KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT Ja1an Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710 Nomor Telepon : (021) 3449230 eks. 6347-6348 & 3500849 <> Faksimile: 3500847 website: http://www.depkeu.go.id <> e-mail: [email protected] Tanggal :2 22 31 /HMS/2010 Desember 2010 PERLAKUAN KEPABEANAN TERHADAP AUTHORIZED ECONOMIC OPERA TOR Dalam rangka mendukung iklim investasi dan iklim usaha, perlu ditingkatkan pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan guna meningkatkan kelancaran pelaksanaan ekspor dan impor dengan memberikan perlakuan kepabeanan khusus terhadap Authorized Economic Operator. Oleh karena itu, Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 219/PMK.04/2010 menetapkan Perlakuan Kepabeanan Terhadap Authorized Economic Operator yang berlaku mulai tanggal 9 Desember 2010. Authorized Economic Operator (AEO) adalah Operator Ekonomi yang mendapat pengakuan oleh dan atas nama administrasi kepabeanan nasional bahwa yang bersangkutan telah memenuhi standar Framework of Standards to Secure and Facilitate Global Trade (SAFE FoS). Yang dimaksud dengan Operator Ekonomi adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pergerakan barang internasional dalam berbagai fungsi rantai pasokan global. Sedangkan Framework of Standards to Secure and Facilitate Global Trade (SAFE FoS) adalah standar Worlel Customs Organization (WeO) yang terkait dengan prinsip keamanan dan fasilitas pada rantai pasokan global. Operator Ekonomi dapat diakui sebagai AEO sepanjang memenuhi standar sebagaimana dipersyaratkan dalam SAFE FoS. Operator Ekonomi yang telah mendapatkan pengakuan sebagai AEO dapat memperoleh perlakuan kepabeanan tertentu. Operator Ekonomi tersebut adalah importir, eksportir, Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, atau pengusaha Tempat Penimbunan Berikat. Persyaratan untuk mendapatkan pengakuan AEO meliputi: a) kepatuhan terhadap peraturan kepabeanan; b) sistem manajemen data perdagangan yang memadai; c) kemampuan keuangan; d) konsultasi, kerjasama, dan komunikasi; e) pendidikan, pelatihan, dan kepedulian; f) pertukaran informasi, akses, dan kerahasian; g) keamanan kargo; h) keamanan pengiriman; i) keamanan lokasi; j) keamanan pegawai; k) keamanan mitra dagang; I) manajemen krisis dan pemulihan insiden; dan m) tindakan, analisis, dan peningkatan. Untuk mendapatkan pengakuan sebagai AEO, Operator Ekonomi harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal. Jika permohonan disetujui maka Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan keputusan mengenai pengakuan Operator Ekonomi sabagai AEO dan apabila permohonan ditolak, Direktur Jenderal menyampaikan surat penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan. Operator Ekonomi yang telah mendapat pengakuan sebagai AEO akan memperoleh perlakuan kepabeanan tertentu berupa: 1) percepatan proses pengeluaran barang dengan tidak dilakukan penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik; 2) penyingkatan waktu transit sehingga mengurangi biaya penumpukan; 3) akses informasi yang berkaitan dengan kegiatan para AEO; 4) pelayanan khusus dalam hal terjadi gangguan perdagangan serta ancaman yan!J meningkat (elevated threat level); dan/atau 5) prioritas untuk mendapatkan penyederhanaan sistem dan prosedur kepabeanan. Pelaksanaan penerapan persyaratan untuk mendapatkan pengakuan sebagai AEO dan pemberian perlakuan kepabeanan terhadap Operator Ekonomi yang telah mendapatkan pengakuan sebagai AEC memperhatikan Perjanjian Pengakuan Timbal Balik (Mutual Recognition Agreement) mengenai AEO yang dibucii berdasarkan kesepakatan bersama dengan Negara lain yang mengatur mengenai pengakuan AEO. Penerapar ketentuan mengenai AEO sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini mengacu kepada prinsip· prinsip dalam SAFE FoS yang dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan peraturan perundang-undangan Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai peraturan ini dapa~ www.deDkeu.ao.id e;~?UBLIKhVO~ ~<:5'~~; ,~ jff L<4 ~ dj ~ i?t ..,.