Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan

advertisement
Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik
Melawan Basshar Al Assad Di Suriah (2011)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
Oleh :
Vicky Fabiansyah
108083000029
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan Bashar Al Assad di Suriah (2011)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 23 Juli 2015
Vicky Fabiansyah
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan Ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa :
Nama
: Vicky Fabiansyah
NIM
: 108083000029
Program Studi
: Ilmu Hubungan Internasional
Telah selesai penulisan skripsi dengan judul : Dukungan Amerika Kepada Oposisi
Dalam Konflik Melawan Bashar Al Assad di Suriah
Jakarta, 23 Juli 2015
Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Pembimbing
Badrus Sholeh, MA
NIP. 19710211 199903 1 002
M. Adian Firnas, M. Si
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
DUKUNGAN AMERIKA KEPADA OPOSISI DALAM KONFLIK
MELAWAN BASHAR AL ASSAD DI SURIAH (2011)
OLEH
VICKY FABIANSYAH
108083000029
Telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Juli 2015.
Skripsi ini tela diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.sos) pada program studi Hubungan Internasional.
Ketua,
Badrus Sholeh, MA
NIP. 19710211 199903 1 002
Penguji I,
Penguji II,
Aiyub Mochsin, MA
A. Alfajri, MA
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 30 Juli 2015.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
Badrus Sholeh, MA
NIP. 19710211 199903 1 002
iii
ABSTRAKSI
Skipsi ini menjelaskan kepentingan AS dalam membantu konflik yang terjadi di
Suriah. Konflik yang terjadi di Suriah adalah dampak dari fenomena Arab Spring
yang sudah lebih dulu terjadi di Tunisia, Mesir , Libya, Bahrain lalu juga terjadi di
Suriah. Merupakan sebuah fenomena yang terjadi di daerah timur tengah untuk
melengserkan rezim otoriter yang berkuasa. Konflik di Suriah bermula dari tindakan
membakar diri yang dilakukan oleh seorang pemuda yang bernama Hasan Ali Akleh,
yang terinspirasi oleh tindakan serupa yang dilakukan oleh Mohammed Bouzizi di
Tunisia yang berhasil melahirkan revolusi di Tunisia. Konflik ini juga disulut oleh
anak-anak yang membuat grafiti anti pemerintahan, yang berakhir dengan
penangkapan dan penyiksaan tahanan anak tersebut, yang akhirnya membakar
amarah masyarakat Suriah dan berakhir dengan konflik masyarakat versus
pemerintah. Namun dalam konflik tersebut AS melakukan intervensi kepada tentara
oposisi untuk menggulingkan rezim Assad. Motivasi dan kepentingan AS tersebutlah
yang penulis coba teliti dalam skripsi ini.
Keyword : Konflik Suriah, Arab Spring, Intervensi AS, Rezim Bashar
Al Assad, Pasukan Oposisi Suriah.
iv
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, yang paling utama, dan harus diutamakan adalah puji syukur
atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dukungan Amerika
Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan Bashar Al Assad di Suriah (2011)”.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini juga dikerjakan dengan tekun dan penuh keseriusan, dan dibantu pula oleh
dosen pembimbing untuk mengkoreksi skripsi ini. Karena itu penulis ingin berterima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, yaitu kepada:
1.
Yang tercinta orang tua penulis, ayahanda Djodi Subiantoro dan ibunda
Rufaidah. Juga kepada adik penulis, Febby dan Fitri, yang selalu
mendoakan dan mendukung kerja penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas doa dan dukungan kalian sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2.
Bapak M. Adian Firnas, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis,
yang telah memberikan arahan, saran dan ilmunya dalam penulisan skripsi.
Sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
v
3.
Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Badrus Sholeh, MA. Juga kepada Dosen
Pembimbing Akademik Penulis, Bpk Agus Nilmada Azmi, M. Si.
4.
Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu penulis untuk segera menyelesaikan tugas
sebagai mahasiswa.
5.
Teman-teman seperjuangan penulis, M. Imam Noviar, Aditya Pradipta,
R.A Nadia Aiman, Rizky Mauliady, Wahyu Tri Nugroho, Roy Arisman,
Afnan, Moh Rais, Fachri, Bintang, Sandy Febrian, Amin, Affandi, Rizky
Hasanudin, Arie, serta seluruh angkatan HI UIN 2008. Terima kasih atas
waktu, semangat, dukungan, dan informasi yang telah diberikan kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsinya dengan baik.
Terimakasih banyak, semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan
yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis sebagai
tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang studi Ilmu Hubungan Internasional.
Jakarta, 23 Juli 2015
Vicky Fabiansyah
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………………………………………
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………………………….
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………………………………………
iii
ABSTRAKSI………………………………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………
xi
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………
1
1. 1
Pernyataan Masalah……………………………………………………
1
1. 2
Pertanyaan Penelitian………………………………………………….
4
1. 3
Tujuan Penelitian……………………………………………………….
5
1. 4
Manfaat Penelitian……………………………………………………..
5
1. 5
Tinjauan Pustaka……………………………………………………….
5
1. 6
Kerangka Konseptual……………………………………………………
7
1. 6. 1 Konsep Intervensi…………………………………………….…
7
1. 6. 2 Konsep Kepentingan Nasional………………………………….
10
1. 7
Metode Penelitian……………………………………………………….
13
1. 8
Sistematika Penulisan……………………………………………………
14
vii
BAB 2. KONFLIK DI SURAH………………………………………………………..
16
2. 1
Suriah di bawah Bashar Al Assad……………………………………….
16
2. 2
Konflik di Suriah…………………………….…………………………..
20
2. 3
Terbnetuknya Pasukan Oposisi………………………………………….
23
2. 3. 1 The Supreme Joint Military Command (SMC)………………….
24
2. 3. 2 Free Syrian Army………………………………………………..
25
2. 3. 3 The Syrian Liberation Front……………………………………..
26
2. 3. 4 The Syrian Islamic Front………………………………………...
27
2. 3. 5 Jabhat Al Nusra………………………………………………….
27
BAB 3. DUKUNGAN AMERIKA KEPADA TENTARA
OPOSISI……….……………………………………………………………………..
29
3. 1
Dinamika Hubungan AS – Suriah……………………………..………
29
3. 2
Respon AS Terhadap Konflik di Suriah……………...………………..
32
3. 2. 1 Bantuan Diplomatis……………………………………………
34
3. 2. 2 Bantuan Kemanusiaan…………………………………………
36
3. 3. 3 Bantuan Kepada Badan Transisi……………………………….
38
BAB 4. KEPENTINGAN AMERIKA DALAM MEMBANTU KONFLIK DI
SURIAH…………………………………………………...……………
40
4. 1 Demokratisasi dan War on Terrorism…………………………………….
40
4. 2 Kepentingan Ekonomi………………………………………………..
43
BAB 5. PENUTUP…………………………………………………………………..
50
5. 1 KESIMPULAN………………………………………………………
50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
53
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1
Peta Tentara Oposisi………….……………………………………23
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Anggaran AS dalam Membantu Suriah………………………
36
Tabel 3.2
Data Pengungsi Suriah……………………………………….
38
Tabel 4.1
15 Negara Produsen Minyak Terbesar pada 2012……………
43
Tabel 4.2
15 Negara Konsumen Minyak Terbesar pada 2012………….
44
Tabel 4.3
Jumlah Impor Minyak Mentah AS 2010-2015………………
46
Tabel 4.4
Perbandingan Produksi Minyak Mentah Suriah dengan Produksi
Minyak Mentah Negara Tetangga……………………………
xi
46
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Hubungan resmi antara Amerika Serikat dengan Suriah dimulai pada tahun
1946. Setelah Kemerdekaan Suriah dari Perancis, AS mendirikan Konsulat di
Damaskus dengan menunjuk George Wadsworth untuk misi Diplomatik. Hubungan
AS dan Suriah sempat memburuk pada April 2003, yakni ketika AS melakukan
invasi ke Irak. AS melakukan invasi ke Irak dengan alasan menghancurkan senjata
pemusnah massal, memusnahkan organisasi terorisme yang menjadi musuh
internasional, juga melakukan demokratisasi di Irak dengan tujuan membebaskan
rakyat Irak dari rezim Saddam Husein. Namun Suriah menolak untuk bekerjasama
dengan AS dan justru berbalik mendukung Irak.
Hubungan yang sempat renggang antara AS dan Suriah tersebut berubah dan
membaik pasca dilantiknya Obama menjadi Presiden. Obama resmi membuka
kembali hubungan diplomatik dengan Suriah dengan menempatkan Robert Stephen
Ford sebagai Duta Besar AS di Damaskus.
Awal konflik di Suriah terjadi pada tanggal 26 Januari 2011, hal ini dilatar
belakangi oleh demonstrasi yang dilakukan masyarakat Suriah untuk menurunkan
Presiden Bashar Al-Assad dari jabatannya. Unjuk rasa tersebut merupakan dampak
lanjutan dari peristiwa Arab Spring yang terjadi sejak akhir tahun 2010, yaitu sebuah
2
revolusi negara-negara arab untuk menjatuhkan rezim otoriter dan menciptakan
sebuah sistem tatanan yang baru. Arab Springs dimulai dari Tunisia, lalu merembet
ke Mesir, Libya, Bahrain dan Suriah1.
Konflik di Suriah berawal dari tindakan membakar diri yang dilakukan oleh
seorang pemuda bernama Hasan Ali Alekh yang terinspirasi oleh tindakan serupa
yang dilakukan oleh Mohammed Buoazizi di Tunisia. Aksi yang dilakukan Bouazizi
berhasil melahirkan revolusi di Tunisia, dan berhasil membuat presiden Tunisia, Ben
Ali, mengundurkan diri dari posisinya sebagai presiden pada 14 Januari 2011, setelah
23 tahun berkuasa. Sedangkan aksi yang dilakukan oleh Hasan Ali Alekh juga
berhasil melahirkan gerakan yang disebut “Days of Rage”. Namun gerakan tersebut
belum cukup mampu mengumpulkan massa untuk melakukan demostrasi kepada
rezim berkuasa, hal tersebut merupakan indikasi bahwa masyarakat masih takut
kepada kekuatan pemerintah.2
Rezim Assad masih belum bisa dilengserkan dengan gerakan “Days of
Rage”, namun terdapat kejadian lain di kota Darra yang mampu mengubah sejarah
Suriah. Aksi tersebut dilakukan oleh 15 pelajar, mereka membuat grafiti anti
pemerintahan yang berisi semangat untuk menggulingkan rezim. Tindakan tersebut
mendapat respon negatif dari pemerintah yang berakhir dengan penangkapan anakanak pelaku penulisan grafiti. Anak-anak tersebut tidak hanya ditahan, namu mereka
1
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, Jakarta, Kompas, 2012, h. 8.
