I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang P4S Makin Makmur

advertisement
Laporan Tugas Akhir
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
P4S Makin Makmur merupakan sebuah Pusat Pelatihan Pertanian
Pedesaan Swadaya Makin Makmur. P4S Makin Makmur berada dibawah naungan
dari BBPP Lembang. Kegiatan yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur adalah
kegiatan penyuluhan kepada petani di sekitar Desa Wangunsari, budidaya
tanaman hortikultura terutama sayuran dataran tinggi, peternakan, dan pengolahan
tahu. Tanaman hortikultura yang dibudidayakan di P4S Makin Makmur adalah
tanaman sayuran dataran tinggi meliputi selada crop, labu zucchini, cabai, tomat,
mentimun jepang, brokoli, selada.
Salah satu sayuran ekslusif yang dibudidayakan di P4S Makin Makmur
adalah labu zucchini. Labu zucchini disebut dengan tanaman ekslusif disebabkan
peluang pasar untuk labu zucchini tersebut masih terbatas pada konsumen di kotakota besar. Dalam beberapa tahun terakhir ini, konsumen di kota-kota besar mulai
menggemari sayuran ekslusif, terutama aneka sayuran Jepang. Masyarakat
Indonesia sebenarnya telah lama mengenal aneka jenis sayuran ekslusif asal
Jepang, hanya namanya saja yang berbeda. Aneka jenis sayuran ekslusif Jepang
yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah (1) Daikon yaitu lobak berumbi
besar, (2) Kyuuri yaitu mentimun, (3) Nasubi yaitu terung ungu, (4) Edamame
yaitu kedelai, dan (5) Zucchini yaitu labu sucini (Rukmana,1998).
Peluang pasar untuk sayuran Jepang dan Korea masih terbuka lebar seiring
dengan bermunculan restoran Jepang dan Korea. Di Indonesia ada sekitar 55
restoran Jepang yang dapat dijadikan pasar potensial (Astari, 2011). Pada
Program Studi Agribisnis
1
Laporan Tugas Akhir
kenyataannya tidak banyak petani yang menanam sayuran Jepang dan Korea
tersebut karena permintaan pasar akan tanaman sayuran tersebut tidak banyak dan
biasanya petani membudidayakan jika distributor meminta labu zucchini dalam
jumlah banyak karena tanaman labu zucchini di Lembang masih merupakan
tanaman orderan. Disebut sebagai tanaman orderan disebabkan labu zucchini akan
dibudidayakan oleh petani jika permintaan pasar labu zucchini dalam jumlah
banyak dan jika permintaan pasar sedikit maka hanya beberapa petani yang
membudidayakan dan yang berkeinginan saja.
Peredaran tanaman labu zucchini baru sebatas di restoran, hotel terkemuka
dan sebagian pasar swalayan. Petani yang menanam labu zucchini sampai saat ini
belum begitu banyak, hanya di daerah pertanian tertentu saja. Di Jawa Barat
misalnya, baru daerah Cikole, Lembang, Cipanas, dan Cianjur. Itupun
penanamannya hanya sebagai tanaman pendamping atau tumpang sari (Astari,
2011). Walaupun penanamannya dilakukan secara khusus untuk labu zucchini,
para petani tetap harus memperhatikan pasarnya terlebih dahulu dengan
memastikan bahwa ada pasar yang menerima produknya tersebut agar petani tidak
dirugikan. P4S Makin Makmur melakukan budidaya labu zucchini di lahan selada
crop disebabkan permintaan untuk labu zucchini tidak banyak dan labu zucchini
merupakan
tanaman
orderan
sehingga
P4S
Makin
Makmur
hanya
membudidayakan labu zucchini sebagai tanaman pendamping di lahan selada
crop.
Salah satu teknik budidaya yang dapat digunakan oleh petani di Indonesia
adalah dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak dan pada umumnya
masyarakat awam menyebut mulsa plastik hitam perak dengan sebutan “MPHP”.
Program Studi Agribisnis
2
Laporan Tugas Akhir
Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai
ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan.
Biaya awal yang biasanya dikeluarkan oleh petani seperti biaya pembelian MPHP
dan pemupukan secara total yang dilakukan sebelum penanaman. Penggunaan
mulsa plastik hitam perak pada budidaya labu zucchini dapat meningkatkan hasil
dan pendapatan (Wardjito, 2001).
Saat ini penggunaan mulsa plastik hitam perak sudah hampir menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses produksi tanaman sayuran. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis mulsa pada berbagai
jenis tanaman secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil awal dan total
hasil dari berbagai tanaman, meningkatkan kualitas hasil tanaman dan pada
akhirnya meningkatkan efisiensi usaha tani itu sendiri (Wardjito, 2001).
Lembang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat, Indonesia. Kecamatan Lembang berada pada ketinggian antara 1.312
hingga 2.084 meter di atas permukaan laut. Titik tertingginya ada di puncak
Gunung Tangkuban Parahu. Sebagai daerah yang terletak di pegunungan, suhu
rata-rata berkisar antara 17°C-27 °C. Lembang merupakan daerah pertanian yang
terkenal dan terdapat di utara Kota Bandung. Hasil-hasil pertanian yang dihasilkan
menopang berbagai kebutuhan pokok untuk Kota Bandung. Hasil-hasil pertanian
dari Lembang berupa teh, sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
Para petani di Lembang, pada umumnya menggunakan mulsa plastik hitam
perak untuk budidaya pada tanaman sayuran. Penggunaan mulsa plastik hitam
perak tersebut dikarenakan tanah di daerah Lembang merupakan tanah yang subur
sehingga akan mengakibatkan mudahnya tanaman liar pengganggu tanaman
Program Studi Agribisnis
3
Laporan Tugas Akhir
seperti gulma untuk tumbuh disekitar tanaman, sehingga dengan penggunaan
mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi pertumbuhan gulma disekitar
tanaman dan dapat mengurangi tenaga kerja dalam kegiatan pemeliharaan
tanaman. Hasil produksi yang diperoleh juga lebih maksimal dibanding jika tanpa
menggunakan mulsa plastik hitam perak.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini
adalah:
1. Mendeskripsikan proses budidaya dan finansial tanaman labu zucchini
pada lahan selada crop dengan menggunakan MPHP di P4S Makin
Makmur.
2. Menganalisis efisiensi biaya budidaya labu zucchini dengan menggunakan
MPHP di P4S Makin Makmur.
Program Studi Agribisnis
4
Laporan Tugas Akhir
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditi Labu Zucchini
Menurut Astari (2011), zucchini (Curcubita pepo L) tergolong kedalam
keluarga labu namun bentuknya sepintas serupa dengan mentimun. Sayuran yang
terkenal dengan “Summer Squash” ini memiliki permukaan halus, berwarna hijau
atau kuning, bahkan ada yang bergaris ataupun berbintik.
Tanaman labu zucchini tumbuh tegak seperti tanaman labu pada
umumnya. Tanaman yang memiliki tinggi antara 25 sampai 40 cm ini memiliki
tangkai daun panjang, berbentuk hampir silindris dengan pangkal membesar, dan
helai daun bulat yang menjari. Bunga labu zucchini yang berwarna kuning keluar
dari daerah antara batang utama dengan tangkai daun.
Labu zucchini ini mengandung vitamin C, mangan, magnesium, vitamin
A, kalium, kalsium, besi, folat, tembaga, riboflavin, niasin, dan fosfor. Dalam 100
gram labu zucchini terkandung 1,6 gram serat; protein 0,9 gram; lemak 0,3 gram,
karbohidrat 4,3 gram; dan kalori sebanyak 20 kalori. Labu zucchini sangat baik
dikonsumsi ketika menjalani program diet karena labu zucchini rendah kalori dan
lemak. Serat yang terkandung dalam labu zucchini mampu mengikat zat
karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker di dalam tubuh (Rukmana,
1998).
Gambar 1. Buah labu zucchini
Program Studi Agribisnis
5
Laporan Tugas Akhir
2.1.1 Perkembangan labu zucchini dalam pasar pertanian nasional
Menurut Astari (2011), labu zucchini merupakan salah satu jenis sayuran
baru di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan karena belum
banyak petani yang mengembangkan labu zucchini, hanya dibeberapa daerah saja
seperti Cikole, Lembang, Cipanas, dan Cianjur. Pada awalnya labu zucchini ini
hanya ditanam di daerah subtropis, namun setelah adanya berbagai inovasi labu
zucchini bisa dikembangkan didaerah beriklim tropis salah satunya Indonesia,
dengan kualitas produk yang lebih baik. Selain dapat dikonsumsi dalam masakan
segar, labu zucchini dapat dijadikan asinan yang dikemas dalam kemasan
kalengan atau botol. Hal ini merupakan peluang baru di bisnis makanan olahan
yang dikembangkan secara agroindustri.
Menurut Ditjen Hortikultura (2009), konsumsi sayuran di Indonesia terus
meningkat. Tingkat konsumsi sayuran perkapita sebesar 37,59 kilogram perkapita
per tahun (2008) menjadi 54,75 kilogram perkapita per tahun. Maka kebutuhan
sayur yang belum dapat dipenuhi sebesar 17,16 kilogram perkapita per tahun. Hal
tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk pengembangan sayuran masih besar.
2.1.2 Karakteristik labu zucchini
Bentuk buah labu zucchini impor ini, sepintas seperti mentimun hijau, baik
warna kulit maupun besarnya. Hanya saja bedanya, labu zucchini memiliki
tangkai buah lebih besar, besarnya hampir sama dengan pangkal buahnya, panjang
buah labu zucchini antara 15 cm - 30 cm dengan diameter 4 cm - 10 cm.
Sedangkan bobotnya ada yang mencapai 500 gram lebih paling kecil bobotnya
200 gram (Rukmana, 1998).
Program Studi Agribisnis
6
Laporan Tugas Akhir
Buahnya muncul pada setiap ketiak daun, yang tumbuh di sekeliling
pohon. Uniknya, meski berbuah sangat lebat tetapi pohonnya tidak merambat,
paling panjang hanya 70 cm. Buah Labu zucchini sangat bagus dan menarik
karena memiliki kulit sangat beragam. Warna buahnya ada yang hijau muda, hijau
tua dengan kulit mengkilap, ada yang hijau bintik-bintik putih seperti mentimun.
Warna buah yang sangat favorit, di pasaran adalah warna kuning cerah mengkilap,
sehingga harganya pun unggul. Selain itu, buah labu zucchini yang tidak
merambat ini memiliki biji agak bulat dan pipih mirip dengan biji labu besar,
bijinya oleh produsen bibit dijadikan sebagai bahan pembibitan yang baik
(generatif). Pada umumnya buah labu zucchini ini, dipanen pada saat masih muda,
sedangkan bila dipanen dan dikonsumsi sudah tua kurang banyak diminati karena
memiliki rasa yang kurang enak. Sebab bila dipanen telah tua, dagingnya keras
dan banyak serat. Sedangkan daging labu zucchini ini sangat tebal, dengan warna
putih bersih dan banyak mengandung air (Anonim, 2012).
Gambar 2. Tanaman labu zucchini dengan MPHP
Program Studi Agribisnis
7
Laporan Tugas Akhir
2.1.3 Klasifikasi tanaman labu zucchini
Menurut Rukmana (1998), dalam ilmu tumbuh-tumbuhan (botani)
tanaman labu zucchini
termasuk kedalam
labu-labuan
(Cucurbitaceae).
Kedudukan tanaman labu zucchini dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucurbita
Spesies
: Cucurbita pepo L.
Nama umum labu zucchini adalah “summer squash”, yakni jenis labu
besar untuk ditanam pada musim panas. Labu besar yang umum ditanam pada
musim dingin adalah “winter squash”. Di Indonesia labu zucchini disebut “labu
sucini”.
Labu zucchini populer disebut “labu sayur”, Karena pada umumnya
dijadikan bahan sayur-sayuran. Karakteristik (ciri khas) dari tanaman labu
zucchini adalah sebagai berikut :
1. tumbuhnya tidak merambat
2. buah berbentuk bulat panjang seperti mentimun
3. umumnya buah dipanen muda untuk bahan sayur
Program Studi Agribisnis
8
Laporan Tugas Akhir
2.1.4 Morfologi tanaman labu zucchini
Menurut Rukmana (1998), tanaman labu zucchini tumbuh tegak setinggi
25 cm – 40 cm atau lebih. Seluruh bagian tanaman banyak mengandung air
(herbaceous). Pangkal batang tidak tampak karena tertutup oleh tangkai daun
yang tumbuh di sekeliling batang. Tangkai daun umumnya berukuran panjang,
bentuknya bulat memanjang, tumbuh tegak pada kemiringan 300 – 450 dari letak
batang, dan permukaan kulit tangkai berbulu atau berduri-duri kecil.
Daun labu zucchini umumnya berukuran lebar yang tumbuh pada ujung
tangkai dan melekat secara tunggal. Bentuk daun bervariasi, antara lain menjari,
agak bulat, atau bulat bergerigi. Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau
tua dan permukaannya berduri kecil (Rukmana, 1998).
Bunga labu zucchini berwarna kuning hingga kuning kemerahan. Bunga
tanaman ini memiliki 5 kelopak, pada bagian pangkalnya terdapat gelembung
yang merupakan bakal biji. Fase generatif ditandai dengan tumbuhnya bunga dari
ketiak dasar tangkai daun. Kemudian, sebagian bunga menjadi buah dan sebagian
lagi layu (berguguran). Tiap tanaman labu zucchini dapat menghasilkan 5 – 50
buah atau lebih, tergantung pada varietas dan kesuburan tanah (Rukmana, 1998).
Calon buah terletak di belakang mahkota bunga sehingga jika calon buah
tumbuh maka mahkota bunga akan terdorong dan akhirnya menempel pada ujung
buah (Imdad dan Abdjad, 2001). Buah labu zucchini berbentuk panjang lonjong,
mirip buah mentimun. Panjang buah sekitar 15 cm -23 cm, dengan diameter 4 cm
– 8,5 cm, dan berat tiap buah sekitar 200 gram – 400 gram. Buah labu zucchini
tumbuh pada ketiak daun disekeliling batang. Penampilan buah labu zucchini
amat menarik karena warna kulit buah amat bervariasi. Ada yang berwarna hijau
Program Studi Agribisnis
9
Laporan Tugas Akhir
muda atau hijau tua polos mengilap, ada yang berwarna hijau berbintik-bintik
putih, dan terdapat juga varietas labu zucchini yang berkulit kuning cerah
mengilap (Rukmana, 1998).
Buah labu zucchini umumnya dipanen pada saat masih muda sebagai
bahan sayur-mayur. Buah yang sudah tua memiliki rasa yang kurang enak karena
sudah mengeras dan banyak berserat. Struktur buah terdiri atas empat bagian
yakni kulit luar, daging buah, rongga buah, dan biji. Daging buah labu zucchini
amat tebal, berwarna putih bersih, dan banyak mengandung air. Buah labu
zucchini stadium tua akan membentuk rongga kecil dibagian tengah sebagai
tempat melekat biji (Rukmana, 1998).
Biji labu zucchini berbentuk agak bulat dan pipih mirip dengan biji labu
besar. Biji dapat digunakan sebagai bahan perbanyak secara generatif (Rukmana,
1998).
Di lingkungan tropis Indonesia, tanaman labu zucchini tumbuh semusim
(annual). Produksi buah labu zucchini banyak dijual di pasar – pasar swalayan
sebagai sayur ekslusif.
Gambar 3. Benih labu zucchini
Program Studi Agribisnis
10
Laporan Tugas Akhir
2.1.5 Syarat tumbuh
a. Keadaan iklim
Tanaman labu zucchini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
daerah yang memiliki suhu minimal 180C – 240C dengan kelembaban udara 60%90%. Tanaman ini cocok ditanam pada lahan terbuka maupun green house
(Rukmana, 1998).
Di Indonesia, tanaman ini umumnya tumbuh subur pada dataran menengah
(medium) sampai dataran tinggi (pegunungan) mulai dari ketinggian 600 meter
sampai 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Bila ditanam pada dataran
rendah, labu zucchini tumbuh kurang produktif, berbuahnya sangat rendah
(Rukmana, 1998).
Daerah yang bayak ditanami labu zucchini adalah Cipanas (Cianjur) dan
Lembang (Bandung). Daerah tersebut umumnya berketinggian 1.000 m – 1.200 m
dpl, bersuhu minimum 170 C – 180 C dan maksimum 230 C – 250 C, kelembaban
udara (rH) 70% - 90%, dan curah hujan bulanan 190 mm – 250 mm, tergantung
pada perubahan cuaca atau iklim (Rukmana, 1998).
b. Keadaan tanah
Daerah pegunungan (dataran tinggi) umumnya mempunyai jenis tanah
andosol. Tanah jenis andosol paling baik untuk tanaman labu zucchini, asalkan
keadaannya subur, gembur, aerasi dan drainasenya baik, banyak mengandung
bahan organik (humus), dan mempunyai reaksi tanah (pH) antara 5,5 – 6,8
(Rukmana, 1998).
Karakteristik tanah andosol ditandai dengan lapisan tanah bagian dalam
(solum) cukup tebal antara 1 m – 2 m, berwarna hitam kelabu sampai cokelat tua,
Program Studi Agribisnis
11
Laporan Tugas Akhir
berstruktur remah, teksturnya debu atau lempung berdebu sampai lempung, pH
tanah 5,0 – 7,0, kandungan bahan organik tinggi, dan produkstivitasnya sedang
sampai tinggi. Tanah yang digunakan bercocok tanam sayuran dapat digilir
(dirotasi) dengan tanaman labu zucchini (Rukmana, 1998).
Dewasa ini terdapat kecenderungan (trend) pergeseran usaha tani sayuran
dataran tinggi ke dataran menengah. Di dataran menengah umumnya dijumpai
jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning (PMK). Kedua jenis tanah ini
umumnya mempunyai sifat fisik kurang baik karena bereaksi masam dan
kandungan haranya rendah. Oleh karena itu, tanah-tanah di dataran menengah
pada ketinggian 300 m – 800 m dpl. Perlu pengelolaan yang baik dengan cara
pemberian dosis pupuk organik cukup tinggi, pengolahan tanah secara sempurna,
dan pengapuran tanah (limming) (Rukmana, 1998).
2.2 Aspek Produksi
2.2.1 Persiapan bahan tanaman dan penyemaian
Menurut Rukmana (1998), tanaman labu zucchini umumnya diperbanyak
secara generatif dengan biji. Dewasa ini benih labu zucchini hibrida banyak
diperdagangkan di kios – kios atau toko sarana produksi pertanian sehingga para
petani mudah untuk membelinya. Hal yang paling penting dalam persiapan bahan
tanaman (benih) labu zucchini adalah sebagai berikut :
a. tentukan varietas komersial, unggul, dan dapat beradaptasi dengan baik di
dataran tropis Indonesia.
b. perhatikan kemasan (label) benih pada rincian petunjuknya, terutama
keterangan masa berlakunya benih, dan karakteristik lainnya.
Program Studi Agribisnis
