dan pathogen) hama atau penyakit. Kimiawi, yakni menggunakan pestisida secara selektif sesuai dengan jenis dan dosis yang dianjurkan. b. Pemeliharaan tanaman pada sistem MPHP Kegiatan pemeliharaan tanaman labu zucchini sistem MPHP prinsipnya sama dengan sistem tanam mulsa plastik. Perbedaanya hanya dalam hal pemupukan susulan, panyiangan dan penggemburan tanah. Pada sistem tanam MPHP, seluruh dosis pupuk diberikan sebelum tanam, sehingga tidak mutlak dipupuk susulan. Kalaupun tanaman labu zucchini kurang subur, cukup dipupuk secara disiram ke tanaman dengan larutan NPK 5 kg/200 liter air sebanyak 500 cc per tanaman (Rukmana,1998). Menurut Rukmana (1998), bahwa penyiangan hanya dilakukan dengan membersihkan rumput pada selokan diantara bedengan tanpa harus menggemburkan tanah ataupun pengguludan. Budidaya tanaman labu zucchini sistem MPHP dapat meringankan kegiatan dan biaya pemeliharaan tanaman dengan hasil yang memuaskan (prima). 2.2.5 Hama dan penyakit a. Hama Menurut Rukmana (1998), organisme hama penting yang sering menyerang tanaman labu zucchini adalah : Program Studi Agribisnis 21 Laporan Tugas Akhir Kutu daun Kutu daun (Aphids sp.) berukuran kecil, panjang tubuh 1 mm – 2 mm, berwarna kuning atau hijau kemerah-merahan sampai hijau gelap. Tubuhnya ada yang bersayap dan ada yang tanpa sayap. Kutu daun hidup bergerombol pada permukaan daun muda (pucuk) bagian bawah atau berkelompok di bawah kuntum bunga dan kulit buah. Hama ini menyerang dengan cara mengisap cairan (sel) tanaman sehingga mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat mengundang datangnya semut dan menimbulkan kapang jelaga (Capnodium sp.). Gejala serangan kutu daun adalah daun atau pucuk tanaman menjadi salah bentuk, keriting, keriput, menguning, dan pembentukan bunga terhambat. Pengendalian kutu daun dapat dilakukan dengan penanaman serempak, mengurangi jumlah tanaman inang, pergiliran tanaman, memotong bagian tanaman yang terserang berat, dan aplikasi insektisida. Jenis insektisida untuk mengendalikan kutu daun adalah Pegasus 500 EC, Supracide 40 EC, atau Confidor 200 SL, dengan konsentrasi yang dianjurkan. Ulat grayak Spesies ulat grayak (Spodoptera sp.) yang umum ditemukan menyerang tanaman budidaya termasuk labu zucchini adalah S. litura, S. mauritia, dan S. Exempta. Ukuran larva hama ini dapat mencapai 25 mm, berwarna hijau atau cokelat dengan garis kekuning-kuningan. Gejala serangan ulat grayak ditandai dengan rusaknya epidermis daun sehingga tinggal tulang-tulang daun saja. Daun-daun yang teserang berwarna Program Studi Agribisnis 22 Laporan Tugas Akhir bening (transparan) keputih-putihan penuh dengan kotoran ulat (larva). Pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan: a. Mengumpulkan ulat dan dimusnahkan b. Membersihkan rumput liar (gulma) dan sisa-sisa tanaman c. Pergiliran (rotasi) tanaman d. Memasang sex pheromone “ugratas merah” untuk perangkap kupu-kupu Spodoptera jantan e. Aplikasi insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Cascade 50 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan Lalat buah Lalat buah (Bactrocera cucrbitae) berukuran kecil, bersayap, dan bagian punggungnya berwarna kehitam-hitaman. Lalat betina meletakkan telur dengan cara menusukkan ovopositornya pada kulit buah sedalam 1,4 mm – 2,0 mm. telur akan menetas menjadi larva atau belatung. Stadium hama yang sering menyerang buah labu zucchini adalah larva. Larva lalat buah memakan dan melubangi daging buah. Buah yang diserang larva menjadi rusak berlubang-lubang dan kadang-kadang busuk atau berguguran. Pengendalian lalat buah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Mengumpulkan dan memusnahkan buah yang terserang berat b. Memasang perangkat lalat yang berbahan aktif metal augenol, seperti Petrogenol atau Super Meg c. Aplikasi insektisida misalnya Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan Program Studi Agribisnis 23 Laporan Tugas Akhir Tungau Tungau (Tetranychus sp.) berbentuk oval sampai agak persegi tiga (triangular) dan berwarna jingga atau kemerah-merahan. Tungau menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan (sel) daun. Serangan tungau menyebabkan permukaan daun berwarna kemerah-merahan, keriting, dan akhirnya daun rontok. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara pergiliran (rotasi) tanaman dan aplikasi insektisida-insektisida misalnya Mitac 200 EC atau Omite 570 EC. Ulat tanah Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) berwarna hitam atau cokelat. Ulat tanah tinggal dalam tanah dan aktif pada senja atau malam hari. Ulat tanah menyerang tanaman dengan memotong titik tumbuh (pucuk) atau bagian tangkai daun. Gejala serangan yang dapat diamati adalah pucuk atau tangki daun terkulai dan tampak layu. Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan ulat untuk dimusnahkan, pergiliran (rotasi) tanaman, sanitasi kebun, dan aplikasi insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Furadan 3G saat tanam. b. Penyakit Penyakit penting yang sering menyerang tanaman labu zucchini adalah (Rukmana, 1998) : Embun tepung Penyakit embun tepung (Powdery mildew) disebabkan oleh cendawan Erysiphe cichoracearum DC ex. Merat. Penyakit ini berjangkit pada saat cuaca lembap atau musim kemarau yang berhawa sejuk. Program Studi Agribisnis 24 Laporan Tugas Akhir Gejala serangan yang dapat diamati adalah bagian tanaman yang terinfeksi penuh dengan lapisan putih bertepung. Daun yang terserang berat berubah warna dari hijau menjadi cokelat, dan akhirnya mengering (mati). Pengendalian penyakit embun tepung dilakukan dengan cara pemotongan bagian tanaman yang sakit, pergiliran tanaman, dan aplikasi fungisida Afugan 300 EC atau Rubigan 120 EC. Embun bulu Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pseuperonospora cubensis (Berk. Et Curt.) Rostow. Cendawan ini menyerang tanaman pada saat cuaca lembap, berkabut atau berembun, dan suhu udara 160 C – 220 C. Gejala serangan penyakit ini adalah daun yang terinfeksi berbercakbercak kuning. Bila cuaca lembap, bercak kuning ditumbuhi bulu-bulu berwarna keungu-unguan pada sisi bawah bercak. Pengendalian penyakit embun bulu (Downy mildew) dapat dilakukan dengan cara memangkas bagian tanaman yang sakit untuk dibakar, sanitasi kebun, dan aplikasi fungisida, misalnya Cupravit OP 21 atau Dithane M-45 dengan konsentrasi yang dianjurkan. Virus belang (Mosaik) Penyebab virus mosaic adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV) atau Squash Mosaic Virus (SMV). Serangan virus ini menyebabkan daun berbelangbelang hijau tua dan hijau muda sampai kekuning-kuningan, pucuk menjadi keriting, ruas-ruas batang memendek, dan tanaman menjadi kerdil. Pengendalian penyakit virus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Program Studi Agribisnis 25 Laporan Tugas Akhir a. Menggunakan bibit atau benih yang bebas virus b. Pergiliran (rotasi) tanaman c. Membongkar (eradikasi) tanaman yang sakit berat d. Aplikasi insektisida, seperti Pengasus 500 EC atau Confidor 200 SL untuk mengendalikan hama kutu daun (Aphids sp.) yang merupakan vector virus. Antraknosa Penyebab penyakit antraknosa adalah cendawan Colletotrichum lagenarium (Pass.) Ell et. Halst. Cendawan ini berkembang pesat pada cuaca lembap dan banyak hujan. Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya bercak-bercak cokelat bersudut sampai bulat pada daun. Serangan berat pada daun menyebabkan daun kering (mati). Bila cendawan ini menyerang buah menyebabkan gejala busuk basah berwarna cokelat sampai hitam pada kulit atau daging buah. Pengendalian penyakit antraknosa dapat dilakukan dengan cara : a. Memotong dan membakar bagian tanaman yang sakit b. Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman atau rumput c. Pergiliran (rotasi) tanaman d. Aplikasi fungisida berbahan aktif Cu (tembaga), misalnya Cupravit OB 21 atau Kocide 80 AS Layu bakteri Penyebab penyakit layu bakteri (Bacterial wilt) adalah bakteri Erwinia tracheiphila (E F Smith) Holland. Bakteri ini dapat bertahan hidup dalam tanah. Gejala serangan mula-mula pucuk lemas, lalu seluruh tanaman menjadi layu, dan akhirnya tanaman mati. Daun-daun yang terinfeksi berat menguning dan Program Studi Agribisnis 26 Laporan Tugas Akhir mengering. Tanaman yang terserang bakteri layu bila dipotong bagian pangkalnya dan direndam dalam air jernih selama 15 menit sambil digoyang-goyang akan keluar massa bakteri berwarna keruh seperti susu. Pengendalian penyakit bakteri layu dapat dilakukan dengan cara : a. Menggunakan benih atau bibit bebas bakteri b. Perlakuan benih (seed treatment) dengan cara direndam dalam larutan bakterisida, misalnya Agrept 20 WP atau Agrimysin 15/1,5 WP selama 15 menit sebelum disemai atau ditanam c. Mencabut tanaman yang sakit (layu) d. Memperbaiki drainase tanah e. Pergiliran tanaman Busuk buah Penyebab penyakit busuk buah adalah cendawan Fusarium sp. Dan Phytophthora sp. Kedua pathogen ini berkembang pesat pada cuaca lembap dan banyak hujan. Serangan fusarium menyebabkan buah busuk yang dipenuhi massa jamur seperti kapas. Adapun serangan Phytophthora sp. mengakibatkan busuk berwarna cokelat. Pengendalian penyakit busuk buah dapat dilakukan dengan cara : a. Bagian tanaman yang terinfeksi dipangkas b. Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman atau rumput liar c. Pergiliran (rotasi) tanaman d. Aplikasi fungisida, misalnya Dithane M-45 atau Antracol 70 WP dengan konsentrasi yang dianjurkan. Program Studi Agribisnis 27 Laporan Tugas Akhir 2.2.6 Pemangkasan Menurut Imdad dan Abdjad (2001) bahwa setelah 25 hari pertumbuhan dan perkembangan tanaman semakin lebih cepat dan keadaannya makin rimbun. Tumbuhnya bunga dan wiwilan akan menambah rimbunnya tanaman. Untuk mengurangi kerimbunan tersebut sebaiknya daun-daun muda yang muncul bersamaan dengan bunga atau buah dibuang saja. Daun ini dapat dianggap sebagai wiwilan atau sirung sehingga tidak perlu dipertahankan untuk tumbuh dan berkembang. Pemangkasan ini penting dilakukan pada musim penghujan untuk mengurangi kerimbunan dan kelembaban yang dapat mengundang berbagai hama atau penyakit. 