‘Day of Rage’ for Syrian fails to draw protesters, The New York Times, diakses dari
http://www.nytimes.com/2011/02/05/world/middleeast/05syria.html?_r=0, diakses pada 19 Mei
2015 pada 13.21.
2
3
juga disiksa, bahkan dikabarkan ada anak yang dipulangkan dengan keadaan tidak
bernyawa. Hal ini menyulut emosi rakyat Suriah, sehingga melahirkan demonstrasi
yang lebih keras kepada pemerintah.
Demonstrasi yang dilakukan rakyat Suriah ditanggapi pemerintah dengan
kekerasan. Hal tersebut menjadi berita utama media internasional dengan menyebut
bahwa demosntrasi damai rakyat Suriah ditanggapi secara brutal oleh rezim Assad.
Kemudian topik itu menjadi sorotan dunia internasional, sehingga melahirkan banyak
kecaman dari masyarakat internasional demi menghentikan kekerasan yang dilakukan
rezim Assad3.
Pada Agustus 2011, Hillary Clinton menyatakan bahwa presiden Assad telah
kehilangan legitimasi rakyatnya. Pernyataan tersebut juga dinyatakan oleh beberapa
negara lain, yakni Inggris dan Perancis. Mereka juga menyerukan Assad untuk segera
turun dari jabatannya. Hal tersebut merupakan reaksi dari penyerangan terhadap
kedutaan AS dan perancis yang dilakukan oleh pasukan pro pemerintah di Damaskus.
Reaksi internasional berlanjut dengan diadakannya agenda resolusi dewan keamanan
PBB yang diusung oleh negara diatas. Namun hubungan baik Suriah dengan Rusia
dan kerjasama perdagangan dengan Cina telah membuat upaya resolusi Dewan
3
Joe Sterling, “Daraa : The Spark that lit the Syrian Flame”, CNN, diakses dari
http://edition.cnn.com/2012/03/01/world/meast/syria-crisis-beginnings/, pada 21 Maret 2015 pukul
10.31
4
Keamanan PBB tersebut gagal oleh veto yang dikeluarkan oleh Rusia dan Cina yang
tidak menginginkan adanya intervensi di Suriah4.
Dengan keberadaan Rusia dan Cina dibelakang Suriah maka AS tidak dapat
mengintervensi Suriah secara langsung. AS kelompok koalisi yang terlibat dalam
konflik di Suriah. Bentuk bantuan yang dilakukan oleh AS adalah dengan
menggalang bantuan internasional melalui PBB sampai dengan bantuan langsung ke
oposisi berupa bantuan konsultan strategi dari badan keamanan AS serta pelatihan
taktis, juga informasi akurat dari intelejen AS terkait peta kekuatan pasukan Assad.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas mengapa AS
ingin terlibat dalam konflik yang terjadi di Suriah dengan membantu oposisi dalam
menggulingkan rezim Bashar Al Assad.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang
akan diangkat adalah :
Mengapa Amerika membantu oposisi dalam konflik melawan Basshar Al
Assad di Suriah ?
4
“Clinton : Syria’s Assad has lost legitimacy to rule”, Nbcnews, diakses dari
http://www.nbcnews.com/id/43711672/ns/world_news-mideast_n_africa/t/clinton-syrias-assadhas-lost-legitimacy-rule/#.VWRiE0-qqko , diakses pada 21 Maret 2015 pukul 12.11.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dinamika konflik di Suriah
2. Untuk mengetahui kepentingan AS dalam intervensi di Suriah
3. Untuk mengetahui gerakan-gerakan oposisi di Suriah
4. Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan serta daya analisa penulis
2. Sebagai tambahan informasi dalam bentuk tulisan ilmiah mengenai konflik di
Suriah dan intervensi AS di dalamnya
3. Memberikan pemahaman mengenai kepentingan AS dalam konflik di Suriah
1.5 Tinjauan Pusaka
Konflik di Suriah merupakan pembahasan yang masih hangat dan menarik
untuk dijadikan subjek pembahasan ilmiah. Dibawah ini penulis mencoba untuk
melampirkan tinjauan pustaka sebagai pembanding sekaligus dalam rangka
menghindari bentuk plagiarism dalam penulisan karya ilmiah.
6
Patra Kulu Tandirerung, Mahasiswa Hukum Internasional Universitas
Hasanuddin Makassar, 2012. “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pelanggaran
Berat HAM Dalam Konflik Di Suriah” Skripsi tersebut membahas tentang
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh presiden Suriah Bashar Al Assad kepada
rakyatnya, yang dikategorikan kedalam pelanggaran HAM berat dari perspektif
hukum internasional. Yakni bagaimana tinjauan hukum internasional terhadap
pelanggaran HAM di Suriah, serta untuk mengetahui mekanisme untuk mengadili
pelaku pelanggaran HAM berat di Suriah.
Yenny Kurniawati, Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Jember,
2013. “Krisis Politik Di Suriah Era Basshar Al-Assad”. Skripsi tersebut
memfokuskan kepada gejolak politik yang terjadi dibawah kepemimpinan Bashar Al
Assad. Meskipun lebih menekankan kepada kondisi domestic Suriah, skripsi tersebut
juga menyinggung faktor eksternal, yakni dukungan Cina dan Rusia dalam konflik di
Suriah.
Pamela Bella Nita, Mahasiswi Hubungan
Internasional, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2012. “Upaya Liga Arab Dalam Penanganan Krisis Di
Suriah”. Skripsi ini mencoba melihat upaya Liga Arab sebagai sebuah Organisasi
Internasional dalam menyelesaikan konflik anggotanya (Suriah).
7
Perbandingan dengan skripsi “Dukungan Amerika Kepada Oposisi dalam
Konflik Melawan Basshar Al Assad di Suriah” adalah penulis akan mencoba
menganalisa motivasi dukungan AS kepada tentara oposisi dalam konflik di Suriah
dalam perspektif ilmu Hubungan Internasional.
1.6 Kerangka Konseptual
Dalam menganalisis upaya apa saja yang dilakukan pemerintah Rusia dalam
intervensi yang dilakukan untuk membantu rezim Bashar Al-Assad menyelesaikan
konflik perang saudara yang terjadi di Suriah penulis menggunakan dua konsep yaitu
konsep intervensi dan konsep kepentingan nasional (nastional interest).
1.6.1 Konsep Intervensi
Lauterpacht dalam Huala Adolf menyatakan intervensi adalah turut
campurnya suatu negara dalam sebuah urusan dalam negeri negara lain dengan
menggunakan kekuatan atau ancaman kekuatan yang bertujuan untuk memelihara
atau mengubah keadaan situasi negara tersebut5. Dalam kasus ini Intervensi dilakukan
Amerika untuk menyelesaikan konflik dalam negeri yang terjadi di Suriah.
J.G. Starke menyatakan terdapat 3 (tiga) buah tipologi dalam melihat sebuah
intervensi yang dilakukan sebuah negara terhadap negara lainnya, ketiga hal tersebut
adalah:
5
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2002, h. 31.
8
1. Intervensi Internal, adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh suatu negara
dalam sebuah urusan dalam negeri negara lain. Contoh: Negara A melakukan
intervensi terdahap negara B yang sedang terjadi pertikaian dengan cara
mendukung salah satu pihak yang bertikai.
2. Intervensi Eksternal, adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh sebuah
negara terhadap urusan luar negeri sebuah negara dengan negara lain. Contoh:
Negara A turut campur dalam konflik yang terjadi antara negara B dan C.
3. Intervensi Purnitive, adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh sebuah
negara terhadap negara lain sebagai bentuk balasan atas kerugian yang
diderita oleh negara tersebut. Intervensi ini merupakan sebuah tindakan
balasan atas kerugian yang diderita oleh negara lain. Intervensi ini dilakukan
dengan cara pemblokadean damai terhadap negara yang menimbulkan
kerugian sebagai balasan atas tindakannya6.
Suatu tindakan intervensi yang tidak diperbolehkan yaitu intervensi yang akan
membuat suatu keadaan menjadi lebih buruk. Tindakan intervensi ini bukan untuk
memberi jalan keluar menuju suatu perdamaian. J.G. Starke menyatakan intervensi
ini dengan istilah subversive intervention. Intervensi ini adalah intervensi yang
mengacu kepada propaganda atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh suatu negara.
6
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, h. 136-137.
9
Hal tersebut bertujuan untuk mendorong terjadinya revolusi atau perang saudara di
negara lain7.
Joseph S .Nye menyatakan bahwa tindakan intervensi negara atas kedaulatan
negara lain belum tentu merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum. Ia
berpendapat bahwa terdapat kasus-kasus tertentu dimana tindakan intervensi dapat
dibenarkan menurut hukum internasional. Adapun intervensi tersebut adalah :
1. Preemptive intervention, yakni intervensi dapat dilakukan oleh suatu
negara akibat terjadinya situasi perang yang mendadak (imminent).
Intervensi tidak boleh dilakukan dalam situasi preventive war, yakni suatu
keadaan dimana telah diyakini bahwa perang merupakan tindakan terbaik
untuk segera dilakukan daripada menundanya. Alasan mengapa intervensi
tidak boleh dilakukan dalam preventive war adalah karena di dalam
preventive war tidak terdapat situasi bahaya yang jelas (no clear and
present danger).
2. Intervensi yang dilakukan guna menyeimbangkan intervensi sebelumnya.
Intervensi ini dimaksudkan guna menjaga masyarakat lokal dimana
sebelumnya telah mengalami intervensi. Dengan kata lain, intervensi ini
merupakan intervensi balasan.
3. Intervensi yang dilakukan guna membantu individu-individu yang
terancam dalam pembunuhan massal. Suatu negara atau masyarakat
7
Ibid, h. 137.
10
internasional tidak berarti perlu untuk terlibat langsung dan turut campur
menangani isu pembunuhan masal atau genosida, tetapi hanya apabila
dirasa perlu saja.
4. Intervensi dapat dilakukan guna membantu di dalam mendapatkan hak
melakukan gerakan memisahkan diri (secessionis movement). Bantuan
terhadap gerakan memisahkan diri dilakukan atas dasar guna memberikan
hak serta membangun otonomi mereka sebagai suatu bangsa. Namun hal
tersebut tidak berarti dukungan dan bantuan dapat diberikan bagi semua
kelompok atau gerakan yang ingin memisahkan diri. Sebab untuk
membentuk suatu bangsa yang sah, masyarakat harus dapat memberikan
pengorbanan dan perlawanan bagi kebebasan mereka sendiri8.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka intervensi yang dilakukan AS adalah
sebuah intervensi yang bertujuan untuk melindungi warga sipil Suriah dari perang
yang terjadi antara Basshar Al Assad dengan tentara oposisi.
