Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan Basshar Al Assad Di Suriah (2011) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) Oleh : Vicky Fabiansyah 108083000029 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul : Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan Bashar Al Assad di Suriah (2011) 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 23 Juli 2015 Vicky Fabiansyah i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Dengan Ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa : Nama : Vicky Fabiansyah NIM : 108083000029 Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional Telah selesai penulisan skripsi dengan judul : Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan Bashar Al Assad di Suriah Jakarta, 23 Juli 2015 Mengetahui, Menyetujui, Ketua Program Studi Pembimbing Badrus Sholeh, MA NIP. 19710211 199903 1 002 M. Adian Firnas, M. Si ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI DUKUNGAN AMERIKA KEPADA OPOSISI DALAM KONFLIK MELAWAN BASHAR AL ASSAD DI SURIAH (2011) OLEH VICKY FABIANSYAH 108083000029 Telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Juli 2015. Skripsi ini tela diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada program studi Hubungan Internasional. Ketua, Badrus Sholeh, MA NIP. 19710211 199903 1 002 Penguji I, Penguji II, Aiyub Mochsin, MA A. Alfajri, MA Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 30 Juli 2015. Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Badrus Sholeh, MA NIP. 19710211 199903 1 002 iii ABSTRAKSI Skipsi ini menjelaskan kepentingan AS dalam membantu konflik yang terjadi di Suriah. Konflik yang terjadi di Suriah adalah dampak dari fenomena Arab Spring yang sudah lebih dulu terjadi di Tunisia, Mesir , Libya, Bahrain lalu juga terjadi di Suriah. Merupakan sebuah fenomena yang terjadi di daerah timur tengah untuk melengserkan rezim otoriter yang berkuasa. Konflik di Suriah bermula dari tindakan membakar diri yang dilakukan oleh seorang pemuda yang bernama Hasan Ali Akleh, yang terinspirasi oleh tindakan serupa yang dilakukan oleh Mohammed Bouzizi di Tunisia yang berhasil melahirkan revolusi di Tunisia. Konflik ini juga disulut oleh anak-anak yang membuat grafiti anti pemerintahan, yang berakhir dengan penangkapan dan penyiksaan tahanan anak tersebut, yang akhirnya membakar amarah masyarakat Suriah dan berakhir dengan konflik masyarakat versus pemerintah. Namun dalam konflik tersebut AS melakukan intervensi kepada tentara oposisi untuk menggulingkan rezim Assad. Motivasi dan kepentingan AS tersebutlah yang penulis coba teliti dalam skripsi ini. Keyword : Konflik Suriah, Arab Spring, Intervensi AS, Rezim Bashar Al Assad, Pasukan Oposisi Suriah. iv KATA PENGANTAR Pertama-tama, yang paling utama, dan harus diutamakan adalah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dukungan Amerika Kepada Oposisi Dalam Konflik Melawan Bashar Al Assad di Suriah (2011)”. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini juga dikerjakan dengan tekun dan penuh keseriusan, dan dibantu pula oleh dosen pembimbing untuk mengkoreksi skripsi ini. Karena itu penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Yang tercinta orang tua penulis, ayahanda Djodi Subiantoro dan ibunda Rufaidah. Juga kepada adik penulis, Febby dan Fitri, yang selalu mendoakan dan mendukung kerja penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Bapak M. Adian Firnas, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang telah memberikan arahan, saran dan ilmunya dalam penulisan skripsi. Sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. v 3. Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Badrus Sholeh, MA. Juga kepada Dosen Pembimbing Akademik Penulis, Bpk Agus Nilmada Azmi, M. Si. 4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk segera menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. 5. Teman-teman seperjuangan penulis, M. Imam Noviar, Aditya Pradipta, R.A Nadia Aiman, Rizky Mauliady, Wahyu Tri Nugroho, Roy Arisman, Afnan, Moh Rais, Fachri, Bintang, Sandy Febrian, Amin, Affandi, Rizky Hasanudin, Arie, serta seluruh angkatan HI UIN 2008. Terima kasih atas waktu, semangat, dukungan, dan informasi yang telah diberikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsinya dengan baik. Terimakasih banyak, semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang studi Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta, 23 Juli 2015 Vicky Fabiansyah vi DAFTAR ISI PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………………………………… i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI………………………………………. ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………………………………… iii ABSTRAKSI…………………………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. v DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. vii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………… x DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… xi BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1 1. 1 Pernyataan Masalah…………………………………………………… 1 1. 2 Pertanyaan Penelitian…………………………………………………. 4 1. 3 Tujuan Penelitian………………………………………………………. 5 1. 4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 5 1. 5 Tinjauan Pustaka………………………………………………………. 5 1. 6 Kerangka Konseptual…………………………………………………… 7 1. 6. 1 Konsep Intervensi…………………………………………….… 7 1. 6. 2 Konsep Kepentingan Nasional…………………………………. 10 1. 7 Metode Penelitian………………………………………………………. 13 1. 8 Sistematika Penulisan…………………………………………………… 14 vii BAB 2. KONFLIK DI SURAH……………………………………………………….. 16 2. 1 Suriah di bawah Bashar Al Assad………………………………………. 16 2. 2 Konflik di Suriah…………………………….………………………….. 20 2. 3 Terbnetuknya Pasukan Oposisi…………………………………………. 23 2. 3. 1 The Supreme Joint Military Command (SMC)…………………. 24 2. 3. 2 Free Syrian Army……………………………………………….. 25 2. 3. 3 The Syrian Liberation Front…………………………………….. 26 2. 3. 4 The Syrian Islamic Front………………………………………... 27 2. 3. 5 Jabhat Al Nusra…………………………………………………. 27 BAB 3. DUKUNGAN AMERIKA KEPADA TENTARA OPOSISI……….…………………………………………………………………….. 29 3. 1 Dinamika Hubungan AS – Suriah……………………………..……… 29 3. 2 Respon AS Terhadap Konflik di Suriah……………...……………….. 32 3. 2. 1 Bantuan Diplomatis…………………………………………… 34 3. 2. 2 Bantuan Kemanusiaan………………………………………… 36 3. 3. 3 Bantuan Kepada Badan Transisi………………………………. 38 BAB 4. KEPENTINGAN AMERIKA DALAM MEMBANTU KONFLIK DI SURIAH…………………………………………………...…………… 40 4. 1 Demokratisasi dan War on Terrorism……………………………………. 40 4. 2 Kepentingan Ekonomi……………………………………………….. 43 BAB 5. PENUTUP………………………………………………………………….. 50 5. 1 KESIMPULAN……………………………………………………… 50 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 53 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Peta Tentara Oposisi………….……………………………………23 x DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Anggaran AS dalam Membantu Suriah……………………… 36 Tabel 3.2 Data Pengungsi Suriah………………………………………. 38 Tabel 4.1 15 Negara Produsen Minyak Terbesar pada 2012…………… 43 Tabel 4.2 15 Negara Konsumen Minyak Terbesar pada 2012…………. 44 Tabel 4.3 Jumlah Impor Minyak Mentah AS 2010-2015……………… 46 Tabel 4.4 Perbandingan Produksi Minyak Mentah Suriah dengan Produksi Minyak Mentah Negara Tetangga…………………………… xi 46 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pernyataan Masalah Hubungan resmi antara Amerika Serikat dengan Suriah dimulai pada tahun 1946. Setelah Kemerdekaan Suriah dari Perancis, AS mendirikan Konsulat di Damaskus dengan menunjuk George Wadsworth untuk misi Diplomatik. Hubungan AS dan Suriah sempat memburuk pada April 2003, yakni ketika AS melakukan invasi ke Irak. AS melakukan invasi ke Irak dengan alasan menghancurkan senjata pemusnah massal, memusnahkan organisasi terorisme yang menjadi musuh internasional, juga melakukan demokratisasi di Irak dengan tujuan membebaskan rakyat Irak dari rezim Saddam Husein. Namun Suriah menolak untuk bekerjasama dengan AS dan justru berbalik mendukung Irak. Hubungan yang sempat renggang antara AS dan Suriah tersebut berubah dan membaik pasca dilantiknya Obama menjadi Presiden. Obama resmi membuka kembali hubungan diplomatik dengan Suriah dengan menempatkan Robert Stephen Ford sebagai Duta Besar AS di Damaskus. Awal konflik di Suriah terjadi pada tanggal 26 Januari 2011, hal ini dilatar belakangi oleh demonstrasi yang dilakukan masyarakat Suriah untuk menurunkan Presiden Bashar Al-Assad dari jabatannya. Unjuk rasa tersebut merupakan dampak lanjutan dari peristiwa Arab Spring yang terjadi sejak akhir tahun 2010, yaitu sebuah 2 revolusi negara-negara arab untuk menjatuhkan rezim otoriter dan menciptakan sebuah sistem tatanan yang baru. Arab Springs dimulai dari Tunisia, lalu merembet ke Mesir, Libya, Bahrain dan Suriah1. Konflik di Suriah berawal dari tindakan membakar diri yang dilakukan oleh seorang pemuda bernama Hasan Ali Alekh yang terinspirasi oleh tindakan serupa yang dilakukan oleh Mohammed Buoazizi di Tunisia. Aksi yang dilakukan Bouazizi berhasil melahirkan revolusi di Tunisia, dan berhasil membuat presiden Tunisia, Ben Ali, mengundurkan diri dari posisinya sebagai presiden pada 14 Januari 2011, setelah 23 tahun berkuasa. Sedangkan aksi yang dilakukan oleh Hasan Ali Alekh juga berhasil melahirkan gerakan yang disebut “Days of Rage”. Namun gerakan tersebut belum cukup mampu mengumpulkan massa untuk melakukan demostrasi kepada rezim berkuasa, hal tersebut merupakan indikasi bahwa masyarakat masih takut kepada kekuatan pemerintah.2 Rezim Assad masih belum bisa dilengserkan dengan gerakan “Days of Rage”, namun terdapat kejadian lain di kota Darra yang mampu mengubah sejarah Suriah. Aksi tersebut dilakukan oleh 15 pelajar, mereka membuat grafiti anti pemerintahan yang berisi semangat untuk menggulingkan rezim. Tindakan tersebut mendapat respon negatif dari pemerintah yang berakhir dengan penangkapan anakanak pelaku penulisan grafiti. Anak-anak tersebut tidak hanya ditahan, namu mereka 1 Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, Jakarta, Kompas, 2012, h. 8. ‘Day of Rage’ for Syrian fails to draw protesters, The New York Times, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/02/05/world/middleeast/05syria.html?