pemanfaatan mikro organisme lokal (mol) dalam limbah kol pada

advertisement
PEMANFAATAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DALAM LIMBAH KOL
PADA PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
PANJANG BENIH IKAN LELE (Clarias sp)
Aprilia Elita Bisma, Elfrida, Lisa Deswati
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
E-mail : [email protected]
Abstract
This study aimed to determine the effect the use of Micro-Organisms Local (MOL) in the
waste feed cabbage on the survival and growth of seed length catfish (Clarias sp). The
research was conducted in the Laboratory of Integrated Fisheries and Marine Sciences
Faculty of the University of Bung Hatta, Padang. The fish samples used the seed catfish
(Clarias sp) 300 tail, the fish kept in aquariums with a size of 80 x 35 x 32 by 12 pieces. The
food is given the test fish flour food form. Feeding the adlibitum and given 3 times a day. The
method used this study is an experimental method using a completely randomized design with
3 treatments and 4 replications. A treatment (without the addition of Feeding Local Micro
Organisms (MOL), treatment B (Micro-feeding organisms are added Local (MOL) 0.10 ml /
10g feed), treatment C (Feeding added Local Micro Organisms (MOL) 0 , 15 ml / 10 g feed),
and treatment D (Micro-feeding organisms are added Local (MOL) 0.20 ml / 10g feed).
Results showed that the addition of Local Micro Organisms (MOL) to feed the catfish seed
viability (Clarias sp) show the highest results in the treatment of C (98.66%), followed by
treatment B (96%), D (94.66%), and A (93.33%). while growth is highest in absolute term C
treatment that is 3.9 cm with a feed supplemented Local Micro Organisms (MOL) doses of
0.15 ml/10g feed, while the lowest was on treatment A is 2.5 cm.
Key words : Waste of cabbage, Local Micro Organisms (MOL), Clarias sp.
bandeng, ikan nila, dan ikan kerapu yang
Pendahuluan
Budidaya ikan air tawar
yang
akan dipacu pengembangan budidayanya
mempunyai prospek masa depan yang
dengan tujuan meningkatkan produksi
cerah adalah budidaya ikan lele, karena
budidaya pada beberapa tahun kedepan
ikan lele mempunyai kelebihan dan
(Riyanto, dkk., 2010 dalam Yoel, dkk.,
keunggulan yang khas, bila dibandingkan
2011). Ikan lele merupakan salah satu
dengan budidaya ikan air tawar lainnya
jenis ikan ekonomis penting di Indonesia
(Soetomo, 1987). Lebih lanjut Viven et al
(Sidthimunka dalam Wahid, 1972).
(1985) dalam Disnita (1995) menyatakan
Mikro Organisme Lokal (MOL)
ikan lele mempunyai potensi yang besar
adalah kehidupan jasad renik (mikro
untuk dikembangkan.
organisme) yang dihasilkan dari bahan
Ikan lele (Clarias sp) termasuk salah
yang ada di daerah setempat . Larutan
satu dari keenam komoditas lainnya
Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah
seperti, rumput laut, ikan patin, ikan
larutan hasil fermentasi yang berbahan
dasar dari berbagai sumberdaya yang
kol. Ikan uji yang digunakan adalah benih
tersedia
Mikro
ikan lele (Clarias sp) umur 14 hari
Oragnisme Lokal (MOL) mengandung
sebanyak 25 ekor per akuarium, yang
unsur hara mikro dan makro dan juga
diperoleh dari hasil pemijahan buatan
mengandung
berpotensi
induk ikan lele yang ada di Laboratorium
organik,
Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu
perangsang pertumbuhan, dan sebagai
Kelautan. Pakan yang digunakan adalah
agens pengendali hama dan penyakit
pakan komersial Charoen Pokphand (CP
tanaman,
Organimse
9001) berbentuk tepung , larutan PK
Lokal (MOL) dapat digunakan baik
(Kalium Permanganat), air bersih (air
sebagai pendekomposer, pupuk hayati,
sumur dan air ledeng).
setempat.
sebagai
Larutan
bakteri
yang
perombak
sehingga
bahan
Mikro
dan sebagai pestisida organik. Hadinata
Metoda
yang
digunakan
dalam
(2008) mengungkapkan Mikro Organisme
penelitian ini adalah metode eksperimen
Lokal
jenis
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
komponen yaitu : karbohidrat, glukosa,
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan.
dan sumber bakteri.
