II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dijelaskan beberapa pustaka yang mendukung penelitian. Beberapa pustaka tersebut antara lain: integrasi ekonomi; pertumbuhan ekonomi dan beberapa faktor-faktor yang memengaruhinya; pengukuran pertumbuhan ekonomi; data panel; dan penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini. Pada bagian terakhir bab ini juga akan dijelaskan kerangka pemikiran dari penelitian. 2.1. Integrasi Ekonomi Integrasi ekonomi adalah suatu kebijakan dalam perdagangan yang mengurangi atau menghapuskan beragam hambatan perdagangan. Kebijakan tersebut dilakukan secara diskriminatif, yakni hanya berlaku pada negara yang memiliki kesepakatan bersama untuk membentuk integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan negara anggota dan menciptakan stabilitas yang tinggi (Salvatore, 1997). Menurut Bella Balassa dalam Hamdy (2004), tahapan integrasi ekonomi dapat dibedakan menjadi lima bagian. Tahapan integrasi ekonomi tersebut antara lain: 1. Preferential Trading Area (PTA) Negara yang tergabung dalam integrasi ini, memiliki kesepakatan untuk menurunkan berbagai macam hambatan perdagangan antar anggota. Selain itu, dalam PTA juga memberikan perlakuan khusus terhadap barang tertentu dari negara tertentu dengan mengurangi tingkat tarif. 9 2. Free Trade Area (FTA) Negara yang bersepakat untuk memberlakukan FTA, harus menghilangkan semua hambatan perdagangan baik hambatan tarif maupun non-tarif. Akan tetapi, negara dalam FTA masih dapat memberlakukan hambatan perdagangan bagi negara lain diluar anggota. 3. Customs Union Negara anggota dalam kesatuan ini dapat mempertahankan atau menghilangkan kebijakan perdagangan antar anggota. Selain itu, negara dapat menyeragamkan kebijakan perdagangan internasional di luar negara anggota. 4. Economic Union Economic Union merupakan bentuk kerjasama regional yang memiliki kesatuan kebijakan dalaam hal perpajakan, tenaga kerja, jaminan sosial, dan lain-lain. 5. Monetary Union Monetary Union merupakan bentuk kerjasama regional, dimana antara negara anggota memiliki kesamaan dalam hal kebijakan moneter (penyatuan mata uang), kebijakan fiskal, dan kebijakan sosial. Selanjutnya, integrasi ekonomi menurut Salvatore (1997) akan dapat meningkatkan kesejahteraan apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: 1. Hambatan perdagangan antar negara anggota sebelum terbentuknya integrasi ekonomi relatif tinggi. 10 2. Hambatan perdagangan yang terjadi antara negara anggota dengan negara di luar anggota relatif rendah. 3. Memiliki negara partisipan dalam integrasi ekonomi yang relatif banyak dan memiliki ukuran perekonomian negara anggota yang besar. 4. Antar negara anggota memiliki tingkat kompetitif yang semakin tinggi dan ragam perekonomian memiliki unsur komplementaris yang semakin kecil. Integrasi ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan apabila dibentuk oleh negara anggota yang memiliki stuktur perekonomian saling bersaing, bukan saling melengkapi. 5. Memiliki kedekatan dalam aspek geografis. 6. Antara negara anggota dan negara di luar anggota memiliki hubungan dagang yang luas. Integrasi ekonomi yang telah dibentuk oleh Uni Eropa lebih berhasil dari pada Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa. Hal ini dikarenakan negara anggota Uni Eropa lebih bersifat kompetitif, memiliki kedekatan geografis, dan sebelum terbentuk Uni Eropa, negara anggotanya memiliki hubungan dagang yang luas dengan negara lain diluar anggota . 