2.2.7 Panen Panen buah labu zucchini pada umumnya dilakukan pada stadium buah muda, kecuali varietas labu zucchini berkulit kuning dapat dipanen hingga menjelang buah tua (masak) (Rukmana,1998). Menurut Rukmana (1998), buah labu zucchini sudah dapat dipanen jika telah menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tanaman berumur 49 – 55 hari setelah tanam (hst) atau 5 -7 hari setelah keluar bunga 2. Berat buah berkisar antara 200 g – 500 g tergantung pada jenis atau varietas labu zucchini 3. Daging buah berstruktur halus dan berwarna putih 4. Kulit buah masih ditutupi lapisan lilin Program Studi Agribisnis 28 Laporan Tugas Akhir Panen buah yang terlalu muda, sekalipun rasanya enak mengakibatkan hasil panen tiap tanaman atau tiap satuan luas lahan menurun (rendah). Sebaliknya, panen yang terlambat menyebabkan buah berserat dan rasanya kurang enak (Rukmana, 1998). Menurut Imdad dan Abdjad (2001), buah labu zucchini yang dipanen pada saat masih muda biasanya dikenal dengan baby zucchini. Panjang buah berkisar 7 – 10 cm dan lingkar buah 1 – 2 cm. Buah labu zucchini dewasa dapat mencapai ukuran panjang 20 cm dengan lingkar buah kira – kira 3,5 cm. Cara panen buah labu zucchini adalah dipetik satu per satu bersama-sama tangkainya (Rukmana, 1998). Atau dengan memotong bagian tangkai buahnya atau tanpa menyertakan bagian tangkai buahnya sehingga pangkal buah tampak datar. Letak buah berada disela-sela tangkai daun dan batang utama sehingga pada waktu memetik buah sebaiknya dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bunga atau buah yang sedang berkembang (Imdad dan Abdjad, 2001). Alat bantu panen dapat menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Tiap panen labu zucchini dapat dipanen beberapa kali secara periodik dengan memilih buah berukuran baik dipetik. Bila tiap hektar terdapat populasi kurang lebih 23.000 tanaman, dan tiap tanaman menghasilkan rata-rata 5 buah dengan berat tiap buah 200 g, maka hasil panen dapat mencapai 23 ton. Hasil panen dapat meningkat bila berat tiap buah lebih dari 250 g. Misalnya, varietas green champ yang berat buahnya antara 400 g – 500 g dapat menghasilkan 46 – 57,5 ton/ha. Program Studi Agribisnis 29 Laporan Tugas Akhir 2.2.8 Pasca panen Buah labu zucchini yang dipetik dengan mengikutkan tangkai buahnya akan tahan disimpan selama 3 minggu, asalkan disimpan dalam ruang pendingin. Buah labu zucchini yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai salad, campuran roti panggang, ditumis, atau campuran dengan saus tomat (lalab) (Imdad dan Abdjad, 2001). Menurut Rukmana (1998), penanganan pasca panen buah labu zucchini meliputi kegiatan pokok sebagai berikut : Pengumpulan hasil Buah labu zucchini yang telah dipetik segera dikumpulkan di tempat yang teduh dan letaknya strategis dekat dengan jalan. Buah labu zucchini diletakkan berbaring (posisi ditidurkan) di tanah yang rata dan dialasi dengan daun-daunan atau lembar plastik. Pembersihan Di tempat pengumpulan hasil panen sementara, buah labu zucchini diwadahi karung goni atau keranjang plastik. Hasil panen ini segera diangkut ke gudang penampungan (bangsal) hasil. Sortasi dan klasifikasi Buah labu zucchini dalam karung goni atau keranjang plastik dikeluarkan untuk disortir atau diseleksi yang baik dan mulus. Buah yang abnormal atau rusak dipisahkan tersendiri. Buah yang terpilih dipisah-pisahkan lagi berdasarkan ukuran yang seragam dan warna kulit buah yang sama. Hal yang penting diperhatikan dalam klasifikasi buah adalah memilih bentuk buah yang lurus. Program Studi Agribisnis 30 Laporan Tugas Akhir Pencucian dan penirisan Buah yang telah diklasifikasi segera dicuci dengan air bersih yang disemprotkan agar kotoran atau residu pestisida yang melekat pada buah sungguhsungguh bersih. Sesuai pencucian, buah ditiriskan pada rak-rak atau lantasi peniris yang disusun secara teratur. Pengemasan Pengemasan bertujuan meningkatkan daya tarik (penampilan) buah labu zucchini hingga diminati konsumen. Wadah pengemas dapat berupa keranjang plastik berkapasitas 10 kg - 20 kg atau kotak plastik yang ditutup lembar plastik polietilene berkapasitas 0,5 kg – 1,0 kg. Pengangkutan dan pemasaran Tiap kemasan disusun rapi dalam alat angkut hingga penuh, lalu ditutup dengan terpal. Hasil panen labu zucchini dapat segera diangkut ke tempat pemasaran. Daya serap pasar terhadap buah labu zucchini umumnya terjadi cukup tinggi di kota-kota di kota-kota besar. 2.3 Teknologi Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut. Sejalan dengan berkembangnya teknologi di bidang pertanian maka jenis bahan mulsa yang dapat digunakan menjadi semakin beragam. Bukan hanya dari bahan alami, tetapi saat ini bahan mulsa sudah ada yang sintesis seperti plastik polietilen. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi sayuran hortikultura, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penggunaan mulsa plastik, Program Studi Agribisnis 31 Laporan Tugas Akhir terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi sayuran yang bernilai ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terung, semangka, melon dan mentimun, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan (Lamont, 1993). Menurut Lamont (1993) penggunaan mulsa anorganik antara lain dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk menanam pada bedengan yang sama lebih dari satu kali. Tanaman kekurangan air dapat menyebabkan kematian, sebaliknya kelebihan air dapat menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara pada tanah yang tergenang. Untuk mengendalikan penguapan air maka penggunaan mulsa merupakan bahan yang potensial untuk mempertahankan suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Kebutuhan air perlu mendapat perhatian, karena pemberian air yang terlalu banyak akan mengakibatkan padatnya permukaan tanah, terjadinya pencucian unsur hara, dan dapat pula terjadi erosi aliran permukaan dan erosi percikan. Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan. Secara umum sebagian cahaya Program Studi Agribisnis 32 Laporan Tugas Akhir matahari yang menerpa permukaan plastik akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan mulsa plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Lamont, 1993). Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi. Cahaya matahari yang diteruskan melewati permukaan mulsa terjebak di permukaan tanah yang ditutupinya dan membentuk efek rumah kaca dalam skala yang kecil (Mahrer, 1979). Panas yang terjebak ini akan meningkatkan suhu permukaan tanah, memodifikasi keseimbangan air tanah, karbondioksida tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan meningkatkan aktifitas mikroorganisme. Secara umum, peningkatan suhu permukaan tanah mungkin bukan merupakan yang menguntungkan bagi sayuran yang ditanam di daerah tropis, tetapi hal ini sangat menguntungkan bagi tanaman yang ditanam di daerah yang dingin dan beriklim sub-tropis. Namun demikian di daerah tropis, pengaruh mulsa plastik terhadap aktifitas mikroorganisme (sebagai akibat peningkatan suhu rizosfir) sangat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melalui peningkatan konsentrasi karbon dioksida di zona pertanaman dan suplai beberapa hara makro (Fahrurrozi et al., 2001). Efektifitas penggunaan mulsa plastik di daerah tropis juga diperoleh dari kemampuan fisik mulsa plastik melindungi tanah dari terpaan langsung butir hujan, mempertahankan kegemburan tanah-tanah di bawahnya, mencegah pencucian hara, mencegah percikan butir tanah ke tanaman, Program Studi Agribisnis 33 Laporan Tugas Akhir mencegah penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon dioksida tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme. Mulsa plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi dan Stewart, 1994), tergantung jumlah zat pewarna yang digunakan dan ketebalan mulsa. Pantulan cahaya ini mampu mengurangi efek pemanasan rizosfir di bawah permukaan plastik, dan juga merupakan rentang cahaya yang disukai oleh serangga, sehingga serangga akan mengikuti arah pantulan dan meninggalkan pertanaman, akibatnya populasi serangga, misalkan aphids dan thrips, dapat berkurang di areal pertanaman yang diusahakan. Kemampuan menekan populasi serangga ini dan mencegah terjadinya pemanasan berlebihan merupakan salah satu alasan mengapa plastik bewarna perak digunakan dalam produksi tanaman sayuran. Keuntungan lain dari adanya warna perak itu adalah sinar yang dipantulkan oleh mulsa dapat mengurangi perkembangan hama aphids dan tungau serta secara tidak langsung dapat menekan serangan penyakit virus (Fahrurrozi et al., 2001). Pada kondisi udara tenang, telah diketahui bahwa kutu daun akan lebih banyak terbang ke arah lokasi yang berwarna hijau seperti adanya pertanaman. Telah diketahui pula bahwa kutu daun mempunyai kelaziman terhadap warna dan warna yang disukai maupun yang tidak disukai sangat tergantung dari spesies kutu daun. Dari spesies-spesies kutu daun yang sudah diteliti ternyata hampir semuanya menghindari pantulan cahaya perak (Mahrer, 1979). Sifat repellent dari cahaya perak ini memberi peluang kepada kita untuk menggunakan mulsa plastik Program Studi Agribisnis 34 Laporan Tugas Akhir hitam perak sebagai pemantul cahaya yang bersifat repellent (penolak) terhadap kutu daun. 2.3.1 Jenis bahan mulsa Jenis Bahan Mulsa menurut Arga (2010), ada beberapa jenis mulsa yaitu : a. Mulsa Organik Meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, daun dan pelepah daun pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji. b. Mulsa Anorganik Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata dan batu gravel. Untuk tanaman semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering digunakan untuk tanaman hias dalam pot. c. Mulsa Kimia-Sintetis Meliputi baha -bahan plastik dan bahan–bahan kimia lainnya. Bahanbahan plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan plastik yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, palstik perak, dan plastik perak hitam 2.3.2 Kelebihan dan kekurangan jenis bahan mulsa 1. Mulsa Organik ( Jerami Padi ) a. Kelebihannya (Budiarti, 2014) meliputi : Dapat di peroleh secara bebas/gratis Memiliki efek menurunkan suhu tanah Program Studi Agribisnis 35 Laporan Tugas Akhir Mengkonservasi tanah dengan menekan erosi Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu Menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu b. Kekurangannya (Budiarti, 2014) meliputi : Tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen padi. Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh dari pusat budidaya padi membutuhkan biaya ekstra untuk transportasi. Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya 2. Mulsa anorganik (plastik) a. Kelebihannya (Arga, 2010) adalah : Dapat diperoleh setiap saat Manfaat terhadap tanaman Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya. Manfaat terhadap ketersediaan air tanah Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi Program Studi Agribisnis 36 Laporan Tugas Akhir inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman. Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan ditanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama. Manfaat terhadap pemeliharaan tanaman Kegiatan-kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat panen. Demikian juga dengan penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada lubang tanam atau sekitar batang tanaman. Menjaga kelembaban dan mengatur suhu tanah Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan kelembaban tanah serta pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien. Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan suhu rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa. Peningkatan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam perak lebih rendah dibanding dengan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam. Meskipun di daerah tropis, peningkatan suhu tanah relatif tidak diinginkan, tetapi peningkatan suhu tanah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan Program Studi Agribisnis 37 Laporan Tugas Akhir bahan organik yang tersedia sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbondioksida melalui lubang tanam. Mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat Dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa b. Kekurangannya (Arga, 2010) adalah : Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk Harganya relatif mahal Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring. Program Studi Agribisnis 38 Laporan Tugas Akhir III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) tahun ajaran 2014-2015. Kegiatan PKPM ini selama 2,5 bulan terhitung mulai 23 Maret-30 Mei 2015 di P4S Makin Makmur yang terletak di jalan Kampung Areng Desa Wangunsari, RT 02, RW 10, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, No. Telp (022) 2789038 / 081322764782. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada lahan selada crop dengan luasan 200 m2 yaitu : Tabel 1. Alat yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada lahan selada crop No Nama Alat Satuan Jumlah 1 Cangkul Buah 2 2 Hand tracktor Buah 1 3 Kored Buah 1 4 Sabit Buah 1 5 Tugal Buah 2 6 Knapsack mesin Buah 1 7 Selang 25 meter Buah 1 8 Drum air 1.000 liter Buah 1 9 Ember Buah 2 10 Papan ukuran 0,05 m x 0,5 m Buah 2 11 Pasak bambu Buah 50 12 Keranjang Buah 1 13 Parang Buah 1 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 Program Studi Agribisnis 39 Laporan Tugas Akhir Bahan yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada lahan selada crop dengan luasan 200 m2 yaitu: Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada lahan selada crop selama satu periode No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis MPHP Benih Pupuk SP-36 Pupuk Phonska Pupuk ZA Siputox Kapur dolomite Pukan (Sekam padi campur feses ayam) NPK Mutiara Nebijin Hegro W Satuan Meter Gram Kg Kg Kg Gram Kg Karung 50 Kg Kg Cc Mililiter Jumlah 200 50 2 2 2 250 2 100 2 200 4 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 3.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi kegiatan budidaya tanaman labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak di P4S Makin Makmur, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Prov. Jawa Barat. Penyusunan laporan ini mencakup: - Kondisi perusahaan secara umum - Analisis aspek produksi dan finansial kegiatan budidaya pada tanaman labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak Output yang dihasilkan dari kegiatan PKPM di P4S Makin Makmur adalah sebuah laporan tugas akhir yang merupakan laporan secara tertulis yang mengkaji tentang aspek produksi dan finansial mengenai biaya yang dikeluarkan oleh P4S Program Studi Agribisnis 40 Laporan Tugas Akhir Makin Makmur untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. 3.4 Data dan Sumber Data Data dan sumber data yang digunakan pada laporan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 3.4.1 Data primer Data primer merupakan referensi utama yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan juga hasil dari wawancara dengan pihak perusahaan, karyawan dan masyarakat sekitar. Data primer yang dikumpulkan antara lain : a. Data tentang tahapan proses produksi tanaman labu zucchini b. Data tentang gambaran mengenai kegiatan produksi di P4S Makin Makmur c. Data tentang pengeluaran biaya budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak 3.4.2 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat dari literatur baik buku, internet, jurnal, contoh tugas akhir dan berbagai sumber lainnya yang sesuai judul laporan dan praktek yang dilakukan, guna menunjang, menguatkan dan mendukung isi laporan ini. Adapun data sekunder yang dikumpulkan meliputi data penggunaan biaya, data strukur organisasi, sejarah perusahaan. Data tersebut diperoleh dari pihak perusahaan. Program Studi Agribisnis 41 Laporan Tugas Akhir 3.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Observasi langsung ke lapangan yaitu dengan cara melakukan kegiatan budidaya secara langsung, pengamatan dan pencatatan terhadap kegiatankegiatan yang terjadi di P4S Makin Makmur Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara melakukan tanya jawab atau diskusi dengan pimpinan, pembimbing lapang, karyawan dan masyarakat sekitar. Studi pustaka, mempelajari teori-teori dari literatur dan referensi yang berkaitan dengan aspek produksi serta finansial budidaya labu zucchini menggunakan mulsa plastik hitam perak. Program Studi Agribisnis 42 Laporan Tugas Akhir IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah perusahaan Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sandang, pangan, dan papan yang diperlukan serta digunakan oleh manusia bersumber dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara Indonesia dimana Indonesia sebagai negara agraris, dan sumber terbesar berasal dari sektor pertanian. Banyaknya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia tentunya harus didukung pula dengan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat menghasilkan produk-produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas terbaik. Masyarakat disekitar Desa Wangunsari pada umumnya merupakan petani tanaman hortikultura dan peternak. Untuk dapat meningkatkan taraf kehidupan dari masyarakat dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas P4S Makin Makmur bertekad untuk memberikan kepedulian serta menyelenggarakan pelatihan di bidang pertanian, peternakan, dan hortikultura. Sehingga dengan adanya P4S Makin Makmur tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil pertanian dari masyarakat serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. P4S Makin Makmur merupakan sebuah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya Makin Makmur. P4S Makin Makmur berada dibawah naungan dari BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian) Lembang. P4S Makin Makmur berlokasi di jalan Kampung Areng Desa Wangunsari, RT 02, RW 10, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lembang terletak di sebelah Utara kota Bandung. Lembang adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten Program Studi Agribisnis 43 Laporan Tugas Akhir Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini dikelilingi oleh beberapa pegunungan dengan luas wilayah 10.620.000 hektar, berada pada ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut, menjadi titik tertinggi dari permukaan laut yaitu di puncak Gunung Tangkuban Perahu dan merupakan gunung wisata paling dikenal, serta menghasilkan Air Panas Ciater dan Air Terjun Maribaya. Wisata lainnya yang dekat dengan lokasi P4S Makin Makmur di Desa Wangunsari adalah Observatorium Bosscha dan saat ini telah berada dibawah naungan FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagai daerah yang terletak di pegunungan, suhu rata-rata berkisar antara 170C – 270C. Penduduk Lembang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa memiliki pekerjaan sebagai petani merupakan suatu usaha yang rendah jika dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Untuk dapat merubah pandangan tersebut dan membuat citra baru terhadap petani maka didirikan sebuah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya bernama Makin Makmur pada bulan November tahun 2010 dan mendapat pengukuhan dari Dinas Pertanian pada tanggal 18 Februari 2010. Sehingga dengan perkembangan waktu, cepatnya informasi dan adanya berbagai kegiatan dari Kelompok Tani Makin Makmur, maka Kelompok Tani Makin Makmur mendapat kepercayaan dengan berdirinya P4S – Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya Makin Makmur pada tanggal 10 Maret 2011. P4S Makin Makmur diketuai oleh Bapak H. Agus R Sobandi, S.Pd. Sebelum menjadi ketua beliau dipanggil oleh BBPP Lembang untuk menjadi peserta pada kegiatan penyuluhan di BBPP Lembang pada Maret tahun 2010, kemudian menjadi seorang penyuluh pada Juni tahun 2010, dan akhirnya menjadi Program Studi Agribisnis 44 Laporan Tugas Akhir ketua di P4S Makin Makmur. Kebijakan pemerintah tidak menjadikan masyarakat luar sebagai penyuluh di suatu desa dikarenakan yang lebih banyak mengetahui tentang situasi serta kondisi masyarakat dan sistem pertanian pada daerah tersebut adalah masyarakat sekitar dari daerah itu sendiri. Sehingga pemerintah mengeluarkan SK. No 01/KT/III/2010/Koordinator Penyuluh Pertanian dan mendirikan P4S Makin Makmur dengan pimpinan berasal dari masyarakat pribumi. 4.1.2 Organisasi perusahaan Struktur organisasi merupakan bagian yang penting dalam sebuah perusahaan karena melibatkan orang-orang untuk melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi dengan memisahkan tugas, tanggungjawab fungsi pelaksanaan dan pimpinan. Struktur organisasi (kepengurusan) di P4S Makin Makmur bersifat tetap dan masih sangat sederhana dimana sejak terbentuknya P4S Makin Makmur, struktur organisasi belum ada dilakukan pembaharuan disebabkan kurangnya keinginan masyarakat dan sulitnya mencari sumber daya manusia sebagai generasi penerus dalam struktur organisasi di P4S Makin Makmur. Struktur organisasi di P4S Makin Makmur hanya terdiri dari bentuk kepengurusan secara umum dengan bidang koordinasinya masing-masing tanpa adanya keanggotaan dari bidang koordinasi tersebut. Setiap bidang koordinasi langsung bertanggung jawab terhadap ketua dan begitu sebaliknya, ketua langsung bertanggung jawab terhadap setiap bidang koordinasi yang dinaunginya. Berikut merupakan susunan kepengurusan dan kelembagaan dari P4S Makin Makmur : Ketua Program Studi Agribisnis : H. Agus R Sobandi, S.Pd 45 Laporan Tugas Akhir Sekretaris : M. Yoga Almansyah, S.Pd Bendahara : H. Odih Hidayat Kelembagaan : a. Pelatihan magang pertanian : H. Agus R Sobandi, S.Pd b. Peternakan : Suhendar c. Industri / Pengolahan : Hidzriyan Haasa d. Humas : Ujang Bejo / Juhana e. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) : Cici Herawati / Titin Sutinik Berdasarkan susunan kepengurusan dan kelembagaan tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi pengurus di P4S Makin Makmur merupakan kerabat dari pimpinan. Hal tersebut terjadi disebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi mengenai pemilihan kepengurusan tersebut sehingga pimpinan memutuskan secara personal siapa yang akan menjadi pengurus di P4S Makin Makmur. Kegiatan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar) terdiri dari PAUD, TPA, Diniyah (SD), dan K-F (Keaksaraan Fungsional/Pemberantasan buta huruf). P4S Makin Makmur memiliki visi dan misi, diantaranya adalah : Visi Meningkatkan kesejahteraan para petani melalui penyuluhan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Misi a. Membina petani yang tepat guna berwawasan lingkungan. b. Meningkatkan sumberdaya manusia pertanian melalui pelatihan pertanian. Program Studi Agribisnis 46 Laporan Tugas Akhir c. Meningkatkan ekonomi melalui pemanfaatan sumberdaya manusia melalui inovasi dan kreatifitas usaha ( Life Skill ). Berdasarkan visi dan misi tersebut P4S Makin Makmur memiliki tujuan jangka panjang yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani melalui penyuluhan untuk mencapai hasil yang lebih baik. P4S Makin Makmur melakukan kegiatan penyuluhan yang dilakukan selama minimal 6 bulan sekali. Penyuluhan yang dilakukan biasanya mengenai pemilihan jenis komoditi yang akan ditanam, bagaimana cara pembudidayaan yang baik dan tepat, serta perawatan atau pemeliharaan pada tanaman menggunakan pupuk organik dan anorganik. Selain penyuluhan juga dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai kewirausahaan. 4.1.3 Sumberdaya manusia perusahaan Sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memiliki peranan penting. Sumber daya manusia pada P4S Makin Makmur diperoleh dari masyarakat sekitar perusahaan yang bertujuan untuk memberdayakan sumber daya masyarakat yang tersedia dan ada juga yang berasal dari daerah luar perusahaan. Tenaga kerja dibagi menjadi beberapa bagian yaitu tenaga kerja harian tetap dan tenaga kerja harian lepas. Pembagian tenaga kerja di P4S Makin Makmur adalah sebagai berikut : Tenaga kerja harian tetap Tenaga kerja harian tetap merupakan tenaga kerja yang dalam kesehariannya melakukan setiap kegiatan atau rutinitas yang dilakukan pada P4S Makin Makmur. Tenaga kerja harian tetap berjumlah 12 orang tenaga kerja dan upah untuk tenaga kerja harian tetap disektor pertanian upah dibayar seminggu sekali Program Studi Agribisnis 47 Laporan Tugas Akhir yaitu pada hari Sabtu. Upah tenaga kerja harian tetap wanita sebesar Rp 25.000 sedangkan untuk upah tenaga kerja harian pria sebesar Rp 40.000. Upah tenaga kerja disektor pengolahan tahu dimana pemberian upah disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Upah untuk bagian penggilingan sampai ke pencetakan tahu yaitu Rp 10.000 per penggilingan terdiri dari 2 orang tenaga kerja penggilingan tahu. Pada hari-hari biasa penggilingan tahu dapat mencapai 15 kali proses penggilingan sampai ke pencetakannya, sedangkan pada hari-hari besar maupun ketika banyak pesanan dapat mencapai 30 kali proses penggilingan sampai ke pencetakan. Upah untuk yang memberikan warna pada tahu dan yang mengemas tahu sebesar Rp 5.000 per wadah cetakan tahu ukuran kurang lebih 60 cm x 60 cm. Jumlah tahu yang akan diberi warna kuning kunyit dan yang dikemas sama dengan jumlah tahu yang telah selesai digiling dan dicetak ke tempat pencetakan tahu. Upah mereka dibayar ketika pimpinan telah mengambil uang dari pedagang di pasar. Tenaga kerja untuk melakukan pengemasan dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja dan yang melakukan pemberian warna tambahan pada tahu dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja. Upah yang bekerja dibagian ternak diberikan satu bulan sekali biasanya pada tanggal 1 awal bulan. Upah untuk dua orang tenaga kerja dibagian ternak sebesar Rp 1.900.000 per orang. Tenaga kerja harian lepas Tenaga kerja harian lepas merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan jika kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dalam jumlah banyak sehingga memerlukan tenaga kerja tambahan. Dengan adanya tenaga kerja harian lepas ini dapat meringankan pekerjaan dan waktu pengerjaan dari pekerjaan tersebut menjadi lebih cepat. Penggunaan tenaga kerja harian lepas ini biasanya pada Program Studi Agribisnis 48 Laporan Tugas Akhir pengolahan tanah dan pemasangan mulsa. Untuk pengolahan tanah diperlukan tenaga kerja tambahan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan dan cepat selesai juga tidak diperlukan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. Sedangkan untuk pemasangan mulsa diperlukan tenaga kerja harian lepas yang memiliki keahlian khusus dalam pemasangan mulsa karena tidak semua orang dapat melakukannya dengan tepat dan benar. Upah tenaga kerja harian lepas dibayar per hari. Besar upah tenaga kerja harian lepas yang melakukan pengolahan tanah sampai pembuatan bedengan sebesar Rp 50.000 per hari sedangkan upah untuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaan sampai pada pemasangan mulsa sebesar Rp 60.000. Upah untuk tenaga kerja yang membajak lahan dengan hand traktor sebesar Rp 500 per meter. Adapun jenis dan klasifikasi tenaga kerja di P4S Makin Makmur dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 : Tabel 3. Tenaga kerja pada tiap sektor kegiatan di P4S Makin Makmur No Jenis Tenaga Kerja 1 Tenaga Kerja Harian Tetap 2 Tenaga Kerja Harian Lepas Jenis Sektor Kegiatan Supir Pertanian Pengolahan Peternakan Bongkar Muat Total 1 2 5 2 2 12 6 6 Jumlah 18 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 Program Studi Agribisnis 49 Laporan Tugas Akhir Tabel 4. Klasifikasi tenaga kerja di P4S Makin Makmur No Klasifikasi 1. Macam tenaga kerja - Tenaga kerja harian Tetap - Tenaga kerja harian Lepas 2. Jenis Tenaga Kerja - Laki – laki - Perempuan 3. Usia Tenaga Kerja - 20-30 tahun - 31-40 tahun - 41-50 tahun - 51-55 tahun - 55-60 tahun Jumlah (orang) 12 6 14 4 6 6 4 2 0 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 P4S Makin Makmur merupakan perusahaan yang selain mencari laba atau keuntungan juga ingin mensejahterakan masyarakat sekitar dimana masyarakat sekitar tersebut juga kegiatan hariannya bercocok tanam sehingga tidak terlalu mempertimbangkan pendidikan dan kebanyakan dari mereka banyak belajar dari pengalaman. Untuk tenaga kerja diluar kecamatan Lembang biasanya diajak untuk bekerja pada salah satu sektor kegiatan di P4S Makin Makmur dan biasanya pada kegiatan pengolahan tahu. Persentase pendidikan tenaga kerja di P4S Makin Makmur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Persentase pendidikan tenaga kerja di P4S Makin Makmur Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 55,5 SD 10 27,8 SLTP 5 16,7 SLTA 3 100 Total 18 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 Program Studi Agribisnis 50 Laporan Tugas Akhir 4.1.4 Kondisi keuangan secara umum Kondisi keuangan di P4S Makin Makmur kurang baik dikarenakan untuk pencatatan pendapatan dan pengeluaran tidak dilakukan secara terperinci dan tidak ada bagian khusus yang mencatat keuangan tersebut. Untuk catatan pendapatan diketahui atau diperoleh dari distributor sebagai penyalur produk hasil pertanian ke konsumen. Setelah distributor mencatat berapa hasilnya kemudian diserahkan kepada ketua. Untuk pendapatan dari pabrik tahu biasanya ketua yang langsung mengumpulkan hasil penjualan ke pasar dari hasil tahu yang telah habis terjual. Untuk pengolahan susu sapi dikarenakan penjualan susu sapi dipasarkan ke koperasi dan hasilnya baru dapat diserahkan pada tanggal 15 dan tanggal 30 atau 31 sehingga selama satu bulan pendapatan dari susu sebanyak 2 kali. Sedangkan untuk pengeluarannya diketahui dari struk-struk pembelian dan tidak dilakukan pencatatan kembali agar lebih terperinci. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh P4S Makin Makmur selama satu bulan adalah Rp 16.000.000 per bulan dimana untuk penghasilan dari pengolahan tahu adalah Rp 7.000.000 per bulan, penghasilan dari susu sapi adalah Rp 4.000.000 per bulan, dan penghasilan dari pertanian adalah Rp 5.000.000 per bulan. Sehingga untuk penerimaan per tahunnya mencapai ± Rp 192.000.000 untuk ketiga sektor kegiatan. Berikut ini merupakan asset yang dimiliki oleh P4S Makin Makmur dalam menjalankan kegiatan produksi dan dapat dilihat pada Tabel 6 : Program Studi Agribisnis 51 Laporan Tugas Akhir Tabel 6. Asset yang dimiliki oleh P4S Makin Makmur No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Nama Lahan 1 Lahan 2 Kantor P4S Makin Makmur Pabrik tahu Mobil pick up Motor Hand tractor Knapsack mesin Knapsack manual Mesin penggilingan tahu Stainless besar Nampan stainless Papan pencetak tahu Tungku stainless Timbangan Kipas angin Tong tahu Pompa air Milkcan susu aluminium uk. 10 L Ember perah aluminium uk. 5 L Anak sapi Sapi perah Jumlah 2 3 1 1 2 2 1 Satuan Meter 1 1 2 4 12 10 8 1 1 25 2 6 2 1 9 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Ekor Ekor Meter Unit Unit Unit Unit Unit Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 4.1.5 Deskripsi kegiatan bisnis perusahaan a. Deskripsi produksi P4S Makin Makmur merupakan perusahaan atau organisasi yang bergerak dibidang penyuluhan mengenai pertanian, dan kegiatan untuk budidaya tanaman sayuran. Sayuran yang diusahakan di P4S Makin Makmur meliputi dari budidaya sampai dengan panen. Selain itu P4S Makin Makmur juga memproduksi tahu, kegiatan produksi tahu meliputi dari pengolahan sampai dengan pemasaran, dan untuk susu sapi meliputi dari budidaya sapi perah sampai dengan panen. Narasumber kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur biasanya berasal dari BBPP Lembang, petani sekitar Desa Wangunsari Program Studi Agribisnis 52 Laporan Tugas Akhir yang telah memiliki pengalaman lebih di bidang pertanian, juga pimpinan dari P4S Makin Makmur. Kegiatan penyuluhan biasanya mengenai teknik budidaya tanaman sayuran yang baik dan benar yang disesuaikan dengan kondisi cuaca, serta mengenai cara pemeliharaan tanaman yang baik dan benar. P4S Makin Makmur pernah menerima narasumber berasal dari luar daerah Lembang seperti Bandung, membahas mengenai pemeliharaan tanaman dan pemupukan tanaman. Produk pupuk tersebut salah satunya adalah produk Yara Crop Nutrition. Namun dikarenakan harga pupuk yang mereka tawarkan harganya mahal sehingga petani kurang berminat untuk membelinya dan sulit untuk memperolehnya kembali. Untuk pupuk, biasanya petani menggunakan pupuk yang banyak disediakan di toko pertanian misalnya P4S Makin Makmur menggunakan pupuk hegro w, nebijin, siputox, dan lain-lain. Pemakaian jenis pupuk tergantung dari selera masing-masing petani. Kegiatan untuk budidaya tanaman sayuran yang dilakukan di P4S Makin Makmur secara keseluruhannya meliputi kegiatan persiapan bahan baku (benih), pengolahan tanah, penyemaian tanaman maupun langsung ditanam ke lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan panen. Kegiatan pemerahan susu sapi yang dilakukan di P4S Makin Makmur masih dilakukan secara manual atau tradisional. Adapun teknik untuk kegiatan pemerahan susu sapi diantaranya adalah : 1. Sebelum melakukan pemerahan pada sapi, maka yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan adalah kebersihan kandang seperti kotoran sapi, urin sapi, sisasisa rumput baik di dalam kandang maupun disekitar lokasi kandang. Program Studi Agribisnis 53 Laporan Tugas Akhir 2. Kotoran-kotoran di atas lantai harus bersih yaitu dengan menyemprotkan air di permukaan lantai kandang sapi. 3. Kemudian memandikan sapi-sapi tersebut dan disikat agar kotoran yang menempel pada badan sapi bersih. Tujuan membersihkan lantai dan memandikan sapi adalah untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu, disamping kualitas dan kesehatan susu akan terjamin 4. Waktu pemerahan pagi hari sekitar pukul 05.00 sampai 06.00 pagi, sore hari pukul 15.00-16.00. 