1.6.2 Konsep Kepentingan nasional
Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin
dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal
yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama
8
Joseph S. Nye Jr, Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History 2 nd
Edition, United States, Longman, 1997, h. 140.
11
diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup
rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu
keamanan (Security) dari kesejahteraan (Prosperity).
Menurut Morgenthau :
”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan
mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari
tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara
lain yang sifatnya kerjasama atau konflik”.
Daniel S. Papp
menyatakan bahwa kepentingan nasional dapat bersifat
objektif maupun subjektif karena kepentingan tersebut tidak hanya bersifat material
namun juga bersifat non-material seperti value, contohnya antara lain yaitu ideologi.
Kepentingan
nasional
merupakan
tujuan
mendasar
dan
faktor yang
menentukan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara yang
kemudian dipahami sebagai konsep dasar dalam politik luar negeri, konsep
tersebut dapat diorientasikan
pada
ideologi
suatu negara. Dengan demikian
keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasarkan pada pertimbanganpertimbangan ideologis ataupun dapat terjadi atas dasar pertimbangan kepentingan
material9.
9
Daniel S Papp,Contemporary International Relation : A Framework for Understanding, Second
Editions, New York, Mac Millan Publishing Company, 1988, h. 29.
12
Kepentingan nasional dijabarkan oleh Holsti sebagai tujuan yang ingin
dicapai oleh suatu negara dimana terdapat empat tujuan yaitu : Pertama, keamanan
(security), otonomi (autonomy), kesejahteraan (welfare) dan prestise (status and
prestige)10. Sedangkan Rosenau menyatakan bahwa konsep kepentingan nasional
digunakan dalam analisis politik dan tindakan politik. Rosenau menjelaskannya
sebagai alat analisis yang digunakan untuk menjelaskan, memaparkan atau
mengevaluasi politik luar negeri suatu negara. Sebagai alat tindakan politik,
kepentingan nasional juga berfungsi sebagai sarana membenarkan, mengkritik, atau
mengusulkan kebijakan untuk menentukan yang terbaik untuk bangsa dalam urusan
luar negeri11.
Penulis menggunakan konsep ini untuk menganalisis kepentingan apa saja
yang mendorong AS untuk melakukan intervensi dan dukungan terhadap tentara
oposisi dalam melawan rezim Bashar Al-Assad.
10
K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis (6th ed), New Jersey, Prentice Hall, h.83.
James N Rosenau, The Study of Worlds Politic (Vol. 1 Theoretecal and Methodological
Challenges, London, Outledge, 2006, h.46.
11
13
1.7 Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memutuskan untuk menggunakan
metodologi penelitian kualitatif.
Dalam metodologi penelitian kualitatif memiliki 4 (empat) tipe yaitu
observasi, interview, dokumen, dan gambar visual yang masing-masing memiliki
fungsi dan keterbatasan12. Bedasarkan tipe-tipe diatas penulis memutuskan untuk
menggunakan data-data yang bersifat sekunder yaitu data yang sudah diolah dan
dipublikasikan serta akan ditunjang dengan beberapa gambar visual.
Dengan metodologi tersebut diharapkan penulis dapat menganalisis dan
membahas lebih dalam mengenai kepentingan AS dalam membantu pihak oposisi
dalam konflik yang terjadi di Suriah.
12
John W. Creswell, Research Design : Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches.
Sage Publication, 2002.
14
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Pertanyaan Penelitian
1.3
Tinjauan Pustaka
1.4
Kerangka Konseptual
1.5
Metodologi Penelitian
1.6
Sistematika Penulisan
BAB 2 Konflik di Suriah
2.1
Suriah di Bawah Bashar Al Assad
2.2
Konflik di Suriah
2.3
Terbentuknya Pasukan Oposisi
2.3.1
The Supreme Joint Military Command (SMC)
2.3.2
Free Syrian Army (FSA)
2.3.3
The Syria Liberation Front (SLF)
2.3.4
The Syrian Islamic Front (SIF)
2.3.5
Jabhat Al Nusra Front
15
BAB 3 Dukungan Amerika Kepada Tentara Oposisi
3.1
Dinamika Hubungan AS – Suriah
3.2
Respon AS Terhadap Konflik di Suriah
3.2.1
Bantuan Diplomatis
3.2.2
Bantuan Kemanusiaan
3.2.3
Bantuan Kepada Badan Transisi
BAB 4 Kepentingan AS Dalam Membantu Konflik di Suriah
4.1
Demokratisasi dan war on terrorism
4.2
Kepentingan Ekonomi
BAB 5 Kesimpulan
Daftar Pustaka
16
BAB 2
KONFLIK DI SURIAH
Bab ini menjelaskan bagaimana kondisi internal Suriah di bawah
kepemimpinan Bashar Al Assad, serta kronlogis konflik yang terjadi di Suriah. Dari
sejak awal konflik, hingga menjadi konflik besar yang melibatkan negara adidaya
Amerika Serikat.
2.1 Suriah di bawah Bashar Al Assad
Suriah merdeka pada tahun 1946, semenjak kemerdekaannya Suriah
mempunyai satu partai politik yang paling berkuasa, yakni partai Ba’th. Pada tahun
1970, Hafez Al Assad berhasil mendapatkan kekuasaannya lewat penggulingan
militer yang disebut “gerakan koreksionis” 13. Hafez Al Assad merupakan pemimpin
yang hebat, dia mampu mengambil hati rakyat Suriah. Kehebatannya sebagai
pemimpin juga terlihat dari cara mengambil keputusan, Hafez Al Assad adalah orang
yang sangat cermat dalam membuat kebijakan, juga hati-hati dalam mengeluarkan
pernyataan.14
Hafez Al Assad berhasil mempertahankan kepemimpinannya selama 30
tahun, bahkan pada referendum 10 februari 1999, Hafez berhasil mendapatkan 99,99
13
Gerakan Koreksionis (Corrective Movement) merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh partai
Ba’th dengan tujuan memperjuangkan prinsip dasar partai, yakni persatuan dan kebebasan di
Negara-negara Arab. Syria-constitutuion. www.law.yale.edu.
14
Patrick Seale, The new struggle for Syria, 2011
17
persen suara. Keberhasilan tersebut sudah pernah didapatkan sebelumnya pada
pemilu Desember 1991. Artinya, pendukung Hafez Al Assad masih utuh meskipun
waktu terus berjalan. Dalam referendum tahun 1999, ada 9 juta rakyat, termasuk
terntara yang berhak memberikan suara.15
Suriah mengklaim sebagai Negara republik, bukan monarki. namun Hafez
Al
Assad
sudah
mempersiapkan
anaknya
untuk
menggantikannya
demi
mempertahankan rezim Assad di Suriah. Saat ia sudah merasa kesehatannya
menurun, Hafez menyiapkan Basil Al Assad, anak tertuanya untuk menggantikannya.
Namun Basil Al Assad tewas dalam kecelakaan mobil pada tahun 199416. Saat itu
Bashar Al Assad sedang mengambil studi postgraduate di Western Eye Hospital,
London, Inggris17, dipanggil pulang karena kecelakaan yang menimpa kakaknya.
Kematian Basil Al Assad membuat Bashar menjadi kandidat tunggal yang
akan menggantikan Hafez. Bashar mulai dilibatkan dengan kepengurusan partai
Ba’th, sampai diangkat menjadi Komandan Divisi Kendaraan Lapis Baja Angkatan
Darat Suriah. Karier militer Bashar Al Assad melaju cepat, Bashar masuk akademi
militer di Homs pada tahun 1994, pada tahun 1999, Bashar sudah berpangkat kolonel.
Bahkan Bashar sudah menjadi setara dengan Brigadir Jenderal saat kematian ayahnya
pada tahun 2000. Saat posisinya di militer sudah kuat, Bashar menyingkirkan
15
Kuncahyono, trias. Musim Semi di Suriah, 2013 hal. 33
http://www.nytimes.com/1994/01/22/world/assad-s-son-killed-in-an-auto-crash.html
17
http://www.biography.com/people/bashar-al-assad-20878575
16
18
beberapa perwira tua yang korup dan para perwira yang menurutnya akan menjadi
sandungan baginya di masa depan18.
Selama
berkuasa,
rezim
assad
melindungi
kekuasaannya
dengan
mengembangkan jaringan pengaman politik yang sangat kuat. Rezim Assad
mengintegrasikan militer ke dalam rezim, juga memperkuat kekuasannya dengan
membangun jaringan yang loyal dan menempatkannya pada posisi-posisi penting.
Pada akhirnya, militer, aparat dan para kaum elit begitu menyatu dan sangat sulit
dipisahkan dari rezim Assad19.
Dibawah Bashar Al Assad Suriah mengalami kemajuan ekonomi, yakni
Suriah memasuki masa transisi dan transformasi dari system ekonomi sentralis
menuju ekonomi pasar terbuka. Namun kemajuan ekonomi yang terjadi tidak
menjamin kebalnya Suriah atas revolusi yang tengah berlangsung. Bashar Al Assad
mentransfer perekonomian menjadi perekonomian rente yang dikuasai oleh orangorang yang berhubungan dengan rezim yang berkuasa. Hasilnya adalah tradisi korup
yang merajalela dan melekat pada kalangan elit politik. Hal tersebut berakibat kepada
kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh warga Suriah20.
Untuk melihat kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat Suriah, dapat
diukur dari beberapa faktor, yakni indeks pertumbuhan SDM, indeks kebebasan
18
Kuncahyono, trias. Musim Semi di Suriah, 2013 hal.55
Broning, Michael. The Sturdy House that Assad Built, 2011.
https://www.foreignaffairs.com/articles/syria/2011-03-07/sturdy-house-assad-built
20
Kuncahyono, trias.
19
19
ekonomi, indeks bisnis, indeks ekonomi dunia dan indeks korupsi di Suriah21. Dalam
indeks pertumbuhan SDM, dari hasil survey yang dilakukan UNDP terhadap 177
negara, Suriah mendapat peringkat ke 107. Ukuran tersebut mencakup 3 aspek dalam
kehidupan manusia, yakni kehidupan yang sehat dan panjang, kehidupan yang
berpendidikan, dan mempunyai standar kehidupan yang layak22.
Pada indeks ekonomi, Suriah juga mendapat nilai yang sangat buruk. Dalam
Annual index of economic freedom yang dibuat oleh The wall Street Journal dan
Heritage Foundation pada tahun 2007, Suriah mendapat peringkat sebagai negara
yang mengalami represi. Laporan tersebut dibagi kepada 4 kategori, bebas (80-100),
hampir bebas (70-79.9), hampir tidak bebas (50-59.9) dan kategori represi (0.49.9).
dan Suriah mendapat poin 48.2, yang berarti termasuk negara yang mengalami
represi23.
