11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Perilaku

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Perilaku Investor
1. Regret Teory
Ini berkaitan dengan orang-orang reaksi pengalaman emosional setelah
menyadari mereka telah membuat kesalahan dalam penilaian. Dihadapkan
dengan prospek menjual saham, investor menjadi emosional terpengaruh oleh
harga di mana mereka membeli saham. Jadi, mereka menghindari menjualnya
sebagai cara untuk menghindari penyesalan karena telah membuat investasi yang
buruk, serta malu melaporkan kerugian. Teori ini juga dapat berlaku bagi investor
yang menemukan saham mereka telah dianggap membeli tapi tidak naik nilai.
Beberapa investor menghindari kemungkinan merasa menyesal ini dengan
mengikuti kebijaksanaan konvensional dan membeli hanya saham yang orang
lain membeli, rasionalisasi keputusan mereka dengan "orang lain melakukannya"
(Pareto, 1997).
2. Theory of Mental Accounting
Ini menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menempatkan
peristiwa tertentu ke dalam kompartemen mental, dan perbedaan antara
kompartemen ini kadang-kadang dampak perilaku kita lebih dari peristiwa itu
sendiri. Contoh teori ini digambarkan oleh ragu-ragu untuk menjual investasi
yang pernah memiliki keuntungan mengerikan dan sekarang memiliki
keuntungan sederhana. Ketika koreksi pasar mengempiskan kekayaan bersih
investor, mereka lebih ragu-ragu untuk menjual pada margin keuntungan yang
lebih kecil. Mereka membuat kompartemen mental bagi keuntungan mereka
pernah memiliki, menyebabkan mereka untuk menunggu kembalinya periode
yang menguntungkan (Thaler, 2001).
3. Prospect/Loss-Aversion-Theory
Ini menunjukkan bahwa orang mengekspresikan tingkat yang berbeda dari emosi
terhadap keuntungan dari arah kerugian. Individu lebih ditekankan oleh calon
kerugian daripada mereka bahagia dari keuntungan yang sama. Investor sering
membuat kesalahan dengan mengejar tindakan pasar dengan berinvestasi di
saham atau dana yang mengumpulkan perhatian yang besar. Penelitian
11
12
menunjukkan bahwa uang mengalir ke reksa dana berkinerja tinggi lebih cepat
daripada uang mengalir keluar dari dana yang tertinggal (Kahneman dan
Tversky, 1979).
4. Over/Under Reacting Theory
Ia mengatakan bahwa investor mendapatkan optimis ketika pasar naik, dengan
asumsi itu akan terus melakukannya. Sebaliknya, investor menjadi sangat pesimis
di tengah kemerosotan. Konsekuensi dari anchoring, menempatkan terlalu
banyak pentingnya pada peristiwa baru-baru sementara mengabaikan data
historis, adalah over atau di bawah reaksi terhadap peristiwa pasar yang
menghasilkan harga jatuh terlalu banyak pada berita buruk dan bangkit terlalu
banyak berita baik. Pada puncak optimisme, keserakahan investor bergerak
saham luar nilai intrinsik mereka (Hong dan Stein, 1999).
5. Theory of Overconfidence
Ia mengatakan bahwa orang-orang pada umumnya menilai diri mereka sebagai
atas rata-rata dalam kemampuan mereka. Mereka juga melebih-lebihkan
ketepatan pengetahuan dan pengetahuan relatif mereka kepada orang lain
mereka. Banyak investor percaya bahwa mereka dapat secara konsisten waktu
pasar. Namun dalam kenyataannya ada sejumlah besar bukti yang membuktikan
sebaliknya. Hasil terlalu percaya dalam perdagangan berlebih, dengan
keuntungan biaya perdagangan Bimbang, (Tapia dan Yermo, 2007).
2.2 Investasi
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang” (Tandelilin, 2010:2).
Menurut Samuelson (2004: 198) “Investasi meliputi penambahan stok modal atau
barang disuatu negara, seperti bangunan, peralatan produksi, dan barangbarang
inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan
konsumsi dimasa mendatang.”
