BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Perilaku Investor 1. Regret Teory Ini berkaitan dengan orang-orang reaksi pengalaman emosional setelah menyadari mereka telah membuat kesalahan dalam penilaian. Dihadapkan dengan prospek menjual saham, investor menjadi emosional terpengaruh oleh harga di mana mereka membeli saham. Jadi, mereka menghindari menjualnya sebagai cara untuk menghindari penyesalan karena telah membuat investasi yang buruk, serta malu melaporkan kerugian. Teori ini juga dapat berlaku bagi investor yang menemukan saham mereka telah dianggap membeli tapi tidak naik nilai. Beberapa investor menghindari kemungkinan merasa menyesal ini dengan mengikuti kebijaksanaan konvensional dan membeli hanya saham yang orang lain membeli, rasionalisasi keputusan mereka dengan "orang lain melakukannya" (Pareto, 1997). 2. Theory of Mental Accounting Ini menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menempatkan peristiwa tertentu ke dalam kompartemen mental, dan perbedaan antara kompartemen ini kadang-kadang dampak perilaku kita lebih dari peristiwa itu sendiri. Contoh teori ini digambarkan oleh ragu-ragu untuk menjual investasi yang pernah memiliki keuntungan mengerikan dan sekarang memiliki keuntungan sederhana. Ketika koreksi pasar mengempiskan kekayaan bersih investor, mereka lebih ragu-ragu untuk menjual pada margin keuntungan yang lebih kecil. Mereka membuat kompartemen mental bagi keuntungan mereka pernah memiliki, menyebabkan mereka untuk menunggu kembalinya periode yang menguntungkan (Thaler, 2001). 3. Prospect/Loss-Aversion-Theory Ini menunjukkan bahwa orang mengekspresikan tingkat yang berbeda dari emosi terhadap keuntungan dari arah kerugian. Individu lebih ditekankan oleh calon kerugian daripada mereka bahagia dari keuntungan yang sama. Investor sering membuat kesalahan dengan mengejar tindakan pasar dengan berinvestasi di saham atau dana yang mengumpulkan perhatian yang besar. Penelitian 11 12 menunjukkan bahwa uang mengalir ke reksa dana berkinerja tinggi lebih cepat daripada uang mengalir keluar dari dana yang tertinggal (Kahneman dan Tversky, 1979). 4. Over/Under Reacting Theory Ia mengatakan bahwa investor mendapatkan optimis ketika pasar naik, dengan asumsi itu akan terus melakukannya. Sebaliknya, investor menjadi sangat pesimis di tengah kemerosotan. Konsekuensi dari anchoring, menempatkan terlalu banyak pentingnya pada peristiwa baru-baru sementara mengabaikan data historis, adalah over atau di bawah reaksi terhadap peristiwa pasar yang menghasilkan harga jatuh terlalu banyak pada berita buruk dan bangkit terlalu banyak berita baik. Pada puncak optimisme, keserakahan investor bergerak saham luar nilai intrinsik mereka (Hong dan Stein, 1999). 5. Theory of Overconfidence Ia mengatakan bahwa orang-orang pada umumnya menilai diri mereka sebagai atas rata-rata dalam kemampuan mereka. Mereka juga melebih-lebihkan ketepatan pengetahuan dan pengetahuan relatif mereka kepada orang lain mereka. Banyak investor percaya bahwa mereka dapat secara konsisten waktu pasar. Namun dalam kenyataannya ada sejumlah besar bukti yang membuktikan sebaliknya. Hasil terlalu percaya dalam perdagangan berlebih, dengan keuntungan biaya perdagangan Bimbang, (Tapia dan Yermo, 2007). 2.2 Investasi “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang” (Tandelilin, 2010:2). Menurut Samuelson (2004: 198) “Investasi meliputi penambahan stok modal atau barang disuatu negara, seperti bangunan, peralatan produksi, dan barangbarang inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi dimasa mendatang.” Pengertian investasi menurut Martono dan D. Agus Marjito (2002: 138) menyatakan bahwa: “Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang” 13 Menurut Halim (2005) dalam konteks manajemen investasi, menerangkan bahwa risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. 