_r=0, diakses pada 19 Mei 2015 pada 13.21. 2 3 juga disiksa, bahkan dikabarkan ada anak yang dipulangkan dengan keadaan tidak bernyawa. Hal ini menyulut emosi rakyat Suriah, sehingga melahirkan demonstrasi yang lebih keras kepada pemerintah. Demonstrasi yang dilakukan rakyat Suriah ditanggapi pemerintah dengan kekerasan. Hal tersebut menjadi berita utama media internasional dengan menyebut bahwa demosntrasi damai rakyat Suriah ditanggapi secara brutal oleh rezim Assad. Kemudian topik itu menjadi sorotan dunia internasional, sehingga melahirkan banyak kecaman dari masyarakat internasional demi menghentikan kekerasan yang dilakukan rezim Assad3. Pada Agustus 2011, Hillary Clinton menyatakan bahwa presiden Assad telah kehilangan legitimasi rakyatnya. Pernyataan tersebut juga dinyatakan oleh beberapa negara lain, yakni Inggris dan Perancis. Mereka juga menyerukan Assad untuk segera turun dari jabatannya. Hal tersebut merupakan reaksi dari penyerangan terhadap kedutaan AS dan perancis yang dilakukan oleh pasukan pro pemerintah di Damaskus. Reaksi internasional berlanjut dengan diadakannya agenda resolusi dewan keamanan PBB yang diusung oleh negara diatas. Namun hubungan baik Suriah dengan Rusia dan kerjasama perdagangan dengan Cina telah membuat upaya resolusi Dewan 3 Joe Sterling, “Daraa : The Spark that lit the Syrian Flame”, CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/2012/03/01/world/meast/syria-crisis-beginnings/, pada 21 Maret 2015 pukul 10.31 4 Keamanan PBB tersebut gagal oleh veto yang dikeluarkan oleh Rusia dan Cina yang tidak menginginkan adanya intervensi di Suriah4. Dengan keberadaan Rusia dan Cina dibelakang Suriah maka AS tidak dapat mengintervensi Suriah secara langsung. AS kelompok koalisi yang terlibat dalam konflik di Suriah. Bentuk bantuan yang dilakukan oleh AS adalah dengan menggalang bantuan internasional melalui PBB sampai dengan bantuan langsung ke oposisi berupa bantuan konsultan strategi dari badan keamanan AS serta pelatihan taktis, juga informasi akurat dari intelejen AS terkait peta kekuatan pasukan Assad. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas mengapa AS ingin terlibat dalam konflik yang terjadi di Suriah dengan membantu oposisi dalam menggulingkan rezim Bashar Al Assad. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang akan diangkat adalah : Mengapa Amerika membantu oposisi dalam konflik melawan Basshar Al Assad di Suriah ? 4 “Clinton : Syria’s Assad has lost legitimacy to rule”, Nbcnews, diakses dari http://www.nbcnews.com/id/43711672/ns/world_news-mideast_n_africa/t/clinton-syrias-assadhas-lost-legitimacy-rule/#.VWRiE0-qqko , diakses pada 21 Maret 2015 pukul 12.11. 5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dinamika konflik di Suriah 2. Untuk mengetahui kepentingan AS dalam intervensi di Suriah 3. Untuk mengetahui gerakan-gerakan oposisi di Suriah 4. Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah pengetahuan serta daya analisa penulis 2. Sebagai tambahan informasi dalam bentuk tulisan ilmiah mengenai konflik di Suriah dan intervensi AS di dalamnya 3. Memberikan pemahaman mengenai kepentingan AS dalam konflik di Suriah 1.5 Tinjauan Pusaka Konflik di Suriah merupakan pembahasan yang masih hangat dan menarik untuk dijadikan subjek pembahasan ilmiah. Dibawah ini penulis mencoba untuk melampirkan tinjauan pustaka sebagai pembanding sekaligus dalam rangka menghindari bentuk plagiarism dalam penulisan karya ilmiah. 6 Patra Kulu Tandirerung, Mahasiswa Hukum Internasional Universitas Hasanuddin Makassar, 2012. “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pelanggaran Berat HAM Dalam Konflik Di Suriah” Skripsi tersebut membahas tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh presiden Suriah Bashar Al Assad kepada rakyatnya, yang dikategorikan kedalam pelanggaran HAM berat dari perspektif hukum internasional. Yakni bagaimana tinjauan hukum internasional terhadap pelanggaran HAM di Suriah, serta untuk mengetahui mekanisme untuk mengadili pelaku pelanggaran HAM berat di Suriah. Yenny Kurniawati, Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Jember, 2013. “Krisis Politik Di Suriah Era Basshar Al-Assad”. Skripsi tersebut memfokuskan kepada gejolak politik yang terjadi dibawah kepemimpinan Bashar Al Assad. Meskipun lebih menekankan kepada kondisi domestic Suriah, skripsi tersebut juga menyinggung faktor eksternal, yakni dukungan Cina dan Rusia dalam konflik di Suriah. Pamela Bella Nita, Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2012. “Upaya Liga Arab Dalam Penanganan Krisis Di Suriah”. Skripsi ini mencoba melihat upaya Liga Arab sebagai sebuah Organisasi Internasional dalam menyelesaikan konflik anggotanya (Suriah). 7 Perbandingan dengan skripsi “Dukungan Amerika Kepada Oposisi dalam Konflik Melawan Basshar Al Assad di Suriah” adalah penulis akan mencoba menganalisa motivasi dukungan AS kepada tentara oposisi dalam konflik di Suriah dalam perspektif ilmu Hubungan Internasional. 1.6 Kerangka Konseptual Dalam menganalisis upaya apa saja yang dilakukan pemerintah Rusia dalam intervensi yang dilakukan untuk membantu rezim Bashar Al-Assad menyelesaikan konflik perang saudara yang terjadi di Suriah penulis menggunakan dua konsep yaitu konsep intervensi dan konsep kepentingan nasional (nastional interest). 1.6.1 Konsep Intervensi Lauterpacht dalam Huala Adolf menyatakan intervensi adalah turut campurnya suatu negara dalam sebuah urusan dalam negeri negara lain dengan menggunakan kekuatan atau ancaman kekuatan yang bertujuan untuk memelihara atau mengubah keadaan situasi negara tersebut5. Dalam kasus ini Intervensi dilakukan Amerika untuk menyelesaikan konflik dalam negeri yang terjadi di Suriah. J.G. Starke menyatakan terdapat 3 (tiga) buah tipologi dalam melihat sebuah intervensi yang dilakukan sebuah negara terhadap negara lainnya, ketiga hal tersebut adalah: 5 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 31. 8 1. Intervensi Internal, adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh suatu negara dalam sebuah urusan dalam negeri negara lain. Contoh: Negara A melakukan intervensi terdahap negara B yang sedang terjadi pertikaian dengan cara mendukung salah satu pihak yang bertikai. 2. Intervensi Eksternal, adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh sebuah negara terhadap urusan luar negeri sebuah negara dengan negara lain. Contoh: Negara A turut campur dalam konflik yang terjadi antara negara B dan C. 3. Intervensi Purnitive, adalah sebuah intervensi yang dilakukan oleh sebuah negara terhadap negara lain sebagai bentuk balasan atas kerugian yang diderita oleh negara tersebut. Intervensi ini merupakan sebuah tindakan balasan atas kerugian yang diderita oleh negara lain. Intervensi ini dilakukan dengan cara pemblokadean damai terhadap negara yang menimbulkan kerugian sebagai balasan atas tindakannya6. Suatu tindakan intervensi yang tidak diperbolehkan yaitu intervensi yang akan membuat suatu keadaan menjadi lebih buruk. Tindakan intervensi ini bukan untuk memberi jalan keluar menuju suatu perdamaian. J.G. Starke menyatakan intervensi ini dengan istilah subversive intervention. Intervensi ini adalah intervensi yang mengacu kepada propaganda atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh suatu negara. 6 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, h. 136-137. 9 Hal tersebut bertujuan untuk mendorong terjadinya revolusi atau perang saudara di negara lain7. Joseph S .Nye menyatakan bahwa tindakan intervensi negara atas kedaulatan negara lain belum tentu merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum. Ia berpendapat bahwa terdapat kasus-kasus tertentu dimana tindakan intervensi dapat dibenarkan menurut hukum internasional. Adapun intervensi tersebut adalah : 1. Preemptive intervention, yakni intervensi dapat dilakukan oleh suatu negara akibat terjadinya situasi perang yang mendadak (imminent). Intervensi tidak boleh dilakukan dalam situasi preventive war, yakni suatu keadaan dimana telah diyakini bahwa perang merupakan tindakan terbaik untuk segera dilakukan daripada menundanya. Alasan mengapa intervensi tidak boleh dilakukan dalam preventive war adalah karena di dalam preventive war tidak terdapat situasi bahaya yang jelas (no clear and present danger). 2. Intervensi yang dilakukan guna menyeimbangkan intervensi sebelumnya. Intervensi ini dimaksudkan guna menjaga masyarakat lokal dimana sebelumnya telah mengalami intervensi. Dengan kata lain, intervensi ini merupakan intervensi balasan. 3. Intervensi yang dilakukan guna membantu individu-individu yang terancam dalam pembunuhan massal. Suatu negara atau masyarakat 7 Ibid, h. 137. 