Pengertian investasi menurut Martono dan D. Agus Marjito (2002: 138)
menyatakan bahwa: “Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh
suatu perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh
pendapatan dimasa yang akan datang”
13
Menurut Halim (2005) dalam konteks manajemen investasi, menerangkan bahwa
risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata
(actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat
risikonya.
2.3 Behavioural Finance
2.3.1 Sejarah Behavioural Finance
Pada tahun 1990-an, dilakukan sebuah penelitian bahwa teori-teori standard
finance atau traditional finance tidak memberikan kontribusi yang berarti dalam
melihat pergerakan harga saham atau surat berharga lainnya. Teori standard finance
atau traditional finance ini sering sekali dikaitkan dengan teori portpolio modern dan
hipotetsis pasar efisien. Standard finance atau traditional finance ini dikembangkan
oleh Eugene Fama 1965, beranggapan bahwa di pasar yang efisien harga atas suatu
sekuritas yang terbentuk merupakan cermin dari semua informasi yang tersedia dan
relevan tentang sekuritas tersebut. Dengan kata lain, harga yang terbentuk
merupakan nilai wajar (fair value). Akibatnya, secara teori pelaku pasar yag aktif
tidak mungkin memperoleh abnormal return (beat the market) secara terus menerus
karena investor lain akan segera tahu aksi yang dilakukan oleh seorang investor.
sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh tingkat pengembalian investasi yang
lebih tinggi adalah dengan membeli aset-aset investasi yang lebih berisiko.
Menyadari ketidakmampuan traditional finance untuk menjelaskan anomaly
dalam fenomena pasar uang dan pasar modal, maka para peneliti keuangan mulai
mengkaitkan fenomena yang ada dengan aspek perilaku (behavioral finance).
Selama tahun 1990–an, behaviour finance muncul ke permukaan sejalan dengan
tuntutan perkembangan dunia bisnis dan akademik yang mulai menyingkapi adanya
aspek atau unsur perilaku dalam proses pengambilan keputusan keuangan atau
investasi. Hal ini banyak diinspirasi oleh meningkatnya peran perilaku sebagai salah
satu penentu dalam menentukan buy and sell sekuritas.
Kronologis perkembangan behavioural finance yang mediskusikan kekuatan
emosi dan psikologi investor dan trader di pasar keuangan:
1. Tahun 1841: Charles MacKay menulis Delusions the Madness of Crowds, yang
menyajikan kronologis tentang kepanikan yang terjadi di pasar sebagai cermin
dari adanya aspek psikologis investor.
14
2. Gustave Le Bon dalam The Crowd: A Study of the Popular Mind (1895)
mengajukan gagasan tentang peran “crowds” yang dapat diartikan sebagai
investor di pasar, dan perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang
perilaku keuangan, psikologi sosial, sosiologi, dan sejarah.
3. Tahun 1912 : G C Selden menerapkan perilaku keuangan dalam konteks psikologi
di pasar modal.
Barberis dan Thaler (2003) mempublikasikan survei perilaku keuangan.
Perkembangan terakhir lebih dalam pengambilan keputusan di bawah risiko telah
diperbaiki teori prospek kumulatif, seperti transfer model pertukaran perhatian
(Birnbaum 2008). Harrison dan Rutstrom (2009) mengusulkan rekonsiliasi teori
utilitas yang diharapkan dan teori prospek dengan menggunakan model campuran.
2.3.2 Pengertian Behavioural Finance
Pada awalnya, investor yang melakukan investasi tidak hanya melihat dari
prospek investasi, tingkat pengembalian ataupun resiko yang diperoleh saja, tetapi
faktor psikologi juga menentukan investasi. Adanya faktor psikologi tersebut
mempengaruhi berinvestasi dan hasil yang akan dicapai. Oleh karenanya, analisis
berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan
tingkah laku atau perilaku keuangan (Behaviour Finance).