12
Laporan Tugas Akhir
c. pilih benih yang baik, yakni ukurannya seragam, berkulit bernas, tidak keriput
atau berbintik – bintik, dan tidak mengandung hama dan penyakit.
Kebutuhan benih tiap satuan luas lahan ditentukan oleh varietas labu
zucchini, jarak tanam, kesuburan tanah, dan sistem tanam. Sistem labu zucchini
dapat ditanam secara langsung dengan benih di kebun (lapang) atau disemai
dahulu di persemaian. Tiap gram labu zucchini berisi 10 – 20 butir sehingga tiap
hektar lahan dibutuhkan sekitar 1,5 kg benih (sistem tanam langsung) atau hanya
0,5 kg benih (sistem semai) (Rukmana, 1998).
Untuk memperoleh pertumbuhan bibit atau tanaman yang seragam,
sebelum benih disemai atau ditanam langsung di kebun (lapangan) diperam
terlebih dahulu hingga berkecambah. Cara pengecambahan benih labu zucchini
adalah mula-mula benih direndam dalam air dingin atau air hangat bersuhu 550 C
selama 15 – 30 menit. Kemudian benih ditiriskan dan diperam dalam lipatan kain
atau kertas tisu yang dibasahi. Pemeraman benih dilakukan diruang gelap selama
2 – 3 hari, tergantung pada daya kecambah benih. Benih yang berkecambah atau
bakal akar telah tumbuh sepanjang 2 mm – 4 mm dapat segera ditanam langsung
di kebun atau disemai terlebih dahulu (Rukmana, 1998).
Tata cara penyemaian benih (biji) labu zucchini meliputi tahap – tahap
sebagai berikut :
a. siapkan alat dan bahan yang terdiri dari polybag (kantong plastik) ukuran 10 cm
x 8 cm yang telah dilubangi kecil bagian dasarnya, medium semai berupa
campuran tanah dan pupuk kandang halus (1:1) atau campuran tanah dengan
pupuk Super TW plus (5:1), gembor, dan sarana penunjang lainnya.
Program Studi Agribisnis
13
Laporan Tugas Akhir
b. isi polybag dengan medium semai hingga cukup penuh, kemudian simpan
secara berjajar dan teratur pada bedengan.
c. siram medium semai dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah.
d. semaikan benih (biji) labu zucchini satu per satu dalam polybag sedalam 1 cm –
1,5 cm.
e. pasang sungkup berbentuk setengah lingkaran menutup permukaan bedengan.
Tinggi sungkup minimal 50 cm dari permukaan bedengan, lalu tutup dengan
atap dari lembaran plastik bening (transparan).
Benih labu zucchini akan muncul ke permukaan medium persemaian pada
umur 2 – 5 hari setelah semai. Bibit muda dipelihara dengan intensif selama
kurang lebih 14 hari atau berdaun 3 – 5 helai (Rukmana, 1998).
2.2.2 Persiapan lahan
Persiapan lahan untuk kebun labu zucchini dapat dilakukan dengan dua
cara (metode), yaitu berupa bedengan nonmulsa dan bedengan bermulsa plastik
hitam perak. Tata laksana persiapan lahan kebun labu zucchini adalah sebagai
berikut (Rukmana, 1998) :
a. Metode bedengan nonmulsa
Tahap – tahap persiapan lahan berupa bedengan nonmulsa adalah :
1. Bersihkan lahan dari pepohonan, batu – batu kerikil, dan rumput – rumput
liar (gulma).
2. Olah tanah sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur dengan cangkul atau
bajak.
3. Kering-anginkan
tanah
tersebut
selama
minimal
15
hari
untuk
menguapkan gas-gas beracun dalam tanah.
Program Studi Agribisnis
14
Laporan Tugas Akhir
4. Olah tanah kedua kalinya sambil dibentuk bedegan – bedengan selebar 120
cm – 150 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan
lahan, dan jarak antarbedengan 60 cm – 70 cm.
5. Lakukan pemberian pupuk organik (kotoran ternak 20 ton/ha) dengan cara
disebar merata bersama lapisan tanah atas ataupun dimasukkan ke tiap
lubang tanam sebanyak 2 kg.
6. Ratakan atau rapikan kembali bedengan hingga siap ditanami.
b. Metode bedengan bermulsa plastik
Jenis mulsa plastik yang umum digunakan adalah mulsa plastik hitam
perak (MPHP). Permukaan mulsa plastik yang berwarna hitam dipasang menutupi
permukaan bedengan, sedangkan permukaan yang berwarna perak berada
disebelah atas (Rukmana,1998).
Keuntungan persiapan lahan dengan MPHP (Rukmana, 1998) adalah:
 Warna hitam mulsa plastik dapat menekan pertumbuhan gulma (rumput
liar).
 Warna perak mulsa plastik dapat memantulkan kembali sinar matahari
sehingga mampu mengendalikan serangan hama kutu daun (aphids) dan
thrips.
 Mulsa plastik dapat mengurangi bahaya pencucian (erosi) tanah dan unsur
hara
tanpa
penguapan
zat
makanan
dari
tanah
akibat
proses
evapontranspirasi ataupun hujan.
 Pemberian pupuk anorganik secara dapat dilakukan secara total sebelum
tanam.
 MPHP dapat mencegah risiko serangan penyakit busuk buah.
Program Studi Agribisnis
15
Laporan Tugas Akhir
 Dapat menekan biaya pemeliharaan tanaman, terutama pengairan,
penyiangan, dan pengendalian organisme hama penyakit.
 Dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil sehingga perakaran tanaman
tumbuh leluasa dan normal.
Waktu pemasangan MPHP yang paling baik adalah pada siang hari saat
sinar matahari terik, agar mulsa plastik elastis dan menutup permukaan bedengan
secara merata. Tata cara persiapan lahan sistem MPHP adalah (Rukmana,1998) :
1. Bersihkan lahan dari rumput liar dan pepohonan yang tidak berguna.
2. Olah tanah sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur dengan cangkul atau
bajak, lalu kering-anginkan selama kurang lebih 14 hari.
3. Olah tanah kedua kalinya sambil membentuk bedengan – bedengan
selebar 120 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan
keadaan lahan (maksimum 12 m), dan jarak antarbedengan 60 cm – 70
cm.
4. Sebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2, lalu campurkan secara
merata dengan lapisan tanah atas.
5. Sebarkan pupuk anorganik berupa campuran pupuk urea 500 kg/ha + TSP
300 kg/ha + KCL 300 kg/ha secara merata pada permukaan bedengan.
Pupuk tersebut dicampur secara merata dengan lapisan tanah atas.
6. Siram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah agar pupuk
larut ke dalam tanah.
7. Pemasangan MPHP dilakukan oleh dua orang, masing-masing pada posisi
di ujung bedengan. Mulsa plastik yang berwarna hitam menutup
permukaan tanah bedengan.
Program Studi Agribisnis
16
Laporan Tugas Akhir
8. Biarkan bedengan bermulsa plastik kering – anginkan selama 3 – 5 hari
agar unsur hara larut dan tidak toksis bagi bibit labu zucchini yang segera
akan ditanam.
9. Buat lubang tanam dengan jarak 70 cm x 60 cm. Alat pelubang MPHP
dapat berupa kaleng bekas susu bergagang yang diberi bara arang.
Bedengan bermulsa plastik siap ditanami bibit labu zucchini.
2.2.3 Penanaman
Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Di daerah
yang sumber airnya memadai, penanaman bibit labu zucchini dapat dilakukan
setiap saat. Cara tanam sesuaikan dengan metode persiapan lahan.
a. Sistem tanam benih langsung di kebun
Sistem tanam benih langsung di kebun cocok dilakukan pada lahan
bedengan nonmulsa. Tata cara menanam benih langsung di kebun (lapangan)
adalah (Rukmana, 1998) :
1. Buat lubang tanam dengan tugal dan kored. Jarak antarbarisan 70 cm dan
jarak dalam barisan 60 cm.
2. Masukkan benih labu zucchini 1 – 2 butir ke dalam tiap lubang, lalu tutup
dengan tanah tipis.
3. Lakukan pemberian pupuk dasar sebanyak sepertiga bagian dari dosis
anjuran, yakni sebanyak 180 kg/ha urea + 100 kg/ha TSP + 100 kg/ha KCl.
Cara pemupukan adalah dengan ditugal atau dimasukkan ke dalam larikan
sejauh 10 cm – 15 cm dari lubang tanam, lalu tutup dengan tanah setebal 5
cm – 10 cm.
4. Siram (airi) tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah.
Program Studi Agribisnis
17
Laporan Tugas Akhir
b. Sistem tanam bibit dari persemaian
Sistem tanam ini cocok dipraktikkan pada bedengan bermulsa plastik dan
benih labu zucchini disemai terlebih dahulu dalam polybag di persemaian. Bibit
labu zucchini dapat dipindah tanam dari persemaian ke kebun pada umur 14 – 21
hari atau berdaun 3 – 5 helai. Tata cara tanam bibit labu zucchini pada bedengan
bermulsa plastik adalah (Rukmana, 1998):
1. Gali tanah pada bidang lubang MPHP seukuran volume medium semai
dalam polybag.
2. Angkut polybag berisi bibit labu zucchini dari persemaian ke lokasi kebun.
3. Siram medium semai dalam polybag hingga cukup basah, lalu keluarkan
bibit labu zucchini bersama medium dan akar – akarnya secara hati – hati.
Cara mengeluarkan bibit dari polybag adalah mula – mula posisi polybag
dibalikkan sambil menjepit batang bibit, lalu dasar polybag ditarik ke arah
atas hingga terpisah dari perakaran bibit labu zucchini.
4. Tanamkan bibit labu zucchini satu per satu ke dalam lubang tanam, lalu
timbun dengan tanah sambil dipadatkan pelan-pelan pada bagian pangkal
batang tanaman.
5. Siram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah.
Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni saat
udara tidak terlalu panas atau sinar matahari tidak terlalu terik.
2.2.4 Pemeliharaan tanaman
Menurut Rukmana (1998), pemeliharaan tanaman labu zucchini meliputi
kegiatan pokok sebagai berikut :
Program Studi Agribisnis
18
Laporan Tugas Akhir
a. Pemeliharaan tanaman sistem tanpa mulsa
1. Penyulaman dan penjarangan tanaman
Penyulaman dilakukan seawal mungkin, yakni pada umur maksimum 15
hari setelah tanam (hst). Cara menyulam adalah dengan mengganti benih atau
bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan benih atau bibit yang baru. Bibit
yang tumbuh 2 batang/lubang sebaiknya diperjarang untuk disisakan satu tanaman
yang terbaik.
2. Pengairan
Pengairan pada fase awal pertumbuhan tanaman labu zucchini harus
dilakukan secara kontinu, yakni 1 – 2 kali/hari, pagi atau sore hari terutama bila
tidak hujan. Pengairan berikutnya cukup seminggu sekali tergantung pada
keadaan tanah dan cuaca. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
pengairan adalah tanah tidak boleh becek (menggenang). Cara pengairan adalah
dengan menyirami tanah di sekeliling perakaran tanaman labu zucchini hingga
cukup basah. Bila sumber air memadai, pengairan dapat dilakukan dengan cara dileb.
Pengairan sistem leb, umumya dilakukan pada lahan persawahan, juga
dapat dilakukan pada lahan tegalan asal memiliki sumber air. Pengairan ini
diterapkan pada tanah liat berpasir. Tekniknya dengan membuat parit dengan
kedalaman 20 cm dan lebar 20 cm. Jarak tanaman dengan parit 20-40 cm.
Pemasukan air ke areal tanam diatur per petak lahan sesuai keadaan lahan. Air
dimasukkan dari parit yang letak kemiringannya lebih tinggi. Bagian akhir parit
ditutup dulu dengan tanah agar air menggenang dalam parit. Bila air sudah
meresap merata, pengaliran air dipindahkan ke parit pada petak lahan berikutnya.
Program Studi Agribisnis
19
Laporan Tugas Akhir
Caranya ujung parit dibuka hingga sisa air dari dalam parit berpindah seluruhnya
ke parit lainnya. Lakukan demikian seterusnya sampai seluruh petak lahan terairi
(Kristanto, 2008).
3. Penyiangan dan penggemburan tanah
Rumput liar yang tumbuh di lahan kebun labu zucchini harus disiangi.
Waktu penyiangan biasanya pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam. Cara
penyiangan adalah dengan mencabut atau membersihkan rumput hingga bersih.
Bersama-sama penyiangan dilakukan penggemburan tanah di sekeliling pangkal
batang tanaman, lalu ditimbun membentuk guludan arah memanjang barisan
tanaman.
4. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam
bersama-sama dengan kegiatan penyiangan. Pupuk susula pertama dan susulan
kedua masing-masing menggunakan dosis seperti pada pemupukan dasar, yakni
urea 180 kg/ha + TSP 100 kg/ha + KCl 100 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan
disebar pada larikan di sekeliling tanaman sejauh 25 cm – 40 cm, kemudian
ditutup tanah setebal 10 cm – 15 cm.
5. Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman bertujuan mengendalikan hama dan penyakit.
Perlindungan tanaman yang dianjurkan adalah pengendalian hama dan penyakit
secara terpadu. Komponen pengendalian hama dan penyakit terpadu meliputi :
 Kultur teknis, yakni menggunakan benih atau bibit yang sehat (bebas hama
penyakit), pengolahan tanah yang baik, tanam serempak, pemupukan
berimbang, dan pergiliran tanaman.
Program Studi Agribisnis
20
Laporan Tugas Akhir
 Fisis dan mekanis, yakni perendaman benih dalam air hangat 550 C selama 15
menit, mengumpulkan dan memusnahkan jasad organisme hama penyakit.
 Biologis (hayati), yakni memanfaatkan musuh alami (predator, parasitoid, dan
pathogen) hama atau penyakit.
 Kimiawi, yakni menggunakan pestisida secara selektif sesuai dengan jenis dan
dosis yang dianjurkan.
b. Pemeliharaan tanaman pada sistem MPHP
Kegiatan pemeliharaan tanaman labu zucchini sistem MPHP prinsipnya
sama dengan sistem tanam mulsa plastik. Perbedaanya hanya dalam hal
pemupukan susulan, panyiangan dan penggemburan tanah.
Pada sistem tanam MPHP, seluruh dosis pupuk diberikan sebelum tanam,
sehingga tidak mutlak dipupuk susulan. Kalaupun tanaman labu zucchini kurang
subur, cukup dipupuk secara disiram ke tanaman dengan larutan NPK 5 kg/200
liter air sebanyak 500 cc per tanaman (Rukmana,1998).
Menurut Rukmana (1998), bahwa penyiangan hanya dilakukan dengan
membersihkan
rumput
pada
selokan
diantara
bedengan
tanpa
harus
menggemburkan tanah ataupun pengguludan. Budidaya tanaman labu zucchini
sistem MPHP dapat meringankan kegiatan dan biaya pemeliharaan tanaman
dengan hasil yang memuaskan (prima).
2.2.5 Hama dan penyakit
a. Hama
Menurut Rukmana (1998), organisme hama penting yang sering menyerang
tanaman labu zucchini adalah :
Program Studi Agribisnis
21
Laporan Tugas Akhir
 Kutu daun
Kutu daun (Aphids sp.) berukuran kecil, panjang tubuh 1 mm – 2 mm,
berwarna kuning atau hijau kemerah-merahan sampai hijau gelap. Tubuhnya ada
yang bersayap dan ada yang tanpa sayap.
Kutu daun hidup bergerombol pada permukaan daun muda (pucuk)
bagian bawah atau berkelompok di bawah kuntum bunga dan kulit buah. Hama ini
menyerang dengan cara mengisap cairan (sel) tanaman sehingga mengeluarkan
cairan manis (madu) yang dapat mengundang datangnya semut dan menimbulkan
kapang jelaga (Capnodium sp.).
Gejala serangan kutu daun adalah daun atau pucuk tanaman menjadi
salah bentuk, keriting, keriput, menguning, dan pembentukan bunga terhambat.
Pengendalian kutu daun dapat dilakukan dengan penanaman serempak,
mengurangi jumlah tanaman inang, pergiliran tanaman, memotong bagian
tanaman yang terserang berat, dan aplikasi insektisida. Jenis insektisida untuk
mengendalikan kutu daun adalah Pegasus 500 EC, Supracide 40 EC, atau
Confidor 200 SL, dengan konsentrasi yang dianjurkan.
 Ulat grayak
Spesies ulat grayak (Spodoptera sp.) yang umum ditemukan menyerang
tanaman budidaya termasuk labu zucchini adalah S. litura, S. mauritia, dan S.
Exempta. Ukuran larva hama ini dapat mencapai 25 mm, berwarna hijau atau
cokelat dengan garis kekuning-kuningan.
Gejala serangan ulat grayak ditandai dengan rusaknya epidermis daun
sehingga tinggal tulang-tulang daun saja. Daun-daun yang teserang berwarna
Program Studi Agribisnis
22
Laporan Tugas Akhir
bening (transparan) keputih-putihan penuh dengan kotoran ulat (larva).
Pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan:
a. Mengumpulkan ulat dan dimusnahkan
b. Membersihkan rumput liar (gulma) dan sisa-sisa tanaman
c. Pergiliran (rotasi) tanaman
d. Memasang sex pheromone “ugratas merah” untuk perangkap kupu-kupu
Spodoptera jantan
e. Aplikasi insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Cascade 50 EC dengan
konsentrasi yang dianjurkan
 Lalat buah
Lalat buah (Bactrocera cucrbitae) berukuran kecil, bersayap, dan bagian
punggungnya berwarna kehitam-hitaman. Lalat betina meletakkan telur dengan
cara menusukkan ovopositornya pada kulit buah sedalam 1,4 mm – 2,0 mm. telur
akan menetas menjadi larva atau belatung.
Stadium hama yang sering menyerang buah labu zucchini adalah larva.
Larva lalat buah memakan dan melubangi daging buah. Buah yang diserang larva
menjadi rusak berlubang-lubang dan kadang-kadang busuk atau berguguran.
Pengendalian lalat buah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengumpulkan dan memusnahkan buah yang terserang berat
b. Memasang perangkat lalat yang berbahan aktif metal augenol, seperti
Petrogenol atau Super Meg
c. Aplikasi insektisida misalnya Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC dengan
konsentrasi yang dianjurkan
Program Studi Agribisnis
23
Laporan Tugas Akhir
 Tungau
Tungau (Tetranychus sp.) berbentuk oval sampai agak persegi tiga
(triangular) dan berwarna jingga atau kemerah-merahan. Tungau menyerang
tanaman dengan cara mengisap cairan (sel) daun. Serangan tungau menyebabkan
permukaan daun berwarna kemerah-merahan, keriting, dan akhirnya daun rontok.
Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara pergiliran (rotasi) tanaman dan
aplikasi insektisida-insektisida misalnya Mitac 200 EC atau Omite 570 EC.
 Ulat tanah
Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) berwarna hitam atau cokelat. Ulat tanah
tinggal dalam tanah dan aktif pada senja atau malam hari. Ulat tanah menyerang
tanaman dengan memotong titik tumbuh (pucuk) atau bagian tangkai daun. Gejala
serangan yang dapat diamati adalah pucuk atau tangki daun terkulai dan tampak
layu.
Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan ulat untuk dimusnahkan, pergiliran (rotasi) tanaman, sanitasi
kebun, dan aplikasi insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Furadan 3G saat
tanam.
b. Penyakit
Penyakit penting yang sering menyerang tanaman labu zucchini adalah
(Rukmana, 1998) :
 Embun tepung
Penyakit embun tepung (Powdery mildew) disebabkan oleh cendawan
Erysiphe cichoracearum DC ex. Merat. Penyakit ini berjangkit pada saat cuaca
lembap atau musim kemarau yang berhawa sejuk.
Program Studi Agribisnis
24
Laporan Tugas Akhir
Gejala serangan yang dapat diamati adalah bagian tanaman yang
terinfeksi penuh dengan lapisan putih bertepung. Daun yang terserang berat
berubah warna dari hijau menjadi cokelat, dan akhirnya mengering (mati).
Pengendalian penyakit embun tepung dilakukan dengan cara pemotongan bagian
tanaman yang sakit, pergiliran tanaman, dan aplikasi fungisida Afugan 300 EC
atau Rubigan 120 EC.
 Embun bulu
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pseuperonospora cubensis
(Berk. Et Curt.) Rostow. Cendawan ini menyerang tanaman pada saat cuaca
lembap, berkabut atau berembun, dan suhu udara 160 C – 220 C.
Gejala serangan penyakit ini adalah daun yang terinfeksi berbercakbercak kuning. Bila cuaca lembap, bercak kuning ditumbuhi bulu-bulu berwarna
keungu-unguan pada sisi bawah bercak.
Pengendalian penyakit embun bulu (Downy mildew) dapat dilakukan
dengan cara memangkas bagian tanaman yang sakit untuk dibakar, sanitasi kebun,
dan aplikasi fungisida, misalnya Cupravit OP 21 atau Dithane M-45 dengan
konsentrasi yang dianjurkan.
 Virus belang (Mosaik)
Penyebab virus mosaic adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV) atau
Squash Mosaic Virus (SMV). Serangan virus ini menyebabkan daun berbelangbelang hijau tua dan hijau muda sampai kekuning-kuningan, pucuk menjadi
keriting, ruas-ruas batang memendek, dan tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian penyakit virus dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Program Studi Agribisnis
25
Laporan Tugas Akhir
a. Menggunakan bibit atau benih yang bebas virus
b. Pergiliran (rotasi) tanaman
c. Membongkar (eradikasi) tanaman yang sakit berat
d. Aplikasi insektisida, seperti Pengasus 500 EC atau Confidor 200 SL untuk
mengendalikan hama kutu daun (Aphids sp.) yang merupakan vector virus.
 Antraknosa
Penyebab
penyakit
antraknosa
adalah
cendawan
Colletotrichum
lagenarium (Pass.) Ell et. Halst. Cendawan ini berkembang pesat pada cuaca
lembap dan banyak hujan.
Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya bercak-bercak
cokelat bersudut sampai bulat pada daun. Serangan berat pada daun menyebabkan
daun kering (mati). Bila cendawan ini menyerang buah menyebabkan gejala
busuk basah berwarna cokelat sampai hitam pada kulit atau daging buah.
Pengendalian penyakit antraknosa dapat dilakukan dengan cara :
a. Memotong dan membakar bagian tanaman yang sakit
b. Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman atau rumput
c. Pergiliran (rotasi) tanaman
d. Aplikasi fungisida berbahan aktif Cu (tembaga), misalnya Cupravit OB 21 atau
Kocide 80 AS
 Layu bakteri
Penyebab penyakit layu bakteri (Bacterial wilt) adalah bakteri Erwinia
tracheiphila (E F Smith) Holland. Bakteri ini dapat bertahan hidup dalam tanah.
Gejala serangan mula-mula pucuk lemas, lalu seluruh tanaman menjadi
layu, dan akhirnya tanaman mati. Daun-daun yang terinfeksi berat menguning dan
Program Studi Agribisnis
26
Laporan Tugas Akhir
mengering. Tanaman yang terserang bakteri layu bila dipotong bagian pangkalnya
dan direndam dalam air jernih selama 15 menit sambil digoyang-goyang akan
keluar massa bakteri berwarna keruh seperti susu.
Pengendalian penyakit bakteri layu dapat dilakukan dengan cara :
a. Menggunakan benih atau bibit bebas bakteri
b. Perlakuan benih (seed treatment) dengan cara direndam dalam larutan
bakterisida, misalnya Agrept 20 WP atau Agrimysin 15/1,5 WP selama 15
menit sebelum disemai atau ditanam
c. Mencabut tanaman yang sakit (layu)
d. Memperbaiki drainase tanah
e. Pergiliran tanaman
 Busuk buah
Penyebab penyakit busuk buah adalah cendawan Fusarium sp. Dan
Phytophthora sp. Kedua pathogen ini berkembang pesat pada cuaca lembap dan
banyak hujan.
Serangan fusarium menyebabkan buah busuk yang dipenuhi massa jamur
seperti kapas. Adapun serangan Phytophthora sp. mengakibatkan busuk berwarna
cokelat. Pengendalian penyakit busuk buah dapat dilakukan dengan cara :
a. Bagian tanaman yang terinfeksi dipangkas
b. Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman atau rumput liar
c. Pergiliran (rotasi) tanaman
d. Aplikasi fungisida, misalnya Dithane M-45 atau Antracol 70 WP dengan
konsentrasi yang dianjurkan.
Program Studi Agribisnis
27
Laporan Tugas Akhir
2.2.6 Pemangkasan
Menurut Imdad dan Abdjad (2001) bahwa setelah 25 hari pertumbuhan
dan perkembangan tanaman semakin lebih cepat dan keadaannya makin rimbun.
Tumbuhnya bunga dan wiwilan akan menambah rimbunnya tanaman. Untuk
mengurangi kerimbunan tersebut sebaiknya daun-daun muda yang muncul
bersamaan dengan bunga atau buah dibuang saja. Daun ini dapat dianggap sebagai
wiwilan atau sirung sehingga tidak perlu dipertahankan untuk tumbuh dan
berkembang. Pemangkasan ini penting dilakukan pada musim penghujan untuk
mengurangi kerimbunan dan kelembaban yang dapat mengundang berbagai hama
atau penyakit.
2.2.7 Panen
Panen buah labu zucchini pada umumnya dilakukan pada stadium buah
muda, kecuali varietas labu zucchini berkulit kuning dapat dipanen hingga
menjelang buah tua (masak) (Rukmana,1998).
Menurut Rukmana (1998), buah labu zucchini sudah dapat dipanen jika
telah menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tanaman berumur 49 – 55 hari setelah tanam (hst) atau 5 -7 hari setelah keluar
bunga
2. Berat buah berkisar antara 200 g – 500 g tergantung pada jenis atau varietas
labu zucchini
3. Daging buah berstruktur halus dan berwarna putih
4. Kulit buah masih ditutupi lapisan lilin
Program Studi Agribisnis
28
Laporan Tugas Akhir
Panen buah yang terlalu muda, sekalipun rasanya enak mengakibatkan
hasil panen tiap tanaman
atau tiap satuan luas lahan menurun (rendah).
Sebaliknya, panen yang terlambat menyebabkan buah berserat dan rasanya kurang
enak (Rukmana, 1998).
Menurut Imdad dan Abdjad (2001), buah labu zucchini yang dipanen pada
saat masih muda biasanya dikenal dengan baby zucchini. Panjang buah berkisar 7
– 10 cm dan lingkar buah 1 – 2 cm. Buah labu zucchini dewasa dapat mencapai
ukuran panjang 20 cm dengan lingkar buah kira – kira 3,5 cm.
Cara panen buah labu zucchini adalah dipetik satu per satu bersama-sama
tangkainya (Rukmana, 1998). Atau dengan memotong bagian tangkai buahnya
atau tanpa menyertakan bagian tangkai buahnya sehingga pangkal buah tampak
datar. Letak buah berada disela-sela tangkai daun dan batang utama sehingga pada
waktu memetik buah sebaiknya dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak
bunga atau buah yang sedang berkembang (Imdad dan Abdjad, 2001). Alat bantu
panen dapat menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Tiap panen labu zucchini
dapat dipanen beberapa kali secara periodik dengan memilih buah berukuran baik
dipetik.
Bila tiap hektar terdapat populasi kurang lebih 23.000 tanaman, dan tiap
tanaman menghasilkan rata-rata 5 buah dengan berat tiap buah 200 g, maka hasil
panen dapat mencapai 23 ton. Hasil panen dapat meningkat bila berat tiap buah
lebih dari 250 g. Misalnya, varietas green champ yang berat buahnya antara 400 g
– 500 g dapat menghasilkan 46 – 57,5 ton/ha.
Program Studi Agribisnis
29
Laporan Tugas Akhir
2.2.8 Pasca panen
Buah labu zucchini yang dipetik dengan mengikutkan tangkai buahnya
akan tahan disimpan selama 3 minggu, asalkan disimpan dalam ruang pendingin.
Buah labu zucchini yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai salad,
campuran roti panggang, ditumis, atau campuran dengan saus tomat (lalab)
(Imdad dan Abdjad, 2001).
Menurut Rukmana (1998), penanganan pasca panen buah labu zucchini
meliputi kegiatan pokok sebagai berikut :
 Pengumpulan hasil
Buah labu zucchini yang telah dipetik segera dikumpulkan di tempat yang
teduh dan letaknya strategis dekat dengan jalan. Buah labu zucchini diletakkan
berbaring (posisi ditidurkan) di tanah yang rata dan dialasi dengan daun-daunan
atau lembar plastik.
 Pembersihan
Di tempat pengumpulan hasil panen sementara, buah labu zucchini diwadahi
karung goni atau keranjang plastik. Hasil panen ini segera diangkut ke gudang
penampungan (bangsal) hasil.
 Sortasi dan klasifikasi
Buah labu zucchini dalam karung goni atau keranjang plastik dikeluarkan
untuk disortir atau diseleksi yang baik dan mulus. Buah yang abnormal atau rusak
dipisahkan tersendiri.
Buah yang terpilih dipisah-pisahkan lagi berdasarkan ukuran yang seragam
dan warna kulit buah yang sama. Hal yang penting diperhatikan dalam klasifikasi
buah adalah memilih bentuk buah yang lurus.
Program Studi Agribisnis
30
Laporan Tugas Akhir
 Pencucian dan penirisan
Buah yang telah diklasifikasi segera dicuci dengan air bersih yang
disemprotkan agar kotoran atau residu pestisida yang melekat pada buah sungguhsungguh bersih. Sesuai pencucian, buah ditiriskan pada rak-rak atau lantasi peniris
yang disusun secara teratur.
 Pengemasan
Pengemasan bertujuan meningkatkan daya tarik (penampilan) buah labu
zucchini hingga diminati konsumen. Wadah pengemas dapat berupa keranjang
plastik berkapasitas 10 kg - 20 kg atau kotak plastik yang ditutup lembar plastik
polietilene berkapasitas 0,5 kg – 1,0 kg.
 Pengangkutan dan pemasaran
Tiap kemasan disusun rapi dalam alat angkut hingga penuh, lalu ditutup
dengan terpal. Hasil panen labu zucchini dapat segera diangkut ke tempat
pemasaran. Daya serap pasar terhadap buah labu zucchini umumnya terjadi cukup
tinggi di kota-kota di kota-kota besar.
2.3 Teknologi Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk
menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan
mikro tanah yang ditutupi tersebut. Sejalan dengan berkembangnya teknologi di
bidang pertanian maka jenis bahan mulsa yang dapat digunakan menjadi semakin
beragam. Bukan hanya dari bahan alami, tetapi saat ini bahan mulsa sudah ada
yang sintesis seperti plastik polietilen. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi
standar umum dalam produksi sayuran hortikultura, baik di negara-negara maju
maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penggunaan mulsa plastik,
Program Studi Agribisnis
31
Laporan Tugas Akhir
terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi sayuran yang bernilai
ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terung, semangka, melon dan mentimun,
semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan
permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan
mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil
tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan (Lamont, 1993).
Menurut Lamont (1993) penggunaan mulsa anorganik antara lain dapat
mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien
dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin,
mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan
gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk menanam
pada bedengan yang sama lebih dari satu kali. Tanaman kekurangan air dapat
menyebabkan kematian, sebaliknya kelebihan air dapat menyebabkan kerusakan
pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara pada tanah yang tergenang.
Untuk mengendalikan penguapan air maka penggunaan mulsa merupakan bahan
yang potensial untuk mempertahankan suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan
organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan
penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Kebutuhan air perlu
mendapat
perhatian,
karena
pemberian air
yang terlalu banyak akan
mengakibatkan padatnya permukaan tanah, terjadinya pencucian unsur hara, dan
dapat pula terjadi erosi aliran permukaan dan erosi percikan.
Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran
terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang
menerpa permukaan plastik yang digunakan. Secara umum sebagian cahaya
Program Studi Agribisnis
32
Laporan Tugas Akhir
matahari yang menerpa permukaan plastik akan dipantulan kembali ke udara,
dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai
pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan mulsa plastik dalam
memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna
dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Lamont, 1993). Cahaya yang dipantulkan
permukaan mulsa plastik ke amosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman,
sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan
mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi.
Cahaya matahari yang diteruskan melewati permukaan mulsa terjebak di
permukaan tanah yang ditutupinya dan membentuk efek rumah kaca dalam skala
yang kecil (Mahrer, 1979). Panas yang terjebak ini akan meningkatkan suhu
permukaan tanah, memodifikasi keseimbangan air tanah, karbondioksida tanah,
menekan pertumbuhan gulma, dan meningkatkan aktifitas mikroorganisme.
Secara umum, peningkatan suhu permukaan tanah mungkin bukan merupakan
yang menguntungkan bagi sayuran yang ditanam di daerah tropis, tetapi hal ini
sangat menguntungkan bagi tanaman yang ditanam di daerah yang dingin dan
beriklim sub-tropis. Namun demikian di daerah tropis, pengaruh mulsa plastik
terhadap aktifitas mikroorganisme (sebagai akibat peningkatan suhu rizosfir)
sangat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melalui
peningkatan konsentrasi karbon dioksida di zona pertanaman dan suplai beberapa
hara makro (Fahrurrozi et al., 2001). Efektifitas penggunaan mulsa plastik di
daerah tropis juga diperoleh dari kemampuan fisik mulsa plastik melindungi tanah
dari terpaan langsung butir hujan, mempertahankan kegemburan tanah-tanah di
bawahnya, mencegah pencucian hara, mencegah percikan butir tanah ke tanaman,
Program Studi Agribisnis
33
Laporan Tugas Akhir
mencegah penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon dioksida
tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme.
Mulsa plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan
sekitar 33 persen cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi dan
Stewart, 1994), tergantung jumlah zat pewarna yang digunakan dan ketebalan
mulsa. Pantulan cahaya ini mampu mengurangi efek pemanasan rizosfir di bawah
permukaan plastik, dan juga merupakan rentang cahaya yang disukai oleh
serangga, sehingga serangga akan mengikuti arah pantulan dan meninggalkan
pertanaman, akibatnya populasi serangga, misalkan aphids dan thrips, dapat
berkurang di areal pertanaman yang diusahakan.
Kemampuan menekan populasi serangga ini dan mencegah terjadinya
pemanasan berlebihan merupakan salah satu alasan mengapa plastik bewarna
perak digunakan dalam produksi tanaman sayuran. Keuntungan lain dari adanya
warna perak itu adalah sinar yang dipantulkan oleh mulsa dapat mengurangi
perkembangan hama aphids dan tungau serta secara tidak langsung dapat
menekan serangan penyakit virus (Fahrurrozi et al., 2001).
Pada kondisi udara tenang, telah diketahui bahwa kutu daun akan lebih
banyak terbang ke arah lokasi yang berwarna hijau seperti adanya pertanaman.
Telah diketahui pula bahwa kutu daun mempunyai kelaziman terhadap warna dan
warna yang disukai maupun yang tidak disukai sangat tergantung dari spesies
kutu daun. Dari spesies-spesies kutu daun yang sudah diteliti ternyata hampir
semuanya menghindari pantulan cahaya perak (Mahrer, 1979). Sifat repellent dari
cahaya perak ini memberi peluang kepada kita untuk menggunakan mulsa plastik
Program Studi Agribisnis
34
Laporan Tugas Akhir
hitam perak sebagai pemantul cahaya yang bersifat repellent (penolak) terhadap
kutu daun.
2.3.1 Jenis bahan mulsa
Jenis Bahan Mulsa menurut Arga (2010), ada beberapa jenis mulsa yaitu :
a. Mulsa Organik
Meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang
bermanfaat seperti jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, daun dan
pelepah daun pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji.
b. Mulsa Anorganik
Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti
batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata dan batu gravel. Untuk tanaman
semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering
digunakan untuk tanaman hias dalam pot.
c. Mulsa Kimia-Sintetis
Meliputi baha -bahan plastik dan bahan–bahan kimia lainnya. Bahanbahan plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang
beragam. Bahan plastik yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan
sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, palstik perak, dan
plastik perak hitam
2.3.2 Kelebihan dan kekurangan jenis bahan mulsa
1. Mulsa Organik ( Jerami Padi )
a. Kelebihannya (Budiarti, 2014) meliputi :

