BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan tetapi pada dasarnya pengertian akuntansi yang berbeda-beda tersebut selalu menekankan kegunaannya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Lebih jelasnya berikut akan dikemukakan beberapa pengertian akuntansi dari sudut pandang beberapa ahli. Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 yang disadur oleh Zaki Baridwan (1995:1) mengemukakan bahwa "Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan". Menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) yang disadur oleh Sofyan Syafri Harahap (2002:4) "Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya". Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa akuntansi merupakan suatu aktivitas jasa yang meliputi proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran data kuantitatif yang bersifat keuangan dalam suatu 9 perusahaan dari kesatuan usaha ekonomi untuk mendapat informasi yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi tersebut. 2.1.2 Pengertian Perlakuan Akuntansi Setelah dibahas definisi mengenai akuntansi, sekarang akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi. Kieso dan Weygandt (1995:92), menyatakan bahwa "Perlakuan akuntansi adalah aturan-aturan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pencatatan dan penyajian informasi keuangan dalam laporan keuangan perusahaan". Harnanto (1996:3) mendefinisikan perlakuan akuntansi adalah "Suatu disiplin analisa yang mencakup kegiatan mengidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan pencatatan sehingga infomasi yang relevan dan mempunyai hubungan antara yang satu dan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan". Menurut Suwardjono (1992:40), perlakuan akuntansi adalah "Tindakan yang dikenakan terhadap suatu obyek yang bersifat finansial yang meliputi pengukuran (measurement) dan penilaian (valuation), pengakuan (recognition) dan penyajian (presentation)". Adapun tahap-tahap dari perlakuan akuntansi meliputi: a. Pengukuran dan penilaian Merupakan penentuan jumlah rupiah suatu transaksi yang akan dicatat. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang dicatat pertama kali untuk suatu transaksi, sedangkan penilaian lebih 10 berhubungan dengan masalah penentuan jumlah yang harus ditetapkan untuk tiap pos laporan pada tanggal laporan. b. Pengakuan Merupakan proses pembentukan atau pencatatan suatu pos yang memenuhi definisi suatu unsur di dalam laporan keuangan. c. Pengungkapan Pengungkapan bersangkutan dengan masalah bagaimana suatu informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas dapat dirumuskan bahwa perlakuan akuntansi merupakan suatu tindakan yang dilakukan dan suatu transaksi yang meliputi proses akuntansi yang terdiri dari proses pengakuan, pengukuran, pencatatan, penilaian, penyajian informasi keuangan dari transaksi-transaksi yang bersifat finansial dan hasilnya sebagai informasi untuk pengambilan suatu keputusan bagi para pemakainya. 2.2 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan salah satu pos dalam laporan keuangan khususnya neraca dan juga yang mempengaruhi laporan laba rugi melalui pos penyusutan. Dalam pengertian yang umum istilah aktiva tetap sering diartikan sebagai sesuatu benda yang dapat memberikan manfaat dalam operasi perusahaan baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. Peranan substansi suatu aktiva tetap yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah aktiva tetap berwujud (physicaI fixed assets). 11 Zaki Baridwan (1995:271) memberikan pengertian bahwa aktiva tetap adalah "Aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama". Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:PSAK No.16, Paragraf 06, Baris 1-4) menyatakan aktiva tetap adalah, “Aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode". Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang mempunyai ciri-ciri yaitu jangka waktu pemakaiannya lebih dari satu tahun, digunakan dalam rangka kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, diperoleh baik dengan dibangun lebih dahulu maupun dalam bentuk siap pakai. 2.3 Pengakuan Aktiva Tetap Biaya perolehan aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva apabila besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal (PSAK No.16, Paragraf 07). Zaki Baridwan (l995:272) mengemukakan bahwa, perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan 12 penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pengeluaran modal (capital expenditures), adalah pengeluaran- pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi, dimana pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva atau dikapitalisasi. 