Menurut Ricciardi dan Simon (2000: 2), behavioral finance mencoba
menjelaskan dan meningkatkan pemahaman tentang pola – pola dari alasan investor
termasuk aspek emosional dan derajat dari aspek tersebut dalam mempengaruhi
proses pengambilan keputusan. Secara lebih spesifik behavioral finance mencoba
mencari jawaban atas what, why and how keuangan dan investasi dari sudut pandang
manusia.
Ricciardi dan Simon (2000) membagi tiga kelompok individu yang memiliki
kepentingan baiksecara langsung/ tidak langsung terhadap behavioral finance:
1.
Individual, yang terdiri dari small investor, portfolio manager, pension board
2.
Group, yang terdiri dari investor reksadana (portfolio)
3.
Organization, misalnya financial institution, non – profit organization -
universities.
15
Gambar 2.1
Behavioral Finance
Sociology
Finance
Psychology
Economics
Economics
Behavioural
Finance
Behavioural
Accounting
Behavioural
Economics
Investment
Sumber: Ricciardi 2005:10
Shefrin (2000) mendefinisikan behaviour finance adalah studi yang
mempelajari
bagaimana
fenomena
psikologi
mempengaruhi
tingkah
laku
keuangannya. Tingkah laku dari para para pemain saham tersebut dimana Shefrin
(2000) menyatakan tingkat laku para praktisi.
Nofsinger (2001) mendefinisikan perilaku keuangan yaitu mempelajari
bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan.
Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan,
perusahaan dan pasar keuangan. Pada konsep yang diuraikan secara jelas
menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan sebuah pendekatan yang
menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan
keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi.
Teori perilaku keuangan dapat diartikan sebagai aplikasi ilmu psikologi dalam
disiplin ilmu keuangan. Perilaku keuangan merupakan analisis berinvestasi yang
menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan, yaitu suatu pendekatan yang
menjelaskan bagaimana manusia (investor) melakukan investasi atau berhubungan
dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor 8 psikologi. Perilaku keuangan bermaksud
untuk memahami perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi dan
bertindak di pasar modal yang akan berpengaruh pada market performance (Qawi,
2010; Wendy, 2010; Shahzad dkk., 2013).
16
Behavioral finance merupakan pendekatan baru untuk pasar keuangan yang
telah muncul dalam menanggapi kesulitan yang dihadapi oleh paradigma tradisional.
Dalam arti luas, ia berargumen bahwa beberapa fenomena keuangan dapat dipahami
dengan lebih baik menggunakan model di mana beberapa agen yang tidak
sepenuhnya rasional.
2.4 Perilaku Investor di Pasar Modal
Perilaku keuangan merupakan sebuah model yang menekankan implikasi
potensial
dari
faktor
psikologis
yang
mempengaruhi
perilaku
investor.
Kemunculannya didorong oleh dugaan bahwa teori keuangan konvensional kurang
memperhatikan bagaimana investor 9 sebenarnya membuat keputusan investasi.
Berbagai teori dan model keuangan mengasumsikan bahwa investor selalu
berperilaku rasional dalam proses pengambilan keputusan investasi. Investor
diasumsikan mau dan mampu menerima dan menganalisis semua informasi yang
tersedia berdasarkan pemikiran rasionalitasnya. Akan tetapi, dalam kenyataannya
investor seringkali menunjukkan perilaku yang bersifat irasional (cenderung bersifat
judgment), sehingga keadaan ini menyimpang dari asumsi rasionalitas dan memiliki
kecenderungan bias. Perilaku keuangan bertujuan menginvestigasi karakteristik
emosional investor untuk menjelaskan faktor subyektif dan anomali irasional dalam
pasar modal (Taffler, 2002; Godoi dkk., 2005; Hayes, 2010; Jureviciene dan
Invanova, 2013).