2.3 Behavioural Finance 2.3.1 Sejarah Behavioural Finance Pada tahun 1990-an, dilakukan sebuah penelitian bahwa teori-teori standard finance atau traditional finance tidak memberikan kontribusi yang berarti dalam melihat pergerakan harga saham atau surat berharga lainnya. Teori standard finance atau traditional finance ini sering sekali dikaitkan dengan teori portpolio modern dan hipotetsis pasar efisien. Standard finance atau traditional finance ini dikembangkan oleh Eugene Fama 1965, beranggapan bahwa di pasar yang efisien harga atas suatu sekuritas yang terbentuk merupakan cermin dari semua informasi yang tersedia dan relevan tentang sekuritas tersebut. Dengan kata lain, harga yang terbentuk merupakan nilai wajar (fair value). Akibatnya, secara teori pelaku pasar yag aktif tidak mungkin memperoleh abnormal return (beat the market) secara terus menerus karena investor lain akan segera tahu aksi yang dilakukan oleh seorang investor. sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi adalah dengan membeli aset-aset investasi yang lebih berisiko. Menyadari ketidakmampuan traditional finance untuk menjelaskan anomaly dalam fenomena pasar uang dan pasar modal, maka para peneliti keuangan mulai mengkaitkan fenomena yang ada dengan aspek perilaku (behavioral finance). Selama tahun 1990–an, behaviour finance muncul ke permukaan sejalan dengan tuntutan perkembangan dunia bisnis dan akademik yang mulai menyingkapi adanya aspek atau unsur perilaku dalam proses pengambilan keputusan keuangan atau investasi. Hal ini banyak diinspirasi oleh meningkatnya peran perilaku sebagai salah satu penentu dalam menentukan buy and sell sekuritas. Kronologis perkembangan behavioural finance yang mediskusikan kekuatan emosi dan psikologi investor dan trader di pasar keuangan: 1. Tahun 1841: Charles MacKay menulis Delusions the Madness of Crowds, yang menyajikan kronologis tentang kepanikan yang terjadi di pasar sebagai cermin dari adanya aspek psikologis investor. 14 2. Gustave Le Bon dalam The Crowd: A Study of the Popular Mind (1895) mengajukan gagasan tentang peran “crowds” yang dapat diartikan sebagai investor di pasar, dan perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang perilaku keuangan, psikologi sosial, sosiologi, dan sejarah. 3. Tahun 1912 : G C Selden menerapkan perilaku keuangan dalam konteks psikologi di pasar modal. Barberis dan Thaler (2003) mempublikasikan survei perilaku keuangan. Perkembangan terakhir lebih dalam pengambilan keputusan di bawah risiko telah diperbaiki teori prospek kumulatif, seperti transfer model pertukaran perhatian (Birnbaum 2008). Harrison dan Rutstrom (2009) mengusulkan rekonsiliasi teori utilitas yang diharapkan dan teori prospek dengan menggunakan model campuran. 2.3.2 Pengertian Behavioural Finance Pada awalnya, investor yang melakukan investasi tidak hanya melihat dari prospek investasi, tingkat pengembalian ataupun resiko yang diperoleh saja, tetapi faktor psikologi juga menentukan investasi. Adanya faktor psikologi tersebut mempengaruhi berinvestasi dan hasil yang akan dicapai. Oleh karenanya, analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan tingkah laku atau perilaku keuangan (Behaviour Finance). Menurut Ricciardi dan Simon (2000: 2), behavioral finance mencoba menjelaskan dan meningkatkan pemahaman tentang pola – pola dari alasan investor termasuk aspek emosional dan derajat dari aspek tersebut dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Secara lebih spesifik behavioral finance mencoba mencari jawaban atas what, why and how keuangan dan investasi dari sudut pandang manusia. Ricciardi dan Simon (2000) membagi tiga kelompok individu yang memiliki kepentingan baiksecara langsung/ tidak langsung terhadap behavioral finance: 1. Individual, yang terdiri dari small investor, portfolio manager, pension board 2. Group, yang terdiri dari investor reksadana (portfolio) 3. Organization, misalnya financial institution, non – profit organization - universities. 15 Gambar 2.1 Behavioral Finance Sociology Finance Psychology Economics Economics Behavioural Finance Behavioural Accounting Behavioural Economics Investment Sumber: Ricciardi 2005:10 Shefrin (2000) mendefinisikan behaviour finance adalah studi yang mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku keuangannya. Tingkah laku dari para para pemain saham tersebut dimana Shefrin (2000) menyatakan tingkat laku para praktisi. Nofsinger (2001) mendefinisikan perilaku keuangan yaitu mempelajari bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan. Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Pada konsep yang diuraikan secara jelas menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi. Teori perilaku keuangan dapat diartikan sebagai aplikasi ilmu psikologi dalam disiplin ilmu keuangan. Perilaku keuangan merupakan analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan, yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia (investor) melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor 8 psikologi. Perilaku keuangan bermaksud untuk memahami perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi dan bertindak di pasar modal yang akan berpengaruh pada market performance (Qawi, 2010; Wendy, 2010; Shahzad dkk., 2013). 16 Behavioral finance merupakan pendekatan baru untuk pasar keuangan yang telah muncul dalam menanggapi kesulitan yang dihadapi oleh paradigma tradisional. Dalam arti luas, ia berargumen bahwa beberapa fenomena keuangan dapat dipahami dengan lebih baik menggunakan model di mana beberapa agen yang tidak sepenuhnya rasional. 2.4 Perilaku Investor di Pasar Modal Perilaku keuangan merupakan sebuah model yang menekankan implikasi potensial dari faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku investor. Kemunculannya didorong oleh dugaan bahwa teori keuangan konvensional kurang memperhatikan bagaimana investor 9 sebenarnya membuat keputusan investasi. Berbagai teori dan model keuangan mengasumsikan bahwa investor selalu berperilaku rasional dalam proses pengambilan keputusan investasi. Investor diasumsikan mau dan mampu menerima dan menganalisis semua informasi yang tersedia berdasarkan pemikiran rasionalitasnya. Akan tetapi, dalam kenyataannya investor seringkali menunjukkan perilaku yang bersifat irasional (cenderung bersifat judgment), sehingga keadaan ini menyimpang dari asumsi rasionalitas dan memiliki kecenderungan bias. Perilaku keuangan bertujuan menginvestigasi karakteristik emosional investor untuk menjelaskan faktor subyektif dan anomali irasional dalam pasar modal (Taffler, 2002; Godoi dkk., 2005; Hayes, 2010; Jureviciene dan Invanova, 2013). Perilaku investor sangat dipengaruhi oleh infomasi yang diterima. Sebab, informasi adalah bersifat individu. Artinya, individu mungkin akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap sumber informasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa individu menerima informasi dan merevisi keyakinan secara berurutan dalam proses berkelanjutan melalui penerimaan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan juga dari sumber informasi lain seperti media, dan pengumuman lain yang dapat mempengaruhi keputusannya. Sehubungan dengan hal tersebut sebagai sumber informasi, laporan keuangan adalah penyedia informasi akuntansi yang relevan dan reliabel. Bahwa, informasi yang bermanfaat (information usefulness) bagi pengambilan keputusan lebih menekankan pada isi atau kandungan informasi (content of information) serta ketepatan waktu dalam memberikan keyakinan bagi investor atau mengubah keyakinan awal (prior belief) pengguna laporan keuangan 17 agar segera bereaksi dan informasi ini bersaing dengan sumber informasi lain (Puspitaningtyas, 2011). 2.5 Instrumen Pasar Modal Kebanyakan orang dapat melakukan investasi di pasar modal. Tempat atau sarana bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi (Tandelilin : 2010 : 26). UU Pasar Modal No.8/1995 pasal 1: kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun instrumen dalam pasar modal diantaranya adalah: 1. Saham Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011), Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham: a. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai 18 dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain: a. Capital Loss Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. b. Risiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. 2. Obligasi Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan (Jogiyanto, 2003:11). Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:14), ada keuntungan menarik dalam penawaran obligasi: a. Memberikan pendapatan tetap berupa kupon Hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. 