Dalam indeks bisnis yang dilakukan oleh The International Finance
Corporation (IFC), Suriah mendapat ranking ke 130 dari 175 negara yang disurvey24.
Hal itu menunjukkan lemahnya sektor bisnis di Suriah. Sedangkan dalam indeks
ekonomi dunia yang dirilis oleh The World Economic Forum, Suriah termasuk ke
dalam kategori ketiga, yakni kategori terburuk, dengan ranking 12 dari 13 negara
yang disurvey. Suriah hanya setingkat diatas Mauritania, sebuah negara kecil di barat
21
Middle East Review of International Affairs, Vol. 11, No. 2 (June 2007)
United Nations Development Program (UNDP), Human Development Report
2006,http://hdr.undp.org/hdr2006/statistics/countr
ies/country_fact_sheets/cty_fs_SYR.html.
23
Heritage Foundation website, http://www.heritage.org/index/.
24
Doing Business, http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/syria
22
20
laut Afrika25. Dan dalam indeks korupsi yang dirilis oleh Transparancy International,
Suriah termasuk kedalam kategori “korupsi merajalela”, yakni mendapat ranking 93
dari 163 negara lain26.
2.2 Konflik di Suriah
Kesulitan ekonomi yang terjadi membuat frustasi masyarakat Suriah yang
pada akhirnya melahirkan keinginan untuk melakukan perubahan. Tradisi korup yang
melekat pada rezim berkuasa serta kuatnya kendali pemerintah semakin menekan
masyarakat dengan gaya pemerintahan otoritarian. Frustasi masyarakat Suriah diawali
pada tanggal 26 Januari 2011, yakni terjadi peristiwa pembakaran diri yang dilakukan
oleh Hasan Ali Akleh yang terinspirasi oleh tindakan yang dilakukan Mohammed
Bouazizi yang terjadi di Tunisia yang pada akhirnya melahirkan revolusi di Tunisia27.
Tindakan ini melahirkan gerakan “Day of Rage” yang disebarluaskan melalui media
social seperti facebook dan twitter. Namun gerakan day of rage belum mampu
mengumpulkan cukup massa untuk menggelar aksi protes terhadap rezim Assad. Hal
25
World Economic Forum, A Global Competitiveness Report 2006-2007, September 26, 2006.
Transparency International, Press Release, November 6, 2006.
http://www.transparency.org/research/cpi/cpi_2006
27
Pembakaran yang dilakukan oleh Mohammed Bouazizi terjadi setelah barang dagangannya disita
polisi Tunisia di kota Sidi Bouzid pada 17 Desember 2010. Peristiwa ini menyulut kemarahan
masyarakat Tunisia yang telah merasakan kesulitan ekonomi dan sulitnya lapangan kerja. Yang pada
akhirnya melahirkan gerakan revolusi di Tunisia. Alan W. Dowd, Bouazizi’s revolution, February 2012.
26
21
ini merupakan indikasi bahwa oposisi masih terlalu lemah untuk menentang
kekuasaan Bashar Al Assad28
Kejadian berikutnya terjadi di kota Deraa, sebuah kota kecil dekat
perbatasan Yordania pada tanggal 6 Maret 2011. Semangat perlawanan di kota kecil
itu dimulai oleh anak-anak berumur 10-15 tahun yang membuat graffiti di dinding
sekolah yang bertuliskan : As-Shaab |Yoreed |Eskaat |El Nizam (Rakyat ingin
menyingkirkan rezim). Setelah menulis graffiti tersebut ke-15 anak yang dianggap
bertanggung jawab atas coretan itu ditangkap dan ditahan29.
Anak-anak tersebut tidak hanya ditangkap dan ditahan, namun mereka juga
disiksa. Hal inilah yang meledakkan kemarahan keluarga anak-anak tersebut,
kemarahan tersebut juga dirasakan oleh keluarga besar mereka dan bahkan suku
mereka. Akumulasi dari kemarahan tersebut kemudia menjadi kumpulan kemarahan
yang terjadi dimana-mana. Tidak hanya di Deera, namun juga menyebar ke seluruh
Suriah. Sebuah kemarahan yang terjadi karena tindakan aparat yang semena-mena,
yang menjadi gambaran bagaimana selama ini mereka (rezim berkuasa)
28
‘Day of Rage’ for Syrian fails to draw protesters, The New York Times, diakses dari
http://www.nytimes.com/2011/02/05/world/middleeast/05syria.html?_r=0, diakses pada 19 Mei
2015 pada 13.21.
29
Hugh Macleod, Inside Deraa, Aljazeera, diakses dari
http://www.aljazeera.com/indepth/features/2011/04/201141918352728300.html, diakses pada 19
Mei 2015 pukul 14.02.
22
membelenggu kebebasan rakyat dengan menggunakan kekuatan kepolisian dan
militer30
Sejak penahanan 15 anak tersebut, demonstrasi terus terjadi. Pada tanggal 18
maret 2011, terjadi lagi demonstrasi di Deera. Demonstrasi tersebut menuntut agar
korupsi diakhiri dan pembebebasan anak-anak yang ditahan tersebut, serta mereka
menuntut untuk mendapatkan kebebasan politik yang lebih besar. Namun jawaban
akan tuntutan tersebut adalah tembakan oleh aparat keamanan, tiga orang tewas dari
pihak demonstran. Kejadian tersebut semakin membakar amarah masyarakat Suriah,
dua hari kemudian massa kembali turun ke jalan untuk melakukan aksi, mereka
bergerak menuju kantor partai paling berkuasa di Suriah, partai Ba’th, dan mereka
membakarnya31.
Bashar Al Assad sudah berusaha mengambil hati rakyatnya dengan
mengeluarkan dekrit pemotongan pajak dan menaikkan gaji pegawai pemerintah pada
tanggal 24 Maret 2011, namun kebijakan tersebut dijawab penolakan oleh rakyat.
Hari berikutnya, puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengikuti proses
pemakaman para korban penembakan di Deera. Dalam perjalanan ke makam mereka
meneriakkan perlawanan: “Kami tidak menginginkan rotimu, kami inginkan
30
Efe Bulduk, A Critical View on the Syrian Civil War, Academia.edu, Spring 2013-2014, h. 7.
31
Joseph Holliday, The Struggle for Syria in 2011 dalam Middle East Security Report,
Desember 2011, h. 14.
23
martabat”. Aparat berusaha membubarkan aksi mereka dengan melepaskan
tembakan, dan hasilnya 15 orang tewas tertembak32.
2.3 Terbentuknya Pasukan Oposisi
Gambar 2.1 Peta Tentara Oposisi
Sumber : www.americanprogress.com
32
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, h. 131.
24
Dengan kondisi Suriah yang sangat kacau, yang banyak membuat rakyat
sipil menjadi korban. Maka lahirlah gerakan perlawanan terhadap pasukan rezim
berkuasa. Berikut tentara oposisi yang terdapat di Suriah :
2.3.1 The Supreme Joint Military Command ( SMC)
Supreme Joint Military Command atau SMC merupakan sebuah organisasi
yang dibuat secara resmi sebagai badan pertahanan yang menaungi koalisi tentara
oposisi di Suriah. Para komando pasukan pemberontak dari seluruh suriah, yang
berjumlah sekitar 260 secara keseluruhan ikut hadir dalam pembentukan SMC pada
Desember 201233.
Tujuan
Tujuan utama dari SMC adalah untuk menyatukan pasukan-pasukan
pemberontak yang ada di Suriah dan menorganisir keseluruhan pasukan ke dalam
satu rantai komando.
Komposisi
SMC terdiri dari para pemimpin tentara-temtara pasukan oposisi di Suriah,
mereka adalah utusan dari masing-masing pasukan, seperti Free Syrian Army, Syrian
Liberation Front, Syrian Islamic Front, serta dari pasukan Brigade Independen.
Dewan SMC adalah 30 orang yang dipilih untuk mewakili keseluruhan Suriah secara
33
Elizabeth O Bagy, The Free Syrian Army, Middle East Security Report, Maret 2013.
25
geografis. Yakni terbagi kepada 5 bagian : timur, barat/tengah, utara, selatan, dan
bagian kota Homs34.
Dana
SMC menerima bantuan finansial, material, dan bantuan senjata dari negara
barat dan beberapa negara Arab. Donatur utama SMC adalah AS, Inggris, Perancis,
Jerman, Itali, Turki, Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab35
2.3.2 Free Syrian Army (FSA)
Free Syrian Army (FSA) adalah kelompok tentara oposisi yang paling besar
yang ada di Suriah. FSA terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang bergabung
menjadi satu. Kepemimpinan FSA seluruhnya dipegang oleh komando SMC, FSA
sering disebut sebagai ikon tentara perlawanan yang dapat mewakili keseluruhan
tentara oposisi karena jumlahnya yang banyak, namun sebenarnya FSA hanyalah
bagian kecil dari tentara perlawanan rezim Assad36.
Komposisi
FSA terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang berada di seluruh penjuru
Suriah yang bergerak dalam skala lokal secara massiv. Mereka adalah pasukan yang
memang bertugas untuk berperang dalam skala kecil, yakni untuk berjuang
34
Ibid
U.S Allies Agreed on Aid to Syria Opposition, diakses dari
http://www.wsj.com/articles/SB10001424127887323551004578436750045050178, diakses pada 20
Juni 2015, pukul 13.31.
36
O Bagy “The Free Syrian Army”.
35
26
mempertahankan tanah mereka. Diperkirakan terdapat sekitar 50.000 pejuang yang
bergabunga di dalam FSA37.
Dana
FSA menerima dana yang sama dari yang didapatkan oleh SMC, atau lebih
tepatnya FSA menerima dana bantuan melalui SMC. Meskipun juga mendapat
bantuan dari donasi individu38.
2.3.3 The Syrian Liberation Front (SLF)
The Syrian Liberation Front (SLF) juga dikenal dengan nama Syrian Islamic
Liberation Front atau Jabhat al tahrir al souriya al islamiya, adalah sebuah kesatuan
kelompok pemberontak yang terdiri dari sekitar 20 brigade pasukan pemberontak.
Diperkirakan SLF memiliki 37.000 pejuang, yang menjadikannya pasukan kedua
terbesar setelah FSA. Kepemimpinan SLF secara garis besar juga masih berhubungan
dengan SMC, afiliasi SLF didorong untuk berideologi islam modern dan
menempatkannya bersama para pasukan ekstrimis. Pasukan yang paling terkenal dari
SLF adalah the Suquor al-Sham dan Farouq Batallions39.