10 internasional tidak berarti perlu untuk terlibat langsung dan turut campur menangani isu pembunuhan masal atau genosida, tetapi hanya apabila dirasa perlu saja. 4. Intervensi dapat dilakukan guna membantu di dalam mendapatkan hak melakukan gerakan memisahkan diri (secessionis movement). Bantuan terhadap gerakan memisahkan diri dilakukan atas dasar guna memberikan hak serta membangun otonomi mereka sebagai suatu bangsa. Namun hal tersebut tidak berarti dukungan dan bantuan dapat diberikan bagi semua kelompok atau gerakan yang ingin memisahkan diri. Sebab untuk membentuk suatu bangsa yang sah, masyarakat harus dapat memberikan pengorbanan dan perlawanan bagi kebebasan mereka sendiri8. Berdasarkan penjelasan diatas, maka intervensi yang dilakukan AS adalah sebuah intervensi yang bertujuan untuk melindungi warga sipil Suriah dari perang yang terjadi antara Basshar Al Assad dengan tentara oposisi. 1.6.2 Konsep Kepentingan nasional Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama 8 Joseph S. Nye Jr, Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History 2 nd Edition, United States, Longman, 1997, h. 140. 11 diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (Security) dari kesejahteraan (Prosperity). Menurut Morgenthau : ”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik”. Daniel S. Papp menyatakan bahwa kepentingan nasional dapat bersifat objektif maupun subjektif karena kepentingan tersebut tidak hanya bersifat material namun juga bersifat non-material seperti value, contohnya antara lain yaitu ideologi. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor yang menentukan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara yang kemudian dipahami sebagai konsep dasar dalam politik luar negeri, konsep tersebut dapat diorientasikan pada ideologi suatu negara. Dengan demikian keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasarkan pada pertimbanganpertimbangan ideologis ataupun dapat terjadi atas dasar pertimbangan kepentingan material9. 9 Daniel S Papp,Contemporary International Relation : A Framework for Understanding, Second Editions, New York, Mac Millan Publishing Company, 1988, h. 29. 12 Kepentingan nasional dijabarkan oleh Holsti sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu negara dimana terdapat empat tujuan yaitu : Pertama, keamanan (security), otonomi (autonomy), kesejahteraan (welfare) dan prestise (status and prestige)10. Sedangkan Rosenau menyatakan bahwa konsep kepentingan nasional digunakan dalam analisis politik dan tindakan politik. Rosenau menjelaskannya sebagai alat analisis yang digunakan untuk menjelaskan, memaparkan atau mengevaluasi politik luar negeri suatu negara. Sebagai alat tindakan politik, kepentingan nasional juga berfungsi sebagai sarana membenarkan, mengkritik, atau mengusulkan kebijakan untuk menentukan yang terbaik untuk bangsa dalam urusan luar negeri11. Penulis menggunakan konsep ini untuk menganalisis kepentingan apa saja yang mendorong AS untuk melakukan intervensi dan dukungan terhadap tentara oposisi dalam melawan rezim Bashar Al-Assad. 10 K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis (6th ed), New Jersey, Prentice Hall, h.83. James N Rosenau, The Study of Worlds Politic (Vol. 1 Theoretecal and Methodological Challenges, London, Outledge, 2006, h.46. 11 13 1.7 Metode Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memutuskan untuk menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Dalam metodologi penelitian kualitatif memiliki 4 (empat) tipe yaitu observasi, interview, dokumen, dan gambar visual yang masing-masing memiliki fungsi dan keterbatasan12. Bedasarkan tipe-tipe diatas penulis memutuskan untuk menggunakan data-data yang bersifat sekunder yaitu data yang sudah diolah dan dipublikasikan serta akan ditunjang dengan beberapa gambar visual. Dengan metodologi tersebut diharapkan penulis dapat menganalisis dan membahas lebih dalam mengenai kepentingan AS dalam membantu pihak oposisi dalam konflik yang terjadi di Suriah. 12 John W. Creswell, Research Design : Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches. Sage Publication, 2002. 14 1.6 Sistematika Penulisan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Pertanyaan Penelitian 1.3 Tinjauan Pustaka 1.4 Kerangka Konseptual 1.5 Metodologi Penelitian 1.6 Sistematika Penulisan BAB 2 Konflik di Suriah 2.1 Suriah di Bawah Bashar Al Assad 2.2 Konflik di Suriah 2.3 Terbentuknya Pasukan Oposisi 2.3.1 The Supreme Joint Military Command (SMC) 2.3.2 Free Syrian Army (FSA) 2.3.3 The Syria Liberation Front (SLF) 2.3.4 The Syrian Islamic Front (SIF) 2.3.5 Jabhat Al Nusra Front 15 BAB 3 Dukungan Amerika Kepada Tentara Oposisi 3.1 Dinamika Hubungan AS – Suriah 3.2 Respon AS Terhadap Konflik di Suriah 3.2.1 Bantuan Diplomatis 3.2.2 Bantuan Kemanusiaan 3.2.3 Bantuan Kepada Badan Transisi BAB 4 Kepentingan AS Dalam Membantu Konflik di Suriah 4.1 Demokratisasi dan war on terrorism 4.2 Kepentingan Ekonomi BAB 5 Kesimpulan Daftar Pustaka 16 BAB 2 KONFLIK DI SURIAH Bab ini menjelaskan bagaimana kondisi internal Suriah di bawah kepemimpinan Bashar Al Assad, serta kronlogis konflik yang terjadi di Suriah. Dari sejak awal konflik, hingga menjadi konflik besar yang melibatkan negara adidaya Amerika Serikat. 2.1 Suriah di bawah Bashar Al Assad Suriah merdeka pada tahun 1946, semenjak kemerdekaannya Suriah mempunyai satu partai politik yang paling berkuasa, yakni partai Ba’th. Pada tahun 1970, Hafez Al Assad berhasil mendapatkan kekuasaannya lewat penggulingan militer yang disebut “gerakan koreksionis” 13. Hafez Al Assad merupakan pemimpin yang hebat, dia mampu mengambil hati rakyat Suriah. Kehebatannya sebagai pemimpin juga terlihat dari cara mengambil keputusan, Hafez Al Assad adalah orang yang sangat cermat dalam membuat kebijakan, juga hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.14 Hafez Al Assad berhasil mempertahankan kepemimpinannya selama 30 tahun, bahkan pada referendum 10 februari 1999, Hafez berhasil mendapatkan 99,99 13 Gerakan Koreksionis (Corrective Movement) merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh partai Ba’th dengan tujuan memperjuangkan prinsip dasar partai, yakni persatuan dan kebebasan di Negara-negara Arab. Syria-constitutuion. www.law.yale.edu. 14 Patrick Seale, The new struggle for Syria, 2011 17 persen suara. Keberhasilan tersebut sudah pernah didapatkan sebelumnya pada pemilu Desember 1991. Artinya, pendukung Hafez Al Assad masih utuh meskipun waktu terus berjalan. Dalam referendum tahun 1999, ada 9 juta rakyat, termasuk terntara yang berhak memberikan suara.15 Suriah mengklaim sebagai Negara republik, bukan monarki. namun Hafez Al Assad sudah mempersiapkan anaknya untuk menggantikannya demi mempertahankan rezim Assad di Suriah. Saat ia sudah merasa kesehatannya menurun, Hafez menyiapkan Basil Al Assad, anak tertuanya untuk menggantikannya. Namun Basil Al Assad tewas dalam kecelakaan mobil pada tahun 199416. Saat itu Bashar Al Assad sedang mengambil studi postgraduate di Western Eye Hospital, London, Inggris17, dipanggil pulang karena kecelakaan yang menimpa kakaknya. Kematian Basil Al Assad membuat Bashar menjadi kandidat tunggal yang akan menggantikan Hafez. Bashar mulai dilibatkan dengan kepengurusan partai Ba’th, sampai diangkat menjadi Komandan Divisi Kendaraan Lapis Baja Angkatan Darat Suriah. Karier militer Bashar Al Assad melaju cepat, Bashar masuk akademi militer di Homs pada tahun 1994, pada tahun 1999, Bashar sudah berpangkat kolonel. Bahkan Bashar sudah menjadi setara dengan Brigadir Jenderal saat kematian ayahnya pada tahun 2000. Saat posisinya di militer sudah kuat, Bashar menyingkirkan 15 Kuncahyono, trias. Musim Semi di Suriah, 2013 hal. 33 http://www.nytimes.com/1994/01/22/world/assad-s-son-killed-in-an-auto-crash.html 17 http://www.biography.com/people/bashar-al-assad-20878575 16 18 beberapa perwira tua yang korup dan para perwira yang menurutnya akan menjadi sandungan baginya di masa depan18. Selama berkuasa, rezim assad melindungi kekuasaannya dengan mengembangkan jaringan pengaman politik yang sangat kuat. Rezim Assad mengintegrasikan militer ke dalam rezim, juga memperkuat kekuasannya dengan membangun jaringan yang loyal dan menempatkannya pada posisi-posisi penting. Pada akhirnya, militer, aparat dan para kaum elit begitu menyatu dan sangat sulit dipisahkan dari rezim Assad19. Dibawah Bashar Al Assad Suriah mengalami kemajuan ekonomi, yakni Suriah memasuki masa transisi dan transformasi dari system ekonomi sentralis menuju ekonomi pasar terbuka. Namun kemajuan ekonomi yang terjadi tidak menjamin kebalnya Suriah atas revolusi yang tengah berlangsung. Bashar Al Assad mentransfer perekonomian menjadi perekonomian rente yang dikuasai oleh orangorang yang berhubungan dengan rezim yang berkuasa. Hasilnya adalah tradisi korup yang merajalela dan melekat pada kalangan elit politik. Hal tersebut berakibat kepada kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh warga Suriah20. Untuk melihat kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat Suriah, dapat diukur dari beberapa faktor, yakni indeks pertumbuhan SDM, indeks kebebasan 18 Kuncahyono, trias. Musim Semi di Suriah, 2013 hal.55 Broning, Michael. The Sturdy House that Assad Built, 2011. https://www.foreignaffairs.com/articles/syria/2011-03-07/sturdy-house-assad-built 20 Kuncahyono, trias. 