Perlakuan A = Pemberian pakan pada
(MOL)
Penelitian
terdiri
ini
dari
3
bertujuan
untuk
benih
tanpa
penambahan
mengetahui jenis-jenis mikroorganisme
Organisme
probiotik yang ada dalam limbah kol dan
Perlakuan B = Pemberian pakan pada
mengetahui
benih
“Pemanfaatan
Mikro
Lokal
dengan
(MOL)
Mikro
penambahan
(kontrol),
Mikro
Organisme Lokal (MOL) Dalam Limbah
Organisme Lokal (MOL) 0,10 ml / 10g
Kol Pada Pakan Terhadap Kelangsungan
pakan, Perlakuan C = Pemberian pakan
Hidup dan Pertumbuhan Panjang Benih
pada benih dengan penambahan Mikro
Ikan Lele (Clarias sp)”.
Organisme Lokal (MOL) 0,15 ml /10g
pakan, Perlakuan D = Pemberian pakan
pada benih dengan penambahan Mikro
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei - Juni 2013 di Laboratorium
Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan,
Universitas
Bunga
Hatta,
Padang, Sumatera Barat.
Bahan
penelitian
Organisme Lokal (MOL) 0,20 ml / 10g
pakan.
Peubah yang diukur adalah tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan
panjang mutlak ikan uji. Analisis data
yang
digunakan
dalam
adalah
larutan
Mikro
Organisme Lokal (MOL) dalam limbah
dengan menggunakan ANAVA kemudian
merupakan
data
manusia dan juga ditemukan pada hewan
yang
berpengaruh
nyata
akan
flora
normal
pada
dilanjutkan dengan uji lanjut wilayah
yang berlendir dan pada tumbuhan.
Duncan’s.
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah jumlah
Hasil dan Pembahasan
Identifikasi Bakteri Dalam Limbah Kol
Hasil
identifikasi
bakteri
yang
terdapat dalam limbah kol adalah bakteri
Bacillus coagulans, Bacillus cereus dan
Corynebacterium pseudodiphteriticum.
Bacillus
kulit
coagulans
merupakan
larva yang dapat bertahan hidup selama
penelitian.
Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup
benih ikan lele (Clarias sp)
selama penelitian
Perlakuan
Kelangsungan
Hidup (%)
bakteri yang sering terdapat pada probiotik
A
93,33 %
atau
untuk
B
96 %
kesehatan (Naiola, 2008). Duc et al. (2004)
C
98,66 %
D
94,66 %
produk-produk
minuman
dalam Afiesh (2012) juga mengungkapkan
bahwa jenis Bacillus (B. cereus, B. clausii
Dari Tabel 1 dapat dilihat
dan B. pumilus) termasuk dalam lima
produk
probiotik komersil terdiri dari
spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan
berpotensi
untuk
immunostimulasi,
kolonisasi,
dan
aktivitas
Selengkapnya Fardiaz (1992) dalam
Setiawati, dkk (2013) menerangkan bahwa
Bacillus sp. merupakan salah satu jenis
yang
diyakini
mampu
untuk
meningkatkan daya cerna ikan dan bakteri
ini mempunyai sifat dapat mengsekresikan
enzim protease, lipase dan amilase yang
dapat menguraikan protein menjadi asam
amino, menguraikan lemak menjadi asam
lemak, dan menguraikan disakarida atau
polisakarida
kelangsungan hidup ikan uji tertinggi yaitu
pada perlakuan C (98,66 %) dengan
penambahan Mikro Organisme (MOL)
berdosis 0,15 ml/ 10g pakan, diikuti oleh
perlakuan B (96 %) dengan penambahan
antimikrobanya.
bakteri
rata-rata
menjadi
gula
sederhana.
Sedangkan species Corynebactrerium sp
Mikro Organisme Lokal (MOL) berdosis
0,10 ml/10g pakan, perlakuan D (94,66 %)
dengan penambahan Mikro Organisme
Lokal (MOL) berdosis 0,20 ml/10g pakan,
dan
perlakuan
penambahan
A
Mikro
(93,33)
Organisme
tanpa
Lokal
(MOL) (kontrol).
