disini - Library Binus

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan salah satu wujud keberhasilan di tunjukan dari prestasi
seseorang (Sugiyanto dalam Cahyani,2013). Sugiyanto juga menjelaskan bahwa prestasi
akademik di dorong oleh daya juang untuk berprestasi atau motivasi untuk berprestasi
seseorang. Jika motivasi seseorang rendah, maka akan mengakibatkan prestasi akademik
yang menurun. Oleh karena itu, motivasi berprestasi merupakan hal dasar dalam meraih
prestasi akademik. Memotivasi seseorang bukan sekadar mendorong atau bahkan
memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan
berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain.
Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh
motivasinya. McClelland (Jamaris, 2012:175) juga mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi merupakan motivasi yang membuat individu berusaha mencapai prestasi dari
kegiatan yang dilakukannya dan berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalangi
usahanya untuk mencapai prestasi tersebut. Eccles dan Wigfield (2002) mengungkapkan
bahwa motivasi berprestasi menjadi faktor yang memengaruhi munculnya prestasi
akademik, serta sudah dibuktikan selama beberapa tahun baik melalui Psikologi
Perkembangan maupun Psikologi Pendidikan. Oleh karena itu, motivasi berprestasi
merupakan hal dasar dalam meraih prestasi akademik.
Dalam dunia pendidikan salah satu wujud keberhasilan di tunjukan dari prestasi
seseorang (Sugiyanto, dalam Cahyani,2013). Sugiyanto juga menjelaskan bahwa prestasi
akademik di dorong oleh daya juang untuk berprestasi atau motivasi untuk berprestasi
seseorang. Jika motivasi seseorang rendah, maka akan mengakibatkan prestasi akademik
yang menurun. Oleh karena itu, motivasi berprestasi merupakan hal dasar dalam meraih
prestasi akademik.
Anak atau remaja yang tinggal disuatu daerah tertentu akan mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan remaja di daerah lain. Untuk mengetahui karakteristik
anak atau remaja di suatu daerah tertentu, terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik
budaya masyarakat setempat. Budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan
jumlah dari bagian-bagian. Suatu kemampuan kreasi manusia yang immaterial, berbentuk
kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, dan sebagainya.
Budaya dapat berbentuk fisik seperti hasil seni, dapat juga berbentuk kelompokkelompok masyarakat, atau lainnya, sebagai realitas objektif yang diperoleh dari
lingkungan dan tidak terjadi dalam kehidupan manusia terasing, melainkan dalam
kehidupan suatu masyarakat. Sesuatu yang menarik dan diinginkannya pada suatu waktu
dengan melatarbelakangi budaya sosial di masyarakat dalam memotivasi untuk mencapai
prestasi. Karena itu motif-motif (segala daya yang mendorong individu untuk melakukan
sesuatu) harus dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Clifford T. Morgan (Rohani,
2004, 12) memandang bahwa anak (individu) memiliki kebutuhan: (a) Untuk berbuat
sesuatu demi kegiatan itu sendiri (b) Untuk menyenangkan hati orang lain
(c)Untuk berprestasi atau mencapai hasil (to achieve); (d)
Untuk mengatasi
kesulitan. Sikap anak terhadap kesulitan banyak bergantung pada sikap lingkungannya.
Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti SMAN 81 Jakarta. SMAN 81 Jakarta
merupakan SMA yang terletak di daerah perbatasan antara Bekasi dan Jakarta Timur,
SMAN 81 Jakarta adalah sekolah unggulan yang berada di Jakarta, oleh karena itu
banyak siswa atau siswi yang ingin menuntut ilmu di SMAN 81 Jakarta. Dikarena banyak
siswa atau siswi yang ingin sekolah di SMA 81 Jakarta terdapat beberapa suku etnis yaitu
etnis Jawa, Batak, Minang dan Tionghoa yang bersekolah di dalam SMAN 81 Jakarta.