19 19 ekonomi, indeks bisnis, indeks ekonomi dunia dan indeks korupsi di Suriah21. Dalam indeks pertumbuhan SDM, dari hasil survey yang dilakukan UNDP terhadap 177 negara, Suriah mendapat peringkat ke 107. Ukuran tersebut mencakup 3 aspek dalam kehidupan manusia, yakni kehidupan yang sehat dan panjang, kehidupan yang berpendidikan, dan mempunyai standar kehidupan yang layak22. Pada indeks ekonomi, Suriah juga mendapat nilai yang sangat buruk. Dalam Annual index of economic freedom yang dibuat oleh The wall Street Journal dan Heritage Foundation pada tahun 2007, Suriah mendapat peringkat sebagai negara yang mengalami represi. Laporan tersebut dibagi kepada 4 kategori, bebas (80-100), hampir bebas (70-79.9), hampir tidak bebas (50-59.9) dan kategori represi (0.49.9). dan Suriah mendapat poin 48.2, yang berarti termasuk negara yang mengalami represi23. Dalam indeks bisnis yang dilakukan oleh The International Finance Corporation (IFC), Suriah mendapat ranking ke 130 dari 175 negara yang disurvey24. Hal itu menunjukkan lemahnya sektor bisnis di Suriah. Sedangkan dalam indeks ekonomi dunia yang dirilis oleh The World Economic Forum, Suriah termasuk ke dalam kategori ketiga, yakni kategori terburuk, dengan ranking 12 dari 13 negara yang disurvey. Suriah hanya setingkat diatas Mauritania, sebuah negara kecil di barat 21 Middle East Review of International Affairs, Vol. 11, No. 2 (June 2007) United Nations Development Program (UNDP), Human Development Report 2006,http://hdr.undp.org/hdr2006/statistics/countr ies/country_fact_sheets/cty_fs_SYR.html. 23 Heritage Foundation website, http://www.heritage.org/index/. 24 Doing Business, http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/syria 22 20 laut Afrika25. Dan dalam indeks korupsi yang dirilis oleh Transparancy International, Suriah termasuk kedalam kategori “korupsi merajalela”, yakni mendapat ranking 93 dari 163 negara lain26. 2.2 Konflik di Suriah Kesulitan ekonomi yang terjadi membuat frustasi masyarakat Suriah yang pada akhirnya melahirkan keinginan untuk melakukan perubahan. Tradisi korup yang melekat pada rezim berkuasa serta kuatnya kendali pemerintah semakin menekan masyarakat dengan gaya pemerintahan otoritarian. Frustasi masyarakat Suriah diawali pada tanggal 26 Januari 2011, yakni terjadi peristiwa pembakaran diri yang dilakukan oleh Hasan Ali Akleh yang terinspirasi oleh tindakan yang dilakukan Mohammed Bouazizi yang terjadi di Tunisia yang pada akhirnya melahirkan revolusi di Tunisia27. Tindakan ini melahirkan gerakan “Day of Rage” yang disebarluaskan melalui media social seperti facebook dan twitter. Namun gerakan day of rage belum mampu mengumpulkan cukup massa untuk menggelar aksi protes terhadap rezim Assad. Hal 25 World Economic Forum, A Global Competitiveness Report 2006-2007, September 26, 2006. Transparency International, Press Release, November 6, 2006. http://www.transparency.org/research/cpi/cpi_2006 27 Pembakaran yang dilakukan oleh Mohammed Bouazizi terjadi setelah barang dagangannya disita polisi Tunisia di kota Sidi Bouzid pada 17 Desember 2010. Peristiwa ini menyulut kemarahan masyarakat Tunisia yang telah merasakan kesulitan ekonomi dan sulitnya lapangan kerja. Yang pada akhirnya melahirkan gerakan revolusi di Tunisia. Alan W. Dowd, Bouazizi’s revolution, February 2012. 26 21 ini merupakan indikasi bahwa oposisi masih terlalu lemah untuk menentang kekuasaan Bashar Al Assad28 Kejadian berikutnya terjadi di kota Deraa, sebuah kota kecil dekat perbatasan Yordania pada tanggal 6 Maret 2011. Semangat perlawanan di kota kecil itu dimulai oleh anak-anak berumur 10-15 tahun yang membuat graffiti di dinding sekolah yang bertuliskan : As-Shaab |Yoreed |Eskaat |El Nizam (Rakyat ingin menyingkirkan rezim). Setelah menulis graffiti tersebut ke-15 anak yang dianggap bertanggung jawab atas coretan itu ditangkap dan ditahan29. Anak-anak tersebut tidak hanya ditangkap dan ditahan, namun mereka juga disiksa. Hal inilah yang meledakkan kemarahan keluarga anak-anak tersebut, kemarahan tersebut juga dirasakan oleh keluarga besar mereka dan bahkan suku mereka. Akumulasi dari kemarahan tersebut kemudia menjadi kumpulan kemarahan yang terjadi dimana-mana. Tidak hanya di Deera, namun juga menyebar ke seluruh Suriah. Sebuah kemarahan yang terjadi karena tindakan aparat yang semena-mena, yang menjadi gambaran bagaimana selama ini mereka (rezim berkuasa) 28 ‘Day of Rage’ for Syrian fails to draw protesters, The New York Times, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/02/05/world/middleeast/05syria.html?_r=0, diakses pada 19 Mei 2015 pada 13.21. 29 Hugh Macleod, Inside Deraa, Aljazeera, diakses dari http://www.aljazeera.com/indepth/features/2011/04/201141918352728300.html, diakses pada 19 Mei 2015 pukul 14.02. 22 membelenggu kebebasan rakyat dengan menggunakan kekuatan kepolisian dan militer30 Sejak penahanan 15 anak tersebut, demonstrasi terus terjadi. Pada tanggal 18 maret 2011, terjadi lagi demonstrasi di Deera. Demonstrasi tersebut menuntut agar korupsi diakhiri dan pembebebasan anak-anak yang ditahan tersebut, serta mereka menuntut untuk mendapatkan kebebasan politik yang lebih besar. Namun jawaban akan tuntutan tersebut adalah tembakan oleh aparat keamanan, tiga orang tewas dari pihak demonstran. Kejadian tersebut semakin membakar amarah masyarakat Suriah, dua hari kemudian massa kembali turun ke jalan untuk melakukan aksi, mereka bergerak menuju kantor partai paling berkuasa di Suriah, partai Ba’th, dan mereka membakarnya31. Bashar Al Assad sudah berusaha mengambil hati rakyatnya dengan mengeluarkan dekrit pemotongan pajak dan menaikkan gaji pegawai pemerintah pada tanggal 24 Maret 2011, namun kebijakan tersebut dijawab penolakan oleh rakyat. Hari berikutnya, puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengikuti proses pemakaman para korban penembakan di Deera. Dalam perjalanan ke makam mereka meneriakkan perlawanan: “Kami tidak menginginkan rotimu, kami inginkan 30 Efe Bulduk, A Critical View on the Syrian Civil War, Academia.edu, Spring 2013-2014, h. 7. 31 Joseph Holliday, The Struggle for Syria in 2011 dalam Middle East Security Report, Desember 2011, h. 14. 23 martabat”. Aparat berusaha membubarkan aksi mereka dengan melepaskan tembakan, dan hasilnya 15 orang tewas tertembak32. 2.3 Terbentuknya Pasukan Oposisi Gambar 2.1 Peta Tentara Oposisi Sumber : www.americanprogress.com 32 Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, h. 131. 24 Dengan kondisi Suriah yang sangat kacau, yang banyak membuat rakyat sipil menjadi korban. Maka lahirlah gerakan perlawanan terhadap pasukan rezim berkuasa. Berikut tentara oposisi yang terdapat di Suriah : 2.3.1 The Supreme Joint Military Command ( SMC) Supreme Joint Military Command atau SMC merupakan sebuah organisasi yang dibuat secara resmi sebagai badan pertahanan yang menaungi koalisi tentara oposisi di Suriah. Para komando pasukan pemberontak dari seluruh suriah, yang berjumlah sekitar 260 secara keseluruhan ikut hadir dalam pembentukan SMC pada Desember 201233. Tujuan Tujuan utama dari SMC adalah untuk menyatukan pasukan-pasukan pemberontak yang ada di Suriah dan menorganisir keseluruhan pasukan ke dalam satu rantai komando. Komposisi SMC terdiri dari para pemimpin tentara-temtara pasukan oposisi di Suriah, mereka adalah utusan dari masing-masing pasukan, seperti Free Syrian Army, Syrian Liberation Front, Syrian Islamic Front, serta dari pasukan Brigade Independen. Dewan SMC adalah 30 orang yang dipilih untuk mewakili keseluruhan Suriah secara 33 Elizabeth O Bagy, The Free Syrian Army, Middle East Security Report, Maret 2013. 25 geografis. Yakni terbagi kepada 5 bagian : timur, barat/tengah, utara, selatan, dan bagian kota Homs34. Dana SMC menerima bantuan finansial, material, dan bantuan senjata dari negara barat dan beberapa negara Arab. Donatur utama SMC adalah AS, Inggris, Perancis, Jerman, Itali, Turki, Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab35 2.3.2 Free Syrian Army (FSA) Free Syrian Army (FSA) adalah kelompok tentara oposisi yang paling besar yang ada di Suriah. FSA terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang bergabung menjadi satu. Kepemimpinan FSA seluruhnya dipegang oleh komando SMC, FSA sering disebut sebagai ikon tentara perlawanan yang dapat mewakili keseluruhan tentara oposisi karena jumlahnya yang banyak, namun sebenarnya FSA hanyalah bagian kecil dari tentara perlawanan rezim Assad36. Komposisi FSA terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang berada di seluruh penjuru Suriah yang bergerak dalam skala lokal secara massiv. Mereka adalah pasukan yang memang bertugas untuk berperang dalam skala kecil, yakni untuk berjuang 34 Ibid U.S Allies Agreed on Aid to Syria Opposition, diakses dari http://www.wsj.com/articles/SB10001424127887323551004578436750045050178, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 13.31. 36 O Bagy “The Free Syrian Army”. 35 26 mempertahankan tanah mereka. Diperkirakan terdapat sekitar 50.000 pejuang yang bergabunga di dalam FSA37. Dana FSA menerima dana yang sama dari yang didapatkan oleh SMC, atau lebih tepatnya FSA menerima dana bantuan melalui SMC. Meskipun juga mendapat bantuan dari donasi individu38. 2.3.3 The Syrian Liberation Front (SLF) The Syrian Liberation Front (SLF) juga dikenal dengan nama Syrian Islamic Liberation Front atau Jabhat al tahrir al souriya al islamiya, adalah sebuah kesatuan kelompok pemberontak yang terdiri dari sekitar 20 brigade pasukan pemberontak. Diperkirakan SLF memiliki 37.000 pejuang, yang menjadikannya pasukan kedua terbesar setelah FSA. Kepemimpinan SLF secara garis besar juga masih berhubungan dengan SMC, afiliasi SLF didorong untuk berideologi islam modern dan menempatkannya bersama para pasukan ekstrimis. Pasukan yang paling terkenal dari SLF adalah the Suquor al-Sham dan Farouq Batallions39. 