Dapat di peroleh secara bebas/gratis

Memiliki efek menurunkan suhu tanah
Program Studi Agribisnis
35
Laporan Tugas Akhir

Mengkonservasi tanah dengan menekan erosi

Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu

Menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang
waktu tertentu
b. Kekurangannya (Budiarti, 2014) meliputi :

Tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen
padi.

Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh
dari pusat budidaya padi membutuhkan biaya ekstra untuk transportasi.

Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya
2. Mulsa anorganik (plastik)
a. Kelebihannya (Arga, 2010) adalah :

Dapat diperoleh setiap saat

Manfaat terhadap tanaman
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan
sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa
kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya
kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan
yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya.
 Manfaat terhadap ketersediaan air tanah
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang
menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali
ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan
air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi
Program Studi Agribisnis
36
Laporan Tugas Akhir
inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut
berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah
terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan
ditanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang
sama.
 Manfaat terhadap pemeliharaan tanaman
Kegiatan-kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu,
tenaga, dan biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun
dengan pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya
dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat panen. Demikian juga dengan
penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan
penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada
lubang tanam atau sekitar batang tanaman.
 Menjaga kelembaban dan mengatur suhu tanah
Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga
dapat mempertahankan kelembaban tanah serta pemanfaatan kelembaban tanah
menjadi lebih efisien. Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak
meningkatkan suhu rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa.
Peningkatan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam perak lebih rendah
dibanding dengan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam. Meskipun di daerah
tropis, peningkatan suhu tanah relatif tidak diinginkan, tetapi peningkatan suhu
tanah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan
Program Studi Agribisnis
37
Laporan Tugas Akhir
bahan organik yang tersedia sehingga terjadi penambahan hara tanah dan
pelepasan karbondioksida melalui lubang tanam.

Mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat

Dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan bahan
mulsa
b. Kekurangannya (Arga, 2010) adalah :

Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar
lapuk

Harganya relatif mahal

Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat
miring.
Program Studi Agribisnis
38
Laporan Tugas Akhir
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktek
Mahasiswa (PKPM) tahun ajaran 2014-2015. Kegiatan PKPM ini selama 2,5
bulan terhitung mulai 23 Maret-30 Mei 2015 di P4S Makin Makmur yang terletak
di jalan Kampung Areng Desa Wangunsari, RT 02, RW 10, Kec. Lembang, Kab.
Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, No. Telp (022) 2789038 / 081322764782.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada
lahan selada crop dengan luasan 200 m2 yaitu :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada
lahan selada crop
No Nama Alat
Satuan
Jumlah
1 Cangkul
Buah
2
2 Hand tracktor
Buah
1
3 Kored
Buah
1
4 Sabit
Buah
1
5 Tugal
Buah
2
6 Knapsack mesin
Buah
1
7 Selang 25 meter
Buah
1
8 Drum air 1.000 liter
Buah
1
9 Ember
Buah
2
10 Papan ukuran 0,05 m x 0,5 m
Buah
2
11 Pasak bambu
Buah
50
12 Keranjang
Buah
1
13 Parang
Buah
1
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
Program Studi Agribisnis
39
Laporan Tugas Akhir
Bahan yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini pada
lahan selada crop dengan luasan 200 m2 yaitu:
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam kegiatan proses produksi labu zucchini
pada lahan selada crop selama satu periode
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis
MPHP
Benih
Pupuk SP-36
Pupuk Phonska
Pupuk ZA
Siputox
Kapur dolomite
Pukan (Sekam padi campur feses ayam)
NPK Mutiara
Nebijin
Hegro W
Satuan
Meter
Gram
Kg
Kg
Kg
Gram
Kg
Karung 50 Kg
Kg
Cc
Mililiter
Jumlah
200
50
2
2
2
250
2
100
2
200
4
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
3.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi kegiatan budidaya tanaman
labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam
perak di P4S Makin Makmur, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Prov. Jawa
Barat.
Penyusunan laporan ini mencakup:
- Kondisi perusahaan secara umum
- Analisis aspek produksi dan finansial kegiatan budidaya pada tanaman labu
zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam
perak
Output yang dihasilkan dari kegiatan PKPM di P4S Makin Makmur adalah
sebuah laporan tugas akhir yang merupakan laporan secara tertulis yang mengkaji
tentang aspek produksi dan finansial mengenai biaya yang dikeluarkan oleh P4S
Program Studi Agribisnis
40
Laporan Tugas Akhir
Makin Makmur untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan
menggunakan mulsa plastik hitam perak.
3.4 Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan pada laporan ini terdiri dari data
primer dan data sekunder.
3.4.1 Data primer
Data primer merupakan referensi utama yang diperoleh dari observasi
langsung di lapangan dan juga hasil dari wawancara dengan pihak perusahaan,
karyawan dan masyarakat sekitar.
Data primer yang dikumpulkan antara lain :
a. Data tentang tahapan proses produksi tanaman labu zucchini
b. Data tentang gambaran mengenai kegiatan produksi di P4S Makin
Makmur
c. Data tentang pengeluaran biaya budidaya labu zucchini pada lahan selada
crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat dari literatur baik buku,
internet, jurnal, contoh tugas akhir dan berbagai sumber lainnya yang sesuai judul
laporan dan praktek yang dilakukan, guna menunjang, menguatkan dan
mendukung isi laporan ini.
Adapun data sekunder yang dikumpulkan meliputi data penggunaan biaya,
data strukur organisasi, sejarah perusahaan. Data tersebut diperoleh dari pihak
perusahaan.
Program Studi Agribisnis
41
Laporan Tugas Akhir
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan laporan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Observasi langsung ke lapangan yaitu dengan cara melakukan kegiatan
budidaya secara langsung, pengamatan dan pencatatan terhadap kegiatankegiatan yang terjadi di P4S Makin Makmur

Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara melakukan tanya
jawab atau diskusi dengan pimpinan, pembimbing lapang, karyawan dan
masyarakat sekitar.