2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), adalah pengeluaranpengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan, maka pengeluaranpengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening beban. Jadi dapat dipertimbangkan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi. Theodorus M. Tuanakotta (2000:79) menyatakan bahwa "Apabila suatu aktiva tetap telah dipasang dan siap dipakai, maka semua biaya apakah historical atau cuurent seharusnya dikapitalisasi. Semua biaya untuk perawatan atau pemeliharaan dan biaya pengantian suku cadang yang lazimnya dilakukan, harus dibebankan kepada kegiatan perusahaan dalam umur aktiva tetap tersebut". Oleh karena itu biaya yang harus dibebankan selama umur aktiva tetap yang bersangkutan terdiri dari biaya untuk memperoleh aktiva tersebut dan semua biaya lain yang dikeluarkan selama aktiva itu dipergunakan seharusnya dikapitalisasi dan dialokasikan ke masa yang akan datang. 13 2.4 Perolehan Aktiva Tetap 2.4.1 Pembelian Tunai Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari pembelian tunai meliputi pengeluaran yang terjadi untuk menempatkan dan mendapatkan aktiva tetap tersebut yang terdiri dari harga pada faktur pembelian (dikurangi dengan potongan tunai), biaya asuransi dalam perjalanan, ongkos angkut, biaya pemasangan atau percobaan dan lain-lain. Beberapa contoh lain dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:PSAK No.16, Paragraf 17, Baris 29-39) adalah: biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aktiva tetap, biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya handling dan penyerahan awal, biaya perakitan dan instalasi, biaya pengujian aktiva apakah aktiva berfungsi dengan baik setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya, contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji) dan komisi profesional. Biaya administrasi dan overhead umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aktiva tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut pada kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up costs) dan pra produksi tidak merupakan bagian biaya suatu aktiva, kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aktiva ke kondisi kerjanya. Rugi operasi awal yang terjadi sebelum suatu aktiva mencapai kinerja yang direncanakan diakui sebagai suatu beban. Harga perolehan dari masingmasing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan 14 mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan. Dalam keadaan tertentu adalah tepat untuk mengalokasikan pengeluaran total pada suatu aktiva pada komponennya dan membukukan setiap komponen secara terpisah, dimana komponen aktiva memiliki masa manfaat berbeda atau menyediakan manfaat bagi perusahaan dengan pola berbeda dan karenanya memerlukan penggunaan tarif dan metode penyusutan berbeda. Contohnya, suatu pesawat terbang dan mesinnya harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah, jika memiliki masa manfaat yang berbeda. 2.4.2 Pembelian Secara Angsuran Aktiva tetap yang didapat dari pembelian angsuran, maka harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. Jurnal untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap dan pembayaran angsuran adalah sebagai berikut: 1. Jurnal pembelian aktiva tetap Aktiva Tetap Rp xxx Utang Dagang Rp xxx 2. Jurnal untuk pembayaran angsuran Utang Dagang Rp xxx Biaya Bunga Rp xxx Kas Rp xxx 15 2.4.3 Pertukaran Aktiva Suatu aktiva dapat diperoleh, selain dengan melakukan pembelian dan dapat pula dilakukan dengan melalui cara pertukaran misalnya: dengan surat berharga, aktiva tetap lain yang sejenis dan tidak sejenis atau tidak serupa dan memiliki nilai wajar serta memiliki manfaat. Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tetap tersebut dan jika harga pasar kedua-duanya tidak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan tersebut. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio atau disagio. Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominalnya, maka harus diakui adanya agio saham atau obligasi (premium) sebesar selisihnya dengan jurnal sebagai berikut: Aktiva Tetap Rp xxx Modal Saham Rp xxx Agio Saham Rp xxx 16 Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominalnya, maka diakui adanya disagio saham atau obligasi (discount), maka jurnalnya sebagai berikut: Aktiva Tetap Rp xxx Disagio Saham Rp xxx Modal Saham Rp xxx Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan aktiva adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksud dengan harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi dalam bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara tukar tambah, dimana aktiva yang lama digunakan untuk membayar sebagian aktiva tetap yang baru dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan aktiva tetap harus diterapkan, yaitu aktiva tetap yang baru dikapitalisasi dengan jumlah harga pasar aktiva tetap yang lama ditambah uang yang dibayarkan. Selisih antara nilai buku aktiva tetap yang lama dengan harga pasarnya pada saat pertukaran diakui sebagai laba atau rugi dari pertukaran. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah: Aktiva Tetap yang baru Rp xxx Akumulasi Penyusutan Rp xxx Aktiva Tetap yang lama Rp xxx Kas Rp xxx Laba Pertukaran aktiva Rp xxx 17 2.4.4 Diperoleh dari Donasi atau Hadiah. Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya tetapi biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban penyusutan menjadi lebih kecil. Untuk mengatasi keadaan ini, maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun "Modal Donasi". Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah: Aktiva Tetap Rp xxx Modal Donasi Rp xxx 2.4.5 Aktiva yang Dibangun Sendiri Alasan mendorong suatu aktiva tetap harus dibangun sendiri diantaranya memanfaatkan fasilitas yang menganggur, penghematan yang diharapkan, untuk memenuhi kebutuhan yang mana pihak lain tidak sanggup memenuhinya pada saat diperlukan. Standar Akuntansi Keuangan (2007 : PSAK No.16, Paragraf 22) dalam hubungannya dengan perolehan aktiva tetap dibangun sendiri, mengemukakan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aktiva dengan pembelian atau cara lain. Harga perolehan dicatat sebesar seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap dipakai 18 2.5 Pengertian Penyusutan Aktiva tetap yang dipergunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, maka perlu adanya beban terhadap pendapatan untuk memperlihatkan penggunaannya. Bagi aktiva tetap dalam pembebanan ini dikenal dengan sebutan penyusutan atau depreciation. Penyusutan adalah suatu proses alokasi harga perolehan aktiva tetap dengan cara yang sistematis dan rasional kepada periode-periode yang memanfaatkan aktiva tetap tersebut selama umur ekonomisnya atau taksiran umur kegunaan dari aktiva yang bersangkutan. Dalam konteks akuntansi, penyusutan adalah penurunan di dalam nilai pasar (decrease in market value), sedangkan bagi insinyur dapat berarti penurunan dalam efisiensi fisik (physical efficiency) atau kemunduran fisik (physical deterioration) dari aktiva tetap seperti: gedung, mesin dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam struktur akuntansi tradisional penyusutan merupakan proses alokasi biaya aktiva tetap kepada beberapa periode yang diharapkan akan memperoleh manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Penyusutan suatu aktiva untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian penyusutan di atas, perlu adanya suatu batasan atau definisi untuk memahami makna dan pentingnya mengenai penyusutan. Ada beberapa definisi penyusutan yang dapat diuraikan sebagai dasar untuk menentukan metode-metode penyusutan. Teodurus M. Tuanakotta (2000:101) memberikan interpretasi bahwa istilah penyusutan adalah, “Merupakan metode alokasi biaya yang sistematis dan rasional untuk periode-periode yang menerima 19 manfaat dari aktiva tetap tersebut”. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan ( 2007:PSAK No.16, Paragraf 06, Baris 34) mendefinisikan penyusutan adalah: "Alokasi sistematis jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung". Committee on Terminologi dari AICPA (Zaki Baridwan 1995:307) memberikan definisi yaitu, "Akumulasi depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit itu yang ditaksir (mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian". Beban depresiasi untuk satu tahun adalah sebagian jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat dari kejadian-kejadian itu. Dari definisi-definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusutan merupakan suatu proses alokasi biaya perolehan aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional atas taksiran umur kegunaan aktiva tetap yang bersangkutan. Aktiva penyusutan bukanlah suata proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva, tetapi suatu metode mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi yang menerima manfaatnya. Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva 20 perusahaan. Penyusutan karenanya dapat berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Bersamaan dengan manfaat ekonomis yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva yang dikonsumsi oleh perusahaan sepanjang masa manfaat, jumlah tercatat aktiva tersebut berkurang untuk mencerminkan konsumsi ini, dan biasanya dalam bentuk beban penyusutan. Tetapi faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusak (wear and tear) saat suatu aktiva menganggur (idle), juga dapat mengurangi manfaat ekonomis yang mungkin telah diharapkan tersedia dari aktiva. Oleh karenanya seluruh faktor berikut harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva (PSAK No.16 paragraf 59) yaitu: a. penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik b. keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada faktor operasional seperti jumlah pergantian kelompok kerja (shift), dimana aktiva digunakan dan program perbaikan dan perawatan dari perusahaan dan perawatan aktiva pada saat menganggur (idle). c. keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh aktiva d. pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi 21 nilai sisanya. Untuk penghapusan aktiva adalah penghapusan nilai buku suatu aktiva yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum tidak lagi menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan, sedangkan untuk nilai sisa suatu aktiva sering tidak signifikan dan dapat diabaikan dalam perhitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai tersebut diestimasi pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannya revaluasi aktiva (hanya mungkin dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah), berdasarkan nilai yang dapat direalisasikan pada tanggal tersebut untuk kondisi yang hampir sama dengan aktiva yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang menentukan beban penyusutan secara berkala adalah: 1. Harga atau Nilai Perolehan Aktiva Tetap (Fixed Asset Cost) Nilai perolehan suatu aktiva tetap adalah seluruh biaya yang dikeluarkan hingga aktiva tersebut siap untuk digunakan dalam operasi normal perusahaan 2. Masa Manfaat atau Umur Kegunaan (Useful Life) Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat yang tebatas sebagai akibat dari faktor fisik (seperti: kerusakan, penurunan, dan keausan ) dan faktor fungsional (seperti: ketidak seimbangan, ketinggalan jaman, dan keusangan). 3. Nilai Sisa (Residual/Salvage Value) Nilai sisa adalah nilai daripada aktiva tetap yang diharapkan akan dapat direalisir pada waktu penghentian aktiva tetap tersebut atau habis masa 22 manfaatnya. Kebijakan penghentian aktiva tetap disebabkan karena mekanisme pasar dan faktor lain yang mempengaruhi penentuan nilai sisa. 2.6 Metode Penyusutan Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi, selama masa manfaat aktiva tetap dengan berbagai metode penyusutan yang sistematis. Metode manapun yang digunakan atau dipilih, maka asas konsistensi dalam penggunaannya perlu diperhatikan, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajak agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. PSAK No.17, paragraf 09 menyatakan bahwa metode penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dipergunakan, sesuai dengan kriteria berikut: 1. Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu (Based on Time): a. metode garis lurus (straight line method) b. metode pembebanan menurun terdiri dari: metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method), metode saldo menurun (declining balance method) 2. Metode Penyusutan Berdasarkan Penggunaan (Based on Use): a. metode jam-jasa (service hours method) b. metode jumlah unit produksi (productive output method) 3. Metode Berdasarkan Kreteria Lainnya: a. metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method) 23 b. metode anuitas (anuity method) c. sistem persediaan (inventory method). Untuk dapat memberikan dasar perhitungan yang lebih transparan dari berbagai perhitungan metode beban penyusutan di atas, maka di bawah ini akan dijelaskan masing-masing metode tersebut sebagai berikut: 1. Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu (Based on Time) Metode yang paling umum digunakan dalam pengalokasian harga perolehan adalah metode penyusutan yang berhubungan dengan waktu pemanfaatan aktiva yang bersangkutan. a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode garis lurus adalah metode pembebanan biaya selama masa penggunaan, dengan membagi sama secara periodik. Metode ini beranggapan bahwa aktiva tetap mempunyai jasa yang sama selama umur penggunaannya. Pembebanannya tidak mempertimbangkan perubahanperubahan produksi dan efisiensi. Metode ini mempunyai kebaikan karena sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode ini dapat diformulasikan: CS n Rumus: D= dimana: D = penyusutan C = harga perolehan S = nilai sisa n = taksiran umur ekonomis 24 b. Metode Pembebanan Menurun Dalam metode ini, beban penyusutan pada tahun pertama akan lebih besar daripada tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada asumsi, bahwa akan terjadi pengurangan-pengurangan dalam efisien aktiva, hasil produksi, atau manfaat-manfaat lainnya sesuai dengan