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Setiap negara di seluruh dunia menomorsatukan pada kemajuan pertumbuhan ekonomi. Setiap ekonom di dunia memusatkan perhatian tentang kaidah-kaidah untuk meningkatkan pendapatan dengan tujuan peningkatan 11 pertumbuhan ekonomi. Pemusatan perhatian pada pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh penganut sistem ekonomi sosialis, kapitalis maupun campuran. Hal ini terjadi karena konsep pertumbuhan ekonomi telah diyakini sebagai ukuran nilai pertumbuhan ekonomi nasional (Todaro dan Smith, 2004). Pergerakan pertumbuhan ekonomi di setiap negara berbeda-beda. Beberapa negara di Asia Timur memiliki laju pertumbuhan yang tinggi selama tiga tahun terakhir ini, sementara itu beberapa negara Afrika mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan. Hal ini terjadi karena perbedaan produktivitas yang dapat dilihat dari perbedaan standart kualitas hidup. Negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena negara maju lebih produktif dari pada negara miskin. Sehingga tingkat pertumbuhan ekonommi berkorelasi positif dengan produktivitas dan standart kualitas hidup. Menurut Lipsey et all (1997) tiga faktor penting dari produktivitas yang memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. tersebut adalah: 1. Akumulasi modal Akumulasi modal dapat berupa modal fisik maupun modal manusia. Modal manusia Investasi dalam modal manusia dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun peningkatan pengalaman kerja. Modal fisik Investasi dalam modal fisik dapat berupa semua bentuk investasi, sarana prasarana transportasi dan komunikasi, pembangunan pabrik serta fasilitas lain penunjang perekonomian. 2. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja 12 Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, akan terjadi pula peningkatan jumlah angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi dapat dilakukan dengan adanya inovasi, cara baru untuk menghasilkan suatu produk maupun bentuk-bentuk organisasi bisnis modern. Pendekatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan produktivitas mengacu pada model pertumbuhan yang paling terkenal yakni model pertumbuhan Neoklasik Solow. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian antar bergai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi beragam akan konvergen apabila memiliki tingkat tabungan, pertumbuhan angkatan kerja, pertumbuhan produktivitas dan tingkat depresi yang sama. Dengan demikian model pertumbuhan neoklasik Solow dapat dijadikan sebagai kerangka dasar penelitian konvergensi berbagai negara. Teori pertumbuhan Solow mampu menggambarkan pertumbuhan negara maju lebih baik dari pada menggambarkan pertumbuhan ekonomi negara berkembang (Todaro dan Smith, 2004). Model pertumbuhan ekonomi Solow menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi model Solow: Y = AKα (hL)1-α Keterangan: Y = produk domestik bruto K = persediaan modal fisik L= persediaan tenaga kerja A = total faktor produktivitas, yang tumbuh pada tingkat eksogen h = modal manusia per tenaga kerja 13 Dengan y = Y/L, maka persamaan di atas menjadi: Y = Akα h1-α Persamaan tersebut dapat ditransformasi menjadi fungsi produksi Cobb-Douglas: Berdasarkan fungsi di atas, persmaan fungsi output per tenaga kerja adalah: Dengan demikian, tingkat output per tenaga kerja dipengaruhi oleh total faktor produktivitas, kapital per tenaga kerja dan modal manusia per tenaga kerja. Tingkat output per pekerja merupakan sebuah ukuran dari produktivitas. Terdapat berbagai kritik mengenai kinerja teori neoklasik. Teori neoklasik tidak mampu menjelaskan apabila terjadi guncangan dalam perekonomian maupun perubahan teknologi. Pertumbuhan ekonomi menurut teori neoklasik merupakan proses yang bebas dari pengaruh kemajuan teknologi. Hal ini memicu adanya konsep pertumbuhan ekonomi baru atau teori pertumbuhan endogen. Teori pertumbuhan endogen pemberikan kerangka teoritis pertumbuhan ekonomi yang persisten yakni pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sistem proses produksi, bukan dari kekuatan lain di luar sistem. Teori pertumbuhan endogen mampu menjelaskan perbedaan pertumbuhan ekonomi antar negara, menjelaskan faktorfaktor dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, menjelaskan peluang terjadinya skala hasil yang semakin meningkat; dan menjelaskan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara. Persamaan sederhana dari teori pertumbuhan endogen adalah Y = AK. A mewakili semua faktor yang terdapat dalam teknologi serta K mewakili modal fisik dan modal 