Studi pustaka, mempelajari teori-teori dari literatur dan referensi yang
berkaitan dengan aspek produksi serta finansial budidaya labu zucchini
menggunakan mulsa plastik hitam perak.
Program Studi Agribisnis
42
Laporan Tugas Akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah perusahaan
Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menjadi kebutuhan
dasar bagi kehidupan manusia. Sandang, pangan, dan papan yang diperlukan serta
digunakan oleh manusia bersumber dari kekayaan sumber daya alam yang
dimiliki oleh negara Indonesia dimana Indonesia sebagai negara agraris, dan
sumber terbesar berasal dari sektor pertanian. Banyaknya sumber daya alam yang
dimiliki oleh Indonesia tentunya harus didukung pula dengan sumber daya
manusia yang berkualitas agar dapat menghasilkan produk-produk pertanian
dengan kualitas dan kuantitas terbaik.
Masyarakat disekitar Desa Wangunsari pada umumnya merupakan petani
tanaman hortikultura dan peternak. Untuk dapat meningkatkan taraf kehidupan
dari masyarakat dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas P4S
Makin Makmur bertekad untuk memberikan kepedulian serta menyelenggarakan
pelatihan di bidang pertanian, peternakan, dan hortikultura. Sehingga dengan
adanya P4S Makin Makmur tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil
pertanian dari masyarakat serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
P4S Makin Makmur merupakan sebuah Pusat Pelatihan Pertanian
Pedesaan Swadaya Makin Makmur. P4S Makin Makmur berada dibawah naungan
dari BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian) Lembang. P4S Makin Makmur
berlokasi di jalan Kampung Areng Desa Wangunsari, RT 02, RW 10, Kec.
Lembang, Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lembang terletak di sebelah
Utara kota Bandung. Lembang adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten
Program Studi Agribisnis
43
Laporan Tugas Akhir
Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini dikelilingi oleh beberapa
pegunungan dengan luas wilayah 10.620.000 hektar, berada pada ketinggian
antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut, menjadi titik tertinggi
dari permukaan laut yaitu di puncak Gunung Tangkuban Perahu dan merupakan
gunung wisata paling dikenal, serta menghasilkan Air Panas Ciater dan Air Terjun
Maribaya. Wisata lainnya yang dekat dengan lokasi P4S Makin Makmur di Desa
Wangunsari adalah Observatorium Bosscha dan saat ini telah berada dibawah
naungan FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagai daerah yang terletak
di pegunungan, suhu rata-rata berkisar antara 170C – 270C. Penduduk Lembang
sebagian besar bermata pencarian sebagai petani.
Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa memiliki pekerjaan
sebagai petani merupakan suatu usaha yang rendah jika dibandingkan dengan
pekerjaan lainnya. Untuk dapat merubah pandangan tersebut dan membuat citra
baru terhadap petani maka didirikan sebuah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan
Swadaya bernama Makin Makmur pada bulan November tahun 2010 dan
mendapat pengukuhan dari Dinas Pertanian
pada tanggal 18 Februari 2010.
Sehingga dengan perkembangan waktu, cepatnya informasi dan adanya berbagai
kegiatan dari Kelompok Tani Makin Makmur, maka Kelompok Tani Makin
Makmur mendapat kepercayaan dengan berdirinya P4S – Pusat Pelatihan
Pertanian Pedesaan Swadaya Makin Makmur pada tanggal 10 Maret 2011.
P4S Makin Makmur diketuai oleh Bapak H. Agus R Sobandi, S.Pd.
Sebelum menjadi ketua beliau dipanggil oleh BBPP Lembang untuk menjadi
peserta pada kegiatan penyuluhan di BBPP Lembang pada Maret tahun 2010,
kemudian menjadi seorang penyuluh pada Juni tahun 2010, dan akhirnya menjadi
Program Studi Agribisnis
44
Laporan Tugas Akhir
ketua di P4S Makin Makmur. Kebijakan pemerintah tidak menjadikan masyarakat
luar sebagai penyuluh di suatu desa dikarenakan yang lebih banyak mengetahui
tentang situasi serta kondisi masyarakat dan sistem pertanian pada daerah tersebut
adalah masyarakat sekitar dari daerah itu sendiri. Sehingga pemerintah mengeluarkan SK. No 01/KT/III/2010/Koordinator Penyuluh Pertanian dan mendirikan P4S
Makin Makmur dengan pimpinan berasal dari masyarakat pribumi.
4.1.2 Organisasi perusahaan
Struktur organisasi merupakan bagian yang penting dalam sebuah
perusahaan karena melibatkan orang-orang untuk melakukan kegiatan dalam
mencapai tujuan organisasi dengan memisahkan tugas, tanggungjawab fungsi
pelaksanaan dan pimpinan.
Struktur organisasi (kepengurusan) di P4S Makin Makmur bersifat tetap
dan masih sangat sederhana dimana sejak terbentuknya P4S Makin Makmur,
struktur organisasi belum ada dilakukan pembaharuan disebabkan kurangnya
keinginan masyarakat dan sulitnya mencari sumber daya manusia sebagai generasi
penerus dalam struktur organisasi di P4S Makin Makmur. Struktur organisasi di
P4S Makin Makmur hanya terdiri dari bentuk kepengurusan secara umum dengan
bidang koordinasinya masing-masing tanpa adanya keanggotaan dari bidang
koordinasi tersebut. Setiap bidang koordinasi langsung bertanggung jawab
terhadap ketua dan begitu sebaliknya, ketua langsung bertanggung jawab terhadap
setiap bidang koordinasi yang dinaunginya.
Berikut merupakan susunan kepengurusan dan kelembagaan dari P4S
Makin Makmur :
Ketua
Program Studi Agribisnis
: H. Agus R Sobandi, S.Pd
45
Laporan Tugas Akhir
Sekretaris
: M. Yoga Almansyah, S.Pd
Bendahara
: H. Odih Hidayat
Kelembagaan
:
a. Pelatihan magang pertanian
: H. Agus R Sobandi, S.Pd
b. Peternakan
: Suhendar
c. Industri / Pengolahan
: Hidzriyan Haasa
d. Humas
: Ujang Bejo / Juhana
e. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) : Cici Herawati / Titin Sutinik
Berdasarkan susunan kepengurusan dan kelembagaan tersebut dapat
diketahui bahwa yang menjadi pengurus di P4S Makin Makmur merupakan
kerabat dari pimpinan. Hal tersebut terjadi disebabkan masyarakat kurang
mendapatkan informasi mengenai pemilihan kepengurusan tersebut sehingga
pimpinan memutuskan secara personal siapa yang akan menjadi pengurus di P4S
Makin Makmur. Kegiatan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar) terdiri dari
PAUD, TPA, Diniyah (SD), dan K-F (Keaksaraan Fungsional/Pemberantasan
buta huruf).
P4S Makin Makmur memiliki visi dan misi, diantaranya adalah :
 Visi
Meningkatkan kesejahteraan para petani melalui penyuluhan untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
 Misi
a. Membina petani yang tepat guna berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan sumberdaya manusia pertanian melalui pelatihan pertanian.
Program Studi Agribisnis
46
Laporan Tugas Akhir
c. Meningkatkan ekonomi melalui pemanfaatan sumberdaya manusia melalui
inovasi dan kreatifitas usaha ( Life Skill ).
Berdasarkan visi dan misi tersebut P4S Makin Makmur memiliki tujuan
jangka panjang yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani melalui
penyuluhan untuk mencapai hasil yang lebih baik. P4S Makin Makmur
melakukan kegiatan penyuluhan yang dilakukan selama minimal 6 bulan sekali.
Penyuluhan yang dilakukan biasanya mengenai pemilihan jenis komoditi yang
akan ditanam, bagaimana cara pembudidayaan yang baik dan tepat, serta
perawatan atau pemeliharaan pada tanaman menggunakan pupuk organik dan
anorganik. Selain penyuluhan juga dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai
kewirausahaan.
4.1.3 Sumberdaya manusia perusahaan
Sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memiliki peranan
penting. Sumber daya manusia pada P4S Makin Makmur diperoleh dari
masyarakat sekitar perusahaan yang bertujuan untuk memberdayakan sumber
daya masyarakat yang tersedia dan ada juga yang berasal dari daerah luar
perusahaan. Tenaga kerja dibagi menjadi beberapa bagian yaitu tenaga kerja
harian tetap dan tenaga kerja harian lepas.
Pembagian tenaga kerja di P4S Makin Makmur adalah sebagai berikut :
 Tenaga kerja harian tetap
Tenaga kerja harian tetap merupakan tenaga kerja yang dalam kesehariannya
melakukan setiap kegiatan atau rutinitas yang dilakukan pada P4S Makin
Makmur. Tenaga kerja harian tetap berjumlah 12 orang tenaga kerja dan upah
untuk tenaga kerja harian tetap disektor pertanian upah dibayar seminggu sekali
Program Studi Agribisnis
47
Laporan Tugas Akhir
yaitu pada hari Sabtu. Upah tenaga kerja harian tetap wanita sebesar Rp 25.000
sedangkan untuk upah tenaga kerja harian pria sebesar Rp 40.000. Upah tenaga
kerja disektor pengolahan tahu dimana pemberian upah disesuaikan dengan
pekerjaan yang dilakukan. Upah untuk bagian penggilingan sampai ke pencetakan
tahu yaitu Rp 10.000 per penggilingan terdiri dari 2 orang tenaga kerja
penggilingan tahu. Pada hari-hari biasa penggilingan tahu dapat mencapai 15 kali
proses penggilingan sampai ke pencetakannya, sedangkan pada hari-hari besar
maupun ketika banyak pesanan dapat mencapai 30 kali proses penggilingan
sampai ke pencetakan. Upah untuk yang memberikan warna pada tahu dan yang
mengemas tahu sebesar Rp 5.000 per wadah cetakan tahu ukuran kurang lebih 60
cm x 60 cm. Jumlah tahu yang akan diberi warna kuning kunyit dan yang dikemas
sama dengan jumlah tahu yang telah selesai digiling dan dicetak ke tempat
pencetakan tahu. Upah mereka dibayar ketika pimpinan telah mengambil uang
dari pedagang di pasar. Tenaga kerja untuk melakukan pengemasan dilakukan
oleh 1 orang tenaga kerja dan yang melakukan pemberian warna tambahan pada
tahu dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja. Upah yang bekerja dibagian ternak
diberikan satu bulan sekali biasanya pada tanggal 1 awal bulan. Upah untuk dua
orang tenaga kerja dibagian ternak sebesar Rp 1.900.000 per orang.
 Tenaga kerja harian lepas
Tenaga kerja harian lepas merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan jika
kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dalam jumlah banyak sehingga
memerlukan tenaga kerja tambahan. Dengan adanya tenaga kerja harian lepas ini
dapat meringankan pekerjaan dan waktu pengerjaan dari pekerjaan tersebut
menjadi lebih cepat. Penggunaan tenaga kerja harian lepas ini biasanya pada
Program Studi Agribisnis
48
Laporan Tugas Akhir
pengolahan tanah dan pemasangan mulsa. Untuk pengolahan tanah diperlukan
tenaga kerja tambahan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan dan cepat
selesai juga tidak diperlukan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus.
Sedangkan untuk pemasangan mulsa diperlukan tenaga kerja harian lepas yang
memiliki keahlian khusus dalam pemasangan mulsa karena tidak semua orang
dapat melakukannya dengan tepat dan benar. Upah tenaga kerja harian lepas
dibayar per hari. Besar upah tenaga kerja harian lepas yang melakukan
pengolahan tanah sampai pembuatan bedengan sebesar Rp 50.000 per hari
sedangkan upah untuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaan sampai pada
pemasangan mulsa sebesar Rp 60.000. Upah untuk tenaga kerja yang membajak
lahan dengan hand traktor sebesar Rp 500 per meter.
Adapun jenis dan klasifikasi tenaga kerja di P4S Makin Makmur dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Tabel 4 :
Tabel 3. Tenaga kerja pada tiap sektor kegiatan di P4S Makin Makmur
No
Jenis
Tenaga
Kerja
1
Tenaga
Kerja
Harian
Tetap
2
Tenaga
Kerja
Harian
Lepas
Jenis Sektor Kegiatan
Supir
Pertanian
Pengolahan
Peternakan
Bongkar
Muat
Total
1
2
5
2
2
12
6
6
Jumlah
18
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
Program Studi Agribisnis
49
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4. Klasifikasi tenaga kerja di P4S Makin Makmur
No
Klasifikasi
1. Macam tenaga kerja
- Tenaga kerja harian Tetap
- Tenaga kerja harian Lepas
2. Jenis Tenaga Kerja
- Laki – laki
- Perempuan
3. Usia Tenaga Kerja
- 20-30 tahun
- 31-40 tahun
- 41-50 tahun
- 51-55 tahun
- 55-60 tahun
Jumlah (orang)
12
6
14
4
6
6
4
2
0
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
P4S Makin Makmur merupakan perusahaan yang selain mencari laba atau
keuntungan juga ingin mensejahterakan masyarakat sekitar dimana masyarakat
sekitar tersebut juga kegiatan hariannya bercocok tanam sehingga tidak terlalu
mempertimbangkan pendidikan dan kebanyakan dari mereka banyak belajar dari
pengalaman. Untuk tenaga kerja diluar kecamatan Lembang biasanya diajak untuk
bekerja pada salah satu sektor kegiatan di P4S Makin Makmur dan biasanya pada
kegiatan pengolahan tahu.
Persentase pendidikan tenaga kerja di P4S Makin Makmur dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Persentase pendidikan tenaga kerja di P4S Makin Makmur
Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
55,5
SD
10
27,8
SLTP
5
16,7
SLTA
3
100
Total
18
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
Program Studi Agribisnis
50
Laporan Tugas Akhir
4.1.4 Kondisi keuangan secara umum
Kondisi keuangan di P4S Makin Makmur kurang baik dikarenakan untuk
pencatatan pendapatan dan pengeluaran tidak dilakukan secara terperinci dan
tidak ada bagian khusus yang mencatat keuangan tersebut. Untuk catatan
pendapatan diketahui atau diperoleh dari distributor sebagai penyalur produk hasil
pertanian ke konsumen. Setelah distributor mencatat berapa hasilnya kemudian
diserahkan kepada ketua. Untuk pendapatan dari pabrik tahu biasanya ketua yang
langsung mengumpulkan hasil penjualan ke pasar dari hasil tahu yang telah habis
terjual. Untuk pengolahan susu sapi dikarenakan penjualan susu sapi dipasarkan
ke koperasi dan hasilnya baru dapat diserahkan pada tanggal 15 dan tanggal 30
atau 31 sehingga selama satu bulan pendapatan dari susu sebanyak 2 kali.
Sedangkan untuk pengeluarannya diketahui dari struk-struk pembelian dan tidak
dilakukan pencatatan kembali agar lebih terperinci. Pendapatan bersih yang
diperoleh oleh P4S Makin Makmur selama satu bulan adalah Rp 16.000.000 per
bulan dimana untuk penghasilan dari pengolahan tahu adalah Rp 7.000.000 per
bulan, penghasilan dari susu sapi adalah Rp 4.000.000 per bulan, dan penghasilan
dari pertanian adalah Rp 5.000.000 per bulan. Sehingga untuk penerimaan per
tahunnya mencapai ± Rp 192.000.000 untuk ketiga sektor kegiatan.
Berikut ini merupakan asset yang dimiliki oleh P4S Makin Makmur dalam
menjalankan kegiatan produksi dan dapat dilihat pada Tabel 6 :
Program Studi Agribisnis
51
Laporan Tugas Akhir
Tabel 6. Asset yang dimiliki oleh P4S Makin Makmur
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Nama
Lahan 1
Lahan 2
Kantor P4S Makin Makmur
Pabrik tahu
Mobil pick up
Motor
Hand tractor
Knapsack mesin
Knapsack manual
Mesin penggilingan tahu
Stainless besar
Nampan stainless
Papan pencetak tahu
Tungku stainless
Timbangan
Kipas angin
Tong tahu
Pompa air
Milkcan susu aluminium uk. 10 L
Ember perah aluminium uk. 5 L
Anak sapi
Sapi perah
Jumlah
2
3
1
1
2
2
1
Satuan
Meter
1
1
2
4
12
10
8
1
1
25
2
6
2
1
9
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Ekor
Ekor
Meter
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
4.1.5 Deskripsi kegiatan bisnis perusahaan
a. Deskripsi produksi
P4S Makin Makmur merupakan perusahaan atau organisasi yang bergerak
dibidang penyuluhan mengenai pertanian, dan kegiatan untuk budidaya tanaman
sayuran. Sayuran yang diusahakan di P4S Makin Makmur meliputi dari budidaya
sampai dengan panen. Selain itu P4S Makin Makmur juga memproduksi tahu,