Perilaku investor sangat dipengaruhi oleh infomasi yang diterima. Sebab,
informasi adalah bersifat individu. Artinya, individu mungkin akan memberikan
reaksi yang berbeda terhadap sumber informasi yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa individu menerima informasi dan merevisi keyakinan secara berurutan dalam
proses berkelanjutan melalui penerimaan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan dan juga dari sumber informasi lain seperti media, dan pengumuman lain
yang dapat mempengaruhi keputusannya. Sehubungan dengan hal tersebut sebagai
sumber informasi, laporan keuangan adalah penyedia informasi akuntansi yang
relevan dan reliabel. Bahwa, informasi yang bermanfaat (information usefulness)
bagi pengambilan keputusan lebih menekankan pada isi atau kandungan informasi
(content of information) serta ketepatan waktu dalam memberikan keyakinan bagi
investor atau mengubah keyakinan awal (prior belief) pengguna laporan keuangan
17
agar segera bereaksi dan informasi ini bersaing dengan sumber informasi lain
(Puspitaningtyas, 2011).
2.5 Instrumen Pasar Modal
Kebanyakan orang dapat melakukan investasi di pasar modal. Tempat atau
sarana bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan yang membutuhkan
dana dengan cara memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih
dari satu tahun seperti saham dan obligasi (Tandelilin : 2010 : 26).
UU Pasar Modal No.8/1995 pasal 1: kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Adapun instrumen dalam pasar modal diantaranya adalah:
1. Saham
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011), Saham (stock)
merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan
saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi
yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan,
klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham:
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal
ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut
dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut
berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen
tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai
18
dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen
saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah
saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah
dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
b. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya
Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian
menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut
mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
a. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor
menjual saham lebih rendah dari harga beli.
b. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau
perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham
mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari
hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan
kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka
pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini
merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang
saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
2. Obligasi
Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk
membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam kurun
waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan (Jogiyanto,
2003:11).
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:14), ada keuntungan
menarik dalam penawaran obligasi:
a. Memberikan pendapatan tetap berupa kupon
Hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi.
19
Bunga yang ditawarkan obligasi, umumnyalebih tinggi daripada bunga yang
diberikan deposito. Sebagai tambahan, pembayaran bunga obligasi harus
didahulukan sebelum perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham.
Disamping pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tingg atas kekayaan
perusahaan dibanding dengan pemegang saham. Seperti telah diuraikan, kupon yang
diterima investor dapat berupa:
1. Kupon dengan tingkat bunga tetap
2. Kupon dengan tingkat bunga mengambang
3. Kupon dengan tingkat bunga kombinasi
b. Keuntungan atas penjualan obligasi
Di samping penghasilan kupon, pemegang obligasi dapat memperjualbelikan
pbligas yang dimilikinya. Jika ia menjual lebih tinggi dibanding harga belinya,maka
tentu saja pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan
capital gain. Jual beli obligasi dapat dilakukan dipasar sekunder melalui para dealer
atau pialang obligasi. Ada 3 jenis tingkat penjualan obligasi:
a) Obligasi dijual lebih tinggi dari nilai pokok obligasi (dijual dengan premium)
b) Obligasi dijual sama dengan harga pokok obligasi (dijual at par)
c) Obligasi dijual lebihrendah dari nilai pokok obligasi (dijual dengan discount)
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:16), meskipun
termasuk surat berharga dengan tingkat resiko yang relatif rendah, tetapi obligasi
tetap mengandung beberapa resiko, antara lain:
a. Risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi atau tidak mampu
mengembalikan pokok obligasi.
Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dikenal dengan istilah
default. Walaupun jarang terjadi, dapat saja suatu ketika penerbit obligasi tidak
mampu membayar baik bunga maupun pokok obligasi. Jika penerbit obligasi
tidak mampu membayar bunga, maka biasanya pembayaran bunga ditangguhkan
atau diundur sesuai kesepakatan denga para pemegang obligasi.
b. Risiko tingkat suku bunga
Pergerakan harga obligasi sangat ditentukan pergerakan tingkat suku bunga.