14 manusia. Persamaan tersebut tidak mencerminkan adanya hasil yang semakin menurun atas modal. Tingkat pendapatan suatu negara, selain dipengaruhi dari faktor produktivitas, dapat pula dipengaruhi oleh beberapa komponen. Komponen lain yang memengaruhi pendapatan antara lain konsumsi, pengeluaran pemerintah, nilai tukar, FDI, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, defisit anggaran pemerintah, dan keterbukaan ekonomi. Komponen ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Barro (1996) dan pendekatan pengeluaran dari pendapatan nasional. Barro (1996) mengadopsi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi berdasarkan teori pertumbuhan endogen. 2.2.1. Konsumsi Konsumsi adalah keseluruhan barang maupun jasa yang dibeli oleh konsumen. Rumah tangga mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi output perekonomian yang mereka butuhkan. Konsumsi dapat dilakukan oleh rumah tangga maupun perusahaan. Konsumsi terdiri dari tiga bagian, yakni barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama merupakan barang yang habis dalam sekali pemakaian atau dapat juga diartikan barang yang habis dalam jangka pendek. Barang tahan lama adalah barang yang memiliki usia pemakaian dalam jangka panjang. Sedangkan jasa adalah usaha pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan ataupun individu untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti perusahaan antar barang, salon kecantikan, dan lain sebagainya (Mankiw, 2002). 15 2.2.2. Pengeluaran Pemerintah Salah satu instrumen kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah. Pemerintah mengeluarkan belanja negara dengan membeli output perekonomian untuk keperluan negara dan penyediaan barang publik. Bentuk belanja pemerintah anatara lain adalah gaji pegawai, pembangunan infrastuktur, transfer payment ke masyarakat, pembelian persenjataan untuk pertahanan negara, dan lain sebagainya. Jenis-jenis pengeluaran tersebut membentuk permintaan barang dan jasa perekonomian oleh pemerintah (Mankiw, 2002). 2.2.3. Foreign Direct Investment (FDI) FDI adalah aliran salah satu bentuk modal asing dari investor asing ke negara tujuan. Arus investasi luar negeri ke negara-negara di Asia telah meningkat sejak awal tahun 1990-an. Arus investasi luar negeri datang dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Spanyol, Belanda dan Perancis. FDI termasuk modal asing yang tidak rentan menimbulkan guncangan perekonomian karena bersifat jangka panjang. FDI diharapkan mampu menguatkan struktur investasi yang berkesinambungan. Keberadaan investasi yang sustainable akan menyebabkan pertumbuhan perekonomian semakin kuat (Kurniati dkk, 2007). Kurniati dkk (2007) membagi FDI menjadi dua kategori yakni FDI horizontal dan FDI vertikal. FDI horizontal bertujuan untuk mencari pasar baru. FDI ini dilakukan dengan memproduksi barang yang sejenis antara suatu negara dengan negara yang lainnya. Sedangkan FDI vertikal dilakukan untuk mendesentralisasikan secara geografis aliran produksi, dimana perusahaan asing 16 melakukan proses produksi di suatu negara dengan biaya produksi yang rendah, kemudian menyalurkan hasil produksi ke negara asal. 2.2.4. Tingkat Kesehatan Menurut teori lingkaran kemiskinan Myrdal, negara mengalami keterbelakangan atau kemiskinan diakibatkan pada minimumnya pemenuhan kebutuhan gizi, kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta tingkat pendidikan yang rendah (Damanhuri, 2010). Kualitas kesehatan yang tidak memadai di suatu negara, akan menyebabkan tingkat pendapatan yang minimum. Tingkat kesehatan dapat memengaruhi tingkat harapan hidup. Tingkat kesehatan yang rendah dapat meningkatkan angka kematian. Tingkat kesehatan dapat diukur melalui tingkat harapan hidup pada saat kelahiran serta tingkat kematian. 