37 David Ignatius, “Sorting Out the Rebel Forces in Syria”, diakses dari http://www.washingtonpost.com/opinions/david-ignatius-sorting-out-the-rebel-forces-insyria/2013/04/02/aaaa0110-9bd3-11e2-9a79-eb5280c81c63_story.html, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 14.21. 38 O Bagy “The Free Syrian Army” 39 Ibid 27 2.3.4 The Syrian Islamic Front (SIF) The Syrian Islamic Front juga dikenal sebagai Jabhat al Islamiya al Tahrir al Souriya, kelompok ini diperkirakan memiliki jumlah pasukan sebanyak 11 batalion yang tersebar di seluruh Suriah. Pasukan SIF yang paling dikenal adalah Ahrar al Sham, diperkirakan kelompok ini mempunyai 13.000 pejuang40. Para pejuang yang bergabung dalam SIF adalah para salafis konservatif, mereka adalah orang-orang yang lebih termotivasi dari aspek agama daripada pasukan FSA dan SLF. Kepemimpinan SIF tidak bergantung kepada SMC, namun tetap masih berhubungan dan bekerja sama dengan SMC. The Syrian Islamic Front didanai oleh orang-orang kaya yang berasal dari Saudi Arabia dan Kuwait41. 2.3.5 Jabhat Al Nusra Front Jabhat al Nusra adalah pasukan yang berafiliasi dengan Al Qaeda, pasukan ini diperkirakan mempunyak sekitar 6.000 pejuang, baik dari lokal ataupun pejuang asing. Al Nusra dilaporkan mendapat dana, senjata dan pelatihan dari Al Qaeda dan ISIS42. Beberapa anggota al Nusra adalah pejuang asing yang juga veteran perang 40 David Ignatius, “Sorting Out the Rebel Forces in Syria” Ibid 42 Iraqi Al Qaeda Wing mergers with syrian counterpart, diakses dari http://www.reuters.com/article/2013/04/09/us-syria-crisis-nusra-iraqidUSBRE93807R20130409?feedType=RSS&feedName=worldNews, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.12. 41 28 dari pemberontakan di Iraq. Al Nusra adalah kelompok yang bertanggung jawab terhadap beberapa pengeboman bunuh diri dan penyerangan terhadap rezim Assad43. 43 Ground War ; Syria rebels prepare to take province from assad, diakses dari http://world.time.com/2013/02/07/ground-war-syrias-rebels-prepare-to-take-a-province-fromassad/, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.21. 29 BAB 3 DUKUNGAN AMERIKA KEPADA TENTARA OPOSISI Bab ini menjelaskan hubungan AS dan Suriah, dari awal hubungan diplomasi AS, serta dinamika hubungan kedua negara tersebut. Juga menjelaskan respon AS terhadap konflik yang terjadi di Suriah dengan melakukan intervensi kepada tentara oposisi di Suriah. 3.1 Dinamika Hubungan AS - Suriah Hubungan diplomatis AS – Suriah dimulai sejak tahun 1946, yakni ketika Suriah menerima kemerdekaannya dari Perancis. AS mendirikan konsulat di Damaskus dengan menunjuk George Wadsworth sebagai duta besar. Hubungan AS dengan Suriah makin terlihat baik pada saat Perang Teluk tahun 1990-91, Suriah berkerja sama dengan AS sebagai anggota pasukan multinasional (Multinational Coalition of Force). Hubungan kedua negara terus meningkat, ditandai pada tahun 1991, presiden Hafez Al Assad menerima undangan presiden Bush untuk menghadiri Konferensi Madrid. Yakni sebuah konferensi yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet, konferensi ini bertujuan untuk membicarakan proses perdamaian Arab-Israel. Dihadiri oleh Israel dan Palestina, juga melibatkan negara-negara tetangga seperti Yordania, Libanon dan Suriah. 30 Pada masa presiden Bill Clinton, terdapat beberapa upaya untuk melibatkan Suriah dalam konferensi Perdamaian Timur Tengah. Juga melakukan pertemuan kepresidenan, salah satu pertemuan terakhir adalah bertemunya presiden Hafez Al Assad dengan Bill Clinton di Jenewa pada bukan Maret tahun 200044. Namun hubungan AS – Suriah bukan berjalan tanpa hambatan, pada tahun 2003, ketika AS menginvasi Irak. Suriah tidak mendukung AS dan justru berbalik menentang invasi AS ke Irak. Hal tersebut karena pemerintah Suriah gagal mencegah para pejuang asing yang menggunakan perbatasan Suriah untuk masuk ke Irak, juga Suriah menolak untuk mendeportasi para simpatisan bekas pemerintahan Saddam Husein yang mendukung pemberontakan Irak. Suriah juga memiliki keprihatinan yang tinggi melihat tingginya jumlah pengungsi Irak yang masuk ke negaranya. Pada Februari 2005, AS menarik Duta Besarnya, Margaret Scobey, dari Damaskus kembali ke Washington. Hal tersebut adalah akibat dari pembunuhan Perdana Menteri Libanon, Rafik Harriri. Sebelum pulang, Scobey menyampaikan keprihatinan dan kekecewaan yang mendalam atas tindakan terorisme tersebut kepada pemerintah Suriah45. 44 Brent Sadler, President Clinton Meets Assad hoping to gain momentum in Israeli-Syrain Peace Talks, CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/TRANSCRIPTS/0003/26/sm.06.html, diakses pada 17 Juni 2015 pukul 21.11. 45 U.S Ambassador to Syria Recalled Following Hariri Assasination, IIP Digital, diakses dari http://iipdigital.usembassy.gov/st/english/texttrans/2005/02/20050215171946cpataruk0.1498377.h tml#axzz3dRLPB4Fd, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 22.02. 31 Setelah penarikan duta besar AS dari Suriah, presiden Obama mencoba untuk kembali menyambung hubungan diplomatis dengan Suriah. Hal tersebut ditandai dengan kedatangan Eric Boswell selaku asisten menteri luar negeri untuk keamanan diplomatik dengan tujuan memeriksa keamanan di Suriah. Akhirnya Robert Ford ditunjuk sebagai duta besar AS pertama setelah pembunuhan Hariri untuk melaksakan misi diplomatis AS di Suriah46 Dinamika hubungan AS dan Suriah masih berlanjut, pada Juli 2011 kedutaan besar AS dan Perancis mendapat serangan dari para pejuang propemerintah. Hal ini membuat AS sangat marah dan menyatakan bahwa presiden Assad telah kehilangan legitimasi. Serangan tersebut merupakan reaksi dari pejuang pro-pemerintah yang marah terhadap kunjungan diplomat AS dan Perancis yang memberikan dukungan terhadap pasukan oposisi pada demonstrasi besar di daerah Hama. Penyerangan terhadap kedutaan tersebut mendapat reaksi keras dari kedua belah negara, Ford mengutuk keras tindakan anarkis demonstran pro-pemerintah tersebut dan meminta pemerintah untuk menghormati hak asasi manusia dalam menyelesaikan konflik47. 46 Elisse Labott, Obama to send U.S Ambassador Back to Syria, CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/2009/POLITICS/06/24/us.syria/index.html?iref=nextin, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 22.31. 47 Nada Bakri, Crowds in Syria attack U.S and French Embassies, Nytimes, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/07/12/world/middleeast/12syria.html?_r=0, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 23.12. 32 3.2 Respon AS Terhadap Konflik di Suriah Intervensi pada dasarnya merupakan hal yang dilarang dalam Hubungan Internasional, karena intervensi dianggap telah mencoreng kedaulatan sebuah bangsa dan tidak menghargai kemampuan pemerintahnya untuk menyelesaikan konflik domestik. Seperti yang terjadi di Suriah, veto yang dijatuhkan Rusia dan Cina terkait intervensi yang dilakukan oleh AS berasalan, karena hal tersebut justru hanya akan memperkeruh keadaan dan mempersulit Suriah untuk mencapai kebebasan48. Namun dengan dugaan keras PBB bahwa tentara Assad menggunakan senjata kimia dalam memerangi tentara oposisi, maka dapat dikategorikan tindakan tersebut sebagai pelanggaran berat hukum Internasional. Menurut Starke ada 3 tipologi dalam melihat sebuah intervensi terhadap sebuah negara : 1. Intervensi internal : yakni sebuah intervensi yang dilakukan sebuah negara dalam urusan dalam negeri negara lain. 2. Intervensi eksternal : yakni sebuah intervensi yang dilakukan sebuah negara terkait persoalan luar negeri negara lain. 48 Rusia dan Cina Veto Resolusi PBB soal Kekejaman Suriah, diakses dari http://www.voaindonesia.com/content/rusia-akan-veto-resolusi-dk-pbb-soal-suriah-/1920030.html, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 21.31. 33 3. Intervensi Punitive : yakni sebuah intervensi yang dilakukan sebuah negara terhadap negara lain sebagai balasan atas kerugian yang diderita negara tersebut49. Dengan pembagian intervensi tersebut, Starke ingin mengatakan bahwa praktek intervensi dalam hubungan internasional adalah tidak sepenuhnya merupakan tindakan ilegal, dilihat dari apa penyebab dan tujuan intervensi tersebut. Dalam kasus konflik Suriah, maka penggunaan senjata kimia yang digunakan oleh tentara oposisi merupakan sebuah pelanggaran berat hukum internasional yang dapat berdampak tidak hanya kepada tentara oposisi, namun juga kepada warga sipil (non combatant) baik yang berada di dalam negeri ataupun ke negara tetangga -karena penggunaaan senjata kimia mempunyai dampak yang sangat luas-. Maka dengan alasan tersebut, AS mencoba untuk membantu Suriah dengan memberikan bantuan-bantuan, baik bantuan diplomatis, bantuan kemanusiaan, sampai kepada bantuan berupa dukungan non-lethal weapon kepada tentara oposisi, hal tersebut bukan berarti AS mendukung tindak kekerasan sebagai upaya penyelesaian konflik. Namun lebih kepada tindakan pembelaan untuk tentara oposisi yang notabene-nya merupakan rakyat sipil yang sedang melawan militer yang mempunyai perlengkapan militer yang lengkap. AS juga mengadakan pelatihan militer sebagai modal tentara oposisi untuk melawan tentara Assad. 49 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, h. 136-137. 34 Berikut bantuan-bantuan yang diupayakan AS dalam membantu tentara oposisi untuk melawan rezim Assad ; 3.2.1 Bantuan Diplomatis Langkah diplomatis yang telah dilakukan Amerika adalah mengupayakan bantuan diplomatis berupa pengajuan Resolusi DK PBB terkait penggunaaan senjata biologis dalam konflik di Suriah. Menurut pengamatan PBB yang dilakukan oleh Organinastion for the Prohibition of Chemical Weapon (OPCW), bahwa penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh tentara Assad dikategorikan kepada penemuan yang “dapat dibuktikan”. Dan hal tersebut telah melanggar resolusi PBB 2118 tahun 201350. Dalam resolusi tersebut tertulis bahwa Suriah tidak diperbolehkan menggunakan, mengembangkan, memproduksi, atau bahkan mendapatkan atau mengumpulkan senjata kimia. Atau mengirim, secara langsung ataupun tidak langsung kepada aktor negara dan non negara51. Resolusi DK PBB ini dihadiri oleh ; Sergey Lavrov (Rusia), John Kerry (AS), William Hague (UK), Jean Asselborn (Luxembourg), Laurent Fabius (Perancis), Elmar Mamamadyarov (Azerbaijan), Yun Byung-se (Korsel), Wang Yi 50 Security Council Condemns use of chemical weapon in Syria, diakses dari http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=50266#.VYobWPmqqko, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 22.12. 51 Security Council report : Resolution 2118, diakses dari www.securitycouncilreport.org, diakses pada 21 Juni 2012, pukul 22.32. 35 (Cina), Fernando Carrera (Guatemala), Saad Edine El Othmani (Maroko), Hector Timerman (Argentina), dan Sartaj Aziz (Pakistan). Dan juga oleh perwakilan tetap Rwanda, Togo dan Australia52. Selain berfokus tentang penggunaan senjata kimia, resolusi tersebut juga menyerukan kepada pemerintah Suriah yang sedang menjabat dan tentara oposisi untuk menyatukan visi. Hal tersebut berkaitan dengan masa depan bangsa Suriah. Kemajuan dan masa depan Suriah harus dibicarakan oleh semua kalangan dalam proses dialog Nasional. Langkah dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan menelaah kembali tatanan konstitusional dan sistem hukum yang berlaku di Suriah, yang setelah itu baru akan didapat output berupa tatanan konstitusional yang baru yang diharapkan akan menganut sistem multi partai yang bebas dan adil, dan juga mengakomdasi aspirasi perempuan53. Langkah diplomatis lain yang diupayakan untuk membantu Suriah adalah dengan melakukan pertemuan “Action Group for Syira Final Communique” di Jenewa. Konferensi tersebut bertujuan untuk memediasi perdamaian di Suriah, dihadiri oleh pada anggota “london 11” -sebutan bagi negara yang mendukung perdamaian di Suriah-. Kelompok ini secara keras menolak penggunaan kekerasan yang dilakukan rezim Assad sebagai cara untuk menyelesaikan konflik dengan 52 Security Council Requires Scheduled Destruction of Syria’s Chemical Weapons, Unanimously Adopting Resolution 2118, diakses dari http://www.un.org/press/en/2013/sc11135.doc.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.21. 53 Security Council report : Resolution 2118, diakses dari www.securitycouncilreport.org, diakses pada 21 Juni 2012, pukul 22.32. 36 rakyatnya, yang pada akhirnya hanya akan menambah korban jiwa, perusakan dan teror terhadap sipil, yang justru hanya akan memperkeruh keadaan dan koflik yang terjadi. Kelompok ini berkomitmen untuk membantu Suriah dalam mencapai kebebasan, kedaulatan dan kesatuan bangsanya. Mereka bersungguh-sungguh untuk membantu Suriah dalam mengakhiri konflik yang terjadi. Serta membimbing Suriah dalam proses politik, terkait penggunaan legitimasi rakyat Suriah dalam menentukan masa depan negara mereka54. 3.2.2 Bantuan Kemanusiaan Amerika dan komunitas internasional berusaha membantu Suriah dalam melewati krisis politik di negaranya. Sampai 31 Maret 2015, tercatat AS telah mengeluarkan bantuan dana sekitar $3,7M untuk membantu para korban konflik Suriah, dana tersebut digunakan untuk membantu para korban sipil yang ada di dalam Suriah, serta untuk membantu para pengungsi yang mencari suaka keluar Suriah. Tabel 3.1 Anggaran AS dalam membantu Suriah Sumber : www.usaid.gov 54 Geneva Communique, diakses dari www.un.org, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 11.21. 37 Amerika menyediakan bantuan medis untuk korban luka, tempat tinggal, makanan, air bersih, pendidikan, juga pelatihan untuk mencegah kekerasan gender untuk mereka yang menjadi korban konflik, baik yang di dalam negeri, ataupun yang sudah mengungsi keluar. Bantuan AS sejalan dengan bantuan UNHCR, the World Food Program (WFP), United Nation Children Fund (UNICEF), United Nations Relief and Works agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), dan organisasi lainnya55. European Commission Humatarian Aid and Civil Protection menyatakan bahwa krisis yang terjadi di Suriah adalah krisis kemanusiaan terbesar yang terjadi pasca Perang Dunia II. Bantuan kemanusiaan tidak henti dibutuhkan, penduduk terus mengungsi demi mencari suaka, dan generasi muda dipaksa untuk terlibat kedalam aksi kekerasan dan perang, yang secara otomatis merenggut hak dasar anak untuk mendapatkan pelajaran dan perlindungan56. Masih berdasarkan data dari European Commission Humatarian Aid and Civil Protection pertanggal 07 April 2015, menyatakan bahwa angka populasi yang masih membutuhkan bantuan dan mereka masih berada di dalam Suriah diperkirakan sekitar 12.2 juta jiwa. sedangkan warga yang masuk kedalam zona merah (besieged area) adalah 4.8 juta jiwa. Lalu jumlah pengungsi di dalam negeri adalah sekitar 7.6 juta jiwa, dan pengungsi yang sudah terdaftar ataupun masih menunggu pendaftaran 55 The Syrian Crysis : U.S. assistant and support for the transision, diakses dari http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.21. 56 Echo Factcheet : Syria Crysis, diakses dari http://ec.europa.eu/echo/, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 23.11. 38 adalah sekitar 3,961,704 jiwa57. Menurut data UNHCR58, para pengungsi Suriah yang mengungsi ke negara tetangga adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Data Pengungsi Suriah Libanon 1,191,451 Turki 1,738,448 Yordania 627,295 Irak 246,836 Mesir & Afsel 157,674 Sumber : UNHCR Dengan jumlah korban perang (war casualties) yang sangat besar tersebut, Suriah menjadi fokus pembicaraan Internasional yang membuat banyak negara termasuk Amerika Serikat, mencoba untuk membantu Suriah dalam menyelesaikan konfliknya dan mencapai kebebasannya untuk keluar dari rezim Assad. 3.3.3 Bantuan Kepada Badan Transisi Amerika Serikat bekerja sama dengan komunitas internasional dalam mengumpulkan bantuan untuk mendukung oposisi di Suriah, dana yang berhasil terkumpul sekitar $260 juta yang digunakan untuk membantu oposisi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyediakan layanan inti, dan membantu transisi 57 58 Ibid. http://data.unhcr.org/syrianrefugees 39 Suriah menjadi negara Demokratis. Sumbangan tersebut sudah termasuk $15 juta yang ditujukan kepada Syria Recovery Trust-fund. Yang ditujukan untuk pemulihan dan rekonstruksi Suriah pasca konflik59. Bantuan tersebut juga menyediakan peralatan penting yang dapat mendukung aksi tentara oposisi dalam melindungi warga Suriah, seperti generator, ambulans, derek, truk, pemadam kebakaran dan unit cadangan air. AS juga bekerjasama dengan Grassroot Organization yang dipersiapkan untuk menjadi pondasi pemerintahan demokratis untuk menyediakan kebutuhan dasar, seperti listrik, sanitasi, air, dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat60. 59 The Syrian Crysis : U.S Assistance and Support for Transition, diakses dari http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 23.11. 60 Ibid. 40 BAB 4 KEPENTINGAN AS DALAM MEMBANTU KONFLIK DI SURIAH Bantuan AS ke Suriah merupakan bentuk kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan konsep tersebut penulis mencoba membahas kepentingan AS di Suriah yang membuat AS melakukan intervensi terhadap konflik yang terjadi di Suriah. 4.1 Demokratisasi dan War on Terrorisme Selama masa perang dingin, dunia dikuasai oleh dua kekuatan superpower, yakni AS dan Uni Soviet. Namun setelah kekalahan Uni Soviet, AS menjadi kekuatan unipolar di dunia. Bahkan hingga saat ini, belum ada negara yang bisa menyaingi kekuatan AS. Namun kejayaan AS terganggu setelah kejadian runtuhnya gedung World Trade Center pada 11 September 2001. Kemanan AS yang dipandang paling kuat ternyata berhasil ditembus oleh 2 pesawat yang ditabrakkan ke gedung WTC. Kejadian itu disebut sebagai ulah tentara jihadis islam, yang otomatis AS mengubah sudut pandangnya kepada Islam. Semenjak kejadian 9/11, AS mengeluarkan kebijakan War on Terrorism yang bertujuan untuk memerangi terrisme, namun yang sangat disayangkan adalah image negatif yang disematkan kepada Islam. Dengan kekuatan medianya, AS merubah 41 pandangan dunia terhadap Islam, bahwa Islam adalah negara kekerasan. Sehingga membuat Islam menjadi musuh dunia. Serangan AS terus berlanjut, tidak hanya lewat media, AS juga menerjunkan tentaranya ke wilayah Afganistan, dengan tujuan mencari Osamah bin Laden yang diduga menjadi otak dibalik peristiwa 9/11. Pada malam hari setelah kejadian 9/11, presiden Bush memberikan pidato kepada publik ; “ America and our friends and allies join with all those who want peace and security in the world and we stand together to win the war against terrorism, Tonight I ask for your prayers for all those who grieve, for the children whose worlds have been shattered, for all whose sense of safety