Hasil uji statistik kelangsungan hidup
menunjukkan tidak ada perbedaan antara
perlakuan selama penelitian dimana F
hitung 1,94 ˂
F tabel 4,07 berarti H0
diterima Hi ditolak.
Kelangsungan hidup
(ekor)
76
74
A
B
C
D
72
70
68
66
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pengamatan harian
Gambar 1. Pengamatan harian kelangsungan hidup benih lele (Clarias sp)
selama penelitian.
Dari Gambar 1 terlihat kelangsungan
Jumlah bakteri yang masuk ke dalam
hidup benih ikan lele mengalami masa
saluran pencernaan ikan dan hidup di
kritis pada awal penelitian, pada perlakuan
dalamnya meningkat sejalan dengan dosis
A
probiotik
kematian
pada
awal
pengamatan
yang
diberikan.
Selanjutnya
dikarenakan tidak adanya bakteri yang
bakteri tersebut dalam saluran pencernaan
membantu proses perombakan senyawa
ikan
kompleks menjadi senyawa sederhana di
pencernaan seperti protease dan amilase.
dalam
ini
Enzim yang disekresikan ini jumlahnya
menyebabkan adanya kematian ikan uji
meningkat sesuai dengan jumlah dosis
yang
probiotik
saluran
tidak
pencernaan.
mampu
Hal
bertahan
hidup.
mensekresikan
yang
diberikan
enzim-enzim
yang
pada
Sementara itu pada perlakuan B, C, dan D
gilirannya jumlah pakan yang dicerna juga
kematian
meningkat.
pada
awal
pengamatan
Peningkatan
daya
cerna
dikarenakan bakteri yang masuk ke dalam
bermakna pula pada semakin tingginya
saluran pencernaan ikan belum bekerja
nutrien yang tersedia untuk diserap tubuh
maksimal, sehingga terjadi kematian pada
(Gatesoupe, 1999 dalam Mokoginta, dkk.,
ikan uji yang tidak dapat bertahan hidup.
2004).
Tingginya kelangsungan hidup pada
perlakuan
C
disebabkan
penambahan
Mikro
Organisme
Rendahnya kelangsungan hidup pada
karena
perlakuan A selama penelitian terjadi
Lokal
karena pada perlakuan A pakan tidak
(MOL) ke pakan berada pada dosis yang
ditambahkan
optimal, sehingga bakteri yang masuk ke
(MOL), sehingga tidak ada enzim yang
dalam
terus
membantu perombakan senyawa kompleks
memperbanyak dirinya dan mensekresikan
menjadi senyawa sederhana pada proses
enzim yang merombak senyawa kompleks
pencernaan dan penyerapan
menjadi senyawa sederhana.
saluran penceranaan.
saluran
pencernaan
Mikro
Organisme
Lokal
di dalam
Pertumbuhan panjang mutlak adalah
panjang akhir dikurangi panjang awal.
Data lengkap pengukuran panjang benih
ikan uji yang diukur pada hari ke-1, ke-7
dan ke-14 selama penelitian dapat dilihat
Pertumbuhan panjang
benih (cm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
6
5
4
3
2
1
0
A
B
C
D
1
pada Tabel 2.
7
14
Pengamatan hari ke-
Tabel 2. Rata-Rata Pertumbuhan Panjang
Mutlak (cm) Benih ikan Lele
(Clarias sp) Selama Penelitian
Panjang Mutlak
Perlakuan
(cm)
A
2,5
B
3,5
C
3,9
D
3,5
Gambar 2. Pertumbuhan panjang
benih ikan lele (Clarias sp)
selama penelitian.
Dari Gambar 2 terlihat pertumbuhan
panjang benih ikan lele (Clarias sp) terus
meningkat
sesuai
dosis
penambahan
Mikro Organisme Lokal (MOL) yang
Rata-rata
pertumbuhan
diberikan. Hal ini disebabkan karena
bakteri
yang
ditambahkan
terus
panjang
memperbanyak diri di dalam saluran
mutlak benih ikan lele (Clarias sp) selama
pencernaan ikan uji, sehingga membantu
penelitian tertinggi pada perlakuan C (3,9
proses perombakan senyawa kompleks
cm) diikuti oleh perlakuan B (3,5 cm),
menjadi
perlakuan D (3,4 cm), dan perlakuan A
apabila dosis yang diberikan diatas dosis
(2,5 cm).