2.2.5. Tingkat Pendidikan Pembinaan sumber daya manusia akan menciptakan tenaga kerja yang terdidik, terampil dan berkompeten (Todaro dan Smith, 2004). Pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh seorang pekerja dan didapatkan melalui pedidikan, pelatihan, pengalaman, dan lain sebagainya. Dengan peningkatan sumber daya manusia, akan meningkatkan produktivitas. Pertumbuhan angkatan kerja diyakini sebagai faktor yang positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah angkatan kerja akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang produktif. Tingkat pendidikan dapat dicerminkan melalui tingkat partisipasi sekolah. 17 2.2.6. Defisit Anggaran Pemerintah (Budget Deficit) Defisit anggaran terkait erat dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat menyebabkan defisit anggaran apabila melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif. Defisit anggaran secara konvensional dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana total belanja pemerintah lebih besar dari pada total pendapatan termasuk didalamnya adalah hibah (Wahyuningtyas, 2010). 2.2.7. Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) Openness of the economy atau keterbukaan ekonomi merupakan indikator untuk memperlihatkan seberapa besar tingkat ekspor impor suatu negara. Keterbukaan ekonomi dapat diartiakan pula sebagai volume perdagangan internasional. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen yang mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya. Namun argumen yang mendukung ataupun menolak tidak ada yang memiliki kebenaran yang absolut. Manfaat yang diperoleh suatu negara dengan adanya perdagangan internasional bergantung pada struktur perekonomian negara itu sendiri (Lindert dan Kindleberger, 1986). 2.3. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional atau GDP (Gross Domestic Product). GDP merupakan indikator yang penting dalam mengukur kinerja perekonomian suatu negara. GDP adalah jumlah nilai tambah (jumlah dari keseluruhan barang dan jasa akhir) yang 18 dihasilkan dari keseluruhan unit usaha ekonomi suatu negara dalam periode waktu tertentu (Badan Pusat Statistik, 2010). GDP dapat menggambarkan keseluruhan aktivitas ekonomi para pelaku ekonomi suatu negara. Kemampuan finansial suatu negara dapat terlihat melalui tingkat GDP. GDP juga dipergunakan oleh investor asing untuk merencanakan investasinya ke negara lain dengan melihat tingkat GDP negara tujuan. GDP digolongkan menjadi dua bagian yaitu GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga yang berlaku. Sedangkan GDP riil adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga konstan pada tahun dasar. Pengukuran dengan menggunakan GDP riil lebih mencerminkan kesejahteraan masyarakat dari pada GDP nominal. Hal tersebut dikarenakan GDP riil tidak dipengaruhi faktor inflasi serta kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhannya berdasarkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi (Mankiw, 2002). GDP nominal dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan GDP riil dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Badan Pusat Statistik, 2010). Selain GDP, pengukuran pendapatan lain dapat menggunakan produk nasional bruto (gross national product/GNP) dan produk nasional netto (net national product/NNP). Perbedaan antara GDP dengan GNP adalah nilai GNP sebagian diperoleh dari luar negeri (Dornbusch dan Fischer 1997). Misalnya, perusahaan Honda yang berproduksi di Indonesia, keuntungan dari bisnis Honda masuk sebagai GNP Jepang dan tidak masuk sebagai GDP Jepang melainkan masuk dalam GDP Indonesia. 19 Menurut Badan Pusat Statistik (2010) perhitungan GDP dapat menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan serta pendekatan pengeluaran. Dengan ketiga pendekatan ini, dapat diketahui secara jelas cerminan aktivitas ekonomi suatu negara. Pendekatan produksi menghitung GDP melalui penjumlahan keseluruhan produksi akhir dari semua unit produksi suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Pendekatan pendapatan menghitung GDP dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan yang diterima faktor produksi sebagai imbalan balas jasa. Pendapatan tersebut mencangkup nilai gaji, upah, sewa, bunga modal dan keuntungan namun belum termasuk