37
David Ignatius, “Sorting Out the Rebel Forces in Syria”, diakses dari
http://www.washingtonpost.com/opinions/david-ignatius-sorting-out-the-rebel-forces-insyria/2013/04/02/aaaa0110-9bd3-11e2-9a79-eb5280c81c63_story.html, diakses pada 20 Juni 2015,
pukul 14.21.
38
O Bagy “The Free Syrian Army”
39
Ibid
27
2.3.4 The Syrian Islamic Front (SIF)
The Syrian Islamic Front juga dikenal sebagai Jabhat al Islamiya al Tahrir al
Souriya, kelompok ini diperkirakan memiliki jumlah pasukan sebanyak 11 batalion
yang tersebar di seluruh Suriah. Pasukan SIF yang paling dikenal adalah Ahrar al
Sham, diperkirakan kelompok ini mempunyai 13.000 pejuang40. Para pejuang yang
bergabung dalam SIF adalah para salafis konservatif, mereka adalah orang-orang
yang lebih termotivasi dari aspek agama daripada pasukan FSA dan SLF.
Kepemimpinan SIF tidak bergantung kepada SMC, namun tetap masih
berhubungan dan bekerja sama dengan SMC. The Syrian Islamic Front didanai oleh
orang-orang kaya yang berasal dari Saudi Arabia dan Kuwait41.
2.3.5 Jabhat Al Nusra Front
Jabhat al Nusra adalah pasukan yang berafiliasi dengan Al Qaeda, pasukan
ini diperkirakan mempunyak sekitar 6.000 pejuang, baik dari lokal ataupun pejuang
asing. Al Nusra dilaporkan mendapat dana, senjata dan pelatihan dari Al Qaeda dan
ISIS42. Beberapa anggota al Nusra adalah pejuang asing yang juga veteran perang
40
David Ignatius, “Sorting Out the Rebel Forces in Syria”
Ibid
42
Iraqi Al Qaeda Wing mergers with syrian counterpart, diakses dari
http://www.reuters.com/article/2013/04/09/us-syria-crisis-nusra-iraqidUSBRE93807R20130409?feedType=RSS&feedName=worldNews, diakses pada 20 Juni 2015, pukul
15.12.
41
28
dari pemberontakan di Iraq. Al Nusra adalah kelompok yang bertanggung jawab
terhadap beberapa pengeboman bunuh diri dan penyerangan terhadap rezim Assad43.
43
Ground War ; Syria rebels prepare to take province from assad, diakses dari
http://world.time.com/2013/02/07/ground-war-syrias-rebels-prepare-to-take-a-province-fromassad/, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.21.
29
BAB 3
DUKUNGAN AMERIKA KEPADA TENTARA OPOSISI
Bab ini menjelaskan hubungan AS dan Suriah, dari awal hubungan
diplomasi AS, serta dinamika hubungan kedua negara tersebut. Juga menjelaskan
respon AS terhadap konflik yang terjadi di Suriah dengan melakukan intervensi
kepada tentara oposisi di Suriah.
3.1 Dinamika Hubungan AS - Suriah
Hubungan diplomatis AS – Suriah dimulai sejak tahun 1946, yakni ketika
Suriah menerima kemerdekaannya dari Perancis.
AS mendirikan konsulat di
Damaskus dengan menunjuk George Wadsworth sebagai duta besar. Hubungan AS
dengan Suriah makin terlihat baik pada saat Perang Teluk tahun 1990-91, Suriah
berkerja sama dengan AS sebagai anggota pasukan multinasional (Multinational
Coalition of Force).
Hubungan kedua negara terus meningkat, ditandai pada tahun 1991,
presiden Hafez Al Assad menerima undangan presiden Bush untuk menghadiri
Konferensi Madrid. Yakni sebuah konferensi yang dipelopori oleh Amerika Serikat
dan Uni Soviet, konferensi ini bertujuan untuk membicarakan proses perdamaian
Arab-Israel. Dihadiri oleh Israel dan Palestina, juga melibatkan negara-negara
tetangga seperti Yordania, Libanon dan Suriah.
30
Pada masa presiden Bill Clinton, terdapat beberapa upaya untuk melibatkan
Suriah dalam konferensi Perdamaian Timur Tengah. Juga melakukan pertemuan
kepresidenan, salah satu pertemuan terakhir adalah bertemunya presiden Hafez Al
Assad dengan Bill Clinton di Jenewa pada bukan Maret tahun 200044.
Namun hubungan AS – Suriah bukan berjalan tanpa hambatan, pada tahun
2003, ketika AS menginvasi Irak. Suriah tidak mendukung AS dan justru berbalik
menentang invasi AS ke Irak. Hal tersebut karena pemerintah Suriah gagal mencegah
para pejuang asing yang menggunakan perbatasan Suriah untuk masuk ke Irak, juga
Suriah menolak untuk mendeportasi para simpatisan bekas pemerintahan Saddam
Husein yang mendukung pemberontakan Irak. Suriah juga memiliki keprihatinan
yang tinggi melihat tingginya jumlah pengungsi Irak yang masuk ke negaranya.
Pada Februari 2005, AS menarik Duta Besarnya, Margaret Scobey, dari
Damaskus kembali ke Washington. Hal tersebut adalah akibat dari pembunuhan
Perdana Menteri Libanon, Rafik Harriri. Sebelum pulang, Scobey menyampaikan
keprihatinan dan kekecewaan yang mendalam atas tindakan terorisme tersebut kepada
pemerintah Suriah45.
44
Brent Sadler, President Clinton Meets Assad hoping to gain momentum in Israeli-Syrain Peace Talks,
CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/TRANSCRIPTS/0003/26/sm.06.html, diakses pada 17 Juni
2015 pukul 21.11.
45
U.S Ambassador to Syria Recalled Following Hariri Assasination, IIP Digital, diakses dari
http://iipdigital.usembassy.gov/st/english/texttrans/2005/02/20050215171946cpataruk0.1498377.h
tml#axzz3dRLPB4Fd, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 22.02.
31
Setelah penarikan duta besar AS dari Suriah, presiden Obama mencoba
untuk kembali menyambung hubungan diplomatis dengan Suriah. Hal tersebut
ditandai dengan kedatangan Eric Boswell selaku asisten menteri luar negeri untuk
keamanan diplomatik dengan tujuan memeriksa keamanan di Suriah. Akhirnya
Robert Ford ditunjuk sebagai duta besar AS pertama setelah pembunuhan Hariri
untuk melaksakan misi diplomatis AS di Suriah46
Dinamika hubungan AS dan Suriah masih berlanjut, pada Juli 2011
kedutaan besar AS dan Perancis mendapat serangan dari para pejuang propemerintah. Hal ini membuat AS sangat marah dan menyatakan bahwa presiden
Assad telah kehilangan legitimasi. Serangan tersebut merupakan reaksi dari pejuang
pro-pemerintah yang marah terhadap kunjungan diplomat AS dan Perancis yang
memberikan dukungan terhadap pasukan oposisi pada demonstrasi besar di daerah
Hama. Penyerangan terhadap kedutaan tersebut mendapat reaksi keras dari kedua
belah negara, Ford mengutuk keras tindakan anarkis demonstran pro-pemerintah
tersebut dan meminta pemerintah untuk menghormati hak asasi manusia dalam
menyelesaikan konflik47.
46
Elisse Labott, Obama to send U.S Ambassador Back to Syria, CNN, diakses dari
http://edition.cnn.com/2009/POLITICS/06/24/us.syria/index.html?iref=nextin, diakses pada 17 Juni
2015, pukul 22.31.
47
Nada Bakri, Crowds in Syria attack U.S and French Embassies, Nytimes, diakses dari
http://www.nytimes.com/2011/07/12/world/middleeast/12syria.html?_r=0, diakses pada 17 Juni
2015, pukul 23.12.
32
3.2 Respon AS Terhadap Konflik di Suriah
Intervensi pada dasarnya merupakan hal yang dilarang dalam Hubungan
Internasional, karena intervensi dianggap telah mencoreng kedaulatan sebuah bangsa
dan tidak menghargai kemampuan pemerintahnya untuk menyelesaikan konflik
domestik. Seperti yang terjadi di Suriah, veto yang dijatuhkan Rusia dan Cina terkait
intervensi yang dilakukan oleh AS berasalan, karena hal tersebut justru hanya akan
memperkeruh keadaan dan mempersulit Suriah untuk mencapai kebebasan48. Namun
dengan dugaan keras PBB bahwa tentara Assad menggunakan senjata kimia dalam
memerangi tentara oposisi, maka dapat dikategorikan tindakan tersebut sebagai
pelanggaran berat hukum Internasional.
Menurut Starke ada 3 tipologi dalam melihat sebuah intervensi terhadap
sebuah negara :
1.
Intervensi internal : yakni sebuah intervensi yang dilakukan
sebuah negara dalam urusan dalam negeri negara lain.
2.
Intervensi eksternal : yakni sebuah intervensi yang dilakukan
sebuah negara terkait persoalan luar negeri negara lain.
48
Rusia dan Cina Veto Resolusi PBB soal Kekejaman Suriah, diakses dari
http://www.voaindonesia.com/content/rusia-akan-veto-resolusi-dk-pbb-soal-suriah-/1920030.html,
diakses pada 20 Juni 2015, pukul 21.31.
33
3.
Intervensi Punitive : yakni sebuah intervensi yang dilakukan
sebuah negara terhadap negara lain sebagai balasan atas kerugian yang
diderita negara tersebut49.
Dengan pembagian intervensi tersebut, Starke ingin mengatakan bahwa
praktek intervensi dalam hubungan internasional adalah tidak sepenuhnya merupakan
tindakan ilegal, dilihat dari apa penyebab dan tujuan intervensi tersebut. Dalam kasus
konflik Suriah, maka penggunaan senjata kimia yang digunakan oleh tentara oposisi
merupakan sebuah pelanggaran berat hukum internasional yang dapat berdampak
tidak hanya kepada tentara oposisi, namun juga kepada warga sipil (non combatant)
baik yang berada di dalam negeri ataupun ke negara tetangga -karena penggunaaan
senjata kimia mempunyai dampak yang sangat luas-.
Maka dengan alasan tersebut, AS mencoba untuk membantu Suriah dengan
memberikan bantuan-bantuan, baik bantuan diplomatis, bantuan kemanusiaan,
sampai kepada bantuan berupa dukungan non-lethal weapon kepada tentara oposisi,
hal tersebut bukan berarti AS mendukung tindak kekerasan sebagai upaya
penyelesaian konflik. Namun lebih kepada tindakan pembelaan untuk tentara oposisi
yang notabene-nya merupakan rakyat sipil yang sedang melawan militer yang
mempunyai perlengkapan militer yang lengkap. AS juga mengadakan pelatihan
militer sebagai modal tentara oposisi untuk melawan tentara Assad.