5. Susu yang telah siap diperah dan telah dimasukkan ke dalam milkcan susu aluminium 10 liter, kemudian dibawa ke tempat untuk pengumpul susu lalu kendaraan pengangkut susu dari KPSBU yang akan membawanya ke koperasi. Kegiatan produksi untuk pengolahan tahu dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya : 1. Pilih kedelai yang bersih, kemudian dicuci. 2. Rendam dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air untuk 1 kg kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam. 3. Cuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka tahu yang dihasilkan akan cepat menjadi asam. 4. Haluskan kedelai dengan memasukkan ke dalam mesin penggilingan kedelai dan tambahkan air hangat sedikit demi sedikit hingga berbentuk bubur. 5. Masak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 7000 C – 8000 C (ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil). Program Studi Agribisnis 54 Laporan Tugas Akhir 6. Saring bubur kedelai dan endapkan airnya dengan menggunakan batu tahu (Kalsium Sulfat = CaSO4) sebanyak 1 gram atau 3 ml asam cuka untuk 1 liter sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan-lahan. 7. Cetak dan pres endapan tersebut pada papan pencetak tahu berukuran 60 cm x 60 cm. 8. Potong tahu sesuai dengan ukuran lalu masukkan ke dalam kuali besar berisikan air kunyit yang mendidih untuk memberikan warna kuning pada tahu. 9. Letakkan tahu yang telah disusun kembali pada rak, agar tahu terlebih dahulu didinginkan sebelum dikemas. Setelah semua tahu selesai dikemas dan dimasukkan ke dalam tong-tong tahu yang diisi sesuai dengan permintaan pasar. Malam harinya tahu didistribusikan ke pedagang-pedagang di pasar Lembang. b. Deskripsi produk Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, dikonsumsi/digunakan konsumen dan mendapatkan keuntungan, sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk yang dihasilkan di P4S Makin Makmur meliputi produk jasa sebagai penyuluh dalam bidang pertanian, pelatihan mengenai kewirausahaan (pertanian, peternakan, industri kecil). Untuk komoditi sayuran yang dibudidayakan di P4S Makin Makmur meliputi selada crop, labu zucchini, selada, mentimun jepang, cabai, tomat, brokoli. Tahu yang diproduksi yaitu tahu ukuran besar, menengah, dan kecil dengan harga yang disesuaikan dengan ukuran kemudian dikemas lalu dipasarkan ke pasar Lembang. Dan susu yang diproduksi masih berupa susu segar sehingga masih perlu dilakukan pengolahan lanjutan yaitu dibawa ke Koperasi Program Studi Agribisnis 55 Laporan Tugas Akhir Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Kecamatan Lembang untuk diolah menjadi yoghurt, susu murni, dan susu sterilisasi. c. Deskripsi pelanggan Pelanggan P4S Makin Makmur berasal dari petani disekitar lingkungan perusahaan, pemerintah, pemerintah swasta, institusi pendidikan, maupun akademisi diantaranya Departemen Perhubungan Jakarta, Perum Peruri Jakarta, Pupuk Kaltim, Dinas Pendidikan KBB, PT Bio Farm, PT Bank Diet Jakarta, dan PT Tetrapak. Untuk peserta pelaksanaan PKPM yang dibimbing oleh P4S Makin Makmur diantaranya mahasiswa UPI, UNPAD, UNICOM, dan siswa Assiddiqiyah Tangerang. d. Deskripsi pemasok bahan baku Pemasok bahan baku dikelompokkan dalam 2 jenis pemasok yaitu pemasok bahan baku untuk kegiatan pelatihan dan pemasok bahan baku untuk produk sayur, tahu, dan susu. Pemasok bahan baku untuk kegiatan pelatihan adalah pihak eksternal yang ikut membantu dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh P4S Makin Makmur seperti pemateri dari Dinas pertanian kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, dosen Universitas Surya Kencana, dan yang berasal dari balai-balai pelatihan pertanian seperti Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Pemasok bahan baku untuk kegiatan budidaya tanaman sayuran, pengolahan tahu, dan susu adalah berasal dari mitra petani, kebun sendiri, pasar Lembang, dan pasar di Bandung. Program Studi Agribisnis 56 Laporan Tugas Akhir 1. Mitra petani Pemasok bahan baku sayuran berasal dari mitra dengan petani dimana hal tersebut merupakan kerja sama petani dengan perusahaan. Bahan baku yang dimitrakan dengan petani biasanya berupa bibit yang dibutuhkan perusahaan dalam proses kegiatan budidaya. Perusahaan melakukan mitra dengan petani dalam hal bibit dikarenakan jika pembibitan dilakukan oleh seseorang yang memang ahli dan fokus dalam kegiatan pembibitan maka hasil yang diperoleh juga akan optimal. Namun, untuk benih perusahaan yang menyediakan dan memberikan kepada mitra untuk dilakukan penyemaian karena banyak terdapat merk-merk benih yang di jual dipasaran sehingga pihak perusahaan yang memutuskan sendiri merk benih apa yang akan digunakan. 2. Kebun sendiri Bahan baku juga berasal dari kebun yang diusahakan oleh P4S Makin Makmur. Perusahaan menggunakan asetnya beruapa lahan untuk kegiatan budidaya tanaman sayuran. Lahan tersebut juga dijadikan sebagai sarana dalam pelaksanaan pelatihan pertanian. 3. Pasar Lembang Bahan baku yang diperoleh dari pasar Lembang biasanya kedelai sebagai bahan baku dalam pengolahan tahu, benih-benih untuk tanaman sayuran yang akan dibudidayakan. 4. Pasar di Bandung Bahan baku yang diperoleh dari pasar yang di daerah Bandung yaitu plastik kemasan tahu dan memiliki label. Alasan perusahaan memilih pemasok bahan baku untuk kemasan tahu berasal dari pasar di Bandung adalah produk yang Program Studi Agribisnis 57 Laporan Tugas Akhir dihasilkan bermutu dan dengan harga yang terjangkau. Pemasok kemasan berasal dari Pasir Kojak. e. Deskripsi kegiatan pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Jika konsumen telah terpenuhi keinginannya dan telah memberikan tanggapan positif terhadap suatu produk tentunya juga akan memberikan dampak positif terhadap perusahaan dengan tercapainya tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba dari usaha yang dijalankan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di P4S Makin Makmur untuk tanaman yang dibudidayakan biasanya perusahaan telah memiliki pengumpul sendiri untuk memasarkan hasil panennya. Jika kegiatan panen dan tanaman yang dipanen telah di pack dengan memasukkan ke dalam keranjang kemudian pimpinan perusahaan menghubungi pengumpul untuk mengangkut sayuran yang telah dipanen ke tempat pengumpul. Kemudian pengumpul yang melakukan sortasi dan grading sebelum sayuran dipasarkan ke pasar induk Jakarta. Perusahaan tidak melakukan pemasaran sayuran yang telah dipanen ke konsumen atau langsung ke pasar dikarenakan perusahaan terlebih dahulu harus mencari pasar yang dapat menerima sayuran yang telah dipanen tersebut. Jika pasar tidak menerima tentunya perusahaan akan mengalami kerugian. Sedangkan dengan pengumpul, perusahaan tidak lagi khawatir dengan pasar yang akan dituju, target pasarnya sudah jelas, harga yang diberikan oleh pengumpul juga disesuaikan dengan kondisi harga di Program Studi Agribisnis 58 Laporan Tugas Akhir pasar, dan meskipun hasil panen yang diperoleh sedikit pengumpul tetap menerimanya. Pemasaran tahu didistribusikan ke konsumen secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran tahu secara langsung dimana konsumen datang langsung ke pabrik tahu untuk membeli tahu, sedangkan pemasaran tidak langsung untuk tahu biasanya sekitar pukul 20.00 WIB tahu yang telah siap dikemas dan telah dimasukkan ke dalam tong lalu dibawa ke pasar dengan mobil pick up untuk dititipkan ke pedagang di pasar Lembang dan pagi harinya pimpinan perusahaan mengambil uang hasil penjualan tahu dari pedagang. Pemasaran untuk susu sapi yang telah diperah dipasarkan ke KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara) di Lembang. Susu sapi diperah pada pagi hari pukul 06.00 dan sore hari pukul 15.00 selanjutnya petugas dari koperasi akan datang ke tempat pengumpulan susu sementara untuk mengangkut susu ke koperasi. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika petani yang memiliki ternak menjadi anggota di KPSBU diantaranya: (1) Jika pemilik ternak sakit maka ia dapat berobat ke rumah sakit yang telah direkomendasi oleh pihak koperasi, (2) Jika hewan ternak yang sakit maka pihak kesehatan dari koperasi akan datang ke tempat pemilik ternak yang telah menjadi anggota di koperasi, dan (3) Pasar untuk susu sapi yang telah diperah sudah jelas. Sedangkan kelemahan jika tidak menjadi anggota koperasi ialah kebalikan dari keuntungan. Program Studi Agribisnis 59 Laporan Tugas Akhir 4.2 Analisis Efisiensi Biaya Budidaya Labu Zucchini pada Lahan Selada Crop dengan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) 4.2.1 Budidaya labu zucchini dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) di P4S Makin Makmur Penggunaan teknologi pertanian untuk budidaya tanaman hortikultura khususnya sayuran telah banyak ditemukan dan diaplikasikan oleh para petani misalnya saja penggunaan teknologi mulsa plastik hitam perak. Petani yang melakukan budidaya tanaman sayuran dataran tinggi pada umumnya menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hal tersebut dikarenakan dengan penggunaan mulsa dapat mengurangi biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman. Sehingga dengan memperoleh keuntungan yang demikian, maka P4S Makin Makmur menggunakan mulsa plastik hitam perak sebagai teknologi pada budidaya selada crop dan labu zucchini. P4S Makin Makmur membudidayakan selada crop dan zucchini secara bersamaan, disebabkan waktu panen untuk tanaman labu zucchini hanya 37 hari setelah tanam dan pemeliharaannya juga tidak sulit. Sehingga tanaman labu zucchini ditanam bersamaan dengan selada crop. Waktu panen labu zucchini yang lebih cepat dari selada crop yaitu selada crop waktu panen 45 hari setelah tanam, sedangkan labu zucchini 37 hari setelah tanam. Hasil panen labu zucchini dapat digunakan untuk kegiatan lainnya seperti pembelian bahan baku maupun kegiatan produksi lainnya. Adapun kegiatan budidaya labu zucchini pada lahan selada crop yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur adalah : Program Studi Agribisnis 60 Laporan Tugas Akhir A. Pengadaan bahan Bahan baku yang digunakan oleh P4S Makin Makmur untuk budidaya labu zucchini diperoleh dari toko pertanian yang ada di pasar Lembang. Di P4S Makin Makmur tidak memiliki bagian khusus sebagai penyedia bahan baku dan biasanya Bapak Agus R. Sobandi yang membeli bahan baku atau benih ke toko pertanian yang ada di pasar Lembang. B. Persiapan lahan Persiapan lahan untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop di P4S Makin Makmur dilakukan persiapan lahan dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Adapun langkah-langkah persiapan lahan untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak di P4S Makin Makmur adalah sebagai berikut : 1. Membersihkan lahan dari bekas tanaman tomat dan mentimun jepang (tanaman sebelumnya), serta rumput liar (gulma). 