perjalanan umur dari aktiva itu. - Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the years digit method) Metode penyusutan ini menghasilkan pembebanan yang semakin menurun dengan memperhitungkan suatu seri pecahan, masing-masing dengan nilai yang lebih rendah pada nilai perolehan aktiva yang disusutkan. Pecahanpecahan dihitung berdasarkan jumlah periode usia aktiva. Bobot yang digunakan untuk masing-masing pecahan menurun itu merupakan digitdigit yang disusun terbalik: denominator. Denominator = ( n 1) : 2 n Contoh: Sebuah mesin yang mempunyai harga perolehan Rp. 5.000.000,00, diduga mempunyai taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai sisa Rp. 250.000,00. Maka perbandingan tersebut untuk masing-masing tahun menjadi sebagai berikut: Denominator = [(5 + 1) : 2] x 5 = 15 Tahun pertama 5/15 Tahun kedua 4/15 25 Tahun ketiga 3/15 Tahun keempat 2/15 Tahun kelima 1/15 sehingga program pembebanan penyusutan aktiva tetap menjadi sebagai berikut: Tahun 1 2 3 4 5 - Penyusutan (Rp) 5/15x (5,000,000-250,000) = 4/15x 4.750.000 = 3/15x 4.750.000 = 2/15x 4.750.000 = 1/15x 4.750.000 = 1.583.333,33 1.266.666,67 950.000,00 633.333,33 316.666,67 4.750.000,00 Akum. Peny. Nilai Buku (Rp) (Rp) 1.583.333,33 3.416.666,67 2.850.000,00 2.150.000,00 3.800.000,00 1.200.000,00 4.433.333,33 566.666,67 4.750.000,00 250.000,00 Metode saldo menurun (declining balance method) Dalam metode ini jumlah yang dipakai sebagai dasar perhitungan penyusutan periodik adalah nilai buku aktiva pada awal tahun pemakaiannya. Proporsi penyusutan yang digunakan sebagai dasar alokasi harga perolehan dari tahun ke tahun tetap jumlahnya dan biasanya dinyatakan dalam bentuk suatu persentase. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban penyusutan tiap tahunnya juga selalu menurun. Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus: Penyusutan = b % x Nilai Buku dimana: b = persentase yang telah ditentukan 2. Berdasarkan penggunaan Beban penyusutannya dihubungkan dengan penggunaan aktiva sehingga beban penyusutan tiap periode berubah-ubah sesuai dengan tingkat 26 pemanfaatannya. Umur penggunaan aktiva dapat dinyatakan dalam satuan jam atau unit produksi. a. Metode jam-jasa (service-hours method) Metode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap adalah suatu tumpukan jam kerja. Jadi membeli aktiva tetap, berarti membeli tumpukan jam kerja aktiva tersebut. Tumpukan jam kerja ini setiap kali dilepaskan apabila aktiva tetap tersebut memberikan jasanya berupa jam penggunaan. Dengan demikian penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah jam yang dipakai. Harga perolehan aktiva tetap dibagi dengan jumlah jam penggunaan yang ditaksir menunjukkan tarif penyusutan per jam penggunaan. Tarif penyusutan diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tarip penyusutan per jam = dimana: CS n C = harga perolehan S = nilai sisa n = jumlah jam penggunaan selama masa penggunaan b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method) Metode ini berdasarkan suatu anggapan bahwa aktiva tetap ditaksir dalam satuan jumlah unit produksi yang dihasilkan. Beban penyusutan periodik dihitung atas dasar satuan hasil produksi yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Dengan demikian penyusutan berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Harga perolehan aktiva tetap 27 dibagi dengan jumlah kemampuan produksi yang ditaksir menunjukkan tarif penyusutan per satuan produksi. Tarip penyusutan per unit produksi = dimana : CS n C = harga perolehan S = nilai sisa n = taksiran total unit hasil produksi 3. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method). Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dalam satuan-satuan kecil, penyusutannya secara sendiri-sendiri kadang-kadang sulit diterapkan. Maka dibutuhkan metode penyusutan yang khusus, yaitu metode penyusutan group atau composite. Metode ini adalah metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompok aktiva. a. Group method Metode ini bisa diterapkan apabila aktiva tetap mempunyai syarat-syarat, sebagai berikut: dibeli dalam waktu yang sama, merupakan satuan-satuan kecil dan diharapkan mempunyai umur penggunaan yang sama. Bila terjadi penyisihan aktiva tetap sebelum waktu yang telah ditetapkan semula, maka rekening akumulasi penyusutan di debet sebesar harga perolehan aktiva yang disisihkan, dengan demikian tidak ada pengakuan keuntungan. Apabila dalam penyisihan ini bisa diperoleh nilai sisanya, misalnya berupa uang dari hasil penjualan, maka rekening akumulasi penyusutan di debet sebesar selisih harga perolehan dengan nilai yang telah direalisir. 