49
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, h. 136-137.
34
Berikut bantuan-bantuan yang diupayakan AS dalam membantu tentara
oposisi untuk melawan rezim Assad ;
3.2.1 Bantuan Diplomatis
Langkah diplomatis yang telah dilakukan Amerika adalah mengupayakan
bantuan diplomatis berupa pengajuan Resolusi DK PBB terkait penggunaaan senjata
biologis dalam konflik di Suriah. Menurut pengamatan PBB yang dilakukan oleh
Organinastion for the Prohibition of Chemical Weapon (OPCW), bahwa penggunaan
senjata kimia yang dilakukan oleh tentara Assad dikategorikan kepada penemuan
yang “dapat dibuktikan”. Dan hal tersebut telah melanggar resolusi PBB 2118 tahun
201350.
Dalam resolusi tersebut tertulis bahwa Suriah tidak diperbolehkan
menggunakan, mengembangkan, memproduksi, atau bahkan mendapatkan atau
mengumpulkan senjata kimia. Atau mengirim, secara langsung ataupun tidak
langsung kepada aktor negara dan non negara51.
Resolusi DK PBB ini dihadiri oleh ; Sergey Lavrov (Rusia), John Kerry
(AS), William Hague (UK), Jean Asselborn (Luxembourg), Laurent Fabius
(Perancis), Elmar Mamamadyarov (Azerbaijan), Yun Byung-se (Korsel), Wang Yi
50
Security Council Condemns use of chemical weapon in Syria, diakses dari
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=50266#.VYobWPmqqko, diakses pada 21 Juni
2015, pukul 22.12.
51
Security Council report : Resolution 2118, diakses dari www.securitycouncilreport.org, diakses pada
21 Juni 2012, pukul 22.32.
35
(Cina), Fernando Carrera (Guatemala), Saad Edine El Othmani (Maroko), Hector
Timerman (Argentina), dan Sartaj Aziz (Pakistan). Dan juga oleh perwakilan tetap
Rwanda, Togo dan Australia52.
Selain berfokus tentang penggunaan senjata kimia, resolusi tersebut juga
menyerukan kepada pemerintah Suriah yang sedang menjabat dan tentara oposisi
untuk menyatukan visi. Hal tersebut berkaitan dengan masa depan bangsa Suriah.
Kemajuan dan masa depan Suriah harus dibicarakan oleh semua kalangan dalam
proses dialog Nasional. Langkah dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan
menelaah kembali tatanan konstitusional dan sistem hukum yang berlaku di Suriah,
yang setelah itu baru akan didapat output berupa tatanan konstitusional yang baru
yang diharapkan akan menganut sistem multi partai yang bebas dan adil, dan juga
mengakomdasi aspirasi perempuan53.
Langkah diplomatis lain yang diupayakan untuk membantu Suriah adalah
dengan melakukan pertemuan “Action Group for Syira Final Communique” di
Jenewa. Konferensi tersebut bertujuan untuk memediasi perdamaian di Suriah,
dihadiri oleh pada anggota “london 11” -sebutan bagi negara yang mendukung
perdamaian di Suriah-. Kelompok ini secara keras menolak penggunaan kekerasan
yang dilakukan rezim Assad sebagai cara untuk menyelesaikan konflik dengan
52
Security Council Requires Scheduled Destruction of Syria’s Chemical Weapons, Unanimously
Adopting Resolution 2118, diakses dari http://www.un.org/press/en/2013/sc11135.doc.htm, diakses
pada 21 Juni 2015, pukul 21.21.
53
Security Council report : Resolution 2118, diakses dari www.securitycouncilreport.org, diakses pada
21 Juni 2012, pukul 22.32.
36
rakyatnya, yang pada akhirnya hanya akan menambah korban jiwa, perusakan dan
teror terhadap sipil, yang justru hanya akan memperkeruh keadaan dan koflik yang
terjadi. Kelompok ini berkomitmen untuk membantu Suriah dalam mencapai
kebebasan, kedaulatan dan kesatuan bangsanya. Mereka bersungguh-sungguh untuk
membantu Suriah dalam mengakhiri konflik yang terjadi. Serta membimbing Suriah
dalam proses politik, terkait penggunaan legitimasi rakyat Suriah dalam menentukan
masa depan negara mereka54.
3.2.2 Bantuan Kemanusiaan
Amerika dan komunitas internasional berusaha membantu Suriah dalam
melewati krisis politik di negaranya. Sampai 31 Maret 2015, tercatat AS telah
mengeluarkan bantuan dana sekitar $3,7M untuk membantu para korban konflik
Suriah, dana tersebut digunakan untuk membantu para korban sipil yang ada di dalam
Suriah, serta untuk membantu para pengungsi yang mencari suaka keluar Suriah.
Tabel 3.1 Anggaran AS dalam membantu Suriah
Sumber : www.usaid.gov
54
Geneva Communique, diakses dari www.un.org, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 11.21.
37
Amerika menyediakan bantuan medis untuk korban luka, tempat tinggal,
makanan, air bersih, pendidikan, juga pelatihan untuk mencegah kekerasan gender
untuk mereka yang menjadi korban konflik, baik yang di dalam negeri, ataupun yang
sudah mengungsi keluar. Bantuan AS sejalan dengan bantuan UNHCR, the World
Food Program (WFP), United Nation Children Fund (UNICEF), United Nations
Relief and Works agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), dan
organisasi lainnya55.
European Commission Humatarian Aid and Civil Protection menyatakan
bahwa krisis yang terjadi di Suriah adalah krisis kemanusiaan terbesar yang terjadi
pasca Perang Dunia II. Bantuan kemanusiaan tidak henti dibutuhkan, penduduk terus
mengungsi demi mencari suaka, dan generasi muda dipaksa untuk terlibat kedalam
aksi kekerasan dan perang, yang secara otomatis merenggut hak dasar anak untuk
mendapatkan pelajaran dan perlindungan56.
Masih berdasarkan data dari European Commission Humatarian Aid and
Civil Protection pertanggal 07 April 2015, menyatakan bahwa angka populasi yang
masih membutuhkan bantuan dan mereka masih berada di dalam Suriah diperkirakan
sekitar 12.2 juta jiwa. sedangkan warga yang masuk kedalam zona merah (besieged
area) adalah 4.8 juta jiwa. Lalu jumlah pengungsi di dalam negeri adalah sekitar 7.6
juta jiwa, dan pengungsi yang sudah terdaftar ataupun masih menunggu pendaftaran
55
The Syrian Crysis : U.S. assistant and support for the transision, diakses dari
http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.21.
56
Echo Factcheet : Syria Crysis, diakses dari http://ec.europa.eu/echo/, diakses pada 21 Juni 2015,
pukul 23.11.
38
adalah sekitar 3,961,704 jiwa57. Menurut data UNHCR58, para pengungsi Suriah
yang mengungsi ke negara tetangga adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Data Pengungsi Suriah
Libanon
1,191,451
Turki
1,738,448
Yordania
627,295
Irak
246,836
Mesir & Afsel
157,674
Sumber : UNHCR
Dengan jumlah korban perang (war casualties) yang sangat besar tersebut,
Suriah menjadi fokus pembicaraan Internasional yang membuat banyak negara
termasuk Amerika Serikat, mencoba untuk membantu Suriah dalam menyelesaikan
konfliknya dan mencapai kebebasannya untuk keluar dari rezim Assad.
3.3.3 Bantuan Kepada Badan Transisi
Amerika Serikat bekerja sama dengan komunitas internasional dalam
mengumpulkan bantuan untuk mendukung oposisi di Suriah, dana yang berhasil
terkumpul sekitar $260 juta yang digunakan untuk membantu oposisi dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyediakan layanan inti, dan membantu transisi
57
58
Ibid.
http://data.unhcr.org/syrianrefugees
39
Suriah menjadi negara Demokratis. Sumbangan tersebut sudah termasuk $15 juta
yang ditujukan kepada Syria Recovery Trust-fund. Yang ditujukan untuk pemulihan
dan rekonstruksi Suriah pasca konflik59.
Bantuan tersebut juga menyediakan peralatan penting yang dapat
mendukung aksi tentara oposisi dalam melindungi warga Suriah, seperti generator,
ambulans, derek, truk, pemadam kebakaran dan unit cadangan air. AS juga
bekerjasama dengan Grassroot Organization yang dipersiapkan untuk menjadi
pondasi pemerintahan demokratis untuk menyediakan kebutuhan dasar, seperti listrik,
sanitasi, air, dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat60.
59
The Syrian Crysis : U.S Assistance and Support for Transition, diakses dari
http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 23.11.
60
Ibid.
40
BAB 4
KEPENTINGAN AS DALAM MEMBANTU KONFLIK DI
SURIAH
Bantuan AS ke Suriah merupakan bentuk kebijakan luar negeri yang bertujuan
untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan konsep tersebut penulis mencoba
membahas kepentingan AS di Suriah yang membuat AS melakukan intervensi
terhadap konflik yang terjadi di Suriah.
4.1 Demokratisasi dan War on Terrorisme
Selama masa perang dingin, dunia dikuasai oleh dua kekuatan superpower,
yakni AS dan Uni Soviet. Namun setelah kekalahan Uni Soviet, AS menjadi kekuatan
unipolar di dunia. Bahkan hingga saat ini, belum ada negara yang bisa menyaingi
kekuatan AS. Namun kejayaan AS terganggu setelah kejadian runtuhnya gedung
World Trade Center pada 11 September 2001. Kemanan AS yang dipandang paling
kuat ternyata berhasil ditembus oleh 2 pesawat yang ditabrakkan ke gedung WTC.
Kejadian itu disebut sebagai ulah tentara jihadis islam, yang otomatis AS mengubah
sudut pandangnya kepada Islam.
Semenjak kejadian 9/11, AS mengeluarkan kebijakan War on Terrorism yang
bertujuan untuk memerangi terrisme, namun yang sangat disayangkan adalah image
negatif yang disematkan kepada Islam. Dengan kekuatan medianya, AS merubah
41
pandangan dunia terhadap Islam, bahwa Islam adalah negara kekerasan. Sehingga
membuat Islam menjadi musuh dunia. Serangan AS terus berlanjut, tidak hanya lewat
media, AS juga menerjunkan tentaranya ke wilayah Afganistan, dengan tujuan
mencari Osamah bin Laden yang diduga menjadi otak dibalik peristiwa 9/11.