kegiatan produksi tahu meliputi dari pengolahan sampai dengan pemasaran, dan
untuk susu sapi meliputi dari budidaya sapi perah sampai dengan panen.
Narasumber kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh P4S Makin
Makmur biasanya berasal dari BBPP Lembang, petani sekitar Desa Wangunsari
Program Studi Agribisnis
52
Laporan Tugas Akhir
yang telah memiliki pengalaman lebih di bidang pertanian, juga pimpinan dari
P4S Makin Makmur. Kegiatan penyuluhan biasanya mengenai teknik budidaya
tanaman sayuran yang baik dan benar yang disesuaikan dengan kondisi cuaca,
serta mengenai cara pemeliharaan tanaman yang baik dan benar. P4S Makin
Makmur pernah menerima narasumber berasal dari luar daerah Lembang seperti
Bandung, membahas mengenai pemeliharaan tanaman dan pemupukan tanaman.
Produk pupuk tersebut salah satunya adalah produk Yara Crop Nutrition. Namun
dikarenakan harga pupuk yang mereka tawarkan harganya mahal sehingga petani
kurang berminat untuk membelinya dan sulit untuk memperolehnya kembali.
Untuk pupuk, biasanya petani menggunakan pupuk yang banyak disediakan di
toko pertanian misalnya P4S Makin Makmur menggunakan pupuk hegro w,
nebijin, siputox, dan lain-lain. Pemakaian jenis pupuk tergantung dari selera
masing-masing petani.
Kegiatan untuk budidaya tanaman sayuran yang dilakukan di P4S Makin
Makmur secara keseluruhannya meliputi kegiatan persiapan bahan baku (benih),
pengolahan tanah, penyemaian tanaman maupun langsung ditanam ke lahan,
penanaman, pemeliharaan tanaman, dan panen.
Kegiatan pemerahan susu sapi yang dilakukan di P4S Makin Makmur
masih dilakukan secara manual atau tradisional. Adapun teknik untuk kegiatan
pemerahan susu sapi diantaranya adalah :
1. Sebelum melakukan pemerahan pada sapi, maka yang perlu diperhatikan dan
harus dilakukan adalah kebersihan kandang seperti kotoran sapi, urin sapi, sisasisa rumput baik di dalam kandang maupun disekitar lokasi kandang.
Program Studi Agribisnis
53
Laporan Tugas Akhir
2. Kotoran-kotoran di atas lantai harus bersih yaitu dengan menyemprotkan air di
permukaan lantai kandang sapi.
3. Kemudian memandikan sapi-sapi tersebut dan disikat agar kotoran yang
menempel pada badan sapi bersih. Tujuan membersihkan lantai dan
memandikan sapi adalah untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap
susu, disamping kualitas dan kesehatan susu akan terjamin
4. Waktu pemerahan pagi hari sekitar pukul 05.00 sampai 06.00 pagi, sore hari
pukul 15.00-16.00.
5. Susu yang telah siap diperah dan telah dimasukkan ke dalam milkcan susu
aluminium 10 liter, kemudian dibawa ke tempat untuk pengumpul susu lalu
kendaraan pengangkut susu dari KPSBU yang akan membawanya ke koperasi.
Kegiatan produksi untuk pengolahan tahu dilakukan dengan beberapa
tahapan diantaranya :
1. Pilih kedelai yang bersih, kemudian dicuci.
2. Rendam dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air untuk 1 kg
kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam.
3. Cuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka
tahu yang dihasilkan akan cepat menjadi asam.
4. Haluskan kedelai dengan memasukkan ke dalam mesin penggilingan kedelai
dan tambahkan air hangat sedikit demi sedikit hingga berbentuk bubur.
5. Masak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 7000 C – 8000 C
(ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil).
Program Studi Agribisnis
54
Laporan Tugas Akhir
6. Saring bubur kedelai dan endapkan airnya dengan menggunakan batu tahu
(Kalsium Sulfat = CaSO4) sebanyak 1 gram atau 3 ml asam cuka untuk 1 liter
sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan-lahan.
7. Cetak dan pres endapan tersebut pada papan pencetak tahu berukuran 60 cm x
60 cm.
8. Potong tahu sesuai dengan ukuran lalu masukkan ke dalam kuali besar
berisikan air kunyit yang mendidih untuk memberikan warna kuning pada tahu.
9. Letakkan tahu yang telah disusun kembali pada rak, agar tahu terlebih dahulu
didinginkan sebelum dikemas. Setelah semua tahu selesai dikemas dan
dimasukkan ke dalam tong-tong tahu yang diisi sesuai dengan permintaan
pasar. Malam harinya tahu didistribusikan ke pedagang-pedagang di pasar
Lembang.
b. Deskripsi produk
Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk
mendapatkan
perhatian,
dimiliki,
dikonsumsi/digunakan
konsumen
dan
mendapatkan keuntungan, sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan.
Produk yang dihasilkan di P4S Makin Makmur meliputi produk jasa sebagai
penyuluh dalam bidang pertanian, pelatihan mengenai kewirausahaan (pertanian,
peternakan, industri kecil). Untuk komoditi sayuran yang dibudidayakan di P4S
Makin Makmur meliputi selada crop, labu zucchini, selada, mentimun jepang,
cabai, tomat, brokoli. Tahu yang diproduksi yaitu tahu ukuran besar, menengah,
dan kecil dengan harga yang disesuaikan dengan ukuran kemudian dikemas lalu
dipasarkan ke pasar Lembang. Dan susu yang diproduksi masih berupa susu segar
sehingga masih perlu dilakukan pengolahan lanjutan yaitu dibawa ke Koperasi
Program Studi Agribisnis
55
Laporan Tugas Akhir
Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Kecamatan Lembang untuk diolah
menjadi yoghurt, susu murni, dan susu sterilisasi.
c. Deskripsi pelanggan
Pelanggan P4S Makin Makmur berasal dari petani disekitar lingkungan
perusahaan, pemerintah, pemerintah swasta, institusi pendidikan, maupun
akademisi diantaranya Departemen Perhubungan Jakarta, Perum Peruri Jakarta,
Pupuk Kaltim, Dinas Pendidikan KBB, PT Bio Farm, PT Bank Diet Jakarta, dan
PT Tetrapak. Untuk peserta pelaksanaan PKPM yang dibimbing oleh P4S Makin
Makmur
diantaranya
mahasiswa
UPI,
UNPAD,
UNICOM,
dan
siswa
Assiddiqiyah Tangerang.
d. Deskripsi pemasok bahan baku
Pemasok bahan baku dikelompokkan dalam 2 jenis pemasok yaitu pemasok
bahan baku untuk kegiatan pelatihan dan pemasok bahan baku untuk produk
sayur, tahu, dan susu. Pemasok bahan baku untuk kegiatan pelatihan adalah pihak
eksternal yang ikut membantu dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh P4S
Makin Makmur seperti pemateri dari Dinas pertanian kecamatan Pacet, kabupaten
Cianjur, dosen Universitas Surya Kencana, dan yang berasal dari balai-balai
pelatihan pertanian seperti Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
Pemasok bahan baku untuk kegiatan budidaya tanaman sayuran, pengolahan
tahu, dan susu adalah berasal dari mitra petani, kebun sendiri, pasar Lembang, dan
pasar di Bandung.
Program Studi Agribisnis
56
Laporan Tugas Akhir
1. Mitra petani
Pemasok bahan baku sayuran berasal dari mitra dengan petani dimana hal
tersebut merupakan kerja sama petani dengan perusahaan. Bahan baku yang
dimitrakan dengan petani biasanya berupa bibit yang dibutuhkan perusahaan
dalam proses kegiatan budidaya. Perusahaan melakukan mitra dengan petani
dalam hal bibit dikarenakan jika pembibitan dilakukan oleh seseorang yang
memang ahli dan fokus dalam kegiatan pembibitan maka hasil yang diperoleh
juga akan optimal. Namun, untuk benih perusahaan yang menyediakan dan
memberikan kepada mitra untuk dilakukan penyemaian karena banyak terdapat
merk-merk benih yang di jual dipasaran sehingga pihak perusahaan yang
memutuskan sendiri merk benih apa yang akan digunakan.
2. Kebun sendiri
Bahan baku juga berasal dari kebun yang diusahakan oleh P4S Makin Makmur.
Perusahaan menggunakan asetnya beruapa lahan untuk kegiatan budidaya
tanaman sayuran. Lahan tersebut juga dijadikan sebagai sarana dalam pelaksanaan
pelatihan pertanian.
3. Pasar Lembang
Bahan baku yang diperoleh dari pasar Lembang biasanya kedelai sebagai
bahan baku dalam pengolahan tahu, benih-benih untuk tanaman sayuran yang
akan dibudidayakan.
4. Pasar di Bandung
Bahan baku yang diperoleh dari pasar yang di daerah Bandung yaitu plastik
kemasan tahu dan memiliki label. Alasan perusahaan memilih pemasok bahan
baku untuk kemasan tahu berasal dari pasar di Bandung adalah produk yang
Program Studi Agribisnis
57
Laporan Tugas Akhir
dihasilkan bermutu dan dengan harga yang terjangkau. Pemasok kemasan berasal
dari Pasir Kojak.
e. Deskripsi kegiatan pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Kegiatan pemasaran perusahaan
harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin mendapatkan
tanggapan yang baik dari konsumen. Jika konsumen telah terpenuhi keinginannya
dan telah memberikan tanggapan positif terhadap suatu produk tentunya juga akan
memberikan dampak positif terhadap perusahaan dengan tercapainya tujuan
perusahaan yaitu memperoleh laba dari usaha yang dijalankan.
Kegiatan pemasaran yang dilakukan di P4S Makin Makmur untuk tanaman
yang dibudidayakan biasanya perusahaan telah memiliki pengumpul sendiri untuk
memasarkan hasil panennya. Jika kegiatan panen dan tanaman yang dipanen telah
di pack dengan memasukkan ke dalam keranjang kemudian pimpinan perusahaan
menghubungi pengumpul untuk mengangkut sayuran yang telah dipanen ke
tempat pengumpul. Kemudian pengumpul yang melakukan sortasi dan grading
sebelum sayuran dipasarkan ke pasar induk Jakarta. Perusahaan tidak melakukan
pemasaran sayuran yang telah dipanen ke konsumen atau langsung ke pasar
dikarenakan perusahaan terlebih dahulu harus mencari pasar yang dapat menerima
sayuran yang telah dipanen tersebut. Jika pasar tidak menerima tentunya
perusahaan akan mengalami kerugian. Sedangkan dengan pengumpul, perusahaan
tidak lagi khawatir dengan pasar yang akan dituju, target pasarnya sudah jelas,
harga yang diberikan oleh pengumpul juga disesuaikan dengan kondisi harga di
Program Studi Agribisnis
58
Laporan Tugas Akhir
pasar, dan meskipun hasil panen yang diperoleh sedikit pengumpul tetap
menerimanya.
Pemasaran tahu didistribusikan ke konsumen secara langsung dan tidak
langsung. Pemasaran tahu secara langsung dimana konsumen datang langsung ke
pabrik tahu untuk membeli tahu, sedangkan pemasaran tidak langsung untuk tahu
biasanya sekitar pukul 20.00 WIB tahu yang telah siap dikemas dan telah
dimasukkan ke dalam tong lalu dibawa ke pasar dengan mobil pick up untuk
dititipkan ke pedagang di pasar Lembang dan pagi harinya pimpinan perusahaan
mengambil uang hasil penjualan tahu dari pedagang. Pemasaran untuk susu sapi
yang telah diperah dipasarkan ke KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung
Utara) di Lembang. Susu sapi diperah pada pagi hari pukul 06.00 dan sore hari
pukul 15.00 selanjutnya petugas dari koperasi akan datang ke tempat
pengumpulan susu sementara untuk mengangkut susu ke koperasi. Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh jika petani yang memiliki ternak menjadi
anggota di KPSBU diantaranya: (1) Jika pemilik ternak sakit maka ia dapat
berobat ke rumah sakit yang telah direkomendasi oleh pihak koperasi, (2) Jika
hewan ternak yang sakit maka pihak kesehatan dari koperasi akan datang ke
tempat pemilik ternak yang telah menjadi anggota di koperasi, dan (3) Pasar untuk
susu sapi yang telah diperah sudah jelas. Sedangkan kelemahan jika tidak menjadi
anggota koperasi ialah kebalikan dari keuntungan.
Program Studi Agribisnis
59
Laporan Tugas Akhir
4.2 Analisis Efisiensi Biaya Budidaya Labu Zucchini pada Lahan Selada
Crop dengan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
4.2.1 Budidaya labu zucchini dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak
(MPHP) di P4S Makin Makmur
Penggunaan teknologi pertanian untuk budidaya tanaman hortikultura
khususnya sayuran telah banyak ditemukan dan diaplikasikan oleh para petani
misalnya saja penggunaan teknologi mulsa plastik hitam perak. Petani yang
melakukan
budidaya
tanaman
sayuran
dataran
tinggi
pada
umumnya
menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hal tersebut dikarenakan dengan
penggunaan mulsa dapat mengurangi biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan
tanaman. Sehingga dengan memperoleh keuntungan yang demikian, maka P4S
Makin Makmur menggunakan mulsa plastik hitam perak sebagai teknologi pada
budidaya selada crop dan labu zucchini. P4S Makin Makmur membudidayakan
selada crop dan zucchini secara bersamaan, disebabkan waktu panen untuk
tanaman labu zucchini hanya 37 hari setelah tanam dan pemeliharaannya juga
tidak sulit. Sehingga tanaman labu zucchini ditanam bersamaan dengan selada
crop. Waktu panen labu zucchini yang lebih cepat dari selada crop yaitu selada
crop waktu panen 45 hari setelah tanam, sedangkan labu zucchini 37 hari setelah
tanam. Hasil panen labu zucchini dapat digunakan untuk kegiatan lainnya seperti
pembelian bahan baku maupun kegiatan produksi lainnya. Adapun kegiatan
budidaya labu zucchini pada lahan selada crop yang dilakukan oleh P4S Makin
Makmur adalah :
Program Studi Agribisnis
60
Laporan Tugas Akhir
A. Pengadaan bahan
Bahan baku yang digunakan oleh P4S Makin Makmur untuk budidaya labu
zucchini diperoleh dari toko pertanian yang ada di pasar Lembang. Di P4S Makin
Makmur tidak memiliki bagian khusus sebagai penyedia bahan baku dan biasanya
Bapak Agus R. Sobandi yang membeli bahan baku atau benih ke toko pertanian
yang ada di pasar Lembang.
B. Persiapan lahan
Persiapan lahan untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada crop di P4S
Makin Makmur dilakukan persiapan lahan dengan menggunakan mulsa plastik
hitam perak. Adapun langkah-langkah persiapan lahan untuk budidaya labu
zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak
di P4S Makin Makmur adalah sebagai berikut :
1.
Membersihkan lahan dari bekas tanaman tomat dan mentimun jepang
(tanaman sebelumnya), serta rumput liar (gulma).
2.
Melakukan pemerataan tanah pada dinding-dinding tebing lahan dimana
tanah tersebut berfungsi sebagai penutup drainase bekas tanaman tomat dan
mentimun jepang. Karena sebelum digunakan untuk budidaya labu zucchini
lahan tersebut telah digunakan untuk budidaya tanaman tomat dan mentimun
jepang. Dinding-dinding tebing lahan yang telah rata akan ditutupi dengan
mulsa plastik hitam perak untuk melindungi buah labu zucchini agar tidak
kotor dan tidak busuk buah.
3.
Melakukan penggemburan tanah dengan menggunakan hand tractor.
Program Studi Agribisnis
61
Laporan Tugas Akhir
4.
Membuat bedengan dengan tinggi 10 cm, lebar 100 cm, dan panjang
bedengan yang berbeda-beda untuk budidaya labu zucchini pada lahan selada
crop.
5.
Memberi pupuk kandang feses ayam yang telah dicampur dengan kotoran
sapi di atas permukaan bedengan secara merata lalu tutup permukaan
bedengan dengan tanah. Untuk 2 m bedengan diperlukan 1 karung pupuk
kandang ukuran 50 kg sehingga jika panjang bedengan 20 m maka diperlukan
10 karung pupuk kandang.
6.
Menggemburkan
kembali
permukaan
tanah
pada
bedengan
dengan
menggunakan papan ukuran 0,5 cm x 0,05 cm.
7.
Memberikan pupuk dasar pada permukaan bedengan dimana pupuk dasar
yang diberikan yaitu campuran dari pupuk ZA, pupuk phonska, pupuk SP36,
dan siputox. Pupuk dasar yang diberikan untuk 100 cm panjang lahan adalah
250 gram lalu tutup dengan tanah.
8.
Memberikan pupuk kapur dolomit ke permukaan bedengan secara merata
agar dapat menetralkan pH tanah. Tutup kembali permukaan bedengan yang
telah diberi pupuk kapur dolomit dengan tanah drainase agar drainase dapat
lebih lebar dan meninggikan bedengan.
9.
Melakukan pemasangan mulsa plastik hitam perak pada bedengan dan juga
pada dinding tebing lahan.