28 b. Composite method Apabila aktiva terdiri dari satuan-satuan kecil tidak mempunyai umur penggunaan yang sama, maka dipakai metode composite. Metode ini tetap menghendaki tarip penyusutan rata-rata untuk group aktiva tetap. Contoh : Aktiva A Harga Perolehan (Rp) 2.000,00 Nilai Residu (Rp) 120,00 B 6.000,00 300,00 5.700,00 6 tahun 950,00 C 12.000,00 20.000,00 1.200,00 1.620,00 10.800,00 18.380,00 10 tahun 1.080,00 2.500,00 Dasar yang Masa Penyusutan Disusut Penggunaan per Tahun (Rp) yang Ditaksir (Rp) 1.880,00 4 tahun 470,00 Dengan demikian tarip penyusutan rata-rata adalah: 2.500,00 100 % 12,5% 20.000,00 Dengan kata lain aktiva tetap tersebut memiliki umur rata-rata : Rp. 18.380,00 : Rp. 2.500,00 = 7,35 tahun. 2.7 Penghentian Pengakuan Aktiva Tetap Ada beberapa hal yang menyebabkan perusahaan menghentikan penggunaan aktiva tetap yang dimiliki yakni karena dijual, ditukar, rusak berat atau karena pelepasan lainnya. Penyusutan yang belum dibebankan pada periode bersangkutan dicatat sampai tanggal pelepasan, sehingga nilai bukunya dicatat sebesar selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan akumulasi 29 penyusutannya. Apabila nilai buku aktiva yang bersangkutan lebih kecil dari harga pelepasannya diakui sebagai keuntungan, dan apabila nilai bukunya lebih besar dari harga pelepasannya diakui sebagai kerugian. Pada waktu aktiva tersebut dilepas, laba atau rugi pelepasan ini akan dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain atau biaya lain-lain dalam laporan laba rugi pada tahun pelepasan, sedangkan saldo dalam rekening aktiva dan akumulasi penyusutannya harus dihapuskan. Adapun alasan mengapa aktiva tetap diberhentikan pemakaiannya adalah karena aktiva tetap sudah habis umur ekonomisnya, dijual sebelum habis umur ekonomisnya karena alasan tertentu, mengalami kerusakan sebelum habis umur ekonomisnya dan ditukar dengan aktiva tetap yang baru. Tujuan akuntansi terhadap pemberhentian aktiva tetap adalah: 1. Agar rekening-rekening yang berhubungan dengan aktiva tetap dapat menyajikan informasi mengenai harga perolehan aktiva tetap, akumulasi penyusutan aktiva tetap dan nilai buku secara wajar. 2. Agar rekening laba rugi dapat menyajikan informasi mengenai penghasilan dan biaya secara wajar termasuk didalamnya laba rugi pemberhentian pemakaian aktiva tetap. 2.8 Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses akuntansi disebut laporan keuangan, yang berisi informasi kuantitatif mengenai keuangan perusahaan untuk dipergunakan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen perusahaan 30 yang bersangkutan maupun pihak-pihak di luar perusahaan (pemakai informasi eksternal). Penyajian laporan keuangan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Posisi keuangan pada akhir periode yang disebut neraca. 2. Perubahan posisi keuangan pada suatu periode, meliputi: laporan perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal. Aktiva tetap dalam penyajiannya dalam laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai buku, yakni nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutannya. Standar Akuntansi Keuangan menyatakan setiap pemilikan aktiva tetap seperti tanah, bangunan, inventaris kantor, kendaraan, dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca terpisah dan terperinci, pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan informasi yang jelas bagi pembacanya. 2.9 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya tentang aktiva tetap dilakukan oleh Ida Ayu Dewi Laksmi (1993) dengan judul ”Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Leasing pada CV Semadi & Company Rent Car di Sanur serta Pengaruhnya tehadap Laporan Keuangan”. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diperoleh secara leasing oleh CV Semadi & Company Rent Car ditinjau dari sudut penyewa (leassee) serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan khususnya laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 1992. Perbedaan penelitian ini terletak pada perlakuan akuntansi aktiva tetap yang sebagian besar aktiva tetap perusahaan adalah aktiva tetap leasing sedangkan penelitian ini menggunakan aktiva tetap milik perusahaan. 31 Ade Prianto (2005) dengan judul ”Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Pengaruhnya terhadap Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala Daerah Propinsi Bali (Ditinjau dari Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002)”. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan Kepala Daerah Propinsi Bali. Yang menjadi perbedaan penelitian ini terletak pada standar perlakuan akuntansinya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan standar akuntansi pemerintah atau anggaran sedangkan penelitian ini menggunakan standar akuntansi keuangan atau komersial. 32