Pada malam hari setelah kejadian 9/11, presiden Bush memberikan pidato
kepada publik ;
“ America and our friends and allies join with all those who want peace and
security in the world and we stand together to win the war against terrorism,
Tonight I ask for your prayers for all those who grieve, for the children whose
worlds have been shattered, for all whose sense of safety and security has
been threatened. And I pray they will be comforted by a power greater than
any of us spoken through the ages in Psalm 23: "Even though I walk through
the valley of the shadow of death, I fear no evil, for You are with me. This is a
day when all Americans from every walk of life unite in our resolve for justice
and peace. America has stood down enemies before, and we will do so this
time.61”
Dengan pidato tersebut, Bush menyatakan bahwa AS melakukan perlawanan
terhadap tindak terorisme. Dan AS akan bergabung dengan aliansinya dalam
menciptakan kedamaian dunia dengan memerangi terorisme demi menciptakan .
Namun dengan kejadian runtuhnya WTC tersebut, AS tidak hanya melakukan
perang terhadap terorisme, tapi juga untuk mempromosikan demokrasi kepada negara
61
Text of Bush Adresses, http://edition.cnn.com/2001/US/09/11/bush.speech.text/
42
di kawasan timur tengah, bertujuan untuk menciptakan perdamaian, dengan asumsi
utama bahwa tidak ada peperangan antara negara-negara demokratis.
“As an ongoing response to the terrorist attacks of September 11, 2001, and
a justification for the U.S. invasion of Iraq, the Bush Administration has made
the promotion of democracy in the Middle East a national security priority,
stating that greater political freedom can undercut the forces of Islamic
radicalism and indoctrination.”62
“Since the September 11, 2001, terrorist attacks, the United States has
significantly increased funding for democracy promotion in the Arab world.
Measuring its effectiveness is difficult since democracy cannot be quantified
or measured like traditional U.S.foreign assistance for tangible projects, such
as road construction, water resource development, and school improvement.
Further, proponents of current policy say that the United States continues to
spend far more resources on military assistance to the region than on
reform.”63
Pernyataan diatas mengatakan bahwa AS tidak hanya memerangi terorisme di
timur tengah, namun juga untuk mempromosikan demokrasi kepada negara-negara di
timur tengah. Bahkan AS akan meningkatkan anggaran biaya demi terciptanya
demokrasi di timur tengah. Hal tersebut dilakukan untuk meredam gerakan-gerakan
radikal yang bisa mengarah kepada tindak terorisme yang banyak terjadi di negara
arab.
62
63
CRS Report for Congress ; U.S Democracy Promotion Policy in Middle East : The Islamist Dilemma.
Ibid
43
4.2 Kepentingan Ekonomi
Sebagai negara adidaya, AS membutuhkan banyak sumber daya demi
mencukupi kehidupan di negaranya meskipun AS juga merupakan negara dengan
tingkat produksi minyak yang tinggi, terlebih lagi AS merupakan negara dengan
aktifitas industri yang sangat tinggi. Hal tersebut mengharuskan AS untuk terus
mencari sumber daya tambahan untuk menghidupi kebutuhannya.
Berikut tabel negara-negara dengan produksi minyak terbesar di dunia pada
tahun 2012 menurut U.S Energy Information Administration :
Tabel 4.1 15 Negara Produsen Minyak Terbesar pada 2012
1
Arab Saudi
11.726.000
2
Amerika Serikat
11.110.000
3
Rusia
10.397.000
4
Cina
4.732.000
5
Canada
3.856.000
6
Iran
3.589.000
7
Uni Emirat Arab
3.213.000
8
Irak
2.987.000
9
Meksiko
2.936.000
10
Kuwait
2.797.000
44
11
Brazil
2.652.000
12
Nigeria
2.524.000
13
Venezuela
2.489.000
14
Qatar
2.033.000
15
Norwegia
1.902.000
Sumber : U.S Energy Information Administration, 2012
Berdasarkan tabel diatas AS adalah negara dengan produksi minyak tertinggi
di dunia dengan mencapai angka 11.110.000 barel minyak perhari, kedua setelah
Arab Saudi dengan produksi 11.726.000 barel minyak perhari. Namun keadaan
tersebut tidak membuat AS berada di posisi aman, karena kebutuhan AS terhadap
minyak juga sangat tinggi. Berikut tabel kebutuhan minyak yang dibutuhkan AS
berdasarkan data 15 negara konsumen minyak tertinggi di dunia pada 2012 ;
Tabel 4.2 15 Negara Konsumen Minyak Terbesar Pada 2012
1
Amerika Serikat
18.490.000
2
Cina
10.277.000
3
Jepang
4.726.000
4
India
3.622.000
5
Rusia
3.195.000
6
Arab Saudi
2.861.000
7
Brazil
2.807.000
45
8
Jerman
2.388.000
9
Korea Selatan
2.301.000
10
Kanada
2.281.000
11
Meksiko
2.144.000
12
Perancis
1.740.000
13
Iran
1.709.000
14
Indonesia
1.590.000
15
Inggris
1.503.000
Sumber : U.S Energy Information Administration, 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa AS adalah negara dengan kebutuhan
minyak yang paling tinggi di dunia, AS membutuhkan 18.490.000 barel minyak
perhari. Dibanding jumlah produksi minyak AS yang berjumlah 11.110.000 barel
perhari, maka AS kekurangan setidaknya 7.380.000 barel minyak perhari untuk
menopang kebutuhan di negaranya.
Dengan keadaan tersebut, AS diharuskan mencari sumber daya baru demi
mencukupi kebutuhannya akan minyak bumi. Berikut tabel jumlah impor minyak
Amerika dari tahun 2010 sampai 2015 menurut U.S Energy Information
Administration64
64
Petroleum and other liquids, diakses dari http://www.eia.gov/dnav/pet/hist/LeafHandler.ashx?n=PET&s=MTTIMUS1&f=M,
diakses pada 22 Juni 2015, pukul 11.11.
46
Tabel 4.3 Jumlah Impor Minyak Mentah AS 2010-2015
Sumber : U.S Imports of Crude Oil and Petroleum Products
Tabel diatas menunjukkan bahwa AS merupakan negara dengan kuota impor
minyak yang sangat besar. Dengan kebutuhan minyak yang sangat besar itulah maka
kebijakan AS sangat berorientasi kepada negara-negara di timur tengah dengan tujuan
sumber daya alam.
Intervensi AS ke Suriah bukan untuk menguasai minyak dari Suriah, karena
Suriah bukanlah negara dengan cadangan dan produksi minyak yang besar.
dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, Suriah hanyalah produsen kecil
dalam memproduksi minyak. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;
Tabel 4.4 Perbandingan Produksi Minyak Suriah dengan Produksi
Minyak Negara Tetangga
1
Arab Saudi
11.726.000
2
Iran
3.589.000
3
Uni Emirat Arab
3.213.000
47
4
Irak
2.987.000
5
Kuwait
2.797.000
6
Suriah
180.000
Sumber : U.S Energy Information Administration, 2012
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi minyak yang
dihasilkan Suriah hanyalah 180.000 barel perhari, sangatlah kecil jika dibandingkan
dengan produksi negara-negara tetangganya yang mencapai jutaan barel perhari.
Namun dengan letak geografis Suriah yang sangat berdekatan dengan negaranegara produsen minyak tersebut, maka Suriah menjadi salah satu poin penting dalam
arah kebijakan AS. Seperti yang dikatakan oleh Julian Jessop ;
” Syria is not a major oil producer, nor is it a major transit point for oil and
gas exports, Instead the concern is the risk that Western intervention in Syria
could prompt a wider regional conflict, given the support that Iran has
provided to the regime “65
Bahwa Suriah bukanlah
bukanlah negara dengan produksi minyak yang
besar, juga bukan tempat yang strategis untuk transit ekspor gas dan minyak. Namun
dengan kondisi Suriah yang tidak stabil akan menjadi ancaman terhadap daerah
sekitarnya, yang ditakutkan adalah eskalasi konflik di Suriah yang bisa merembet ke
negara-negara tetangganya, terlebih lagi melihat dukungan Iran kepada rezim
berkuasa.
65
Why Syria small producer syria matter to oil markets,
http://www.reuters.com/article/2013/08/27/us-syria-oil-factbox-idUSBRE97Q0JW20130827
48
Berdasarkan fakta diatas, maka intervensi yang dilakukan AS adalah untuk
mencapai kepentingan nasionalnya, kepentingan nasional menurut Daniel S. Papp
bisa bersifat objektif ataupun subjektif, yakni tidak hanya berorientasi kepada materi,
namun juga bisa berorientasi kepada hal non-material, seperti value. Dalam kasus ini
value yang ingin dicapai AS adalah untuk menyebarkan ideologi demokrasi di
wilayah timur tengah.
Selain tujuan non-materil, AS juga mempunyai kepentingan ekonomi yang
berkaitan dengan mengamankan konflik Suriah agar tidak meluas ke negara produsen
minyak yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi AS yang berkaitan dengan impor
minyak bumi. Demikian adalah kepentingan nasional AS yang bertujuan untuk
mencapai keamanan dan kesejahteraan demi rakyat AS itu sendiri.
Dengan kepentingan nasional AS tersebut, maka butuh dilakukan tindakan riil
yang dalam kasus ini AS membantu tentara oposisi dalam menggulingkan rezim
Assad. Menurut Joseph S. Nye intervensi merupakan tindakan yang dilarang dalam
hubungan internasional, karena dapat merusak kedaulatan negara yang diintervensi.
Namun terdapat beberapa kondisi dimana intervensi merupakan hal yang
dimungkinkan untuk dilakukan.
Dalam kasus rezim Assad melawan tentara oposisi, maka intervensi yang
dilakukan AS adalah bertujuan untuk membantu oposisi dalam menyelesaikan
konflik dengan rezim berkuasa. Hal tersebut dirasa perlu dilakukan untuk melindungi
49
warga sipil dari perang yang semakin meluas, yakni untuk meminimalisisir korban
perang yang kebanyakan berasal dari warga sipil. Kerugian perang yang dihasilkan
dari konflik tersebut juga merugikan negara tetangga, yakni dengan banyaknya
korban yang harus mengungsi ke negara lain. Dengan alasan tersebut maka AS
merasa perlu melakukan intervensi terhadap konflik yang terjadi di Suriah.
Menurut Starke, terdapat 3 tipologi dalam melihat intervensi yang dilakukan
sebuah negara terhadap negara lain. Yakni intervensi internal, eksternal dan purnitive.
Dalam kasus ini, intervensi yang dilakukan AS dapat dikategorikan kepada intervensi
internal, yakni sebuah intervensi yang dilakukan terhadap urusan internal negara lain.