2. Melakukan pemerataan tanah pada dinding-dinding tebing lahan dimana tanah tersebut berfungsi sebagai penutup drainase bekas tanaman tomat dan mentimun jepang. Karena sebelum digunakan untuk budidaya labu zucchini lahan tersebut telah digunakan untuk budidaya tanaman tomat dan mentimun jepang. Dinding-dinding tebing lahan yang telah rata akan ditutupi dengan mulsa plastik hitam perak untuk melindungi buah labu zucchini agar tidak kotor dan tidak busuk buah. 3. Melakukan penggemburan tanah dengan menggunakan hand tractor. Program Studi Agribisnis 61 Laporan Tugas Akhir 4. Membuat bedengan dengan tinggi 10 cm, lebar 100 cm, dan panjang bedengan yang berbeda-beda untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop. 5. Memberi pupuk kandang feses ayam yang telah dicampur dengan kotoran sapi di atas permukaan bedengan secara merata lalu tutup permukaan bedengan dengan tanah. Untuk 2 m bedengan diperlukan 1 karung pupuk kandang ukuran 50 kg sehingga jika panjang bedengan 20 m maka diperlukan 10 karung pupuk kandang. 6. Menggemburkan kembali permukaan tanah pada bedengan dengan menggunakan papan ukuran 0,5 cm x 0,05 cm. 7. Memberikan pupuk dasar pada permukaan bedengan dimana pupuk dasar yang diberikan yaitu campuran dari pupuk ZA, pupuk phonska, pupuk SP36, dan siputox. Pupuk dasar yang diberikan untuk 100 cm panjang lahan adalah 250 gram lalu tutup dengan tanah. 8. Memberikan pupuk kapur dolomit ke permukaan bedengan secara merata agar dapat menetralkan pH tanah. Tutup kembali permukaan bedengan yang telah diberi pupuk kapur dolomit dengan tanah drainase agar drainase dapat lebih lebar dan meninggikan bedengan. 9. Melakukan pemasangan mulsa plastik hitam perak pada bedengan dan juga pada dinding tebing lahan. 10. Membuat tanda lubang tanam dengan ukuran panjang 40 cm untuk tanaman selada crop sedangkan panjang untuk labu zucchini 100 cm pada lahan selada crop. Buat lubang pada mulsa sesuai dengan tanda yang telah diberi pada mulsa. Program Studi Agribisnis 62 Laporan Tugas Akhir Tata cara persiapan lahan sistem MPHP adalah (Rukmana,1998) : 1. Membersihkan lahan dari rumput liar dan pepohonan yang tidak berguna. 2. Mengolah tanah sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur dengan cangkul atau bajak, lalu kering-anginkan selama kurang lebih 14 hari. 3. Mengolah tanah kedua kalinya sambil membentuk bedengan – bedengan selebar 120 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan (maksimum 12 m), dan jarak antarbedengan 60 cm – 70 cm. 4. Menyebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2, lalu campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas. 5. Menyebarkan pupuk anorganik berupa campuran pupuk urea 500 kg/ha + TSP 300 kg/ha + KCL 300 kg/ha secara merata pada permukaan bedengan. Pupuk tersebut dicampur secara merata dengan lapisan tanah atas. 6. Menyiram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah agar pupuk larut ke dalam tanah. 7. Pemasangan MPHP dilakukan oleh dua orang, masing-masing pada posisi di ujung bedengan. Mulsa plastik yang berwarna hitam menutup permukaan tanah bedengan. 8. Membiarkan bedengan bermulsa plastik (kering – anginkan) selama 3 – 5 hari agar unsur hara larut dan tidak toksis bagi bibit labu zucchini yang segera akan ditanam. 9. Membuat lubang tanam dengan jarak 70 cm x 60 cm. Alat pelubang MPHP dapat berupa kaleng bekas susu bergagang yang diberi bara arang. Bedengan bermulsa plastik siap ditanami bibit labu zucchini. Program Studi Agribisnis 63 Laporan Tugas Akhir Kegiatan pengolahan lahan dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak yang dilakukan di P4S Makin Makmur tidak sesuai dengan literatur dimana pada literatur tanah yang telah digemburkan lalu dikering-anginkan selama kurang lebih 14 hari dan setelah semua pupuk diberikan pada bedengan kemudian bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak, dikering-anginkan kembali selama 3 – 5 hari. Namun, di P4S Makin Makmur tidak melakukan pemberian waktu tenggang disebabkan penanaman diusahakan sebelum musim penghujan. Agar setelah penanaman selesai tanaman yang baru ditanam disiram langsung dengan air hujan. Akibat dari tidak dilakukan waktu penjarangan yaitu suhu tanah di dalam mulsa masih sangat panas karena belum terjadi pembuangan gas-gas yang dapat merugikan tanaman setelah ditanam. Untuk jarak tanam labu zucchini pada literatur yaitu 70 cm x 60 cm sedangkan di P4S Makin Makmur hanya dengan panjang 100 cm. Hal tersebut disebabkan tanaman labu zucchini hanya sebagai tanaman pendamping pada lahan selada crop sehingga jumlahnya juga tidak sebanyak tanaman selada crop. Labu zucchini juga ditanam dengan alur memanjang saja sehingga jarak tanamnya hanya dengan panjang 100 cm pada lahan selada crop. 100 cm Gambar 4. Jarak tanam labu zucchini pada lahan selada crop dengan panjang 100 cm Program Studi Agribisnis 64 Laporan Tugas Akhir C. Penanaman Penanaman yang dilakukan di P4S Makin Makmur yaitu penanaman secara langsung ke lahan yang menggunakan mulsa plastik hitam perak. Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu melakukan penugalan untuk membuat lubang tanam agar mempermudah saat penanaman. Benih labu zucchini yang dimasukkan ke dalam lubang tanam yaitu sebanyak 2 benih per lubang tanam, lalu tutup benih dengan lapisan tanah secara tipis. Sistem tanam bibit dari persemaian, cocok dipraktikkan pada bedengan bermulsa plastik dan benih labu zucchini disemai terlebih dahulu dalam polybag di persemaian. Bibit labu zucchini dapat dipindah tanam dari persemaian ke kebun pada umur 14 – 21 hari atau berdaun 3 – 5 helai. Tata cara tanam bibit labu zucchini pada bedengan bermulsa plastik adalah (Rukmana, 1998): 1. Menggali tanah pada bidang lubang MPHP seukuran volume medium semai dalam polybag. 2. Mengangkut polybag berisi bibit labu zucchini dari persemaian ke lokasi kebun. 3. Menyiram medium semai dalam polybag hingga cukup basah, lalu keluarkan bibit labu zucchini bersama medium dan akar – karnya secara hati – hati. Cara mengeluarkan bibit dari polybag adalah mula – mula posisi polybag dibalikkan sambil menjepit batang bibit, lalu dasar polybag ditarik ke arah atas hingga terpisah dari perakaran bibit labu zucchini. 4. Bibit labu zucchini ditanam satu per satu ke dalam lubag tanam, lalu timbun dengan tanah sambil dipadatkan pelan-pelan pada bagian pangkal batang tanaman. Program Studi Agribisnis 65 Laporan Tugas Akhir 5. Menyiram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah. Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni saat udara tidak terlalu panas atau sinar matahari tidak terlalu terik. Untuk mengurangi terjadinya penguapan dan untuk menghindari stress pada tanaman. Untuk sistem tanam benih labu zucchini yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur tidak sesuai dengan literatur. Dimana pada literatur jika menggunakan mulsa plastik hitam perak sebaiknya benih disemai terlebih dahulu sebelum ditanam ke lahan sedangkan P4S Makin Makmur langsung menanam benih ke lahan padahal sistem persiapan lahan di P4S Makin Makmur menggunakan mulsa plastik hitam perak. Alasan P4S Makin Makmur tidak menyemai benih labu zucchini dikarenakan jika benih labu zucchini disemai tentunya juga akan dilakukan penyulaman dan dikarenakan benih labu zucchini berukuran besar sehingga memerlukan tempat penyemaian yang besar pula. D. Pemeliharaan tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop di P4S Makin Makmur adalah sebagai berikut : 1. Penyulaman pada tanaman labu zucchini yang mati, tidak tumbuh serta pertumbuhan abnormal. 2. Penyulaman dilakukan 5 hari setelah tanam dan untuk penyulaman labu zucchini hanya 10 tanaman yang disulam. 3. Pemupukan tanaman labu zucchini dengan pupuk cair organik yang diolah sendiri oleh P4S Makin Makmur. Pupuk cair organik yang digunakan oleh P4S Makin Makmur yaitu berasal dari urin sapi yang dicampur dengan beberapa pupuk nonorganik seperti pupuk NPK mutiara, hegro w, dan nebijin Program Studi Agribisnis 66 Laporan Tugas Akhir kemudian dilarutkan dengan air. Pemupukan dilakukan dengan disemprot menggunakan knapsack dan 10 hari sebelum labu zucchini dipanen diberikan pupuk organik cair kembali dengan menyiramkan pupuk ke bagian akar tanaman menggunakan gelas aqua dengan dosis 280 ml per tanaman labu zucchini. 4. Penyiangan gulma disekitar bedengan maupun sekitar tanaman labu zucchini pada lahan selada crop. 5. Penyiraman tanaman labu zucchini pada lahan selada crop dengan frekuensi penyiraman yaitu 2 hari sekali dimana penyiraman dilakukan pada pagi hari. Karena jika tanaman disiram pada siang hari yaitu saat matahari telah panas dapat mengakibatkan tanaman layu dan jika tidak kuat akan mati. 6. Pemangkasan batang tanaman labu zucchini yang tua dan menutupi bagian buah dari labu zucchini. 