EFEK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP PERAIRAN DAN DAGING IKAN KERAPU BEBEK (Chromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA DI KAWASAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG EFFECTS OF HEAVY METAL POLLUTION OF WATER AND FISH MEAT DUCK GROUPER (Chromileptes altivelis) OF CULTURE IN THE CITY PADANG BUNGUS SACKCLOTH BAY Eka Putra1, Elfrida2, Dahnil Aswad2, 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 2) Dosen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang e-mail : [email protected] ABSTRAK Perairan Teluk Buo Bungus Teluk Kabung potensial untuk budidaya Keramba Jaring Apung, akan tetapi di daerah ini ada beberapa sumber pencemaran logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pencemaran logam berat pada perairan dan daging ikan kerapu bebek. Penelitian dilakukan di 3 (tiga) Keramba Jaring Apung (KJA) yang ada di perairan Bungus yaitu KJA BBIP Teluk Buo, KJA masyarakat Teluk Pandan dan KJA Pulau Sironjong dengan analisa insitu dan eksitu. Adapun parameter uji yang diamati adalah parameter kualitas air dan kandungan logam berat Pb, Cd dan Hg pada perairan dan pada daging ikan Kerapu Bebek(Chromileptes altivelis) hasil budidaya dilakukan dalam dua kali pengambilan sampel. Dari hasil pengujian laboratorium diperoleh kandungan logam Pb dari perairan ketiga KJA berkisar antara 0,0056 s/d 0,0246 ppm, kandungan Cd 0,0052 s/d 0,0076 ppm dan kandungan logam Hg < 0,000062 ppm. Sementara kandungan logam Pb pada daging ikan kerapu berkisar antara 0,0064 s/d 0,025 ppm, kandungan logam Cd 0,0046 s/d 0,068 ppm dan kandungan logam Hg 0,0401 s/d 0,0657 ppm. Hasil ini masih dalam ambang batas yang dipersyaratkan untuk air budidaya dan ikan. Kata kunci : Teluk Buo, logam Pb, Cd, Hg, kerapu ABSTRACT Buo Gulf waters Bungus sackcloth Bay potential for cultivation Keramba cage, but in this area there are several sources of heavy metal pollution. This study aimed to determine the effects of heavy metal pollution on aquatic and grouper fish meat. The study was conducted in three (3) Keramba cage (KJA) in the waters of the Gulf BBIP Bungus that KJA Buo, KJA society Teluk Pandan and KJA Island Sironjong with in situ analysis and eksitu. The test parameters were observed water quality parameters and content of heavy metals Pb, Cd and Hg in water and the grouper fish meat duck (Chromileptes altivelis) the cultivation is done in double sampling. From the laboratory test results obtained Pb metal content of third KJA waters ranged from 0.0056 s / d 0.0246 ppm, the content of Cd 0.0052 s / d 0.0076 ppm and Hg metal content <0.000062 ppm. While the contents of Pb on grouper meat ranged from 0.0064 s / d 0,025 ppm, the metal content of Cd 0.0046 s / d 0.068 ppm and Hg content of 0.0401 s / d 0.0657 ppm. These results are still within the threshold required for water and fish farming. Keywords: Gulf Buo, Pb, Cd, Hg, grouper sehingga proses metabolisme tubuh terputus. PENDAHULUAN Pencemaran akibat kegiatan industri Logam berat dapat juga sebagai penyebab dapat menyebabkan kerugian besar karena alergi, karsinogen bagi manusia dan dalam umumnya buangan/limbah mengandung zat konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan beracun antara lain raksa (Hg), kadmium kematian (Putra dan Putra, 2005 dalam (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), Bustanul. A , 2012). yang sering digunakan dalam proses produksi Perairan Teluk Bungus di Kecamatan suatu industri baik sebagai bahan baku, Bungus Teluk Kabung merupakan zona katalisator ataupun bahan utama. Logam– perairan yang rentan akan pencemaran logam logam ini akan membentuk senyawa organik berat, hal ini menyebabkan kekhawatiran dan anorganik yang berperan dalam merusak karena kehidupan makhluk hidup yang ada di dalam pembesaran ikan kerapu di jaring apung di perairan. sekitar Teluk Kabung bisa menjadi tercemar. banyaknya usaha budidaya dan Logam berat masuk ke dalam tubuh Berdasarkan uraian tersebut, maka organisme laut sebagian besar melalui rantai perlu dilakukan penelitian tentang Analisis