and security has been threatened. And I pray they will be comforted by a power greater than any of us spoken through the ages in Psalm 23: "Even though I walk through the valley of the shadow of death, I fear no evil, for You are with me. This is a day when all Americans from every walk of life unite in our resolve for justice and peace. America has stood down enemies before, and we will do so this time.61” Dengan pidato tersebut, Bush menyatakan bahwa AS melakukan perlawanan terhadap tindak terorisme. Dan AS akan bergabung dengan aliansinya dalam menciptakan kedamaian dunia dengan memerangi terorisme demi menciptakan . Namun dengan kejadian runtuhnya WTC tersebut, AS tidak hanya melakukan perang terhadap terorisme, tapi juga untuk mempromosikan demokrasi kepada negara 61 Text of Bush Adresses, http://edition.cnn.com/2001/US/09/11/bush.speech.text/ 42 di kawasan timur tengah, bertujuan untuk menciptakan perdamaian, dengan asumsi utama bahwa tidak ada peperangan antara negara-negara demokratis. “As an ongoing response to the terrorist attacks of September 11, 2001, and a justification for the U.S. invasion of Iraq, the Bush Administration has made the promotion of democracy in the Middle East a national security priority, stating that greater political freedom can undercut the forces of Islamic radicalism and indoctrination.”62 “Since the September 11, 2001, terrorist attacks, the United States has significantly increased funding for democracy promotion in the Arab world. Measuring its effectiveness is difficult since democracy cannot be quantified or measured like traditional U.S.foreign assistance for tangible projects, such as road construction, water resource development, and school improvement. Further, proponents of current policy say that the United States continues to spend far more resources on military assistance to the region than on reform.”63 Pernyataan diatas mengatakan bahwa AS tidak hanya memerangi terorisme di timur tengah, namun juga untuk mempromosikan demokrasi kepada negara-negara di timur tengah. Bahkan AS akan meningkatkan anggaran biaya demi terciptanya demokrasi di timur tengah. Hal tersebut dilakukan untuk meredam gerakan-gerakan radikal yang bisa mengarah kepada tindak terorisme yang banyak terjadi di negara arab. 62 63 CRS Report for Congress ; U.S Democracy Promotion Policy in Middle East : The Islamist Dilemma. Ibid 43 4.2 Kepentingan Ekonomi Sebagai negara adidaya, AS membutuhkan banyak sumber daya demi mencukupi kehidupan di negaranya meskipun AS juga merupakan negara dengan tingkat produksi minyak yang tinggi, terlebih lagi AS merupakan negara dengan aktifitas industri yang sangat tinggi. Hal tersebut mengharuskan AS untuk terus mencari sumber daya tambahan untuk menghidupi kebutuhannya. Berikut tabel negara-negara dengan produksi minyak terbesar di dunia pada tahun 2012 menurut U.S Energy Information Administration : Tabel 4.1 15 Negara Produsen Minyak Terbesar pada 2012 1 Arab Saudi 11.726.000 2 Amerika Serikat 11.110.000 3 Rusia 10.397.000 4 Cina 4.732.000 5 Canada 3.856.000 6 Iran 3.589.000 7 Uni Emirat Arab 3.213.000 8 Irak 2.987.000 9 Meksiko 2.936.000 10 Kuwait 2.797.000 44 11 Brazil 2.652.000 12 Nigeria 2.524.000 13 Venezuela 2.489.000 14 Qatar 2.033.000 15 Norwegia 1.902.000 Sumber : U.S Energy Information Administration, 2012 Berdasarkan tabel diatas AS adalah negara dengan produksi minyak tertinggi di dunia dengan mencapai angka 11.110.000 barel minyak perhari, kedua setelah Arab Saudi dengan produksi 11.726.000 barel minyak perhari. Namun keadaan tersebut tidak membuat AS berada di posisi aman, karena kebutuhan AS terhadap minyak juga sangat tinggi. Berikut tabel kebutuhan minyak yang dibutuhkan AS berdasarkan data 15 negara konsumen minyak tertinggi di dunia pada 2012 ; Tabel 4.2 15 Negara Konsumen Minyak Terbesar Pada 2012 1 Amerika Serikat 18.490.000 2 Cina 10.277.000 3 Jepang 4.726.000 4 India 3.622.000 5 Rusia 3.195.000 6 Arab Saudi 2.861.000 7 Brazil 2.807.000 45 8 Jerman 2.388.000 9 Korea Selatan 2.301.000 10 Kanada 2.281.000 11 Meksiko 2.144.000 12 Perancis 1.740.000 13 Iran 1.709.000 14 Indonesia 1.590.000 15 Inggris 1.503.000 Sumber : U.S Energy Information Administration, 2012 Tabel diatas menunjukkan bahwa AS adalah negara dengan kebutuhan minyak yang paling tinggi di dunia, AS membutuhkan 18.490.000 barel minyak perhari. Dibanding jumlah produksi minyak AS yang berjumlah 11.110.000 barel perhari, maka AS kekurangan setidaknya 7.380.000 barel minyak perhari untuk menopang kebutuhan di negaranya. Dengan keadaan tersebut, AS diharuskan mencari sumber daya baru demi mencukupi kebutuhannya akan minyak bumi. Berikut tabel jumlah impor minyak Amerika dari tahun 2010 sampai 2015 menurut U.S Energy Information Administration64 64 Petroleum and other liquids, diakses dari http://www.eia.gov/dnav/pet/hist/LeafHandler.ashx?n=PET&s=MTTIMUS1&f=M, diakses pada 22 Juni 2015, pukul 11.11. 46 Tabel 4.3 Jumlah Impor Minyak Mentah AS 2010-2015 Sumber : U.S Imports of Crude Oil and Petroleum Products Tabel diatas menunjukkan bahwa AS merupakan negara dengan kuota impor minyak yang sangat besar. Dengan kebutuhan minyak yang sangat besar itulah maka kebijakan AS sangat berorientasi kepada negara-negara di timur tengah dengan tujuan sumber daya alam. Intervensi AS ke Suriah bukan untuk menguasai minyak dari Suriah, karena Suriah bukanlah negara dengan cadangan dan produksi minyak yang besar. dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, Suriah hanyalah produsen kecil dalam memproduksi minyak. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini ; Tabel 4.4 Perbandingan Produksi Minyak Suriah dengan Produksi Minyak Negara Tetangga 1 Arab Saudi 11.726.000 2 Iran 3.589.000 3 Uni Emirat Arab 3.213.000 47 4 Irak 2.987.000 5 Kuwait 2.797.000 6 Suriah 180.000 Sumber : U.S Energy Information Administration, 2012 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi minyak yang dihasilkan Suriah hanyalah 180.000 barel perhari, sangatlah kecil jika dibandingkan dengan produksi negara-negara tetangganya yang mencapai jutaan barel perhari. Namun dengan letak geografis Suriah yang sangat berdekatan dengan negaranegara produsen minyak tersebut, maka Suriah menjadi salah satu poin penting dalam arah kebijakan AS. Seperti yang dikatakan oleh Julian Jessop ; ” Syria is not a major oil producer, nor is it a major transit point for oil and gas exports, Instead the concern is the risk that Western intervention in Syria could prompt a wider regional conflict, given the support that Iran has provided to the regime “65 Bahwa Suriah bukanlah bukanlah negara dengan produksi minyak yang besar, juga bukan tempat yang strategis untuk transit ekspor gas dan minyak. Namun dengan kondisi Suriah yang tidak stabil akan menjadi ancaman terhadap daerah sekitarnya, yang ditakutkan adalah eskalasi konflik di Suriah yang bisa merembet ke negara-negara tetangganya, terlebih lagi melihat dukungan Iran kepada rezim berkuasa. 65 Why Syria small producer syria matter to oil markets, http://www.reuters.com/article/2013/08/27/us-syria-oil-factbox-idUSBRE97Q0JW20130827 48 Berdasarkan fakta diatas, maka intervensi yang dilakukan AS adalah untuk mencapai kepentingan nasionalnya, kepentingan nasional menurut Daniel S. Papp bisa bersifat objektif ataupun subjektif, yakni tidak hanya berorientasi kepada materi, namun juga bisa berorientasi kepada hal non-material, seperti value. Dalam kasus ini value yang ingin dicapai AS adalah untuk menyebarkan ideologi demokrasi di wilayah timur tengah. Selain tujuan non-materil, AS juga mempunyai kepentingan ekonomi yang berkaitan dengan mengamankan konflik Suriah agar tidak meluas ke negara produsen minyak yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi AS yang berkaitan dengan impor minyak bumi. Demikian adalah kepentingan nasional AS yang bertujuan untuk mencapai keamanan dan kesejahteraan demi rakyat AS itu sendiri. Dengan kepentingan nasional AS tersebut, maka butuh dilakukan tindakan riil yang dalam kasus ini AS membantu tentara oposisi dalam menggulingkan rezim Assad. Menurut Joseph S. Nye intervensi merupakan tindakan yang dilarang dalam hubungan internasional, karena dapat merusak kedaulatan negara yang diintervensi. Namun terdapat beberapa kondisi dimana intervensi merupakan hal yang dimungkinkan untuk dilakukan. Dalam kasus rezim Assad melawan tentara oposisi, maka intervensi yang dilakukan AS adalah bertujuan untuk membantu oposisi dalam menyelesaikan konflik dengan rezim berkuasa. Hal tersebut dirasa perlu dilakukan untuk melindungi 49 warga sipil dari perang yang semakin meluas, yakni untuk meminimalisisir korban perang yang kebanyakan berasal dari warga sipil. Kerugian perang yang dihasilkan dari konflik tersebut juga merugikan negara tetangga, yakni dengan banyaknya korban yang harus mengungsi ke negara lain. Dengan alasan tersebut maka AS merasa perlu melakukan intervensi terhadap konflik yang terjadi di Suriah. Menurut Starke, terdapat 3 tipologi dalam melihat intervensi yang dilakukan sebuah negara terhadap negara lain. Yakni intervensi internal, eksternal dan purnitive. Dalam kasus ini, intervensi yang dilakukan AS dapat dikategorikan kepada intervensi internal, yakni sebuah intervensi yang dilakukan terhadap urusan internal negara lain. Intervensi yang dilakukan AS adalah upaya membantu tentara oposisi dalam menggulingkan rezim Assad, yang sejatinya merupakan urusan internal negara Suriah. 