Menurut hasil wawancara oleh penulis dengan guru kemahasiswaan dan guru bimbingan
konseling adanya perbedaan motivasi berprestasi yaitu berupa nilai tinggi yang diraih
siswa/i yang terlihat dari berbagai latar belakang etnis pada sekolah ini, sebagai contoh
etnis Tionghoa dan Batak pandai dalam hal berhitung.
Dalam keturunan etnis Jawa, mereka mempunyai sifat bahwa segala sesuatu yang
dikerjakan tidak perlu selalu tergesa-gesa dan banyak pertimbangan. Dalam budaya
Batak, mereka menjunjung tinggi musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan baik
dalam lingkup kecil (keluarga) maupun luas (pemerintahan) dan adat yang mengatur
kehidupan tiap individu maupun seluruh marga. Pelanggaran terhadap adat mendapat
sanksi masyarakat berupa pengucilan dari pergaulan hidup masyarakatnya Etnis Batak,
mereka sebagai masyarakat yang keras dan gigih dalam pendiriannya. Ini terlihat dari
bagaimana mereka selalu memprioritaskan kerja kerasnya dan komitmennya terhadap
suatu pekerjaan dan dalam berorganisasi pun mereka sangat solid.
Dalam etnis Minang memiliki sifat dasar kepemilikan bersama, yakni tiap
individu menjadi milik bersama dari kelompoknya dan sebaliknya, tiap kelompok (suku)
menjadi milik dari semua individu yang menjadi anggota kelompok itu. Rasa saling
memiliki ini menjadi sumber dari timbulnya rasa setia kawan (solidaritas) yang tinggi,
rasa kebersamaan, dan rasa tolong menolong (Amir MS, 1999:98). Etnis Minang menurut
(Amir, 1999:98) orang – orang minang rasa saling memiliki menjadi sumber dari
timbulnya rasa setia kawan (solidaritas) yang tinggi, dan rasa tolong menolong.
Masyarakat etnis Tionghoa mendidik anaknya untuk memiliki daya juang sebagai
perlawanan sejak jaman kolonial (Liem, 2000). Bentuk perlawanan pendidikan terhadap
pemerintahan kolonial ini mendorong masyarakat etnis Cina untuk selalu berusaha
mencapai prestasi dalam bidang pendidikan dan mencapai kesuksesan Liem (dalam
Cahyani 2013:4) Orang Tionghoa cenderung lebih senang membantu sesama kelompok
etniknya dari pada etnik lain (Syafriman, 2000:33). Etnis Tionghoa, mempunyai
kepercayaan diri tinggi dibanding dengan masyarakat pribumi di sekolah. Dengan
keuletan yang dimilikinya membuat keturunan Tionghoa merasa hebat dalam segala
bidang yang mereka tekuni. Besar kecilnya kesempatan, mereka tidak pernah merasa
takut untuk terus maju dan selalu fokus dengan tujuan awal.
Cahyani (2013:5), dalam penelitianya di dapat hasil bahwa tidak semua subjek
beretnis Cina di tuntut untuk meraih prestasi tinggi, sedangkan etnis Jawa tidak semua
memiliki motivasi yang tinggi.Adanya motivasi merupakan bekal untuk meraih sukses
demi kemajuan bangsa dan para penerusnya. Untuk mencapai kesuksesan setiap orang
mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda dan dengan memiliki motivasi dalam
berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan
kesuksesan yang dinginkan.
Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti para remaja yang bersekolah di
SMAN 81 Jakarta. Karena penulis melihat dengan adanya berbagai motivasi yang ada
pada remaja di sekolah ini,Hal ini mungkin terjadi dikarenakan beragam etnis yang ada di
sekolahnya.Berdasarkan yang sudah diwawancarai oleh penulis dengan guru bimbingan
konseling adanya perbedaan motivasi berprestasi yang terlihat dari latar belakang etnis
pada sekolah ini.Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“Perbedaan motivasi berprestasiditinjau dari latar belakang etnis di SMAN 81 Jakarta”
1.2 Rumusan Masalah dan Pokok Bahasan
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah : “Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari latar
belakang etnis di SMAN 81 Jakarta?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi ditinjau
dari latar belakang etnis di SMAN 81 Jakarta.
Download