Intervensi yang dilakukan AS adalah upaya membantu tentara oposisi dalam
menggulingkan rezim Assad, yang sejatinya merupakan urusan internal negara
Suriah.
50
BAB 5
KESIMPULAN
Konflik yang terjadi di Suriah adalah dampak dari peristiwa arab spring yang
sudah lebih dulu terjadi di Tunisia, lalu merambat ke Mesir, Libya, Bahrain dan
akhirnya sampai ke Suriah. Revolusi yang terjadi di tanah Arab ini mempunyai tujuan
yang sama, yakni menumbangkan rezim otoriter yang korup.
Suriah sudah lama dipimpin oleh rezim otoriter, Hafez al Assad telah
memimpin Suriah selama 30 tahun. Setelah Hafez al Assad meninggal, ia digantikan
oleh putranya, Basshar al Assad yang tidak hanya mewarisi kekuasaan ayahnya,
namun juga mewarisi sikap otoriter dari ayahnya.
Pecahnya konflik di Suriah tersulut oleh peristiwa pembakaran diri oleh
Hasan Ali Akleh yang terisnpirasi oleh tindakan serupa yang dilakukan oleh
Mohammed Bouazizi yang berhasil melahirkan revolusi di Tunisia. Kemudian aksi
tersebut disambung oleh 15 anak yang membuat grafitti bertuliskan kecaman kepada
pemerintah, yang berakhir dengan pengangkapan ke-15 anak tersebut.
Demonstrasi yang dilakukan oleh warga Suriah bertujuan untuk menuntut
presiden Basshar Al Assad agar turun dari kepemimpinannya. Namun tuntutan
tersebut dibalas dengan tembakan oleh tentara Assad yang akhirnya melahirkan
konflik bersenjata sampai sekarang.
51
PBB menemukan bukti kuat penggunaan senjata kimia oleh pasukan Assad,
hal tersebut merupakan pelanggaran berat HAM. Karena efek dari senjata kimia
tersebut bukan hanya melukai para pejuang yang bertikai, namun juga dapat melukai
warga sipil dan bahkan negara tetangganya.
Dengan isu senjata kimia tersebut, AS mengajukan resolusi DK PBB nomor
2118 yang berbunyi kecaman kepada tindakan Basshar Al Assad untuk tidak
menggunakaan, memproduksi, menyimpan, atau memperjual belikan senjata kimia
kepada negara atau non negara. Namun rasolusi tersebut digagalkan oleh veto Rusia
dan Cina yang beraggapan bahwa intervensi hanya akan memperburuk keadaan dan
menghambat proses perdamaian di Suriah.
Meskipun resolusi tersebut tidak berhasil, namun AS tidak putus asa. AS
memberikan bantuan-bantuan lain seperti bantuan kemanusiaan dan bantuan sarana
inti publik untuk merawat korban-korban perang dan memberikan bantuan non lethal
weapon kepada tentara oposisi, juga mengadakan pelatihan untuk tentara oposisi agar
bisa berjuang melawan tentara Assad demi mencapai kebebasan di Suriah.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui motivasi AS dibalik bantuannya
kepada tentara oposisi dalam konflik melawan presiden Basshar Al Assad.
Setidaknya penulis menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh AS terkait
bantuannya kepada tentara oposisi dalam menggulingkan rezim Assad.
52
Motif ekonomi merupakan tujuan inti dari bantuan AS, Suriah merupakan
kawasan yang kaya akan potensi sumber daya alamnya, seperti minyak dan gas alam.
Terlebih lagi Suriah merupakan satu-satunya negara di laut mediterania yang
memproduksi gas dan minyak. Kawasan Timur Tengah yang rawn konflik juga
menjadi alasan AS untuk ikut campur di dalamnya. Karena bertpotensi untuk
menguntungkan AS sebagai produsen senjata terbesar di dunia.
Motif lainnya adalah lokasi Suriah yang berada di kawasan Timur Tengah
yang dapat menjembatani AS dalam melakukan manuver politiknya. Yakni AS dapat
memanfaatkan konflik di Suriah sebagai gerbang untuk memperluas pengaruhnya di
Timur Tengah.
53
DAFTAR PUSTAKA
“Clinton : Syria’s Assad has lost legitimacy to rule”, Nbcnews, diakses dari
http://www.nbcnews.com/id/43711672/ns/world_newsmideast_n_africa/t/clinton-syrias-assad-has-lost-legitimacyrule/#.VWRiE0-qqko , diakses pada 21 Maret 2015 pukul 12.11.
Brent Sadler, President Clinton Meets Assad hoping to gain momentum in IsraeliSyrain Peace Talks, CNN, diakses dari
http://edition.cnn.com/TRANSCRIPTS/0003/26/sm.06.html, diakses pada
17 Juni 2015 pukul 21.11.
Broning, Michael. The Sturdy House that Assad Built, 2011.
https://www.foreignaffairs.com/articles/syria/2011-03-07/sturdy-houseassad-built
David Ignatius, “Sorting Out the Rebel Forces in Syria”, diakses dari
http://www.washingtonpost.com/opinions/david-ignatius-sorting-out-therebel-forces-in-syria/2013/04/02/aaaa0110-9bd3-11e2-9a79eb5280c81c63_story.html, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 14.21.
Day of Rage’ for Syrian fails to draw protesters, The New York Times, diakses dari
http://www.nytimes.com/2011/02/05/world/middleeast/05syria.html?_r=0
, diakses pada 19 Mei 2015 pada 13.21.
Dina Y Sulaeman, Prahara Suriah, Depok, Pustaka Iimani, 2013.
54
Echo Factcheet : Syria Crysis, diakses dari http://ec.europa.eu/echo/, diakses pada
21 Juni 2015, pukul 23.11.
Efe Bulduk, A Critical View on the Syrian Civil War, Academia.edu, Spring 20132014, h. 7.
Elisse Labott, Obama to send U.S Ambassador Back to Syria, CNN, diakses dari
http://edition.cnn.com/2009/POLITICS/06/24/us.syria/index.html?iref=ne
xtin, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 22.31.
Elizabeth O Bagy, The Free Syrian Army, Middle East Security Report, Maret 2013.
Geneva Communique, diakses dari www.un.org, diakses pada 21 Juni 2015, pukul
11.21.
Ground War ; Syria rebels prepare to take province from assad, diakses dari
http://world.time.com/2013/02/07/ground-war-syrias-rebels-prepare-totake-a-province-from-assad/, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.21.
http://data.unhcr.org/syrianrefugees
http://www.biography.com/people/bashar-al-assad-20878575
http://www.nytimes.com/1994/01/22/world/assad-s-son-killed-in-an-auto-crash.html
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2002, h. 31.
Hugh
Macleod,
Inside
Deraa,
Aljazeera,
diakses
dari
http://www.aljazeera.com/indepth/features/2011/04/20114191835272830
0.html, diakses pada 19 Mei 2015 pukul 14.02.
55
Iraqi Al Qaeda Wing mergers with syrian counterpart, diakses dari
http://www.reuters.com/article/2013/04/09/us-syria-crisis-nusra-iraqidUSBRE93807R20130409?feedType=RSS&feedName=worldNews,
diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.12.
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, h. 136137.
James N Rosenau, The Study of Worlds Politic (Vol. 1 Theoretecal and
Methodological Challenges, London, Outledge, 2006, h.46.
Joe Sterling, “Daraa : The Spark that lit the Syrian Flame”, CNN, diakses dari
http://edition.cnn.com/2012/03/01/world/meast/syria-crisis-beginnings/,
pada 21 Maret 2015 pukul 10.31.
Joseph Holliday, The Struggle for Syria in 2011 dalam Middle East Security Report,
Desember 2011, h. 14.
Joseph S. Nye Jr, Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory
and History 2nd Edition, United States, Longman, 1997, h. 140.
K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis (6th ed), New Jersey,
Prentice Hall, h.83.
Largest Military Exporters, diakses dari www.huffingtonpost.com, diakses pada 21
Juni 2015, pukul 21.33.
Nada Bakri, Crowds in Syria attack U.S and French Embassies, Nytimes, diakses
dari
56
http://www.nytimes.com/2011/07/12/world/middleeast/12syria.html?_r=0
, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 23.12.
OPEC share of world crude oil reserves, 2013. diakses dari
http://www.opec.org/opec_web/en/data_graphs/330.htm, diakses pada 21
Juni 2015 , pukul 21.21.
Papp, Daniel S,Contemporary International Relatio : A Framework for
Understanding, Second Editions, New York, Mac Millan Publishing
Company, 1988, h. 29.
Patrick Seale, The new struggle for Syria, 2011
Petroleum and other liquids, diakses dari
http://www.eia.gov/dnav/pet/hist/LeafHandler.ashx?n=PET&s=MTTIMU
S1&f=M, diakses pada 22 Juni 2015, pukul 11.11.
Rusia dan Cina Veto Resolusi PBB soal Kekejaman Suriah, diakses dari
http://www.voaindonesia.com/content/rusia-akan-veto-resolusi-dk-pbbsoal-suriah-/1920030.html, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 21.31.
Security Council Condemns use of chemical weapon in Syria, diakses dari
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=50266#.VYobWPmqqk
o, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 22.12.
Security Council report : Resolution 2118, diakses dari
www.securitycouncilreport.org, diakses pada 21 Juni 2012, pukul 22.32.
Security Council report : Resolution 2118, diakses dari
www.securitycouncilreport.org, diakses pada 21 Juni 2012, pukul 22.32.
57
Security Council Requires Scheduled Destruction of Syria’s Chemical Weapons,
Unanimously Adopting Resolution 2118, diakses dari
http://www.un.org/press/en/2013/sc11135.doc.htm, diakses pada 21 Juni
2015, pukul 21.21.
The Syrian Crysis : U.S Assistance and Support for Transition, diakses dari
http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21
Juni 2015, pukul 23.11.
The Syrian Crysis : U.S. assistant and support for the transision, diakses dari
http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21
Juni 2015, pukul 21.21.
The Top Arms Exporter in 2009-2013, diakses dari www.sipri.org, diakses pada 21
Juni 2015, pukul 21.43.
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, Jakarta, Kompas, 2012
U.S Allies Agreed on Aid to Syria Opposition, diakses dari
http://www.wsj.com/articles/SB100014241278873235510045784367500
45050178, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 13.31.
U.S Ambassador to Syria Recalled Following Hariri Assasination, IIP Digital,
diakses dari
http://iipdigital.usembassy.gov/st/english/texttrans/2005/02/20050215171
946cpataruk0.1498377.html#axzz3dRLPB4Fd, diakses pada 17 Juni
2015, pukul 22.02.
Download