50 BAB 5 KESIMPULAN Konflik yang terjadi di Suriah adalah dampak dari peristiwa arab spring yang sudah lebih dulu terjadi di Tunisia, lalu merambat ke Mesir, Libya, Bahrain dan akhirnya sampai ke Suriah. Revolusi yang terjadi di tanah Arab ini mempunyai tujuan yang sama, yakni menumbangkan rezim otoriter yang korup. Suriah sudah lama dipimpin oleh rezim otoriter, Hafez al Assad telah memimpin Suriah selama 30 tahun. Setelah Hafez al Assad meninggal, ia digantikan oleh putranya, Basshar al Assad yang tidak hanya mewarisi kekuasaan ayahnya, namun juga mewarisi sikap otoriter dari ayahnya. Pecahnya konflik di Suriah tersulut oleh peristiwa pembakaran diri oleh Hasan Ali Akleh yang terisnpirasi oleh tindakan serupa yang dilakukan oleh Mohammed Bouazizi yang berhasil melahirkan revolusi di Tunisia. Kemudian aksi tersebut disambung oleh 15 anak yang membuat grafitti bertuliskan kecaman kepada pemerintah, yang berakhir dengan pengangkapan ke-15 anak tersebut. Demonstrasi yang dilakukan oleh warga Suriah bertujuan untuk menuntut presiden Basshar Al Assad agar turun dari kepemimpinannya. Namun tuntutan tersebut dibalas dengan tembakan oleh tentara Assad yang akhirnya melahirkan konflik bersenjata sampai sekarang. 51 PBB menemukan bukti kuat penggunaan senjata kimia oleh pasukan Assad, hal tersebut merupakan pelanggaran berat HAM. Karena efek dari senjata kimia tersebut bukan hanya melukai para pejuang yang bertikai, namun juga dapat melukai warga sipil dan bahkan negara tetangganya. Dengan isu senjata kimia tersebut, AS mengajukan resolusi DK PBB nomor 2118 yang berbunyi kecaman kepada tindakan Basshar Al Assad untuk tidak menggunakaan, memproduksi, menyimpan, atau memperjual belikan senjata kimia kepada negara atau non negara. Namun rasolusi tersebut digagalkan oleh veto Rusia dan Cina yang beraggapan bahwa intervensi hanya akan memperburuk keadaan dan menghambat proses perdamaian di Suriah. Meskipun resolusi tersebut tidak berhasil, namun AS tidak putus asa. AS memberikan bantuan-bantuan lain seperti bantuan kemanusiaan dan bantuan sarana inti publik untuk merawat korban-korban perang dan memberikan bantuan non lethal weapon kepada tentara oposisi, juga mengadakan pelatihan untuk tentara oposisi agar bisa berjuang melawan tentara Assad demi mencapai kebebasan di Suriah. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui motivasi AS dibalik bantuannya kepada tentara oposisi dalam konflik melawan presiden Basshar Al Assad. Setidaknya penulis menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh AS terkait bantuannya kepada tentara oposisi dalam menggulingkan rezim Assad. 52 Motif ekonomi merupakan tujuan inti dari bantuan AS, Suriah merupakan kawasan yang kaya akan potensi sumber daya alamnya, seperti minyak dan gas alam. Terlebih lagi Suriah merupakan satu-satunya negara di laut mediterania yang memproduksi gas dan minyak. Kawasan Timur Tengah yang rawn konflik juga menjadi alasan AS untuk ikut campur di dalamnya. Karena bertpotensi untuk menguntungkan AS sebagai produsen senjata terbesar di dunia. Motif lainnya adalah lokasi Suriah yang berada di kawasan Timur Tengah yang dapat menjembatani AS dalam melakukan manuver politiknya. Yakni AS dapat memanfaatkan konflik di Suriah sebagai gerbang untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah. 53 DAFTAR PUSTAKA “Clinton : Syria’s Assad has lost legitimacy to rule”, Nbcnews, diakses dari http://www.nbcnews.com/id/43711672/ns/world_newsmideast_n_africa/t/clinton-syrias-assad-has-lost-legitimacyrule/#.VWRiE0-qqko , diakses pada 21 Maret 2015 pukul 12.11. Brent Sadler, President Clinton Meets Assad hoping to gain momentum in IsraeliSyrain Peace Talks, CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/TRANSCRIPTS/0003/26/sm.06.html, diakses pada 17 Juni 2015 pukul 21.11. Broning, Michael. The Sturdy House that Assad Built, 2011. https://www.foreignaffairs.com/articles/syria/2011-03-07/sturdy-houseassad-built David Ignatius, “Sorting Out the Rebel Forces in Syria”, diakses dari http://www.washingtonpost.com/opinions/david-ignatius-sorting-out-therebel-forces-in-syria/2013/04/02/aaaa0110-9bd3-11e2-9a79eb5280c81c63_story.html, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 14.21. Day of Rage’ for Syrian fails to draw protesters, The New York Times, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/02/05/world/middleeast/05syria.html?_r=0 , diakses pada 19 Mei 2015 pada 13.21. Dina Y Sulaeman, Prahara Suriah, Depok, Pustaka Iimani, 2013. 54 Echo Factcheet : Syria Crysis, diakses dari http://ec.europa.eu/echo/, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 23.11. Efe Bulduk, A Critical View on the Syrian Civil War, Academia.edu, Spring 20132014, h. 7. Elisse Labott, Obama to send U.S Ambassador Back to Syria, CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/2009/POLITICS/06/24/us.syria/index.html?iref=ne xtin, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 22.31. Elizabeth O Bagy, The Free Syrian Army, Middle East Security Report, Maret 2013. Geneva Communique, diakses dari www.un.org, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 11.21. Ground War ; Syria rebels prepare to take province from assad, diakses dari http://world.time.com/2013/02/07/ground-war-syrias-rebels-prepare-totake-a-province-from-assad/, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.21. http://data.unhcr.org/syrianrefugees http://www.biography.com/people/bashar-al-assad-20878575 http://www.nytimes.com/1994/01/22/world/assad-s-son-killed-in-an-auto-crash.html Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 31. Hugh Macleod, Inside Deraa, Aljazeera, diakses dari http://www.aljazeera.com/indepth/features/2011/04/20114191835272830 0.html, diakses pada 19 Mei 2015 pukul 14.02. 55 Iraqi Al Qaeda Wing mergers with syrian counterpart, diakses dari http://www.reuters.com/article/2013/04/09/us-syria-crisis-nusra-iraqidUSBRE93807R20130409?feedType=RSS&feedName=worldNews, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 15.12. J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 1988, h. 136137. James N Rosenau, The Study of Worlds Politic (Vol. 1 Theoretecal and Methodological Challenges, London, Outledge, 2006, h.46. Joe Sterling, “Daraa : The Spark that lit the Syrian Flame”, CNN, diakses dari http://edition.cnn.com/2012/03/01/world/meast/syria-crisis-beginnings/, pada 21 Maret 2015 pukul 10.31. Joseph Holliday, The Struggle for Syria in 2011 dalam Middle East Security Report, Desember 2011, h. 14. Joseph S. Nye Jr, Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History 2nd Edition, United States, Longman, 1997, h. 140. K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis (6th ed), New Jersey, Prentice Hall, h.83. Largest Military Exporters, diakses dari www.huffingtonpost.com, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.33. Nada Bakri, Crowds in Syria attack U.S and French Embassies, Nytimes, diakses dari 56 http://www.nytimes.com/2011/07/12/world/middleeast/12syria.html?_r=0 , diakses pada 17 Juni 2015, pukul 23.12. OPEC share of world crude oil reserves, 2013. diakses dari http://www.opec.org/opec_web/en/data_graphs/330.htm, diakses pada 21 Juni 2015 , pukul 21.21. Papp, Daniel S,Contemporary International Relatio : A Framework for Understanding, Second Editions, New York, Mac Millan Publishing Company, 1988, h. 29. Patrick Seale, The new struggle for Syria, 2011 Petroleum and other liquids, diakses dari http://www.eia.gov/dnav/pet/hist/LeafHandler.ashx?n=PET&s=MTTIMU S1&f=M, diakses pada 22 Juni 2015, pukul 11.11. Rusia dan Cina Veto Resolusi PBB soal Kekejaman Suriah, diakses dari http://www.voaindonesia.com/content/rusia-akan-veto-resolusi-dk-pbbsoal-suriah-/1920030.html, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 21.31. Security Council Condemns use of chemical weapon in Syria, diakses dari http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=50266#.VYobWPmqqk o, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 22.12. Security Council report : Resolution 2118, diakses dari www.securitycouncilreport.org, diakses pada 21 Juni 2012, pukul 22.32. Security Council report : Resolution 2118, diakses dari www.securitycouncilreport.org, diakses pada 21 Juni 2012, pukul 22.32. 57 Security Council Requires Scheduled Destruction of Syria’s Chemical Weapons, Unanimously Adopting Resolution 2118, diakses dari http://www.un.org/press/en/2013/sc11135.doc.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.21. The Syrian Crysis : U.S Assistance and Support for Transition, diakses dari http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 23.11. The Syrian Crysis : U.S. assistant and support for the transision, diakses dari http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2014/03/223955.htm, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.21. The Top Arms Exporter in 2009-2013, diakses dari www.sipri.org, diakses pada 21 Juni 2015, pukul 21.43. Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, Jakarta, Kompas, 2012 U.S Allies Agreed on Aid to Syria Opposition, diakses dari http://www.wsj.com/articles/SB100014241278873235510045784367500 45050178, diakses pada 20 Juni 2015, pukul 13.31. U.S Ambassador to Syria Recalled Following Hariri Assasination, IIP Digital, diakses dari http://iipdigital.usembassy.gov/st/english/texttrans/2005/02/20050215171 946cpataruk0.1498377.html#axzz3dRLPB4Fd, diakses pada 17 Juni 2015, pukul 22.02.