Pergerakan harga obligasi berbbanding terbalik dengan tingkat suku bunga;
artinya, jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun, sebaliknya juka
suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.
3. Reksadana
20
Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi,
dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham
kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai
aktiva bersihnya Adler Haymans Manurung (2007:1).
Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana dari
masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan
Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana bersama
para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk
mengelola dana tersebut.
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011), manfaat yang
diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain:
1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai
contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi,
yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan
Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan
memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar
uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito,
saham, obligasi.
2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal.
Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang
mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak
semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana
tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu
repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah
dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai
peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara
lain.
21
1. Risko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat
berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas
unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan
uang tunai atas redemption tersebut.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera
membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang
terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau
bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih)
Reksa Dana.
2.6 Pemahaman
Pengertian pemahaman
yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang
dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan
bahwa :
“Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam
bentuk tertentu ke bentuk yang lain”.
Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga, yaitu:
a) Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari
bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak
menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya.
b) Menginterpretasi (interpretation)
22
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan
untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi.
c) Mengekstrapolasi (extrapolation)
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia
menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Benyamin S. Bloom
pemahaman adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang
informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
merupakan dimana seseorang mengerti dan memahami akan sesuatu. Seseorang
dapat dikatakan sudah memahami sebuah topik jika seseorang itu mampu
menjelaskan kembali mengenai hal tersebut.
2.7 Minat
2.7.1 Pengertian Minat
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan apa yang diinginkan bila orang tersebut diberi kebebasan untuk memilih
(Elisabeth B. Hurlock, 1999:114). Menurut Bingham dan Mac Daniel (dalam
Munandir, 1997: 146), minat adalah kecenderungan orang untuk tertarik dalam suatu
pengalaman dan untuk terus demikian itu. Kecenderungan itu tetap bertahan
sekalipun seseorang sibuk mengerjakan hal lain. Kegiatan yang diikuti seseorang
karena kegiatan itu menarik baginya, merupakan perwujudan minatnya.
Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang
menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.
Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan
perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi
tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Jadi dapat disimpulkan minat adalah suatu gejala psikologis, adanya pemusatan
perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik, adanya perasaan
senang terhadap obyek yang menjadi sasarandan adanya
kecenderungan
tujuan.
pada
diri
subjek
kemauan
atau
untuk melakukan kegiatan guna mencapai
23
2.7.2 Faktor yang mempengaruhi minat
Menurut Siti Rahayu Hadinoto (1998: 189), ada dua faktor yang
mempengaruhi minat seseorang, yaitu:
1. Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan memang
diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Di sini minat datang dari diri
orang itu sendiri. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan
itu sendiri.
2. Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan atas
dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang melakukan kegiatan ini karena
ia didorong atau dipaksa dari luar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Super dan Cities (dalam John
Killis, 1988: 25) adalah seperti faktor pekerjaan, sosial ekonomi, bakat, jenis
kelamin, pengalaman dan lingkungan.
Minat Menurut Salim dan Salim (1996:656) memiliki definisi sebagai
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, keinginan. Perluasan dari
definisi minat adalah :
a.
Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor mati rasional yang mempunyai
dampak pada suatu perilaku.
b.
Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba.
c.
Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang.
2.8 Motivasi
2.8.1 Definisi Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu
perbuatan
untuk
mencapai
tujuan
tertentu.
Motivasi
berasal
dari
kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada
dalam
diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip
Elliot et al.
(2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita
untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap
tertarik
dalam
kegiatan
tertentu.
Menurut
Uno
(2007), motivasi
dapat
diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan
dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang
membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan
24
bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Siagian, 2004).
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2007: 73), menyebutkan bahwa
motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia (walaupun motivasiitu muncul dari dalam diri manusia),
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia
2. Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa/”feeling” yang relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan tinggkahlaku manusia
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut
soal kebutuhan.
2.8.2 Fungsi Motivasi
Motivasi mengacu pada "perilaku yang mendasari alasan" (Guay et al., 2010).