makanan fitoplankton merupakan awal dari pencemaran kandungan logam berat pada rantai makanan yang akan dimangsa oleh perairan dan dalam daging Ikan Kerapu zooplankton, zooplankton dimangsa oleh Bebek ikan-ikan kecil, ikan kecil dimangsa oleh merupakan ikan budidaya di Keramba Jaring ikan-ikan besar dan akhirnya ikan dikonsumsi Apung (KJA) masyarakat di perairan Teluk oleh manusia. Proses ini berlangsung secara Kabung Kecamatan Bungus Kota Padang, terus-menerus maka jumlah dari logam yang mengingat ikan Kerapu Bebek merupakan terkonsumsi komodi ekspor yang berpotensi dan sebagian juga semakin banyak dan (Chromileptes termasuk terakumulasi dalam tubuh manusia besar (Darmono, 2001 dalam Bustanul. A , 2012). bergantung Logam berat jika sudah terserap ke kehidupan pada altivelis) masyarakatnya sektor perikanan yang yang dan kelautan. dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan, bersifat toksik dan mengganggu kehidupan Tujuan Penelitian mikroorganisme. Pada manusia logam berat Mengetahui adanya efek pencemaran dapat menimbulkan efek kesehatan tergantung oleh kandungan logam berat Hg, Pb dan Cd pada bagian mana logam berat tersebut terikat di perairan dan dalam daging ikan Kerapu di alam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan Bebek bekerja sebagai penghalang kerja enzim, merupakan ikan budidaya nelayan KJA yang (Chromileptes altivelis) yang ada di kawasan perairan Teluk Buo Bungus logam berat pada sampel ikan dan air dibawa Teluk Kabung Kota Padang. ke Laboratorium. METODE PENELITIAN Prosedur Kerja Waktu dan tempat Sampel ikan Penelitian dilakukan di 3 (tiga) lokasi Sampel ikan diambil dari masing- Keramba Jaring Apung (KJA) budidaya ikan masing KJA dengan memilih ikan secara kerapu Bebek yang berada di kawasan acak pada salah satu keramba karena dalam perairan Bungus Kecamatan Bungus Teluk pemeliharaan ikan dalam sebuah unit KJA Kabung Kota Padang berlangsung dari bulan ikan tidak selalu menetap dalam satu lobang Juni sampai dengan November 2014. keramba, ikan selalu dipindah-pindahkan lobang keramba lain karena pergantian jaring Bahan dan Alat yang telah kotor dan harus dibersihkan. Ikan Bahan yang dipilih harus berusia rata-rata 8 bulan Sampel air laut yang diambil pada sampai dengan 1 tahun pemeliharaan dengan ketiga lokasi KJA ,sampel ikan KJA kerapu ukuran dan kondisi fisik yang sama. Ikan bebek yang telah berumur 8 bulan ditangkap dan dimasukkan ke dalam kantong Alat plastik packing berisi air dan diberi oksigen disk, kemudian sampel ikan di bawa ke Balai Refraktometer, Kertas pH, Diregen isi 5 liter Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu 3 bh, Plastik packing ikan, Tabung oksigen Hasil Perikanan (BLPPMHP) Dinas Kelautan kecil, Tangguk penangkap ikan, Kotak/Box dan Perikanan Prov. Sumbar untuk di uji ikan kandungan logam berat Hg, Pb dan Cd. Metode Penelitian Sampel air Thermometer air, Secci Metode penelitian adalah Metode Sampel air diambil dari masing- Observasi dengan pengambilan sampel air masing KJA dengan memilih lokasi secara dan ikan di keramba kawasan perairan acak pada salah satu keramba dan sampel Bungus pada 3 (tiga) lokasi KJA yang dibawa berbeda. kecerahan, Sementara untuk uji kualitas air pengambilan salinitas dan pH dilakukan insitu atau sampel dengan cara membenamkan diregen langsung dilokasi. Pengujian kimia untuk ke dalam air lebih kurang 60 cm hingga Pengukuran suhu, ke Laboratorium BLPPMHP. gelembung udara di dalam diregen habis dan kandungan logam berat (Pb, Cd, dan Hg) pada diregen penuh berisi air lalu ditutup dan sampel ikan dan air dilakukan di laboratorium memberi lakban isolasi plastik agar diregen BLPPMHP Dinas Kelautan dan Perikanan tertutup rapat Provinsi Sumatera Barat. lalu diregen dimasukan kedalam kantong plastik hitam kemudian sampel air segera dibawa ke laboratorium HASIL DAN PEMBAHASAN untuk dilakukan pengujian kimia kualitas air Kecamatan Bungus Teluk Kabung (DO, Nitrat, Nitrit, COD, BOD dan NH3) merupakan zona perairan yang rentan akan pengujian dilakukan di pencemaran logam berat. Aktifitas perikanan kesehatan