7. Pemeliharaan tanaman labu zucchini dari hama dan penyakit. Hama yang biasa menyerang labu zucchini yaitu ulat grayak dan keong Sedangkan penyakit yang menyerang labu zucchini adalah busuk buah. Menurut Rukmana (1998), bahwa penyiangan hanya dilakukan dengan membersihkan rumput pada selokan diantara bedengan tanpa harus menggemburkan tanah ataupun pengguludan. Budidaya tanaman labu zucchini dengan MPHP dapat meringankan kegiatan dan biaya pemeliharaan tanaman dengan hasil yang memuaskan (prima). Kegiatan pemupukan susulan juga tidak mutlak dilakukan pemberian pupuk susulan disebabkan seluruh dosis pupuk diberikan sebelum tanam. Program Studi Agribisnis 67 Laporan Tugas Akhir Menurut Imdad dan Abdjad (2001) bahwa setelah 25 hari pertumbuhan dan perkembangan tanaman semakin lebih cepat dan keadaannya makin rimbun. Tumbuhnya bunga dan wiwilan akan menambah rimbunnya tanaman. Untuk mengurangi kerimbunan tersebut sebaiknya daun-daun muda yang muncul bersamaan dengan bunga atau buah dibuang saja. Daun ini dapat dianggap sebagai wiwilan atau sirung sehingga tidak perlu dipertahankan untuk tumbuh dan berkembang. Pemangkasan ini penting dilakukan pada musim penghujan untuk mengurangi kerimbunan dan kelembaban yang dapat mengundang berbagai hama atau penyakit. Kegiatan pemeliharaan tanaman labu zucchini menggunakan mulsa plastik hitam perak tidak sesulit jika pemeliharaan tanpa menggunakan mulsa. Kegiatan pemeliharaan labu zucchini dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak jika dilihat berdasarkan literatur maka kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur telah sesuai dengan literatur dimana kegiatan penyiangan hanya dilakukan di daerah sekitar tanaman dan bedengan tanpa harus menggemburkan tanah atau menggulud tanah. Pemberian pupuk susulan juga tidak terlalu intensif. Hanya saja untuk kegiatan pemangkasan P4S Makin Makmur tidak sesuai dengan literatur dimana P4S Makin Makmur melakukan pemangkasan setelah panen pertama yaitu 38 hari setelah tanam sehingga mengakibatkan tanaman labu zucchini sangat rimbun dan banyak batang tanaman yang sudah tua dan menutupi buah labu zucchini. Hama yang menyerang tanaman labu zucchini di P4S Makin Makmur hanya ulat grayak dan keong, sedangkan penyakit yang menyerang labu zucchini yaitu busuk buah. Program Studi Agribisnis 68 Laporan Tugas Akhir E. Panen Labu zucchini yang telah dipanen setelah berumur 37 hari sampai dengan 40 hari setelah tanam. Berat buah bekisar antara 200 gram – 500 gram dan buah labu zucchini berwarna hijau. Labu zucchini dipanen dengan cara memetik dan juga menggunakan alat bantu yaitu pisau untuk memotong tangkai labu zucchini. Panen yang dilakukan dengan menggunakan pisau harus dilakukan dengan hatihati agar tidak melukai buah maupun batang dari tanaman labu zucchini lainnya. Cara panen buah labu zucchini adalah dipetik satu per satu bersama-sama tangkainya (Rukmana, 1998). Atau dengan memotong bagian tangkai buahnya atau tanpa menyertakan bagian tangkai buahnya sehingga pangkal buah tampak datar. Letak buah berada disela-sela tangkai daun dan batang utama sehingga pada waktu memetik buah sebaiknya dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bunga atau buah yang sedang berkembang (Imdad dan Abdjad, 2001). Alat bantu panen dapat menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Tiap panen labu zucchini dapat dipanen beberapa kali secara periodik dengan memilih buah berukuran baik dipetik. Kegiatan panen labu zucchini yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur telah sesuai dengan literatur dimana cara panen labu zucchini dapat dilakukan dengan memetik langsung buah labu zucchini atau dapat juga dengan menggunakan alat bantu seperti pisau. Buah labu zucchini yang dipanen adalah labu zucchini yang masih muda karena jika sudah terlalu dewasa maka rasanya akan hambar serta lebih berserat. Program Studi Agribisnis 69 Laporan Tugas Akhir F. Pasca panen Kegiatan pasca panen tidak dilakukan oleh P4S Makin Makmur secara keseluruhan karena perusahaan memasarkan produk tanaman sayurannya kepada distributor, sehingga kegiatan pasca panen P4S Makin Makmur hanya pengumpulan hasil. P4S Makin Makmur melakukan pembungkusan labu zucchini yang telah dipanen dengan kertas untuk melindungi buah labu zucchini saat packing ke dalam keranjang. Menurut Rukmana (1998), kegiatan pasca panen labu zucchini dapat dilakukan dengan cara, terlebih dahulu mengumpulkan hasil buah labu zucchini yang telah selesai dipanen, melakukan pembersihan, melakukan sortasi dan klasifikasi, pencucian dan penirisan, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran. Dilihat berdasarkan literatur tersebut maka dapat diketahui bahwa P4S Makin Makmur hanya melakukan kegiatan pasca panen sebatas pengumpulan hasil lalu membalutnya dengan kertas koran, agar saat di packing ke dalam keranjang buah labu zucchini tidak rusak. Gambar 5. Tanaman labu zucchini pada lahan selada crop Program Studi Agribisnis 70 Laporan Tugas Akhir 4.2.2 Efisiensi biaya budidaya labu zucchini dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) di P4S Makin Makmur Pemanfaatan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) pada budidaya tanaman labu zucchini lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan tidak menggunakan MPHP. Keuntungan yang dirasakan yaitu dapat mencegah resiko serangan penyakit buah busuk, juga bisa menekan biaya tenaga kerja penyiangan, pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Keuntungan persiapan lahan dengan MPHP (Rukmana, 1998) adalah warna hitam mulsa plastik dapat menekan pertumbuhan gulma (rumput liar), mulsa plastik dapat mengurangi bahaya pencucian (erosi) tanah dan unsur hara tanpa pe nguapan zat makanan dari tanah akibat proses evapontranspirasi ataupun hujan, pemberian pupuk anorganik dapat dilakukan secara total sebelum tanam, MPHP dapat mencegah risiko serangan penyakit busuk buah, dapat menekan biaya pemeliharaan tanaman, terutama pengairan, penyiangan, dan pengendalian organisme hama penyakit, dan dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil sehingga perakaran tanaman tumbuh leluasa dan normal. Keuntungan yang diperoleh budidaya labu zucchini dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak telah sesuai dengan literatur dimana keuntungan dalam menggunakan mulsa plastik hitam perak adalah dapat mencegah resiko serangan penyakit buah busuk dan memperkecil kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu kegiatan pemupukan susulan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit, dan dapat menekan pertumbuhan gulma. Penyiangan yang dilaksanakan pada budidaya labu zucchini sistem MPHP hanya pada bagian area yang tidak tertutupi MPHP seperti parit-parit dan sedikit pada lubang tanam, berbeda dengan budidaya tanaman labu zucchini tidak Program Studi Agribisnis 71 Laporan Tugas Akhir menggunakan MPHP penyiangan dilakukan diseluruh bagian bedengan serta dapat mengakibatkan kerusakan akar akibat dari kurang hati-hati pada saat menyiang bagian yang dekat perakaran tanaman. Pemupukan atau penyediaan unsur hara pada budidaya tanaman labu zucchini besar dengan sistem MPHP lebih tersedia untuk tanaman, pemberian pupuk akan lebih sedikit karena persaingan tanaman dengan gulma bisa dikurangi serta berkurangnya penguapan pupuk akibat penyinaran matahari karena terhalang oleh warna hitam mulsa, jadi unsur hara akan tetap tersedia. Penggunaan MPHP pada budidaya labu zucchini dapat menjaga kelembaban dan suhu tanah, sehingga intensitas penyiraman lebih sedikit dimana kebutuhan air akan tetap terjaga pada tanah. Hama penyakit tanaman bisa lebih terkendali karena warna perak pada mulsa bisa memantulkan cahaya yang bisa menekan pertumbuhan hama aphid, penyakit tanaman sering muncul akibat dari kelembaban yang tidak stabil tetapi dengan menggunakan mulsa kelembaban tanah bisa lebih stabil jadi perkembangan penyakit tanaman bisa lebih terkendali. Petani di Lembang khususnya di Desa Wangunsari dan di P4S Makin Makmur umumnya menggunakan mulsa plastik hitam perak dalam sistem budidaya yang digunakan. Dikarenakan petani melakukan sistem tumpang sari pada tanamannya sehingga mereka menggunakan mulsa plastik hitam perak. Sistem tanam dengan tumpang sari merupakan sistem cocok tanam dengan cara menanam tanaman lain sebagai tanaman penyela diantara tanaman pokok yang dapat di petik hasilnya sebelum tanaman pokok membuahkan hasil. Komoditi yang akan ditanam dengan tumpang sari minimal harus memiliki syarat tumbuh yang sama agar dapat mempermudah dalam kegiatan pemeliharaan tanamannya seperti kegiatan pemupukan. Kebutuhan pupuk yang diperlukan oleh tanaman Program Studi Agribisnis 72 Laporan Tugas Akhir sebaiknya sama dengan kebutuhan tanaman yang akan ditumpang sarikan. Melakukan penanaman menggunakan mulsa plastik hitam dengan tumpang sari dapat memberikan produksi yang sangat maksimal. Produksi yang diperoleh dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak dapat mencapai dua sampai tiga kali dibandingkan tanpa menggunakan mulsa meskipun saat diawal petani harus mengeluarkan modal yang sangat besar untuk pembelian mulsa dan pembelian pupuk. Karena pupuk diberikan diawal saat dilakukan pengolahan tanah dan sebelum tanah ditutup menggunakan mulsa plastik hitam perak. Pemakaian mulsa plastik hitam perak di P4S Makin Makmur dapat digunakan selama 1,5 sampai dengan 2 tahun. Setelah dilakukan penanaman untuk satu kali musim tanam (90 hari) maka tidak perlu lagi adanya pengolahan lahan (tanpa olah tanah) selanjutnya. Setelah musim tanam pertama selesai, musim tanam selanjutnya dapat langsung dilaksanakan tanpa perlu adanya penanganan yang sering dilakukan pada saat pertama proses budidaya. Namun, hanya perlu melakukan penggemburan kembali tanah pada lubang tanam dengan menggunakan garpu lalu tanah diberikan pupuk kandang. Modal yang biasanya dikeluarkan untuk pengolahan tanah diawal tanam dapat dihilangkan. P4S Makin Makmur saat ini melakukan penanaman labu zucchini ditumpangsarikan dengan tanaman selada crop. Tanaman selada crop menjadi tanaman yang lebih dominan ditanam karena permintaan tanaman labu zucchini hanya sedikit dan labu zucchini merupakan tanaman orderan sehingga jika ada permintaan pasar maka P4S Makin Makmur membudidayakannya dan saat ini permintaan pasar akan labu zucchini jumlahnya tidak banyak sehingga P4S Makin Makmur hanya membudidayakan labu zucchini sebagai tanaman pendamping Program Studi Agribisnis 73 Laporan Tugas Akhir pada lahan selada crop. Tanaman labu zucchini dibudidayakan dengan memanfaatkan sisa lahan dari tanaman selada crop. P4S Makin Makmur memanfaatkan sisa lahan pada tanaman selada crop disebabkan tanaman labu zucchini merupakan tanaman yang syarat tumbuhnya mudah, waktu pertumbuhannya cepat hanya 30 sampai dengan 45 hari setelah tanam sudah dapat dipanen dan pemeliharaannya juga tidak sulit. Pada tahun 2012, lahan kebun 2 P4S Makin Makmur seluas 3.000 m2 digunakan untuk membudidayakan tanaman labu zucchini tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak dan diperoleh hasil panen sebesar 1 ton. Karena pada saat itu permintaan pasar akan tanaman labu zucchini sangat besar sehingga P4S Makin Makmur membudidayakan tanaman labu zucchini tersebut. Penggunaan mulsa plastik hitam perak pada tanaman labu zucchini bertujuan untuk memelihara buah labu zucchini agar tidak kotor karena buah labu zucchini menempel pada tanah sehingga jika tidak menggunakan mulsa buah juga akan rentan busuk. Berat buah dari tanaman labu zucchini minimal mencapai 200 gram dan maksimal mencapai 500 gram per buahnya. Umur panen dan ukuran dari buah labu zucchini sangat mempengaruhi harga jual. Jika buah dari tanaman labu zucchini dipanen terlalu cepat maka berat buahnya akan ringan dibandingkan buah yang dipanen tepat pada waktunya, sedangkan jika tanaman terlalu tua dan ukuran buah terlalu besar diakibatkan waktu pemanenan yang lewat dari waktunya maka hal tersebut juga dapat mempengaruhi harga jual disebabkan rasa dari buah labu zucchini sedikit hambar jika dibandingkan ketika buah masih muda. Tanaman buah labu zucchini juga dapat dipanen dengan waktu panen satu minggu dua kali panen sehingga interval waktu panen