Parafrase Gredler, Broussard dan Garrison (2004) secara luas mendefinisikan
motivasi sebagai "atribut yang menggerakkan kita untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu". Motivasi melibatkan konstelasi keyakinan, persepsi, nilai-nilai,
kepentingan, dan tindakan yang semuanya berkaitan erat. Akibatnya, berbagai
pendekatan untuk motivasi dapat fokus pada perilaku kognitif (seperti pemantauan
dan penggunaan strategi), aspek non-kognitif (seperti persepsi, keyakinan, dan
sikap), atau keduanya. Menurut pendapat Dr. S. Nasution, MA. Bahwa fungsi
motivasi adalah:
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai pengerak atau motor yang
memerlukan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan mengenyampingkan
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
25
2.9 Keputusan Investasi
Menurut Tandelilin (2010) proses keputusan investasi meliputi lima tahap, yaitu:
a. Penentuan tujuan investasi
Tahap pertama adalah menentukan tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan
investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor
yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, tujuan investasi pada dana pensiun
dilakukan dalam rangka menjaga likuiditas yang baik agar setiap anggota yang
pensiun dapat terpenuhi hak-haknya.
b. Penentuan kebijakan investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan
investasi yang telah ditetapkan. Pada tahap ini dimulai dengan penentuan
keputusan alokasi aset. Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang
dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate
ataupun sekuritas luar negeri). Investor perlu memperhatikan batasan-batasan
yang dapat mempengaruhi kebijakan investasi. Investor tidak hanya menetapkan
bahwa tujuan investasi yang dilakukan untuk mendapatkanva keuntungan yang
sebesar-besarnya, karena adanya korelasi positif antara besarnya return yang
diharapkan dengan risiko yang harus ditanggung (Halim, 2005).
c. Pemilihan strategi portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya.
Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan
strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif mencakup kegiatan pemanfaatan
informasi dan melakukan peramalan untuk mendapatkan kombinasi portofolio
yang lebih baik. Strategi portofolio pasif mencakup kegiatan investasi yang
sejalan dengan kinerja indeks pasar 11 (Sartono dalam Pasaribu, 2010). Strategi
aktif bertujuan untuk mendapatkan return portofolio saham yang lebih tinggi dari
return portofolio saham strategi pasif. Dilain sisi, strategi pasif merupakan
tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi sahan dan pergerakan
sahamnya hanya bergantung pada pergerakan indeks pasar.
d. Pemilihan aset
Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilihan asetaset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan
pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio.
Tujuannya adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu
26
portofolio yang menawarkan return dapat diharapkan tinggi dengan risiko
tertentu.
e. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses investasi. Meskipun demikian,
adalah salah kaprah jika kita langsung mengatakan bahwa tahap ini adalah tahap
terakhir,
karena
sekali
lagi
proses
investasi
merupakan
proses
yang
berkesinambungan dan terus-menerus.
2.10
Penelitian Terdahulu
Kusmawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Motivasi
Terhadap Minat Berinvestasi di Pasar Modal dengan Pemahaman Investasi dan Usia
Sebagai Variabel Moderat” terdapat tiga variabel independent yaitu motivasi
kebutuhan soial, motivasi kebutuhan penghargaan, dan motivasi kebutuhan
aktualisasi diri. Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah minat berinvestasi dan dalam variabel moderat yang digunakan ada dua yaitu
pengetahuan investasi dan usia. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hanya
faktor usia berpengaruh dan itupun hanya terhadap hubungan antara motivasi
pemenuhan kebutuhan sosial dengan minat wanita berinvestasi di pasar modal.