masyarakat Dinas Laboratorium Kesehatan dan beberapa dermaga milik instansi lain banyak mendaratkan kapal besar disini dan Provinsi Sumatera Barat. terdapat beberapa tempat semuanya Aspek Kimia penyumbang pencemaran di perairan tersebut, dilokasi kimia pengambilan yang dilakukan sampel adalah menjadi yang Analisis Sampel Analisis berpotensi industri faktor antara lain: Aktifitas Perikanan di Pelabuhan Samudera pengujian pH air dengan menggunakan kertas Bungus pH. Aktifitas dermaga Polisi Air dan dermaga Aspek Fisika Navigasi Perhubungan Laut. Sedangkan analisis untuk fisika air Pelabuhan kapal angkutan dan penumpang yang dilakukan secara insitu langsung di ASDP lokasi Mentawai adalah pengukuran pengukuran kecerahan dan suhu air, pengukuran bagi keberangkatan Padang – Pelabuhan kapal Tangker Depot Logistik salinitas. Pertamina yang berkapasitas besar. Aspek Biologi Aktifitas wisata di Pantai Caroline Untuk analisis biologi yang dilakukan secara Aktifitas PLTU dan pelabuhan Teluk Sirih insitu dengan mengamati tumbuhan dan biota yang ada disekitar perairan KJA. Hasil Analisis Kualitas Air Hasil Eksitu analisis sampel air yang Untuk analisis kualitas air dilakukan dilakukan secara langsung pada ketiga KJA di laboratorium kesehatan masyarakat Dinas dan hasil pengujian laboratorium dapat dilihat Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dan uji pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Hasil analisa kualitas air pada ketiga KJA No Parameter Satuan A 1. 2. 3. 4. Kimia pH Fisika Suhu Salinitas Kecerahan B iologi Flora Fauna C ppt cm Standar Kepmen LH No.2/2004 8 8 7 6-9 29 30 300 28 30 250 27 31 450 28 – 32 30 – 32 > 10 -Bakau -ikan Selar, kembung -Bakau -Kepiting -Ikan layang, selar, tembang 0,068 0,3 Ppm 0,130 Ppm 1,44 0,35 1,08 0-1,5 Ppm 0,015 <0,006 <0,006 0,06 Ppm 2,72 1,22 2,08 20 COD Ppm 13,33 10,67 10,67 < 25 DO Ppm 6,89 6,00 7,00 >3 7. 8. 9. 6. 0 C -Bakau -Ikan Kembung, layang, tembang -kepiting -kerangan 0,137 Amonia (NH3-N) Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO2-N) BOD 5 5. - Lokasi B Silalahi. 2009). Nilai pH menyatakan nilai Ket : konsentrasi ion dalam hidrogen dalam suatu A = KJA UPTD BBIP Teluk Buo B = KJA Teluk Pandan C = KJA Pulau Sironjong larutan. Pengukuran pH pada ketiga KJA pH (derajat keasaman/kebasahan) Secara umum nilai dengan hasil pH rata-rata 7-8. Di KJA Teluk pH Buo dan Teluk Pandan hasilnya sama-sama 8 menggambarkan seberapa nilai keasaman atau sedangkan di KJA Pulau Sironjong dengan kebasahan suatu perairan. Perairan dengan pH 7. Posisi KJA Pulau Sironjong yang nilai pH sama dengan 7 adalah netral, pH < 7 terletak diantara Pulau Sumatera dan Pulau dikatakan kondisi perairan bersifat asam, Sironjong sedangkan kondisi tumbuhan lainnya pada kedua Pulau yang perairan bersifat basa (Effendi 2003 dalam jaraknya tidak jauh dari KJA hal ini memberi pH > 7 dikatakan banyak terdapat bakau dan pengaruh kepada pH diperairan sekitarnya baik untuk pertumbuhan fitoplanton dan baik sehingga untuk budidaya perikanan. perairan disana lebih asam dibandingkan parairan Teluk Buo dan Teluk Pandan. Hasil rata-rata pengukuran pH pada Salinitas Salinitas ketiga KJA berkisar antara 7 - 8 dimana pH tersebut baik untuk kegiatan budidaya. merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Garam-garaman utama Suhu Suhu adalah pengatur utama proses- yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat proses alami dalam perairan dan dapat (8%), menggambarkan aktifitas biologi dalam air. potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) Dimana aktifitas biologi dalam air dapat terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, menaikkan strontium dan florida. suhu air. Peningkatan suhu magnesium (4%), kalsium (1%), gas Dari hasil pengukuran salinitas KJA dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan lain- Teluk Buo dan KJA Teluk Pandan sama-sama lain. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan 30 ppt berbeda dengan Pulau Sironjong mengakibatkan penurunan fitoplanton di perairan kelarutan adalah 20 - 300C dengan 31 ppt. Tingginya salinitas dipengaruhi oleh pelapukan batuan di darat (Efendi ,2003 dalam Silalahi, 2009). Pengukuran suhu di ketiga lokasi dan gas-gas vulkanik didalam laut. Disekitar dilakukan pada sore hari dengan hasil suhu perairan KJA Pulau Sironjong yang diapit rata-rata berkisar antara 27-290C suhu Pulau oleh Pulau Sumatera dan Pulau Sironjong Sironjong lebih rendah dibandingkan suhu di yang kedua Pulau ini banyak mengandung Teluk Buo 290C dan Teluk Pandan 280C batu-batuan yang memungkinkan terjadinya karena proses pelapukan dan celah gas-gas vulkanik di Pulau Sironjong disamping lokasinya lebih terlindungi oleh pulau dari dari daratan pulau. sinar matahari, kandungan amonia cenderung lebih rendah yang menunjukkan sedikitnya aktifitas biologi dalam air. Hal ini Kecerahan Kecerahan adalah ukuran transparansi menunjukkan kualitas air Pulau Sironjong perairan atau sebagian cahaya yang lebih bagus dari air Teluk Pandan dan Teluk diteruskan. Kecerahan air tergantung pada Buo. Pada umumnya hasil pengukuran suhu warna dan kekeruhan yang sangat dipengaruhi di berkisar antara 27 -290C dimana suhu ini oleh cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi dan juga oleh kedalaman perairan. sekitar lokasi lebih variatif dengan jarak yang Penggukuran menggunakan secci disk dan lebih dekat. hasil yang didapatkan KJA Teluk Buo 300cm, KJA Teluk Pandan 250cm dan KJA Pulau Amonia Sironjong dengan kecerahan paling tinggi Amonia pada suatu perairan berasal yaitu 450cm hal ini disebabkan karena di dari urine dan feses yang dihasilkan oleh ikan. perairan Pulau Sironjong lebih jernih dan Kandungan amonia relatif kecil jika dalam dalam. Rendahnya kecerahan di KJA Teluk perairan kandungan oksigennya terlalu tinggi. Pandan disebabkan di kawasan itu banyaknya Sehingga amonia bertambah aktifitas seperti beberapa kapal bagan nelayan seiring dengan bertambahnya kedalaman sekitar yang menjadikan area ini tempat karena pada dasar perairan oksigen terlarut berlabuh jangkar dan doking, banyak aktifitas relatif lebih kecil (Sihaloho, 2009). kandungan pemancingan dan dekat dari pemukiman Pengujian kandungan amonia pada air warga. Secara umum kecerahan pada ketiga yang diambil dari KJA Teluk Buo 0,130 ppm, KJA ini sangat baik dibandingkan batas Teluk Pandan 0,137 ppm dan Pulau Sironjong ambangnya. adalah 0,068 Kandungan amonia di KJA Pulau Sironjong sangat rendah karena di dasar perairan ini sangat bersih dan terjaga dari sisa Flora dan Fauna Pengamatan biota dan tumbuhan yang pakan serta feses ikan yang berlebihan karena ada disekitar ketiga KJA menunjukan hasil memang aktifitas keramba disana tidak terlalu yang hampir sama, biota laut seperti kerang- banyak dan letak KJA yang seperti selat kerangan dan ikan pelagis kecil seperti ikan menjadikan kembung, ikan selar, ikan kembang dan ikan membuat sisa pakan dan feses ikan mudah layang dan ikan kecil lainnya sama-sama bisa menyebar dan terbawa arus terlebih jika ada ditemukan di ketiga lokasi dengan jenis dan kapal atau boat yang melintasi daerah ini. jumlah yang hampir sama, tapi arus disana lebih bergerak pada pengamatan tumbuhan di sekitar lokasi di Nitrat NO3- dan Nitrit NO2- KJA Teluk Pandan lebih banyak ditemukan Nitrat (NO3)-N dan Nitrit (NO2)-N bakau (Rhizopora sp) dibandingkan Teluk adalah ion-ion Buo dan di Pulau Sironjong, tapi jaraknya merupakan yang cukup jauh dari KJA yaitu 100-200m. Aktifitas Sedang di Pulau Sironjong tumbuhan di menguraikan anorganik bagian mikroba dari di sampah alami, siklus tanah yang yang nitrogen. atau air mengandung nitrogen organik pertama menjadi amonia, Elfrida 2011). Parameter BOD secara umum kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan banyak dipakai untuk menentukan tingkat nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah pencemaran air buangan. Penentuan BOD dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat sangat adalah senyawa yang paling sering ditemukan pencemaran dari tingkat hulu ke muara. di dalam air bawah tanah maupun air yang Berdasarkan konsentrasi BOD bisa diketahui terdapat di permukaan. keadaan dari