pajak penghasilan serta pajak langsung yang terkait. Pendekatan pengeluaran menghitung GDP dengan menjumlahkan keseluruhan komponen permintaan. Komponen permintaan tersebut antara lain: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba pengeluaran konsumsi pemerintah pembentukan modal tetap domestik bruto investasi, dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). Terdapat permasalahan dalam pengukuran GDP yakni adanya kegiatan ekonomi bawah tanah (underground economic). Kegiatan ekonomi bawah tanah terdiri dari : pekerjaan sampingan yang tidak terdaftar, perjudian yang illegal, bekerja sebagai imigran illegal, perdagangan obat-obatan terlarang, prostitusi illegal, dan lain sebagainya. Ada dua jenis kegiatan ekonomi bawah tanah, yang pertama adalah kegiatan yang tidak melanggar hukum dengan alasan untuk menghindari pajak, dan yang kedua adalah kegiatan yang benar-benar melanggar 20 hukum, seperti perdagangan obat-obatan terlarang dan sebagainya (Dornbusch dan Fischer, 1997). 2.4. Data Panel Data panel atau yang disebut juga longitudinal data adalah data yang yang memiliki keterkaitan antara dimensi ruang (cross section) dan dimensi waktu (time series). Data cross section dalam data panel diobservasi menurut waktu. Setiap data cross section memiliki unit observasi time series yang sama, maka disebut balanced panel. Sebaliknya, setiap data cross section memiliki unit observasi time series yang berbeda, maka disebut unbalanced panel. Aplikasi metode estimasi menggunakan data panel bertujuan untuk mengatasi kelemahan yang tidak mampu dijawab oleh metode cross section dan time series murni. Dengan menggunakan data panel, banyak keuntungan yang akan didapatkan, diantaranya sebagai berikut: 1. Mampu mengontrol heterogenitas individu. Data panel secara eksplisit mampu memasukkan unsur heterogenitas yang dimiliki antar individu. Data panel memberikan peluang perlakuan setiap unit-unit individu yang dianalisis adalah heterogen. 2. Memberikan data informatif, mengurangi adanya kolinearitas antar peubah, meningkatkan derajat kebebasan serta panggunaannya lebih efisien. Data time series memiliki tingkat kolineritas yang tinggi. Data panel yang memasukkan dimensi waktu dapat menambah informasi pada variabel. 21 Dengan demikian, data panel mampu menghasilkan estimasi yang lebih akurat. 3. Lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Dalam data panel, setiap unit cross section memiliki dimensi waktu. Sehingga membuat data panel mampu mempelajari perubahan dinamis terhadap waktu. 4. Mampu lebih baik dalam mengatasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi oleh metode estimasi data cross section saja ataupun time series saja. Pada kenyataannya, indikator-indikator dalam perekonomian sebagian besar bersifat dinamis. Hubungan dinamis dapat diketahui dengan adanya lag variabel endogen yang terdapat pada variabel eksogen. Dalam panel dinamis yit adalah fungsi dari µi, maka yi,t-1 juga merupakan fungsi dari µi. Untuk mengestimasi panel dinamis, digunakan pendekatan Generalized method of moment (GMM). Alasan yang melatarbelakangi digunakannya pendekatan GMM diantaranya, GMM merupakan common estimator yang akan memberikan manfaat baik dalam penilaian maupun perbandingan, serta GMM menawarkan alternatif yang lebih sederhana terutama untuk maximum likelihood. Pada umumnya, dalam pendekatan GMM terdapat dua jenis metode, yaitu: 1. First-difference GMM (FD-GMM) atau Arrellano-Bond GMM (ABGMM). Penduga yang dihasilkan dari FD-GMM dapat mengandung bias apabila memiliki ukuran contoh yang terbatas, terutama ketika periode pengamatan yang digunakan relatif kecil. Dengan demikian diperlukan 22 pertimbangan sebelum mengestimasi model autoregresif dengan periode waktu yang relatif kecil. Selain itu, dalam model AR(1) yang menggunakan pendekatan least square akan menghasilkan estimasi yang bias ke atas dan fix effect akan menghasilkan estimasi yang bias ke bawah. 