Sementara pengaruh faktor usia terhadap hubungan antara motivasi penghargaan dan
motivasi aktualisasi diri tetap ditolak. Hasil dari penelitian ini juga mendukung
pendapat Abdul Halim (2005:4), yang menyatakan bahwa untuk melakukan investasi
di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis
untuk menganalisis efek-efek mana saja yang akan dibeli. Pengetahuan yang
memadai sangat diperlukan, seperti pada instrumen investasi saham, hal-hal yang
sangat penting untuk diketahui adalah bagaimana menilai kinerja perusahaan yang
akan dibeli sahamnya, dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan untuk beberapa tahun belakangan. Pengetahuan investasi sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya kerugian saat berinvestasi di pasar modal.
Pengetahuan investasi juga sangat diperlukan dalam usaha untuk memperoleh return
yang maksimal dari investasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini, disarankan untuk
menggunakan faktor pekerjaan dan faktor tipe investor sebagai variabel independen
yang baru disamping faktor motivasi sosial, motivasi penghargaan, dan motivasi
aktualisasi diri. Faktor usia dan pemahaman investasi, bisa diuji dengan
27
memposisikanya tidak sebagai pemoderasi akan tetapi sebagai variabel yang
mempengaruhi secara tidak langsung melalui motivasi.
Van Rooij et al. (2011a) melakukan penelitian di Belanda dan memperoleh
temuan bahwa dalam menghadapi masa pensiun masyarakat di belanda memiliki
kecenderungan melakukan investasi di pasar modal. Yang dalam hal ini ketika usia
meningkat atau menjelang pensiun akan ada kekhawatiran di masa depan dan hal ini
akan mendorong atau memperkuat motivasi seseorang untuk melakukan investasi di
masa depan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sosial akan
berpengaruh terhadap minat investasi di Pasar Modal dengan dimoderasi atau
diperkuat pertambahan usia.
Vincent (2014) dalam survei yang dilakukan yang berjudul ” A Survey of the
Factors Influencing Investment Decisions: The Case of Individual Investors at the
NSE” dengan 5 variabel independen yaitu Accounting information, Self image/firm
image coincidence, Advocate recommendation, Personal financial needs dan Neutral
information. Sedangkan variabel dependennya adalah investment decision. Dalam
kesimpulan penelitian ini menguji prinsip teori keuangan perilaku pada faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan investasi dalam kondisi ketidakpastian. Analisis
dilakukan pada data yang dikumpulkan muncul untuk memberikan pandangan yang
cukup akurat dari rata-rata investor ekuitas di Nairobi Stock Exchange. Investor
berpengalaman dan berpengetahuan akan mengakui bahwa struktur dan relatif bobot
dari kategori yang dipilih merefleksikan rata-rata, profil investor masih tidak canggih
dan belum dewasa. Hasil diungkapkan oleh sampel kami 50 responden
mengkonfirmasi bahwa tampaknya ada tingkat tertentu korelasi antara faktor-faktor
yang teori perilaku keuangan dan bukti empiris sebelumnya mengidentifikasi sebagai
faktor yang mempengaruhi untuk rata-rata investor ekuitas, dan perilaku individu
investor aktif dalam NSE dipengaruhi oleh tren keseluruhan yang berlaku pada saat
survei di Nairobi Stock Exchange.
Menurut Tomola (2013) dalam penelitiannya yang berjudul ”Factors Influencing
Investment in Capital Market: A Study of Individual Investors In Nigeria”,
menjelaskan keputusan investasi investor di Nigeria dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu. Faktor utama yang paling penting adalah kinerja masa lalu dari saham
perusahaan, diharapkan stock split / kenaikan modal / bonus, kebijakan dividen,
pendapatan perusahaan diharapkan dan kaya-cepat. Faktor-faktor ini secara
signifikan dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, status perkawinan dan kualifikasi
28
pendidikan investor di pasar modal Nigeria. Secara khusus, keputusan investasi
investor berkaitan dengan kinerja masa lalu dari saham perusahaan berbeda
berdasarkan karakteristik sosial ekonomi mereka (usia, jenis kelamin, status
perkawinan dan kualifikasi pendidikan). Nigeria, dan negara-negara lain dalam
situasi ekonomi yang sama, hasil penelitian ini untuk meningkatkan iklim investasi
mereka dengan mengembangkan program-program dan kebijakan yang berdampak
pada keputusan investor untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan
kekayaan investor. Program dan kebijakan tersebut mencakup reorganisasi pasar,
pemantauan yang efektif dan penegakan kebijakan, penghapusan penipuan,
penyebaran informasi yang tepat, resolusi krisis kepemimpinan di pasar, dan
ketentuan fasilitas infrastruktur. Semua rekomendasi ini akan membantu untuk
memperdalam pasar dan mendorong investasi lebih banyak di pasar modal oleh
investor.