optimal
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
senyawa
maka
sederhana.
akan
Namun
menyebabkan
persaingan substrat dan nutrisi
pakan yang ditambah Mikro Organisme
Lebih
lengkap
Fujaya
(2004)
Lokal (MOL) dengan dosis yang berbeda
menambahkan tidak semua makanan yang
memberikan pengaruh berbeda sangat
dimakan oleh ikan digunakan untuk
nyata
panjang
pertumbuhan. Sebagian besar energi dari
benih ikan lele (Clarias sp) dimana F
makanan digunakan untuk metabolisme
hitung 25,075 > F tabel 4,07 berarti Hi
basal (pemeliharaan), sisanya digunakan
diterima H0 ditolak.
untuk
terhadap
pertumbuhan
aktivitas,
Ikan akan tumbuh apabila nutrisi
reproduksi.
pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh
Salah
ikan lebih besar dari
jumlah
yang
diperlukan untuk memelihara tubuhnya
(Lovell, 1989 dalam Setiawati, dkk., 2013).
meningkatkan
pertumbuhan
satu
upaya
fungsi
fisiologis
dan
untuk
ikan
terutama kemampuan dalam mencerna
pakan,
adalah
dengan
menambahkan
probiotik dalam pakan dengan harapan
dan pertumbuhan ikan yang terbaik adalah
15 ml/kg pakan.
probiotik tersebut dapat terbawa ke dalam
Hal serupa juga dilakukan Jusadi
saluran pencernaan (Mokoginta, dkk.,
(2004) dalam Setiawati, dkk. (2013) yang
2004).
melakukan penelitian dengan penambahan
Peningkatan
mikroba
probiotik Bacillus sp. pada pakan komersil
ikan
yang diberikan terhadap ikan patin dengan
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan,
dosis 15 ml/kg pakan dapat memberikan
yaitu enzim amilase dan protease di dalam
penambahan
saluran pencernaan ikan (Gatesoupe, 1999
sebesar 2,00 gr.
dalam
saluran
populasi
pencernaan
dalam Setiawati, dkk., 2013).
semua
perlakuan,
harian
akhir
Pada perlakuan B pertumbuhan
Berdasarkan data yang diperoleh
dari
laju berat
panjang mutlak adalah 3,5 cm dengan
pertumbuhan
perlakuan penambahan Mikro Organisme
panjang ikan pada perlakuan C (3,9 cm)
Lokal (MOL) berdosis 0,10 ml/ 10g pakan
lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang
menunjukkan
lain, hal ini karena dosis penambahan
berbeda dengan perlakuan C.
Mikro Organisme Lokal (MOL) 0,15
didukung oleh hasil penelitian Setiawati,
ml/10g pakan sudah optimal sehingga
dkk. (2013) yang menunjukkan bahwa
dapat meningkatkan keberadaan jumlah
pemberian probiotik 10 ml/kg pakan
bakteri yang masuk ke dalam saluran
cukup untuk mendukung efisiensi pakan
pencernaan dan hidup di dalamnya.
dan meningkatkan retensi protein patin.
Selanjutnya bakteri tersebut di dalam
saluran
pencernaan
ikan
hasil
yang
tidak
jauh
Hal ini
Hasil pengukuran pada perlakuan D
akan
(3,4 cm), rendahnya angka pertumbuhan
mensekresikan enzim-enzim pencernaan
panjang selama penelitian disebabkan
seperti protease dan amilase (Irianto, 2003
karena tingginya dosis penambahan Mikro
dalam Setiawati, dkk., 2013).
Organisme Lokal (MOL) 0,20 ml/10g
Hasil penelitian Mokoginta, dkk.
pakan,
sehingga
terjadinya
(2004) menyimpulkan bahwa probiotik
perkembangbiakan bakteri yang cepat di
Bacillus sp. yang ditambahkan ke dalam
dalam
pakan
dalam
menyebabkan banyaknya populasi bakteri
dan
yang saling bersaing untuk mendapatkan
meningkatkan laju pertumbuhan ikan
nutrisi untuk hidup dan perkembang
patin. Kadar optimum probiotik dalam
biakanya.
dapat
memperbaiki
digunakan
konversi
pakan
pakan untuk menghasilkan konversi pakan
saluran
pencernaan
yang
Hal yang sama juga dialami oleh
Gatesoupe (1999) dalam Mokoginta, dkk.
ukuran ikan, padat tebar serta jumlah
mutu pakan.