10. Membuat tanda lubang tanam dengan ukuran panjang 40 cm untuk tanaman
selada crop sedangkan panjang untuk labu zucchini 100 cm pada lahan selada
crop. Buat lubang pada mulsa sesuai dengan tanda yang telah diberi pada
mulsa.
Program Studi Agribisnis
62
Laporan Tugas Akhir
Tata cara persiapan lahan sistem MPHP adalah (Rukmana,1998) :
1.
Membersihkan lahan dari rumput liar dan pepohonan yang tidak berguna.
2.
Mengolah tanah sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur dengan cangkul atau
bajak, lalu kering-anginkan selama kurang lebih 14 hari.
3.
Mengolah tanah kedua kalinya sambil membentuk bedengan – bedengan
selebar 120 cm, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan
lahan (maksimum 12 m), dan jarak antarbedengan 60 cm – 70 cm.
4.
Menyebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2, lalu campurkan secara
merata dengan lapisan tanah atas.
5.
Menyebarkan pupuk anorganik berupa campuran pupuk urea 500 kg/ha +
TSP 300 kg/ha + KCL 300 kg/ha secara merata pada permukaan bedengan.
Pupuk tersebut dicampur secara merata dengan lapisan tanah atas.
6.
Menyiram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah agar pupuk
larut ke dalam tanah.
7.
Pemasangan MPHP dilakukan oleh dua orang, masing-masing pada posisi di
ujung bedengan. Mulsa plastik yang berwarna hitam menutup permukaan
tanah bedengan.
8.
Membiarkan bedengan bermulsa plastik (kering – anginkan) selama 3 – 5
hari agar unsur hara larut dan tidak toksis bagi bibit labu zucchini yang segera
akan ditanam.
9.
Membuat lubang tanam dengan jarak 70 cm x 60 cm. Alat pelubang MPHP
dapat berupa kaleng bekas susu bergagang yang diberi bara arang. Bedengan
bermulsa plastik siap ditanami bibit labu zucchini.
Program Studi Agribisnis
63
Laporan Tugas Akhir
Kegiatan pengolahan lahan dengan menggunakan mulsa plastik hitam
perak yang dilakukan di P4S Makin Makmur tidak sesuai dengan literatur dimana
pada literatur tanah yang telah digemburkan lalu dikering-anginkan selama kurang
lebih 14 hari dan setelah semua pupuk diberikan pada bedengan kemudian
bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak, dikering-anginkan kembali
selama 3 – 5 hari. Namun, di P4S Makin Makmur tidak melakukan pemberian
waktu tenggang disebabkan penanaman diusahakan sebelum musim penghujan.
Agar setelah penanaman selesai tanaman yang baru ditanam disiram langsung
dengan air hujan. Akibat dari tidak dilakukan waktu penjarangan yaitu suhu tanah
di dalam mulsa masih sangat panas karena belum terjadi pembuangan gas-gas
yang dapat merugikan tanaman setelah ditanam. Untuk jarak tanam labu zucchini
pada literatur yaitu 70 cm x 60 cm sedangkan di P4S Makin Makmur hanya
dengan panjang 100 cm. Hal tersebut disebabkan tanaman labu zucchini hanya
sebagai tanaman pendamping pada lahan selada crop sehingga jumlahnya juga
tidak sebanyak tanaman selada crop. Labu zucchini juga ditanam dengan alur
memanjang saja sehingga jarak tanamnya hanya dengan panjang 100 cm pada
lahan selada crop.
100 cm
Gambar 4. Jarak tanam labu zucchini pada lahan selada crop dengan panjang 100
cm
Program Studi Agribisnis
64
Laporan Tugas Akhir
C. Penanaman
Penanaman yang dilakukan di P4S Makin Makmur yaitu penanaman secara
langsung ke lahan yang menggunakan mulsa plastik hitam perak. Sebelum
dilakukan penanaman, terlebih dahulu melakukan penugalan untuk membuat
lubang tanam agar mempermudah saat penanaman. Benih labu zucchini yang
dimasukkan ke dalam lubang tanam yaitu sebanyak 2 benih per lubang tanam, lalu
tutup benih dengan lapisan tanah secara tipis.
Sistem tanam bibit dari persemaian, cocok dipraktikkan pada bedengan
bermulsa plastik dan benih labu zucchini disemai terlebih dahulu dalam polybag
di persemaian. Bibit labu zucchini dapat dipindah tanam dari persemaian ke kebun
pada umur 14 – 21 hari atau berdaun 3 – 5 helai. Tata cara tanam bibit labu
zucchini pada bedengan bermulsa plastik adalah (Rukmana, 1998):
1.
Menggali tanah pada bidang lubang MPHP seukuran volume medium semai
dalam polybag.
2.
Mengangkut polybag berisi bibit labu zucchini dari persemaian ke lokasi
kebun.
3.
Menyiram medium semai dalam polybag hingga cukup basah, lalu keluarkan
bibit labu zucchini bersama medium dan akar – karnya secara hati – hati.
Cara mengeluarkan bibit dari polybag adalah mula – mula posisi polybag
dibalikkan sambil menjepit batang bibit, lalu dasar polybag ditarik ke arah
atas hingga terpisah dari perakaran bibit labu zucchini.
4.
Bibit labu zucchini ditanam satu per satu ke dalam lubag tanam, lalu timbun
dengan tanah sambil dipadatkan pelan-pelan pada bagian pangkal batang
tanaman.
Program Studi Agribisnis
65
Laporan Tugas Akhir
5.
Menyiram tanah bedengan dengan air bersih hingga cukup basah.
Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni saat
udara tidak terlalu panas atau sinar matahari tidak terlalu terik. Untuk mengurangi
terjadinya penguapan dan untuk menghindari stress pada tanaman.
Untuk sistem tanam benih labu zucchini yang dilakukan oleh P4S Makin
Makmur tidak sesuai dengan literatur. Dimana pada literatur jika menggunakan
mulsa plastik hitam perak sebaiknya benih disemai terlebih dahulu sebelum
ditanam ke lahan sedangkan P4S Makin Makmur langsung menanam benih ke
lahan padahal sistem persiapan lahan di P4S Makin Makmur menggunakan mulsa
plastik hitam perak. Alasan P4S Makin Makmur tidak menyemai benih labu
zucchini dikarenakan jika benih labu zucchini disemai tentunya juga akan
dilakukan penyulaman dan dikarenakan benih labu zucchini berukuran besar
sehingga memerlukan tempat penyemaian yang besar pula.
D. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan untuk budidaya labu
zucchini pada lahan selada crop di P4S Makin Makmur adalah sebagai berikut :
1.
Penyulaman pada tanaman labu zucchini yang mati, tidak tumbuh serta
pertumbuhan abnormal.
2.
Penyulaman dilakukan 5 hari setelah tanam dan untuk penyulaman labu
zucchini hanya 10 tanaman yang disulam.
3.
Pemupukan tanaman labu zucchini dengan pupuk cair organik yang diolah
sendiri oleh P4S Makin Makmur. Pupuk cair organik yang digunakan oleh
P4S Makin Makmur yaitu berasal dari urin sapi yang dicampur dengan
beberapa pupuk nonorganik seperti pupuk NPK mutiara, hegro w, dan nebijin
Program Studi Agribisnis
66
Laporan Tugas Akhir
kemudian dilarutkan dengan air. Pemupukan dilakukan dengan disemprot
menggunakan knapsack dan 10 hari sebelum labu zucchini dipanen diberikan
pupuk organik cair kembali dengan menyiramkan pupuk ke bagian akar
tanaman menggunakan gelas aqua dengan dosis 280 ml per tanaman labu
zucchini.
4.
Penyiangan gulma disekitar bedengan maupun sekitar tanaman labu zucchini
pada lahan selada crop.
5.
Penyiraman tanaman labu zucchini pada lahan selada crop dengan frekuensi
penyiraman yaitu 2 hari sekali dimana penyiraman dilakukan pada pagi hari.
Karena jika tanaman disiram pada siang hari yaitu saat matahari telah panas
dapat mengakibatkan tanaman layu dan jika tidak kuat akan mati.
6.
Pemangkasan batang tanaman labu zucchini yang tua dan menutupi bagian
buah dari labu zucchini.
7.
Pemeliharaan tanaman labu zucchini dari hama dan penyakit. Hama yang
biasa menyerang labu zucchini yaitu ulat grayak dan keong Sedangkan
penyakit yang menyerang labu zucchini adalah busuk buah.
Menurut Rukmana (1998), bahwa penyiangan hanya dilakukan dengan
membersihkan
rumput
pada
selokan
diantara
bedengan
tanpa
harus
menggemburkan tanah ataupun pengguludan. Budidaya tanaman labu zucchini
dengan MPHP dapat meringankan kegiatan dan biaya pemeliharaan tanaman
dengan hasil yang memuaskan (prima). Kegiatan pemupukan susulan juga tidak
mutlak dilakukan pemberian pupuk susulan disebabkan seluruh dosis pupuk
diberikan sebelum tanam.
Program Studi Agribisnis
67
Laporan Tugas Akhir
Menurut Imdad dan Abdjad (2001) bahwa setelah 25 hari pertumbuhan dan
perkembangan tanaman semakin lebih cepat dan keadaannya makin rimbun.
Tumbuhnya bunga dan wiwilan akan menambah rimbunnya tanaman. Untuk
mengurangi kerimbunan tersebut sebaiknya daun-daun muda yang muncul
bersamaan dengan bunga atau buah dibuang saja. Daun ini dapat dianggap sebagai
wiwilan atau sirung sehingga tidak perlu dipertahankan untuk tumbuh dan
berkembang. Pemangkasan ini penting dilakukan pada musim penghujan untuk
mengurangi kerimbunan dan kelembaban yang dapat mengundang berbagai hama
atau penyakit.
Kegiatan pemeliharaan tanaman labu zucchini menggunakan mulsa plastik
hitam perak tidak sesulit jika pemeliharaan tanpa menggunakan mulsa. Kegiatan
pemeliharaan labu zucchini dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak jika
dilihat berdasarkan literatur maka kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh P4S
Makin Makmur telah sesuai dengan literatur dimana kegiatan penyiangan hanya
dilakukan di daerah sekitar tanaman dan bedengan tanpa harus menggemburkan
tanah atau menggulud tanah. Pemberian pupuk susulan juga tidak terlalu intensif.
Hanya saja untuk kegiatan pemangkasan P4S Makin Makmur tidak sesuai dengan
literatur dimana P4S Makin Makmur melakukan pemangkasan setelah panen
pertama yaitu 38 hari setelah tanam sehingga mengakibatkan tanaman labu
zucchini sangat rimbun dan banyak batang tanaman yang sudah tua dan menutupi
buah labu zucchini. Hama yang menyerang tanaman labu zucchini di P4S Makin
Makmur hanya ulat grayak dan keong, sedangkan penyakit yang menyerang labu
zucchini yaitu busuk buah.
Program Studi Agribisnis
68
Laporan Tugas Akhir
E. Panen
Labu zucchini yang telah dipanen setelah berumur 37 hari sampai dengan 40
hari setelah tanam. Berat buah bekisar antara 200 gram – 500 gram dan buah labu
zucchini berwarna hijau. Labu zucchini dipanen dengan cara memetik dan juga
menggunakan alat bantu yaitu pisau untuk memotong tangkai labu zucchini.
Panen yang dilakukan dengan menggunakan pisau harus dilakukan dengan hatihati agar tidak melukai buah maupun batang dari tanaman labu zucchini lainnya.
Cara panen buah labu zucchini adalah dipetik satu per satu bersama-sama
tangkainya (Rukmana, 1998). Atau dengan memotong bagian tangkai buahnya
atau tanpa menyertakan bagian tangkai buahnya sehingga pangkal buah tampak
datar. Letak buah berada disela-sela tangkai daun dan batang utama sehingga pada
waktu memetik buah sebaiknya dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak
bunga atau buah yang sedang berkembang (Imdad dan Abdjad, 2001). Alat bantu
panen dapat menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Tiap panen labu zucchini
dapat dipanen beberapa kali secara periodik dengan memilih buah berukuran baik
dipetik.
Kegiatan panen labu zucchini yang dilakukan oleh P4S Makin Makmur
telah sesuai dengan literatur dimana cara panen labu zucchini dapat dilakukan
dengan memetik langsung buah labu zucchini atau dapat juga dengan
menggunakan alat bantu seperti pisau. Buah labu zucchini yang dipanen adalah
labu zucchini yang masih muda karena jika sudah terlalu dewasa maka rasanya
akan hambar serta lebih berserat.
Program Studi Agribisnis
69
Laporan Tugas Akhir
F. Pasca panen
Kegiatan pasca panen tidak dilakukan oleh P4S Makin Makmur secara
keseluruhan karena perusahaan memasarkan produk tanaman sayurannya kepada
distributor, sehingga kegiatan pasca panen P4S Makin Makmur hanya
pengumpulan hasil. P4S Makin Makmur melakukan pembungkusan labu zucchini
yang telah dipanen dengan kertas untuk melindungi buah labu zucchini saat
packing ke dalam keranjang.
Menurut Rukmana (1998), kegiatan pasca panen labu zucchini dapat
dilakukan dengan cara, terlebih dahulu mengumpulkan hasil buah labu zucchini
yang telah selesai dipanen, melakukan pembersihan, melakukan sortasi dan
klasifikasi, pencucian dan penirisan, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran.
Dilihat berdasarkan literatur tersebut maka dapat diketahui bahwa P4S
Makin Makmur hanya melakukan kegiatan pasca panen sebatas pengumpulan
hasil lalu membalutnya dengan kertas koran, agar saat di packing ke dalam
keranjang buah labu zucchini tidak rusak.
Gambar 5. Tanaman labu zucchini pada lahan selada crop
Program Studi Agribisnis
70
Laporan Tugas Akhir
4.2.2 Efisiensi biaya budidaya labu zucchini dengan penggunaan mulsa
plastik hitam perak (MPHP) di P4S Makin Makmur
Pemanfaatan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) pada budidaya tanaman
labu zucchini lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan tidak menggunakan
MPHP. Keuntungan yang dirasakan yaitu dapat mencegah resiko serangan
penyakit buah busuk, juga bisa menekan biaya tenaga kerja penyiangan,
pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit.
Keuntungan persiapan lahan dengan MPHP (Rukmana, 1998) adalah
warna hitam mulsa plastik dapat menekan pertumbuhan gulma (rumput liar),
mulsa plastik dapat mengurangi bahaya pencucian (erosi) tanah dan unsur hara
tanpa pe nguapan zat makanan dari tanah akibat proses evapontranspirasi ataupun
hujan, pemberian pupuk anorganik dapat dilakukan secara total sebelum tanam,
MPHP dapat mencegah risiko serangan penyakit busuk buah, dapat menekan
biaya pemeliharaan tanaman, terutama pengairan, penyiangan, dan pengendalian
organisme hama penyakit, dan dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil
sehingga perakaran tanaman tumbuh leluasa dan normal.
Keuntungan yang diperoleh budidaya labu zucchini dengan menggunakan
mulsa plastik hitam perak telah sesuai dengan literatur dimana keuntungan dalam
menggunakan mulsa plastik hitam perak adalah dapat mencegah resiko serangan
penyakit buah busuk dan memperkecil kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu
kegiatan pemupukan susulan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama
dan penyakit, dan dapat menekan pertumbuhan gulma.
Penyiangan yang dilaksanakan pada budidaya labu zucchini sistem MPHP
hanya pada bagian area yang tidak tertutupi MPHP seperti parit-parit dan sedikit
pada lubang tanam, berbeda dengan budidaya tanaman labu zucchini tidak
Program Studi Agribisnis
71
Laporan Tugas Akhir
menggunakan MPHP penyiangan dilakukan diseluruh bagian bedengan serta
dapat mengakibatkan kerusakan akar akibat dari kurang hati-hati pada saat
menyiang bagian yang dekat perakaran tanaman. Pemupukan atau penyediaan
unsur hara pada budidaya tanaman labu zucchini besar dengan sistem MPHP lebih
tersedia untuk tanaman, pemberian pupuk akan lebih sedikit karena persaingan
tanaman dengan gulma bisa dikurangi serta berkurangnya penguapan pupuk
akibat penyinaran matahari karena terhalang oleh warna hitam mulsa, jadi unsur
hara akan tetap tersedia. Penggunaan MPHP pada budidaya labu zucchini dapat
menjaga kelembaban dan suhu tanah, sehingga intensitas penyiraman lebih sedikit
dimana kebutuhan air akan tetap terjaga pada tanah. Hama penyakit tanaman bisa
lebih terkendali karena warna perak pada mulsa bisa memantulkan cahaya yang
bisa menekan pertumbuhan hama aphid, penyakit tanaman sering muncul akibat
dari kelembaban yang tidak stabil tetapi dengan menggunakan mulsa kelembaban
tanah bisa lebih stabil jadi perkembangan penyakit tanaman bisa lebih terkendali.
Petani di Lembang khususnya di Desa Wangunsari dan di P4S Makin
Makmur umumnya menggunakan mulsa plastik hitam perak dalam sistem
budidaya yang digunakan. Dikarenakan petani melakukan sistem tumpang sari