2. System GMM (SYS-GMM) Pendekatan SYS-GMM digunakan untuk menjawab kelemahan dari pendekatan FD-GMM, yang mendasari penggunaan metode ini adalah untuk mengestimasi persamaan baik dalam level maupun dalam firstdifferences. Instrumen yang digunakan dalam level adalah lag firstdifferences dari deret. 2.5. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian Jesus Crespo Cuaresma, Gernot Depplelhofer dan Martin Feldkircher (2009) dengan judul: ”Economic Growth Determinants for European Regions: Is Central and Eastern Europe Different?”. Penelitian ini mengukur faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Eropa periode 1995 – 2005 dengan memfokuskan pada daerah Eropa Pusat dan Eropa Timur. Penelitian ini menggunakan metode Spatial Autoregressive Model (SAR) dengan pendekatan Bayesian Model Averaging (BMA). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat konvergensi di kedua wilayah Eropa antar Negara yang berbeda dengan negara individu. Kecepatan konvergensi sekitar 1,3 persen, dan ketepatan dari kecepatan konvergensi didominasi oleh pertumbuhan ekonomi negara Eropa 23 Pusat. Proses konvergensi antar wilayah didominasi oleh proses perkembangan di wilayah Eropa Pusat. Tingkat pertumbuhan ekonomi di negara kapital lebih tinggi dari pada di negara non – kapital. Terdapat tambahan pendapatan yang diterima oleh negara kapital di wilayah Eropa Pusat. Positif spatial spillover ditemukan dalam wilayah Kesatuan Eropa. Sehubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, konvergensi pendapatan, infrasruktur, menjadi kekuatan dalam penentuan pertumbuhan ekonomi di wilayah Eropa. Penelitian B. Bhaskara Rao dan Maheshwar Rao (2005) dengan judul: ”Determinants of Growth Rate: Some Methodological Issues with Data from Fiji”. Penelitian ini menggunakan pendekatan model pertumbuhan Solow untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi partumbuhan ekonomi Pasifik Selatan, Sufa (Fiji). Variabel yang digunakan mengacu pada pendekatan model Solow, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor ketersediaan modal, tenaga kerja serta tekhnologi. Analisis yang digunakan lebih memperhatikan keterkaitan antara keterbukaan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian ini, semakin terbukanya suatu negara, pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. Penelitian Jong-Wha Lee dan Kiseok Hong (2010) dengan judul: “Economic Growth in Asia: Determinant and Prospect”. Pada penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi dan prospek pertumbuhan ekonomi di Asia. Negara yang dianalisis adalah PRC, Hongkong, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singgapura, Taipei, Thailand dan Vietnam. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Lee dan Hong (2010) menggunakan pendekatan model pertumbuhan ekonomi Robert Solow dengan 24 variabel eksogennya adalah total faktor produktivity, modal fisik pertenaga kerja dan modal manusia pertenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa ketiga variabel ekogen memengaruhi konvergensi pertumbuhan ekonomi serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan secara signifikan melalui peningkatan pendidikan, RND dan property right. Penelitian Catanet Dan Nicolae dan Catanet Alina (2008) dengan judul: “Facts About Determinants of Economic Growth”. Pada penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi 150 negara selama tahun 1961-2000 dengan menggunakan pendekatan data panel. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat didorong oleh pendidikan, kesehatan, tingkat tabungan, sistem keuangan, FDI, keterbukaan ekonomi, permodalan dan tingkat suku bunga riil. Namun pertumbuhan ekonomi dapat mengalami perlambatan dengan tingginya tingkat pengangguran, pengeluaran pemerintah, inflasi, pertumbuhan populasi, defisit anggaran serta defisit neraca pembayaran. Penelitian Mori Kogid, Dullah Mulok, Lim Fui Yee Beatrice dan Kasim Mansur (2010) dengan judul: “Determinant Factors of Economic Growth in Malaysia: Multivariate Cointegration and Causality Analysis”. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Malaysia dalam periode tahun 1970 sampai 2007. Metode yang digunakan adalah Error Corection Model. Variabel yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada penelitian mereka antara lain: consumtion expenditure (CE), goverment expenditure (GE), expor (X), exchange rate(ER) dan inflow Foreign Direct Investment (FDI). Berdasarkan hasil estimasi dihasilkan 25 kesimpulan bahwa konsumsi dan eksport menjadi variabel yang signifikan dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan adanya pengeluaran pemerintah, nilai tukar dan FDI. Penelitian Robert J. Barro (1996) dengan judul: “Determinan of Economic Growth: A Cross-Country Empirical Study”. Penelitian ini menggunakan subjek analisis 100 negara selama selang waktu 1960 hingga 1990 dan menggunakan pendekatan data panel. Hasil penelitian ini mengungkapkan bukti empiris adanya konvergensi pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara yang dianalisis. Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan kenaikkan life expectancy dan tingkat pendidikan; penurunan kesuburan kelahiran; penurunan pengeluaran pemerintah; peningkatan maintenance sistem hukum dan undang-undang; penurunan tingkat inflasi; dan peningkatan term of trade. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah ruang lingkup penelitian serta metode penelitian. Pada penelitian ini akan menganalisis perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang di ASEAN+6, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6, serta faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan panel dinamis dengan beberapa variabel eksogen, antara lain: lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure), Foreign Direct Investment inflow (FDI), tingkat harapan hidup (life expectacy), defisit anggaran pemerintah (budget deficit), dan keterbukaan ekonomi (openness of the economy). 26 2.6. Kerangka Pemikiran Salah satu syarat untuk mewujudkan integrasi ekonomi seperti yang diharapkan negara ASEAN+6 adalah konvergensi dalam hal nominal dan riil (Ningsih, 2010). Integrasi ekonomi dan keuangan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara kawasan ASEAN+6. Integrasi ekonomi dapat membuat pertumbuhan ekonomi menjadi konvergen maupun divergen. Divergensi akan terjadi apabila suatu negara tidak mampu bersaing dengan negara lain dalam integrasi ekonomi. Negara yang tidak mampu bersaing tersebut hanya akan menjadi konsumen di negara sendiri dan mengalami kemunduran pertumbuhan ekonomi. Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+6 terdiri dari negara maju dan negara berkembang. Negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan karakteristik yang mendasar dan tidak dapat diterapkan perlakuan yang sama antara keduanya. Selanjutnya, analisis pertumbuhan ekonomi ASEAN+6 akan dilakukan dengan memisahkan antara negara maju dan negara berkembang agar tidak menghasilkan regresi yang bias. Adapun variabel independen dari model faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6 serta faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6 adalah lag variabel dependen, pengeluaran konsumsi, tingkat harapan hidup, dan Foreign Direct Investment inflow. Variabel sebagai faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, tingkat partisipasi sekolah sekunder, tingkat harapan hidup, Foreign 27 Direct Investment inflow, defisit anggaran pemerintah, dan keterbukaan ekonomi. Analisis yang digunakan untuk mengestimasi adalah pendekatan panel dinamis (GMM). Gambar 2.1 akan memperlihatkan kerangka pemikiran dari penelitian. Cina, Jepang, Korea, Australia, ASEAN India, New Zealand Integrasi Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+6 Karakteristik Pertumbuhan Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekonomi ASEAN+6 Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+6 Negara Maju Negara Berkembang Metode Deskriptif Negara Maju Negara Berkembang Menggunakan Pendekatan Panel Dinamis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+6: Pendekatan Data Panel Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran