BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keracunan akibat memakan tempe bongkrek sudah seringkali kita dengar, khususnya yang terjadi di wilayah Banyumas. Tempe bongkrek adalah tempe yang terbuat dari bahan ampas kelapa atau bungkil kelapa. Makanan ini merupakan makanan yang disukai masyarakat Banyumas khususnya dan masyarakat jawa tengah pada umumnya. Walaupun sebenarnya kandungan gizinya tidak seberapa di samping amat membahayakan namun faktor murah dan rasa yang khas yakni klenyis (bahasa jawa : rasa lezat agak manis) mampu memikat selera masyarakat kelas bawah pada umumnya. Pembuatan tempe bongkrek sebenarnya telah dilarang sejak tahun 1969, namun kenyataannya masih saja ada penduduk yang memproduksi maupun mengkonsumsi makanan yang sangat berbahaya tersebut. Tragedi paling buruk selama 5 tahun terakhir menewaskan 37 orang penduduk kecamatan lumbir, banyumas, Terjadi pada tanggal 27 februari hingga 7 maret 1988. Peristiwa tragis ini memaksa aparat pemerintah untuk bertindak lebih tegas dalam hal larangan memproduksi dan mengkonsumsi tempe bongkrek. Bakteri Pseudomonas cocovenenans merupakan bakteri bongkrek yang menghasilkan senyawa - senyawa beracun di dalam medium tempe bongkrek dan khususnya dalam ampas kelapa. Pseudomonas cocovenenans dapat mencemari selama proses fermentasi jika dilakukan dengan kurang memperhatikan kebersihan. Selama proses pembuatan tempe tersebut bakteri itu dapat menghasilkan senyawa-senyawa. Kedua racun itu adalah asam bongkrek yang tidak berwarna, dan toksoflavin yang berwarna kuning. Bagi mereka yang ‘mengonsumsi’ toksin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari empat hari setelah mengonsumsi racun tersebut. Bakteri Pseudomonas cocovenenans yang merupakan penyebab keracunan tempe bongkrek akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini. Pembahasan tersebut meliputi deskripsi bakteri sampai dengan pemeriksaan dan identifikasi bakteriologis. B. Tujuan 1. Mengetahui deskripsi bakteri Pseudomonas cocovenenans. 2. Mengetahui cara pemeriksaan dan identifikasi bakteri Pseudomonas cocovenenans. C. Manfaat 1. Dapat mengetahui deskripsi bakteri Pseudomonas cocovenenans sebagai penyebab keracunan pada tempe bongkrek. 2. Dapat mengetahui cara pemeriksaan dan identifikasi bakteri Pseudomonas cocovenenans. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Pseudomonas cocovenenans Klasifikasi bakteri Pseudomonas cocovenenans menurut Zhao et al (1995) adalah : Kerajaan : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Beta Proteobacteria Ordo : Burkholderiales Famili : Burkholderiaceae Genus : Burkholderia Spesies : B. gladiola atau Pseudomonas cocovenenans B. Morfologi Pseudomonas cocovenenans Pseudomonas cocovenenans berbentuk batang dapat bergerak dan memiliki 5 silia (rambut) pada salah satu ujungnya. Bentuk bakteri tersebut dapat berubah-ubah tergantung pada jenis medium yang dipergunakan. Karena itu kadang-kadang bentuknya mikrokokus, dan kadang-kadang berbentuk batang. Pada umumnya berukuran 0,5-1,0 mikrometer x 1,5-4,0 mikrometer. Motil dan berflagelum pola dan merupakan gram negatifr. Tidak menghasilkan selongsong prosteka. Tidak dikenal adanya stadium istirahat. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi, tidak pernah fermentatif. Dapat menggunakan Oksigen atau CO sebagai sumber energi, katalase positif. P.cocovenenans bersifat anaerobe fakultatif, dapat tumbuh di berbagai media dan biasanya mengeluarkan zat yang berwarna kuning. Bersifat gram negatif, bersel tunggal dan dapat tumbuh pada suhu kamar atau suhu 37 ˚C. Mikroba Pseudomonas cocovenenans aktif memecahkan atau menghidrolisa gliserida (lipida) dari minyak kelapa menjadi gliserol dan asamlemak. Fraksi gliserol setelah mengalami reaksi-reaksi biokemis menjadi senyawa yang berwarna kuning yang disebut toksoflavin sedang asam lemaknya, khususnya asam oleat dapat menjadi asam bongkrek yang tidak berwarna. Pseudomonas cocovenenans merupakan bakteri penyebab keracunan makanan bila bakteri tersebut tumbuh sebagai kontaminan dalam pembuatan tempe bongkrek. Yang dimaksud dengan tempe bongkrek adalah suatu makanan khas Banyumas yang dibuat dari ampas kelapa yang difermentasi dengan kapang Rhizopus sp. Bakteri Pseudomonas tumbuh pada kisaran pH 6 – 8 dengan pertumbuhan optimum pada pH 8.0, Arbianto (1971) melaporkan bahwa pada pH 6.0 atau lebih rendah dapat menekan atau menghambat produksi racun tempe ampas kelapa. Sedangkan pada pH 5.0 atau lebih rendah diperlukan untuk menghambat pertumbuhan Pseudomonas. Ia juga melaporkan bahwa asam bongkrek diproduksi selama fase pertumbuhan stationer, yang suatu fase dimana jumlah baktei kurang lebih sama jumlahnya. C. Patogenitas Pseudomonas coccovenenans Pseudomonas coccovenenans (bakteri bongkrek) sendiri tidak pathogen, tetapi dalam pertumbuhannya dapat memproduksi racun yang dapat menimbulkan penyakit. Racun bongkrek terdiri dari : 1. Toxoplavin Berwarna kuning, dapat dipisahkan dan dikristalkan, bekerja terhadap jantung, larut di dalam alcohol, air; titik leleh 170-172o C. 2. Asam bongkrek Tidak berwarna, tidak dapat dibuat Kristal, menyebabkan hypoglychemi, termolabil, tidak larut dalam air, tetapi larut di dalam petroleum eter. Kedua racun itulah yang mematikan pemakan tempe bongkrek. Asam bongkrek adalah racun yang tidak berwarna. Toksoflavin antibiotik yang berwarna kuning, tampak jelas jika tempe bongkrek terkontaminasi racun itu. Asam bongkrek daya toksisitasnya lebih tinggi dibanding toksoflavin. Asam bongkrek bekerja secara akumulatif dan akan menyebabkan kematian mendadak setelah racunnya terkumpul didalam tubuh, racun itu tidak mudah diinaktifkan atau didetoksifikasi maupun diekskresi oleh tubuh. Didalam tubuh asam bongkrek menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah akibat mobilisasi glikognen dari hati dan otot. Setelah glikogen dalam otot dan hati habis segera gula dalam darah dihabiskan juga sampai yang keracunan meninggal. D. Cara Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Pseudomonas cocovenenans 1. Isolasi dan Diagnosa Hari I a. Sampel padat dibuat suspense dahulu, ditanam pada media Blood Agar Plate, Mac Conkey agar plate, BHI agar plate dan Glycerine agar plate atau Ampas agar plate. b. Masukkan incubator 37o C 24 jam. Hari II a. Koloni yang tersangka dari media isolasi dilakukan pengecatan Gram, di-subculture pada TSI agar, SIM dan Simmon’s citrate agar dan nutrient agar. b. Masukkan incubator 37o C 24 jam. Hari III a. Dari subculture ditanam pada media gula dan media identifikasi yang lain. b. Masukkan incubator 37o C 24 jam. Hari IV a. Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula dan media identifikasi, dicocokkan dengan table atau cirri-ciri bakteri bongkrek. b. Untuk menentukan diagnosanya dapat dilakukan slide aglutinasi dengan serum anti bakteri bongkrek. CATATAN : Untuk mendapatkan diagnose yang lebih meyakinkan, suspense sampel juga ditanam pada ampas kelapa steril diinkubasi pada 37o C sampai 7 hari. Kalau ampas kelapa menjadi kuning diambil dan dimasukkan ke dalam Nutrient Broth. Kemudian ditanam pada media isolasi, untuk seterusnya dikerjakan seperti tersebut di atas. Kalau ampas kelapa tidak menjadi kuning, tidak perlu dilanjutkan. SPECIMEN : Pseudomonas coccovenenans dahulu hanya ditemukan di daerah aliran sungai Serayu, Yogyakarta dan Madiun. Specimen berupa tempe bongkrek, tempe gembus, makanan yang mengandung ampas kelapa dan air. 2. Kultur dan Biokimia Tumbuh mudah di media perbenihan biasa, aerob, pada suhu kamar atau 37o C, membuat pigmen kuning pada media yang mengandung ampas kelapa. Blood Agar Plate : Koloni kecil, sedikit cream, smooth, keeping, bulat, anhemolisa Mac Conkey Agar Plate : Koloni kecil, smooth, tidak berwarna, jernih, bulat, keeping. Brain Heart Infusion Agar : Koloni Plate smooth. Glycerine Agar : kecil-sedang, jernih, keeping, Tumbuh baik, ada yang smooth-berlendir dan ada yang rough berlipat-lipat. Nutrient Agar : Tumbuh baik, amooth, tidak berwarna. TSI Agar : Lereng merah, dasar merah, gas negative SIM Medium : H2S nnegative, indol nnegative, motility nnegative. Simmon’s Citrate : Positif (lambat) BHI broth : Keruh merata berlangitan. Glucose OF : oxidative Phenylalanine : negative Urease : negative Lysine decarboxylase : negative Orthine decarboxylase : negative Arginine dihydrolase : negative Malanote broth : negative Hydrolysa esculine : negative Kaldu NaCl 6,5% : negative Oxydase test : negative Produksi nitrite : positif Acetate agar : positif Catalase test : positif deaminase BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pseudomonas cocovenenans merupakan bakteri penyebab keracunan makanan bila bakteri tersebut tumbuh sebagai kontaminan dalam pembuatan tempe bongkrek. 2. Cara Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Pseudomonas cocovenenans dapat dilakukan dengan isolasi, kultur, uji biokimia kemudian diagnose. B. Saran 1. Diharapkan kepada masyarakat untuk melakukan usaha-usaha guna menghindari timbulnya racun pada pembuatan tempe bongkrek. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang usaha-usaha menghindari timbulnya racun pada pembuatan tempe bongkrek untuk membantu masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Anonim.2007. http://f4jar.multiply.com/journal/item/176. Oktober 2014. Diakses tanggal 25 Anonim.2007. http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/08/09/brk,20070809105224,id.html. Diakses tanggal 25 Oktober 2014. Anonim.2008.http://www.bipnewsroom.info/?_link=loadnews.php&newsid=24687. Diakses tanggal 25 Oktober 2014. Anonim.2008.http://kiathidupsehat.wordpress.com/2009/02/28/pencemaranbakteri-pseudomonas-cocovenenans-dalam-tempeh-bongkrek-toxinsangat-berbahaya/. Diakses tanggal 25 Oktober 2014. Nenden .2008.http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbppgdl-nendenindr-28841. Diakses tanggal 25 Oktober 2014. Pelczar.1988.Dasar – Dasar Mikrobiologi . Jakarta : UI Press. Setyasih, Endang .2008.http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a& id=38217 . Diakses tanggal 25 Oktober 2014. Zhao et al. Phylogenetic evidence for the transfer of Pseudomonas cocovenenans (van Damme et al. 1960) to the genus Burkholderia as Burkholderia cocovenenans (van Damme et al. 1960) comb. nov. Int J Syst Bacteriol. 1995 Jul; 45(3):600-3. MAKALAH Pseudomonas cocovenenans Oleh : AMALIA NURUL FAUZIAH NIM : P07134112003 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2014