(2004) yang mana penambahan probiotik
Dari hasil pengukuran suhu air
pada dosis 25 ml/kg pakan menurunkan
media pemeliharaan benih ikan lele
nilai retensi protein. Ini diduga akibat
(Clarias sp) diperoleh data berkisar 27 –
terlalu tingginya populasi bakteri sehingga
28 °C. Sejalan dengan yang dikemukakan
menimbulkan persaingan sesama jenis
Soetomo
bakteri (Bacillus) dalam pengambilan
dikehendaki lele antara 24 - 30°C,
nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya
sedangkan
aktivitas
saluran
diperlukan suhu berkisar antara 26 - 30°C.
pencernaan ikan terhambat dan sekresi
Suhu diluar batas tersebut tentu akan
enzim pun menurun.
mempengaruhi selera makan ikan lele.
bakteri
Perlakuan
di
dalam
A
pakan
tanpa
(1987)
untuk
bahwa
suhu
pertumbuhan
yang
larva
Sementara pada pengukuran konsentrasi
penambahan Mikro Organisme Lokal
oksigen
terlarut
(Dissolved
Oxygen)
(MOL) /10g pakan menunjukkan hasil
diperoleh konsentrasi 5,4 – 6 ppm.
pertumbuhan mutlak 2,5 cm, rendahnya
Kandungan oksigen terlarut yang
pertumbuhan panjang benih disebabkan
optimal adalah 5 ppm namun lebih baik
karena tidak ada enzim yang merombak
jika 7 ppm, minimal untuk benih lele 2
senyawa
ppm.
komplek
menjadi
senyawa
sederhana pada proses pencernaan dan
Nilai pH pada saat pemeliharaan
penyerapan di dalam saluran pencernaan,
benih masih berada pada kisaran nilai
sehingga pertumbuhan benih berada pada
yang baik untuk kegiatan budidaya. pH
angka yang terendah dibandingkan dengan
yang cocok untuk semua jenis ikan
perlakuan lainnya.
berkisar 6,5 – 8 ppm (Sutamihardja, 1978
dalam Aska, 2012).
Kualitas Air
Effendi (1979) mengungkapkan bahwa
pertumbuhan
penting,
merupakan
dimana
laju
parameter
pertumbuhan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor
internal
meliputi
keturunan, umur dan ketahanan terhadap
penyakit.
Sedangkan
faktor
eksternal
meliputi suhu perairan, oksigen terlarut,
Pada
pengukuran
konsentrasi
amoniak (NH3) air media pemeliharaan,
diperoleh
nilai
konsentrasi
amoniak
tertinggi pada perlakuan D yaitu 0,022
ppm, hal ini disebabkan karena tingginya
populasi
bakteri
yang
menyebabkan
penurunan kinerja bakteri probiotik yang
ada di dalam saluran pencernaan untuk
merombak senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana sehingga feses yang
dikeluarkan
benih
lebih
dibandingkan
perlakuan
Kesimpulan
banyak
lainnya
dan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat diambil
masih mengandung senyawa kompleks
kesimpulan sebagai berikut :
lebih tinggi, hal ini tentunya semakin
1. Hasil identifikasi Mikro Organisme
meningkatkan kadar amoniak pada media
Lokal (MOL) dalam limbah kol adalah :
air pemeliharaan.
bakteri
Bacillus
cereus,
dan
Pada
amoniaknya
perlakuan
0,021
A
ppm,
kadar
hal
ini
coagulans,
Bacillus
Corynebacterium
pseudodiphteriticum.
disebabkan karena tidak ada bakteri yang
2. Penambahan Mikro Organisme Lokal
membantu
senyawa
(MOL) pada pakan terhadap kelangsungan
kompleks menjadi senyawa sederhana di
hidup benih ikan lele (Clarias sp)
dalam saluran pencernaan sehingga feses
menunjukkan
yang dikeluarkan masih mengandung
perlakuan C (98,66%), kemudiaan diikuti
senyawa kompleks dan lebih banyak, hal
perlakuan B (96%), D (94,66%), dan A
ini juga meningkatkan kadar amoniak
(93,33%). Hal ini sama dengan hasil uji
media pemeliharaan.