perairan tersebut bila konsentrasi Dari hasil uji rata-rata kandungan penting untuk menelusuri aliran BOD berada pada kisaran 0-10 ppm perairan KJA masih tidak tercemar sampai tercemar ringan, 10-20 dalam ambang batas yang dipersyaratkan, ppm tercemar sedang, diatas 25 ppm perairan yaitu Nitrat adalah 0,35 – 1,44 ppm dan Nitrit tercemar berat (Boyd, 1990 dalam Elfrida, <0,006 – 0,0015 ppm. Pada KJA Teluk Buo 2011). Nitrat dan Nitrit pada ketiga kandungan Nitrat dan Nitrit lebih tinggi dari Dari hasil pengujian laboratorium Teluk Pandan dan Pulau Sironjong (terlihat kadar BOD perairan pada ketiga KJA berkisar pada tabel.1) antara 1,22 sampai 2,72 ppm konsentrasi Tingginya kandungan Nitrat dan Nitrit BOD perairan ini tidak tercemar. BOD di di KJA Teluk Buo disebabkan tingginya perairan Teluk Buo dan Pulau Sironjong amonia dan banyaknya aktifitas biologi yang relatif sama dan berbeda dengan KJA Teluk terjadi di perairan sekitar KJA tersebut. Siklus Pandan yang lebih rendah karena di kedua Nitrifikasi adalah proses perubahan amonia KJA tersebut kadar Nitrat dan Nitrit lebih (NH3-N) menjadi Nitrit (NO2)-N dan Nitrat besar menandakan banyak mikroorganisme di (NO3)-N, dimana NO3 juga dibutuhkan dalam perairan perairan untuk kesuburan bagi organisme tersebut melakukan proses penguraian atau kecil seperti plankton dan lainnya. mendekomposisi tersebut dan bahan mikroorganisme organik dalam kondisi aerobik sehingga konsentrasi BOD BOD (Biological Oxygen Demand) menjadi meningkat. BOD adalah suatu karakteristik yang menunjukkan banyaknya atau jumlah oksigen COD (Chemical Oxygen Demand) terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme COD adalah kebutuhan oksigen kimia untuk mengurai atau mendekomposisi bahan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan di dalam air. Oksigen dalam air dihasilkan Cuvin, 1988 ; Metcalf &Eddy, 1991 dalam dari fotosintesis tumbuhan dan fitoplanton. Selain dari itu, oksigen yang ada di udara perairannya lebih jernih atau kecerahan lebih dapat juga masuk ke dalam air melalui proses tinggi dan aktifitas manusia tidak banyak. difusi Sedangkan perairan Teluk Buo dan Teluk yang secara lambat menembus Pandan permukaan air. kandungan DO lebih rendah Dari hasil uji laboratorium COD dikarenakan banyaknya oksigen yang terpakai perairan KJA Teluk Buo, Teluk Pandan dan untuk menguraikan atau mengoksidasi zat-zat Sironjong berada pada kisaran 10,67 – 13,33 organik yang ada dalam air. Disamping itu ppm dan termasuk perairan yang baik untuk suhu perairan yang lebih tinggi menyebabkan budidaya. Kandungan COD di perairan Teluk kandungan Buo lebih tinggi dari COD perairan Teluk menunjukkan lebih tingginya aktifitas biologi Pandan dalam air. dan Pulau Sironjong, hal ini oksigen lebih rendah dan Ini seiring dengan banyaknya disebabkan oleh tingginya kandungan zat aktifitas masyarakat di Teluk Buo dan Teluk organik yang tidak terurai dalam air. Ini Pandan. seiring dengan lebih banyaknya aktifitas di Teluk Buo yang dapat mencemari perairannya. Pemeriksan Kandungan Logam Berat di Laboratorium Pengujian logam berat pada sampel air dan DO (Dissolved Oxygen) Sumber oksigen terlarut dalam air pada daging kandungan Pb, Cd ikan untuk melihat Hg dengan dan berasal dari difusi oksigen yang terdapat di menggunakan atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan Atom (AAS) dilakukan di UPTD BLPPMHP serta aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan fitoplanton (Novonti and Olem, 1994 Sumatera Barat. dalam Spektrofotometer Serapan Marganof, 2007). DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu Hasil Pengujian Kandungan Logam Berat perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu pada Air faktor yang sangat penting dalam ekosistem Hasil pengujian sampel logam berat perairan terutama sekali dibutuhkan untuk dalam air yang diambil pada ketiga KJA proses dalam dua kali pengulangan hasilnya dapat respirasi bagi sebagian besar organisme air. Pada perairan Pulau Sironjong DO disana lebih tinggi karena secara fisik dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil uji kandungan logam berat (Pb, Cd dan Hg) pada sampel air No Parameter 1 Pb 2 Cd 3 Hg Satuan ppm ppm ppm Ulangan lokasi *) Baku A B C Mutu 1 0,0056 0,0246 0,0073 0,03 2 0,0067 0,0069 0,0083 x = 0,0062 x = 0,0158 x= 0,0078 1 0,0052 0,0061 0,0076 2 0,0065 0,0054 0,0064 x = 0,0058 x = 0,0058 x = 0,0068 1 <0,000062 <0,000062 <0,000062 2 <0,000062 <0,000062 <0,000062 x= x= x= <0,000062 <0,000062 <0,000062 Keterangan: ( *)= Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. A = KJA UPTD BBIP Teluk Buo B = KJA Teluk Pandan C = KJA Pulau Sironjong 0,01 0,002 0,0246 ppm angka ini masih dalam ambang batas yang di persayaratkan. Kandungan logam Pb di Teluk Pandan rata-rata lebih tinggi dikarenakan posisi KJA Teluk Pandan berada lebih jauh ke tengah dan Logam Pb Apabila perairan telah tercemar logam lebih dekat kepada dermaga Pertamina dan jalur kapal tangker minyak, sehingga Pb, dengan berjalannya waktu akan dapat kandungan logam Pb lebih tinggi disebabkan menimbulkan akumulasi baik pada tubuh oleh perairan yang sering dicemari tumpahan biota yang hidup dan mencari makan di dalam minyak, pencemaran logam dari atmosfer dari maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan aktifitas doking kapal dan alur arus di daerah dan akan berbahaya bagi kehidupan biota, ini sehingga terjadi pengadukan sedimen yang yang pada gilirannya akan berbahaya pula meningkatkan kandungan logam berat di bagi manusia yang mengkonsumsi biota perairan tersebut. Kandungan logam Pb air untuk Jika keperluan perikanan menurut PP no. 82 tahun pencemaran 2001 adalah maksimal 0,03 ppm. Secara memungkinkan umum hasil pengukuran logam Pb pada air melampaui pada ketiga KJA berkisar antara 0,0083 - logam berat, akan tetapi karena di daerah ini dilihat di batas sumber-sumber Teluk Pandan ini tingginya bahkan bisa ambangnya kandungan mempuyai kawasan bakau yang luas di pesisir sekitarnya dan tumbuhan alga yang banyak di Pandan dan Pulau Sironjong, berkisar antara dasar 0,0052 - 0,0076 ppm (sesuai standar untuk air perairan serta banyak ditemukan kerang-kerangan, hal ini ini dapat mengurangi budidaya). kandungan logam Pb pada perairannya dan Kandungan logam Cd sampel air pada karena bakau dan alga yang berfungsi sebagai perairan Pulau Sironjong sedikit lebih tinggi biofilter dan penetralisir cemaran logam dari air Teluk Buo dan Teluk Pandan, hal ini disamping itu cara makan kerang-kerangan disebabkan oleh, pada saat pengambilan yang bersifat filter feeder (makan dengan cara sampel arus air cukup kencang sehingga menyaring) kemungkinan terjadinya pengadukan sedimen juga dapat mengurangi yang menyebabkan naiknya kandungan logam kandungan logam Pb di perairan. Kandungan logam Pb pada perairan Cd. Disamping itu kandungan garam perairan sekitar KJA Teluk Pandan adalah 0,0158 ppm yang lebih tinggi dari Teluk Buo dan Teluk jika dibandingkan dengan hasil peneliti Pandan sebelumnya 2012) yang kandungan logam Cd. Juga disebabkan oleh mengambil sampel air di perairan sekitar adanya pelintasan kapal bagan masyarakat kawasan Teluk Pandan adalah 0,0630 ppm saat pengambilan sampel yang berkontribusi maka hasilnya adalah semakin berkurang. meningkatkan (Bustanul. A, juga mempengaruhi kandungan tingginya logam akibat adanya tumpahan minyak. Jika dibandingkan dengan penelitian Logam Cd Cadmium (Cd) bisa menyebabkan sebelumnya (Bustanul. A,2012) pada perairan keracunan bersifat kronis pada manusia. sekitar kawasan Teluk Pandan dan Teluk Buo Logam ini dapat merusak tulang, hati dan adalah 0,0063 ppm maka hasilnya relatif sama ginjal. Senyawa Cd yang terdapat dalam dengan perairan KJA Teluk Pandan dan Teluk tubuh organisme secara cepat atau lambat Buo yaitu 0,0058 ppm. akan ditranslokasikan kedalam tubuh manusia Logam Hg melalui pemanfaatan organisme Perairan yang tercemar oleh logam perairan sebagai rantai makanan (Hutagalung 1985 merkuri dalam sembiring 2009). Kandungan logam senyawa merkuri pada ikan dan akhirnya ikan Cd air untuk keperluan perikanan menurut PP terkomsumsi oleh manusia. Pencemaran air no. 82 tahun 2001 oleh logam Hg disebabkan oleh