Menurut Luh Komang Merawati dan I Putu Mega Juli Semara Putra (2015)
dalam penelitiannya yang berjudul “Kemampuan Pelatihan Pasar Modal Memoderasi
Pengaruh Pengetahuan Investasi dan Penghasilan Pada Minat Berinvestasi
Mahasiswa” meneliti apakah ada pengaruh pengetahuan investasi dan penghasilan
pada minat berinvestasi mahasiswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
bahwa pengetahuan investasi dan penghasilan berpengaruh positif signifikan pada
minat berinvestasi mahasiswa.
2.11 Hipotesis
Pada teori perilaku investor terdapat lima hal yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan. Dimana kelima hal ini menjelaskan adanya faktor psikologi
yang mempengaruhi keputusan investasi. Pada regret teory menjelaskan bahwa
adanya penyesalan dalam pengambilan keputusan berinvestasi dikarenakan adanya
salah penilaian. Pada theory mental of accounting menjelaskan bahwa adanya
ketakutan untuk menjual saham dalam keuntungan yang lebih kecil dari penjualan
sebelumnya dengan keuntungan yang lebih besar. Pada Prospect/Loss-AversionTheory menjelaskan bahwa adanya pandangan kerugian lebih besar daripada
keuntungan yang didapat sehingga membuat investor memiliki ketakutan untuk
melakukan investasi. Pada Over/Under Reacting Theory menjelaskan bahwa investor
terlalu optimis ketika kondisi pasar naik dan sebaliknya dan yang terakhir Theory of
29
Overconfidence menjelaskan adanya kepercayaan diri yang terlalu berlebihan dalam
perdagangan pasar modal. Dari permasalahan yang ada, hipotesis dapat diprediksikan
jawaban sementara untuk permasalahan analisa ini:
1. H1o
: Tidak ada pengaruh antara pemahaman pekerja terhadap keputusan
investasi di pasar modal.
H1a
: Adanya pengaruh antara pemahaman pekerja terhadap keputusan
investasi di pasar modal.
2. H2o
: Tidak ada pengaruh antara minat pekerja terhadap keputusan
investasi di pasar modal.
H2a
: Adanya pengaruh antara minat pekerja terhadap keputusan investasi
di pasar modal.
3. H30
: Tidak ada pengaruh antara motivasi pekerja terhadap keputusan
investasi di pasar modal.
H3a
: Adanya pengaruh antara motivasi pekerja terhadap keputusan
investasi di pasar modal.
4. H40
:
Tidak ada pengaruh antara pemahaman, minat dan motivasi
berpengaruh terhadap keputusan investasi
H4a
: Adanya pengaruh antara pemahaman, minat dan motivasi
berpengaruh terhadap keputusan investasi
2.12 Model Penelitian
Variabel penelitian ini meliputi Pemahaman (X1), Minat (X2), Motivasi (X3)
dan Keputusan Investasi (Y).
Gambar 2.2
Analisa Pemahaman, Minat Dan Motivasi Pekerja di Jakarta Selatan Terhadap
Keputusan Investasi di Pasar Modal
Pengaruh
PEMAHAMAN (X1)
MINAT (X2)
Pengaruh
MOTIVASI (X3)
Pengaruh
KEPUTUSAN
INVESTASI (Y)
30
Pada Gambar 2.2 menggambarkan adanya hubungan antara pemahaman,
minat dan motivasi terhadap keputusan investasi.
Download