statistik yang menunjukkan tidak ada
perombakan
Sementara rendahnya konsentrasi
hasil
tertinggi
pada
pengaruh terhadap kelangsungan hidup
amoniak pada perlakuan C (0,008 ppm)
benih ikan lele (Clarias sp).
dan perlakuan B (0,009 ppm) disebabkan
3.
karena bakteri probiotik yang ada di
penambahan Mikro Organisme Lokal
dalam
bekerja
(MOL) pada pakan berbeda sangat nyata
maksimal sehingga feses yang dikeluarkan
terhadap pertumbuhan panjang ikan lele
tidak
(Clarias sp). Dengan hasil pengukuran
saluran
sebanyak
pencernaan
perlakuan
D
dan
perlakuan A.
Hasil
uji
statistik
menunjukkan
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi
Secara keseluruhan dari parameter
terdapat pada perlakuan C yaitu 3,9 cm
kualitas air media pemeliharaan masih
dengan perlakuan pakan yang ditambah
dalam batas toleransi benih ikan uji. Hal
Mikro Organisme Lokal (MOL) berdosis
ini yang mendukung benih ikan lele
0,15 ml/10g pakan, sedangkan terendah
(Clarias sp) tetap bertahan hidup karena
terdapat pada perlakuan A yaitu 2,5 cm.
nilai amoniak tidak diikuti oleh nilai suhu
dan pH yang tinggi, sebab apabila suhu
dan pH tinggi maka amoniak akan
beracun bagi benih ikan lele tersebut.
Daftar Pustaka
Afiesh. 2012. Bakteri Bacillus. Dalam
blog http://afiesh.blogspot.com.
Di akses pada 13 Juli 2013.
Disnita. 1995. Pengaruh Kedalaman Air
Terhadap Kelangsungan Hidup
Post Larva Ikan Lele Hibrida.
Skripsi. Fakultas Perikanan,
Universitas Bung Hatta. Padang.
Effendie, M. I. 1979. Metode
Biologi Perikanan. Penerbit Dwi
Sri, Bogor.
Efendie, M.I. 1979. Metode Biologi
Perikanan. Penerbit Dwi Sri
Bogor.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar
Pengembangan
Teknik
Perikanan. Penerbit
Rineka
Cipta. Jakarta.
Hadinata.
2008.
Mengenal
Mikro
Organisme Lokal (MOL). Dalam
blog
http://theonewhd.blogspot.com.
Diakses pada 10 Agustus 2012.
Mokoginta, I. D, Jusadi dan E. Gandara.
2004. Pengaruh Penambahan
Probiotik Bacillus sp. Pada
Pakan
Komersil
Terhadap
Konversi
Pakan
dan
Pertumbuhan
Ikan
Patin
Pangasius hypophtalmus. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 3(1): 1518.
Naiola, E. 2008. Mikrobia Amilolitik pada
Nira dan Laru dari Pulau Timor,
Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Biodiversitas, Volume 9, No. 3,
Halaman: 165 – 168, ISSN:
1412-033X.
Setiawati, J.E., Tarsim, Adiputra, Y,T,
Hudaibah, S. 2013. Pengaruh
Penambahan Probiotik Pada
Pakan dengan Dosis Berbeda
Terhadap
Pertumbuhan,
Kelulushidupan, Efisiensi Pakan
dan Retensi Protein Ikan Patin
(Pangasius
hypophthalmus).
Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan, Volume I
No2 Februari 2013, ISSN : 23023600.
Soetomo, M, H. A. 1987. Teknik
Budidaya Ikan Lele Dumbo.
Penerbit Sinar Baru. Bandung.
Mokoginta, I. D, Jusadi dan E. Gandara.
2004. Pengaruh Penambahan
Probiotik Bacillus sp. Pada
Pakan
Komersil
Terhadap
Konversi
Pakan
dan
Pertumbuhan
Ikan
Patin
Pangasius hypophtalmus. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 3(1): 1518.
Yoel, Madinawati, Novalina. S. 2011.
Pemberian Pakan yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Lele
Dumbo
(Clarias
gariepinus).
Media
Litbang
Sulteng IV (2). Hal 83-87.
Download