adanya proses adalah maksimal 0,01 akan ppm. Hasil pengukuran logam Cd pada air penambangan yang diambil dari KJA Teluk Buo, Teluk logam Hg mengakibatkan emas untuk yang mengikat akumulasi menggunakan emas dan memisahkannya dari logam lainnya karena disekitar kawasan ini tidak ditemui Persyaratan kandungan logam Hg air untuk adanya aktifitas penambangan emas dan perikanan menurut PP no. 82 tahun 2001 sejenisnya. adalah maksimal 0,002 ppm. Hasil Pengujian Kandungan Logam Berat Dari hasil pengukuran logam Hg pada pada Daging Ikan air yang diambil dari KJA Teluk Buo, Teluk Pengujian sampel logam berat pada Pandan dan P. Sironjong, adalah <0,000062 Ikan menggunakan Spektrofotometer Serapan ppm angka ini sangat rendah dan masih jauh Atom (AAS) hasilnya dapat dilihat pada dari ambang batas yang di persyaratkan tabel.3:. Tabel 3. Hasil uji kandungan logam berat ( Pb, Cd dan Hg) pada sampel ikan No 1 2 3 Parameter Pb Cd Hg Satuan ppm ppm ppm Ulangan Lokasi *)Baku A B C Mutu 1 0,015 0,025 0,0064 2 2 0,064 0,0166 0,0148 x= 0,0395 x= 0,0208 x= 0,0106 1 0,0114 0,0046 0,0134 2 0,068 0,005 0,0082 x= 0,0397 x= 0,0048 x= 0,0108 1 0,0632 0,0501 0,04006 2 0,0657 0,0635 0,0548 x = 0,064 x= 0,0568 x= 0,0474 Keterangan: *)= Baku mutu menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/89 . A = KJA UPTD BBIP Teluk Buo B = KJA Teluk Pandan C = KJA Pulau Sironjong 1 0,5 rantai makanan, insang dan difusi kulit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan bertahap untuk tubuh ikan tersebut dinyatakan tercemar logam berat (Syahrani, 2003). Daging ikan dikatakan tercemar jika Pencemaran atau kontaminasi logam berat Pb, Cd dan Hg dalam daging ikan disebabkan oleh udara, makanan dan air yang tercemar oleh logam berat. Proses masuknya logam berat pada ikan dapat melalui sistem kandungan logam berat melebihi ambang batas yang ditetapkan. Nilai ambang batas untuk logam Pb dalam daging ikan menurut Surat Keputusan Pengawasan Obat Direktur Jenderal dan Makanan No.03725/B/SK/VII/89 seperti pada tabel. 3 ikan kerapu dari Teluk Pandan dan Pulau adalah maksimal 2 ppm. Sironjong hal ini disebabkan oleh kandungan Hasil uji Pb untuk ikan pada ketiga logam Pb pada Teluk Buo juga lebih tinggi. lokasi KJA berkisar antara 0,0106 – 0,0395 Tingginya kandungan logam Cd pada ppm (masih dalam ambang batas untuk ikan). Teluk Buo kemungkinan disebabkan selain Kandungan logam Pb daging ikan kerapu dari air juga dari sumber pakan hidup ikan- yang berasal dari Teluk Buo lebih tinggi dari ikan kecil yang diberikan sebagai makanan Teluk Pandan dan Pulau Sironjong, hal ini telah terkontaminasi logam berat. Akan tetapi kemungkinan disebabkan oleh air di Teluk secara umum kandungan logam Cd pada buo pada pengambilan sampel lebih tinggi semua sampel masih dalam ambang batas kandungan logam Pb dari dua lokasi lainnya. yang dipersyaratkan. Dan kemungkinan lain disebabkan oleh ikan Sementara hasil uji logam Hg dalam kerapu hasil budidaya Teluk Buo selain diberi daging ikan pada ketiga keramba adalah pelet juga diberi pakan hidup. Pakan hidup 0,0474 adalah ikan-ikan kecil seperti ikan teri, ikan pengambilan sampel I dan II , kandungan tobi dan lain sebagainya. Ikan-ikan ini logam berat Hg yang berasal dari Teluk Buo biasanya didapatkan oleh petugas KJA Teluk memperlihatkan hasil yang sedikit lebih tinggi Buo dari Pasar Painan atau sekitarnya dan dari sampel yang berasal dari 2 lokasi lainnya, kemungkinan sudah oleh hal ini disebabkan oleh logam berat Pb dan logam diperairan sehingga Cd juga tinggi akibat dari makanan yang menyebabkan logam Pb juga terdeteksi dalam diberikan berasal dari ikan-ikan kecil yang daging ikan kerapu Teluk Buo. Akan tetapi mungkin telah terakumulasi logam Hg. kandungan logam Pb pada ketiga KJA masih Disamping itu faktor udara yang mengandung dalam ambang batas yang ditetapkan. uap logam berat Hg juga dapat menyebabkan Pb terkontaminasi luar – 0,064 ppm ,dimana pada Hasil uji kandungan logam Cd untuk tingginya kandungan logam Hg di dalam ikan kerapu hasil budidaya pada ketiga lokasi daging ikan karena keramba Teluk Buo lebih keramba di atas berkisar antara 0,0048 – dekat kepada PLTU Teluk Sirih. 