sebanyak 8 sampai dengan 10 kali panen. Program Studi Agribisnis 74 Laporan Tugas Akhir Tabel 7. Pengeluaran untuk tanaman labu zucchini menggunakan MPHP dengan luasan 200 m2 No Jenis Kegiatan Satuan Jumlah Harga (Rp) Total 1 MPHP Meter 200 1,000 200,000 2 3 Benih Gram 50 60,000 60,000 a. Pembentukan bedengan HKP 0.5 40,000 20,000 b. Pembajakan Meter 200 500 100,000 c. Pemberian pupuk dasar HKP 0.1 40,000 4,000 Pengelolaan lahan d. Pupuk * Pupuk SP-36 Kg 2 2,400 4,800 * Pupuk Phonska Kg 2 2,800 5,600 * Pupuk ZA Kg * Siputox Gram * Kapur dolomite Kg 2 2,400 4,800 250 18,000 18,000 2 5,000 10,000 * Pupuk kompos (sekam padi campur feses ayam) Karung 50 Kg 100 5,000 500,000 e. Pemasangan MPHP HKP 0.2 40,000 8,000 4 Penanaman HKW 0.2 25,000 5,000 5 Pupuk susulan 6 7 * NPK Mutiara Kg 2 10,000 20,000 * Nebijin Cc 200 38 7,600 4 50 200 * Hegro W Kegiatan pemeliharaan tanaman Mililiter * Penyiangan HKW 2.1 25,000 52,500 * Penyiraman HKW 1.8 25,000 45,000 * Pemupukan susulan HKW 0.2 25,000 5,000 HKW 2.4 25,000 60,000 Panen Jumlah 1,130,500 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 Ket : HKP = Hari Kerja Pria HKW= Hari Kerja Wanita Berdasarkan Tabel 7 diperoleh jumlah biaya yang dikeluarkan oleh P4S Makin Makmur adalah Rp 1.130.500. Panen labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak diperoleh sebanyak 784 kg selama 8 kali waktu panen dengan luas lahan 200 m2 dan dijual dengan harga Rp 4.000 per kg. Maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp 3.136.000 – Rp 1.130.500 = Rp 2.005.500. Program Studi Agribisnis 75 Laporan Tugas Akhir Tabel 8. Pengeluaran untuk tanaman labu zucchini tanpa menggunakan MPHP dengan luasan 200 m2 No Jenis 1 2 Benih Pengelolaan lahan a. Pembentukan bedengan b. Pembajakan c. Pemberian pupuk dasar d. Pupuk * Pupuk SP-36 * Pupuk Phonska * Pupuk ZA * Siputox * Kapur dolomite * Pupuk kompos (sekam padi campur feses ayam) Gram 50 60,000 60,000 HKP Meter HKP 0.5 200 0.1 40,000 500 40,000 20,000 100,000 4,000 Kg Kg Kg Gram Kg Karung 50 Kg 2 2 2 250 2 2,400 2,800 2,400 18,000 5,000 4,800 5,600 4,800 18,000 10,000 100 5,000 500,000 Penanaman Pupuk susulan * NPK Mutiara * Nebijin HKW 0.2 25,000 5,000 Kg Cc 2 200 10,000 38 20,000 7,600 * Hegro W Kegiatan pemeliharaan tanaman * Penyiangan * Penyiraman * Pemupukan susulan Mililiter 4 50 200 5.6 11.1 1.2 25,000 25,000 25,000 140,000 277,500 30,000 2.4 25,000 60,000 3 4 5 6 Panen Satuan HKW HKW HKW HKW Jumlah Jumlah Harga (Rp) Total 1,267,500 Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 Ket : HKP = Hari Kerja Pria HKW= Hari Kerja Wanita Berdasarkan Tabel 8 jumlah biaya yang dikeluarkan oleh P4S Makin Makmur adalah Rp 1.267.500. Panen labu zucchini pada lahan selada crop tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak diperoleh sebanyak 784 kg selama 8 kali waktu panen dengan luas lahan 200 m2 dan dijual dengan harga Rp 4.000 per kg. Maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp 3.136.000 – Rp 1.267.500 = Rp 1.868.500. Dari perbandingan keuntungan yang diperoleh terlihat jelas bahwa penanaman dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak lebih menguntungkan Program Studi Agribisnis 76 Laporan Tugas Akhir jika tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak. Selisih biaya antara budidaya labu zucchini di lahan selada crop dengan memakai mulsa plastik hitam perak dan tanpa memakai mulsa plastik hitam perak adalah Rp 137.000 atau terjadi pengurangan biaya sebesar 11%. Tabel 9. Perbandingan biaya budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP dengan luasan 200 m2 No Jenis Kegiatan MPHP Satuan Non MPHP Jumlah Biaya (Rp) 1 MPHP Meter Jumlah 200 Biaya (Rp) 200,000 - - 2 Pemasangan MPHP Kegiatan pemeliharaan tanaman * Penyiangan HKP 0.2 8,000 - - 3 HKW 2.1 52,500 5.6 140,000 * Penyiraman HKW 1.8 45,000 11.1 277,500 * Pemupukan susulan HKW 0.2 5,000 1.2 30,000 Total Sumber : P4S Makin Makmur, 2015 Ket : HKW= Hari Kerja Wanita 310,500 447,500 Berdasarkan Tabel 9, diperoleh perbandingan biaya budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP. Untuk budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur harus mengeluarkan biaya pembelian MPHP dan biaya pemasangan MPHP sedangkan jika tanpa menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur tidak mengeluarkan biaya untuk keduanya. Sehingga perbandingan biaya budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa MPHP adalah Rp -200.000 untuk biaya MPHP dan Rp -40.000 untuk biaya pemasangan MPHP. Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk penyiangan jika menggunakan MPHP biayanya Rp 52.500 dengan jumlah tenaga kerja wanita sebanyak 1 orang selama 7 hari dengan lama waktu penyiangan adalah 1,5 jam, sedangkan tanpa menggunakan MPHP biayanya Rp 140.000 dengan jumlah tenaga kerja wanita sebanyak 1 orang selama Program Studi Agribisnis 77 Laporan Tugas Akhir 7 hari dengan lama waktu penyiangan 4 jam. Lama waktu penyiangan dengan menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP berbeda disebabkan jika dengan menggunakan MPHP maka kegiatan penyiangan hanya dilakukan disekitar tanaman dan antar bedengan, sedangkan jika tanpa menggunakan MPHP kegiatan penyiangan harus dilakukan pada seluruh bedengan yang dibudidayakan tanaman labu zucchini sehingga lama waktu penyiangan lebih banyak jika tanpa menggunakan MPHP. Biaya untuk kegiatan penyiraman dengan menggunakan MPHP adalah Rp 45.000 sedangkan tanpa MPHP adalah Rp 277.500 sehingga diperoleh perbandingan biaya antara keduanya adalah Rp 232.500. Frekuensi kegiatan penyiraman tanaman labu zucchini dengan menggunakan MPHP sebanyak 18 kali penyiraman sedangkan tanpa menggunakan MPHP sebanyak 37 kali penyiraman. Perbedaan tersebut disebabkan jika menggunakan MPHP maka penyiraman hanya dilakukan 2 hari sekali yaitu pada pagi hari sedangkan tanpa menggunakan MPHP penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari. Salah satu manfaat dari MPHP adalah dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil dan mencegah penguapan air tanah sehingga tanah dapat tetap gembur, sedangkan jika tanpa menggunakan MPHP maka tidak ada yang melindungi tanah dari penguapan air tanah dan terpaan butir hujan sehingga kelembaban tanah sulit dipertahankan. Adapun biaya pemupukan susulan dengan menggunakan MPHP adalah Rp 5.000 dan tanpa menggunakan MPHP adalah Rp 30.000 sehingga perbandingan antara keduanya sebesar Rp 25.000. Dapat disimpulkan bahwa biaya budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan MPHP lebih efektif jika dibandingkan tanpa menggunakan MPHP. Jika menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur harus mengeluarkan biaya tambahan untuk Program Studi Agribisnis 78 Laporan Tugas Akhir pembelian MPHP dan biaya pemasangan MPHP. Kegiatan pemeliharaan untuk penyiangan efisiensi biayanya sebesar Rp 87.500, penyiraman efisiensi biayanya sebesar Rp 232.500, dan pemupukan susulan efisiensi biayanya sebesar Rp 25.000. Adapun jumlah bedengan tanaman labu zucchini dengan luasan 200 m2 adalah 9 bedengan. Program Studi Agribisnis 79 Laporan Tugas Akhir V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilakukan oleh penulis mengenai budidaya dan finansial tanaman labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak di P4S Makin Makmur, didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Kelebihan secara teknis yaitu dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak mampu menekan pertumbuhan gulma, mampu mengurangi bahaya erosi tanah, pemberian pupuk diberikan secara total sebelum tanam, mencegah resiko penyakit busuk buah, menekan biaya pemeliharaan tanaman. Kekurangannya secara teknis membutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam pemasangan mulsa plastik hitam perak. 2. Budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan MPHP lebih efektif jika dibandingkan tanpa menggunakan MPHP. Jika menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pembelian MPHP dan biaya pemasangan MPHP. Namun, dapat meminimalisir biaya kegiatan pemeliharaan dimana untuk penyiangan efisiensi biayanya sebesar Rp 87.500, penyiraman efisiensi biayanya sebesar Rp 232.500, dan pemupukan susulan efisiensi biayanya sebesar Rp 25.000. Sehingga, diperoleh selisih biaya antara budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP sebesar Rp 137.000 atau terjadi pengurangan biaya sebesar 11%. Program Studi Agribisnis 80 Laporan Tugas Akhir 5.2 Saran Budidaya tanaman sayuran dengan menggunakan MPHP dapat mengurangi biaya tenaga kerja untuk kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu penyiangan, penyiraman, serta pemupukan susulan dan dapat mengurangi pertumbuhan tanaman liar (gulma) di lahan. Sehingga hal tersebut dapat menguntungkan bagi perusahaan maupun petani. Program Studi Agribisnis 81 Laporan Tugas Akhir DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Labu Zucchini Sayuran Jepang yang Renyah. http://sahabatpetani. com (8 April 2015) Arga. 2010. Mulsa. http://www.digilib.unila.ac.id. (8 April 2015) Astari. 2011. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Labu Zucchini (studi kasus : Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Citerang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Institut Pertanian Bogor. Bogor. http:.//www.reposito ry.ipb.ac.id (5 April 2015) Budiarti. 2014. Acara 3 Penutup Tanah (Mulsa). http://www.budiarto/acara-3penutup-tanah-mulsa.html (5 April 2015) Ditjen Hortikultura, 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003-2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id (01 April 2015). Fahrurrozi, K.A. Stewart, S. Jenni. 2001. The early gowth of muskmelon in minitunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci. 126:757-763. 4445 Fahrurrozi, K.A. Stewart. 1994. Effects of mulch optical properties on weed gowth and development. HortScience 29 (6):54 Ihsan, Muhammad Raja. 2011. Kondisi Pertanian di Lembang. http://muhammadr ajai11u.student.ipb.ac.id/2011/08/27/kondisi-pertanian-di-lembang/ (5 April 2015) Imdad, Heri Purwanto dan Abdjad Asih Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta Kristanto, Daniel. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya. Jakarta. Lamont, W. J. 1993. Plastic mulches for the production of vegetable crops. HorTechnology. 3 (1) : 35-38. Mahrer, Y. 1979. Prediction of soil temperatures of a soil mulched with transparent polyethylene. J. Applied Meteorology. 18:1263-1267. Rukmana, Rahmat. 1998. Budidaya Labu Zucchini. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Tim Penulis PS. 1992. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Wardjito. 2001. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Zucchini (Cucurbita pepo L.). Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung. Jurnal Holrtikultura. v. 11(4) p. 244-247 Program Studi Agribisnis 82