pada tanamannya sehingga mereka menggunakan mulsa plastik hitam perak.
Sistem tanam dengan tumpang sari merupakan sistem cocok tanam dengan cara
menanam tanaman lain sebagai tanaman penyela diantara tanaman pokok yang
dapat di petik hasilnya sebelum tanaman pokok membuahkan hasil. Komoditi
yang akan ditanam dengan tumpang sari minimal harus memiliki syarat tumbuh
yang sama agar dapat mempermudah dalam kegiatan pemeliharaan tanamannya
seperti kegiatan pemupukan. Kebutuhan pupuk yang diperlukan oleh tanaman
Program Studi Agribisnis
72
Laporan Tugas Akhir
sebaiknya sama dengan kebutuhan tanaman yang akan ditumpang sarikan.
Melakukan penanaman menggunakan mulsa plastik hitam dengan tumpang sari
dapat memberikan produksi yang sangat maksimal. Produksi yang diperoleh
dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak dapat mencapai dua sampai tiga
kali dibandingkan tanpa menggunakan mulsa meskipun saat diawal petani harus
mengeluarkan modal yang sangat besar untuk pembelian mulsa dan pembelian
pupuk. Karena pupuk diberikan diawal saat dilakukan pengolahan tanah dan
sebelum tanah ditutup menggunakan mulsa plastik hitam perak.
Pemakaian mulsa plastik hitam perak di P4S Makin Makmur dapat
digunakan selama 1,5 sampai dengan 2 tahun. Setelah dilakukan penanaman
untuk satu kali musim tanam (90 hari) maka tidak perlu lagi adanya pengolahan
lahan (tanpa olah tanah) selanjutnya. Setelah musim tanam pertama selesai,
musim tanam selanjutnya dapat langsung dilaksanakan tanpa perlu adanya
penanganan yang sering dilakukan pada saat pertama proses budidaya. Namun,
hanya perlu melakukan penggemburan kembali tanah pada lubang tanam dengan
menggunakan garpu lalu tanah diberikan pupuk kandang. Modal yang biasanya
dikeluarkan untuk pengolahan tanah diawal tanam dapat dihilangkan.
P4S Makin Makmur saat ini melakukan penanaman labu zucchini
ditumpangsarikan dengan tanaman selada crop. Tanaman selada crop menjadi
tanaman yang lebih dominan ditanam karena permintaan tanaman labu zucchini
hanya sedikit dan labu zucchini merupakan tanaman orderan sehingga jika ada
permintaan pasar maka P4S Makin Makmur membudidayakannya dan saat ini
permintaan pasar akan labu zucchini jumlahnya tidak banyak sehingga P4S Makin
Makmur hanya membudidayakan labu zucchini sebagai tanaman pendamping
Program Studi Agribisnis
73
Laporan Tugas Akhir
pada lahan selada crop. Tanaman labu zucchini dibudidayakan dengan
memanfaatkan sisa lahan dari tanaman selada crop. P4S Makin Makmur
memanfaatkan sisa lahan pada tanaman selada crop disebabkan tanaman labu
zucchini
merupakan
tanaman
yang
syarat
tumbuhnya
mudah,
waktu
pertumbuhannya cepat hanya 30 sampai dengan 45 hari setelah tanam sudah dapat
dipanen dan pemeliharaannya juga tidak sulit. Pada tahun 2012, lahan kebun 2
P4S Makin Makmur seluas 3.000 m2 digunakan untuk membudidayakan tanaman
labu zucchini tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak dan diperoleh hasil
panen sebesar 1 ton. Karena pada saat itu permintaan pasar akan tanaman labu
zucchini sangat besar sehingga P4S Makin Makmur membudidayakan tanaman
labu zucchini tersebut. Penggunaan mulsa plastik hitam perak pada tanaman labu
zucchini bertujuan untuk memelihara buah labu zucchini agar tidak kotor karena
buah labu zucchini menempel pada tanah sehingga jika tidak menggunakan mulsa
buah juga akan rentan busuk. Berat buah dari tanaman labu zucchini minimal
mencapai 200 gram dan maksimal mencapai 500 gram per buahnya.
Umur panen dan ukuran dari buah labu zucchini sangat mempengaruhi
harga jual. Jika buah dari tanaman labu zucchini dipanen terlalu cepat maka berat
buahnya akan ringan dibandingkan buah yang dipanen tepat pada waktunya,
sedangkan jika tanaman terlalu tua dan ukuran buah terlalu besar diakibatkan
waktu pemanenan yang lewat dari waktunya maka hal tersebut juga dapat
mempengaruhi harga jual disebabkan rasa dari buah labu zucchini sedikit hambar
jika dibandingkan ketika buah masih muda. Tanaman buah labu zucchini juga
dapat dipanen dengan waktu panen satu minggu dua kali panen sehingga interval
waktu panen sebanyak 8 sampai dengan 10 kali panen.
Program Studi Agribisnis
74
Laporan Tugas Akhir
Tabel 7. Pengeluaran untuk tanaman labu zucchini menggunakan MPHP dengan
luasan 200 m2
No
Jenis Kegiatan
Satuan
Jumlah
Harga (Rp)
Total
1
MPHP
Meter
200
1,000
200,000
2
3
Benih
Gram
50
60,000
60,000
a. Pembentukan bedengan
HKP
0.5
40,000
20,000
b. Pembajakan
Meter
200
500
100,000
c. Pemberian pupuk dasar
HKP
0.1
40,000
4,000
Pengelolaan lahan
d. Pupuk
* Pupuk SP-36
Kg
2
2,400
4,800
* Pupuk Phonska
Kg
2
2,800
5,600
* Pupuk ZA
Kg
* Siputox
Gram
* Kapur dolomite
Kg
2
2,400
4,800
250
18,000
18,000
2
5,000
10,000
* Pupuk kompos (sekam padi
campur feses ayam)
Karung 50
Kg
100
5,000
500,000
e. Pemasangan MPHP
HKP
0.2
40,000
8,000
4
Penanaman
HKW
0.2
25,000
5,000
5
Pupuk susulan
6
7
* NPK Mutiara
Kg
2
10,000
20,000
* Nebijin
Cc
200
38
7,600
4
50
200
* Hegro W
Kegiatan pemeliharaan tanaman
Mililiter
* Penyiangan
HKW
2.1
25,000
52,500
* Penyiraman
HKW
1.8
25,000
45,000
* Pemupukan susulan
HKW
0.2
25,000
5,000
HKW
2.4
25,000
60,000
Panen
Jumlah
1,130,500
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
Ket : HKP = Hari Kerja Pria
HKW= Hari Kerja Wanita
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh jumlah biaya yang dikeluarkan oleh P4S
Makin Makmur adalah Rp 1.130.500. Panen labu zucchini pada lahan selada crop
dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak diperoleh sebanyak 784 kg
selama 8 kali waktu panen dengan luas lahan 200 m2 dan dijual dengan harga Rp
4.000 per kg. Maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp 3.136.000 – Rp
1.130.500 = Rp 2.005.500.
Program Studi Agribisnis
75
Laporan Tugas Akhir
Tabel 8. Pengeluaran untuk tanaman labu zucchini tanpa menggunakan MPHP
dengan luasan 200 m2
No
Jenis
1
2
Benih
Pengelolaan lahan
a. Pembentukan bedengan
b. Pembajakan
c. Pemberian pupuk dasar
d. Pupuk
* Pupuk SP-36
* Pupuk Phonska
* Pupuk ZA
* Siputox
* Kapur dolomite
* Pupuk kompos (sekam padi
campur feses ayam)
Gram
50
60,000
60,000
HKP
Meter
HKP
0.5
200
0.1
40,000
500
40,000
20,000
100,000
4,000
Kg
Kg
Kg
Gram
Kg
Karung 50
Kg
2
2
2
250
2
2,400
2,800
2,400
18,000
5,000
4,800
5,600
4,800
18,000
10,000
100
5,000
500,000
Penanaman
Pupuk susulan
* NPK Mutiara
* Nebijin
HKW
0.2
25,000
5,000
Kg
Cc
2
200
10,000
38
20,000
7,600
* Hegro W
Kegiatan pemeliharaan tanaman
* Penyiangan
* Penyiraman
* Pemupukan susulan
Mililiter
4
50
200
5.6
11.1
1.2
25,000
25,000
25,000
140,000
277,500
30,000
2.4
25,000
60,000
3
4
5
6
Panen
Satuan
HKW
HKW
HKW
HKW
Jumlah
Jumlah
Harga (Rp)
Total
1,267,500
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
Ket : HKP = Hari Kerja Pria
HKW= Hari Kerja Wanita
Berdasarkan Tabel 8 jumlah biaya yang dikeluarkan oleh P4S Makin
Makmur adalah Rp 1.267.500. Panen labu zucchini pada lahan selada crop tanpa
menggunakan mulsa plastik hitam perak diperoleh sebanyak 784 kg selama 8 kali
waktu panen dengan luas lahan 200 m2 dan dijual dengan harga Rp 4.000 per kg.
Maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp 3.136.000 – Rp 1.267.500 = Rp
1.868.500.
Dari perbandingan keuntungan yang diperoleh terlihat jelas bahwa
penanaman dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak lebih menguntungkan
Program Studi Agribisnis
76
Laporan Tugas Akhir
jika tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak. Selisih biaya antara budidaya
labu zucchini di lahan selada crop dengan memakai mulsa plastik hitam perak dan
tanpa memakai mulsa plastik hitam perak adalah Rp 137.000 atau terjadi
pengurangan biaya sebesar 11%.
Tabel 9. Perbandingan biaya budidaya labu zucchini dengan menggunakan
MPHP dan tanpa menggunakan MPHP dengan luasan 200 m2
No
Jenis Kegiatan
MPHP
Satuan
Non MPHP
Jumlah Biaya (Rp)
1
MPHP
Meter
Jumlah
200
Biaya (Rp)
200,000
-
-
2
Pemasangan MPHP
Kegiatan pemeliharaan
tanaman
* Penyiangan
HKP
0.2
8,000
-
-
3
HKW
2.1
52,500
5.6
140,000
* Penyiraman
HKW
1.8
45,000
11.1
277,500
* Pemupukan susulan
HKW
0.2
5,000
1.2
30,000
Total
Sumber : P4S Makin Makmur, 2015
Ket : HKW= Hari Kerja Wanita
310,500
447,500
Berdasarkan Tabel 9, diperoleh perbandingan biaya budidaya labu
zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP. Untuk
budidaya labu zucchini dengan menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur
harus mengeluarkan biaya pembelian MPHP dan biaya pemasangan MPHP
sedangkan jika tanpa menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur tidak
mengeluarkan biaya untuk keduanya. Sehingga perbandingan biaya budidaya labu
zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa MPHP adalah Rp -200.000
untuk biaya MPHP dan Rp -40.000 untuk biaya pemasangan MPHP. Kegiatan
pemeliharaan tanaman untuk penyiangan jika menggunakan MPHP biayanya Rp
52.500 dengan jumlah tenaga kerja wanita sebanyak 1 orang selama 7 hari dengan
lama waktu penyiangan adalah 1,5 jam, sedangkan tanpa menggunakan MPHP
biayanya Rp 140.000 dengan jumlah tenaga kerja wanita sebanyak 1 orang selama
Program Studi Agribisnis
77
Laporan Tugas Akhir
7 hari dengan lama waktu penyiangan 4 jam. Lama waktu penyiangan dengan
menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP berbeda disebabkan jika
dengan menggunakan MPHP maka kegiatan penyiangan hanya dilakukan
disekitar tanaman dan antar bedengan, sedangkan jika tanpa menggunakan MPHP
kegiatan penyiangan harus dilakukan pada seluruh bedengan yang dibudidayakan
tanaman labu zucchini sehingga lama waktu penyiangan lebih banyak jika tanpa
menggunakan MPHP. Biaya untuk kegiatan penyiraman dengan menggunakan
MPHP adalah Rp 45.000 sedangkan tanpa MPHP adalah Rp 277.500 sehingga
diperoleh perbandingan biaya antara keduanya adalah Rp 232.500. Frekuensi
kegiatan penyiraman tanaman labu zucchini dengan menggunakan MPHP
sebanyak 18 kali penyiraman sedangkan tanpa menggunakan MPHP sebanyak 37
kali penyiraman. Perbedaan tersebut disebabkan jika menggunakan MPHP maka
penyiraman hanya dilakukan 2 hari sekali yaitu pada pagi hari sedangkan tanpa
menggunakan MPHP penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari. Salah satu
manfaat dari MPHP adalah dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil dan
mencegah penguapan air tanah sehingga tanah dapat tetap gembur, sedangkan jika
tanpa menggunakan MPHP maka tidak ada yang melindungi tanah dari
penguapan air tanah dan terpaan butir hujan sehingga kelembaban tanah sulit
dipertahankan. Adapun biaya pemupukan susulan dengan menggunakan MPHP
adalah Rp 5.000 dan tanpa menggunakan MPHP adalah Rp 30.000 sehingga
perbandingan antara keduanya sebesar Rp 25.000. Dapat disimpulkan bahwa
biaya budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan MPHP
lebih efektif jika dibandingkan tanpa menggunakan MPHP. Jika menggunakan
MPHP maka P4S Makin Makmur harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
Program Studi Agribisnis
78
Laporan Tugas Akhir
pembelian MPHP dan biaya pemasangan MPHP. Kegiatan pemeliharaan untuk
penyiangan efisiensi biayanya sebesar Rp 87.500, penyiraman efisiensi biayanya
sebesar Rp 232.500, dan pemupukan susulan efisiensi biayanya sebesar Rp
25.000. Adapun jumlah bedengan tanaman labu zucchini dengan luasan 200 m2
adalah 9 bedengan.
Program Studi Agribisnis
79
Laporan Tugas Akhir
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang
dilakukan oleh penulis mengenai budidaya dan finansial tanaman labu zucchini
pada lahan selada crop dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak di P4S
Makin Makmur, didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Kelebihan secara teknis yaitu dengan menggunakan mulsa plastik hitam
perak mampu menekan pertumbuhan gulma, mampu mengurangi bahaya
erosi tanah, pemberian pupuk diberikan secara total sebelum tanam,
mencegah resiko penyakit busuk buah, menekan biaya pemeliharaan
tanaman. Kekurangannya secara teknis membutuhkan tenaga kerja yang
terampil dalam pemasangan mulsa plastik hitam perak.
2. Budidaya labu zucchini pada lahan selada crop dengan menggunakan
MPHP lebih efektif jika dibandingkan tanpa menggunakan MPHP. Jika
menggunakan MPHP maka P4S Makin Makmur harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk pembelian MPHP dan biaya pemasangan MPHP.
Namun, dapat meminimalisir biaya kegiatan pemeliharaan dimana untuk
penyiangan efisiensi biayanya sebesar Rp 87.500, penyiraman efisiensi
biayanya sebesar Rp 232.500, dan pemupukan susulan efisiensi biayanya
sebesar Rp 25.000. Sehingga, diperoleh selisih biaya antara budidaya labu
zucchini dengan menggunakan MPHP dan tanpa menggunakan MPHP
sebesar Rp 137.000 atau terjadi pengurangan biaya sebesar 11%.
Program Studi Agribisnis
80
Laporan Tugas Akhir
5.2 Saran
Budidaya
tanaman
sayuran
dengan
menggunakan
MPHP
dapat
mengurangi biaya tenaga kerja untuk kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu
penyiangan, penyiraman, serta pemupukan susulan dan dapat mengurangi
pertumbuhan tanaman liar (gulma) di lahan. Sehingga hal tersebut dapat
menguntungkan bagi perusahaan maupun petani.
Program Studi Agribisnis
81
Laporan Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Labu Zucchini Sayuran Jepang yang Renyah. http://sahabatpetani.
com (8 April 2015)
Arga. 2010. Mulsa. http://www.digilib.unila.ac.id. (8 April 2015)
Astari. 2011. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Labu Zucchini (studi kasus :
Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Citerang, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat). Institut Pertanian Bogor. Bogor. http:.//www.reposito
ry.ipb.ac.id (5 April 2015)
Budiarti. 2014. Acara 3 Penutup Tanah (Mulsa). http://www.budiarto/acara-3penutup-tanah-mulsa.html (5 April 2015)
Ditjen Hortikultura, 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode
2003-2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id (01 April 2015).
Fahrurrozi, K.A. Stewart, S. Jenni. 2001. The early gowth of muskmelon in minitunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration
in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci. 126:757-763. 4445
Fahrurrozi, K.A. Stewart. 1994. Effects of mulch optical properties on weed gowth
and development. HortScience 29 (6):54
Ihsan, Muhammad Raja. 2011. Kondisi Pertanian di Lembang. http://muhammadr
ajai11u.student.ipb.ac.id/2011/08/27/kondisi-pertanian-di-lembang/ (5 April
2015)
Imdad, Heri Purwanto dan Abdjad Asih Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang.
Penebar Swadaya. Jakarta
Kristanto, Daniel. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lamont, W. J. 1993. Plastic mulches for the production of vegetable crops.
HorTechnology. 3 (1) : 35-38.
Mahrer, Y. 1979. Prediction of soil temperatures of a soil mulched with
transparent polyethylene. J. Applied Meteorology. 18:1263-1267.
Rukmana, Rahmat. 1998. Budidaya Labu Zucchini. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 1992. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wardjito. 2001. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Zucchini (Cucurbita pepo L.). Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang, Bandung. Jurnal Holrtikultura. v. 11(4) p. 244-247
Program Studi Agribisnis
82
Download