19 Bunga yang ditawarkan obligasi, umumnyalebih tinggi daripada bunga yang diberikan deposito. Sebagai tambahan, pembayaran bunga obligasi harus didahulukan sebelum perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham. Disamping pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tingg atas kekayaan perusahaan dibanding dengan pemegang saham. Seperti telah diuraikan, kupon yang diterima investor dapat berupa: 1. Kupon dengan tingkat bunga tetap 2. Kupon dengan tingkat bunga mengambang 3. Kupon dengan tingkat bunga kombinasi b. Keuntungan atas penjualan obligasi Di samping penghasilan kupon, pemegang obligasi dapat memperjualbelikan pbligas yang dimilikinya. Jika ia menjual lebih tinggi dibanding harga belinya,maka tentu saja pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan capital gain. Jual beli obligasi dapat dilakukan dipasar sekunder melalui para dealer atau pialang obligasi. Ada 3 jenis tingkat penjualan obligasi: a) Obligasi dijual lebih tinggi dari nilai pokok obligasi (dijual dengan premium) b) Obligasi dijual sama dengan harga pokok obligasi (dijual at par) c) Obligasi dijual lebihrendah dari nilai pokok obligasi (dijual dengan discount) Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011:16), meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat resiko yang relatif rendah, tetapi obligasi tetap mengandung beberapa resiko, antara lain: a. Risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi atau tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dikenal dengan istilah default. Walaupun jarang terjadi, dapat saja suatu ketika penerbit obligasi tidak mampu membayar baik bunga maupun pokok obligasi. Jika penerbit obligasi tidak mampu membayar bunga, maka biasanya pembayaran bunga ditangguhkan atau diundur sesuai kesepakatan denga para pemegang obligasi. b. Risiko tingkat suku bunga Pergerakan harga obligasi sangat ditentukan pergerakan tingkat suku bunga. Pergerakan harga obligasi berbbanding terbalik dengan tingkat suku bunga; artinya, jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun, sebaliknya juka suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik. 3. Reksadana 20 Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya Adler Haymans Manurung (2007:1). Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011), manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain: 1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi. 2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut. 3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut. Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain. 21 1. Risko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. 2. Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. 3. Risiko Wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana. 2.6 Pemahaman Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa : “Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain”. Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: a) Menerjemahkan (translation) Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. b) Menginterpretasi (interpretation) 22 Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi. c) Mengekstrapolasi (extrapolation) Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan dimana seseorang mengerti dan memahami akan sesuatu. Seseorang dapat dikatakan sudah memahami sebuah topik jika seseorang itu mampu menjelaskan kembali mengenai hal tersebut. 2.7 Minat 2.7.1 Pengertian Minat Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila orang tersebut diberi kebebasan untuk memilih (Elisabeth B. Hurlock, 1999:114). Menurut Bingham dan Mac Daniel (dalam Munandir, 1997: 146), minat adalah kecenderungan orang untuk tertarik dalam suatu pengalaman dan untuk terus demikian itu. Kecenderungan itu tetap bertahan sekalipun seseorang sibuk mengerjakan hal lain. Kegiatan yang diikuti seseorang karena kegiatan itu menarik baginya, merupakan perwujudan minatnya. Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut. Jadi dapat disimpulkan minat adalah suatu gejala psikologis, adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik, adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasarandan adanya kecenderungan tujuan. pada diri subjek kemauan atau untuk melakukan kegiatan guna mencapai 23 2.7.2 Faktor yang mempengaruhi minat Menurut Siti Rahayu Hadinoto (1998: 189), ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang, yaitu: 1. Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Di sini minat datang dari diri orang itu sendiri. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri. 2. Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang melakukan kegiatan ini karena ia didorong atau dipaksa dari luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Super dan Cities (dalam John Killis, 1988: 25) adalah seperti faktor pekerjaan, sosial ekonomi, bakat, jenis kelamin, pengalaman dan lingkungan. Minat Menurut Salim dan Salim (1996:656) memiliki definisi sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, keinginan. Perluasan dari definisi minat adalah : a. Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor mati rasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku. b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba. c. Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang. 2.8 Motivasi 2.8.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan 24 bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004). Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2007: 73), menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu: 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia (walaupun motivasiitu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia 2. Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa/”feeling” yang relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan tinggkahlaku manusia 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 2.8.2 Fungsi Motivasi Motivasi mengacu pada "perilaku yang mendasari alasan" (Guay et al., 2010). Parafrase Gredler, Broussard dan Garrison (2004) secara luas mendefinisikan motivasi sebagai "atribut yang menggerakkan kita untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu". Motivasi melibatkan konstelasi keyakinan, persepsi, nilai-nilai, kepentingan, dan tindakan yang semuanya berkaitan erat. Akibatnya, berbagai pendekatan untuk motivasi dapat fokus pada perilaku kognitif (seperti pemantauan dan penggunaan strategi), aspek non-kognitif (seperti persepsi, keyakinan, dan sikap), atau keduanya. Menurut pendapat Dr. S. Nasution, MA. Bahwa fungsi motivasi adalah: a. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai pengerak atau motor yang memerlukan energi. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. 25 2.9 Keputusan Investasi Menurut Tandelilin (2010) proses keputusan investasi meliputi lima tahap, yaitu: a. Penentuan tujuan investasi Tahap pertama adalah menentukan tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, tujuan investasi pada dana pensiun dilakukan dalam rangka menjaga likuiditas yang baik agar setiap anggota yang pensiun dapat terpenuhi hak-haknya. b. Penentuan kebijakan investasi Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. Pada tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset. Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri). Investor perlu memperhatikan batasan-batasan yang dapat mempengaruhi kebijakan investasi. Investor tidak hanya menetapkan bahwa tujuan investasi yang dilakukan untuk mendapatkanva keuntungan yang sebesar-besarnya, karena adanya korelasi positif antara besarnya return yang diharapkan dengan risiko yang harus ditanggung (Halim, 2005). c. Pemilihan strategi portofolio Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif mencakup kegiatan pemanfaatan informasi dan melakukan peramalan untuk mendapatkan kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio pasif mencakup kegiatan investasi yang sejalan dengan kinerja indeks pasar 11 (Sartono dalam Pasaribu, 2010). Strategi aktif bertujuan untuk mendapatkan return portofolio saham yang lebih tinggi dari return portofolio saham strategi pasif. Dilain sisi, strategi pasif merupakan tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi sahan dan pergerakan sahamnya hanya bergantung pada pergerakan indeks pasar. d. Pemilihan aset Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilihan asetaset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuannya adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu 26 portofolio yang menawarkan return dapat diharapkan tinggi dengan risiko tertentu. e. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses investasi. Meskipun demikian, adalah salah kaprah jika kita langsung mengatakan bahwa tahap ini adalah tahap terakhir, karena sekali lagi proses investasi merupakan proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. 2.10 Penelitian Terdahulu Kusmawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Berinvestasi di Pasar Modal dengan Pemahaman Investasi dan Usia Sebagai Variabel Moderat” terdapat tiga variabel independent yaitu motivasi kebutuhan soial, motivasi kebutuhan penghargaan, dan motivasi kebutuhan aktualisasi diri. Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah minat berinvestasi dan dalam variabel moderat yang digunakan ada dua yaitu pengetahuan investasi dan usia. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hanya faktor usia berpengaruh dan itupun hanya terhadap hubungan antara motivasi pemenuhan kebutuhan sosial dengan minat wanita berinvestasi di pasar modal. Sementara pengaruh faktor usia terhadap hubungan antara motivasi penghargaan dan motivasi aktualisasi diri tetap ditolak. Hasil dari penelitian ini juga mendukung pendapat Abdul Halim (2005:4), yang menyatakan bahwa untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana saja yang akan dibeli. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan, seperti pada instrumen investasi saham, hal-hal yang sangat penting untuk diketahui adalah bagaimana menilai kinerja perusahaan yang akan dibeli sahamnya, dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan untuk beberapa tahun belakangan. Pengetahuan investasi sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya kerugian saat berinvestasi di pasar modal. Pengetahuan investasi juga sangat diperlukan dalam usaha untuk memperoleh return yang maksimal dari investasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini, disarankan untuk menggunakan faktor pekerjaan dan faktor tipe investor sebagai variabel independen yang baru disamping faktor motivasi sosial, motivasi penghargaan, dan motivasi aktualisasi diri. Faktor usia dan pemahaman investasi, bisa diuji dengan 27 memposisikanya tidak sebagai pemoderasi akan tetapi sebagai variabel yang mempengaruhi secara tidak langsung melalui motivasi. Van Rooij et al. (2011a) melakukan penelitian di Belanda dan memperoleh temuan bahwa dalam menghadapi masa pensiun masyarakat di belanda memiliki kecenderungan melakukan investasi di pasar modal. Yang dalam hal ini ketika usia meningkat atau menjelang pensiun akan ada kekhawatiran di masa depan dan hal ini akan mendorong atau memperkuat motivasi seseorang untuk melakukan investasi di masa depan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sosial akan berpengaruh terhadap minat investasi di Pasar Modal dengan dimoderasi atau diperkuat pertambahan usia. Vincent (2014) dalam survei yang dilakukan yang berjudul ” A Survey of the Factors Influencing Investment Decisions: The Case of Individual Investors at the NSE” dengan 5 variabel independen yaitu Accounting information, Self image/firm image coincidence, Advocate recommendation, Personal financial needs dan Neutral information. Sedangkan variabel dependennya adalah investment decision. Dalam kesimpulan penelitian ini menguji prinsip teori keuangan perilaku pada faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi dalam kondisi ketidakpastian. Analisis dilakukan pada data yang dikumpulkan muncul untuk memberikan pandangan yang cukup akurat dari rata-rata investor ekuitas di Nairobi Stock Exchange. Investor berpengalaman dan berpengetahuan akan mengakui bahwa struktur dan relatif bobot dari kategori yang dipilih merefleksikan rata-rata, profil investor masih tidak canggih dan belum dewasa. Hasil diungkapkan oleh sampel kami 50 responden mengkonfirmasi bahwa tampaknya ada tingkat tertentu korelasi antara faktor-faktor yang teori perilaku keuangan dan bukti empiris sebelumnya mengidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi untuk rata-rata investor ekuitas, dan perilaku individu investor aktif dalam NSE dipengaruhi oleh tren keseluruhan yang berlaku pada saat survei di Nairobi Stock Exchange. Menurut Tomola (2013) dalam penelitiannya yang berjudul ”Factors Influencing Investment in Capital Market: A Study of Individual Investors In Nigeria”, menjelaskan keputusan investasi investor di Nigeria dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor utama yang paling penting adalah kinerja masa lalu dari saham perusahaan, diharapkan stock split / kenaikan modal / bonus, kebijakan dividen, pendapatan perusahaan diharapkan dan kaya-cepat. Faktor-faktor ini secara signifikan dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, status perkawinan dan kualifikasi 28 pendidikan investor di pasar modal Nigeria. Secara khusus, keputusan investasi investor berkaitan dengan kinerja masa lalu dari saham perusahaan berbeda berdasarkan karakteristik sosial ekonomi mereka (usia, jenis kelamin, status perkawinan dan kualifikasi pendidikan). Nigeria, dan negara-negara lain dalam situasi ekonomi yang sama, hasil penelitian ini untuk meningkatkan iklim investasi mereka dengan mengembangkan program-program dan kebijakan yang berdampak pada keputusan investor untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan kekayaan investor. Program dan kebijakan tersebut mencakup reorganisasi pasar, pemantauan yang efektif dan penegakan kebijakan, penghapusan penipuan, penyebaran informasi yang tepat, resolusi krisis kepemimpinan di pasar, dan ketentuan fasilitas infrastruktur. Semua rekomendasi ini akan membantu untuk memperdalam pasar dan mendorong investasi lebih banyak di pasar modal oleh investor. Menurut Luh Komang Merawati dan I Putu Mega Juli Semara Putra (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Kemampuan Pelatihan Pasar Modal Memoderasi Pengaruh Pengetahuan Investasi dan Penghasilan Pada Minat Berinvestasi Mahasiswa” meneliti apakah ada pengaruh pengetahuan investasi dan penghasilan pada minat berinvestasi mahasiswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pengetahuan investasi dan penghasilan berpengaruh positif signifikan pada minat berinvestasi mahasiswa. 2.11 Hipotesis Pada teori perilaku investor terdapat lima hal yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Dimana kelima hal ini menjelaskan adanya faktor psikologi yang mempengaruhi keputusan investasi. Pada regret teory menjelaskan bahwa adanya penyesalan dalam pengambilan keputusan berinvestasi dikarenakan adanya salah penilaian. Pada theory mental of accounting menjelaskan bahwa adanya ketakutan untuk menjual saham dalam keuntungan yang lebih kecil dari penjualan sebelumnya dengan keuntungan yang lebih besar. Pada Prospect/Loss-AversionTheory menjelaskan bahwa adanya pandangan kerugian lebih besar daripada keuntungan yang didapat sehingga membuat investor memiliki ketakutan untuk melakukan investasi. Pada Over/Under Reacting Theory menjelaskan bahwa investor terlalu optimis ketika kondisi pasar naik dan sebaliknya dan yang terakhir Theory of 29 Overconfidence menjelaskan adanya kepercayaan diri yang terlalu berlebihan dalam perdagangan pasar modal. Dari permasalahan yang ada, hipotesis dapat diprediksikan jawaban sementara untuk permasalahan analisa ini: 1. H1o : Tidak ada pengaruh antara pemahaman pekerja terhadap keputusan investasi di pasar modal. H1a : Adanya pengaruh antara pemahaman pekerja terhadap keputusan investasi di pasar modal. 2. H2o : Tidak ada pengaruh antara minat pekerja terhadap keputusan investasi di pasar modal. H2a : Adanya pengaruh antara minat pekerja terhadap keputusan investasi di pasar modal. 3. H30 : Tidak ada pengaruh antara motivasi pekerja terhadap keputusan investasi di pasar modal. H3a : Adanya pengaruh antara motivasi pekerja terhadap keputusan investasi di pasar modal. 4. H40 : Tidak ada pengaruh antara pemahaman, minat dan motivasi berpengaruh terhadap keputusan investasi H4a : Adanya pengaruh antara pemahaman, minat dan motivasi berpengaruh terhadap keputusan investasi 2.12 Model Penelitian Variabel penelitian ini meliputi Pemahaman (X1), Minat (X2), Motivasi (X3) dan Keputusan Investasi (Y). Gambar 2.2 Analisa Pemahaman, Minat Dan Motivasi Pekerja di Jakarta Selatan Terhadap Keputusan Investasi di Pasar Modal Pengaruh PEMAHAMAN (X1) MINAT (X2) Pengaruh MOTIVASI (X3) Pengaruh KEPUTUSAN INVESTASI (Y) 30 Pada Gambar 2.2 menggambarkan adanya hubungan antara pemahaman, minat dan motivasi terhadap keputusan investasi.