0,0397 ppm. angka ini masih dalam ambang batas yang di persyaratkan yaitu maksimal 1 KESIMPULAN ppm. Pada hasil uji sampel kandungan logam Dari hasil penelitian dan pengujian Cd pada daging ikan Kerapu yang berasal dari dengan observasi lapangan dan pengujian Teluk Buo lebih tinggi dari sampel daging laboratorium dapat diambil kesimpulaan bahwa perairan di kawasan Teluk Buo dan ikan kerapu yang di budidayakan dikawasan tersebut belum tercemar oleh logam berat Pb, Cd dan Hg dan kualitas airnya masih bagus Bambang, dkk. 2012. Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb)dan Cadmium (Cd) pada Daging Ikan Yang Tertangkap di Sungai Citarum. Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad. untuk budidaya perikanan. Diharapkan penelitian lebih lanjut untuk menguatkan data kandungan logam berat pada kerang-kerangan di sekitar perairan kawasan Bungus Teluk Kabung. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Fasmi, 2009. Tingkat Pencemaran Logam Berat Dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan Pulau Muna, Kabaena, dan Buton Sulawesi Tenggara. Makara, Sains, Vol. 13, No. 2, November 2009: 117-124. Andreas, 2011. Analisis Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Ikan Teri Kering (Stolephorus sp) dan Ikan Asin Tenggiri (Scomberomorus sp) di Muara Angke dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Alam. Program Studi Farmasi Depok. Universitas Indonesia. Arifin, dkk. 2012. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Cu, Cr dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung. Jurnal Tekhnik Lingkungan Hidup Unand 9(2):139-145. Juli 2012. Budiarti, Agnes, dkk. Analisis Kandungan Logam Berat Mercury, Timbal, dan Kadmium pada Ikan Baung (Hemiarus Stornii) yang diperoleh dari Sungai Kahayan Kalimantan Tengah, Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmai Klinik Vol. 5. 2008 Handayani, A. 2004. Analisa Beberapa Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Cu Dalam Air Laut Di Sekitar Manggrove Labuhan Cina Bungus Teluk Kabung Padang. Skripsi, Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas. Padang. Inswi Asri, Analisis Kesehatan Masyarakat Akibat Konsumsi Hasil Laut Yang Mengandung Mercury (Hg) di Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta, Jurnal ekologi Kesehatan Vol. 8 No. 1 2009 Rochyatun, Endang dkk, Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn, Ni Cr, Mn dan Fe Dalam Air Laut dan Sedimen di Perairan Kalimantan Timur. ISSN 0125-9830. 2003. Sembiring, Rodieser. 2009. Analisis kandungan logam berat Hg, Cd, Pb pada Daging Kijing Lokal (pilsbryococha axilis) dari Perairan Situ Gede, Bogor. Skripsi FPIK IPB.2009. Sihaloho Susi Wira, 2009. Analisa Kandungan Amonia dari Limbah Cair Inlet dan Outlet dari beberapa Industri Kelapa Sawit. Karya Ilmiah 2009. Siregar, Rumenta. 2011. Materi Penyuluh Perikanan di Bidang Pengolahan Hasil Perikanan. 2011. Sudarwin, 2008. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) Pada Sendimen Aliran Sungai Dari Temapt Pembuangan Akhir (TPA) Sampah JatiBarang Semarang. . Tesis, Program Pasaca Sarjana, Universitas Dipnegoro Semarang. Suhaidi, 2014. Logam Berat Sebagai Penyumbang Pencemaran Laut. (Blog. Penelitiam logam berat). Supriyanto, dkk. 2011. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd Pada Ikan Air Tawar Dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Karya Ilmiah 2011 Taufik, dkk.2012. Biokumulasi Logam Berat Pb (Timbal) dan Cd (Kadmium) pada Daging Ikan yang Ditangkap di Sungai Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No.4. 2012. Tarigan,Z dkk, Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Hg, Zn, dan Ni Dalam Air Laut dan Sedimen di Muara Sungai Membramo, Papua Dalam Kaitannya Dengan Kepentingan Budidaya Perikanan. Makara Sains, Vol 7. 2013. Wulandari, dkk. Kandungan Logam Berat Hg dan Cd dalam Air Sedimen dan Kerang Darah (Anadara Granossa) dengan Menggunakan Metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN). Jurnal Ilmu Kelautan Vol IV (3), 2009.