BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan dapat dimaknai sebagai sesuatu yang berubah menjadi lebih
baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah suatu
proses
kenaikan
pendapatan
total
dan
pendapatan
perkapita
dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan
bagi penduduk suatu negara.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.
Terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi,
yaitu:
a. Pembangunan sebagai suatu proses. Pembangunan sebagai suatu proses,
artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap yang harus dijalani oleh
setiap masyarakat atau bangsa. Setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap
perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
b. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita.
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan
perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
10
pemerintah, dan semua elemen untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
c. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Akan
tetapi, hal ini bukan berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami
kenaikan terus-menerus.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Menurut Jhingan (2000), pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor
ekonomi
yang
memengaruhi
pertumbuhan
dan
pembangunan
ekonomi
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal,
dan keahlian atau kewirausahaan. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial
kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang
berkembang dan berlaku
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan
bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan
untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai
lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
11
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan
nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar
merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara
kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah
bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk
menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi
karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara membawa
dampak positif, yaitu bahwa melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan
kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat
proses pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi memungkinkan terciptanya
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pengangguran.
2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth): pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
maupun sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi
12
apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi
berarti
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapatdipandang sebagai masalah makroekonomi dalam
jangka panjang. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa
akan meningkat dari satu periode ke periode berikutnya.
Menurut
Kuznets
dalam
Jhingan (2000),
pertumbuhan ekonomi
didefinisikan sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara
untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.
Definisi pertumbuhan ekonomi Kuznets mempunyai tiga komponen, yaitu:
pertama bahwa pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya
persediaan barang secara terus-menerus; kedua teknologi maju merupakan faktor
dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan
dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; dan ketiga penggunaan
teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang
kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Produk Domestik Bruto (PDB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau
13
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedang PDB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar
penghitungan.
Untuk menghitung angka PDB digunakan tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Produksi. PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu:
pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
bangunan, pengangkutan, keuangan dan jasa.
b. Pendekatan Pendapatan. PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara
dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi PDB
mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung netto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi).
c. Pendekatan Pengeluaran. PDB adalah semua komponen permintaan akhir
yang terdiri dari: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
14
nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto,
perubahan stok dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor).
2.1.3. Pengeluaran/Belanja Pemerintah
Keynes berpendapat tingkat kegiatan dalam perekonomian ditentukan oleh
pengeluaran agregat. Pada umumnya pengeluaran agregat dalam suatu periode
tertentu adalah kurang dari pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai
tingkat full employment. Keadaan ini disebabkan karena investasi yang dilakukan
para pengusaha biasanya lebih rendah dari tabungan yang akan dilakukan dalam
perekonomian full employment. Keynes berpendapat sistem pasar bebas tidak
akan dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang akan menciptakan full
employment.
Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow, fungsi
produksi sederhana dari teori ini adalah (Mankiw, 2006):
Y= aK
dimana Y adalah output, a adalah konstanta yang mengukur jumlah output yang
diproduksi untuk setiap unit modal, sedangkan K adalah persediaan modal. Fungsi
produksi ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.
Modifikasi fungsi produksi Cobb-Douglas dalam Barro dan Sala-i-Martin
(1995) dinyatakan sebagai berikut:
Y = a L1-α Gα, dimana 0 < α < 1
persamaan ini menunjukkan bahwa produksi yang dilakukan pada constant return
to scale pada input L dan K . Asumsinya adalah angkatan kerja agregat (L) adalah
konstan. Modal (K) digantikan oleh Pengeluaran pemerintah (G) berada pada
15
diminishing return untuk modal agregat (K). Oleh karena itu, perekonomian
berada pada kondisi pertumbuhan ekonomi endogen.
Salah satu komponen dalam permintaan agregat (aggregate demand [AD])
adalah pengeluaran pemerintah. Pada Mankiw (2006) dinyatakan bahwa jika
pengeluaran pemerintah meningkat maka AD akan meningkat. Selain itu, peranan
pengeluaran pemerintah (G) di negara berkembang sangat signifikan mengingat
kemampuan sektor swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, peranan pemerintah sangatlah penting. Peningkatan AD
berarti terjadi pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi diukur dari
PDB maka peningkatan pertumbuhan berarti peningkatan pendapatan.
2.1.3.1. Teori Pengeluaran Pemerintah
1. Model perkembangan pengeluaran pemerintah oleh Rostow-Musgrave.
Model
ini
dikembangkan
oleh
Rostow
dan
Musgrave
yang
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap
pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada
tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap
total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan
prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi. Pada tahap
menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap
ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Peranan pemerintah tetap besar
pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta semakin besar akan
16
menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus
menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak.
Musgrave dalam Norista (2010) berpendapat bahwa dalam suatu proses
pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap PDB semakin besar
dan persentase investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin kecil. Pada
tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah
dalam pembangunan ekonomi beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Hukum Wagner
Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran
pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap PDB. Wagner
mengemukakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita
meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.
Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State Expenditure”.
Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju
(Amerika Serikat, Jerman, Jepang). Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa
peranan pemerintah menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena
pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat. Wagner
mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori organis
mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap pemerintah
sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya.
Hukum Wagner ditunjukkan dalam Gambar 2.1 dimana kenaikan pengeluaran
17
pemerintah mempunyai bentuk ekponensial. Hukum Wagner diformulasikan
sebagai berikut:
dimana PkPP : pengeluaran pemerintah per kapita
PPK : pendapatan per kapita
1,2,…,n : jangka waktu (tahun)
Wagner
0
Sumber: Dumairy (1996)
waktu
Gambar 2.1. Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner
2.1.3.2. Hubungan Kausalitas Pengeluaran Pemerintah dan PDB
a. PDB memengaruhi pengeluaran pemerintah. Hal ini berarti bahwa produk
domestik bruto memengaruhi pengeluaran pemerintah. Teori perkembangan
pengeluaran pemerintah yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan
bahwa produk domestik bruto (PDB) akan memengaruhi besarnya
pengeluaran pemerintah.
18
b. Pengeluaran
pemerintah
mempengaruhi
PDB.
Pemerintah
dapat
mempengaruhi tingkat PDB nyata dengan mengubah persediaan berbagai
faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui program-program
pengeluaran pemerintah seperti pendidikan. Rahayu (2004) mengatakan
bahwa kegiatan yang dilakukan pemerintah yang mendorong besaran jumlah
pengeluaran negara mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat.
Landau (1986) membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang militer
dan pendidikan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara
untuk pendidikan sendiri berkorelasi kuat dan investasi pemerintah berkorelasi
positif tetapi tidak signifikan. Lin (1994) mengatakan bahwa pengeluaran
pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (peningkatan PDB)
dengan laju yang semakin mengecil.
2.1.3.3. Jenis Pengeluaran/Belanja Pemerintah
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB), baik Negara maupun
daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota), pengeluaran dibedakan menjadi:
1. Belanja Operasi. Rincian kegiatan belanja operasi antara lain digunakan untuk
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, pemeliharaan, perjalanan dinas,
pinjaman, subsidi, hibah, dan belanja opeasional lainnya.
2. Belanja Modal. Belanja Modal digunakan untuk pembelian/pembentukan aset
tetap seperti gedung, jalan (infrastruktur) dan aset tetap lainnya
3. Belanja Tak Terduga/Tersangka. Merupakan belanja tidak terduga yang
sebelumnya tidak dianggarkan seperti penanganan bencana.
19
Untuk mempermudah mengevaluasi penggunaan belanja/pengeluaran,
mulai tahun 2007 sistem penganggaran mulai diperjelas rinciannya menurut
fungsi/sektor, yaitu:
1. Fungsi pelayanan umum. Pengeluaran yang ditujukan dalam rangka
peningkatan pelayanan umum pemerintah terhadap masyarakat maupun pihak
swasta seperti untuk pembayaran gaji, akses layanan/perijinan, kemudahan
informasi, dan belanja operasi kebutuhan perkantoran sehari-hari.
2. Fungsi ekonomi. Pengeluaran ini digunakan untuk menciptakan lapangan kerja,
pembangunan sarana dan prasarana umum, serta memicu peningkatan kegiatan
perekonomian masyarakat. Pengeluaran ini ditujukan agar mempunyai
pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat sekaligus mempunyai
multiplier effect yang besar.
3. Fungsi kesehatan. Merupakan pengeluaran yang ditujukan dalam rangka
peningkatan kualitas kesehatan dan pelayanannya seperti pembelian obat,
fasilitas kesehatan (alat medis maupun penujang), dan gedung kesehatan.
4. Fungsi pendidikan. Merupakan pengeluaran yang ditujukan dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan seperti pembelian buku, fasilitas jaringan
internet sekolah, maupun gedung sekolah.
5. Fungsi ketertiban dan keamanan. Merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
menambah kekuatan dan ketahanan dalam mendukung ketahanan dan
keamanan kondisi daerah.
20
6. Fungsi pariwisata dan lingkungan hidup. Merupakan pengeluaran untuk
peningkatan kegembiraan/hiburan bagi masyarakat seperti promosi dan
pemeliharaan tempat wisata sekaligus dalam mempertahankan kelestaian dan
kualitas lingkuangan hidup agar tercipta kenyamanan.
7. Fungsi perlindungan/jaminan sosial. Merupakan pengeluaran untuk jaminan
perlindungan masyarakat seperti penanganan bencana, permasalahan sosial dan
lingkungan (panti dan perlindungan orang terlantar).
2.1.4. Daerah Tertinggal
Daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang
berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk
yang relatif tertinggal. Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya
terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan
berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah
yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh
tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan
kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan daerah tertinggal
tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan
keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah
maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah
tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah.
21
Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah
tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang
kondisi sosial,
budaya, ekonomi,
keuangan daerah, aksesibilitas, serta
ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya.
Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis
terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulau-pulau
kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu
perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi untuk
maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konflik sosial
maupun politik.
Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa
faktor penyebab, antara lain :
a. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau
karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan,
pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya
sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media
komunikasi.
b. Sumber Daya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi
sumber daya alam, daerah yang memiliki sumber daya alam yang besar namun
lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat
dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumber daya alam
yang berlebihan.
22
c. Sumber Daya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif
rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.
d. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi,
transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya
yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami
kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
e. Daerah Rawan Bencana dan Konflik Sosial. Seringnya suatu daerah
mengalami bencana alam dan konflik sosial dapat menyebabkan terganggunya
kegiatan pembangunan.
f. Kebijakan Pembangunan. Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan
oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat seperti kurang memihak pada
pembangunan daerah tertinggal,
kesalahan pendekatan dan prioritas
pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam
perencanaan dan pembangunan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Makrifah (2009) di kabupaten/kota se-Jawa
Timur bertujuan menganalisis pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap
pembangunan ekonomi (pertumbuhan ekonomi,
Pengelolaan
keuangan
yang
bijak,
kemiskinan, dan IPM).
mengedepankan
kepentingan
publik
mempunyai dampak meningkatkan PDRB (terdapat pertumbuhan ekonomi) dan
mengurangi kemiskinan. Untuk mengkaji pengaruh alokasi belanja daerah
23
terhadap pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk miskin, dan IPM digunakan
model Vector Auto Reggressive (VAR) dalam data time series.
Rahayu (2004) meneliti peranan sektor publik lokal dalam pertumbuhan
ekonomi regional. Sampel yang diteliti adalah 7 Kabupaten/Kota di EksKaresidenan Surakarta selama periode 1987-2000. Penelitian mengidentifikasi
pengaruh investasi pemerintah daerah, laju pertumbuhan angkatan kerja,
pengeluaran (konsumsi) pemerintah daerah, dan penerimaan daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi regional dengan menggunakan teknik data panel. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah Pooled Least Square. Garis besar hasil
estimasi persamaan menunjukkan bahwa selama periode pengamatan, peranan
sektor publik lokal (investasi pemerintah dan PAD) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Sodik (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengeluaran Pemerintah
dan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Kasus Data Panel di Indonesia,
dengan mengambil sampel di 26 provinsi di Indonesia selama periode 1993-2003.
Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh investasi swasta, investasi pemerintah,
konsumsi pemerintah, tenaga kerja, dan tingkat keterbukaan ekonomi provinsi
terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Teknik analisis data yang digunakan
adalah fixed effect model General Least Square (GLS). Hasilnya untuk semua
variabel memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional kecuali
untuk variabel investasi swasta yang tidak memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
24
Studi yang dilakukan Nurudeen dan Usman (2010) menganalisis pengaruh
belanja rutin dan pembangunan per sektor terhadap pertumbuhan ekonomi di
Nigeria. Analisis dilakukan terhadap data time series dari tahun 1970 sampai
dengan 2008 dengan menggunakan model Error Cointegration Model (ECM),
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa belanja rutin dan belanja sektor
pendidikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
belanja modal dan di sektor kesehatan berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Norista (2011) dalam penelitian tentang Pengaruh Belanja Modal dan
Belanja Operasi terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah
menggunakan data panel. Peneliti menggunakan model fixed effect dalam
menganalisis pengaruh belanja modal dan operasi/rutin terhadap pertumbuhan.
Kajian tersebut menghasilkan bahwa kedua variabel yaitu rasio belanja modal
maupun rasio belanja operasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Pemberlakuan UU Otonomi Daerah berikut perubahannya (UU Nomor
22/1999 dirubah dengan UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU Nomor 23/1999 dirubah dengan UU Nomor 33/2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) membawa dampak
terhadap pemerintahan dan tata kelola keuangan di Indonesia. Perubahan pola
pemerintahan daerah yang sentralistik menjadi desentralistik juga memberikan
kewenangan untuk memanfaatkan dan mengalokasikan keuangan.
25
Berdasarkan alur pemikiran tersebut, penelitian ini difokuskan dalam hal
sebagai berikut yang tergambar pada diagram kerangka pemikiran (Gambar 2.2):
OTONOMI DAERAH
Keleluasaan
Kewenangan
Pendapatan
Pemerintah
Alokasi Belanja Pemerintah
Daerah
Fungsi
Ekonomi
Fungsi
Pendidikan
Fungsi
Kesehatan
Fungsi Pelayanan
Umum
Pertumbuhan Ekonomi
Keterangan:
Fokus kerangka pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
Fungsi
Lainnya
26
2.4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Belanja pemerintah daerah (sebagai proksi konsumsi maupun investasi/modal
pemerintah) per fungsi diduga memengaruhi pertumbuhan ekonomi di 22
kabupaten tertinggal
2. Jumlah angkatan kerja diduga memengaruhi pertumbuhan ekonomi
Download